PROFIL KESIAPAN DIRI UNTUK MENIKAH DAN
BERKELUARGA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP
PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL
(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI di SMA Laboratorium UPI Bandung Tahun Pelajaran 2013/2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh
WIDDY KUSMAYASARI 0606948
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2014
Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1
============================================================= PROFIL KESIAPAN DIRI UNTUK MENIKAH DAN BERKELUARGA SERTA
IMPLIKASINYA TERHADAP PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL Oleh
Widdy Kusmayasari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Widdy Kusmayasari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
PROFIL KESIAPAN DIRI SISWA UNTUK MENIKAH DAN BERKELUARGA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI
SOSIAL
(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI di SMA Laboratorium UPI Bandung Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh
WIDDY KUSMAYASARI NIM. 0606948
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I
Dr. Hj, Nani M. Sugandhi, M.Pd. NIP.19570830 198101 2 002
Pembimbing II
Dra. R. Tati Kustiawati, M.Pd NIP.19620519 198603 2 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Desain Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif mengutamakan objektivitas disain penelitian yang menghasilkan data berupa angka-angka yang diolah dengan menggunakan perhitungan statistik (Riduwan, 2005: 5). Data yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa profil kesiapan menikah dan berkeluarga.
Profil kesiapan menikah dan berkeluarga yang diperoleh kemudian dianalisis dan dijadikan landasan dalam penyusunan program bimbingan bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kesiapan menikah dan berkeluarga.
2. Desain Penelitian
Metode yang digunakan adalah deskriptif, yang bertujuan untuk melukiskan keadaan pada saat penelitian dilakukan. Selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisi menggunakan teknik statistik. Metode deskriptif dipilih karena metode ini ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada. Selain itu, metode ini dipilih karena melalui metode ini, menurut Sukmadinata (2007: 75) terdapat tiga jenis informasi yang dapat diperoleh, yaitu:
1). Informasi tentang keadaan saat ini (present condition), apa yang dimiliki, apa yang dilakukan, apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan.
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3). Informasi bagaimana agar sampai ke sana, bagaimana mencapainya (how to get three)
Informasi-informasi yang dapat diperoleh dari metode ini bersesuaian dengan tujuan pada penelitian dan dapat menjawab rumusan masalah pada penelitian ini.
B. Populasi Dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006: 130). Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Sampel ditentukan untuk memperoleh informasi tentang obyek penelitian dengan mengambil representasi populasi yang diprediksikan sebagai inferensi terhadap seluruh populasi.Secara spesifik, sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik
purposive sampling (penentuan sampel secara bertujuan). Metode ini digunakan karena peneliti memiliki pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan (Riduwan, 2006: 63).
Populasi penelitian ini adalah siswa yang secara administratif terdaftar dan aktif dalam pembelajaran di Kelas XI SMA Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2013/2014. Pertimbangan dalam menentukan populasi penelitian berdasarkan pada hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap kelas XI SMA Laboratorium UPI tahun ajaran 2012/2013. Studi pendahuluan ini menggunakan ITP sebagai instrumen, dan hasil ATP menunjukkan bahwa siswa kelas XI masih rendah dalam kesiapan menikah dan berkeluarga.
Adapun jumlah populasi penelitian pada setiap kelasnya dipaparkan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 3.1
Populasi Penelitian
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 IPA 1 15 12 27
2 IPA 2 14 12 26
3 IPA 3 12 16 28
4 IPS 1 13 11 24
5 IPS 2 4 15 19
6 IPS 3 10 16 26
Jumlah 150
Adapun sampel penelitian diambil menggunakan teknik purposive sampling,
yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2009: 97).
C. Pengembangan Instrumen Pengumpul Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data tentang tingkat kesiapan menikah dan berkeluarga siswa SMA kelas XI. Untuk mengungkap data tersebut dibutuhkan instrumen penelitian kesiapan menikah dan berkeluarga siswa SMA. Jenis instrumen pengungkap data penelitian ini adalah angket dengan model likert.
Teknik pengumpulan data melalui angket adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga calon responden hanya tinggal mengisi atau menandai dengan mudah dan cepat (Sudjana, 1975: 7).
Terdapat beberapa langkah yang ditempuh dalam pengembangan instrumen pengumpul data. Berikut rincian setiap langkah pengembangan instrumen.
1. Definisi Operasional
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pribadi-sosial. Adapun batasan operasional masing-masing konsep adalah sebagai berikut.
a. Kesiapan Menikah dan Berkeluarga
Persepsi kesiapan (Perceived readiness) untuk menikah adalah sebuah pengukuran subjektif terhadap bagaimana persiapan individu untuk memenuhi peran dan tanggung jawab utama pernikahan(Delap, 2000).
Gunnels (2013) mengungkapkan bahwa kesiapanperkawinandidefinisikan sebagai"pandangan seseoranguntukmenikahdalam kaitannya dengansituasi diri saat ini". Kesiapan menikah ini terdiri daritiga bagian yang berbeda: pentingnya pernikahandirencana masa depanindividu, usia perkawinanindividuyang ideal, dan persiapanpemahaman yang perlu individu dimilikisebelum menikah.
Olson (Gunnels, 2013) KesiapanPernikahanadalah ungkapanyang digunakan untukmenunjukkan apapersiapanindividuyang terlihat diperlukan sebelummereka siap untukmenikah. Kesiapan menikah adalah komponenketiga dari teori marital horizon individu, dan merupakan fokusutama daripenelitian ini. Studi sebelumnyatelah berusaha menilai apakah benar atau tidak individumenganggap diri merekasebagaisiap untuk menikah. Namun, dalam teori marital horizon, kesiapanpernikahantidak berartihanya itu,tetapi juga tentang apa yangindividu percayaiakan membuat merekasiap untuk menikah
Kondisi siap menikah ini disebutkan oleh Holman and Lee (Ghalili, 2012) sebagai kondisi persiapan di luar tindakan yang membentuk dan mengatur tindakan. Kesiapan dapat digunakan untuk menjelaskan dan memperkirakan jenis khusus dari tindakan. Selain itu, mengetahui kesiapan individu membantu untuk memprediksikan jenis tindakan yang akan terjadi jika kesiapan terjadi
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tanggungjawab dan tantangan dari pernikahan. Dengan kata lain, kesiapan menikah adalah kemampuan seseorang untuk meningkatkan proses pemilihan pasangan.
Berdasarkan definisi dari para ahli tersebut, kesiapan menikah dan berkeluarga yang dikaji dalam penelitian ini adalah penilaian subjektif individu terhadap dirinya tentang situasi diri untuk menikah dan berkeluarga meliputi mengenal norma-norma pernikahan dan berkeluarga, menghargai norma-norma pernikahan dan berkeluarga sebagai landasan bagi penciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis serta mengekspresikan keinginannya untuk mempelajari lebih intensif tentang norma pernikahan dan berkeluarga.
b. Program bimbinganPribadi-Sosial
Definisi bimbingan pribadi-sosial menurut pendapat beberapa ahli adalah sebagai berikut.
Yusuf dan Nurihsan (2008: 11) menjelaskan bahwa bimbingan sosial-pribadi merupakan bimbingan untuk membantu individu dalam memecahkan masalah sosial-pribadi. Bimbingan sosial pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan meningkatkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami individu.
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memfasilitasi siswa agar siswa mampu meningkatkan pemahaman dan keterampilan berinteraksi sosial atau hubungan insani (human relationship) dan memecahkan masalah-masalah sosial yang dialaminya.
Sukmadinata (2007: 139) menjelaskan bahwa bimbingan pribadi-sosial adalah lingkup program. Lingkup program merupakan bidang layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh tim bimbingan pada suatu sekolah. Bimbingan pribadi merupakan layanan pengembangan kemampuan dan mengatasi masalah-masalah pribadi dan kepribadian, berkenaan dengan aspek-aspek intelektual, afektif dan fisik - motorik. Bimbingan sosial merupakan layanan pengembangan kemampuan dan mengatasi masalah sosial, dalam kehidupan di rumah, sekolah dan masyarakat, dalam bekerja sama dan berinteraksi dengan teman sebaya, dengan orang dewasa ataupun siswa yang lebih kecil.
Gysbers dan Henderson (2000: 58) mendefinisikan program sebagai sebuah kerangka kerja yang terorganisasi dengan susunan layanan dan aktivitas bimbingan dan konseling yang terencana, berangkaian dan terkoordinasi berdasar pada kebutuhan dan sumber daya siswa sekolah dan masyarakat, didesain untuk melayani semua siswa, orang tua atau wali di wilayah sekolah lokal.
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa Program bimbingan pribadi-sosial adalah suatu rumusan kerangka kerja yang terencana, berangkaian, dan terkoordinasi, berisi tentang aktivitas layanan berupa proses bantuan yang bertujuan meningkatkan aspek pribadi-sosial siswa.
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Kisi-Kisi
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen kesiapan siswa menghadapi pernikahan dan berkeluarga yang dikembangkan dalam penelitian disertasi dan sudah mendapatkan ijin tertulis (surat terlampir) dari Dr. Hj. Euis farida, M.Pd. Instrumen yang digunakan hanya format A yang meliputi tiga aspek, yaitu Pengenalan, Akomodasi dan Tindakan.
Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap tingkat kesiapan menghadapi pernikahan dan berkeluargasiswa kelas XI SMA Laboratorium UPI Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Kesiapan Menghadapi Pernikahan dan Berkeluarga
Aspek Indikator Jumlah
Item
Pengenalan Mengenal norma-norma pernikahan dan berkeluarga 10 Akomodasi Menghargai norma-norma pernikahan dan berkeluarga
sebagai landasan bagi penciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis
10
Tindakan Mengekspresikan keinginannya untuk mempelajari lebih intensif tentang norma pernikahan dan berkeluarga
10
Adapun pola penilaianinstrumen untuk mengungkap tingkat kesiapan menghadapi pernikahan dan berkeluarga untuk tiap respon yang diberikan siswa dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 3.3
Skor Penilaian Instrumen
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4 Jika responden memilih jawaban Sangat Sering (SS) 3 Jika responden memilih jawaban Sering (S)
2 Jika responden memilih jawaban Kadang-Kadang (K) 1 Jika responden memilih jawaban Tidak pernah (TP)
3. Pengujian Instrumen
a. Uji Validitas Item
Uji validitas pada dasarnya menunjukan pada tingkat ketepatan dalam mengungkap data yang seyogianya diungkap (Rakhmat dan Solehuddin, 2006:21). Adapun langkah uji validitas instrumen kesiapan siswa untuk menikah dan berkeluarga adalah dengan menghitung koefisien korelasi skor setiap butir item dengan rumus Product Moment Correlation, yaitu :
√{ } { }
Keterangan :
rxy = Koefisien Korelasi antara variabel X dan variabel Y N = Jumlah responden
∑XY = Jumlah hasil kali skor X dan Y setiap responden ∑X = Jumlah skor X
∑Y = Jumlah skor Y
(∑X)2 = Kuadrat jumlah skor X (∑Y)2 = Kuadrat jumlah skor Y
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membandingan besar nilai hitung rhitung terhadap nilai rtabel dengan kriteria kelayakan sebagai berikut.
Pengujian validitas instrumen kesiapan siswa untuk menikah dan berkeluarga dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 terhadap 30 item pernyataan dalam instrumen dengan jumlah subjek sebanyak 150 siswa kelas XI SMA Laboratorium UPI. Berdasarkan pengujian tersebut diperoleh hasil bahwa semua 30 butir item instrumen dapat dinyatakan valid.
Hasil uji validitas setiap item dalam instrumen kesiapan siswa untuk menikah dan berkeluarga secara rinci tertera dalam tabel di bawah ini. Adapun perhitungan lebih lengkap terlampir.
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Item
No Item r Hitung r Tabel Kriteria No Item r Hitung r Tabel Kriteria
1 0,29 0,16 valid 16 0,46 0,16 valid
2 0,39 0,16 valid 17 0,54 0,16 valid
3 0,37 0,16 valid 18 0,21 0,16 valid
4 0,43 0,16 valid 19 0,42 0,16 valid
5 0,54 0,16 valid 20 0,48 0,16 valid
6 0,63 0,16 valid 21 0,53 0,16 valid
7 0,53 0,16 valid 22 0,45 0,16 valid
8 0,54 0,16 valid 23 0,17 0,16 valid
9 0,49 0,16 valid 24 0,49 0,16 valid
10 0,40 0,16 valid 25 0,63 0,16 valid
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11 0,53 0,16 valid 26 0,32 0,16 valid
12 0,58 0,16 valid 27 0,57 0,16 valid
13 0,43 0,16 valid 28 0,47 0,16 valid
14 0,62 0,16 valid 29 0,52 0,16 valid
15 0,49 0,16 valid 30 0,53 0,16 valid
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjukan kepada tingkat ketepatan atau kemantapan (Rakhmat dan Solehuddin, 2006: 21). Setiap instrumen seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu.
Uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus dari Cronbach’s Alpha. Perhitungan Cronbach’s Alpha dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
r11 = (
K
) ( 1 - ² )
k-1 ²
Keterangan :
r11 = nilai reliabilitas
∑Si² = jumlah varians skor tiap-tiap item St² = varians total
k = jumlah item
Sebagai kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi sebagai berikut :
Tabel 3.5
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kriteria Kategori
0.91-1.00 Derajat keterandalan sangat tinggi 0.71-0.90 Derajat keterandalan tinggi 0.41-0.71 Derajat keterandalan sedang 0.21-0.41 Derajat keterandalan rendah
< 20 Derajat keterandalan sangat rendah
Rakhmat dan Solehuddin (2006:74)
Perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha, dapat dilihat di bawah ini.
Diketahui :
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan kriteria di atas yang menunjukan rentang nilai 0.71-0.90 berada pada kategori derajat keterandalan tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa instrumen kesiapan menikah dan berkeluarga mampu menghasilkan skor-skor secara konsisten.
D. Pengolahan Data Dan Analisis Data
Langkah selanjutnya setelah seluruh data terkumpul adalah mengolah dan menganalisi data sebagai bahan acuan dalam menyusun program bimbingan pribadi-sosial. Data hasil penyebaran angket kemudian diolah dengan menetapkan tingkatan kesiapan siswa menghadapi pernikahan dan berkeluarga, apakah berada dalam tingkat kesiapan berkategori tinggi, sedangatau rendah.
Adapun penentuan batas lulus dari instrumen kesiapan siswa menghadapi pernikahan dan berkeluarga ini ditentukan dengan menggunakan batas lulus ideal, di mana harga rata-rata (X) ideal dan simpangan baku (s) ideal juga. Adapun rumus dari perhitungan batas lulus ini adalah :
Tabel 3.6
Rumus Kategori Tingkat Kesiapan Siswa
untuk menikah dan Berkeluarga
Kriteria Kategori
x ≥ X + 0,5 s Tinggi
X – 0,5 s ≤ x ≤ X + 0,5 s Sedang
x ≤ X-0,5 s Rendah
Untuk menentukan kedudukan subjek dalam tingkat kesiapan diri siswa untuk menikah dan berkeluarga, dilakukan teknik pengolahan data dengan menggunakan rumus skor ideal sebagai berikut .
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan :
BL = Batas Lulus
X = Rata-rata = ⁄ skor ideal s = Simpangan Baku = ⁄
Dengan menggunakan rumus yang dipaparkan diatas, maka diperoleh rentang skor untuk menentukan kedudukan siswa dalam kategori kesiapan diri untuk menikah dan berkeluarga, yaitu diperoleh skor ideal sebagai berikut.
X ideal = ½ (120) = 60
s ideal = 1/3 (60) = 20
BL = X + 0,25 s = 60 + 0,25(20) = 65
Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh pembagian kategori kesiapan diri siswa untuk menikah dan berkeluarga. Kategori tersebut disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.7
Kategori Tingkat Kesiapan Siswa Menghadapi Pernikahan dan Berkeluarga
Rentang
Skor Kategori Deskripsi
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berkeluarga sebagai landasan bagi penciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis, mengekspresikan keinginannya untuk mempelajari lebih intensif tentang norma pernikahan dan berkeluarga
50< X<70 Sedang
Responden cukupmengenal norma-norma pernikahan dan berkeluarga, cukup menghargai norma-norma pernikahan dan berkeluarga sebagai landasan bagi penciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis, mengekspresikan keinginannya untuk mempelajari lebih intensif tentang norma pernikahan dan berkeluarga
<50 Rendah
Responden kurangmengenal norma-norma pernikahan dan berkeluarga, kurang menghargai norma-norma pernikahan dan berkeluarga sebagai landasan bagi penciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis, mengekspresikan keinginannya untuk mempelajari lebih intensif tentang norma pernikahan dan berkeluarga
E. Langkah-Langkah Penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam penelitian terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahapan persiapan, pelaksanaan dan pelaporan, dengan deskripsi sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. Membuat proposal penelitian dan mengkonsultasikannya kepada dosen mata kuliah skripsi dan disahkan dengan persetujuan dari dewan skripsi dan dosen pembimbing skripsi serta ketua jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. b. Pengurusan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada
tingkat fakultas, yang ditelah disahkan oleh dosen pembimbing pilihan dan ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Memohon ijin menggunakan instrumen yang sudah valid tentang Kesiapan menikah dan berkeluarga
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Menyebarkan instrumen Kesiapan diri untuk menikah dan berkeluarga pada siswa kelas XI SMA Laboratorium UPI.
b. Mengolah data hasil penyebaran instrumen
c. Melakukan analisis data hasil penyebaran instrumen
d. Menyusun profil kesiapan menikah dan berkeluarga berdasarkan data yang didapat.
e. Menyusun program bimbingan pribadi sosial berdasarkan profil yang disusun. f. Melakukan uji kelayakan program bimbingan pribadi sosial oleh ahli dan
praktisi.
3. Hasil dan Laporan
Pada tahap akhir, penulisan skripsi, membuat kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian serta mengkonsultasikan draf skripsi dan sidang kepada dosen
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A.Hasil Penelitian
1. Profil Kesiapan Menikah dan Berkeluarga Secara Umum
Profil tingkat Kesiapan siswa untuk menikah dan berkeluargakelas XI SMA Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2013/2014diperoleh dari hasil penyebaran instrument kesiapan siswa untuk menikah dan berkeluarga terhadap sampel penelitian. Berdasarkan data yang dikumpulkan diperoleh profilsecara umum, per aspek maupun per indikator tentang tingkat siswa untuk menikah dan berkeluarga.
Profil tingkat Kesiapan siswa untuk menikah dan berkeluargakelas XI SMA Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2013/2014berada pada kategori Tinggi dengan perhitungan rata-rata sebesar 82.92 , nilai tertinggi berada pada angka 111, nilai terendah berada pada angka 54, mediannya berada pada angka 83 dan modus pada angka 80. Berikut penjelasan lebih rinci profil tingkat kesiapan siswa untuk menikah dan berkeluargasecara umum dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Profil Tingkat Kesiapan siswa untuk menikah dan berkeluargaKelas XI
SMA Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2013/2014
Kategorisasi Interval Jumlah siswa Persentase
Rendah X <50 0 0%
Sedang 50< X <70 17 11%
Tinggi X ≥ 70 133 89%
Jumlah 150 100%
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan kategori tinggi (89%), terdapat 17 orang yang memiliki tingkat Kesiapan untuk menikah dan berkeluarga dengan kategori sedang (11%), dan tidak ada siswa yg termasuk kategori rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa secara umum tingkat Kesiapan untuk menikah dan berkeluarga siswa kelas XI SMA Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2013/2014 berada pada kategori tinggi. Dengan kata lain, siswa kelas XI di sekolah tersebut menilai dirinya memiliki kesiapan cukup tinggi untuk menghadapi pernikahan dan berkeluarga.
Gambaran tentang tingkat Kesiapan untuk menikah dan berkeluargajuga divisualisasikan ke dalam grafik 4.1 di bawah ini.
Grafik 4.1
Profil Kesiapan untuk Menikah dan BerkeluargaSiswa Kelas XI SMA Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2013/2014
2. Profil Kesiapan Menikah dan Berkeluarga Berdasarkan Aspek
Terdapat tiga aspek kesiapan menikah dan berkeluargayaituPengenalan, Akomodasi dan Tindakan. Aspek Pengenalan yaitu mengenal norma-norma pernikahan dan berkeluarga. Aspek Akomodasi yaitu menghargai norma-norma
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pernikahan dan berkeluarga sebagai landasan bagi penciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis. Aspek Tindakan yaitu mengekspresikan keinginannya untuk mempelajari lebih intensif tentang norma pernikahan dan berkeluarga.
Profil skorkesiapan menikah dan berkeluargasiswa kelas XI SMA Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2013/2014 pada masing-masing aspek, secara umum adalah sebagaimana ditunjukkan tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2
Profil Skor Kesiapan Menikah dan Berkeluarga Pada Masing-masing Aspek
Aspek Rata-rata St.
Deviasi Min Max Median Modus Persentase
Pengenalan 29.82 4.08 20 40 29.5 28 75%
Akomodasi 30.54 4.51 17 39 31 31 76%
Tindakan 22.55 4.83 13 35 22 21 56%
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Grafik 4.2
Tingkat Pencapaian Skor Tiap Aspek
Berdasarkan grafik tersebut, terlihat bahwa aspek tindakan merupakan aspek paling rendah tingkat pencapaian skornya. Hal ini berarti bahwa dalam mengekspresikan keinginannya untuk mempelajari lebih intensif tentang norma pernikahan dan berkeluarga, siswa kelas XI SMA Laboratorium UPI tahun ajaran 2013/2014 masih tergolong sedang.
Adapun rincian profil per aspek kesiapan menikah dan berkeluarga siswa kelas XI SMA Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2013/2014berdasarkan tiga tingkatan kategori dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3
Profil Kesiapan Menikah dan BerkeluargaSiswa Pada Masing-masing Aspek
Aspek Kategorisasi Persentase
Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan Tabel 4.3, tampak bahwa umumnya tingkat kesiapan menikah dan berkeluarga siswa Kelas XIdi SMA Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2013/2014dilihat berdasarkan aspek-aspek yang diukur umumnya termasuk pada kategori tinggi. Dari ketiga aspek tersebut, tampak bahwa aspek tindakan merupakan aspek yang paling sedikit siswa yang termasuk kategori tinggi bila dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya.Dari 150 siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian, hanya 59 orang siswa (39%) yang berkategori tinggi pada aspek tindakan.
Profil kesiapan menikah dan berkeluarga siswa Kelas XIdi SMA Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2013/2014 berdasarkan masing-masing aspek dapat diilustrasikan pula melalui grafik berikut.
Grafik 4.3
Profil Kesiapan Menikah dan Berkeluarga
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Terlihat dari grafik 4.3 bahwa pada dua aspek pertama yaitu pengenalan dan akomodasi, didominasi siswa yang tergolong dalam kategori tinggi. Sebaliknya, pada aspek tindakan, siswa tersebar di semua kategori bahkan ada 13% siswa yang tergolong kategori rendah di aspek ini. Hal ini berarti bahwa siswa menilai diri sendiri tinggi dalam mengenal norma-norma pernikahan dan berkeluarga, serta menilai diri sendiri tinggi dalam menghargai norma-norma pernikahan dan berkeluarga sebagai landasan bagi penciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis. Sedangkan aspek Tindakan yaitu mengekspresikan keinginannya untuk mempelajari lebih intensif tentang norma pernikahan dan berkeluarga, dinilai siswa masih kurang pada diri siswa dibandingkan dengan dua aspek sebelumnya.
3. Profil Kesiapan Menikah dan Berkeluarga Berdasarkan Kelas
Dalam penelitian ini, terdapat 150 siswa yang terbagi dari enam kelas berbeda pada tingkatan yang sama. Adapun uraian secara terperinci gambaran tingkatan kesiapan siswa menikah dan berkeluarga pada setiap kategorinya berdasarkan kelas ditunjukkan tabel berikut.
Tabel 4.4
ProfilKesiapan Menikah dan BerkeluargaBerdasarkan Kelas
Kelas Kategorisasi Persentase
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
XI IPS 1 19 5 0 79% 21% 0%
XI IPS 2 19 0 0 100% 0% 0%
XI IPS 3 26 0 0 100% 0% 0%
XI IPA 1 23 4 0 85% 15% 0%
XI IPA 2 22 4 0 85% 15% 0%
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan tabel 4.4 dapat terlihat bahwa tidak ada siswa yang terkategori rendah pada semua kelas. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa ada dua kelas yang semua siswanya tergolong kategori tinggi tingkat kesiapan menikah dan berkeluarga. Terlihat pula bahwa tidak ada siswa yang tergolong dalam kategori rendah di kelas manapun dan terdapat empat kelas yang memiliki siswa berkategori sedang. Adapun jika dibandingkan dengan kelas lainnya, kelas yang memiliki persentase siswa kategori sedang terbanyak dan kategori tinggi paling sedikit adalah kelas XI IPS 1.
Berikut ini Grafik ilustrasi hasil analisis data yang menunjukkan gambaran tingkat kesiapan menikah dan berkeluarga siswa berdasarkan kelas masing-masing pada setiap kategori tingkat kesiapan menikah dan berkeluarga.
Grafik 4.4
Profil Kesiapan Menikah dan Berkeluarga berdasarkan Kelas
4. Profil Kesiapan Menikah dan Berkeluarga Berdasarkan Jenis Kelamin
Sampel penelitian ini terdapat 150 siswa Kelas XI yang terdiri dari 68 siswa berjenis kelamin laki-laki dan 76 siswa berjenis kelamin perempuan. Semuanya
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebar dalam enam kelas berbeda. Tabel berikut ini menunjukkan hasil analisis data tingkat kesiapan pernikahan dan berkeluarga berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 4.5
Profil Kesiapan Menikah dan Berkeluarga Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Kategorisasi Persentase
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
L 57 11 0 84% 16% 0%
P 76 6 0 93% 7% 0%
Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada kategori tinggi, lebih banyak perempuan yang termasuk kategori tinggi dibandingkan laki-laki. Pada kategori sedang dapat terlihat bahwa laki-laki lebih banyak tergolong kategori sedang dibandingkan perempuan. Sedangkan pada kategori rendah, tidak ada siswa yang tergolong di dalamnya baik laki-laki maupun perempuan.
Grafik berikut dapat menunjukkan lebih jelas perbandingan gambaran tingkat kesiapan menikah dan berkeluarga berdasarkan jenis kelamin.
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Grafik 4.5
Profil Kesiapan Menikah dan Berkeluarga Berdasarkan Jenis Kelamin
Adapun gambaran tingkat pencapaian skor kesiapan menikah dan berkeluarga pada tiap aspeknya berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.6
Tingkat Pencapaian Skor Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Persentase Ketercapaian Skor
Umum Aspek
Pengenalan Akomodasi Tindakan
L 69,08 % 74% 78% 55%
P 69,13 % 76% 74% 58%
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Grafik 4.6
Profil Ketercapaian Skor Kesiapan Menikah dan Berkeluarga Berdasarkan Jenis Kelamin
B. Pembahasan
1. Profil Kesiapan Menikah dan Berkeluarga Secara Umum
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kesiapan siswa untuk menikah dan berkeluarga berada pada kategori tinggi. Berdasarkan aspek kesiapan siswa untuk menikah dan berkeluarga menunjukkan bahwa pada aspek pengenalan siswa berada pada kategori tinggi. Aspek akomodasi siswa juga termasuk pada kategori tinggi. Sedangkan pada aspek tindakan, siswa tergolong pada kategori sedang. Data tersebut mengindikasikan bahwa siswa menilai dirinya cukup tinggi mengenal norma-norma pernikahan dan berkeluarga, menghargai norma-norma pernikahan dan berkeluarga sebagai landasan bagi penciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis. Namun, pada aspek Tindakan, siswa menilai dirinya belum memiliki intensitas tinggi dalam mengekspresikan keinginan untuk mempelajari lebih intensif tentang norma pernikahan dan berkeluarga.
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tingginya intensitas kesiapan untuk menikah dan berkeluarga pada siswa kelas SMA Laboratorium UPI Kelas XI mengindikasikan beberapa kemungkinan faktor yang berpengaruh terhadap tingginya intensitas kesiapan menikah dan berkeluarga. Beberapa penelitian dapat dijadikan rujukan tentang kemungkinan faktor yang berpengaruh ini. Larson (Delap, 2000) menemukan bahwa pada individu dewasa awal, status pernikahan orang tua tidak berpengaruh pada persepsi kesiapan mereka untuk menikah. Stinnett (Delap, 2000) menemukan bahwa individu dewasa awal yang dilaporkan memiliki hubungan bahagia dengan orang tua di masa kecil, mendapat skor persepsi kesiapan tinggi untuk menikah. Kedua penelitian ini menunjukkan bahwa jika ada siswa yang memiliki orang tua dengan status berpisah, individu bisa tetap memiliki intensitas kesiapan untuk menikah tinggi karena status orang tua tidak berpengaruh terhadap persepsi kesiapan menikah. Selain itu, jika siswa yang orang tuanya berstatus berpisah memiliki memori positif dan hubungan bahagia dengan orang tuanya di masa kecil, maka kemungkinan untuk memiliki kesiapan menikah yang tinggi tetap ada.
Selain itu, tingginya intensitas kesiapan menikah dan berkeluarga siswa bisa jadi disebabkan hubungan dan pola otoritas baik dalam keluarga siswa. Hal ini merujuk pada Studi Stinett (Ghalili, 2012) menemukan bahwa kesiapan untuk menikah berkaitan positif dengan kebahagiaan dalam hubungan orangtua-anak dan pola otoritas demokrasi dalam keluarga.
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ditinjau dari stabilitas emosi, Stinett (Ghalili, 2012) juga mengemukakan hasil penelitian bahwa semakin besar jumlah stabilitas emosi, semakin tinggi tingkat kesiapan menikah. Faktor stabilitas emosi ini juga bisa jadi turut berkontribusi pada tingginya intensitas kesiapan menikah dan berkeluarga siswa.
Larson dan Lamont(Ghalili, 2012) dalam studi mereka pada wanita muda tunggal dari tiga universitas di Amerika Serikat menemukan bahwa kekerasan seksual masa kecil berhubungan dengan kesiapan kurang perkawinan dan periode menunggu sebelum menikah. Tingginya intensitas kesiapan siswa bisa jadi dipengaruhi faktor situasi baik yang jauh dan terbebas dari kekerasan seksual masa kecil seperti yang diungkapkan pada studi tersebut.
Kemungkinan terbaik yang bisa terjadi di masa depan dari tingginya tingkat kesiapan siswa untuk menikah dan berkeluarga yang disebabkan baiknya kondisi dan budaya keluarga individu di masa lalu dapat dijelaskan bila merujuk pada hasil penelitian Mosko dan Carole Pistole (Ghalili, 2012). Hasil penelitian ahli tersebut menunjukkan bahwa konteks keluarga, keamanan pribadi, sudut pandang orang lain, perilaku resolusi konflik, kelayakan diri dan regulasi emosi negatif menjelaskan kualitas hubungan pernikahan nanti.
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perbedaan intensitas kesiapan menikah dan berkeluarga pada laki-laki dan perempuan kemungkinan disebabkan berbedanya kemampuan yang perlu dikembangkan antara laki-laki dan perempuan. Arnett (2001) mengemukakan bahwa bagi remaja laki-laki, persiapan untuktransisi ke masa dewasa kaitannya mempersiapkan pernikahan meliputi meningkatkan kemampuan seperti menyediakan dan melindungi, yaitu menyediakan kebutuhan ekonomi untuk keluarga, dan menjaga fisik keluarga aman. Remaja perempuan, sebaliknya, diperlukan meningkatkan kapasitas untuk menjalankan rumah tangga dan merawat anak-anak. Mengetahui perbedaan intensitas yang masing-masing jenis kelamin miliki, dapat mempengaruhi rancangan tindakan yang mungkin disiapkan bagi siswa laki-laki dan perempuan.
Tujuan dikembangkannya program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kesiapan menikah dan berkeluarga siswa tidak hanya untuk meningkatkan indikator-indikator variabel kesiapan menikah dan berkeluarga saja, melainkan membangun harapan positif tentang keadaan pernikahan siswa di masa depan. Siswa perlu dibekali dan distimulasi untuk meningkatkan keterampilan pemilihan pasangan dan keterampilan komunikasi dalam pernikahan. Hal ini juga didasari penelitian asumsi Perkins (2001) yang menyatakan bahwa mempersiapkan pernikahan dan berkeluarga adalah salah satu tugas perkembangan yang paling mendasar bagi remaja. Tugas perkembangan ini sulit dicapai karena remaja umumnya kebingungan membedakan antara perasaan seksual dengan keintiman yang asli (genuine intimacy).
2. Implikasi Program bimbinganPribadi Sosial
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
komponen program; f) rencana operasional; g) pengembangan tema; h) evaluasi; i) daftar pustaka; dan k) lampiran. Selain itu program bimbingan pribadi sosial ini diimplemetasikan untuk guru bimbingan dan konseling sebagai pelaksanaan program yang telah dibuat oleh peneliti yang berdasarkan hasil penelitian didapat gambaran tentang tingkat kesiapan siswa untuk menikah dan berkeluarga berdasarkan kelas siswa. Guru bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan dilandasi profil kebutuhan kelas masing-masing. Program juga dapat digunakan sebagai acuan kegiatan atau sebagai acuan untuk merancang kembali program kesiapan untuk menikah dan berkeluarga.
C. Keterbatasan Penelitian
Kesesuian program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kesiapan diri untuk menikah dan berkeluarga siswa SMA Laboratorium UPI dengan hasil yang tinggi, maka penelitian pun tidak luput dari keterbatasan-keterbatasan sebagai berikut:
a. Profil kesiapan diri siswa untuk menikah dan berkeluarga yang diimplikasikan dalam program yang dirumuskan masih bersifat hipotetik, sehingga dalam pembuatan program hanya sebatas membuat dan merancang program yang disesuiakan dengan kebutuhan siswa dengan tidak mengaplikasikan program tersebut kedalam jam sekolah atau kurikulum sekolah.
b. Pada penelitian ini, subjek penelitian hanya kepada siswa kelas XI SMA Laboratorium UPI, sehingga subjek yang terbatas membuat program ini hanya dilakukan pada tingkatan kelas XI dan tidak dapat diaplikasikan dalam tingkatan yang lain.
Widdy Kusmayasari, 2014
Profil kesiapan diri untuk menikah dan bekeluarga serta implikasinya terhadap program bimbingan pribadi-sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu