DI BAWAH KAKI TUHAN
Karya: Yung Darius Adegan 1.
SEBUAH RUANG TAMU YANG SEDERHANA, TETAPI RAPI. PAGI HARI. RIA SEDANG BERSIAP UNTUK PERGI. IA SIBUK MENCARI-CARI SESUATU.
001. RIA : Aduuuh...! Ke mana sih, kok nggak ada di mana-mana?
Siapa sih yang ngambil?! (MENCARI-CARI DI TUMPUKAN BUKU DI LEMARI, MEJA, DENGAN KESAL).
Kemarin di sini, sekarang bisa lenyap mendadak, aneh... (MELIHAT JAM TANGANNYA) Mana udah telat lagi!
002. IBU :(MASUK) Ada apa, Ria, kok seperti orang kebakaran jenggot...
003. RIA :Itu Ma, Alkitab Ria. Mama lihat nggak?
004. IBU :Lho, habis pakai terakhir..., kamu taruh di mana?
005. RIA :Aduh, Maaa... Ria udah lupa, kapan terakhir
pakainya...! Kemarin, perasaannya ada di sini, seka- rang lenyap entah ke mana...!
006. IBU :(MENGERUTKAN DAHI, MEMANDANG RIA DENGAN HERAN) Memangnya Ria nggak baca Alkitab tiap hari...?
007. RIA :Mama...mana Ria sempat...Senin rapat komisi pemuda, Selasa latihan vocal grup, Rabu rapat panitia aksi sosial remaja, Ria kan ketuanya Ma, terus Kamis latihan drama, Jum'at latihan paduan suara, seka- rang...besuk...
008. IBU :(MENDENGARKAN SAMBIL GELENG-GELENG KEPALA) Ria, Ria...kamu kok melayani ya borongan gitu sih...?
009. RIA :Mumpung masih muda, Ma...kapan lagi...?
Ayo dong Ma, bantuin nyarinya...
010. IBU :Ya sudah, pakai saja Alkitab Mama, ambil sana di kamar!
011. RIA :Hhhhhh...Alkitab Mama mah udah tua, masa besuk pakai Alkitab jelek...gengsi dong...
012. IBU :Yang penting kan isinya, bukan penampilannya, Ria.
013. RIA :(MELIHAT JAM TANGANNYA) Udah deh Ma, nanti Ria pinjam aja yang punya teman. Ria pergi dulu ya, Ma...Daaag...
014. IBU :(MENARIK NAPAS SAMBIL GELENG-GELENG KEPALA.
MENATAP KE ARAH PENONTON) Hhhhhh...anak muda
sekarang, semangat sih boleh, tapi...(ANGKAT BAHU DAN MERENTANGKAN TANGAN SAMBIL BERJALAN KELUAR).
MUSIK FADE-IN. AGAK KERAS SEJENAK. BLACK OUT.
Adegan 2.
RUANGAN YANG SAMA SEPERTI PADA 'Adegan 1'. BAPAK SEDANG DUDUK MEMBACA KORAN, SEMENTARA IBU SEDANG MENJAHIT BAJU YANG ROBEK. RIA MASUK DENGAN WAJAH KESAL, MELEMPAR TAS KE KURSI, LALU DUDUK DENGAN WAJAH MASAM.
015. RIA :Huuh...sebel...sebel...sebeeell...!
016. IBU :Lho, lho, lho... ada apa ini? Kok nggak ada hujan, nggak ada angin, datang-datang marah-marah....?
017. RIA :Pokoknya Ria sebel, sebeeelll....banget deh!
BAPAK MENGINTIP SEDIKIT DARI BALIK KORAN, LALU MENERUSKAN MEMBACA.
018. IBU :Sama siapa?
019. RIA :Sama semuanya!
020. IBU :Termasuk papa dan mama?
021. RIA :Huuuhh...Mama..!
022. IBU :(KE ARAH PENONTON) Betul 'kan kata saya... Semangat sih boleh, tapi... (ANGKAT BAHU DAN ALIS) Hhhh....
Pa...
023. BAPAK :(MENDENGUS TANPA MENGHENTIKAN BACAANNYA) Heee..!
024. IBU :Anakmu tuh, lagi uring-uringan seperti nenek-nenek kehilangan sirih....
SEMENTARA RIA MENUMPAHKAN KEKESALAN HATINYA DENGAN MENARIK-NARIK SESUATU (TALI TAS, UJUNG KURSI, MAJALAH, ATAU APA SAJA).
025. BAPAK :(DENGAN SETENGAH ACUH SAMBIL MASIH MEMBACA)
Alaaah...paling-paling juga bertengkar sama teman, ribut dengaaaann...pacar, atau...
026. RIA :Nggak...nggak...nggak, nggak pake pacar-pacaran...!
027. BAPAK :(SAMBIL MELIPAT KORAN DAN MELETAKKAN DI MEJA) Habis, apa dong?!
028. IBU :Ayo deh, coba sekarang Ria cerita sama mama, sama papa, apa yang membuat kesal hati Ria...
029. BAPAK :Biar nanti papa dan mama ikut membantu mencarikan jalan keluarnya...
030. RIA :Nggak, Ria nggak mau cerita...
031. BAPAK :Ayo dong manis, cerita deh apa masalahnya... Waaah, anak papa kalau lagi membrengut begitu, tambah cantik deh jadinya....
032. RIA :Aaaah...papa mah nggak serius...Ria nggak mau cerita!
033. IBU :Sudah pa, sudah, jangan terus digodain begitu! Ayo deh, sekarang Ria cerita ya..?
034. RIA :Nggak, nggak, pokoknya Ria kesal, sebel, kecewa, sakit hati. Pokoknya Ria mau berhenti dari pelaya- nan, Ria mau mundur dari jabatan ketua panitia aksi sosial remaja, biar tahu rasa mereka...!!
035. BAPAK :(TERBENGONG) Nah lu..!
036. IBU :(TERGAGAP) Eh, eh, eh,...
037. RIA :(MENYAMBAR TAS) Sekarang, Ria mau mandi, makan, terus tidur sampai pagi, mohon tidak diganggu!
RIA KELUAR SAMBIL MEMBANTING KAKI DIIKUTI PANDANGAN BAPAK DAN IBU YANG TERHERAN-HERAN.
038. BAPAK :Wah ma, alamat perang Bosnia bakal pindah ke mari nih...
039. IBU :Sudahlah...nanti saja kita tanyakan lagi, kalau panas hatinya sudah mereda.
040. BAPAK :(MENGGELENG-GELENG KEPALA) Anak muda, anak
muda,...ya sudahlah...terserah mama saja bagaimana baiknya...
041. IBU :Lho, kok terserah mama, Ria 'kan anak papa juga..
042. BAPAK :Habis, mama juga sih yang suka memanjakannya.
043. IBU :Nah, nah, nah, mama juga 'kan yang disalahin...
044. BAPAK :Sudah, sudah, jangan diteruskan...nanti perangnya keburu meletus di sini. Sekarang, papa mau mandi, makan, terus...ti-dur! (TERUS KELUAR).
045. IBU :Heeehh...pa-pa.. (IKUT KELUAR).
MUSIK FADE-IN. CAHAYA REDUP PERLAHAN. MUSIK AGAK KERAS. BLACK OUT.
Adegan 3.
RUANGAN SEPERTI PADA ADEGAN-ADEGAN SEBELUMNYA. PAGI HARI. IBU
SEDANG MEMBENAHI RUANGAN. TERDENGAR KETUKAN DI PINTU. IBU BERGEGAS MENGHAMPIRI DAN MEMBUKANYA.
046. IBU :Ooooh...Bapak pendeta Lukas. Silakan masuk, pak (MEMBERI JALAN PADA PENDETA, PENDETA MASUK. IBU MENUTUP KEMBALI PINTU).
Ibu tidak ikut?
047. PENDETA :Waah, masih sibuk mengurus anak-anak. Maklumlah tidak ada pembantu.
048. IBU :Sama, pak. Saya juga nggak punya pembantu. Habis, bosan berhenti melulu. Ayo pak, silakan duduk, sampai lupa...
049. PENDETA :Tidak apa-apa, bukan tamu kok... (DUDUK) Lho, pak Hendra ke mana? Tidak kelihatan?
050. IBU :Sedang keluar kota untuk tugas kantor...
051. PENDETA :Ooooh...(MENGANGGUK-ANGGUKKAN KEPALA) Ria..?
052. IBU :Baru saja keluar. Mau ke rumah teman katanya.
053. PENDETA :Wah, sayang sekali. Sebenarnya, saya ingin bertemu dan berbicara dengan dia. Sudah beberapa minggu saya tidak melihat dia di gereja. Padahal biasanya Ria-lah yang paling menonjol di antara teman-temannya.
Semangatnya...luar biasa...bu Hendra. Tapi, tiba-tiba saja, beberapa minggu ini, dia seperti menghilang begitu saja. Tadinya saya khawatir, kalau-kalau dia sakit...
054. IBU :Itulah yang membuat kami agak kuatir. Ia samasekali tidak mengeluh soal kesehatannya. Bahkan ia nampak gembira-gembira saja, sejauh tidak menyinggung soal pelayanan di gereja.
055. PENDETA :Aneh, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Apakah Ria tidak pernah mengatakan sesuatu mengenai pelayanannya. Barangkali saja ada masalah yang tidak dapat diatasinya.
056. IBU :Sudah beberapa kali saya dan papanya mencoba
menanyakannya, tapi ia sepertinya enggan bercerita mengenai pelayanannya itu. Padahal biasanya ia sangat terbuka dengan saya maupun dengan papanya.
057. PENDETA :Saya rasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
Biasanya, meskipun sedikit manja, ia mempunyai tanggung jawab yang baik dalam menjalankan tugas- tugas yang diberikan kepadanya.
058. IBU :Yang lebih mengkuatirkan lagi, akhir-akhir ini dia sering pergi dengan teman-temannya yang belum mengenal Tuhan. Dan sering pulangnya agak malam, kalau kami tegur, ia sepertinya tersinggung.
059. PENDETA :Kalau begitu, besok pagi saya akan mampir lagi dan berbicara langsung dengannya. Mudah-mudahan saja ia mau mendengar kata-kata saya.
060. IBU :Terima kasih sekali, pak. Maaf, telah membuat repot bapak pendeta.
061. PENDETA :Ah, tidak apa-apa, itu 'kan sudah menjadi kewajiban saya selaku gembala sidang. Tolong bu Hendra bantu dengan doa... Nah, sekarang saya mau pamit dulu...
062. IBU :Sekali lagi, terima kasih pak pendeta Lukas. Hati- hati...
PENDETA KELUAR. MUSIK FADE-IN. BLACK OUT. IBU KELUAR.
Adegan 4.
RUANG YANG SAMA SEPERTI ADEGAN-ADEGAN SEBELUMNYA. MALAM HARI. RIA DAN YULI MASUK DARI PINTU DEPAN SAMBIL TERTAWA-TAWA GEMBIRA, LALU RIA DUDUK TERHENYAK DI KURSI.
063. YULI :Giiile... gua nggak nyangka lu sanggup jojing selama itu, Ria!
064. RIA :Jangan menghina ya, biar gini-gini, gua juara jojing waktu di SMA.
065. YULI :Duuuh... percaya deh gua...
066. RIA :Masa bodoh, lu mau percaya apa nggak, yang penting gua happy banget hari ini!
067. YULI :Naaah... gitu dong, dari dulu juga gua bilang, ngapain lu ngabisin waktu nggak karu-karuan di gereja, enakan juga...
068. RIA :(MARAH) Stop, stop! Jangan lu singgung-singgung lagi soal itu! Bisa meledak nih dada gua!
069. YULI :Oke, oke! Sekarang... bagaimana rencana kita buat malam minggu besok?
070. RIA :Terserah elu, Yul. Gua sih ikut aja!
071. YULI :Eeeeh... (SAMBIL PIKIR) Ba-gai-ma-na..kalau kita ke rumah Betsi aja? Nyokap dan bokapnya 'kan sedang ke Amrik...
072. RIA :Yes!
073. YULI :Kita bisa pesta pora sepuas hati!
074. RIA :Huss! Jangan keras-keras, kalau kedengaran nyokap gue, bisa berabe!
075. YULI :Oke.. Sekarang, gua mau cabut dulu! Sampai jumpa besok malam!
076. RIA :Siiiip...lah!
077. YULI :Daaag... (SAMBIL BERJALAN KELUAR).
078. RIA :(MENGIKUTI DARI BELAKANG, SAMPAI KE PINTU) Daaaag...
RIA BERJALAN KEMBALI KE TENGAH RUANGAN. CAHAYA MEREDUP. RIA MEMANDANGI SELURUH RUANGAN DENGAN PANDANGAN KOSONG. ADA KEGELISAHAN DI WAJAHNYA.
079. RIA :(BERGUMAM SENDIRI) Sunyi... sepi... kosong...
semua lenyap... semua pergi... ke mana larinya kegembiraan yang kurasakan tadi... ke mana perginya musik yang menghentak-hentak... tak ada yang tersisa... tak ada yang tersisa dalam hatiku... hanya kesunyian yang kurasakan...
(TERDUDUK DI LANTAI DEKAT MEJA. MENELUNGKUPKAN WAJAHNYA DI ATAS MEJA)
Sunyi... sepi... kosong... (TERTIDUR).
IBU MUNCUL DI AMBANG PINTU. MEMANDANG RIA DENGAN IBA. MENGAMBIL MANTEL (ATAU SEJENISNYA) DAN MENYELIMUTI PUNDAK RIA. CAHAYA MEREDUP PERLAHAN-LAHAN, SEMENTARA DENTINGAN-DENTINGAN MUSIK TERDENGAR SENDU. BLACK OUT. IBU DAN RIA KELUAR.
Adegan 5.
PAGI HARI. RIA SEDANG MERAPIKAN SESUATU. TERDENGAR KETUKAN DI PINTU. RIA MENDEKATI DAN MEMBUKANYA.
080. RIA :Oooh, Om Lukas. Silakan masuk, Om.
081. PENDETA :(SAMBIL BERJALAN MASUK) Waah, kebetulan sekali kamu ada di rumah, Ria.
082. RIA :Duduk dulu, Om. (SEDIKIT GUGUP) Biar saya ambilkan minum...
083. PENDETA :Tidak usah repot-repot, Ria.
084. RIA :Nggak apa-apa kok, Om. (SAMBIL CEPAT-CEPAT BERJALAN KELUAR. SEBENTAR KEMUDIAN MASUK KEMBALI SAMBIL MEMBAWA SEGELAS TEH).
Minum, Om.
085. PENDETA :Terima kasih. Papa dan mamamu ke mana?
086. RIA :Papa belum pulang dari luar kota dan mama menjenguk saudara yang sakit. Ada apa sih Om, sepertinya ada sesuatu yang penting.
087. PENDETA :Begini... sebenarnya, Om ingin berbicara dengan Ria...
088. RIA :Mengenai apa Om?
089. PENDETA :Sudah beberapa minggu ini, Om tidak melihat Ria di gereja. Padahal biasanya Ria yang paling bersemangat.
090. RIA :Lagi malas Om...
091. PENDETA :Kenapa?
092. RIA :Nggak kenapa-napa. Cuma lagi malas aja.
093. PENDETA :Om rasa, kalau cuma itu alasannya, tidak akan membuat Ria mundur dari pelayanan. Kalau memang ada sesuatu yang menyusahkan hatimu,
katakanlah. Mudah-mudahan Om bisa membantu mencarikan jalan keluarnya.
(RIA TERDIAM AGAK LAMA SEMENTARA PENDETA MENUNGGU, TAPI RIA TIDAK BEREAKSI).
Ayolah, Ria, katakanlah apa yang menyusahkan hatimu. Om sudah dengar dari mamamu mengenai kelakuanmu beberapa waktu belakangan ini. Om percaya, Ria anak yang baik. Apa yang Ria lakukan belakangan ini, semata-mata hanya sebagai pelampiasan saja. Tapi, itu cara yang kurang baik, dapat merusak dirimu sendiri.
094. RIA :Habis, Ria sedang kesal!
095. PENDETA :Kesal? Kesal dengan siapa?
096. RIA :Dengan semuanya!
097. PENDETA :Termasuk Om? (RIA MENGGELENG) Dengan papamu?
(RIA MENGGELENG) Atau...dengan mamamu? (RIA MENGGELENG) Habis, dengan siapa?
098. RIA :Dengan teman-teman, jemaat, dan orang-orang gereja kita!
099. PENDETA :Lho?! (SETENGAH TERKEJUT).
100. RIA :Ria 'kan sudah berusaha sekuat tenaga untuk melayani. Bahkan seluruh waktu Ria sudah
tersita untuk kegiatan pelayanan. Eeeeh...tau- taunya ada bilang, si Ria itu 'kan cari
popularitas, sok ngatur, sok kuasa, padahal doa aja nggak becus. Mula-mula sih Ria diamkan, lama-lama 'kan nggak tahan, Om. Kalau begitu caranya, lebih baik Ria keluar saja.
101. PENDETA :Memangnya siapa yang berkata begitu?
102. RIA :Itu, si Budi, Leo, Susi, Elsa, dan masih banyak yang lainnya...
103. PENDETA :Lalu sikap Ria sendiri bagaimana dalam menghadapi semuanya itu?
104. RIA :Ya Ria ambil keputusan, keluar saja dari pelayanan. Buat apa melayani, kalau cuma
mendatangkan sakit hati! Belum lagi tempohari, ada jemaat yang datang-datang marah-marah sama Ria, katanya kok sudah lama nggak dibesuk, nggak dikunjungi, mentang-mentang dia miskin.
Lho, Ria 'kan bukan budak yang harus menuruti apa maunya mereka!
105. PENDETA :Apakah selama ini Ria sudah berdoa pada Tuhan atau berusaha mencari pimpinan Tuhan melalui firmanNya di dalam Alkitab...
106. RIA :Mana ada waktu lagi untuk itu, Om. Seluruh waktu Ria 'kan sudah tersita untuk berbagai pelayanan.
107. PENDETA :(MENARIK NAPAS DALAM-DALAM) Yaaah... itulah masalahnya. Seringkali kita menjadi terlalu sibuk dengan berbagai pelayanan, sampai-sampai kita lupa pada sandaran kita yang sesungguhnya yaitu Tuhan sendiri. Kita merasa mampu
melakukan segala sesuatunya sendirian, sehingga kita lupa mencari hadirat Tuhan dan
pimpinanNya. Akibatnya kita menjadi rapuh dan mudah patah dalam menghadapi berbagai kritikan dan tantangan. Seharusnya sebagai pelayan-
pelayan Tuhan dalam melayani Tuhan dan sesama, kita tidak boleh segan-segan untuk berhenti sejenak 'Di Bawah Kaki Tuhan' untuk merenungkan firmanNya, supaya kita menjadi kuat dan tidak mudah jatuh. Kamu tentu masih ingat 'kan, cerita Alkitab mengenai Maria dan Marta?
(RIA MENGGELENG PERLAHAN) Baiklah, coba kita melihatnya bersama-sama di dalam Kitab Lukas (MEMBUKA ALKITAB DAN MEMBALIK-BALIK HALAMANNYA) pasal 10 ayat 38 sampai dengan 42. Nah, coba kamu membacanya, Ria! (MEMBERIKAN ALKITAB KEPADA RIA).
108. RIA :(MENERIMA ALKITAB DAN MEMBACANYA).
109. PENDETA :Nah, sekarang jelas bukan, apa yang dikehendaki Tuhan bagi kita di dalam melayani Dia. Memang baik mempunyai semangat seperti Marta, tetapi pada waktu-waktu tertentu kita juga harus
seperti Maria, duduk diam di dekat kaki Tuhan, untuk mendengarkan firmanNya, yang menjadi
penguat bagi kita dalam menghadapi berbagai cobaan.
Nah, Om tidak akan berpanjang lebar lagi. Om hanya minta supaya Ria mau merenungkan firman Tuhan tadi dan jangan melarikan diri dari
tantangan, tetapi mintalah pimpinan Tuhan dalam setiap perkara. Dan Om percaya, bersama Tuhan, Ria pasti sanggup mengatasi masalah yang sedang Ria hadapi ini.
110. RIA :Ya, Om.
111. PENDETA :Sekarang, mari kita berdoa, mohon kekuatan dari Tuhan. (PENDETA DAN RIA DALAM SIKAP BERDOA BEBERAPA SAAT) Amin.
112. RIA :Terima kasih, Om.
113. PENDETA :Sekarang...Om mau permisi dulu, karena masih ada tugas gereja yang harus diselesaikan.
Tolong sampaikan salam sama papa dan mamamu.
114. RIA :Baik, Om.
PENDETA KELUAR DIANTAR RIA SAMPAI KE PINTU. MUSIK FADE-IN. CAHAYA REDUP PERLAHAN-LAHAN. BLACK OUT.
Adegan 6.
RUANG YANG SAMA. SORE HARI. BAPAK SEDANG MEMBACA MAJALAH. IBU SEDANG MENJAHIT SESUATU.
115. RIA :(MASUK DARI RUANG DALAM, SIAP UNTUK PERGI) Ma, nanti kalau Yuli ke sini, tolong bilangin Ria nggak jadi ikut.
116. IBU :(AGAK TERKEJUT. BAPAK MENGINTIP DARI BALIK MAJALAH) Lho, sekarang Ria mau ke mana?!
117. RIA :Gereja...
118. IBU :Gereja..?
119. RIA :Iya, 'kan hari ini ada rapat panitia aksi sosial remaja. Ria 'kan ketuanya, ya harus hadir dong!
120. IBU :Bukan kamu sudah mengundurkan diri?!
121. RIA :Belum resmi, baru mau. Tapi sekarang 'kan udah nggak jadi.
122. BAPAK :(SAMBIL BERTEPUK TANGAN MENGHAMPIRI RIA) Hebaat... malaikat mana rupanya yang telah membuat kamu bertobat dalam sekejap?
123. RIA :Ini! (SAMBIL MEMPERLIHATKAN ALKITABNYA) Bukan malaikat, tapi Tuhan sendiri yang
melakukannya.
Pa, ma, maafkan Ria ya atas kelakuan Ria yang menyusahkan papa dan mama beberapa minggu ini. (BAPAK DAN IBU MENGANGGUKKAN KEPALA SAMBIL TERSENYUM)
124. IBU :Terima kasih, Tuhan. Engkau telah mendengar doa-doa kami pada malam-malam sebelumnya.
125. BAPAK :(SAMBIL MENCUBIT PIPI RIA) Heeehhh....dasar anak papa yang satu ini...
126. RIA :(DENGAN MANJA) Memang cuma satu!
BAPAK, IBU, DAN RIA TERTAWA BERSAMA-SAMA DENGAN GEMBIRA. MUSIK DENGAN NADA RIANG FADE-IN. CAHAYA REDUP PERLAHAN-LAHAN. BLACK OUT. BAPAK, IBU, DAN RIA KELUAR. MUSIK BERBUNYI BEBERAPA SAAT, KEMUDIAN FADE-OUT.
---S E L E S A I---
Cileduq, dinihari 4 May 1994 Yung Darius.
---