Sejarah Berdirinya IPDN Kampus Kalimantan Barat
Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) terbentuk melalui proses perjalanan sejarah yang panjang. Sejarah berdirinya IPDN sangat penting untuk di pahami dari awal berdirinya hingga sampai saat ini, karena semua peristiwa itu adalah momen penting yang tidak bisa dilupakan dan dipisahkan dengan situasi IPDN saat ini, dan uraian tulisan sejarah ini sebagai salah satu bentuk penghargaan atas jasa perjuangan dari para tokoh-tokoh pendiri IPDN.
Tahun 1860 di Batavia berdiri “Gymnasium Willem III” (Saat ini bekas gedung Gymnasium Willem III masih berdiri di Lokasi Perpustakaan Nasional Salemba Jakarta). Berdasarkan undang-undang-undang pendidikan menengah tahun 1863, lembaga ini pada tahun 1867 diubah menjadi Hogere Burger School (HBS). Pada sekolah ini ditambahkan jurusan B yang mempersiapkan para pemuda untuk menempuh ujian amtenar tinggi. Jurusan ini berdiri sampai tahun 1913 (Warmenhoven 2001: 21).
Gedung Gymnasium Willem III
(Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/802690)
Selanjutnya pada tahun 1920 dibentuk sekolah pendidikan Pamong Praja yang bernama Opleiding School Voor Inlandshe Ambtenaren (OSVIA) dan Middlebare Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (MOSVIA). Para lulusannya sangat dibutuhkan dan dimanfaatkan untuk memperkuat penyelenggaraan pemerintahan Hindia Belanda. Dimasa kedudukan pemerintah Hindia Belanda, penyelenggaraannya dibedakan atas pemerintahan yang langsung dipimpin oleh kaum atau golongan pribumi yaitu Binnenlands Bestuur Corps (BBC) dan pemerintahan yang tidak langsung dipimpin oleh kaum atau golongan dari keturunan Inlands Bestuur Corps (IBC).
Gedung OSVIA Magelang Gedung OSVIA Serang (Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/823339,
https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/892561)
Pada masa awal kemerdekaan RI, sejalan dengan penataan sistem pemerintahan yang diamanatkan oleh Undang Undang Dasar 1945, kebutuhan akan tenaga kader pamong praja untuk melaksanakan tugas- tugas pemerintahan baik pada pemerintah pusat maupun daerah semakin meningkat sejalan dengan tuntutan perkembangan penyelenggaraan pemerintahannya. Untuk memenuhi kebutuhan akan kekurangan tenaga kader pamong praja, maka pada tahun 1948 dibentuklah lembaga pendidikan dalam lingkungan Kementerian Dalam Negeri yaitu Sekolah Menengah Tinggi (SMT) Pangreh Praja yang kemudian berganti nama menjadi Sekolah Menengah Pegawai Pemerintahan Administrasi Atas (SMPPAA) di Jakarta dan Makassar.
Pada Tahun 1952, Kementerian Dalam Negeri menyelenggarakan Kursus Dinas Bagian C (KDC) di Kota Malang, dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan pegawai golongan DD yang siap pakai dalam melaksanakan tugasnya.Sejalan dengan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan yang semakin kompleks, luas dan dinamis, maka pendidikan aparatur di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dengan tingkatan kursus dinilai sudah tidak memadai. Berangkat dari kenyataan tersebut, mendorong pemerintah mendirikan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) pada tanggal 17 Maret 1956 di Malang, Jawa Timur. APDN di Malang bersifat APDN Nasional berdasarkan SK Mendagri No. Pend.1/20/56 tanggal 24 September 1956 yang diresmikan oleh Presiden Soekarno di Malang, dengan Direktur pertama Dr. Raspio Woerjodiningrat. Mahasiswa APDN Nasional Pertama ini adalah lulusan KDC yang direkrut secara selektif dengan tetap mempertimbangkan keterwakilan asal provinsi selaku kader pemerintahan pamong praja yang lulusannya dengan gelar Sarjana Muda (BA).
Gedung APDN Jl. Kawi Malang Jawa Timur (Sumber: Street View Google Maps)
Hadirnya IPDN Kampus Kalimantan Barat dapat ditelusuri dalam sejarah pendidikan daerah Kalimantan Barat. Dalam rangka mendidik kader pamong praja diselenggarakan kursus dinas pegawai pemerintah golongan menengah yang disebut Kursus Dinas Bagian C (KDC) berdasarkan SK Mendagri No. Pend. 2/12/16-95 tanggal 24 Oktober 1961, oleh Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat (Ahok 1981: 84).
Sekolah atau kursus ini menerima siswa dari SMP yang sudah menjadi pegawai negeri di lingkungan Pemerintah Daerah. KDC diselenggarakan selama 1½ (satu setengah) tahun dengan jumlah kuota peserta kursus di Pontianak, Kalbar sebanyak 40 orang (Sumarto 1962: 308-309).
Pada tahap pertama KDC diikuti oleh 28 orang melalui seleksi tersendiri. Adapun tempat belajar menggunakan bangunan di daerah Kota Baru Pontianak (sekarang digunakan sebagai kantor Dinas Koperasi dan UKM Pemerintah Provinsi Kalbar). Pimpinan KDC yaitu Drs. M.S.
Sihombing, sedangkan pengajarnya sebagian besar adalah pejabat Pemerintah Provinsi Kalbar, antara lain Drs. Supardal, Drs. Sunirman, Drs.
Suwaji, Drs. Muhardi Atmo Sentono, Hasan Saleh, SH, Mayor M. Isa, Drs.
Abassuni Abubakar, serta dari luar Pemprov Kalbar yaitu Pater Sekundus.
Setelah selesai menempuh pendidikan, lulusan KDC diangkat sebagai aparatur pemerintah dengan pangkat II/D (Pembimbing Tata
Praja), selanjutnya ditugaskan sebagai Mantri Polisi Muda (MPM) dan Camat (Wawancara Husein M. Syawik tanggal 12/09/2020).
Sebagai kelanjutannya Pemerintah Daerah Kalimantan Barat tahun 1965 mendirikan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) di Pontianak berdasarkan Surat Keputusan Gubernur / KDH Kalimantan Barat tanggal 7 September 1965 No. 991/X/1965-C yang disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan Surat Keputusannya No. 61/1965 tanggal 14 September 1965. APDN Pontianak menerima siswa lulusan SMA baik yang belum bekerja maupun yang sudah bekerja dalam lingkungan Pemerintah Daerah Kalimantan Barat. Pada tahap permulaan mengutamakan pegawai lulusan SMA dan KDC yang pegawai Pemerintah Daerah kemudian baru menerima siswa lulusan SMA biasa, bahkan pada mulanya lulusan dari Sekolah Guru Atas (SGA) pun diterima juga. Dalam rangka pelantikan Wakil Gubernur / KDH Kalimantan Barat Soemadi Bc.
H.K., Menteri Dalam Negeri Mayor Jenderal APRI Dr. Soemarno Sosroatmodjo meresmikan pula berdirinya APDN Pontianak pada tanggal 19 September 1965 (Ahok 1981: 30 & 85).
Sebelum diresmikan menteri dalam negeri, telah diadakan upacara peresmian pada tanggal 9 September 1965. Inspektur upacara peresmian APDN Pontianak saat itu Bapak Raden Kusno dan komandan upacaranya Bapak Drs. H. AM. Djapari. Jumlah mahasiswa 27 orang lulusan KDC angkatan I, dengan pangkat DDII yang menjabat Mantri Kabupaten.
Lulusan KDC tersebut langsung diterima sebagai mahasiswa tingkat II.
Perkuliahan sempat terhenti sementara karena gejolak politik masa peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru, namun dilanjutkan kembali efektif sejak 1 Januari 1966 (Hakim 2012: 3).
Sarana dan prasarana untuk proses belajar mengajar menggunakan fasilitas bangunan milik pemerintah yang berlokasi di Jl.
Sutan Syahrir Pontianak (Saat ini digunakan sebagai kantor Inspektorat dan Dinas Koperasi & UKM Provinsi Kalbar). Kemudian pada tahun 1970 kegiatan APDN Pontianak pindah menempati gedung di Jl. Johan Idrus Pontianak (Wawancara Husein M. Syawik tanggal 12/09/2020).
Gedung APDN di Jalan Johan Idrus Pontianak
(Sumber: https://pontianak.tribunnews.com/2017/11/23/jauh- berbeda-dengan-sekarang-inilah-foto-sejumlah-bangunan-kota-pontianak-
zaman-dahulu?page=all & Hakim 2012)
Direktur APDN Pontianak pertama Raden Kusno dan wakilnya ditunjuk Alfonsus Yacobus Tanting Ngo (Tanasaldy 2012: 162). Berikut nama-mama Direktur dan Wakil Direktur (Wadir) APDN Pontianak:
1. Raden Kusno (1965 – 1968), Wadir: A.Y. Tanting Ngo dan Drs. Tammar Abdulsalam
2. Drs. Jimmi M. Ibrahim (1968 – 1973), Wadir: Drs. Nur Ismail dan Drs. Batara Batubara
3. Drs. Supardal (1973 – 1975), Wadir: Drs. Nur Ismail dan Drs.
Batara Batubara
4. Hasan Salaeh, S.H., Pejabat (Pj.) Direktur pada tahun 1975 5. Drs. Sumarno (1975 – 1981),
Wadir: Drs. H. Abang Mohammad Japari dan Drs. U.N. Nasiruddin 6. Drs. Tabrani Hadi (1981 – 1989)
7. Drs. Usman Sood (1989 – 1992)
(Sumber: Wawancara Drs. Tabrani Hadi, 08/09/2020, Husein M. Syawik 12/09/2020, Hakim 2012: 4)
Pada perkembangan selanjutnya, lulusan APDN dinilai masih perlu ditingkatkan dalam rangka upaya lebih menjamin terbentuknya kader- kader pemerintahan yang ”qualified leadership and manager administrative”, terutama dalam menyelenggarakan tugas-tugas urusan pemerintahan umum. Kebutuhan ini mendorong pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan aparatur di lingkungan Departemen Dalam Negeri setingkat Sarjana, maka dibentuklah Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) yang berkedudukan di Kota Malang Jawa Timur berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 8 Tahun 1967, selanjutnya dikukuhkan dengan Keputusan Presiden Nomor 119 Tahun 1967. Peresmian berdirinya IIP di Malang ditandai dengan peresmian oleh Presiden Soekarno pada tanggal 25 Mei 1967.
Pada tahun 1972 Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) yang berkedudukan di Malang Jawa Timur dipindahkan ke Jakarta melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 94 Tahun 1972. Pada tanggal 9 Maret 1972, kampus IIP yang terletak di Jakarta di resmikan oleh Presiden Soeharto yang dinyatakan : ”Dengan peresmian kampus Institut Ilmu Pemerintahan, mudah-mudahan akan merupakan kawah candradimukanya Kementerian Dalam Negeri untuk menggembleng kader-kader pemerintahan yang tangguh bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia ”.
Seiring dengan pembentukan IIP yang merupakan peningkatan dari APDN Nasional di Malang, maka untuk penyelenggaraan pendidikan kader pada tingkat akademi, Kementerian Dalam Negeri secara bertahap sampai dengan dekade tahun 1970-an membentuk APDN di 20 Provinsi
selain yang berkedudukan di Malang, juga di Banda Aceh, Medan, Bukittinggi, Pekanbaru, Jambi, Palembang, Lampung, Bandung, Semarang, Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin, Samarinda, Mataram, Kupang, Makassar, Manado, Ambon dan Jayapura.
Pada tahun 1988, dengan pertimbangan untuk menjamin terbentuknya wawasan nasional dan pengendalian kualitas pendidikan, Menteri Dalam Negeri Rudini menerbitkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 38 Tahun 1988 Tentang Pembentukan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Nasional. Proses perkuliahan sementara dititipkan di APDN Malang dan APDN Semarang, sambil menunggu selesainya pembangunan gedung baru di Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Integrasi di gedung baru dilaksanakan pada bulan Agustus 1990.
Mahasiswa APDN Nasional angkatan Pertama
yang dititipkan di APDN Malang & APDN Semarang (Sumber:https://www.facebook.com/maryunani.yunani)
Pembangunan Gedung APDN Nasional Di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat
APDN Nasional kedua dengan program D-III berkedudukan di Jatinangor, Sumedang Jawa Barat yang peresmiannya dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri tanggal 18 Agustus 1990.
Upacara Penyatuan APDN Nasional di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat
APDN Nasional ditingkatkan statusnya berdasarkan Keputusan Presiden No. 42 Tahun 1992 tentang Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri, maka status APDN menjadi STPDN dengan program studi D-III yang diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 18 Agustus 1992.
Presiden Soeharto meresmikan Kampus STPDN Jatinangor Sumedang
Kampus IPDN Jatinangor Sumedang Jawa Barat
Gedung Kampus IPDN Jatinangor memiliki nilai filosofi Among Praja Dharma Nagari, bermakna pamong yang mengasuh dan mengemong
peserta didik menurut sistem among: Ing Ngarso Sung Tulaodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tutwuri Handayani, untuk melaksanakan
kewajiban dan pengabdian kepada Bangsa dan Negara. Konsep dasar yang diterapkan pada perancangan luar Kampus IPDN Jatinagor ini adalah ruang yang formal, intelektual dan ramah dengan tujuan menciptakan tata ruang yang mendukung tujuan dari IPDN sebagai wadah untuk mengasuh peserta didik dengan memiliki jiwa yang pintar, ramah, disiplin dan berintelektual (Sudarma 2011: 50).
Sistem area pada tapak Kampus IPDN Jatinangor (Sumber: Sudarma 2011: 51)
Berikut nama-nama Ketua/Rektor STPDN dari awal peresmian sampai dibentuknya IPDN Kampus Daerah:
Sejak tahun 1995, bertititk tolak dari keinginan dan kebutuhan untuk lebih mendorong perkembangan karier sejalan dengan peningkatan eselonering jabatan dalam sistem kepegawaian Republik Indonesia, maka program studi ditingkatkan menjadi program D-IV. Keberadaan STPDN dengan pendidikan profesi (program D-IV) dan IIP yang menyelenggarakan pendidikan akademik program sarjana (strata I), menjadikan Departemen Dalam Negeri memiliki dua (2) Pendidikan Tinggi Kedinasan dengan lulusan yang sama dengan golongan III/a.
Kebijakan Nasional mengenai pendidikan tinggi sejak tahun 1999 antara lain yang mengatur bahwa suatu Departemen tidak boleh memiliki dua atau lebih perguruan tinggi dalam menyelenggarakan keilmuan yang sama, maka mendorong Departemen Dalam Negeri untuk mengintegrasikan STPDN ke dalam IIP. Usaha pengintegrasian STPDN kedalam IIP secara intensif dan terprogram sejak tahun 2003 sejalan dengan dikeluarkannya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pengintegrasian terwujud dengan ditetapkannya Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang Penggabungan STPDN ke dalam IIP dan sekaligus mengubah nama IIP menjadi Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Tujuan penggabungan STPDN ke dalam IIP tersebut, selain untuk memenuhi kebijakan pendidikan nasional juga untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan pendidikan kader pamong praja di lingkungan Departemen Dalam Negeri. Kemudian Kepres
No. 87 Tahun 2004 ditindak lanjuti dengan Keputusan Mendagri No.
892.22-421 tahun 2005 tentang Pelaksanaan Penggabungan dan Operasional Institut Pemerintahan Dalam Negeri, disertai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja IPDN dan Peraturan Menteri Dalam Negeri 43 Tahun 2005 Tentang Statuta IPDN serta peraturan pelaksanaan lainnya.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang Penggabungan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri ke dalam Institut Ilmu Pemerintahan dan dirubah namanya menjadi IPDN, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2009 tentang Statuta Institut Pemerintahan Dalam Negeri dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Institut Pemerintahan Dalam Negeri. Bahwa IPDN merupakan salah satu komponen di lingkungan Kementerian Dalam Negeri yang melaksanakan tugas menyelenggarakan pendidikan tinggi kepamongprajaan. Sejalan dengan tugas dan fungsi melaksanakan pendidikan tinggi kepamongprajaan serta dengan mempertimbangkan tantangan, peluang dan pilihan-pilihan strategik yang akan dihadapi dalam lima tahun kedepan, Renstra IPDN 2010-2014 disusun dengan memperhatikan pencapaian program dan kegiatan yang dilakukan agenda pembangunan pada lima tahun terakhir (2005¬2009), serta kondisi internal dan dinamika ekternal lingkup IPDN.
Presiden Republik Indonesia pada tanggal 9 April 2007 mengeluarkan kebijakan dengan menetapkan 6 (enam) langkah pembenahan yang segera dilakukan untuk membangun budaya organisasi yang baru bagi IPDN. Kebijakan Presiden memperoleh dukungan dari DPR-RI.Untuk melaksanakan kebijakan pembenahan, Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan serangkaian kebijakan yaitu: 1.
Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pembenahan IPDN; 2. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 890.05- 506 Tahun 2007 tentang Pembentukan Tim Implementasi Pendidikan Kader Pemerintahan;
Pada tahap selanjutnya, ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang Penggabungan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri Ke Dalam Institut Ilmu Pemerintahan menjadi IPDN mengamanatkan penataan sistem pendidikan tinggi kepamongprajaan meliputi jenis pendidikan, pola pendidikan, kurikulum, organisasi penyelenggara pendidikan, tenaga kependidikan dan peserta didik serta pembiayaan.
IPDN Kampus Cilandak Jakarta
Pada saat ini IPDN telah ada 3 (tiga) fakultas yaitu (1) Fakultas Politik Pemerintahan, (2) Fakultas Manajemen Pemerintahan, dan (3) Fakultas Hukum Tata Pemerintahan. Program Pendidikan yaitu : (1) Program Diploma IV, (2) Program Pasca Sarjana Magister dan Doktor, (3) Program Profesi Kepamongprajaan. Program Pendidikan tinggi kepamongprajaan selain diselenggarakan di Kampus IPDN Pusat Jatinangor, serta Kampus IPDN Pusat di Cilandak Jakarta, juga diselenggarakan di Kampus IPDN Daerah yang menyelenggarakan program studi tertentu sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.Kampus IPDN daerah diselenggarakan di beberapa tempat yaitu :
IPDN Kampus Sumatera Barat
IPDN Kampus Nusa Tenggara Barat
IPDN Kampus Sulawesi Selatan
IPDN Kampus Sulawesi Utara
IPDN Kampus Papua
IPDN Kampus Kalimantan Barat merupakan Kampus yang didirikan sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 425.12-22 Tahun 2009 tentang Lokasi Institut Pemerintahan Dalam Negeri di Daerah, dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 420/397/IPDN/2011 tentang IPDN Kampus Kalimantan Barat diresmikan pada tanggal 17 Maret 2011.
IPDN Kampus Kalimantan Barat pada awalnya berada di Jalan Trans Kalimantan Km 11,5 Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya, dan sejak tahun 2011 sudah mulai melaksanakan penyelenggaraan
pendidikan dengan menggunakan fasilitas bangunan Unit Pelayanan Rehabilitasi Sosial (UPRS) Dinas Sosial yang merupakan aset pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Barat, sambil menunggu proses pembangunan gedung IPDN Kampus Kalimantan Barat yang baru yang berlokasi di Kabupaten Mempawah.
IPDN Kampus Kalimantan Barat menyelenggaraan pendidikan dengan system Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan serta memiliki Program Studi Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Publik dan Program Studi Administrasi Pemerintahan Daerah Fakultas Manajemen Pemerintahan. Peserta didik pertama di isi oleh satuan Praja Angkatan XXI sebanyak 100 orang.
Sketsa IPDN Kampus Kalimantan Barat
IPDN Kampus Kalimantan Barat
Penyambutan Tamu oleh Praja Angkatan XXI di IPDN Kampus Kalbar
Selama berdirinya IPDN Kampus Kalimantan Barat, telah dipimpin oleh beberapa Direktur antara lain :
1. Drs. Hasbullah Hasan, M.Si.
(Tahun 2010 - 2013)
2. Dr. H. Maskana Sumitra, S.H., M.Si.
(Tahun 2013 - 2014)
3. Drs. H. Untung Subagyo, MPA.
(Tahun 2014 - 2015)
4. Dr. H. Dahyar Daraba, M.Si.
(Tahun 2015)
5. Prof. Dr. H. Murtir Jeddawi, SH., S.Sos., M.Si
(Tahun 2015 - 2018)
6. Drs. Zulkarnaen Ilyas, B.A, MM (Tahun 2018 - Sekarang)
Direktur IPDN Kampus Kalimantan Barat dalam menjalankan aktivitasnya dibantu oleh tiga orang wakil direktur yaitu 1. bidang akademik, 2. administrasi dan 3. keprajaan. Berikut beberapa nama yang pernah menjabat sebagai wakil direktur di IPDN Kampus Kalbar:
Wakil Direktur I
1. Dr. Aloysius Mering, M.Pd.
2. Drs.H. Akbar Ali, M.Si.
Wakil Direktur II
1. Dr. Drs. Maskana Sumitra, SH, M.Si.
2. Ir. Nawawi, M.Si.
3. Dr. Maisondra, SH., Dipl. Ed.
4. Dr. Herson Sihombing, M.Si.
Wakil Direktur III
1. Guruh Paryono, S.IP., M.Si.
2. Drs.H. Akbar Ali, M.Si.
3. Irfan Setiawan, S.IP., M.Si.
4. Stanley Ferdinand Pangarepan, AP, M.Si.
Aktivitas Direktur dan Wakil Direktur juga didukung oleh tiga kepala bagian yaitu Akademik, Tata Usaha dan Keprajaan. Berikut beberapa nama yang pernah menjabat kepala bagian:
Kepala Bagian Akademik 1. Alias Imennuah, SE., MM.
2. Santiaji P. Rangi, S.IP., M.Si.
3. Widodo Wuryanto, S.IP., M.Si.
4. Dedy Suhendi, S.Sos., M.Si.
5. Zamhir Islami, S.STP.
Kepala Bagian Tata Usaha 1. Agus Toyib, S.Sos. M.Si.
2. Mavis Gunawan Rukmana, S.IP., M.Si.
3. Widodo Wuryanto, S.IP., M.Si.
4. Wawan Suwanda, S.Sos., MM.
Kepala Bagian Keprajaan
1. Maris Gunawan Rukmana, S.IP., M.Si.
2. Andi Gusti, S.Sos., M.Si.
3. Dedy Suhendy, S.Sos., M.Si.
4. Widodo Wuryanto, S.IP., M.Si.
5. Nikolaus Prapaska, S.STP.