• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Budaya megalitik merupakan salah satu corak budaya prasejarah yang berkembang di Indonesia. Kebudayaan megalitik merupakan istilah untuk menyebutkan kebudayaan yang menghasilkan bangunan dari batu besar yang selalu berdasarkan pada kepercayaan akan adanya pengaruh kuat dari salah satu yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman (Hidayat,2011:142). Awal perkembangan budaya megalitik tersebut di perkirakan muncul pada waktu mulai meluasnya tradisi bercocok tanam, corak budaya tersebut berkembang cukup pesat sampai sekarang, telah berhasil diungkap berbagai bentuk peninggalan tradisi budaya yang didominasi oleh bangunan-bangunan megalitik yang terbuat dari bahan batu seperti menhir, dolmen, sarkofagus, bangunan teras berundah, arca-menhir, tahta batu, batu lumpang, batu gores, batu dakon, dan lain sebagainya (Yondri,1996:38). Dari sekalian banyak tingalan kebudayan megalitik, salah satu yang banyak dibicarakan adalah menhir.

Menhir merupakan tinggalan tradisi megalitik yang banyak ditemukan diwilayah Nusantara, menhir banyak ditemukan diberbagai situs dan berbagai masa setelah periode neolitik yang terus berkembang hingga masa pengaruh hindu, islam (Sukendar,1983 : 93). Dengan adanya peranan menhir yang meliputi kurun waktu yang cukup panjang maka tidak mengherankan jika terjadi perkembangan pada bentuk-bentuk dan fungsi menhir. Menhir di Indonesia secara umum berfungsi untuk penguburan, pemujaan, dan ada yang tidak mempunyai fungsi religius (Sukendar, 1983 : 100). Sedangkan menurut Soejono menhir berfungsi sebagai batu peringatan dalam hubungannya dengan pemujaan arwah leluhur, dan menjadi lambang bagi orang yang dihormati

(2)

(Soejono 1993 : 213). Pemanfaatan menhir atau batu tegak berkembang selain berfungsi sebagai pemujaan arwah nenek moyang juga berfungsi sebagai penanda makam pada masa berikutnya.

Tradisi nisan menhir adalah tradisi makam kuno dengan menggunakan tanda kuburberupa batu menhir tradisi ini merupakan bentuk tradisi berlanjut (Handoko. 2014: 33). Fungsi menhir atau batu tegak sebagai penanda makam ditemukan dibeberapa tempat di Indonesia seperti di daerah Minangkabau (Sumatra Barat ), Ngada (Flores ), Dan Kerinci (Jambi).

Salah satu tempat yang banyak terdapat tinggalan makam dengan bentuk menhir terdapat di Kabupaten Kerinci. Kerinci salah satu daerah yang terdapat dalam rangkaian bukit barisan yang banyak terdapat tinggalan megalitik. Tinggalan tradisi megalitik diwilayah kerinci sangat bervariasi diantaranya berbentuk dolmen, menhir, punden berundak, batu dakon, batu lumpang dan batu datar yang diperkirakan sebagai umpak (Prasetyo.1994 :4). Tradisi megalitik didataran Kerinci Jambi bertahan hingga kedatangan Islam, tradisi megalitik di kawasan ini berakhir ketika kesultanan Jambi memerintahkan kepada penguasa (depati) agar mengubah kepercayaan (Bonath.2006 dalam Budisantoso.2009:33).Menhir yang ada diwilayah Kerinci selain digunakan sebagai sarana pemujaan juga digunakan sebagai nisan pada makam - makam kuno.

Salah satu data arkeologi yang dapat menggambarkan bagaimana keberagamaan Islam masyarakat lokal adalah wujud fisik makam-makam kuno. Makam merupakan salah satu hasil budaya pada periode Islam. Masyarakat nusantara membuat makam cenderung berbentuk tertentu sehingga berkesan keramat dan sakral (Suhadi,1994:2). Sebagai tanda kubur masa Islam dapat dilihat pada daerah yang banyak terdapat tinggalan megaliti, menhir yang berupa batu tegak pada masa Islam difungsikan sebagai nisan, sehingga makam yang menggunakan tanda nisan dari menhir tersebut juga banyak terdapat di dataran tinggi. Adanya kesamaan ini menimbulkan suatu pemanfaatan fungsi, terutama dari fungsi atau bentuk sebagai tanda kubur pada masa Islam

(3)

(Wiyana,2003:52). Dibeberapa daerah di Indonesia berkembang beberapa bentuk – bentuk nisan terbagi menjadi bentuk nisan bergaya Aceh, Demak-Troloyo, Bugis-Makasar, Ternate-Tedore.

(Ambary,1984).

Islam masuk ke Kerinci sekitar abad ke 14-15 masehi, yang dikembangkan oleh para ulama dari Minangkabau, Masuknya Islam di Kabupaten Kerinci yang menurut sejarahwan dibawak oleh ulama-ulama dari minangkabau, tokoh ulama dari minangkabau siak lengih, siak jelir, siak alim, siak sakti, siak barebut sakti, siak haji dan siak rajo (Ja’afar.1989:12). dengan berkembangnya agama Islam bangunan Masjid menjadi cukup banyak di daerah Kerinci yang mana masjid tersebut juga berkembang dari sisi bahan, hiasan, hingga kontruksinya yang juga menghargai nilai-nilai budaya lokal, dapat dilihat dari hiasan ukiran flora dan geometri yang menunjukan perpaduan budaya lokal dan nilai Islam (BPCB Jambi,2017).

Siak Rajo merupakan salah satu ulama yang menyebarkan agama Islam di daerah Kerinci.

Letak makam Siak Rajo berada di Bukit Jirak Desa Air Hangat, pada komplek makam Siak Rajo terdapat banyak nisan-nisan yang terbuat dari material batu serta makam yang berada di sekitar Siak Rajo juga terbuat dari material batu baik yang sudah dikerjakan ataupun yang belum dikerjakan. Menhir yang difungsikan sebagai nisan di Kerinci disebut dengan istilah batu mijan atau batu mejan (Sunliensyar.2018:116). Dalam penulisan ini kata batu mejan digunakan untuk menggantikan penggunaan kata menhir. Penyebutan Batu mejan digunakan oleh masyarakat setempat untuk menyebut nisan kuno ini.

Penelitian terdahulu juga pernah dilakukan oleh Balai Penelitian Palembang Dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi penelitian tersebut merupakan survei awal terhadap objek dan juga dalam peneitian tersebut belum dilakukan secara khusus dan mendalam terhadap tinggalan yang ada dilokasi penelitian.

(4)

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Tipologi Bentuk Batu Mejan Dikomplek Pamakaman Desa Air Hangat Kabupaten Kerinci.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Ada beberapa permasalahan yang akan di angkat dalam penelitian ini. Permasalah tersebut menjadi landasan dalam penelitian. Beberapa permasalahan yang di angkat di rasa sangat sesuai dengan judul dan tema dari penelitian ini, yaitu yang berhubungan dengan Menhir yang berada dikompleks pemakaman Bukit Jirak. Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Ragam Bentuk Batu Mejan yang ada di Komplek Pemakaman Desa Air Hangat Kabupatan Kerinci?

2. Bagaimana Tipologi Bentuk Batu Mejan di Komplek Pemakaman Desa Air Hangat Kabupaten Kerinci?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dalam penelitian ini yang pertama adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar sarjana Arkeologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.

Kemudian, tentunya tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada rumusan masalah yang ada di atas, yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana Ragam Bentuk Batu Mejan yang di Kompleks Pemakaman Desa Air Hangat. Kabupaten Kerinci.

2. Untuk mengetahui bagaimana Tipologi Bentuk Batu Mejan di Komplek Pemakaman Desa Air Hangat Kabupaten Kerinci.

(5)

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa

1. Menambah pengetahuan dan wawasan tersendiri mengenai batu mejan dikompleks pemakaman Bukit Jirak Desa Air Hangat Kabupaten Kerinci.

2. Menambah pemahaman dan pengalaman dalam membuat tulisan yang bersifat ilmiah dengan metode penelitian dan penulisan yang sistematis.

3. Menjadi salah satu syarat bagi peneliti dalam menyelesaikan studi untuk meraih gelar sarjana Arkeologi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.

1.4.2 Manfaat Bagi Instansi

1. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi instansi terkait dalam mengungkapkan tinggalan budaya masyarakat Provinsi Jambi.

2. Hasil dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan riset akademik dalam pengembangan ilmu-ilmu Humaniora dan ilmu sosial, khususnya bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.

1.4.3 Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan

1. Memberikan rujukan bagi ilmu-ilmu Humaniora ataupun disiplin ilmu lainnya yang akan melakukan penelitian terkait topik kajian ini.

2. Sebagai bahan masukan pada pemerintah untuk melestarikan nilai-nilai budaya daerah.

3. Penelitian ini dapat bermanfaat memberikan wawasan ilmu pengetahuan untuk masyarakat luas pada umumnya dan khususnya bagi masyarakat Jambi.

4. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi ilmu pengetahuan seperti arkeologi, antropologi, sejarah, arsitektur dan disiplin ilmu lainnya.

(6)

1.5 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penelitian merupakan batasan bagi peneliti dalam melakukan kajian penelitiannya. Batasan-batasan ini di buat untuk memudahkan dan mengarahkan penelitian agar lebih fokus dan sesuai dengan latar belakang permasalahan dalam penelitian ini. Ruang lingkup dalam penelitian ini di bagi menjadi dua yaitu ruang lingkup wilayah penelitian dan ruang lingkup objek penelitian sebagai berikut :

1. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian

Penelitian ini di lakukan di daerah di Desa Air Hangat, tepatnya berada di Kecamatan Air Hangat Timur, Kabupaten Kerinci, Jambi. Dalam penelitiann terdahulu yang dilakukan pada tempat ini para peneliti menyebukan tempat ini sebagai Bukit Talang Banio. Dalam penelitian kata Talang Banio tidak dipakai karena nama tersebut sudah jarang dipakai, tidak banyak lagi dipakai.

2. Ruang lingkup Objek Penelitian

Objek dikaji dalam penelitian ini yaitu berupa batu mejan. Pengunakan kata baju mejan digunakan untuk menunjukan kata menhir. Kata mejan merupan istilah lokal yang dipakai untuk menyebut menhir. Penelitian ini dilakukan pada kompleks pemakaman Bukit Jirak . Penelitian ini dilakukan untuk melihat bentuk-benuk batu mejan yang terdapat pada kompleks pemakman Bukit Jirak.

(7)

1.6 PENELITIAN TERDAHULU

Berdasarkan hasil laporan singkat penelitian Arkeologi Islam yang dilakukan Tim Peneliti Arkeologi Islam dari Balai Arkeologi Palembang (1994), laporan ini berupa survei-survei tentang tinggalan arkeologi Islam yang ada di wilayah Jambi.

Berdasarkan hasil laporan yang dilakukan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi (1997) yang berjudul “Laporan Peninjauan Situs-situs Tradisi Megalitik dari Masa Islam di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi” . laporan ini membahas tentang kondisi situs- situs megalitik yang berada di Kabupaten Kerinci.

Penelitian di lakukan oleh Budi Wiyana dalam Jurnal Siddhayatra (2003) Volume 8 Nomor 1 yang berjudul “dari Menhir ke Nisan : suatu dinamika budaya”. Penelitian ini membahas tentang tinggalan makam dengan nisan bentuk menhir yang terdapat di Kabupaten Kerinci yang mana banyak terdapat tinggalan megalitik dengan berbagai bentuk menhir dan keberadaannya berdasarkan hasil penelitian di lapangan oleh peneliti.

Berdarkan hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan belum terdapat kajian atau penelitian secara mendalam yang mengkhususkan kajian terhadap tinggalan ini, penelitian hanya dilakukan sebatas survei awal terhadap objek tinggalan.

1.7 PENELITIAN RELEVAN

Penelitian selanjutnya masih di lakukan oleh Ade Oka Hendrata (2011) dalam Jurnal Siddhayatra Volume 16 Nomor 1 yang berjudul “Tipologi Menhir di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi”. Pada penelitian ini di temukan sebanyak 127 tinggalan menhir dengan klarifikasi berdasarkan tinggi, lebar dan tebalnya. Berdasarkan hasil analisis bahwa rata-rata tinggi menhir adalah 26 cm - 30 cm, rata-rata lebar 0 cm - 25 cm dan rata-rata tebalnya 0 cm - 25 cm. Dengan

(8)

berbagai bentuk menhir ditemukan juga sebanyak 33 bentuk, yang berbentuk persegi tidak beraturan sebanyak 30 dari 127 menhir yang ditemukan.

Penelitan salanjutkan dilakukan oleh Rezki Valentino (2021 ) dalam skripsinya yang berjudul

“Tipologi Bentuk dan Ornamen Menhir Guguak dan Siliki Kabupatan Lima Puluh Koto” dalam penelitian ini ornamen-oranman yeng di temukan pada menhir dalam bentuk flora, fauna,semitris, geomitris, sulur, famale symbol dan segitiga.

1.8 KERANGKA TEORI

Menhir merupakan tinggalan tradisi megalitik yang banyak ditemukan diwilayah Nusantara, menhir banyak ditemukan diberbagai situs dan berbagai masa setelah periode neolitik yang terus berkembang hingga masa pengaruh hindu, islam (Sukendar, 1983 : 93) . Menhir merupakan salah satu tinggalan arkeologi pada masa prasejarah dengan pembabakan zaman pada masa itu pada masa megalitik yang mana kebudayaanserta tinggalan budaya pada saat itu menggunakan batu besar sebagai media untuksarana pemujaan atau ritual, batas wilayah, dan juga penanda kubur bagi masyarakat pendukung pada saat itu (Soejono, 1981). Menhir di Indonesia secara umum berfungsi untuk penguburan, pemujaan, dan ada yang tidak mempunyai fungsi religius (Sukendar, 1983 : 100).

Pemanfaatan menhir atau batu tegak berkembang selain berfungsi sebagai pemujaan arwah nenek moyang juga berfungsi sebagai penanda makam pada masa berikutnya. Tradisi nisan menhir adalah tradisi makam kuno dengan menggunakan tanda kubur berupa batu menhir. Tradisi ini merupakan bentuk tradisi berlanjut (Handoko.2014:33). Perkembangan fungsi menhir atau batu tegak yaitu selain berfungsi sebagai sarana pemujaan arwah nenek moyang juga berfungsi sebagai penanda makam pada masa berikutnya. Fungsi menhir atau batu tegak sebagi tanda makam

(9)

Penelitian yang dilakukan perlu adanya sebuah landasan teori dimana teori difungsikan sebagai landasan awal dilakukannya sebuah penelitian dan sebagai penentuan alur penelitian yang akan dilakukan. Klasifikasi terbagi menjadi dua yakni klasifikasi analitik yang menghasilkan mode dan klasifikasi taksnomi menghasilkan tipe, dalam penelitian ini klasifikasi yang digunakan yaitu klasifikasi taksonomi. Klasifikasi taksonomi yaitu yang memusatkan perhatian pada sejumlah atribut-atribut, atribut tersebut digunakan sebagai indikator dalam menetukan tipe sehingga dari hasil anaisis didapat beberapa tipe batu mejan. Klarifikasi taksonomi dikenal dengan beberapa istilah yaitu kategori, tipe, subtipe, sub-subtipe, dan varian. Klarifikasi taksonomi memiliki tujuan untuk menghasilkan tipe berdasarkan dua atau lebih atribut yang telah ditentukan dalam tujuan penelitian (Rouse,1960),

Pada penelitian ini “Kategori” merupakan nisan atau batu mejan yang berada di pemakaman bukit jirak yang kemudian dijadikan satuan “tipe” yaitu bahan atau jenis material nisan, kemudian atribut bahan dijadikan satuan “subtipe” yaitu ukuran (cm) yaitu 0 cm – 30 cm, 31 cm – 60 cm, dan > 61 cm dari ukuran memiliki berbagai macam bentuk yang kemudian dijadikan “sub-subtipe”

yaitu ganggang keris / hulu parang, pedang, fauna dan yang terakhir “variasi” yang merupakan atribut motif.

(10)

1.9 KERANGKA BERFIKIR

Kerangka berfikir bertujuan untuk mempermudah penelitian dengan menjabarkan cara dalam menyelesaikan penelitian tersebut dan menjawab permasalah serta untuk mengetahui cara untuk menjawab suatu permasalahan.

Bagan 1 Alur Pemikiran Tipologi

Eksplanasi Data Ukuran Nisan

Batu Mejan Bukit Jirak

Analisis

Bentuk Nisan Bahan Motif Nisan

Kesimpulan

(11)

1. 10 METODE PENELITIAN

Berdasarkan masalah yang ada dalam penelitian ini, perlu kiranya disusun suatu metode untuk mempermudahkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan secara ilmiah. Dalam penelitian terdapat daua jenis data yakni data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian yang dikumpulkan melalaui observasi lapangan dengan mengamati secara langsung hal yang berhubungan dengan nisan Di Kawasan Pemakaman Bukit Jirak Desa Air Hangat. Kabupaten Kerinci. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti yang terdapat dalam bentuk dokumen-dokumen yang berbentuk buku, jurnal, laporan penelitian, skripsi, makalah yang berkaitan dengan nisan yang ada diwilayah Kerinci. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan dengan menggunakan metode arkeologi yaitu pengumpulan data (data primer dan data sekunder), pengolahan data dan ekplanasi data.

1.10.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tahapan yang dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan yang diperlukan dalam penelitian. Tahapan pengumpulan daya adalah pengumpulan data sekunder (data kepustakaan ) dan pengumpulan data primer (data lapangan).

1. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan upaya untuk mengumpulkan data-data yang berkenaan dengan nisan yang ada di wilayah Kerinci. yang terdapat dalam bentuk dokumen-dokumen yang berbentuk buku, jurnal, laporan penelitian, skripsi, makalah yang berkaitan dengan nisan yang berhubungan dengan objek penelitian.

2. Observasi Lapangan

Observasi lapangan merupakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang di teliti.

Observasi lapangan juga dilakukan untuk melengkapi data yang sudah di peroleh terlebih dahulu

(12)

dari data pustaka. Kegiatan dalam observasi lapangan yakni survei pengukuran, pencatatan, penggambaran dan pemotretan. Pengukuran dilakukan dengan alat ukur berupa meteran dengan mengukur tinggi, lebar dan ketebalan nisan dengan satuan ukuran centimeter. Serta melakukan klasifikasi bentuk nisan berdasarkan ukuran, motif nisan yang ada. Selain itu Penggambaran juga dilakukan terhadap bentuk dan atribut yang terdapat pada nisan. Pendokumentasian juga dilakukan untuk memperkuat data lapangan yang di peroleh. Survei-survie juga dilakukan untuk mendapatkan nisan-nisan yang belum di data.

1.10.2 Penggolahan Data

Penggolahan data dilakukan untuk mempermudahkan dalam melakukan identifikasi data.

Data yang di dapatkan dilapangan dari hasil survei, pengukuran, penggambaran dan pemotretan.

Pengelohan data yaitu berupa gambar atau foto.

1.10.2.1 Analisis Data

Analisis data arkeologi dilakukan untuk mengetahui karakteristik suatu objek yang menbedakan dengan objek yang lain. Analisis merupakan tahapan yang penting dalam penelitian.

Penelitian ini tujuan analisinya adalah menjelaskan masalah bentuk atribut yang dipilih adalah atribut bahan, bentuk dan pola hias. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan berupa analisis morfologi dan analisis presentase.

1. Analisis Morfologi

Analisis morfologi merupakan indentifikasi bentuk yang meliputi ukuran,arah hadap,susunan temuan berupa tunggal atau himpunan juga denah temuan. Berikut atribut yang menjadi dasar dalam penentuan tipe :

1. Ukuran : Panjang, Lebar, Tinggi dan Tebal 2. Motif Hias : Motif hias

(13)

3. Bentuk : Hulu Keris atau Hulu Parang, Pedang, Makara, Persegi Empat dan bentuk lainnya.

4. Bahan : Batu Pasir (sand stone) , Batu Kapur dan Batu Andesit.

1.10.3 Eksplanasi Data

Eksplanasi merupakan penarikan kesimpulan yang dilakukan berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis. Eksplanasi merupakan jawaban atas pemasalahan dalam penelitian. Ekspalanasi data ini menggunakan klasifikasi taksonomi yaitu yang memusatkan perhatian pada sejumlah atribut-atribut, atribut tersebut digunakan sebagai indikator dalam menetukan tipe sehingga dari hasil anaisis didapat beberapa tipe batu mejan. Klarifikasi taksonomi dikenal dengan beberapa istilah yaitu kategori, tipe, subtipe, sub-subtipe, dan varian. Klarifikasi taksonomi memiliki tujuan untuk menghasilkan tipe berdasarkan dua atau lebih atribut yang telah ditentukan dalam tujuan penelitian (Rouse,1960),

(14)

1.11 ALUR PENELITIAN

3.

Bagan 2. Alur Penelitian Analisis

Eksplanasi Pengumpulan Data

Situs Nisan

Deskripsi

Wawancara

Studi Observasi

Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Pesisir Barat Aceh Dalam Konteks Budaya Masa Prasejarah di Sumatera Utara... Balai Arkeologi

Sebagai ilmu yang mempelajari kebudayaan masa lalu, arkeologi juga berkaitan dengan ilmu arsitektur karena bangunan dapat menjadi salah satu bukti bentuk suatu kebudayaan

kaya akan beragam budaya baik kebudayaan tak benda maupun kebudayaan berbentuk benda, di samping kekayaan budayanya Moloku juga menjadi salah satu daerah yang pada masa

Salah satu daerah di Maluku yaitu Bula (pesisir timur Pulau Seram) memiliki potensi tinggalan arkeologi industri pertambangan minyak yang telah dikembangkan sejak masa Hindia

Bukti-bukti tinggalan budaya paleolitik di Pulau Seram telah memberikan suatu pandangan baru yang sangat signifikan terhadap perkembangan penelitian arkeologi prasejarah di

Titik strategis yang perlu dikembangkan, yaitu (1) daerah hulu Sungai Barito, untuk menemukan lebih banyak tinggalan arkeologi dari masa prasejarah, mengingat wilayah ini juga

Selanjutnya, Balai Arkeologi Yogyakarta (1995), melakukan penelitian dengan tema “Survei Arkeologi Islam di Pulau Bawean Jawa Timur”, dengan hasil berupa tinggalan arkeologi

Bangunan prasada dan candi bentar yang ada di Pura Sada Kapal merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang terdaftar dalam buku Daftar Inventarisasi Situs di Provinsi