BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fungsi jaminan secara yuridis adalah untuk kepastian hukum pelunasan hutang di dalam perjanjian kredit atau hutang piutang atau kepastian realiasasi suatu prestasi dalam suatu perjanjian. Kepastian hukum ini adalah dengan peningkatan jaminan melalui lembaga-lembaga jaminan yang dikenal dalam hukum Indonesia Lembaga jaminan kebendaan dapat berupa hak tanggungan, kredit verban, fidusia, dan gadai.
1Menurut Djuhaendah Hasan, jaminan kebendaan merupakan hak mutlak atas suatu benda tertentu yang dijadikan objek jaminan untuk suatu ketika dapat diuangkan bagi pelunasan atau pembayaran hutang apabila debitor melakukan cidera janji (wanprestasi). Di dalam jaminan kebendaan selalu tersedia benda tertentu yang menjadi objek jaminan sehingga dalam pratek jaminan kebendaan lebih disukai dari pada jaminan perorangan karena sifatnya yang lebih menguntungkan pihak kreditor.
2Salah satu jaminan kebendaan yang dikenal dalam hukum positif di Indonesia adalah jaminan fidusia. Jaminan fidusia merupakan salah satu lembaga jaminan atas benda bergerak yang sering digunakan dalam berbagai aktifitas bisnis di masyarakat karena mudah proses untuk pengikatannya.
1 Mariam Darus Badrulzaman, 1998, Kerangka Hukum Jaminan Indonesia Dalam hukum Jaminan Indonesia Seri Dasar Hukum Ekonomi 4, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 68.
2 Djuhaendah Hasan, 1998, Perjanijan Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, Proyek Elips dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, hlm. 70.
Sejalan dengan perkembangan lembaga jaminan yang dikehendaki, agar dituangkan dalam aturan-aturan hukum yang lebih baku, terutama lembaga jaminan fidusia yang pada awalnya hanya bersumber pada Burgerlijke Wetbook (BW). Pada tanggal 9 September 1999 Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia dalam rapat paripurna memutuskan menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) jaminan fidusia untuk disahkan menjadi Undang-Undang. Dengan disahkan RUU Fidusia oleh Presiden maka terpenuhilah pengaturan fidusia secara komprehensif dan memberikan kejelasan serta kepastian hukum.
Jaminan fidusia ini biasanya sering dilakukan oleh pihak debitor atau penerima pinjaman terutama untuk golongan ekonomi menengah ke bawah.
Hal tersebut dikarenakan, benda yang dijadikan objek jaminan fidusia tetap berada di tangan debitor, sedangkan hak kepemilikannya saja yang diberikan sebagai jaminan kepada kreditor. Dengan demikian, denda objek jaminan fidusia tersebut masih dapat dipergunakan pihak debitor dalam aktifitas sehari-harinya.
Tujuan dari pengaturan lembaga fidusia ini diharapkan dapat
memperkecil kesulitan yang dihadapi oleh para pihak terutama kreditor yang
ternyata debitor tidak memenuhi prestasinya sebagaimana mestinya, apabila
benda di tangan debitor. Eksitensi fidusia sebagai lembaga jaminan di
Indonesia dulunya hanya didasari pada yurisprudensi. Hal ini dikarenakan
tidak jelasnya konsep mengenai objek fidusia itu sendiri, baik dari sejak
lahirnya fidusia dan pengakuannya dalam yurisprudensi tersebut.
Pada awalnya, lembaga jaminan fidusia ini dikenal dalam lembaga hukum Romawi dengan nama fiducia cum creditore, sedangkan di Indonesia sendiri kebendaan Fidusia diakui oleh yurisprudensi berdasarkan keputusan Hooggerechtshop (HGH) tanggal 18 Agustus 1932, dan khususnya adalah
pada waktu itu, karena sudah terbiasa dengan hukum adat, penyerahan secara constitutum possesorium sulit dibayangkan apabila dimengerti dan dipahami oleh orang Indonesia. Walaupun demikian, sebenarnya konsep constitutum possesorium ini bukan hanya monopoli hukum Barat saja. Kalau diteliti dan dicermati, dalam hukum adat di Indonesia pun mengenal konstruksi demikian.
3Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dalam Pasal 1 angka (2) menyebutkan bahwa jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik itu berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya.
Ada hal yang harus didasari bahwa pada Pasal 2 UUJF juga memberikan suatu batasan terhadap ruang lingkup berlakunya setiap perjanjian yang bertujuan untuk membebani benda dengan jaminan fidusia.
3 Subagya, 2004, Ringkasan Hukum Jaminan, Pasca Hukum UII, Yogyakarta, hlm. 13.
Hal ini kembali dipertegas melalui rumusan dalam Pasal 3 UUJF yang menyatakan bahwasanya UUJF tidak berlaku terhadap:
1. Hak tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan,sepanjang peraturan perundang-undangan yang berlaku menentukan jaminan atas benda-benda tersebut wajib didaftarkan.
2. Hipotek atas kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20 (dua puluh) meter atau lebih.
3. Hipotik atas pesawat terbang.
4. Gadai.
Lembaga jaminan fidusia ini digunakan secara luas dalam berbagai transaksi pinjam meminjam atau kredit karena proses pembebanannya dianggap sederhana, mudah dan cepat, serta adanya kepastian hukum dengan cara mendaftarkan jaminan fidusia tersebut. Pendaftaran jaminan fidusia tersebut memberikan hak yang didahulukan (preferen) kepada penerima fidusia terhadap kreditor lain. Karena jaminan fidusia memberikan hak kepada pemberi fidusia untuk tetap menguasai benda yang menjadi objek jaminan fidusia berdasarkan kepercayaan.
Hal ini berbeda dengan gadai walaupun objek gadai hampir sama
dengan objek fidusia yaitu juga sama-sama benda bergerak berwujud, namun
karena objek gadai berada pada penerima gadai, maka objek gadai tersebut
tidak dapat dipergunakan atau dimanfaatkan untuk kesehariannya oleh si
pemberi gadai seperti sepeda motor, mobil dan sebagainya. Apabila tidak
dilakukan maka akan mengalami kekurangan. Hal ini dinyatakan oleh Mariam
Darus bahwasanya jika menalaah sistem hukum jaminan maka tampaklah
bahwa hukum jaminan belum berada dalam sistem hukum yang bulat dan tuntas dimana pengaturannya masih bersifat sporadic dan belum tuntas.
4Fungsi Kantor Pendaftaran Fidusia adalah penyelenggaraan pelayanan hukum terhadap pendaftaran jaminan fidusia untuk terciptanya tertib hukum di masyarakatsebagaimana keinginan dari UUJF itu sendiri. Jika dilihat dari arti fungsi, maka fungsi Kantor Pendaftaran Fidusia lebih bersifat administratif, tetapi tidak hanya semata-mata hanya berfungsi administratif maksudnya ketika jaminan fidusia didaftarkan fungsi substantif lebih dominan. Peranan Kantor Pendaftaran Fidusia menurut sosiologis adalah merupakan aspek dinamis kedudukan status, apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya.
5Jaminan fidusia dilakukan dengan akta notaris. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) UUJF, yang menyatakan bahwa “Pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta Notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta Jaminan Fidusia”. Akta tersebut kemudian didaftarkan ke Kementrian Hukum dan HAM. Sebelum akta notaris tersebut keluar, maka objek jaminan fidusia tidak bisa diambil oleh pihak pembiayaan jika kredit mengalami masalah. Pendaftaran ke Kemenkumham tersebut adalah untuk menimbulkan hubungan perikatan antara konsumen dengan
4 Mariam Darus Badrulzaman, op.cit., hlm. 1.
5 Soejono Soekanto, 1990, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 243.
lembaga pembiayaan. Jika belum didaftarkan ke Kemenkumham, maka pihak konsumen dengan lembaga pembiayaan belum mempunyai hubungan hukum.
6Hal tersebut diatur dalam Pasal 11-12 UUJF yang mengatur sebagai berikut:
Pasal 11:
(1) Benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia wajib didaftarkan.
(2) Dalam hal Benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia berada di luar wilayah negara Republik Indonesia, kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tetap berlaku.
Pasal 12:
(1) Pendaftaran Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dilakukan pada Kantor Pendaftaran Fidusia.
(2) Untuk pertama kali, Kantor Pendaftaran Fidusia didirikan di Jakarta dengan wilayah kerja mencakup seluruh wilayah negara Republik Indonesia.
(3) Kantor Pendaftaran Fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berada dalam lingkup tugas Departemen Kehakiman.
(4) Ketentuan mengenai pembentukan Kantor Pendaftaran Fidusia untuk daerah lain dan penetapan wilayah kerjanya diatur dengan Keputusan Presiden.
Selain diatur dalam UUJF, pendaftaran jaminan fidusia juga diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan (PMK Fidusia).
Pasal 1 dan 3 PMK Fidusia menyebutkan bahwa:
Pasal 1: Perusahaan Pembiayaan yang melakukan pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia wajib mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada Kantor Pendaftaran Fidusia, sesuai undang-undang yang mengatur mengenai jaminan fidusia.
6 Leasing Dilarang Tarik Kendaraan Nasabah, diakses dari http://www.tribunnews.com/regional/2014/02/26/leasing-dilarang-tarik-kendaraan-nasabah
Pasal 3: Perusahaan Pembiayaan dilarang melakukan penarikan benda jaminan fidusia berupa kendaraan bermotor apabila Kantor Pendaftaran Fidusia belum menerbitkan sertifikat jaminan fidusia dan menyerahkannya kepada Perusahaan Pembiayaan.
Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, fidusia harus dilakukan dalam dua tahap, yaitu pembebanan fidusia dan pendaftaran fidusia. Pembebanan fidusia harus dilakukan dengan akta notariil dan selanjutnya didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia.
Peran notaris dalam mendorong kreditor untuk mendaftarkan akta jaminan fidusia ke Kantor Pendaftaran Fidusia (KPF) dan perlindungan hukum bagi kreditor dalam pengikatan jaminan fidusia yang akta jaminan fidusianya hanya dicatat dalam buku register notaris. Berdasarkan Pasal 15 ayat(2) huruf (e) dan Pasal 16 ayat (1) huruf (l) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN) memberikan peran kepada notaris untuk mendorong kreditor mendaftarkan akta jaminan fidusia keKantor Pendaftaran Fidusia.
Perlindungan hukum bagi kreditor yang akta jaminan fidusianya hanya dicatat dalam buku register notaris sangatlah lemah karena menyebabkan kreditor tidak dapat menuntut haknya sebagai kreditor preferent berdasarkan Undang- UndangNomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Proses pendaftaran jaminan fidusia yang membutuhkan waktu lama
kini tidak akan terjadi lagi. Dikarenakan terhitung tanggal 5 Maret 2013,
Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementrian Hukum dan Hak
Asasi Manusia (Kemenkumham) telah meluncurkan sistem fidusia
elektronik.berdasarkan Surat Edaran Ditjen AHU No. AHU-06.OT.03.01
Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik (Online System) dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan jasa hukum di bidang jaminan fidusia.
Pembentukan sistem ini merupakan wujud usaha Kemenkumham untuk menegakkan isi dari Pasal 14 ayat (1) UUJF yang berbunyi: “Kantor Pendaftaran Fidusia menerbitkan dan menyerahkan kepada Penerima Fidusia, Sertifikat Jaminan Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran”. Pasal tersebut belum dapat dilaksanakan secara sempurna pada sistem yang lama, yaitu sistem pendaftaran jaminan fidusia manual karena jumlah sumber daya manusia (SDM) dan sarana prasarana yang ada di KPF tidak sebanding dengan besarnya jumlah permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia yang masuk setiap harinya, sehingga terjadi penumpukan arsip pendaftaran Jaminan Fidusia di KPF dan menimbulkan ketidakpastian hukum.
7Selain itu, pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik juga bertujuan agar seluruh pendaftaran jaminan fidusia dapat terdata secara nasional dalam database Ditjen AHU sehingga asas publisitas semakin meningkat.
8Berbagai pihak yang sering kali berhadapan dengan urusan di bidang jaminan fidusia mulai dari pemberi fidusia (debitor), penerima fidusia (kreditor), bank persepsi yang menerima pembayaran PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak), Kantor Pendaftaran
7 Ivone Dwiratna, 2 Mei 2013, Kupas Tuntas Fidusia Online, Langkah Hebat Situs Sibuk Pendulang PNBP (online), http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013/05/02/kupas-tuntas- fidusia-online-langkah-hebat-situs-sibuk-pendulang-pnbp-552337.html
8 Munir Fuady, 2003, Jaminan Fidusia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 30.