PENGARUH JENIS DAN DOSIS MOL TERHADAP KUALITAS KOMPOS SAMPAH RUMAH TANGGA
Oleh:
I Wayan Dana Atmaja
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA
PENDAHULUAN
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
apakah dosis dari masing-masing jenis MOL berpengaruh terhadap kualitas kompos sampah rumah tangga.
Mengetahui dosis dari masing-masing jenis MOL yang tepat untuk menghasilkan kualitas kompos sampah rumah
tangga yang paling baik.
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penggunaan sampah rumah tangga sebagai bahan dasar kompos.
2. Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan sumber daya alam lokal sebagai bahan dasar dalam pembuatan larutan MOL sebagai aktivator dalam pembuatan kompos.
Tempat dan Waktu Penelitian
Termpat :Kebun Percobaan Pegok dan Laboratorium Tanah, Jurusan Ilmu Tanah dan Lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Jl. PB Sudirman, Denpasar
Waktu :Selama empat bulan, dimulai dari bulan September hingga Desember 2011.
Alat dan Bahan Penelitian
Bahan: nasi basi, buah pisang busuk, dan empulur buah kakao, kelapa, gula aren dan urine sapi, sampah rumah tangga organik, kotoran sapi, dedak padi, spiritus, aquadest; alkohol;
larutan fisiologis (8,5 NaCl dalam 1 liter aquadest); Media NA (Nutriea Agar); media PDA (Potato Dextrose Agar); KOH 0,2; larutan P-A; larutan P-B; larutan P-C
Alat-alat: pisau, stoples, selang kecil, aluminium foil, timbangan digital, dan blender, pisau besar, talenan, ember plastik, timbangan, sekop, termometer, dan kantong plastik. timbangan digital, labu Kjeldahl, pH meter, konduktometer, botol film, autoclave, laminar air flow cabinet, stoples, petridish, pipet, tabung reaksi, flame photometer, mesin pengocok.
Rancangan Percobaan
Percobaan tersarang dengan rancangan acak kelompok (RAK).
Faktor dosis MOL tersarang pada faktor jenis MOL.
Jenis MOL, yaitu MOL nasi basi, MOL buah pisang busuk, dan MOL empulur buah kakao.
Dosisyang digunakan terdiri dari tiga taraf, yaitu 100 mL, 200 mL, dan 300 mL, serta sebagai pembanding, yaitu tanpa menggunakan MOL (0 mL)
Kode Dosis
Sampah rumah tangga (S) + Perlakuan MOL nasi basi (N)
SN1 100 mL
SN2 200 mL
SN3 300 mL
Sampah rumah tangga (S) + Perlakuan MOL buah pisang busuk (P)
SP1 100 mL
SP2 200 mL
SP3 300 mL
Sampah rumah tangga (S) + Perlakuan MOL empulur buah kakao (E)
SE1 100 mL
SE2 200 mL
SE3 300 mL
S0= tanpa perlakuan MOL 0 mL
Tabel 1. Perlakuan
Pelaksanaan Penelitian Pembuatan MOL,
-Penyiapan 1 liter air kelapa -300 g nasi basi, pisang busuk serta empulur buah kakao yang telah dihaluskan -Penambahan 200 g gula aren dan 100 mL urinesapi.
-Stoples yang telah terisi bahan-bahan MOL tersebut ditutup dan diinkubasikan selama tiga minggu.
Pembuatan kompos
-Pencampuran sampah hingga homogen -Pemotongan sampah hingga ± 3-5 cm, -Penimbangan sampah seberat 9 kg dan dimasukkan ke dalam ember plastik.
-Pencampuran dengan 0,5 kg dedak padi dan 0,5 kg pupuk kandang sapi.
-Penambahan MOL nasi basi, buah pisang busuk, dan empulur buah kakao -Inkubasi selama 6 minggu
Pengamatan Populasi total jamur dan bakteri : seri pengenceran dan cawan tuang.
Total respirasi tanah: metode Verstraete (Anas, 1989).
Parameter sifat fisik kompos
Parameter sifat kimia kompos Parameter sifat biologi kompos
Kadar air kompos (%), berat kompos (kg), suhu kompos (oC), aroma, warna, dan struktur kompos.
C-organik (%) : metode analisis Walkley dan Black,
N-total (%): metodeKjeldhal,
P-tersedia (%) dan K-tersedia (%): metodeBray-I, pH kompos: cara elektrolit,
Rasio C/N: membagi hasil analisis C-organik dengan N-total,
Kadar garam (%): alat konduktometer .
Hasil Penelitian
Tabel 2. Kompilasi Signifikansi Pengaruh Perlakuan Dosis MOL terhadap Sifat Biologi, Fisik, dan Kimia Kompos
No. Parameter Signifikansi
D dlm J D dlm SN D dlm SP D dlm SE S0vs P
Sifat Biologi Kompos 1. Total Populasi Bakteri
(spk g-1x108) ** * tn ** *
2. Total Populasi Jamur
(spk g-1x105) ** ** tn ** tn
3. Total Respirasi
mg C-CO2kg-1kompos hari-1 * ** tn tn tn
Sifat Fisik Kompos
1. Berat (kg) tn tn tn tn tn
2. Kadar Air (%) tn tn tn tn tn
Sifat Kimia Kompos
1. C-organik (%) ** ** tn ** *
2. N-total (%) * * tn * tn
3. Rasio C/N ** ** tn ** *
4. P-tersedia (%) ** ** tn ** *
5. K-tersedia (%) ** ** tn * *
6. pH tn tn tn tn tn
7. Kadar Garam (%) tn tn tn tn tn
Sifat Biologi Kompos
Perlakuan Total Populasi Bakteri (spk g-1x108)
Total Populasi Jamur (spk g-1x105)
Respirasi (mg C- CO2kg-1kompos
hari-1) MOL nasi basi
SN1 7,04 b 4,04 b 7,57 b
SN2 8,02 a 5,34 a 8,40 a
SN3 7,03 b 4,52 b 7,60 b
MOL buah pisang busuk
SP1 6,26 a 4,13 a 6,74 a
SP2 6,34 a 4,17 a 6,66 a
SP3 5,98 a 3,92 a 6,80 a
MOL empulur buah kakao
SE1 5,79 b 4,11 b 6,83 b
SE2 7,46 a 6,56 a 7,49 a
SE3 5,87 b 4,38 b 7,06 ab
BNT 5% 0,71 0,69 0,56
S0 5,29 4,07 7,31
Perlakuan Secara Umum (P)
6,13 4,17 7,24
S0vs P * tn tn
Tabel 3. Pengaruh Jenis dan Dosis MOL terhadap Sifat Biologi Kompos
Sifat Biologi Kompos
Perlakuan Total Populasi Bakteri (spk g-1x108)
Total Populasi Jamur (spk g-1x105)
Respirasi (mg C- CO2kg-1kompos
hari-1) MOL nasi basi
SN1 7,04 b 4,04 b 7,57 b
SN2 8,02 a 5,34 a 8,40 a
SN3 7,03 b 4,52 b 7,60 b
MOL buah pisang busuk
SP1 6,26 a 4,13 a 6,74 a
SP2 6,34 a 4,17 a 6,66 a
SP3 5,98 a 3,92 a 6,80 a
MOL empulur buah kakao
SE1 5,79 b 4,11 b 6,83 b
SE2 7,46 a 6,56 a 7,49 a
SE3 5,87 b 4,38 b 7,06 ab
BNT 5% 0,71 0,69 0,56
S0 5,29 4,07 7,31
Perlakuan Secara Umum (P)
6,13 4,17 7,24
S0vs P * tn tn
Tabel 3. Pengaruh Jenis dan Dosis MOL terhadap Sifat Biologi Kompos
Perlakuan Berat (kg) Kadar Air (%)
MOL nasi basi
SN1 5,57 a 21,81 a
SN2 5,35 a 20,30 a
SN3 5,40 a 20,64 a
MOL buah pisang busuk
SP1 5,50 a 21,24 a
SP2 5,63 a 23,60 a
SP3 5,57 a 21,58 a
MOL empulur buah kakao
SE1 5,58 a 20,05 a
SE2 5,77 a 21,89 a
SE3 5,42 a 18,09 a
BNT 5% 0,41 7,49
S0 5,33 16,88
Perlakuan Secara Umum (P) 5,53 21,02
S0vs P tn tn
• Berat dan Kadar Air Kompos
Tabel 3. Pengaruh Jenis dan Dosis MOL terhadap Berat dan Kadar Air Kompos
Pembahasan
Sifat Biologi Kompos
BO: sumber energi mikroorganisme
MOL buah pisang juga tertinggi pada dosis 200 mL, namun tidak berbeda nyata
Dekomposisi bahan organik secara efektif oleh mikroorganisme
MOL nasi basi dan empulur buah kakao dengan dosis 200 mL berbeda nyata dengan dosis lainnya
MOL buah pisang busuk, total respirasi juga tertinggi pada dosis 200 mL, namun tidak berbeda nyata
Jumlah : total populasi bakteri dan jamur
Sifat Fisik Kompos
Tahap kedua , mikroorganisme termofilik hadir dalam tumpukan bahan kompos.
Mikroorganismetermofilikhidup pada suhu 45-60oC.
tahap pertama yaitu tahap penghangatan, mikroorganismemesofilikhadir dalam bahan kompos secara cepat dan suhu meningkat temperatur 10-45oC.
Setelah suhu puncak terlewati, tumpukan mencapaikestabilan, dimana bahan lebih mudah terdekomposisi. Tahap ketiga yaitu tahap pendinginan danpematangan Suhu Kompos
Sifat Fisik Kompos
• Suhu (Grafik Perubahan Suhu (oC) Pengomposan)
Sifat Kimia Kompos
C-organik tertinggi MOL nasi basi dan empulur buah kakao adalah pada dosis 300 mL beda tdk nyata dngn 100 mL, berbeda nyata dengan dosis 200 mL yang terendah
pisang busuk, C-organik tertinggi pada dosis 200 mL, namun tidak berbeda nyata dengan dosis lain
MO merupakan faktor terpenting dalam proses pengomposan karena MO ini yang merombak BO menjadi kompos
N-totaltertinggi MOL nasi basi dan empulur buah kakao adalah pada dosis 200 mL , berbeda nyata dengan dosis lain
MOL buah pisang busuk, N- total tertinggi pada dosis 200 mL, namun tidak berbeda nyata dengan dosis lain
Bakteri dan jamur akan memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi yang menyebabkan
terjadinya proses mineralisasi N.
SIMPULAN DAN SARAN
1.Perlakuan MOL nasi basi dengan dosis 200 mL memberikan kualitas kompos yang terbaik dan pengaruh yang sangat nyata terhadap total populasi jamur, total respirasi, C-organik, rasio C/N, K-tersedia, dan P-tersedia, serta pengaruh yang nyata terhadap total populasi bakteri dan N-total.
2. Perlakuan MOL buah pisang busuk dengan dosis 100 mL sudah dapat memberikan kualitas kompos yang baik.
3. Perlakuan MOL empulur buah kakao dengan dosis 200 mL memberikan kualitas kompos yang terbaik dan pengaruh yang sangat nyata terhadap total populasi bakteri, total populasi jamur, total respirasi, C-organik, rasio C/N, dan P-tersedia, serta pengaruh yang nyata terhadap N-total dan K-tersedia.
Simpulan
Saran
1. MOL nasi basi dan empulur buah kakao dengan dosis 200 mL serta MOL buah pisang busuk dengan dosis 100 mL dapat ditambahkan sebagai aktivator dalam pembuatan kompos sampah rumah tangga.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang identifikasi jenis mikroorganisme pada larutan MOL dan kompos sampah rumah tangga sehingga dapat mengetahui secara spesifik jenis mikroorganisme yang berperan.
SELAMAT pAGI/
rahajeng semeng
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
Oleh:
I Wayan Dana Atmaja FP Unud
Hp. 081338570085
Landasan Teori
A.KOMPOS
Kompos dapat diartikan sebagai pupuk organik yang telah mengalami proses perombakan secara sempurna oleh mikroorganisme pengurai, berwarna kehitam-hitaman dan berstruktur lemah, serta mempunyai nisbah C/N yang rendah mendekati nisbah C/N tanah.
Kualitas kompos masih sulit untuk didefinisikan karena mencakup jenis dan komposisi bahan baku, proses dan kandungan hara pada hasil akhirnya. Satu hal yang pasti kita ketahui kompos yang baik apabila pengurainya telah berhenti yang biasanya memakan waktu 3-4 bulan, butirannya halus berwarna coklat kehitaman dan mempunyai perbandingan C/N yang rendah yaitu mendekati nisbah C/N tanah (Lingga,1991). Sekarang telah telah dibuat MOL (Mikroorganisme Lokal) atau Dekomposer atau Bioaktivator. Dengan menggunakan bahan ini maka proses pengomposan akan bias dipercepat sehingga diperlukan waktu 7-14 hari.
Bahan-bahan:
Bahan Baku:
1. Sampah organik (80%) 2. Pupuk Kandang (10%) 3. Dedak (10%)
Larutan:
1. MOL (mikroorganisme Lokal) atau Dekomposer lainya 2. Gula
3. Air
Cara kerja:
1. Sampah organik dipotong-potong atau dirajang dengan panjang kurang lebih 3-5 cm.
2. Sampah yang telah dipotong tadi ditambah Pupuk kandang dan dedak, kemudian diaduk merata.
3. Campuran tersebut di atas ditambah larutan yang terdiri dari Dekomposer, gula dan air secukupnya, sehingga diperoleh adonan bahan kompos.
4. Adonan tersebut di atas disiram dengan air sampai kandungan air kurang lebih 30-40%.
Kemudian dimasukkan kedalam karung goni.
5. Simpan /diinkubasikan ditempat teduh.
6. Kandungan air atau kelembaban dan suhu harus tetap dijaga. Suhu jangan sampai melebihi 50 0C.(Kelembaban dan suhunya dicek setiap 3 hari).
7.Bila suhu melebihi dari 50 0C , adonan yang ada dalam karung goni tadi di keluarkan kemudian dilakukan pengadukan kemudian dimasukkan kembali kedalam karung.
Pengamatan Suhu :
Hari pengamatan (Umur kompos)
Suhu kompos
( 0C)
C/N Rasio Keterangan
3
6
9
12
15
18
Dst
Karakteristik Kompos :
Umur Kompos (Minggu)
Karakteristik
pH C/N Rasio Warna Bau/aroma struktur 3
6 9 12 15 18 dst
II. BOKASHI
Bokashi adalah hasil fermentasi bahan organik (Jerami, sampah organik, pupuk kandang) dengan teknologi EM yang dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bokashi dapat dibuat dalam beberapa hari dan bisa langsung digunakan sebagai pupuk.
Setiap bahan organik akan yang terfermentasi oleh mikroorganisme fermentasi (EM) dalam kondisi semi anarobik/anaerobik pada suhu 40-50 0C. Hasil fermentasi bahan organik berupa senyawa organik sangat mudah diserap oleh perakaran tanaman.
Bahan:
1. Jerami 200 kg termasuk berbagai jenis rumput/pupuk hijau dipotomg-potong sepanjang 5-10 cm
2. Dedak 10 kg 3. Sekam 200 kg
4. Gula pasir 10 sendok makan 5. EM4 200 ml (20 sendok makan) 6. Air secukupnya
Cara Pembuatan:
1. Larutkan EM4 dan gula kedalam air
2. Jerami, sekam dan dedak di campur secara merata
3. Siramkan larutan EM4 secara perlahan-lahan kedalam adonan secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30%. Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak keluar dari adonan dan bila kepalan dilepas maka adonan akan megar
4. Adonan digundukkan diatas ubin yang kering dengan ketinggian 15-20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni, selama 3-4 hari
5. Pertahankan suhu gundukan adonan 40-50 0C. Jika suhu lebih dari 50 0C, bukanlah karung penutup dan gundukan adonan dibalik-balik, kemudian ditutup lagi dengan karung goni.
Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan Bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan pengecekan suhu dilakukan setiap 5 jam
6. Setelah 7 hari, Bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.
Pengamatan Suhu :
Hari pengamatan (Umur Bokashi)
Suhu Bokashi
( 0C)
C/N Rasio Keterangan
3
6
9
12
15
18
Dst
Karakteristik Bokashi :
Umur Bokashi (Hari)
Karakteristik
pH C/N Rasio Warna Bau Tekstur
3 6 9 12 15 18 dst