• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK AKHIR PABRIK KAYU DI PT. HADINATA BROTHER S & CO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK AKHIR PABRIK KAYU DI PT. HADINATA BROTHER S & CO"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

85

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK AKHIR PABRIK KAYU DI PT. HADINATA BROTHER’S & CO

HARI MOEKTIWIBOWO DAN ADE KRISNADI

Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta

ABSTRACT

PT. Hadinata Brother’s & Co is a company that produces wood furniture that includes marketing export and inside the country. At the process of the end product have a lot of defective products. There are four major defects ; sticky, scratch, peel off hole, porosity and construction that offcourse will take a lot of internal failure cost, that’s why quality control production process take a big part to control cost spended due to the defective products. In making the planned of production process quality control the writer make a calculation based on data from each of end production process which resulting four major defects by using quality control tools, i.e Pareto Diagram, Cause-Effect Diagram and Production Process Control Chart. Base on the result from calculation of Pareto Diagram and Control Chart there is dominant defect on end production process construction with criteria as follow : If the proportion level (p)>0,003(Upper Control Limit) then defects proportion level more than normal limit, so it needs to perform the process repair. If p<0,001 then the process is good, but need a tight control if the proportion near 0,003 (UCL). If p< CL (0,001) then the process very good and need to be kept for the continuity future production.

Key word : quality control, pareto diagram,cause-effect diagram

PENDAHULUAN

Setiap perusahaan selalu berusaha untuk menciptakan produk yang berkualitas guna bersaing dalam pangsa pasar. Perusahaan dituntut menciptakan produk yang berkualitas.

Pengawasan kualitas merupakan suatu kegiatan yang sangat perlu dilakukan oleh setiap kegiatan produksi.

Hal ini disebabkan karena kualitas mutu barang/jasa hasil produksi perusahaan itu merupakan cermin keberhasilan perusahaan dimata masyarakat atau konsumen dalam melakukan usaha produksinya. Apabila kualitas dari barang/jasa itu tidak baik, maka konsumen akan secara langsung tidak percaya terhadap perusahaan yang menghasilkan produk tersebut.

Sebaliknya apabila mutu barang yang dihasilkan itu bagus maka konsumen secara langsung pula dapat mengetahui kebaikan nilai dari perusahaan tersebut.

Keadaan tersebut akan semakin

nampak jelas di dalam masyarakat modern dewasa ini. Dalam masyarakat modern dimana setiap orang akan selalu sadar nilai uang yang dibelanjakannya, maka pelanggan akan selalu menuntut dan mengharapkan adanya barang/jasa yang setimpal dengan uang yang dikeluarkannya. Sisi penyempurnaan produk secara terus- menerus sangat diperlukan terutama dari sisi pengawasan kualitas dari produk yang dikeluarkan perusahaan, sehingga produk yang dihasilkan perusahaan berkualitas dan bermutu di mata masyarakat.

METODE

Kualitas merupakan faktor terpenting

dalam memelihara dan

mengembangkan kesuksesan usaha

perusahaan. Kualitas dikaitkan dalam

setiap kegiatan kerja oleh setiap orang

dalam arti pekerja melakukan sesuatu

(2)

86 dengan benar sesuai dengan tugas

kerja yang dilakukan sesuai kebutuhan sistem kerja, kualitas komponen mencerminkan citra pekerja dan perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu setiap perusahaan berupaya untuk mengembangkan produk-produknya baik dari segi kualitas dan yang lainnya yang bersumber dari pengalaman, informasi dari pelanggan dan tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan baru, agar dapat mampu bersaing dengan produk-produk saingannya di pasar.

Kualitas didefinisikan sebagai keseluruhan karakter dari suatu jumlah yang muncul pada kelebihannya untuk mencapai titik kepuasan atau kebutuhan yang terpenuhi (Freeman-Bell, Gail, hal.

208). Yang lebih umum dikatakan kualitas mencakup semua aspek dari hubungan pelanggan-penyedia.

Kualitas yang rendah menunjukkan adanya lemahnya pengawasan dari pemprosesan sampai pada produk yang dihasilkan dan ini berarti mungkin akan menyebabkan kemunduran yang cukup drastis dalam persaingan pasar dan menurunkan indeks skala bisnis. Kualitas yang rendah mempengaruhi pertumbuhan perusahaan dan kepercayaan pelanggan.

Kualitas adalah konsep yang berorientasi pada semua aspek dari

hubungan pelanggan dan

penyedia.Faktor yang paling penting yang mencakup kegiatan-kegiatan pengawasan kualitas yang menjamin adanya keseimbangan atas harapan keinginan produsen dan konsumen meliputi dua aspek kegiatan yaitu menentukan intensitas pengawasan kualitas dan melaksanakan kualitas produk (Gitosudarmo and H.Indriyo, 1988, hal. 186).

Pareto

Proses penyusunan Diagram Pareto meliputi enam langkah (Dorothea Wahyu Ariani, 2004, hal 19) yaitu : 1) Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya

berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya.

2) Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik- karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya.

3) Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.

4) Merangkum data dan membuat ranking katagori data tersebut dari yang terbesar hingga yang terkecil.

5) Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan.

6) Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif

masing-masing masalah.

Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapatkan perhatian.

Peta Kendali

Salah satu alat yang dapat digunakan untuk pengendalian kualitas adalah peta kontrol (control chart). Di mana peta kontrol dapat digunakan untuk:

1) Mengetahui apakah telah terjadi perubahan proses produksi.

2) Mendeteksi adanya penyebab- penyebab yang mempengaruhi proses.

3) Membuat standar suatu proses.

Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram)

Diagram sebab akibat merupakan suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat dari suatu ketidaknormalan.

Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab.

Diagram sering disebut diagram

Ishikawa sesuai dengan penemunya

Prof. Kaoru Ishikawa pada tahun 1953

dari universitas Tokyo, atau diagram

tulang ikan (fish bone diagram) karena

bentuknya seperti kerangka ikan.

(3)

87 Pedoman PDCA (Plan, Do, Check,

Action) 8 Langkah Pemecahan Masalah :

a. Menemukan Persoalan

Dengan mengetahui mengapa masalah tersebut harus diselesaikan dan mengetahui persoalan mana yang benar-benar berarti atau yang dominan.

b. Mencari Sebab dari Persoalan Yaitu mencari sebab-sebab yang mungkin terjadi.

c. Mencari Faktor-Faktor Penyebab yang Paling Berpengaruh

Menemukan penyebab utama dari semua penyebab yang mungkin terjadi dari persoalan yang ditemukan kemudian akan mengakibatkan penyelesaian masalah yang paling berarti.

d. Merencanakan Langkah-langkah yang Tepat

Dengan menentukan tindakan yang perlu dilakukan menggunakan 5W + 2H yaitu:

1) WHY (mengapa) keperluan?

2) WHAT (apa) tujuan ?

3) WHERE (dimana) tempat ? 4) WHEN (kapan) batas waktu ? 5) WHO (siapa) yang bertanggung jawab ?

6) HOW (bagaimana) cara atau metode ?

7) HOW MUCH (berapa) biaya ? e. Menerapkan Langkah-Langkah yang Tepat

Menjalankan sesuai dengan rencana.

f. Memeriksa Hasil

Dengan membandingkan hasil terhadap

rencana dan mengetahui

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.

g. Mencegah Timbulnya Persoalan yang Sama

Bila rencana tercapai dibuat standarisasi, bila ada penyimpangan buat tindakan koreksi.

h. Memperhatikan Persoalan yang Masih Ada

Melihat kembali persoalan yang belum terselesaikan untuk memulai pemecahannya kembali dengan langkah satu.

Gambar 1. Delapan Langkah Pemecahan masalah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pada observasi selama 3 bulan yaitu dari bulan April

sampai bulan Juni , maka diperoleh data-data

Mengacu pada data yang diperoleh

tersebut dibuat diagram pareto untuk

menentukan cacat dominan.

(4)

88 Tabel 1. Ringkasan Cacat Produk Bulan April.

Jenis Cacat Jumlah Cacat Prosentase dari Total (%)

Lengket 2 0.7

Pori 102 33.7

Gores, Dekok, Rompal 32 10.6

Konstruksi 167 55.1

Total 303 100.0

Tabel 2. Data Pembuatan Diagram Pareto Bulan April.

Jenis Cacat Jumlah Cacat

Jumlah Cacat Kumulatif

Prosentase dari Total

(%)

Prosentase Kumulatif (%)

Konstruksi 167 167 55.1 55.1

Pori 102 269 33.7 88.8

Gores, Dekok, Rompal 32 301 10.6 99.3

Lengket 2 303 0.7 100.0

Total 303 - 100.0 -

167

102

32

2 55.1

88.8

99.3 100.0

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 50 100 150 200 250 300

Jumlah … Diagram Pareto

Jenis Cacat Proses

Prosentase Kumulatif

Total Cacat Proses

Gambar 2 Diagram Pareto Bulan April.

Tabel 3. Ringkasan Cacat Produk atau Kegagalan Produk dalam Proses Produksi Akhir Bulan Mei.

Jenis Cacat Jumlah Cacat Prosentase dari Total (%)

Lengket 28 7.4

Pori 50 13.2

Gores, Dekok, Rompal 133 35.0

Konstruksi 169 44.5

Total 380 100.0

(5)

89 Tabel 4. Data Pembuatan Diagram Pareto Bulan Mei.

Jenis Cacat Jumlah Cacat Jumlah Cacat Kumulatif

Prosentase dari Total (%)

Prosentase Kumulatif (%)

Konstruksi 169 169 44.5 44.5

Gores, Dekok, Rompal 133 302 35.0 79.5

Pori 50 352 13.2 92.6

Lengket 28 380 7.4 100.0

Total 380 - 100.0 -

169

133

50

28 44.5

79.5

92.6

100.0

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 50 100 150 200 250 300 350

Jumlah Cacat Diagram Pareto

Total Cacat Proses Prosentase Kumulatif (%)

Jenis Cacat Proses

Gambar 3 Diagram Pareto Bulan Mei.

Tabel 5. Ringkasan Cacat Produk atau Kegagalan Produk dalam Proses Produksi Akhir Bulan Juni.

Jenis Cacat Jumlah Cacat Prosentase dari Total (%)

Lengket 3 0.9

Pori 110 31.9

Gores, Dekok, Rompal 93 27.0

Konstruksi 139 40.3

Total 345 100.0

Tabel 6. Data Pembuatan Diagram Pareto Bulan Juni.

Jenis Cacat Proses Jumlah Cacat Proses

Jumlah Cacat Proses Kumulatif

Prosentase dari Total (%)

Prosentase Kumulatif (%)

Konstruksi 139 139 40.3 40.3

Pori 110 249 31.9 72.2

Gores, Dekok, Rompal 93 342 27.0 99.1

Lengket 3 345 0.9 100.0

Total 345 - 100.0 -

139 110 93

3 40.3

72.2

99.1 100.0

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

Jumlah Cacat Proses

Prosentase Kumulatif (%)

Total Cacat Proses

Diagram Pareto

Jenis Cacat Proses

Gambar 4 Diagram Pareto Bulan Juni.

Peta Kendali p

Untuk melihat apakah proses berjalan pada batas kendali statistikal atau tidak, maka dibuat peta kendali

agar dapat ditentukan standar batas

kendali. Karena data yang didapat

merupakan data atribut maka peta

kendali yang digunakan adalah peta

kendali p, adapun data yang digunakan

(6)

90 adalah data total cacat proses bulan Mei 2007, sebagai berikut :

Tabel 7 Proporsi Cacat Proses Konstruksi Jumlah

Observasi Ukuran Sampel Cacat Proporsi (p)

1 256 3 0.012

2 516 7 0.014

3 554 0 0

4 70 0 0

5 40 1 0.025

6 64 2 0.031

7 571 11 0.019

8 432 8 0.019

9 499 6 0.012

10 409 17 0.042

11 205 12 0.059

12 240 5 0.021

13 2108 27 0.013

14 303 7 0.023

15 1540 3 0.002

16 430 2 0.005

17 1079 14 0.013

18 1318 3 0.002

19 804 4 0.005

20 341 8 0.023

21 1007 0 0

22 95 2 0.021

23 1266 6 0.005

24 2443 21 0.009

25 501 0 0

Total 17091 169

Keterangan :

Menghitung nilai proporsi (p) dengan menggunakan rumus :

n p  x

dimana :

x = Jumlah Unit Cacat n = Jumlah Observasi

Perhitungan untuk observasi pertama :

256

3 p

012 . 0

p

Menghitung nilai rata-rata proporsi dengan menggunakan rumus :

Sampel Jumlah Total

Cacat Unit Jumlah Total

 p CL

17091

169 p

010 . 0

p

Menghitung nilai batas kendali untuk Peta Kendali p menggunakan 3 sigma dinilai sesuai untuk penggunaan peta kendali atribut dalam lingkup teknik

industri dengan tingkat keakuratan sebanyak 95 %:

a. Batas Kendali Atas / UCL (upper control limit)

 

n p p p

UCL

1

3

 

17091 010 . 0 1 010 . 3 0 010 .

0 

UCL

UCL = 0.012

b. Batas Kendali Bawah / LCL (lower control limit)

 

n p p p

LCL

 1

3

 

17091 010 . 0 1 010 . 3 0 010 .

0 

LCL

LCL = 0.008

Setelah nilai proporsi dan nilai batas

atas dan batas bawah didapatkan maka

dapat digambar peta kendali p dengan

nilai-nilai tersebut seperti terlihat pada

gambar 5 berikut ini.

(7)

91

0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25

UCL = 0.012 LCL = 0.008 CL = 0.010 Proporsi (p)

Gambar 5 . Peta Kendali p Proses Konstruksi

Setelah dilakukan penyesuaian terhadap tingkat proporsi setiap

observasi, diperoleh batas kendali untuk proses konstruksi sebagai berikut:

Tabel 8. Proporsi Cacat Proses Konstruksi untuk 6 Observasi

Jumlah

Observasi Ukuran Sampel Cacat Proporsi (p)

1 554 0 0

2 70 0 0

3 1540 3 0.002

4 1318 3 0.002

5 1007 0 0

6 501 0 0

Total 4990 6

Perhitungan untuk observasi pertama :

554

0 p

0 p 

Menghitung nilai rata-rata proporsi dengan menggunakan rumus :

Sampel Jumlah Total

Cacat Unit Jumlah Total

 p

CL 4990

6

p

001 . 0

p

Menghitung nilai batas kendali untuk Peta Kendali p dengan 6 observasi : a. Batas Kendali Atas / UCL (upper control limit)

 

n p p p

UCL

 1

3

 

4990 001 . 0 1 001 . 3 0 001 .

0 

UCL

UCL = 0.002

b. Batas Kendali Bawah / LCL (lower control limit)

 

n p p p

LCL

 1

3

 

4990 001 . 0 1 001 . 3 0 001 .

0 

LCL

LCL = 0

(8)

92

0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025

1 2 3 4 5 6

UCL = 0.002 CL = 0.001 UCL = 0 Proporsi (p)

Gambar 6 Peta Kendali dengan 6 Observasi Dari hasil perhitungan pada di

atas, didapat batas kendali atas (UCL) sebesar 0.002 dengan tingkat kecacatan sebanyak 3 pcs dinilai sesuai untuk penerapan pada proses konstruksi dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

a. Jika tingkat proporsi (p) > 0,002 (Upper Control Limit) maka proporsi cacat proses melebihi batas cacat normal, sehingga perlu dilakukan perbaikan proses tersebut.

b. Jika p < 0.001 maka proses dianggap baik, namun perlu dilakukan pengawasan atau pengendalian yang ketat apabila proporsi mendekati 0,002 (UCL).

c. Jika p < CL (0.001) maka proses sangat baik dan perlu dipertahankan untuk kelangsungan produksi kedepan.

Diagram Sebab Akibat (Ishikawa Diagram)

Suatu solusi dari permasalahan akan sangat efektif jika ditemukan

sumber-sumber serta akar penyebab masalah yang ada, sehingga pada akhirnya dapat diambil kesimpulan atau tindakan yang tepat untuk menghilangkan akar penyebab masalah tersebut.

Penyebab masalah tersebut tentulah terlihat atau terdapat pada orang-orang yang terlibat secara langsung dalam proses akhir, untuk itu penulis mengumpulkan data dengan cara melakukan pengamatan dan wawancara dengan pihak karyawan yang terkait di departemen quality control.

Hasil yang didapatkan untuk

jenis kecacatan atau kerusakan

dominan berupa cacat konstruksi

dengan sub cacat seperti grepes, hasil

pengeboran oval, gores dekok rompal,

hasil pengeboran miring, dan tidak siku

penyebabnya dapat digambarkan dalam

diagram Ishikawa sebagai berikut

(gambar 7):

(9)

93 Gambar 7 Diagram Ishikawa Cacat Proses Konstruksi

Pembahasan

Dari ketiga alat pengendalian yang digunakan untuk menganalisis cacat proses konstruksi, didapat hasil sebagai berikut :

a. Dari pemprosesan data menggunakan Diagram Pareto dari bulan April sampai dengan bulan Juni 2007 didapat bahwa cacat proses konstruksi merupakan cacat dominan, yang memerlukan perhatian yang khusus dari proses ini.

b. Setelah dilakukan analisis data dengan menggunakan peta kendali p untuk sampel yang bervariasi, diperoleh hasil :

1)

Batas Kendali Atas (BKA) / Upper Control Limit (UCL) = 0,002

2)

Center Line (CL) = 0,001

3)

Batas Kendali Bawah (BKB) / Lower Control Limit (LCL) = 0.

Artinya bila terdapat cacat dalam proses konstruksi yang melebihi tingkat proporsi kecacatan sebesar 0,002, maka perlu dilakukan perbaikan baik dari segi manusia, mesin, bahan baku

atau dari segi lingkungan. Sebaliknya bila dalam proses konstruksi tidak ada cacat yang melebihi tingkat proporsi kecacatan sebesar 0,002 maka proses tersebut dianggap baik dan perlu dipertahankan.

c. Dari Diagram Ishikawa yang didapat melalui hasil observasi, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya angka kecacatan proses konstruksi, yaitu :

1) Faktor Mesin (Machine Factor) Kegagalan proses konstruksi dari segi mesin antara lain disebabkan oleh : (a) Pengeboran yang tidak sesuai dalam arti pengeboran terlalu dalam atau terlalu dangkal sehingga menyebabkan pemasangan pen dan dowel tidak pas.

(b) Pemotongan miring, yang

disebabkan oleh peletakan objek yang

akan diproses dimana posisi objek

tersebut tidak pas dengan dudukan

mesin pemotong, dan karena tekanan

mesin yang terlalu besar sehingga

mengakibatkan objek berubah posisi.

(10)

94 2) Faktor Bahan baku (Raw Material

Factor)

Dari segi bahan baku, pemilihan kayu yang tebal dapat menyebabkan timbul Rolling Mark. Rolling Mark merupakan tanda berupa roda hantaran yang terdapat pada kayu yang tebal setelah kayu memasuki tahap pemprosesan. Kayu yang busuk dan berlubang juga dapat menyebabkan frais model yang akan dibuat menjadi tidak sempurna artinya tidak mengikuti model yang telah ditentukan.

3) Faktor Manusia (Human Factor) Beberapa penyebab cacat konstruksi dari segi manusia antara lain :

(a) Proses pelubangan untuk dowel dan pen yang terlalu besar atau kecil sehingga tidak memenuhi syarat mal kontrol.

(b) Faktor kelelahan yang mengakibatkan salah potong dan salah pengukuran sehingga objek yang diproses tidak sesuai profile.

4) Faktor Lingkungan (Environtment Factor)

Kondisi kelembapan yang tinggi pada ruang penyimpanan bahan baku menyebabkan kayu yang akan diproses menjadi busuk atau berlubang.

KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah dilakukan mengenai hasil pengolahan dan analisis data untuk proses produksi akhir produk Ligna furniture yang terdiri dari jumlah, jenis cacat proses akhir produk dari masing-masing tahapan proses selama bulan April sampai Juni 2007 pada PT. Hadinata Brother’s & Co divisi pabrik kayu Ligna furniture dengan menggunakan metode The Seven Tools, maka dapat ditarik kesimpulan : a. Banyak cacat produk dominan dalam proses produksi akhir yaitu pada proses konstruksi. Oleh karena itu proses akhir konstruksi merupakan yang paling mendesak untuk diperhatikan.

b. Berdasarkan peta kendali p, didapat standar dengan batas kendali sebagai berikut :

1) UCL = 0.002, 2) CL = 0.001, 3) LCL = 0.

Artinya dalam proses konstruksi terdapat pengendalian batas cacat terbesar sebanyak 3 pcs dengan proporsi sebesar 0.002.

c. Dari pengidentifikasian pada diagram Ishikawa didapat bahwa faktor manusia, mesin, lingkungan dan bahan baku merupakan faktor penyebab tingginya cacat produk dalam proses produksi akhir pada cacat proses konstruksi di divisi pabrik kayu PT.

Hadinata Brother’s & Co.

Dari kesimpulan di atas saran- saran yang kiranya berguna bagi perusahaan yaitu :

a. Perusahaan hendaknya memperhatikan dan melakukan perbaikan pada proses produksi akhir yang memiliki tingkat cacat dominan yaitu proses konstruksi, dengan menerapkan tiga alat pengawasan kualitas seperti pada pengolahan dan analisis data yang dilakukan agar tingkat kegagalan produk dalam proses akhir dapat ditekan seminim mungkin.

b. Memberi perhatian kepada faktor penyebab tingginya angka cacat proses konstruksi antara lain :

1) Faktor manusia

Hendaknya perusahaan memberikan pelatihan-pelatihan dalam pelaksanaan tugas proses produksi akhir kepada karyawan secara rutin agar karyawan menjadi terampil sehingga menekan tingkat kecacatan dalam proses produksi akhir

2) Faktor mesin

Dilakukan pemeriksaan dan pergantian terhadap peralatan-peralatan dan mesin-mesin yang kurang layak secara berkala setiap pergantian pengerjaan 1 set produk.

3) Lingkungan

Penyimpanan ruang bahan baku

hendaknya di ruang khusus dengan

suhu antara 20-25

0

C dengan

menggunakan Air Conditioner (AC) agar

tidak lapuk karena kondisi yang lembab,

hal ini perlu diperhatikan untuk

(11)

95 pencegahan selain ruang pengeringan

yang sudah digunakan oleh perusahaan.

4) Bahan baku

Hendaknya dilakukan pengukuran terhadap kayuyang akan dipilih sesuai dengan kapasitas ketebalan mesin pemotong dan mesin-mesin lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Dorothea Wahyu.2004.

Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan Kuantitatif dalam Manajemen Kualitas). Yogyakarta : Penerbit ANDI.

Assauri, Sofjan.1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi.

Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Freeman-Bell, Gail. ‘Management in Engineering: Principles and Practice / Gail Freeman-Bell,James Balkwill-2

nd

ed’.Great Britain, Trow bridge, Wiltshire: Red wood Books.

Gaspersz, Vincent.2001.Total Quality Management . Jakarta : PT.

Gramedia Media Pustaka.

Gitosudarmo, H. Indriyo.1988. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi Edisi Kedua’. Yogyakarta:

BPFE-Yogyakarta.

Handoko, T. Hani.1992. Manajemen Produksi dan Operasi Latihan Pemecahan Soal Edisi 3’.

Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

McLeod ,Jr Raymond.1996.Sistem Informasi Manajemen penerjemah : Hendra Teguh SE, Ak. Editor : Hardi Sukardi’. Jakarta: PT Prehallindo.

Nasution, Arman M.2006. Manajemen Industri. Yogyakarta : Penerbit ANDI.

Tjiptono Fandy dan Anastasia Diana.

2006.Total Quality Management.

Yogyakarta : Penerbit ANDI.

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen termasuk kategori tinggi disebabkan karena dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Prezi Dekstop dapat

ABSTRAK Pengaruh Ekstrak Eleutherine bulbosa dan Cinnamomum burmanii terhadap Kadar Kolesterol, Trigliserida dan Gambaran Perlemakan Hepar Mus Musculus yang Diinduksi HFD

Data penelitian ini berupa variasi kode, ranah pemakaian kode, dan pola pilihan bahasa yang mencakup data primer berupa tuturan atau bagian tutur lisan dari

Adapun modal tetap yang dimiliki oleh petani pembenih ikan Lele Dumbo di Kelurahan Lembah Sari terdiri dari: biaya pembuatan kolam pemeliharaan induk, bak pembenihan,

Kesebelasan yang baik adalah yang semua pemainnya menguasai tendangan bola dengan baik, dengan cepat, cermat dan tepat sasaran, sasaran teman maupun dalam membuat gol ke mulut

Hasil analisa berupa rekomendasi perbaikan dan peningkatan mutu program studi dan fakultas, yang dapat digunakan untuk pengembangan sistem penjaminan mutu

diverifikasi oleh LSP ... Asesmen Estimator Biaya lalan direncanakan dan disusun dengan cara yang menjamin bahwa verifikasi persyaratan skema sertifikasi telah.

Jika pada lembar anamnesis informasi external cause kurang lengkap atau kurang jelas tentang kronologis kejadian cedera atau kecelakaan tersebut, petugas koder mengisi kode