ABSTRAK
Wulandari, S. (2015). Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 pada Kelas V dengan Tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang berawal dari adanya potensi dan masalah terkait dengan Kurikulum 2013. Potensi yang ada adalah penerapan Kurikulum 2013 yang mengembangkan pendidikan karakter dan pendekatan saintifik. Masalah yang dihadapi guru adalah kesulitan dalam: merumuskan kegiatan pembelajaran, penyediaan media, dan melakukan penilaian. Oleh sebab itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013. Tujuannya untuk mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran dan mendeskripsikan kualitas prototipe perangkat pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan enam langkah yang meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain prototipe produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain dan (6) uji coba desain. Model pembelajaran yang digunakan adalah discovery learning. Prototipe perangkat pembelajaran divalidasi oleh tiga validator dengan skor rata-rata 4,69 (sangat baik). Dengan demikian perangkat tersebut layak diujicobakan.
Uji coba dilakukan di SDN Depok 1 dari tanggal 17 - 22 November 2014. Setelah uji coba, peneliti melakukan wawancara akhir. Dari hasil wawancara akhir didapatkan data bahwa prototipe perangkat pembelajaran membantu guru dalam: (1) merumuskan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran discovery learning, (2) menyediakan dan memfasilitasi siswa untuk membuat media, dan (3) melakukan penilaian KI 1 (sikap spiritual), KI 2 (sikap sosial), KI 3 (pengetahuan) dan KI 4 (keterampilan).
ABSTRACT
Wulandari, S. (2015). Developing Learning Materiel of Curriculum 2013 for Grade V students on Theme 3 "Harmony in Society". Thesis. Yogyakarta: Sanata Dharma University.
This research and development was based on the potential and problems associated with Curriculum 2013. The potential was the implementation of Curriculum 2013 that developed character education and scientific approach. The problems faced by teachers were some difficulties in formulating learning activities, providing media, and assessing results. Therefore, the researcher was encouraged to do a research and development on learning materiel of Curriculum 2013. The purpose of this research was to develop prototype of learning materiel and to describe the quality of the prototype.
This used six steps of R&D namely: (1) potential and problems, (2) data collection, (3) prototype product design, (4) design validation, (5) design revision, and (6) design trials. The learning model used was discovery learning. The learning materiel prototype was validated by three validators and received an average score of 4.69 (excellent). Therefore, the prototype learning materiel was f teasible to be tested.
The trials were done in Depok 1 State Elementary School from 17 - 22 November 2014. From the final interview conducted after the trials, the researcher gathered some data that showed the prototype learning materiel prototype created help teachers in: (1) formulating learning activities based on scientific approaches and “discovery learning” model, (2) providing and facilitating students to make learning media, and (3) conducting assessment on KI 1 (spiritual attitude), KI 2 (social attitudes), KI 3 (knowledge), and KI 4 (skills).
KURIKULUM 2013 PADA KELAS V DENGAN TEMA 3
“KERUKUNAN DALAM BERMASYARAKAT”
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Sriyani Wulandari NIM: 111134129
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
KURIKULUM 2013 PADA KELAS V DENGAN TEMA 3
“KERUKUNAN DALAM BERMASYARAKAT”
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Sriyani Wulandari NIM: 111134129
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Dipersiapkan dan disusun oleh : Sriyani Wulandari
NIM: ll1l34l29
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi
pada tanggal 27 April20ls, dan dinyatakan memenuhi syarat.
Susunan Panitia Penguj
i
Nama Lengkap Ketua
Sekretaris Anggota Anggota Anggota
Yogyaka*a" 27
Apil2}15
Slaipsi ini dipersembahkan untuk :
1.
Kedua orang tua: Bapak Suwarsono dan Ibu Lucia Rukmiyarsi yang selalu memberi perhatian, motivasi dan kasih sayang yang tulus.2.
Kedua kakak tersayang: Silvester Bimo Wicaksono dan Rafael Galih Permadi Siwi yang selalu memberi motivasi.3.
Orang-orang terdekat yang selatu memberilan perhatiau dao semangat."Belajar dari masa lalu, hidup untuk masakini
dan berharap untuk ftNa yang akan datang'. (Alb€rt Eistein)
"Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat".
(Winston Chuchill)
ooFormula dari
sebuatr kesuksesan
LEMBAR PER}TYATAAN PERSETUJUAI{
PUBLIKASI KARYA
ILMIAII
UNTUK KEPEI{TINGAhI AKADE}IISYang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dhamra: Narna : Sriyani Wulandari
NIM
:llll34l29
Demi pengembangan ilmu pengetahuag saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :
PENGEMBAI\iGAII
PROTOTIPE PERANGKAT
PEMBELAJARANKTIRIKT.]LT'M 2013 PADA KELAS
V
DENGANTEMA
6'KERUKT]NAI\I DALAM BERMASYARAKAT'.Demikian saya memberikan kepada peryustakaao Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalaln
bentuk
pangkalan
data"
mendistibusikan
secara terbatas,
dan mempublikasikannyadi
intemet atau media lain uotuk kepeutingan akademis tanpa perlu memintaijin
dari sata maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap menyantumkan ftlma saya sebagai psneliti.Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
ABSTRAK
Wulandari,
S.
(2015). Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 pada Kelasv
dengan Tema3
"Kerukunan dalam Bermasyarafral ". Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang berawal dari adanya potensi dan masalah terkait dengan Kurikulum 2013. Potensi yang ada adalah penerapan Kurikutum 2013 yarg mengembangkan pendidikan karakter danpendekatan saintifik. Masalah yang dihadapi guru adalah kesulitan dalam: merumuskan kegiatan pembelajaran, penyediaan media, dan melakukan penilaian. Oleh sebab itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan
prototipe
perangkat pembelajaranKurikulum 2013.
Tujuannya untuk mengembangkan prototipe perangkat pembelajarandan
mendeskripsikan kualitas prototipe per wrykat pembelaj aran.Penelitian
ini
menggunakan enam langkah yang meliputi: (1) potensi danmasalah, (2) pengumpulan data (3) desain prototipe produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain dan (6)
uji
coba desain. Model pembelajaran yang digunakan adalah discovery learning. Prototipe perangkat pembelajaran divalidasi oleh tiga validator dengan skor rata-rata 4,69 (sangat baik). Dengan demikian perangkat tersebut layak diuj icobakan.Uji coba dilakukan di SDN Depok 1 dari tanggal 17 - 22 November
2Al4-Setelah uji coba, peneliti melalrukan wawancara akhir. Dari hasil wawancara akhir didapatkan data bahwa prototipe perangkat pembelajaran membantu guru dalam: (1) merumuskan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran discovery learning, (2) menyediakan dan memfasilitasi siswa untuk membuat media dan (3) melakukan penilaian
KI
I
(sikap spiritual), KI 2 (sikap sosial), KI 3 (pengetahuan) danKI4
fteterampilan).ABSTRACT
Wulandari, S. (2015). Developing Learning Materiel
of
Curriculum 2013far
GradeV
studentson
Theme3
"Harmonyin Society".
Thesis.Yogyakarta: Sanata Dharma University.
This research and development was based on the potential and problems associated
with
Curriculum 2013. The potential was the implementationof
Curriculum 2013 that developed character education and scientific approach. The problems facedby
teachers were some diffrcultiesin
formulating learning activities, providing media and assessing results. Therefore, the researcher was encouraged to do a research and development on learning materiel of Curriculum 2013. The purpose of this research was to develop prototypeof
learning materieland to describe the quality of the prototype.
This used six steps of R&D namely: (1) potential and problems, Q) data
collection, (3) prototype product design, (4) design validation, (5) design revision, and (6) design trials. The learning model used was discovery learning. The learning materiel prototype was validated by three validators and received an average score of 4.69 (excellent). Therefore, the protofpe learning materiel was
f
teasible to be tested.The
trials
were done in DepokI
State Elementary School ftom 17 - 22 November2014.
From thefinal interview
conducted after the trials, the researcher gathered some data that showed the prototype learning materiel prototype created help teachers in: (1) formulating leaming activities based on scientific approachesand
o'discovery leaming" model,(2)
providing andfacilitating students to make learning medi4 and (3) conducting assessment on KI
1 (spiritual attitude),
KI2
(social attitudes),KI3
(knowledge), andKI4
(skills).Keywords: research and development, Curriculum 2A13, discovery lear:ring ,
PRAKATA
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME), karena atas rahmat dan l€runia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul
PENGEMBAI\iGAIY
PROTOTIPE
PERANGKATPEMBELAJARAN KURIKT]LUM 2013 PADA KELAS V DENGAN TEMA "KERUK[
NAII DALAM
BERMASYARAKATD. Stripsiini
disusrlr dalam rangka memenuhi persyaxatan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Kegrruan danIlmu
Pendidikaru Universitas SanataDharma
Peneliti menyampaikan perhargaan dan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta memberikan motivasi sehingga slaipsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UniversitasSanata Dharma.
2.
GregoriusAri
Nugrahanta, SJ., S.S., BST.,MA.,
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma3.
Cluistiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma4.
Dra. IgnatiaEsti
Sumaralr, M.Hum., Dosen PembimbingI
yang telah membimbingdan memberikan
motivasi
sehinggapeneliti
dapat menyelesaikan slaipsi ini.5.
The,resia Yunia Setyawan, S.Pd.,M.Hum., Dosen pembimbingII
yang telah membimbing dan memberi masuH<an sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.6.
Para Dosen dan staffkaryawan PGSD Uniyersitas Sanata Dhafina yang telah melayani peneliti dengan baik.8.
KhusniMirati,
S.Pd., guru kelasV
SD
Negeri Depok1
yang telah memberikan bantuan selama penelitian di sekolah.9.
Para vatidator yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.10. Seluruh siswa kelas
V A
SD Negeri DepokI
tahm ajaran 201312014 yang telah membantu selama penelitian berlangsung.11. Teman-terran satu penelitian kolaboratif yang telah melakukan kerjasama dan
memberikan dukungan.
Peneliti menyadari bahwa skripsi
ini masih banyak
kekurangan danketerbatasan. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
PRAKATA ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah... 5
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Devinisi Operasional ... 8
xiii
BAB II LANDASAN TEORI ... 12
A. Kajian Pustaka ... 12
1. Kurikulum 2013 ... 12
a. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013 ... 15
b. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... 20
2. Pendidikan Karakter ... 23
3. Pendekatan Tematik ... 28
4. Pendekatan Saintifik ... 31
5. Model Pembelajaran Discovery Learning ... 35
6. Perangkat Pembelajaran ... 39
a. Silabus ... 40
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 43
7. Media Pembelajaran ... 47
8. Siswa Kelas V SD ... 49
9. Tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat ... 52
10. Penilaian Otentik ... 53
B. Penelitian yang Relevan ... 55
C. Kerangka Berpikir ... 58
D. Pertanyaan Penelitian ... 59
BAB III METODE PENGEMBANGAN ... 61
A. Jenis Penelitian ... 61
B. Prosedur Pengembangan ... 65
C. Seting Penelitian ... 70
1. Subjek Uji Coba ... 70
2. Waktu Penelitian ... 70
D. Instrumen Pengumpulan Data ... 70
1. Wawancara ... 71
xiv
E. Teknik Analisis Data ... 79
BAB IV HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN ... 81
A. Hasil Penelitian dan Pengembangan ... 81
1. Proses Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran ... 81
a. Potensi dan Masalah ... 81
b. Pengumpulan Data ... 85
c. Desain Prototipe Produk ... 86
1) Silabus ... 87
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 88
3) Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 90
4) Pedoman Penilaian dan Kunci Jawaban ... 90
d. Validasi Desain ... 91
1) Data Hasil Validasi dan Revisi Prototipe Produk dari Dosen Ahli Kurikulum I dan II ... 95
2) Data Hasil Validasi Guru Kelas V ... 104
e. Revisi Desain ... 106
1) Revisi Desain Dosen I ... 106
2) Revisi Desain Dosen II ... 108
3) Revisi Guru Kelas V Sekolah Dasar ... 109
f. Uji Coba Prototipe Produk ... 112
1) Pembelajaran 1 ... 113
2) Pembelajaran 2 ... 118
3) Pembelajaran 3 ... 120
4) Pembelajaran 4 ... 121
5) Pembelajaran 5 ... 122
6) Pembelajaran 6 ... 123
xv
a. Analisis Data Penilaian ... 127
1) Data Hasil Penilaian Dosen Ahli Kurikulum I ... 127
2) Data Hasil Penilaian Ahli Kurikulum II ... 128
3) Data Hasil Penilaian Guru Kelas V ... 129
b. Wawancara Akhir... 132
c. Spesifikasi Prototipe Produk ... 135
B. Pembahasan ... 151
1. Prototipe Perangkat Pembelajaran yang Dikembangkan Menggunakan Pendekatan Saintifik dan Model Pembelajaran Discovery Learning ... 152
2. Prototipe Perangkat Pembelajaran Menggunakan Media yang Mendukung Proses Pembelajaran Kurikulum 2013 ... 157
3. Prototipe Perangkat Pembelajaran Memuat Deskriptor-deskriptor Penilaian KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4 ... 159
4. Kelebihan dan Kekurangan Produk ... 162
a. Kelebihan Produk ... 162
b. Kekurangan Produk ... 163
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN, DAN SARAN ... 164
A. Kesimpulan ... 164
B. Keterbatasan Pengembangan ... 165
C. Saran ... 165
DAFTAR PUSTAKA ... 167
LAMPIRAN ... 171
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Identifikasi Kesenjangan Kurikulum ... 13
Tabel 2.2 Deskripsi Perilaku dari Sikap yang Dikembangkan ... 27
Tabel 2.3 Langkah Pembelajaran dan Kegiatan Mengajar ... 33
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara Analisis Kebutuhan ... 71
Tabel 3.2 Pertanyaan Wawancara Analisis Kebutuhan ... 72
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Wawancara Akhir ... 73
Tabel 3.4 Pertanyaan Wawancara Akhir ... 74
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kuesioner Validasi ... 76
Tabel 3.6 Kuesioner Validasi ... 77
Tabel 3.7 Konversi Nilai Skala Lima ... 80
Tabel 3.8 Kriteria Skor Skala Lima ... 80
Tabel 4.1 Konversi Nilai Skala Lima ... 92
Tabel 4.2 Kriteria Skor Skala Lima ... 94
Tabel 4.3 Hasil Validasi RPP Pembelajaran 1 oleh Dosen Ahli Kurikulum 2013 ... 95
Tabel 4.4 Hasil Validasi RPP Pembelajaran 2 oleh Dosen Ahli Kurikulum 2013 ... 98
Tabel 4.5 Hasil Validasi RPP Pembelajaran 3 oleh Dosen Ahli Kurikulum 2013 ... 101
Tabel 4.6 Tabel Komentar Hasil Validasi Pembelajaran 1 ... 108
Tabel 4.7 Tabel Komentar Hasil Validasi Pembelajaran 2 ... 109
Tabel 4.8 Tabel Komentar Hasil Validasi Pembelajaran 4 ... 111
Tabel 4.9 Hasil Rekap Nilai Pembelajaran 1 ... 117
Tabel 4.10 Hasil Rekap Nilai Pembelajaran 6 ... 124
xvii
Tabel 4.12 Analisis Data Penilaian Dosen I... 128
Tabel 4.13 Analisis Data Penilaian Dosen II ... 129
Tabel 4.14 Analisis Data Penilaian Guru Kelas V ... 130
Tabel 4.15 Rekapitulasi Validasi ... 131
Tabel 4.16 Perumusan Indikator dari Kompetensi Dasar ... 136
Tabel 4.17 Contoh Kegiatan Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik ... 142
Tabel 4.18 Contoh Kegiatan Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning ... 143
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Elemen Utama Perbaikan Kurikulum 2013 ... 20
Gambar 2.2 Elemen Perubahan ... 21
Gambar 2.3 Keseimbangan antara Sikap, Ketrampilan dan Pengetahuan untuk Membangun Soft Skills dan Hard Skills ... 21
Gambar 2.4 Rumusan Proses dalam Kurikulum 2013 ... 22
Gambar 2.5 Literatur Map dari Penelitian yang Relevan ... 57
Gambar 3.1 Langkah – Langkah R&D (Sugiyono, 2014) ... 62
Gambar 3.2 Prosedur Pengembangan Bahan Ajar ... 69
Gambar 4.1 Siswa Melakukan Wawancara dengan Siswa Lainnya ... 114
Gambar 4.2 Siswa Mengerjakan Soal Matematika ... 115
Gambar 4.3 Siswa Mencari Contoh Iklan ... 116
Gambar 4.4 Diagram Batang Rekapitulasi Balikan Siswa... 126
Gambar 4.5 Diagram Batang Penilaian Dosen I ... 128
Gambar 4.6 Diagram Batang Penilaian Dosen II ... 129
Gambar 4.7 Diagram Batang Penilaian Guru Kelas V ... 130
Gambar 4.8 Diagram Batang Rekapitulasi Penilaian Validasi ... 131
Gambar 4.9 Contoh Penerapan Tema ... 135
Gambar 4.10 Contoh Penilaian Otentik yang digunakan dalam Prototipe perangkat pembelajaran ... 147
Gambar 4.11 Siswa Mencoba Memainkan Alat Musik Ritmis... 153
Gambar 4.12 Siswa Membandingkan Data Jarak Perjalanan dan Waktu Perjalanan ... 156
Gambar 4.13 Siswa menggunakan Media Iklan dalam Majalah untuk Melakukan Pengamatan unsur Iklan ... 157
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Halaman
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan pengertian, dan spesifikasi
produk yang dikembangkan. Tujuh hal tersebut dijelaskan secara berurutan dalam pembahasan berikut.
A. Latar Belakang Masalah
Beberapa tahun belakangan ini pendidikan karakter secara umum hanya
dikaitkan dengan pelajaran Agama, padahal pendidikan karakter yang sebenarnya sangat dibentuk dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh
siswa. Pada setiap perubahan kurikulum diadakan perbaikan dan pengembangan, seperti pada penerapan Kurikulum 2013. Pada Kurikulum 2013 peningkatan aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan
dicapai dengan pembelajaran di ruang kelas, di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat. Berdasarkan pemahaman tentang
kurikulum-kurikulum sebelumnya diharapkan Kurikulum 2013 dapat diterapkan untuk mengembangkan karakter siswa karena sistem pembelajarannya yang bersumber dari kehidupan yang dijalani siswa baik di rumah, sekolah maupun
di lingkungan masyarakat disekitar siswa (Kemendikbud, 2013).
Kurikulum 2013 disusun dengan tujuan untuk mendidik karakter siswa
kompetensi inti sikap (yang meliputi sikap spiritual dan sikap sosial), kompetensi inti pengetahuan dan kompetensi inti ketrampilan. Isi dari
kurikulum berupa Kompetensi Inti (KI), secara lebih rinci dinyatakan dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi inti tersebut dirumuskan untuk
mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran mengenai kompetensi dalam dalam aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dipelajari oleh peserta didik.
Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema tertentu. Penetapan kompetensi lulusan didahului dengan
mengidentifikasi apa yg hendak diberdayakan dalam diri peserta didik. Kompetensi lulusan terdiri dari tiga hal yaitu sikap (KI 1 dan 2), pengetahuan (KI 3) dan keterampilan (KI 4). Sikap mencangkup elemen antara lain proses,
individu, sosial, dan alam. Pengetahuan mencangkup elemen proses, objek dan subjek. Keterampilan mencangkup proses, abstrak dan konkret
(Kemendikbud, 2014).
Kurikulum 2013 mengacu pada pelajaran tematik terpadu yang mendukung seta memberi kemudahan bagi siswa untuk memahami konsep
materi pembelajaran. Pembelajaran terdiri dari beberapa konsep materi yang tergabung dalam tema yang dapat menarik dan menambah semangat belajar
siswa karena pembelajaran tersebut bersifat nyata atau kontekstual (Kemendikbud, 2014). Pembelajaran yang bersifat nyata memunculkan suatu proses ilmiah di mana terdapat penalaran deduktif yang melihat fenomena
yang kemudian memunculkan suatu pendekatan ilmiah atau disebut juga pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik dijalankan dengan teknik-teknik
investigasi atas suatu fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan yang baru, mengoreksi, dan memadukan dengan pengetahuan yang sebelumnya.
Metode ilmiah pada umumnya memuat serangkaian aktifitas pengumpulan data melalui observasi atau experimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian menformulasi dan menguji hipotesis. Menurut
Permendikbud No 81 Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok 5M yaitu mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosialisasikan/mengolah informasi, dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2014).
Proses pembelajaran untuk membantu siswa mencapai 5M perlu
mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan intelektual anak. Perkembangan intelektual siswa sekolah dasar berada pada tahap oprasional
konkret karena usia anak SD berkisar antara usia 7 atau 8 tahun hingga 11 atau 12 tahun yang ditandai oleh kemampuan untuk melakukan pengelompokan berbagai macam operasional terutama objek yang
dimanipulasi karena anak sudah dapat mengenalinya dengan indra dengan cukup baik (Piaget, 2010). Pada tahap ini, perkembangan kemampuan
berpikir siswa sudah mantap, kemampuan skema asimilasinya sudah lebih tinggi dalam melakukan suatu koordinasi yang konsisten antar skema (Muhibin, 1995). Oleh karenanya maka proses pembelajaran perlu
baik kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan maupun keterampilan.
Beberapa aspek penting mengenai Kurikulum 2013 belum terealisasikan secara maksimal di sekolah dasar. Hal tersebut ditunjukkan dari
hasil wawancara kepada guru di SDN Depok 1, SDN Ngenthak Minggir Bantul, SDN Caturtunggal 6, SD Mutiara Persada, SDN Walitelon 2 Temanggung, SD Tumbuh dan SDK Pugeran. Berdasarkan hasil wawancara
dari sembilan guru tersebut didapatkan beberapa data mengenai pemasalahan yang dialami guru berkaitan dengan penerapan Kurikulum 2013.
Pertama, mengenai penilaian empat kompetensi yang dilakukan guru pada setiap pembelajaran. Sembilan (100 %) guru yang peneliti wawancarai mengalami kesulitan dalam mengaitkan materi antar pembelajaran dan
mengevaluasi KI 3. Saat melakukan penilaian Kompetensi Inti KI 1, KI 2 dan KI 4, (100%) guru menggunakan acuan dari pemerintah namun acuan
tersebut dinilai belum memuat deskriptor yang jelas sehingga guru belum paham bagaimana cara menilai melalui pengamatan kegiatan dalam kelas.
Kedua, mengenai media pembelajaran. Semua guru (100%) mengalami
kesulitan dalam membuat media pembelajaran. Ketiga, mengenai kegiatan pembelajaran yang memuat 5M. Terdapat tujuh (78%) guru yang mengalami
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dirangkum bahwa guru mengalami kesulitan dalam beberapa hal antara lain membuat serta
menggunakan rublik penilaian, membuat media, dan merumuskan kegiatan yang mencakup 5M. Sebagian besar guru masih menggunakan penilaian yang
mengacu pada buku panduan pemerintah tanpa dilakukan pengembangan. Oleh sebab itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan dengan judul Pengembangan Prototipe prototipe perangkat Pembelajaran
Kurikulum 2013 pada Tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” untuk Kelas V di SDN Depok 1. Penelitan pengembangan adalah suatu proses yang
dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan (Borg & Gall, 1983). Penelitian dan pengembangan pendidikan itu sendiri dilakukan berdasarkan suatu model pengembangan berbasis industri yang temuannya
dipakai untuk mendesaian produk dan prosedur, yang kemudian secara sistematis dilakukan uji lapangan, dievaluasi, disempurnakan untuk
memenuhi kriteria keefektifan, kualitas, dan standar tertentu (Borg & Gall, 2003). Produk yang peneliti kembangkan adalah prototipe prototipe perangkat pembelajaran untuk kelas V yang dikhususkan pada subtema 1 “Hidup
Rukun”.
B. Batasan Masalah
yang digunakan adalah discovery learning untuk mencapai KI 1 (sikap spiritual), KI 2 (sikap sosial), pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi
sikap spiritual yang dikembangkan adalah sikap-sikap dalam hubungannya dengan Tuhan, sedangkan sikap sosial menyangkut cermat, mandiri dan
percaya diri. Kompetensi pengetahuan yang dikembangkan adalah kemampuan yang dapat dilihat melalui hasil belajar siswa dalam tes dan dapat diukur menggunakan rublik penilaian. Kompetensi keterampilan yang
dikembangkan menyangkut keterampilan-keterampilan yang melibatkan kemampuan motorik siswa dalam kegiatan pembelajaran.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum
2013 pada subtema 1 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” untuk kelas V sekolah dasar?
2. Seperti apakah kualitas prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 pada tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” yang layak digunakan di
kelas V sekolah dasar?
D. Tujuan Penelitian
2. Mendeskripsikan kualitas prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum
2013 pada tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” yang layak
digunakan di kelas V sekolah dasar.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian pengembangan diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis
Adanya teori dalam penelitian ini, memberi manfaat antara lain:
a. Sebagai bahan referensi dan pengetahuan mengenai prototipe
perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 pada tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” dan pada subtema 1 “Hidup Rukun” untuk
kelas V.
b. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan prototipe
perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 pada tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” dan pada subtema 1 “Hidup Rukun” untuk
kelas V. 2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini dapat memberi manfaat bagi guru, siswa, dan peneliti. Manfaat tersebut antara lain:
a. Bagi guru
tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” dan pada subtema 1 “Hidup Rukun” untuk kelas V sekolah dasar.
b. Bagi siswa
Siswa kelas V dapat mempelajari materi pada tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” dan pada subtema 1 “Hidup
Rukun” dengan menggunakan model pembelajaran discovery
learning. Melalui model pembelajaran tersebut siswa dapat mencapai
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. c. Bagi peneliti
Peneliti mendapat pengalaman secara langsung dalam mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 pada tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” dan pada subtema 1 “Hidup Rukun” untuk kelas V. Peneliti juga memperoleh wawasan
dan bekal dalam mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran
selanjutnya.
F. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, digunakan definisi. Definisi tersebut adalah: 1. Perangkat pembelajaran
2. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang memiliki empat Kompetensi
Inti yaitu kompetensi sikap spiritual (KI 1), sikap sosial (KI 2), pengetahuan (KI 3), dan keterampilan (KI 4) untuk mencapai semua aspek
kognitif, afektif serta psikomotorik. 3. Siswa Kelas V SD
Siswa kelas V SD adalah mereka yang sedang duduk di kelas atas
dengan usia berkisar antara 11 atau 12 tahun dan masuk dalam kategori tahap operasional konkret dimana ditandai oleh kemampuan untuk
melakukan pengelompokan berbagai macam operasional terutama objek yang dimanipulasi karena anak sudah dapat mengenalinya dengan indra dengan cukup baik.
4. Tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat”
Tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” dan subtema 1 “Hidup
Rukun” adalah tema dan subtema yang ada dalam Kurikulum 2013
mengenai perilaku yang mencerminkan hidup rukun dalam sekolah dan masyarakat dengan mengaitkian tujuh pelajaran yaitu IPA, bahasa
Indonesia, PJOK, PPKn, IPS, matematika, dan SBdP. 5. Discovery Learning
pengolahan data, pembuktian, dan penarikan kesimpulan untuk menghasilkan pengetahuan baru.
G.Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Spesifikasi produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
1. Prototipe perangkat pembelajaran disusun berdasarkan Kurikulum 2013 pada Kelas V dengan Tema “Kerukunan dalam Bermasyarakat” dan subtema 1 “Hidup Rukun”.
2. Prototipe perangkat pembelajaran yang disusun meliputi silabus dan enam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan jaring-jaring tema.
3. Prototipe perangkat pembelajaran disusun dengan merumuskan
kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan Kompetensi Inti untuk kelas V.
4. Prototipe perangkat pembelajaran disusun berdasarkan Kompetensi Dasar
(KD) dan Indikator yang termuat dalam jaring-jaring subtema “Hidup Rukun”.
5. Prototipe perangkat pembelajaran disusun dengan menerapkan pendekatan
saintifik yang mencakup tahap pembelajaran 5M (mengamati, menanya,
manalar, mencoba dan mengkomunikasikan) dan menggunakan model
discovery learning.
6. Prototipe perangkat pembelajaran disusun dengan menggunakan media
7. Penilaian dalam prototipe perangkat pembelajaran menggunakan penilaian
otentik yang meliputi penilaian sikap spiritual KI 1: bersyukur dan sikap
berdoa, sikap sosial KI 2: mandiri, cermat dan percaya diri, pengetahuan KI 3 dan keterampilan KI 4: keterampilan menulis, menggambar,
membuat iklan, dsb.
8. Prototipe perangkat pembelajaran disusun berdasarkan ketentuan Ejaan
12
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini berisi kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berfikir dan pertanyaan penelitian. Empat hal tersebut dijelaskan secara berurutan dalam
pembahasan berikut.
A. Kajian Pustaka 1. Kurikulum 2013
Pendidikan dilakukan dengan tujuan untuk memberikan solusi bagi
persoalan-persoalan yang dialami bangsa dan negara. Pendidikan perlu dilaksanakan untuk menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas untuk
memajukan negara. Untuk mewujudkannya salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan melakukan pengembangan kurikulum. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai
diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini merupakan hasil pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirilis
tahun 2004 dan KTSP pada tahun 2006. Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberi kontribusi penting dalam pendidikan yaitu untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik.
Kurikulum ini mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan (3) warga negara yang demokratis, bertanggung jawab (Kemendikbud,
2014). Kurikulum 2013 mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dari dua kurikulum sebelumnya.
Perubahan dan perkembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh kesenjangan kurikulum sebelumnya (KTSP) dengan kurikulum saat ini (Kurikulum 2013). Di bawah ini merupakan tabel yang menunjukkan
[image:35.595.100.517.236.756.2]kesenjangan-kesenjangan yang ada pada Kurikulum KTSP dengan kondisi ideal, yaitu:
Tabel 2.1 Identifikasi Kesenjangan Kurikulum
KONDISI SEBELUMNYA KONDISI IDEAL
KOMPETENSI LULUSAN
1. Belum sepenuhnya menekankan
pendidikan karakter
1. Berkarakter mulia
2. Belum menghasilkan keterampilan
sesuai kebutuhan
2. Keterampilan yang relevan
3. Pengetahuan-pengetahuan lepas 3. Pengetahuan – pengetahuan terkait
MATERI PEMBELAJARAN
1. Belum relevan dengan kompetensi
yang dibutuhkan
1. Relevan dengan materi yang
dibutuhkan
2. Beban belajar terlalu berat 2. Materi esensial
3. Terlalu luas, kurang mendalam
3. Sesuai dengan tingkat perkembangan
anak
PROSES PEMBELAJARAN
1. Berpusat pada guru 1. Berpusat pada peserta didik
2. Proses pembelajaran berorientasi
pada buku teks
2. Sifat pembelajaran kontekstual
3. Buku teks hanya memuat materi
bahasan
3. Buku teks memuat materi dan proses
pembelajaran, sistem penilaian serta
KONDISI SEBELUMNYA KONDISI IDEAL
PENILAIAN
1. Menekankan aspek kognitif 1. Menekankan aspek kognitif, afektif,
psikomotorik secara proposional
2. Tes menjadi cara penilaian yang
dominan
2. Penilaian tes pada portofolio saling
melengkapi
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
1. Memenuhi kompetensi profesi saja 1. Memenuhi kompetensi profesi,
pedagogi, sosial, dan personal
2. Fokus pada ukuran kinerja PTK 2. Motivasi mengajar
PENGELOLAAN KURIKULUM
1. Satuan pendidikan mempunyai
pembebasan dalam pengelolaan
kurikulum
1. Pemerintah pusat dan daerah
memiliki kendali kualitas dalam
pelaksanaan kurikulum di tingkat
satuan pendidikan
2. Masih terdapat kecenderungan
satuan pendidikan menyusun
kurikulum tanpa
mempertimbangkan kondisi satuan
pendidikan, kebutuhan peserta
didik, dan potensi daerah
2. Satuan pendidikan mampu menyusun
kurikulum dengan
mempertimbangkan kondisi satuan
pendidikan, kebutuhan peserta didik,
dan potensi daerah
3. Pemerintah hanya menyiapkan
sampai standar isi mata pelajaran
3. Pemerintah menyiapkan semua
komponen kurikulum sampai buku
teks dan pedoman
Sumber: Mulyasa (2013:61-63)
Berbagai kesenjangan kurikulum dan adanya beragam tantangan
zaman, maka perlu dilakukan pengembangan kurikulum. Pengembangan ini dilakukan untuk menghadapi tantangan zaman dengan berbagai
persoalan yang dihadapinya diantaranya globalisasi dan pasar bebas. Masalah lingkungan hidup, pesatnya kemajuan teknologi informasi, dll. Sehingga diharapkan Kurikulum 2013 mampu menjadi solusi bagi
macam kompetensi didalamnya. Kompetensi tersebut antara lain: kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis,
kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab, kemampuan
mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal, memiliki minat luas dalam kehidupan, memiliki kesiapan untuk bekerja, memiliki
kecerdasan sesuai bakat/minatnya, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan (Mulyasa, 2013).
a. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dirintis tahun
2004 dan KTSP pada tahun 2006. Pada kurikulum KTSP sudah terdapat kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan, namun
pengembangan kurikulum tetap dilaksanakan. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dialami, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.
Tantangan internal dalam pengembangan kurikulum 2013 antara lain: 1) Pemenuhan delapan Standar Nasional Pendidikan yang meliputi
Penilaian Pendidikan. Kedelapan standar tersebut dijelaskan dengan rinci sebagai berikut:
a) Standar Isi adalah cakupan materi dan tingkat komperensi
untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan. b) Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar proses
meliputi:
(1) perencanaan proses pembelajaran
(2) pelaksanaan proses pembelajaran (3) penilaian hasil pembelajaran (4) pengawasan proses pembelajaran
c) Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah bagian dari Standar
Nasional Pendidikan yang merupakan kriteria Kompetensi
Lulusan minimal yang berlaku di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
d) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria
pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
e) Standar Sarana dan Prasarana adalah Standar Nasional
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekspresi serta sumber belajar lainnya. f) Standar Pengelolaan adalah Standar Nasional Pendidikan yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar
pengelolaan oleh satuan pendidikan meliputi: (1) perencanaan program sekolah/madrasah
(2) pelaksanaan rencana kerja sekolah (3) monitoring dan evaluasi
(4) kepemimpinan sekolah/madrasah
(5) sistem informasi manajemen (6) Standar Pembiayaan Pendidikan
g) Standar Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, sedangkan evaluasi pendidikan adalah pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis
pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
h) Standar Pembiayaan Pendidikan adalah seluruh biaya, baik
sumberdaya manusia, biaya pendidikan dan gaji pendidik dan tenaga kependidikan.
2) Perkembangan penduduk Indonesia, dilihat dari penduduk usia
produktif. Banyaknya penduduk usia produktif apabila memiliki
kopetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya. Namun apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan menjadi beban
pembangunan.
Tantangan eksternal yang dialami dunia pendidikan antara lain
berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pendagogi, seta berbagai fenomena negatif yang mengemuka
(Kemendikbud, 2014:2).
Selain hal tersebut pertimbangan yang menjadi dasar dalam
pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
1) pengetahuan merupakan modal utama dalam persaingan global
2) sumber daya manusia sebagai modal pembangunan
3) pada abad ke 21, mata pelajaran utama perlu dibingkai oleh
kompetensi pembelajaran dan inovasi karena belajar tidak hanya
terbatas di sekolah, tetapi bisa dari sumber lain.
4) pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk menumbuhkan
5) perlunya merumuskan kurikulum yang mencakup standar
penilaian yang mencakup pernyataan yang tidak memiliki
jawaban tunggal, menilai proses pengerjaannya bukan hanya hasilnya, dan penilaian spontanitas/ekspresif.
6) perlunya merumuskan kurikulum yang mengedepankan proses
mengamati, menanya, menalar, menyimpulkan, dan memutuskan, sehingga peserta didik sejak kecil sudah terlatih dalam berfikir
tingkat tinggi yang nantinya akan diperlukan untuk pengambilan keputusan (Fadlilah, 2014).
Pendidikan yang sesuai dengan tuntutan masa depan dapat terwujud apabila terjadi perubahan pola pikir dalam proses pembelajaran. Perubahan tersebut adalah sebagai berikut:
1) berpusat pada guru menjadi pada siswa 2) satu arah menjadi interaktif
3) isolasi menuju lingkungan jejaring 4) pasif menuju aktif menyelidiki
5) maya/abstrak menuju konteks dunia nyata
6) pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim 7) luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterkaitan
8) simulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru 9) alat tunggal menuju alat multimedia
10) hubungan satu arah menjadi kooperatif
12) usaha sadar tunggal menuju jamak
13) satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin
jamak
14) kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan
15) pemikiran faktual menuju kritis
16) penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan
Penyusunan Kurikulum 2013 juga diharapkan dapat memberi
penguatan pada tata kelola Kurikulum serta memperdalam dan memperluas materi pembelajaran.
b. Elemen Perubahan Kurikulum 2013
Elemen-elemen perubahan Kurikulum 2013 mencakup Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi (SI), Standar Proses, dan
[image:42.595.99.516.261.732.2]Standar Penilaian. Selanjutnya dalam Kurikulum 2013 terdapat elemen utama perbaikan Kurikulum 2013 seperti dijelaskan pada
gambar di bawah ini.
Selanjutnya Kurikulum 2013 mengusung adanya keseimbangan antara sikap, keterampilan dan pengetahuan untuk membangun soft
skills dan hard skills seperti terlihat peda gambar berikut.
Gambar 2.2 Elemen Perubahan
Keseimbangan soft skills dan hard skills meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Elemen pendekatan (isi)
kompetensi yang dikembangkan di SD adalah tematik terpadu dalam semua mata pelajaran dengan pendekatan saintifik. Keseimbangan soft
[image:43.595.98.511.186.714.2]skills dan hard skills tersebut terlihat pada gambar di bawah ini.
Berdasarkan gambar dapat dijelaskan bahwa salah satu karakteristik Kurikulum 2013 adalah adanya keseimbangan antara
sikap, keterampilan dan pengetahuan untuk membangun soft skills dan
hard skills. Pada jenjang SD, ranah attitude harus lebih banyak atau
[image:44.595.99.510.257.619.2]lebih dominan dikenalkan, diajarkan dan dicontohkan pada anak, kemudian diikuti ranah skill, dan ranah knowledge lebih sedikit diajarkan pada anak.
Gambar 2.4 Rumusan Proses dalam Kurikulum 2013
Berdasarkan gambar 2.4, terdapat perluasan dan pendalaman taksonomi dalam proses pencapaian kompetensi. Dalam kurikulum
2013 dipadukan lintasan taksonomi sikap (attitude) dari Khrathwohl, ketrampilan (skill) dari Dyers, dan pengetahuan (knowledge) dari
Bloom dengan revisi oleh Anderson (Kemendikbud, 2014: 6-10). Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) dan KTSP yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Kurikulum 2013
menerapkan pembelajaran tematik dan pendekatan saintifik. Kurikulum ini dikembangkan untuk menyeimbangkan antara
kemampuan soft skills dan hard skills, dengan begitu kompetensi sikap maupun keterampilan dapat berjalan secara seimbang. Harapannya peserta didik dapat memiliki kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang berkembang dengan baik sehingga dapat berpengaruh pada kesuksesan diri sendiri dan
menciptakan generasi bangsa yang lebih baik
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang tidak hanya sekedar menilai pengetahuan
dalam pencapaian Standar Kompetensi Kelulusan (SKL). Kurikulum 2013 mengembangkan empat Kompetensi Inti yaitu sikap spiritual (KI 1), sikap
sosial (KI 2), pengetahuan (KI 3), dan keterampilan (KI 4). Melalui empat aspek tersebut dihapkan siswa tidak hanya memiliki kecerdasan dalam bidang kognitif saja namun mencapai semua aspek kognitif, afeksif dan
psikomotorik.
2. Pendidikan Karakter
Karakter berasal dari nilai tentang sesuatu yang diwujudkan dalam bentuk perilaku anak (Kesuma, 2011:11). Pendidikan karakter secara
atau afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai bangsa. Kedua, mengembangkan kebiasaan dan perilaku terpuji,
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius. Ketiga, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab
peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. Keempat mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan. Kelima, mengembangkan lingkungan kehidupan
sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, berkebangsaan tinggi dan penuh kekuatan (Zubaedi,
2011:18). Sementara itu, Kesuma (2011) menjelaskan bahwa terdapat tiga tujuan utama pendidikan karakter yaitu yang pertama memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam
perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah). Tujuan kedua pendidikan karakter adalah
mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. Tujuan ketiga dalam pendidikan karakter seting sekolah adalah membangun koneksi yang harmoni dengan
keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.
Pendidikan karakter merupakan dinamika pengembangan kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan disposisi aktif,
menjadi semakin utuh. Unsur-unsur ini menjadi dimensi yang menjiwai proses formasi setiap individu (Kusuma, 2004:104). Pendidikan karakter di
Indonesia didasarkan pada Sembilan pilar karakter dasar. Karakter dasar menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan pilar karakter dasar ini
adalah sebagai berikut:
1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya 2) tanggung jawab, disiplin, dan mandiri
3) jujur
4) hormat dan santun
5) kasih sayang, peduli, dan kerja sama
6) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah 7) keadilan dan kepemimpinan
8) baik dan rendah hati
9) toleransi, cinta damai, dan persatuan
Dalam penelitian ini, akan difokuskan pada tiga nilai dalam penilaian sikap sosial. Ketiga nilai karakter yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah madiri, cermat, dan percaya diri. Berikut penjelasan
mengenai definisi nilai-nilai yang dikembangkan dalam penelitian ini: 1) Mandiri
Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Mandiri dapat diketahui dari sikap dan perilaku atas dasar inisiatif, kemampuan
mampu menyelesaikan masalah tanpa bantuan orang lain. Orang yang mandiri selalu bersikap dan berperilaku yang lebih mengandalkan
terhadap inisiatif, kemampuan dan bertanggung jawab pada diri sendiri secara konsekuen dan menghindari diri dari sikap ketergantungan pada
orang lain (Fathurrohman, 2013). 2) Cermat
Cermat adalah suatu kondisi di mana seseorang terbiasa
melakukan kegiatan dengan rapi dan baik dan menghindari sikap sembarangan dan terbiasa teliti. Seseorang yang cermat akan
mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan penuh perhatian, menghindari sikap ceroboh, selalu berbuat dengan ketelitian yang tinggi, tidak suka sembrono dan tidak suka asal-asalan. Cermat berarti mengerjakan setiap
pekerjaan dengan teliti dan selalu menghindari sikap menggampangkan (Fathurrohman, 2013).
3) Percaya Diri
Percaya diri dapat ditunjukkan dari perilaku sering menunjukkan sifat dan perilaku mantap dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari
dan tidak mudah terpengaruh ucapan dan perbuatan orang lain. Terbiasa bersikap dan berperilaku mantap dalam melaksanakan tugas sehari-hari;
tidak mudah terpengaruh oleh ucapan maupun perbuatan orang lain; dan mempunyai kemantapan dalam berpikir, bersikap dan bertindak. Selalu bersikap dan berperilaku atas dasar keselarasan dengan
sehingga menumbuhkan keyakinan akan tercapai, tidak mudah terpengaruh oleh ucapan maupun perbuatan orang lain; selalu
menghindari rendah diri; dan selalu menghindari ketergantungan diri (Fathurrohman, 2013).
[image:49.595.101.515.243.634.2]Berdasarkan penjelasan tiga karakter di atas, deskripsi perilaku dari sikap-sikap yang dikembangkan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Deskripsi Perilaku dari Sikap yang Dikembangkan (Fathurrohman (2013) & Hidayatullah (2010))
Sikap Deskripsi Perilaku
Mandiri a. bersikap dan berperilaku atas dasar inisiatif dan kemampuan
sendiri
b. bersikap dan berperilaku atas dasar inisiatif, kemampuan,
dan tanggung jawab sendiri secara konsekuen
c. menyelesaikan masalah tanpa bantuan orang lain
d. menghindari diri dari sikap ketergantungan pada orang lain
Cermat a. melakukan kegiatan dengan rapi dan baik
b. mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan penuh perhatian
c. berbuat dengan ketelitian yang tinggi
d. mengerjakan setiap pekerjaan dengan teliti, cermat, dan
selalu menghindari sikap menggampangkan
e. tidak suka sembrono, asal asalan, dan ceroboh
f. jeli, berhati-hati dalam memakai uang atau mengeluarkan
sesuatu barang, hemat
Sikap Deskripsi Perilaku
Percaya diri a. menunjukkan sifat dan perilaku mantap dalam
melaksanakan pekerjaan sehari-hari
b. tidak mudah terpengaruh ucapan dan perbuatan orang lain
c. mempunyai kemantapan dalam berpikir, bersikap, dan
bertindak
d. bersikap dan berperilaku atas dasar keselarasan dan
keseimbangan antara kemampuan dan apa yang akan
dicapai sehingga menumbuhkan keyakinan akan tercapai
e. menghindari rendah diri
f. menghindari ketergantungan diri terhadap orang lain
g. dapat berdiri sendiri dalam suatu keadaan
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah upaya untuk membimbing pembiasaan perilaku siswa agar dapat mengambil segala keputusan dengan cara bijak. Hal
tersebut bertujuan untuk membentuk pribadi utuh dengan nilai-nilai baik yang terdapat dalam diri siswa sehingga dapat memberikan dampak positif
dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter dapat ditanamkan melalui berbagai macam kegiatan baik dirumah di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Di sekolah pendidikan karakter ditanamkan
melalui kegiatan pembelajaran.
3. Pendekatan Tematik
Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu
pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu dan ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran tematik sebagai model
pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis dari model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik sebenarnya adalah model
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas dalam Trianto, 2010:79). Sedangkan
menurut Poerwadarminta pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata
pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Tema adalah pokok pemikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta dalam Majid, 1983:80). Menurut 3
pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran tematik termasuk dalam model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan mata pelajaran yang terkait dengan tema tersebut.
Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep
materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual)
dan bermakna bagi peserta didik. Ada enam keunggulan pembelajaran tematik dibandingkan model pembelajaran konvensional yaitu:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat
2) Kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak
dari minat dan kebutuhan siswa.
3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa,
sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.
4) Membantu mengembangkan keterampilan berfikir siswa.
5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya.
6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama,
toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Pembelajaran tematik terpadu terdiri dari 6 tahapan yaitu: 1) memilih/menetapkan tema
2) melakukan analisis SKL, KI, Kompetensi Dasar dan membuat Indikator
3) membuat hubungan pemetaan antara Kompetensi Dasar dan Indikator
dengan tema
4) membuat jaringan Kompetensi Dasar 5) menyusun Silabus Tematik Terpadu
6) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan tematik integratif adalah sebuah pendekatan yang menyajikan
berbagai materi dari berbagai mata pelajaran yang saling berkaitan satu sama lain ke dalam satu tema. Pembelajaran jauh lebih bermakna karena siswa belajar menggunakan hal-hal yang nyata dan ditemukan di
pembelajaran yang bermakna dan pengalaman belajar yang baik, pengetahuan yang didapatkan siswa akan lebih mendalam dan bertahan
lama.
4. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan (Hosnan,
2014:34). Pendekatan saintifik diyakini sebagai titisan emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif dibandingkan dengan penalaran deduktif. Penalaran deduktif melihat fenomena umum
untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian
menarik simpulan secara keseluruhan. Penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik kedalam relasi ide yang lebih luas. Metode ilmiah umunya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail
Pendekatan saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar discovery
leaning merupakan salah satu teori belajar yang digagas oleh Bruner. Piaget menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan
perkembangan skema. Skema adalah suatu struktural mentah atau struktur kognitif yang dengannnya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin dalam Hosnan, 2014:35).
Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum
dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal development
yang dapat diartikan sebagai daerah yang terletak antara tingkat
perkembangan anak saat ini. Hal tersebut dapat didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau
teman sebaya yang lebih mampu (Nur & Wikandani dalam Hosnan, 2014:35). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang agar
peserta didik secara aktif mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/melakukan
Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: 1) mengamati
2) menanya
3) mengumpulkan informasi/eksperimen 4) mengasosiasikan/mengolah informasi 5) mengkomunikasikan
[image:55.595.100.516.166.755.2]Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.
Tabel 2.3 Langkah Pembelajaran dan Kegiatan Mengajar. Langkah
pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan
alat)
Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami
dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan
informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari
pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik)
Mengumpulkan
informasi/eksperimen
a. melakukan eksperimen
b. membaca sumber lain selain buku teks
c. mengamati objek/kejadian/aktifitas
d. wawancara dengan narasumber
Mengolah informasi/
mengasosiasikan
a. mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas
dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun
hasil kegiatan mengumpulkan informasi
b. pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat
menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda
Langkah
pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya
Adapun karakteristik pembelajaran dengan metode saintifik adalah sebagai berikut:
1) berpusat pada siswa
2) melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep,
hukum dan prinsip.
3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa.
4) mengembangkan karakter siswa.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendekatan saintifik merupakan pendekatan ilmiah yang digunakan dalam proses kegiatan pembelajaran.Proses tersebut mengajak siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui kegiatan mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi/melakukan percobaan, mengasosialisasikan/mengolah informasi, dan mengomunikasikan hasil
konsep, hukum atau prinsip yang mereka temukan. Langkah-langkah tersebut diyakini dapat mendukung perkembangan dan pengembangan
5. Model Pembelajaran Discovery Learning
Model pembelajaran penemuan atau discovery pertama kali
diperkenalkan oleh Plato dalam suatu dialog antara Socrates dengan seorang anak. Discovery berasal dari kata “discover” berarti menemukan.
Discovery merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pandangan kostruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu,
melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode
belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman (Bruner dalam Hosnan, 2014:281). Hal yang menjadi dasar ide Bruner ialah
pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas. Oleh sebab itu Bruner memakai cara
dengan apa yang disebutnya dengan discovery learning, yaitu murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Model discovery learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang
terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat
Bruner, bahwa: “Discovery learning can be defined as the learning that
takes place when the student is not presented with subject matterin the
final form, but rather is required to organize it him self” dari pendapat
dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak disajikan dengan subjek materi bentuk akhir dan instan, melainkan
memerlukan siswa sendiri dalam mengatur subjek materi dan menemukan pengetahuan mereka (Bruner dalam Kemendikbud, 2014). Dalam proses
belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan.
Lingkungan diperlukan untuk memfasilitasi rasa ingin tahu siswa
pada tahap eksplorasi sebagai menunjang proses belajar. Discovery adalah cara mengajar yang mengatur pengajaran sehingga anak memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya. Di dalam penerapannya, kegiatan atau pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
melalui proses mentalnya sendiri (Hamiyah, 2014). Dalam discovery learning, guru menyediakan data dan siswa diberi pertanyaan atau masalah
untuk membantu mereka mencari jawaban, kesimpulan, generalisasi dan solusi. Dalam discovery learning guru masih diperkenankan membantu mengarahkan proses pembentukan konsep pada siswa seandainya
dibutuhkan.
1) Ciri-ciri dan karateristik pembelajaran
Model pembelajaran discovery mempunyai 3 ciri utama yaitu:
a) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
c) kegiatan menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang
sudah ada.
2) Tahap dan langkah-langkah pembelajaran
Tahap dan langkah-langkah penerapan dalam discovery learning
adalah sebagai berikut:
a) stimulus (pemberian perangsang/stimuli)
b) problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
c) data collection (pengumpulan data) d) data processing (pengolahan data)
e) verification (pembuktian)
f) generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) (Syah dalam
kemendikbud, 2004:244)
3) Kelebihan Model Discovery learning
Kelebihan model discovery learning adalah sebagai berikut
(Kemendikbud, 2014:32)
a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha
discovery leaning merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
b) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan
ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.
c) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
d) Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatannya sendiri.
e) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri
dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
f) Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
g) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
h) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena
mengarah pada kebenaran yang dinal dan tertentu atau pasti. i) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
j) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi
proses belajar yang baru.
k) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
l) Mendorong siswa berpikir intuisi dam merumuskan hipotesis sendiri.
m) Memberikan keputusan yang bersifat intristik. n) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
o) Proses belajar meliputi sesame aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya.
p) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
q) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis
r) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas pembelajaran dengan
model discovery learning dapat diartikan sebagai cara belajar di mana siswa memperoleh pengetahuannya secara mandiri. Guru masih
diperkenankan untuk membantu siswa yang mungkin kesulitan untuk menemukan konsep dengan berperan sebagai pembimbing dan penunjuk jalan saat siswa berproses memperoleh pengetahuannya. Discovery
learning dilaksanakan dengan beberapa tahap yaitu pemberian rangsangan, pernyataan/identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data,
pembuktian, dan penarikan kesimpulan. Kons