Gambar 1 Peta Administrasi
PROFIL PEMBANGUNAN KEPULAUAN RIAU
A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH
Kepulauan Riau terletak pada posisi 1º10' LS - 5º10' LU102º 50' - 109º 20' BT. Luas wilayah Kepulauan Riau 252.601 km2. Dengan letak geografis yang strategis (antara Laut Cina Selatan, Selat Malaka dengan Selat Karimata) serta didukung potensi alam yang sangat potensial, Provinsi Kepulauan Riau dimungkinkan untuk menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi bagi Republik Indonesia dimasa depan. Apalagi saat ini pada beberapa daerah di Kepulauan Riau (Batam, Bintan, dan Karimun) tengah diupayakan sebagai pilot project pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui kerjasama dengan Pemerintah Singapura.
Berdasarkan administrasi wilayah, Wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 4 Kabupaten dan 2 Kota, 42 Kecamatan serta 256 Kelurahan/Desa dengan jumlah 2.408 pulau besar dan kecil dimana 40% belum
bernama dan berpenduduk. Adapun luas wilayahnya sebesar 252.601 Km2, di mana 95% - nya merupakan lautan dan hanya 5% merupakan wilayah darat, dengan batas wilayah sebagai berikut Utara dengan Vietnam dan Kamboja, Selatan dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi, Barat dengan Singapura, Malaysia, dan Provinsi Riau, Timur dengan Malaysia, Brunei, dan Provinsi Kalimantan Barat.
B. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN
B1. Kependudukan
Jumlah penduduk di wilayah Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011 sebanyak 1.764.766 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 167 jiwa per km2. Penyebaran penduduk di Provinsi Kepulauan Riau masih bertumpu di Kota Batam yakni sebesar 56,2 persen, Kabupaten Karimun sebesar 12,7 persen dan Kota Tanjung Pinang sebesar 11,2 persen sedangkan kabupaten yang lainnya dibawah 10 persen dengan nilai terendah di Kepulauan Anambas sebesar 2,2 persen. Sementara dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten/Kota yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Batam yakni sebanyak 822 jiwa per Km2 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Natuna dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 26 jiwa per Km2. Dilihat dari sisi laju pertumbuhan selama sepuluh tahun terakhir (2000-2010) Provinsi Kepulauan Riau sebesar 4,99 persen lebih tinggi dari pertumbuhan nasional penduduk nasional (1,49%) dan merupakan provinsi dengan nilai laju pertumbuhan penduduk tertinggi di Sumatera. Sementara untuk laju pertumbuhan penduduk kabupaten/kota tertinggi terdapat di Kota Batam7,70 persen sedangkan yang terendah di Kabupaten Linggasebesar 0,83 persen.
Tabel 1:
Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011 Kabupaten/Kota Luas Daratan Jumlah Penduduk Kepadatan per Km2
Karimun 1.524,00 223.397 147
Bintan 1.739,44 149.554 86
Natuna 2.814,26 72.521 26
Lingga 2.117,72 90.641 43
Kepulauan Anambas 590,14 39.318 67
Batam 1.570,35 992.425 632
Tanjungpinang 239,50 196.910 822
Jumlah 10.595,41 1.764.766 167
Sumber: Provinsi Dalam Angka tahun 2012
B2. Ketenagakerjaan
Perkembangan ketenagakerjaan di Provinsi Kepulauan Riau dalam 5 tahun terakhir menurut jumlah penduduk usia kerja, angkatan kerja, penduduk bekerja, dan jumlah pengangguran terbuka. Perkembangan penduduk usia kerja, penduduk bekerja secara absolute menunjukkan peningkatan. Namun jumlah pengangguran terbuka cenderung meningkat.
Penduduk Usia Kerja, Perkembangan jumlah penduduk usia kerja dalam lima tahun terakhir meningkat, jumlah penduduk usia kerja tahun 2012 mencapai 1.315.276 jiwa lebih besar dari tahun 2008, dengan jumlah angkatan kerja mencapai 871.365 jiwa dan bukan angkatan kerja 443.911 jiwa. Penyebaran penduduk usia kerja paling banyak terdapat di Kota Batam yaitu sebanyak 740.147 jiwa.
Tabel 2:
Perkembangan Penduduk Usia Kerja Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan RiauTahun 2008 dan 2012
Kabupaten/Kota Penduduk Usia Kerja
2008 2012
Angkatan Kerja
Bukan Angkatan
Kerja
Jumlah Angkatan Kerja
Bukan Angkatan
Kerja
Jumlah
KEPULAUAN RIAU 666.000 341.771 1.007.771 871.365 443.911 1.315.276
Karimun 91.203 67.778 158.981 97.252 67.702 164.954
Kepulauan Riau 51.645 38.988 90.633 69.033 42.627 111.660
Natuna 38.024 31.162 69.186 34.971 17.505 52.476
Lingga 36.219 26.378 62.597 42.733 26.179 68.912
Kepulauan Anambas 0 0 0 16.814 11.781 28.595
Kota Batam 368.615 132.748 501.363 517.747 222.400 740.147
Kota Tanjung Pinang 80.294 44.717 125.011 92.815 55.717 148.532
Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012
Penduduk usia kerja menurut tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan, meskipun memiliki potensi penduduk usia produktif yang besar, namun sebagian besar masih merupakan tamatan pendidikan dasar mencapai 28,52 persen, dan menengah (SMP dan SMA) mencapai sekitar 62,57 persen. Sementara untuk tamatan pendidikan tinggi (universitas dan akademi) tidak sampai 10 persen dari total penduduk usia kerja.
Sementara berdasarkan tipe daerah, sebagian besar penduduk usia kerja terdapat di perdesaan, yaitu sekitar 50,79 persen.
Gambar 2:
Distribusi Penduduk Usia Kerja menurut Pendidikan dan Tipe Daerah di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012
Pendidikan Tipe Daerah
Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012
Angkatan Kerja. Jumlah angkatan kerja Provinsi Kepulauan Riau tahun 2013 (Februari) tercatat 949.121 jiwa atau sekitar 0,78 persen dari total angkatan kerja nasional, yang terdiri dari 888,421 jiwa penduduk bekerja dan 60.700 jiwa pengangguran terbuka. Persebaran jumlah angkatan kerja tahun 2012 terbesar di Kota Batam yaitu sebanyak 27.462 jiwa, dan paling sedikit di Kabupaten Kepulauan Anambas sebanyak 945 jiwa.
Tabel 3:
Perkembangan Angkatan Kerja Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan RiauTahun 2008 dan 2012
Kabupaten/Kota Angkatan Kerja
2008 2012
Penduduk Bekerja
Pengangguran Terbuka
Penduduk Bekerja
Pengangguran Terbuka
KEPULAUAN RIAU 535.685 53.333 824.567 46.798
Karimun 81.595 9.608 91.740 5.512
Kepulauan Riau 44.822 6.823 63.663 5.370
Natuna 36.156 1.868 32.579 2.392
Lingga 33.321 2.898 41.228 1.505
Kepulauan Anambas 0 0 15.869 945
Kota Batam 343.973 24.642 490.285 27.462
Kota Tanjung Pinang 72.800 7.494 89.203 3.612
Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012
28,52
22,05 25,02
15,50 3,78 5,12
≤ SD SMTP SMTA Umum SMTA Kejuruan Diploma I/II/III/Akademi Universitas
49,21 50,79
Perkotaan Pedesaan
Penduduk Bekerja. Jumlah penduduk bekerja di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2013 (Februari sebanyak 888,421 jiwa atau bertambah sebanyak 275,754 jiwa dari tahun 2008. Jumlah penduduk bekerja antar sebagian besar tersedia di perdesaan dibandingkan di perkotaan, dan sebagian besar penduduk bekerja masih mengantungkan pendapatnnya di sektor perdagangan (27,42%) dan sektor industri (23,55%). Sementara dilihat dari pendidikan yang ditamatkan, sebagian besar penduduk bekerja merupakan tamatan sekolah dasar dan menengah.
Gambar 3:
Distribusi Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan dan Lapangan Usaha di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012
Pendidikan Lapangan Usaha
Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012
Pengangguran Terbuka. Tingkat pengangguran di Provinsi Kepulauan Riau masih tergolong tinggi dibandingkan tingkat pengangguran nasional, persentase tingkat pengangguran tahun 2013 (Februari) sebesar 6,39 persen, dengan jumlah pengangguran terbuka sebanyak 60.700 jiwa. Sementara untuk persebaran tingkat pengangguran tertinggi terdapat di di Kabupaten Bintan, yaitu sebesar 7,78 persen dan terendah di Kabupaten Lingga (3,52 %).
Gambar 4:
Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi terhadap Nasional Tahun 2008-2013.
Gambar 5:
Perbandingan Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota terhadap Provinsi dan Nasional Tahun 2012.
Sumber : Sakernas (Februari), BPS 2013 26,12
15,73 27,88
17,94 4,91
7,41
≤ SD SMTP SMTA Umum SMTA Kejuruan Diploma I/II/III/Akademi Universitas
11,93
2,12 23,55
0,39 7,52
27,42 7,21
3,45
16,42
Pertanian Pertambangan Industri Listik-gas-Air Bangunan Perdaggngan Angkutan Keuangan Jasa
8,01 8,11
6,90 7,80
5,37 6,39 8,39
7,87 7,14
6,56 6,14
5,92
4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 6,50 7,00 7,50 8,00 8,50 9,00
2008 2009 2010 2011 2012 2013
(Feb)
Persen
Kepulauan Riau Indonesia
5,37 6,14
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00
KARIMUN BINTAN NATUNA LINGGA KEPULAUAN ANAMBAS KOTA B A T A M KOTA TANJUNG PINANG
TPT_Kab/Kota TPT_Kep.Babel TPT_Nasional
B3. Kondisi Pendidikan
Perkembangan kondisi pendidikan menurut indicator Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), dan Angka Partisipasi Sekolah (APS), secara umum kondisi pendidikan di Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan perbaikan dalam lima tahun terakhir (2005-2011). Perkembangan AMH Kep. Riau selama 2005-2011 membaik, AMH 2011 mencapai 97,67 persen dan lebih tinggi dari rata-rata AMH nasional (92,99%), dengan AMH tertinggi di Kota Batam (98.97%) dan terendah di Kabupaten Lingga (91,79%).
Gambar 6:
Perkembangan Angka Melek Huruf Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2011
Gambar 7:
Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011
Sumber: BPS 2011
Perkembangan angka Rata-rata Lama Sekolah dari tahun 2005-2011 semakin membaik, RLS tahun 2011 mencapai 9,73 tahun dan berada diatas RLS nasional. Sementara untuk perkembangan RLS antar kabupaten/kota, di Kep. Riau tertinggi di Kota Batam yaitu 10,78 tahun dan terendah di Kabupaten Anambas (6,38 tahun).
Gambar 8:
Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Kepulauan RiauTahun 2005-2011
Gambar 9:
Perbandingan Angka Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan RiauTahun 2011
Sumber: BPS 2011
96,00 96,00 96,00 96,00 96,08
97,19 97,67
90,90 91,45 91,87 92,19 92,58 92,91 92,99
86 88 90 92 94 96 98 100
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
%
AMH_KEPULAUAN RIAU AMH_NASIONAL
98,97 98,70 97,67
92,99
88,00 90,00 92,00 94,00 96,00 98,00 100,00
Karimun Natuna Kepulauan Anambas
Kota Tanjung Pinang
AMH_Kab/Kota AMH_Kepri AMH_Nasional
8,10 8,40
8,94 8,94 8,96 9,16 9,73
7,30 7,40 7,47 7,52 7,72 7,92 7,94
5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9,5 10
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
tahun
RLS_KEPULAUAN RIAU RLS_Nasional
9,73 7,94
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00
Karimun Kepulauan Riau
Natuna Lingga Kepulauan Anambas
Kota Batam
Kota Tanjung
Pinang
Tahun
RLS_Kab/Kota RLS_KEPRI RLS_Nasional
B4. Kesehatan
Perkembangan derajat kesehatan penduduk antarprovinsi di wilayah Kepulauan Riau selama periode terakhir menunjukkan kondisi perbaikan, yang diindikasikan oleh menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB), dan meningkatnya Angka Harapan Hidup (AHH). Kondisi ini sejalan dengan perkembangan perbaikan kondisi kesehatan secara nasional yang cenderung terus membaik.
Angka Kematian Balita (AKB), Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), kondisi AKB menunjukan perbaikan dalam lima tahun terakhir (2005-2010), AKB tahun 2010 sebesar 19,8 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi AKB Provinsi Kepulauan Riau tergolong rendah dan berada di bawah rata-rata AKB nasional.
Status Gizi Balita, Kondisi kesehatan masyarakat berdasarkan indikator status gizi balita, merupakan gangguan pertumbuhan bayi yang terjadi sejak usia dini (4 bulan) yang ditandai dengan rendahnya berat badan dan tinggi badan, dan terus berlanjut sampai usia balita. Hal tersebut terutama disebabkan rendahnya status gizi ibu hamil. Perkembangan status gizi balita tahun 2010 untuk persentase balita gizi buruk (4,9%), balita gizi kurang (9,8%), dan balita kekurangan gizi (14,1%) meningkat dibandingkan kondisi tahun 2007, namun kondisi gizi balita Provinsi Kepulauan Riau berada dibawah rata-rata nasional.
Gambar 10:
Perkembangan Angka Kematian Bayi Provinsi Kepulauan Riau terhadap Nasional 2005-2010
Gambar 11:
Perkembangan Status Gizi Balita Provinsi Kepulauan Riau Terhadap Nasional Tahun 2007 dan 2010.
Angka Harapan Hidup (AHH), perkembangan AHH Provinsi Kepulauan Riau dalam lima tahun terakhir meningkat dan AHH kabupeten/kota berdasarkan estimasi rata-rata menunjukkan peningkatan, sejalan dengan perkembangan AHH secara nasional. AHH Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011 mencapai 69,85 tahun lebih tinggi dibandingkan AHH nasional. Sementara untuk perbandingan AHH antar kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau, AHH tertinggi berada di Kota Batam sebesar 70,86 tahun lebih tinggi dari AHH provinsi dan nasional, dan terendah di Kepulauan Anambas (67,53 tahun).
21,10 20,80 20,60 20,30 20,10 19,8
28,90 28,20
27,50 26,80 26,20 25,5
5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Kepulauan Riau AKB_INDONESIA
3,0 4,3 9,4 9,8 12,4 14,1
4,9
13,0
17,9
0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0 18,0 20,0
Gizi Buruk (%) Gizi Kurang (%) Gizi Buruk/
Kurang 2007
2010
Nasional 2010
Gambar 12:
Perkembangan Angka Harapan Hidup Provinsi Kepulauan RiauTahun 2005-2011
Gambar 13:
Perbandingan Angka Harapan Hidup Kabupeten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011
Indikator kesehatan lainnya yang menggambarkan kinerja dari pelayanan kesehatan bagi masyarakat adalah kondisi kesehatan ibu dan bayi yang berkaitan dengan proses melahirkan. Kondisi ini dapat ditunjukkan melalui data persentase kelahiran balita menurut penolong kelahiran terakhir. Perkembangan dari persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga medis dalam lima tahun terakhir di Provinsi Keulauan Riau terus meningkat dan lebih tinggi dari angka nasional.
Gambar 14:
Perkembangan Persentase Kelahiran Balita Ditolong Tenaga Medis terhadap Nasional 2004-2011
B5. Kondisi Kemiskinan
Perkembangan kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau dalam kurun waktu 2008-2013, secara absolut terjadi penurunan, jumlah penduduk miskin tahun 2012 (sept) 131,2 ribu jiwa. Seperti halnya dengan kondisi tingkat kemiskinan dari tahun 2004-2012 mengalami penurunan dan hingga akhir tahun 2012 mencapai 6,83%.
Kondisi kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau tergolong rendah jika dibandingkan terhadap rata-rata kemiskinan nasional (11,86%).
69,50 69,60 69,60 69,70 69,75 69,80 69,85
68,08 68,47
68,70 69,00
69,21 69,43
69,65
67 67,5 68 68,5 69 69,5 70
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
tahun
AHH_KEPULAUAN RIAU AHH_NASIONAL
70,86
69,85 69,65
65,00 66,00 67,00 68,00 69,00 70,00 71,00 72,00
Karimun Kepulauan Riau
Natuna Lingga Kepulauan Anambas
Kota Batam
Kota Tanjung
Pinang
AHH_Kab/Kota AHH_Kepri AHH_Nasional
93,57
89,11 89,87 91,51
87,45
94,44 95,46
71,53 70,47 72,41 72,53 74,87 77,34 79,82 81,25
50,00 55,00 60,00 65,00 70,00 75,00 80,00 85,00 90,00 95,00 100,00
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
%
Kepulauan Riau Indonesia
Gambar 16:
Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskinan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2013
Penyebaran penduduk miskin terbesar tahun 2011 terdapat di Kota Batam yaitu sebanyak 61,80 ribu jiwa dan Tanjung pinang sebanyak 21,10 ribu jiwa, dan terendah di Kepulauan Anambas sebesar 1,60 ribu jiwa.
Sementara untuk penyebaran tingkat kemiskinan tertinggi terdapat di Kabupaten Lingga sebesar 12,98% dan tingkat kemiskinan terendah di Kepulauan Anambas sebesar 3,98%.
Tabel 4:
Perkembangan Kemiskinan Kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan RiauTahun 2006-2011 kabupaten/kota Pendududk Miskin (000) Presentase Kemiskinan (%)
2006 2011 Δ 2006-2011 2006 2011 Δ 2006-2011
Karimun 17,6 13,70 3,90 8,35 5,93 2,42
Kabuapten Bintan 16,6 9,30 7,30 13,59 6,04 7,55
Natuna 9,7 3,00 6,70 10,57 4,06 6,51
Lingga 27,7 12,10 15,60 32,27 12,98 19,29
Kepulauan Anambas 1,60 -1,60 3,95 -3,95
Kota Batam 65,6 61,80 3,80 10,00 6,11 3,89
Kota Tanjung Pinang 25,8 21,10 4,70 14,85 10,52 4,33
KEPULAUAN RIAU 163,0 122,50 40,50 12,16 6,79 5,37
Keterangan: *) data kemiskinan Kabupaten/Kota 2011 belum tersedia Sumber : BPS Tahun 2011
B6. Perkembangan IPM
Perkembangan IPM Provinsi Kepulauan Riau dalam kurun waktu 2004-2011 semakin membaik, IPM Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011 mencapai 75,78 lebih tinggi dibandingkan rata-rata IPM nasional (72,77), dengan ranking IPM Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011 menduduki peringkat ke 6 secara nasional setelah Kalimantan Timur dan peringkat ke 2 di Pulau Sumatera setelah Riau. Perbandingan IPM antar kabupaten/kota tahun 2011, IPM tertinggi adalah Kota Batam (78,03) dan menduduki peringkat ke-21 secara nasional, dan IPM terendah adalah Kepulauan Anambas yaitu 69,50 dan berada diperingkat ke-361 secara nasional.
136,40 128 130 130 131 127
9,18 8,27 8,05 7,40 6,83 6,46
15,42
14,15 13,33
12,49
11,67 11,37
120,00 122,00 124,00 126,00 128,00 130,00 132,00 134,00 136,00 138,00
- 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00
2008 2009 2010 2011 2012 2013
%
Jumlah Penduduk Miskin (000 jiwa) NASIONAL Kepulauan Riau
Gambar 17:
Perkembangan IPM Provinsi dan Nasional Tahun 2004-2011
Gambar 18:
Perbandingan IPM Kabupaten/Kota terhadap dan Nasional, Tahun 2011
Sumber: BPS Tahun 2011
D. PEREKONOMIAN DAERAH
D1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB Provinsi Kepulauan Riau menurut lapangan usaha Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dengan migas tahun tahun 2012 mencapai 91.717 miliar rupiah lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. PDRB ADHB dengan migas Provinsi Kepulauan Riau menyumbang sebesar 1,36 persen terhadap PDB nasional (33 provinsi). Sementara untuk PDRB ADHK tahun 2000 dengan migas sebesar 47.405 miliar rupiah, sementara tanpa migas sebesar 45.548 miliar rupiah
Tabel 5:
Perkembangan PDRB menurut ADHB dan ADHK Provinsi Jawa Timur, Tahun 2008-2012. Miliar Rupiah
Tahun PDRB ADHB PDRB ADHK
Dengan Migas Tanpa Migas Dengan Migas Tanpa Migas
2008 58.575 53.842 37.015 35.308
2009 63.893 59.062 38.319 36.601
2010 71.615 66.505 41.076 39.350
2011 80.238 75.002 43.810 42.072
2012 91.717 85.923 47.405 45.548
Struktur perekonomian Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011, didominasi bersarnya kontribusi Sektor dengan kontribusi besar terhadap perekonomian Kepulauan Riau adalah sektor industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 47,78%, sektor perdagangan, hotel dan restoran (19,40%), dan sektor bangunan (7,79%).
Selain ketiga sektor diatas, sektor lainnya yang memiliki kontribusi cukup besar adalah sektor jasa keungan (4,99%), dan pertanian (4,49%)
70,8 72,23
72,79 73,68
74,18 74,54 75,07
75,78
68,7 69,57
70,1 70,59
71,17 71,76
72,27 72,77
67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Kepri Nasional
69,50 78,03
75,78
72,77
64,00 66,00 68,00 70,00 72,00 74,00 76,00 78,00 80,00
Karimun Kepulauan
Riau
Natuna Lingga Kepulauan
Anambas Kota Batam
Kota Tanjung
Pinang IPM_Kab/Kota IPM_KEPRI IPM_Nasional
Gambar 20:
Struktur Perekonomian PDRB ADHB Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011
Sumber: BPS tahun 2011
Jika dilihat perbandingan nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dengan migas 2011 kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau, menunjukan adanya kesenjangan pendapatan yang cukup tinggi, dimana PDRB tertinggi mencapai 52.635 miliar rupiah (Kota Batam) dan PDRB terendah sebesar 1.136 miliar rupiah (Kabupaten Lingga).
Tabel 5:
Perbandingan Nilai PDRB ADHB Kabupaten/Kota di Kepulauan Riau Tahun 2011. (Rp. miliar)
KABUPATEN/KOTA 2007 2008 2009 2010* 2011**
Kab. Karimun 3.049 3.447 3.819 4.288 4.814
Kab. Bintan 3.503 3.793 4.050 4.425 4.875
Kab. Natuna 5.592 6.183 3.877 4.143 4.373
Kab. Lingga 742 838 921 1.022 1.136
Kota Batam 33.023 38.264 40.969 47.298 52.635
Kota Tanjung Pinang 3.476 38.264 4.561 5.177 5.760
Sumber: BPS tahun 2011
Perkembangan ekonomi Kepulauan Riau dalam tiga tahun terakhir mengalami percepatan, laju pertumbuhan ekonomi tahun 2012 mencapai 8,21% lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara untuk pertumbuhan sektor, seluruh sektor tumbuh positif pada tahun 2011 dan sektor dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi serta sekaligus pendorong pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau adalah: sektor listrik, gas, dan air bersih (13,96%), sektor pengangkutan (9,93%), dan sektor bangunan (9,90%).
PERTANIAN; 4,63
PERTAMBANGAN;
7,63
INDUSTRI PENGOLAHAN; 47,78 LISTRIK, GAS & AIR
BERSIH; 0,60 BANGUNAN; 7,79 PERDAGANGAN;
19,40
PENGANGKUTAN ; 4,49
KEUANGAN; 4,99 JASA; 2,69
Gambar 21:
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau terhadap Nasional Tahun 2004-2012, (%)
Sementara untuk pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota, seluruh kabupaten/kota rata-rata tumbuh positif, dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Kota Batam dengan laju pertumbuhan sebesar 7,22%, dan pertumbuhan terendah di Kabupaten Natuna dengan laju pertumbuhan sebesar 2,47%.
Tabel 6:
Laju Pertumbuhan PDRB dengan Migas ADHK 2000 Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007-2011 (persen)
KABUPATEN/KOTA Tahun
2007 2008 2009 2010* 2011**
Kab. Karimun 5,90 6,04 6,30 6,56 7,05
Kab. Bintan 5,31 5,27 5,11 5,56 6,18
Kab. Natuna -0,10 -4,27 2,22 2,10 2,47
Kab. Lingga 6,71 6,64 6,63 6,60 6,64
Kota Batam 7,52 7,18 4(36 7,77 7,22
Kota Tanjung Pinang 6,92 7,07 6,97 7,08 7,06
KEP. RIAU 7,01 6,63 3,52 7,19 6,67
Sumber: BPS, 2011
PDRB perkapita dengan migas ADHB Provinsi Kepulauan Riau dan kabupaten/kota dari tahun 2005-2012 meningkat setiap tahunnya, PDRB perkapita tahun 2012 Kepulauan Riau mencapai sebesar 49.644 ribu/jiwa lebih tinggi dari PDRB perkapita nasional (33.748 ribu/jiwa). Sementara untuk perbandingan PDRB perkapita kabupaten/kota di Kepulauan Riau kecenderungan adanya kesenjangan yang cukup tinggi, dimana sebagian besar kabupaten/kota memiliki PDRB perkapita dibawah rata-rata PDRB perkapita provinsi, dengan PDRB perkapita tertinggi mencapai 70.546 ribu/jiwa terdapat di Kepulauan Anambas dan terendah sebesar 12.532 ribu/jiwa di Kabupaten Lingga.
6,47 6,57 6,78 7,01 6,63
3,52
7,19
6,66
8,21
5,03 5,69 5,50
6,35 6,01 4,63 6,22 6,49 6,23
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
%
Kepri Nasional
Gambar 22:
PDRB Perkapita ADHB Provinsi Kepulauan RiauTahun 2005-2012, (Ribu Rupiah)
Gambar 23:
PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Kepulauan Riau, Tahun 2011
D2. Investasi PMA dan PMDN
Perkembangan realisasi investasi PMA Provinsi Kepulauan Riau dalam tiga tahun terakhir (2010-2012) meningkat, nilai realisasi investasi PMA tahun 2012 tercatat sekitar 537,11 juta US$ meningkat dibandingkan tahun 2011 (219,74 juta US$) atau sekitar 1,13 persen dari total PMA nasional dengan jumlah proyek sebanyak 165 proyek. Sementara untuk perkembangan realisasi investasi PMDN pada tahun 2012 menurun cukup tajam dibandingkan PMPMDN 2011, nilai realisasi investasi PMDN tahun 2012 hanya mencapai sebesar 43,47 miliar rupiah menurun dari nilai PMDN 2011 (1.370,41 miliar rupiah) dengan jumlah proyek sebanyak 33proyek.
Tabel 7:
Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010-2012
Tahun PMA PMDN
Juta US$ Proyek Rp. Miliar Proyek
2010 165,68 86 166,89 28
2011 219,74 155 1.370,41 50
2012 537,11 165 43,47 33
E. PRASARANA WILAYAH E1. Infrastruktur Jalan
Kondisi panjang jalan berdasarkan status pembinaannya tahun 2011 di Provinsi Kepulauan Riau mencapai 1013,48 km, yang terdiri dari jalan Nasional sepanjang 333,99 km, jalan Provinsi sepanjang 679,49 km. Untuk kondisi kualitas jalan menurut kriteria IRI (International Roughness Index), Departemen PU), kualitas jalan nasional tidak mantap di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2011 mencapai 42,10 km yang terdiri dari 1,67 persen kondisi jalan rusak ringan dan 10,98 persen dengan kondisi rusak berat. Sementara untuk kondisi jalan mantap sepanjang 291,89 km atau sekitar 87,39 persen kondisi jalan mantap di Kepulauan Riau.
30.893 33.200 35.485 38.276 39.774 42.359 45.467
49.644
12.558 14.892 17.361
21.365 23.881 27.029
30.795 33.748
5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000 50.000 55.000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 PDRB Perkapita_Kepulauan Riau
Indonesia (PDB)
60.295 70.546
45.467
0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000
Karimun Bintan Natuna Kep.
Anambas
#
Lingga Kota Batam
Kota Tanjung
Pinang PDRB Perkapita_Kab/Kota PDRB Perkapita_Lampung
Berdasarkan rasio panjang jalan dengan luas wilayah yang mengindikasikan kerapatan jalan (Road Density), kerapatan jalan di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 0,37. Km/Km² lebih tinggi dari kerapatan jalan tingkat nasional (0,23 Km/Km²). Sementara panjang jalan menurut kondisi permukaan jalan, jalan beraspal di Provinsi Kepulauan Riau meliputi 24 persen dari total panjang jalan, dan sisanya 39 persen jalan kerikil, 37 persen jalan tanah dan lainnya.
Tabel 8:
Panjang Jalan Menurut Provinsi dan Tingkat Kewenangan Pemerintahan (km)
Provinsi Negara Provinsi Kab / Kota Jumlah
Kepulauan Riau 333,99 679,49 - 1013,48
Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/Kab/Kota Tabel 9:
Kondisi Kemantapan Jalan Nasional Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011 Berdasarkan Kerataan Permukaan Jalan (IRI) Status : Awal Agustus 2011
Panjang Kepmen PU (km)
Kondisi Permukaan Jalan (km) Kondisi Kemantapan (km)
Kondisi Permukaan Jalan (%) Kondisi Kemantapan (%) Baik Sedang Rusak
Ringan
Rusak Berat
Mantap Tidak Mantap
Baik Sedang Rusak Ringan
Rusak Berat
Mantap Tidak Mantap
334,00 283,38 8,51 5,58 36,52 291,89 42,10 84,84 2,55 1,67 10,93 87,39 12,61
Sumber: Subdit Informasi dan Komunikasi, Direktorat Bina Program, Bina Marga, Kementrian PU
E3. Jaringan Listrik
Perkembangan jumlah produksi listrik yang dibangkitkan di Provinsi Kepulauan Riau dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah produksi energi listrik tahun 2011 mencapai 2155,14 Gwh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya 1043,84 Gwh.
Gambar 25:
Tenaga Listrik Yang Dibangkitkan Provinsi Kepulauan Riau
72,10
-24,03
4,18
106,46
-40,00 -20,00 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
0,00 500,00 1000,00 1500,00 2000,00 2500,00
2008 2009 2010 2011
Gwh Produksi (Gwh) Perkembangan (%) %
F. POTENSI SUMBERDAYA ALAM
F1. Sumber Daya Lahan
Dilihat dari sumber daya lahan Provinsi Kepulauan Riau sebagai daerah kepulauan, Provinsi Kepulauan Riau sekitar 95,79 persen atau seluas 241.215,30 Km2 adalah lautan. Sedangkan sisanya sebesar 4,21 persen atau seluas 10.595,41 Km2 adalah daratan. Total luas wilayah Provinsi Kepulauan Riau adalah 251.810,71 Km2. Sebagian besar masyarakat di provinsi Kepulauan Riau berprofesi sebagai nelayan. Salah satu hal yang menjadi faktor utamanya adalah lautan yang meliputi sebagian besar (95,79%) wilayah Kepulauan Riau. Selain itu tipe tanah di daratan Kepulauan Riau adalah tanah merah atau tanah bauksit yang hanya biasa ditanami jenis tanaman tertentu.
Luas kawasan hutan dan perairan tahun 2010 di Wilayah Kepulauan Riau tercatat sekitar 275.453,52 hektar. Proporsi penggunaan kawasan hutan dan perairan terluas adalah hutan produksi terbatas 156.016,4 hektar atau sekitar 56,64 persen dari total kawasan hutan di Kepulauan Riau. Hutan lindung seluas 101661,7 hektar atau 36,91 persen.
Gambar 26:
Proporsi Luas Kawasan Hutan di Provinsi Kepulauan RiauTahun 2010
F2. Potensi Pertanian
Komoditas jagung mengalami penurunan baik dari sisi lauas lahan maupun produksinya. Demikian juga dengan ubi kayu yang produksinya juga turun dengan luas tanam ubi kayu 778 ha. Secara umum produksi palawija di Kepulauan Riau mengalami penurunan disbanding tahun 2009. Selanjutnya adalah data mengenai buah-buahan di provinsi Kepulauan Riau. Kondisi berbeda dari produksi sayur-sayuran yang menurun, produksi buah mengalami peningkatan. Namun tentunya potensi ini masih dapat dikembangkan bila dikelola lebih baik lagi.
F3. Potensi Perikanan dan Kelautan
Berdasarkan data dinas kelautan dan perikanan Provinsi Kepulauan Riau, jumlah rumah tangga budidaya perikanan pada tahun 2009 tercatat sebesar 7.430 rumah tangga, di tahun 2010meningkat menjadi 7.877 rumah tangga.meningkatnya jumlah tangga yang berusaha di bidang perikanan ini seiring meningkatnya luas usaha budidaya rumput laut dari 318 ha menjadi 1.200ha.
36,91
56,64
6,45
Hutan Lindung Produksi Terbatas Kawasan Konservasi
Produsi perikanan tahun 2010 adalah sebesar 3.84319 ton.bila diusahakan secara optimal dan melalui pengelolaan yang profesional, hasil kelautan ini akan begitu berlimpah d i masa mendatang, dan bukan yang mustahil kalau nantinya sektor perikanan akan menggeser sektor industri sebagai penyumbang terbesar PDRB Kepulauan Riau.
Dari seluruh kabupaten/kota Batam merupakan penghasil produksi perikanan budidaya terbesar sebanyak 21.205 ton dari total produksi Kepulauan Riau sebesar 54.900 ton. Diikuti kabupaten Karimun sebesar 20.430 ton. Produksi perikanan tangkap juga memberikan hasil yang cukup tingg. Sepanjang tahun 2010 produk perikanan tangkap mencapai 275.453,08 ton dengan nilai mencapai 5.509.061.600 juta rupiah.
F4. Potensi Sumberdaya Mineral
Kontribusi sektor industri pengolahan di Kepulauan Riau secara relatif dengan sektor lainnya dalam pembentukan PDRB menurut harga berlaku mencapai 46.76% meningakat dari tahun sebelumnya sebesar 46,20%.
Kondisi kelistrikan yang ada di Kepulauan riau di ambil dari seluruh unit pelayanan PLN yang ada.
Berdasarkan data yang diperoleh dari PLN pada tahun 2010 masih ada sebanyak 21 desa yang belum dialiri listrik. Seadngkan untuk penggunaan air minum disalurkan oleh Tirta Kepri Tanjung Pinang provinsi Kepulauan Riau, adanya penurunan 2.535.788 m3 di tahun 2009 menjadi 2.476.546 m3 di tahun 2010.
Seadangkan jumlah pelanggan air minum mengalami peningkatan setahun terakhir menjadi 17.095 pelanggan dari 17.034 pelanggan, menigkatnya jumlah pelanggan dibarengi dengan penurunan jumlah penerimaan (total of revenue) yaitu dari Rp 12.185.959.858 di tahun 2009 menjadi Rp 10.245.711.644