• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN ATAS PULAU PULAU KECIL DI INDONESIA MENURUT UU NO. 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGELOLAAN ATAS PULAU PULAU KECIL DI INDONESIA MENURUT UU NO. 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN ATAS PULAU – PULAU KECIL DI INDONESIA MENURUT UU NO. 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU

NO. 27 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU – PULAU KECIL

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

Oleh :

SARA TOMU PAULIN NIM : 140200423

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA PROGRAM KEKHUSUSAN AGRARIA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

PENGELOLAAN ATAS PULAU – PULAU KECIL DI INDONESIA MENURUT UU NO. 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU

NO. 27 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU – PULAU KECIL

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

Oleh :

SARA TOMU PAULIN NIM : 140200423

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA PROGRAM KEKHUSUSAN AGRARIA

Disetujui Oleh : Ketua Departemen HAN

Dr. Agusmidah S.H, M. Hum NIP. 197608162002122002

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H, M.S, CN Zaidar, S.H., M.Hum NIP. 196112311987031023 NIP. 195809121987062001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)

ABSTRAK Sara Tomu Paulin*

Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H.,M.S.,CN**

Zaidar, S.H.,M.Hum***

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari 17.508 pulau (besar dan kecil) yang tersebar di sekitar Garis Khatulistiwa memanjang dari ujung paling barat (Sabang) sampai ke ujung paling timur (Merauke/Jayapura) yang berjarak sekitar 5.000 kilometer dan melintang dari ujung Utara (Pulau Marore) sampai ke ujung Selatan (Pulau Rote) berjarak 2.000 kilometer, memiliki panjang pantai 81.000 kilometer. Pulau – pulau kecil tersebut ada yang merupakan pulau yang tidak berpenduduk dan yang berpenduduk.

Kekayaan sumber daya alam sebenarnya cukup besar, pulau – pulau kecil tersebut memiliki ekosistem yang baik oleh adanya terumbu karang, padang laut (sea grass), rumput laut (sea weeds) dan hutan bakau (mangrove). Sumber daya hayati laut pada kawasan ini memiliki potensi keragaman dan nilai ekonomis yang tinggi seperti adanya kerapu, napoleon, ikan hias, kuda laut, kerang mutiara, kima raksasa (tridacna gigas), dan teripang. Namun selama ini kawasan pulau – pulau kecil belum mendapat sentuhan pembangunan yang berarti karena pembangunan nasional berorientasi ke darat. Walaupun terdapat kegiatan pembangunaan, kegiatan tersebut lebih mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, sehingga kurang memperhatikan kelestarian lingkungan dan bahkan seringkali memarjinalkan masyarakat setempat.

Permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pembangunan wilayah pulau-pulau kecil, apa saja yang diatur dalam UU No. 1 Tahun 2014 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dalam rangka pengelolaan pulau-pulau kecil di Indonesia, dan apa peran dan kewenangan pemerintah daerah di dalam pengelolaan pulau-pulau kecil.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif.

Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang mempelajari bagaimana norma- norma hukum itu. Adapun metode pengumpulan data menggukan metode library research. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai literatur dan peraturan yang berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi ini.

Sesuai dengan telaahan terhadap peraturan perundang – undangan menyangkut hak atas tanah pengelolaan pulau – pulau kecil, maka dipandang bahwa hak – hak atas tanah berdasarkan Undang – Undang Pokok Agraria sudah tidak memadai lagi seiring dengan kebutuhan pemanfaatan di wilayah pulau – pulau kecil yang dalam hal ini hak atas tanah yang sesuai adalah Hak Pengelolaan.

Kata Kunci : Hak Pengelolaan, Pulau-Pulau Kecil, Wilayah Pesisir

*Mahasiswa Fakultas Hukum USU

** Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar di Fakultas Hukum USU

*** Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar di Fakultas Hukum USU

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas anugerah, kasih dan penyertaan-Nya Penulis mampu menjalani perkuliahan sampai kepada tahap penyelesaian skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul ”PENGELOLAAN ATAS PULAU – PULAU KECIL DI INDONESIA MENURUT UU NO. 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 27 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU – PULAU KECIL”

yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat akademis guna memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Sejalan dengan penyelesaian skripsi ini begitu banyak hikmah yang Penulis terima terutama dalam hal kesabaran, ketekunan dan penyerahan diri kepada Tuhan. Disiplin dan kesabaran untuk memahami orang lain, kemampuan berfikir dan daya nalar, khususnya dalam penyelesaian skripsi ini merupakan pengalaman berharga yang tidak terlupakan.

Penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki selama menyelesaikan skripsi dan telah melibatkan banyak pihak yang memberi bantuan moril dan materiil serta berbagai kemudahan fasilitas bahkan doa yang tulus dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, dengan kerendahan hati pada kesempatan iniPenulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H.,M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara (USU).

(5)

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Prof. Dr. Saidin, S.H.,M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H.,M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H.,M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

6. Ibu Dr. Agusmidaah, S.H.,M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

7. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H.,M.S.,C.N., selaku Guru Besar Hukum Agraria Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I Penulis yang telah memberikan banyak pengajaran atas ilmuyang beliau berikan sewaktu masa perkuliahan berlangsung serta bimbingan bagi Penulis dalam penyusunan skripsi ini

8. Ibu Zaidar, S.H.,M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II Penulis yang telah mencurahkan banyak waktu dan pikiran dalam membimbing Penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Bapak Affan Mukti, S.H.,M.Hum., selaku Dosen dalam Program Kekhususan Hukum Agraria.

10. Ibu Mariati Zendrato, S.H.,M.Hum., selaku Dosen dalam Program Kekhususan Hukum Agraria.

(6)

11. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran kepada Penulis selama masa perkuliahan.

12. Ungkapan yang tulus, hormat serta penuh cinta kasih, Penulis ucapkan kepada kedua orang tua Penulis yaitu bapak saya Patar Sihotang, S.KM dan mama saya Romauli br. Sinaga, A.M.Keb., yang telah mencurahkan didikan, cinta dan kasih sayang yang tak ternilai, dorongan semangat dan pengorbanan serta doa yang tak henti-hentinya telah membangkitkan semangat dalam diri Penulis untuk menyelesaikan skripsi ini indah pada waktunya. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan limpahan anugerah dan karunia serta kesehatan kepada kedua orang tua Penulis.

13. Untuk adik-adikPenulis, Esra Endang Azhari Sihotang dan Kristy Agatha Sihotang yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa yang tak henti-hentinya bagiPenulis walaupun sering beradu argumen dengan Penulis. Semoga Tuhan Yesus Kristus memberkati kita sampai kita tua nanti.

14. Untuk keluarga besar Pomparan Op. Husor Sihotang (Opung Husor boru, bapak tua, inang tua, bapak uda, inang uda, namboru, amangboru serta keluarga besar lainnya)., yang telah memberikan dukungan kepada Penulis dalam bentuk dukungan doa. Semoga Tuhan Yesus Kristus memberkati kita senantiasa.

15. Untuk keluarga besar Pomparan Op. Ni Si Hotma Sinaga (Nantulang Hotma/Op. Ni si Elsa, tulang dan nantulang Hendrik/ Op. Nathan, tulang dan nantulang Angelika, tulang dan nantulang Daniel, tulang dan

(7)

nantulang Magdalena, tulang dan nantulang Andreas, inang tua dan bapak tua Edu, inang tua Grace, inang tua Elisabeth/Op. Yordan)., yang telah memberikan dukungan kepada Penulis dalam bentuk dukungan doa.

Semoga Tuhan Yesus Kristus memberi kedamaian dan memberkati kita senantiasa.

16. Untuk kakak, adik, sepupu dan keponakan Penulis (Abang dan kakak Cantika, kakak Elsa, Abang dan kakak Nathan serta anggota, abang dan kakak Sammy serta anggota, kak Grace, Mama dan abang Yordan alias Yoya alias Zoya, bang Ronal, bang Frans dan istri, bang Adi, Bang Dani, Doni, Rudy, Marnida, kak Angelika dan suami, kak Nathalin, bang Hans, Joshua, kak Magda, bang Haposan, Priska, bang Andre, bang Agus dan Ruth)., yang telah memberikan dukungan kepada Penulis dalam bentuk dukungan doa. Semoga Tuhan Yesus Kristus memberi kedamaian dan memberkati kita senantiasa.

17. Untuk Fredrik Raja Goraha Girsang, S.H., yang telah menjadi abang, sahabat, rekan, doping III serta kekasih Penulis yang telah senantiasa sabar menemani Penulissaat pengerjaan skripsi ini sampai larut waktu dan bahkan berganti hari. Semoga Tuhan Yesus Kristus memberkati kita senantiasa.

18. Untuk sahabat Penulis Widya Sujud Nadya br. Nadeak, Junita Sari br.

Jawa, S.H yang telah lebih dahulu menjadi sarjana, Resmioma br. Purba, Yeni br. Ginting, Ervina br. Manalu, Lyoni Girsang, Rio Firmando Saragih alias Jarwok, Bintang D. Manurung, Fandy Gultom, Swandi

(8)

Hutabarat, Jupiter Zalukhu, Idola Hulu, Bosna, Mul alias Mulandari alias Mulansari Sihombing yang sering meminjamkan kendaraannya kepada Penulis serta Dear Saragih., yang telah menjadi teman Penulis hingga saat ini. Semoga Tuhan memberkati kita sekalian.

19. Untuk sahabat kos bolang Fredrik Raja Goraha Girsang, S.H, Tri Oktober Sinaga, S.H, Yeremia Ponomban, S.H, Yang Mulia Mazmur Sinulingga, S.H, Parulian Scott, S.H, Frans Wardana Sitinjak, Rizky Arjuna Tarigan Girsang, S.H, Bobby H. Sitompul, Ruth Sonya Siahaan., S.H., Meilinda Theresia Nainggolan., S.H., Naomi Sitinjak., S,H., serta Andre a.k.a Ander Pasaribu semoga Tuhan Yesus Memberkati kita semua.

20. Untuk adik kos Penulis, Theresia Adelina br. Sianipar., yang telah menemani dan mendukung Penulis selama pengerjaan skripsi ini. Semoga Tuhan Yesus Mmemberkati kita semua.

21. Untuk seluruh Pengurus Komisariat GMKI Koms FH-USU masa bakti 2015/2016Semoga Tuhan Yesus memberkati pelayanan kita selalu.

22. Untuk Civitas GMKI Koms FH-USU yang tak dapat Penulis sebutkan satu persatu, semoga Tuhan Yesus memberkati kita sekalian.

23. Untuk Pengurus dan Anggota IMAHARA FH-USU 2017, semoga kita semua sukses kedepannya.

24. Untuk teman-teman Program Khusus Hukum Agraria 2017, semoga kita semua sukses kedepannya.

25. Untuk rekan-rekan Kepanitiaan Natal FH-USU 2017, semoga Tuhan Yesus memberkati kita selalu.

(9)

26. Untuk seluruh teman-teman stambuk 2014 FH-USU lainnya yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, semoga kita semua sukses kedepannya.

27. Untuk seluruh unsur Gereja Huria Kristen Indonesia (HKI) Kalideres, semoga Tuhan Yesus memberkati kita selalu.

Medan, Februari 2018 Penulis ,

Sara Tomu Paulin

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 9

D. Keaslian Penulisan ... 11

E. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Pengelolaan ... 10

2. Pengertian Pulau Kecil ... 15

3. Karakteristik dan batasan pulau – pulau kecil ... 17

F. Metode Penelitian ... 18

G. Sistematika Penulisan ... 22

BAB II PEMBANGUNAN WILAYAH PULAU – PULAU KECIL A. Landasan Hukum Pembangunan Pulau – pulau Kecil .... 24

B. Kewenangan Negara ... 35

C. Hak – Hak Atas Tanah Dalam Pembangunan Pulau – Pulau Kecil ... 40

BAB III PENGELOLAAN ATAS PULAU–PULAU KECIL MENURUT UU NO.1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN UU NO. 27 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU- PULAU KECIL A. Izin Pengelolaan ... 57

B. Pemanfaatan Pulau – Pulau Kecil ... 61 C. Hak dan Kewajiban Masyarakat Dalam Pengelolaan Pulau –

Pulau kecil

(11)

1. Hak ... 69

2. Kewajiban ... 71

BAB IV PERAN DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN PULAU - PULAU KECIL A. Pengelolaan Terpadu ... 72

1. Perencanaan ... 73

2. Pemanfaatan ... 82

3. Pengawasan dan pengendalian ... 83

B. Kewenangan ... 84

1. Kewenangan Pemerintah Pusat ... 86

2. Kewenangan Pemerintah Daerah ... 89

C. Sinkronisasi Kewenangan Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Pulau – Pulau Kecil ... 91

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 93

B. Saran... 95 DAFTAR PUSTAKA

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari 17.508 pulau (besar dan kecil) yang tersebar di sekitar Garis Khatulistiwa memanjang dari ujung paling barat (Sabang) sampai ke ujung paling timur (Merauke/Jayapura) yang berjarak sekitar 5.000 kilometer dan melintang dari ujung Utara (Pulau Marore) sampai ke ujung Selatan (Pulau Rote) berjarak 2.000 kilometer, memiliki panjang pantai 81.000 kilometer.1

Lima diantaranya adalah pulau besar, yaitu Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, PulauSulawesi dan Pulau Papua. Pulau- pulau kecil jumlahnya sangat banyak, banyak diantaranya tidak berpenghuni dan banyak pula yang belum mempunyai nama pulau. Pulau- pulau (besar, sedang dan kecil) yang berpenduduk, memiliki kekayaan sumber daya kelautan yang telah diolah dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dan pembangunan, sedangkan potensi sumber daya alam dan sumber daya kelautan di pulau-pulau kecil yang tidak berpenduduk belum diolah dan dimanfaatkan sama sekali.2

1Rahardjo Adisasmita, Analisis Pembangunan Wilayah; Kepulauan, Kelautan, Maritim, Terisolasi, Terpencil, Tertinggal, Perbatasan, Pesisir, Pulau – pulau Kecil, Archipelago dan Semeja,, (Yogyakarta :Graha Ilmu, 2015). Hlm. 23.

2Ibid.,hlm. 125

(13)

Di antara pulau-pulaubernama dan tak bernama tersebut, sebagian besar merupakan pulau-pulau kecil yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan jasa–jasa lingkungan (environmental services) yang sangat berpotensial untuk pembangunan ekonomi.3Pulau-pulau kecil adalah sekumpulan pulau-pulauyang secara fungsional saling berinteraksi dari sisi ekologis, ekonomi, sosial dan budaya baik secara individual maupun secara sinergis dapat meningkatkan skala ekonomi dari pengelolaan sumber daya.4Pengertian pulau kecil menurut UU No. 1 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (3) adalah:5

“Pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilo meter persegi) beserta kesatuan ekosistemnya”

Data pulau-pulau kecil menurut Kementeriaan Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia ialah sebagai berikut :

No. Provinsi Tahun

Pulau Kecil

Total Pulau

Pulau Terverifikasi

1 Aceh 2012 6 663 260

2 Sumatera Utara 2012 3 419 206

3 Sumatera Barat 2012 2 391 186

4 Riau 2012 139 142

5 Jambi 2012 19 15

6 Sumatera Selatan 2012 53 23

7 Bengkulu 2012 2 47 10

8 Lampung 2012 1 188 132

9 Kepulauan Bangka Belitung 2012 950 467

10 Kepulauan Riau 2012 20 2408 1788

11 DKI Jakarta 2012 218 110

12 Jawa Barat 2012 1 131 19

3Pedoman Umum Pengelolaan Pulau – Pulau Kecil Yang Berkelanjutan Dan Berbasis Masyarakat, (Jakarta : Dep. Kelautan & Perikanan : 2001). Hlm. 5

4Hesty Irawan, Penelitian Hukum Tentang Aspek Hukum Pengelolaan Pulau – Pulau Kecil Di Indonesia,,(Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Dan HAM RI, 2004) Hlm. 7

5UU No. 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah PesisirDan Pulau – Pulau Kecil.

(14)

13 Jawa Tengah 2012 1 296 33

14 DI Yogyakarta 2012 23 28

15 Jawa Timur 2012 3 287 431

16 Banten 2012 1 131 61

17 Bali 2012 85 27

18 Nusa Tenggara Barat 2012 1 864 280

19 Nusa Tenggara Timur 2012 6 1192 432

20 Kalimantan Barat 2012 339 217

21 Kalimantan Tengah 2012 32 63

22 Kalimantan Selatan 2012 320 133

23 Kalimantan Timur 2012 4 370 378

24 Sulawesi Utara 2012 11 669 287

25 Sulawesi Tengah 2012 3 750 1137

26 Sulawesi Selatan 2012 233 312

27 Sulawesi Tenggara 2012 650 527

28 Gorontalo 2012 136 123

29 Sulawesi Barat 2012 62 41

30 Maluku 2012 17 1399 987

31 Maluku Utara 2012 1 1525 803

32 Papua Barat 2012 1917 3239

33 Papua 2012 9 598 552

Pulau-pulau kecil tersebut masih banyak yang merupakan pulau yang tidak berpenduduk dan belum diolah serta belum dimanfaatkan potensi sumber daya alam dan sumber daya kelautannya. Sedangkan pulau-pulau kecil yang jumlah penduduknya banyak memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya kelautan yang telah diolah dan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat tetapi belum dilakukan secara optimal.6 Kekayaan sumber daya alam sebenarnya cukup besar, pulau-pulau kecil tersebut memiliki ekosistem yang baik oleh adanya terumbu karang, padang laut (sea grass), rumput laut (sea weeds) dan hutan bakau (mangrove). Sumber daya hayati laut pada kawasan ini

6Rahardjo Adisasmita, Op Cit., Hlm. 125 - 126

(15)

memiliki potensi keragaman dan nilai ekonomis yang tinggi seperti adanya kerapu, napoleon, ikan hias, kuda laut, kerang mutiara, kima raksasa (tridacna gigas), dan teripang. Namun selama ini kawasan pulau-pulau kecil belum

mendapat sentuhan pembangunan yang berarti karena pembangunan nasional berorientasi ke darat. Walaupun terdapat kegiatan pembangunaan, kegiatan tersebut lebih mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, sehingga kurang memperhatikan kelestarian lingkungan dan bahkan seringkali memarjinalkan masyarakat setempat.7 Salah satu contoh eksploitasi yang terjadi ialah pengerukan pasir laut di kepualauan Riau dan Pulau Seribu yang mengakibatkan hilangnya beberapa pulau kecil.8 Selain itu pulau-pulau kecil yang terpencil sering dijadikan sebagai tempat penyeludupan, pembuangan limbah secara liar, yang pada akhirnya menghancurkan ekologi pulau-pulau kecil sehingga rusak dan tidak dapat dimanfaatkan.9

Isu – isu pulau kecil mengalami peningkatan sejak munculnya rencana pemerintah untuk menyewakan sebagian pulau kecil tersebut kepada swasta pada tahun 2000, yang menjadi perdebatan baik oleh kalangan peneliti, LSM maupun oleh pengambil keputusan. Perdebatan tersebut mendorong pemerintah untuk memberikan perhatian khusus tentang pengelolaan pulau-pulau kecil

7Hesty Irawan, Op Cit., Hlm. 1 - 2

8Dep. Kelautan dan Perikanan, Dirjen Pesisir – Pesisir Pulau – Pulau Kecil, Naskah Akademik Pengelolaan Wilayah – Wilayah Pesisir, draft 1 Februari 2001. Hlm. 11

9Hesty Irawan, Op Cit., Hlm. 2

(16)

dengan dibentuknya Direktorat Jenderal Urusan Pesisir, Pantai, dan Pulau- pulau kecil pada Dept. Kelautan dan Perikanan pada tahun 2000.10

Program pembangunan berbasis kelautan (Marine orientations) baru mendapatkan perhatian dari pemerintah dengan dikeluarkannya Garis Garis Besar Haluan Negara tahun 1999-2000 yang selanjutnya di dalam Propernas tahun 2000-2004, Program Pengembangan Kelautan lebih diperhatikan lagi bahwa dalam rangka meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya pesisir, lautan dan pulau-pulaukecil, akan diwujudkan integrasi pembangunan daratan pesisir dan lautan dalam satu kesatuan pengembangan wilayah serta terselenggaraya pemanfaatan ruang dan sumber daya yang sesuai.11

Dengan dikeluarkannya Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, danPeraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintahdan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom, yang memberikan kewenangan kepada daerah untuk menetapkan standar pengelolaan pesisir pantai dan pulau-pulau kecil (Pasal 2 ayat (3) butir 2d). Sebagai tindak lanjut dari dikeluarkannya Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Pulau-pulau kecil yang berkelanjutan

10Mujiyani, Deny Hidayati, Laksmi Rachmawati, Toni Soetopo, Gutomo Bayu Aji, Rusli Cahyadi,Pengelolaan Pulau – Pulau Kecil, Partisipasi Masyarakat Di Kepulauan Seribu, (Jakarta : CV Marinalon, 2002). Hlm. 10

11Hesty Irawan, Op Cit., Hlm. 3

(17)

dan berbasis masyarakat, yang diharapkan dapat lebih menjernihkan masalah pengelolaan pulau-pulau kecil. 12

Padadasarnya, pulau-pulau kecil dikuasai oleh negara, kemudian negara mengatur penguasaannya kepada pihak lain, baik pada perseorangan maupun swasta dalam bentuk izin.13 Pasal 33 ayat (3) Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.14Prinsip hak menguasai oleh negara di dalam peraturan perundang-undangan negara Republik Indonesia untuk pertama kali ditetapkan oleh Pasal 33 Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.15Selain di dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengaturan mengenai hak menguasai oleh negara diatur dalam perundang – undangan lain.

Di dalam bidang agraria kemudian dikembangkan oleh Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Undang – Undang Pokok Agraria pada Pasal 2 ayat (1) dengan jelas menyatakan :

“Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang – Undang Dasar 1945 dan hal – hal sebagai yang dimaksud dalam Pasal 1 bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.”

12Ibid., Hlm. 3

13http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt58acfa5997514/bolehkah-pulau-pulau- kecil-diberikan-hak-atas-tanah (di akses pada tanggal 6 November 2017, pukul 23:20 WIB)

14Undang – Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945

15Winahyu Erwiningsih, Hak Pengelolaan Atas Tanah,, (Yogyakarta : Total Media, 2011). Hlm. 33

(18)

Negara sebagai organisasi kekuasaan suatu masyarakat atau bangsa, menampakkan bentuknya dalam hal mengatur tata kehidupan masyarakat, maka hak negara atas bumi, air dan ruang angkasa merupakan hak menguasai.

Menurut memori Penjelasan angka II huruf 2 UUPA menegaskan bahwa perkataan “dikuasai” bukan berarti “dimiliki”, akan tetapi merupakan pengertian yang memberi wewenang kepada negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa Indonesia pada tingkatan tertinggi.16 Hak menguasai dari negara termaksud dalam ayat 1 pasal 2 ini memberi wewenang untuk :17

a. Mengatur dan menyelenggarakanperuntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa tersebut;

b. Menentukan dan mengatur hubungan – hubungan hukum antara orang – orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;

c. Menentukan dan mengatur hubungan – hubungan hukum antara orang – orang dan perbuatan – perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.”

Dasar kekuasaan negara untuk menguasai bumi, air dan ruang angkasa itu karena adanya hak bangsa Indonesia atas bumi, air dan ruang angkasa yang bersifat abadi sebagai satu kesatuan tanah air seluruh rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia.18

Dalam hal ini, pengaturan mengenai pengelolaan pulau-pulau kecil yang dikuasai oleh negara dapat dialihkan kepada pihak lain setelah memperoleh

16Ibid,, Hlm. 34 - 35

17Chadidjah Dalimunthe, Politik Hukum Agraria Nasional Terhadap Hak- Hak Atas Tanah,, (Medan : Yayasan Pencerahan Mandailing, 2008). Hlm. 39 - 40

18Winahyu Erwiningsih,OpCit.,Hlm. 33

(19)

izin. Pengaturan mengenai pengeloaan pulau-pulau kecil tersebut diatur dalam peraturan perundang – undangan sebagai berikut:

Pertama, Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan pulau-pulau kecil.

Kedua, Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Ketiga, Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan.

Keempat, Peraturan Pemerintah Nomor 62Tahun 2010 tentang Pemanfaatan Pulau-pulau kecil Terluar.

Walaupun pengaturan mengenai pulau-pulau kecil telah dikeluarkan, pembangunan di pulau-pulau kecil tersebut belum terlaksana secara maksimal.

Pada umumnya pulau-pulau kecil tersebut tidak terjangkau oleh pelayanan transportasi. Karena sumber daya pembangunannya belum diolah dan dimanfaatkan, sehingga menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat setempat rendah dan tertinggal sangat jauh dibandingkan dengan masyarakat di pulau-pulauyang sudah berkembang. Tingkat pelayanan pendidikan, tingkatpelayanan kesehatan serta tingkat pendapatan perkapita yang juga sangatlah rendah.19

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa perlu untuk meneliti mengenai pengelolaan pulau-pulau kecil dengan mengangkat judul skripsi

19Rahardjo Adisasmita, Op Cit., Hlm. 126

(20)

“Pengelolaan Atas Pulau-Pulau Kecil Di Indonesia Menurut UU No. 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan pulau-pulau kecil”.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembangunan wilayah pulau-pulau kecil?

2. Apasaja yang diatur dalam UU No. 1 Tahun 2014 tentangpengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dalam rangka pengelolaan pulau-pulau kecil di Indonesia?

3. Apa peran dan kewenangan pemerintah daerah di dalam pengelolaan pulau-pulau kecil?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Secara umum tujuan dari suatu penelitian hukum adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam mengenai gejala hukum tertentu.20 Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dari skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembangunan diwilayah pulau-pulau kecil.

2. Untuk mengetahui apa saja yang diatur dalam UU No. 1 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan pulau-pulau kecil.

20Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana, 2007). Hlm. 34

(21)

3. Untuk mengetahui peranan dan kewenangan pemerintah daerah dalam pengelolaan pulau-pulau kecil.

Disamping itu, peneitian ini juga memiliki manfaat dari segi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu :

1. Kegunaan Teoritis

a. Karya tulis ini diharapkan dapat memperkaya literatur di dalam bidang hukum, khusunya hukum agraria tentang pengelolaan atas pulau-pulau kecil di Indonesia

b. Karya tulis ini diharapkan mampu menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum agraria, khususnya mengenai pengelolaan atas pulau-pulau kecil di Indonesia

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi pemerintah, karya tulis ini diharapkan dapat menjadi acuan secara yuridis di dalam melakukan kegiatan pengelolaan atas pulau-pulau kecil di Indonesia dengan baik dan benar

b. Bagi masyarakat, karya tulis ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang pengelolaan atas pulau- pulau kecil

(22)

D. Keaslian Penulisan

Dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan yang penulis peroleh, maka penulis menuangkannya dalam suatu tulisan ilmiah yang dalam hal ini adalah sebuah skripsi yang berjudul “Pengelolaan Atas Pulau-Pulau Kecil Di Indonesia Menurut UU No. 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan pulau-pulau kecil”.

Untuk mengetahui keaslian penulisan, setelah melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada katalog skripsi departemen hukum agraria Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, tidak menemukan judul yang sama. Melalui surat yang tertanggal pada 20 Juli 2017 tersebut, telah diperiksa bahwa tidak ada judul yang sama pada Arsip Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara / Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini, penulis mulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan hak pengelolaan, hak atas tanah, pulau-pulaukecil, baik melalui literatur yang diperoleh dari pemikiran pemikiran para praktisi, refrensi buku, makalah, artikel, hasil seminar, media cetak, media elektronik seperti internet serta bantuan dari berbagai pihak, yang mana keseluruhan hal tersebut didasari oleh asas keilmuan yang jujur, rasional dan terbuka. Apabila dikemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, maka mengenai hal tersebut dapat diminta pertanggungjawabannya kepada penulis.

(23)

E. Tinjauan Kepustaakaan

Tinjauan pustaka penulisan memiliki arti yaitu peninjauan kembali pustaka – pustaka. Sesuai dengan artitersebut, sebuah tinjauan pustaka penelitian memiliki fungsi sebagai peninjauan kembali atau review pustaka mengenai masalah yang berkaitan.21

Tinjauan kepustakaan dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang meliputi mencari, membaca dan menelaah laporan - laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori – teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.22 Berikut adalah beberapa teori tinjauan kepustakaan yang berkaitan dengan pembahasan :

1. Pengertian Pengelolaan

Pengelolaan berdasarkan KBBI memiliki kata dasar ”kelola” yang artinya mengendalikan, mengurus, menyelenggarakan, menjalankan yang jika ditambah awalan pe- dan akhiran –an membentuk kata pengelolaan.23 Pengelolaan memiliki artian yaitu:

1. Proses, cara, perbuatan mengelola;

2. Proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain;

3. Proses membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi; dan

21http://www.informasi-pendidikan.com/2013/08/penjabaran-tinjauan-pustaka- penelitian.html?m=1 (di akses pada tanggal 1 November 2017, pukul 23:52 WIB)

22Penkesnas.blogspot.co.id/2015/01/pengertian-tinjauan-pustaka-dan.html (diakses pada tanggal 1 November 2017, pukul 23:58 WIB)

23https://kbbi.web.id/kelola (diakses pada tanggal 8 November 2017, pukul 14:05 WIB)

(24)

4. Proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.24

Di dalam hal ini, penulis mengangkat tema yang berkenaan dengan hak pengelolaan. Istilah hak pengelolaan awalnya tidak diberi nama Hak Pengelolaan tetapi mengambil terjemahan dari bahasa Belanda yaitu

“Beheersrecht” yang pada waktu itu diterjemahkan sebagai hak penguasaan.

Hak pengelolaan menurut Ateng Ranoemihardja adalah hak atas tanah yang dikuasai oleh negara dan hanya dapat diberikan kepada badan hukum pemerintah atau pemerintah daerah baik dipergunakan untuk usahanya sendiri maupun untuk kepentingan pihak ketiga.25

Hak pengelolaan sebagai salah satu diantara jenis – jenis hak atas tanah, sama sekali tidak disebut secara jelas dalam Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang – Undang Pokok Agraria, kecuali istilah pengelolaan yang memang disebutdi dalam Penjelasan Umum Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang – Undang Pokok Agrariatersebut. Hal itu dapat dibaca pada Penjelasan Umum II Angka (2) yang menyatakan:26

“Dengan berpedoman padatujuan yang disebutkan diatas Negara dapat memberikan tanah yang demikian itu kepada seseorang atau badan hukum dengan sesuatu hak menurut keperluan dan peruntukkannya, misalnya hak milik, hak guna usaha, hak guna

24https://id.wiktionary.org/wiki/pengelolaan (diakses pada tanggal 8 November 2017, pukul 14:10 WIB)

25R. Ateng Ranoemihardja, “Perkembangan Hukum Agraria Indonesia” (Bandung : Tarsito, 1982) Hlm. 16

26Boedi Harsono, “Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan – Peraturan Hukum Tanah”, (Jakarta : Djambatan, 1982) Hlm. 129

(25)

bangunan, atau hak pakai atau memberikan dalam pengelolaan kepada sesuatubadan penguasa (departemen, jawatan, daerah swatantra) untuk dipergunakan bagi pelaksanaan tugasnya masing – masing (Pasal 2 ayat (4))”.

Hak pengelolaan merupakan suatu hak atas tanah yang sama sekali tidak ada di dalam Undang – Undang Pokok Agraria, karena itu khusus hak ini demikian pula luasnya hak terdapat diluar ketentuan Undang – Undang Pokok Agraria,27 walaupun demikian adanya Hak Pengelolaan ini sebenarnya tidak terlepas dari ketentuan yang ada di dalam Undang – Undang Pokok Agraria.28Istilah hak pengelolaan ini untuk pertama kalinya disebut oleh Peraturan Menteri Agraria No. 9 Tahun 1965 yang mengatur tentang Pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah Negara Dan Ketentuan – Ketentuan Tentang Kebijakan Selanjutnya. Pasal 2 Peraturan Menteri Agraria No. 9 Tahun 1965 tersebut menyatakan :29

“Jika tanah negara sebagai dimaksud dalam Pasal 1, selain dipergunakan untuk kepentingan instansi – instansi itu sendiri, dimaksudkan juga untuk dapat diberikan dengan hak kepada pihak ketiga, maka hak penguasaan tersebut diatas dikonversi menjadi hak pengelolaan sebagai dimaksud dalam Pasal 5 dan 6, yang berlangsung selama tanah tersebut dipergunakan untuk keperluan itu oleh instansi yang bersangkutan.”

Dari ketentuan di atas berarti bahwa hak pengelolaan itu adalah konversi hak penguasaan atas tanah negara yang diberikan selain untuk dipergunakan sendiri, dimaksudkan juga untuk dapat diberikan suatu hak kepada pihak ketiga. Istilah hak pengelolaan disebut juga dalam Peraturan Menteri Agraria

27Prof. Dr. A. P. Parlindungan, SH, “Hak Pengelolaan Menurut Sistem UUPA” (Bandung : Mandar Maju, 1989) Hlm. 1

28 Marihot Pahala Siahaan, SE, “Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan, Teori &

Praktek”, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003) Hlm. 153

29Winahyu Erwiningsih, Op. Cit., Hlm. 64

(26)

No. 1 Tahun 1966 tentang Pendaftaran Hak Pakai dan Hak Pengelolaan, juga di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1972 pada Pasal 12, dan semakin dipertegas oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1973 yang dalam Pasal 1 disebutkan dengan jelas bahwa hak pengelolaan sebagai satu jenis di antara jenis – jenis hak atas tanah sebagaimana yang telah disebut dalam Pasal 12 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1972.

Akhirnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 istilah hak pengelolaan juga disebutkan. Meskipun akhirnya peraturan ini juga diganti dengan Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, akan tetapi istilah hak pengelolaan tidak lantas hilang begitu saja.30

2. Pengertian Pulau Kecil

Pengertian pulau kecil menurut UNCLOS (1982, Bab 121, Artikel VIII, paragraf I) adalah area lahan (daratan) yang terbentuk secara alami, dikelilingi oleh air yang berada di atas muka air pada pasang tinggi (tidak boleh tenggelam, jika air pasang tinggi).31 Defenisi pulau kecil dalam hal ini dapat dapat dipakai untuk membentuk suatu batasan pengertian pulau kecil, yaitu:32

a. Batasan fisik (menyangkut ukuran luas pulau);

30Ibid., Hlm. 64 -65

31http://karakteristik-wp2k-mimieltugas.blogspot.co.id/ (di akses pada tanggal 13 November 2017, pukul 14:46 WIB)

32http://cacatansikaconk.blogspot.co.id/2011/06/pengertian-pulau-pulau-kecil.html (di akses pada tanggal 13 November 2017, pada pukul 15:00 WIB)

(27)

b. Batasan ekologis (menyangkut perbandingan pesies endemik dan terisolasi); dan

c. Keunikan budaya

Kriteria tambahan yang dapat dipakai adalah derajat ketergantungan penduduk pokok. Apabila penduduk suatu pulau dalam memenuhi kebutuhan pokok hidupnya bergantung pada pulau lain atau pulau induknya maka disebutpulau kecil. Defenisi menurut Pedoman Umum Pengelolaan Pulau- pulau kecil yang Berkelanjutan dan Berbasis Masyarakat dan Keputusan Menteri Kelautan dan Peikanan Nomor 41 Tahun 2000 menyebutkan bahwa pulau-pulau kecil adalah kumpulan pulau-pulau kecil yang secara fungsional saling berinteraksi dari sisi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya secara individual maupun secaara sinergis dapat meningkatkan skala ekonomi dari pengelolaan sumber daya.

Batasan dan karakteristik pulau-pulau kecil adalah sebagai berikut:33 1. Pulau yang ukuran luasnya kurang atau sama dengan 10.000 km2

dengan jumlah penduduknya kurang atau sama dengan 200.000 orang;

2. Secara ekologis terpisah dari pulau induknya (main land island) memiliki batas fisik yang jelas dan terpencil dari

habitat pulau induk sehingga bersifat terisolsi;

3. Mempunyai sejumlah besar jenis endemik dan keanekaragaman yang tipikal dan bernilai tinggi;

33Hesty Irawan, Op Cit., Hlm. 7

(28)

4. Daerah tangkapan air (catchment area) relatif kecil sehingga sebagian besar aliran air permukaan dan sedimen masuk kelaut; dan

5. Dari segi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat pulau- pulaubersifat khas dibandingkan dengan pulau induknya.

3. Karakteristik dan batasan pulau-pulaukecil

Karakteristik adalah suatu fitur pembeda dari seseorang atau sesuatu.

Karakteristik didefenisikan sebagai kualitas atau sifat sesuatu yang khas atau mencolok dari sesorang ataupun sesuatu benda atau suatu hal.34 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakteristik diartikan sebagai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.35 Sedangkan istilah batasan berasal dari kata dasar “batas” yang ditambah akhiran –an sehingga membentuk kata batasan. Arti batas adalah garis (sisi) yang menjadi perhinggaan suatu bidang baik ruang, daerah dan lainnya. Batasan merupakan pemisah antara dua bidang, yang menjadi ketentuan untuk tidak boleh dilampaui.36 Batasan memiliki 2 arti, yaitu batasan adalah sebuah “homonim” karena arti – artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Batasan memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga batasan dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.37

34http://www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian-karakteristik-menurut-para-ahli/

(di akses pada tanggal 14 November 2017, pada pukul 14:19 WIB)

35https://kbbi.web.id/karakteristik (di akses pada tanggal 14 November 2017, pada pukul 14:25 WIB)

36http://kbbi.co.id/arti-kata/batas (di akses pada tanggal 15 November 2017, pukul 10:19 WIB)

37https://www.apaarti.com/batasan.html (di akses pada tanggal 15 November 2017, pukul 10:12 WIB)

(29)

Dalam halpengelolaan wilayah pulau-pulau kecil masalah penentuan batas – batas suatu wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, selalu menjadi masalah yang petama – tama harus terlebih dahulu ditentukan.38

F. Metode Penulisan

Penelitian pada umumnya bertujuan untuk menemukan kebenaran.

Soerjono Soekanto berpendapat bahwa penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis dengan mengadakan analisis dan konstruksi.39

Metode yang diterapkan di dalam suatu penelitian adalah kunci utama untuk menilai baik buruknya suatu penelitian. Metode ilmiah yang menetapkan alur kegiatan suatu penelitian mulai dari pemburuan data sampai ke penyimpulan suatu kebenaran yang diperoleh dalam penelitian tersebut.40Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Sifat dan jenis penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan dan memaparkan kembali secara detail serta melakukan analisis terhadapnya mengenai hukum yang berkaitan dengan pengelolaan atas pulau-pulau kecil di Indonesia. Sifat deskriptif analisis mengarah pada penelitian yuridis normatif, yaitu sesuatu

38Ibid., Hlm. 11

39Tampil Anshari Siregar,”Metodologi Penelitian Hukum”, (Medan : Pustaka Bangsa Perss, 2005) Hlm. 10

40Tampil Anshari Siregar, Op Cit., Hlm. 15

(30)

penelitian yang dilakukan pada peraturan yang tertulis dan bahan hukum yang lain.

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian hukum doktrinal, khususnya penelitian yang berupa inventarisasi hukum positif. Skripsi ini merupan hasil inventarisasi hukum positif yang berkaitan dengan pengelolaan atas pulau-pulau kecil di Indonesia yang kemudian dilakukan analisis terhadap berbagai hukum positif yang berkaitan.

2. Sumber data

Sumber data penelitian ini terdiri dari data primer, sekunder dan tersier.

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti, sedangkan data sekunder ialah data yang diperoleh dari dokumen resmi, buku – buku yang berhubungan dengan objek penelitian dan peraturan perundang – undangan.41 Data sekunder kemudian terbagi atas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.42

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoratif dan mengikat yang terdiri dari peraturan perundang – undangan, catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang – undangan dan putusan hakim.

Adapun bahan sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen resmi dan sifatnya tidak mengikat yang dapat berupa buku teks, jurnal hukum dan komentar – komentar atas putusan

41Zainuddin Ali,”Penelitian Hukum”, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009) Hlm. 106

42Bambang Sunggono, Op Cit., Hlm. 116-117

(31)

pengadilan.43Sedangkan bahan hukum tertier merupakan bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya kamus – kamus hukum, ensiklopedia, indeks kumulatif dan sebagainya.44

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri atas:

a. Bahan hukum primer, yaitu:

1. Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok – Pokok Agraria (UUPA);

3. Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan kedua atas Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;

4. Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

5. Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan pulau-pulau kecil;

6. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

43Peter Mahmud Marzuki, Op Cit., Hlm. 181

44Bambang Sunggono, Op Cit., Hlm. 117

(32)

7. Undang – Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 31Tahun 2004 Tentang Perikanan;

8. Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010 Tentang Pemanfaatan Pulau-pulau kecil Terluar;

11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 23/PERMEN-KP/2016 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- pulauKecil

b. Bahan hukum sekunder, yaitu berupa buku, jurnal, surat kabar, hasil seminar / pertemuan ilmiah lainnya, serta pendapat para sarjana.

c. Bahan hukum tertier, yaitu berupa kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ensiklopedia dan lainnya.

(33)

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data sekunder.

4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis normatif kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan di bahas dan hasilnya dituangkan dalam bentuk skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini dibagi atas 5 (lima) bab, yang setiap bab terdiri atas beberapa sub bab yang disesuaikan dengan isi dan maksud penulisan guna mencapai tujuan terjawabnya permasalahan dalam penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini dibuat dalam bentuk uraian, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian latar belakang pengangkatan judul dan mengapa penulis tertarik mengangkat judul penelitian tentang Pengelolaan Atas Pulau-pulau kecil Di Indonesia Menurut UU No.

1 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau –Pulau Kecil.

Selain latar belakang, bab ini juga mengandung rumusan masalah,

(34)

tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II PEMBANGUNAN WILAYAH PULAU-PULAUKECIL

Bab ini berisi uraian mengenai landasan hukum pembangunan pulau-pulau kecil, kewenangan negara dan hak – hak atas tanah dalam pembangunan pulau-pulau kecil.

BAB III PENGELOLAAN ATAS PULAU-PULAU KECIL MENURUT UU NO. 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN UU NO. 27 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAUKECIL

Bab ini berisi uraian mengenai izin pengelolaan, pemanfaatan pulau-pulau kecil serta hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan pulau-pulau kecil.

BAB IV PERAN DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN PULAU-PULAUKECIL

Bab ini berisi uraian mengenai pengelolaan terpadu, kewenangan pemeritah pusat dan pemerintah daerah serta sinkronisasi kewenangan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam pengelolaan pulau-pulau kecil.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran atas hal yang dibahas dan diuraikan dalam bab – bab sebelumnya sebagai hasil analisis penulisan dan permasalahan dalam skripsi ini.

(35)

BAB II

PEMBANGUNAN WILAYAH PULAU-PULAU KECIL

A. Landasan Hukum Pembangunan Pulau-Pulau Kecil 1. Peraturan perundang – udangan

a. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Dasar Pokok – Pokok Agraria

Di dalam UUPA diatur mengenai hak menguasai oleh negara atas bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.

Selain itu juga diatur tentang hak ulayat, hak – hak atas tanah dan hak atas air.

Hak atas tanah mencakup:45 - Hak milik;

- Hak guna usaha;

- Hak guna bangunan; dan - Hak pakai

Sementara itu, berkaitan dengan kelestarian pengelolaan sumber daya alam, UUPA disebutkan di Pasal 15 bahwa:46

“Memelihara tanah, termasuk menambah kesuburannya serta mencegah kerusakannya adalah kewajiban tiap – tiap orang, badan hukum, atau instansi yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah itu, dengan memperhatikan pihak yang ekonominya lemah”.

45Hesty Irawan, Op Cit., Hlm. 39

46Pasal 15 Undang – Undang Nomor 5 Tahun1960 tentang Ketentuan Dasar Pokok – Pokok Agraria

(36)

b. Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulauKecil

Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau keciladalah suatu pengoordinasian perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah, antarsektor, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.47Tujuan dilaksanakannya pengelolaan wilayah pesisir dan pulau- pulau kecilterdapat pada Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan pulau-pulau kecilyaitu48 untuk melindungi, mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan dan memperkaya sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecilserta sistem ekologisnya secara berkelanjutan. Konservasi yang dimaksud dalam undang–undang ini adalah upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau- pulau kecilserta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecildengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.49 Sedangkan rehabilitasi sumber daya pesisir dan pulau-pulau keciladalah

47Pasal 1 ayat (1) Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil

48Pasal 4 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil

49Pasal 1 angka 19 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil

(37)

proses pemulihan dan perbaikan kondisi ekosistem atau populasi yang telah rusak walaupun hasilnya berbeda dari kondisi semula.50

Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang selanjutnya ialah untuk menciptakan keharmonisan dan sinergi antara pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil. Pemerintah pusat selanjutnya disebut pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksuddalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.51 Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.52 Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas – luasnya dalam sistem dan prinsip Negara KesatuanRepublik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.53

50Pasal 1 angka 22 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil

51Pasal 1 angka 40 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil

52Pasal 1 angka 41 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil

53Pasal 1 angka 42 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil

(38)

Membangun sinergi dan saling memperkuat antar lembaga pemerintah baik di pusat maupun di daerah yang terkait dengan pengelolaan wilayah pesisir sehingga tercipta kerja sama antarlembaga yang harmonis dan mencegah serta memperkecil konflik pemanfaatan dan konflik kewenangan antarkegiatan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. 54

Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang ketiga ialah memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiatif masyarakat dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau –pulau kecil agar tercapai keadilan, keseimbangan dan berkelanjutan. Dan tujuan yang terakhir yaitu meningkatkan nilai sosial, ekonomi dan budaya masyarakat melalui peran serta masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil.

Pada Pasal 3 Undang – Undang 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan pulau-pulau kecildisebutkan bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecilberasaskan:55

a. Keberlanjutan

Azas ini diterapkan agar pemanfaatan sumber daya tidak melebihi kemampuan regenerasi sumber daya hayati atau laju inovasi substitusi sumber daya hayati non-hayati pesisir.

Seturut dengan hal tersebut, pemanfaatan sumber daya pesisir saat ini tidak boleh mengorbankan (kualitas dan kuantitas)

54Penjelasan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil

55Pasal 3 Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil

(39)

kebutuhan generasi yang akan datang atas sumber daya pesisir dan pemanfaatan sumber daya yang belum diketahui dampaknya harus dilakukan secara hati – hati dan didukung oleh penelitian ilmiah yang memadai.

b. Konsistensi

Asas konsistensi merupakan konsistensi dari berbagai instansi dan lapisan pemerintahan, dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan untuk melaksanakan progran pengelolaan wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil yang telah diakreditasi

c. Keterpaduan

Azas keterpaduan dikembangkan dengan mengintegrasikan kebijakan dengan perencanaan berbagai sektor pemerintahan secara horizontal dan secara vertikal antara pemerintah dan pemerintah daerah. Mengintegrasikan ekosistem darat dengan ekosistem laut berdasarkan masukan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membantu proses pengambilan putusan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

d. Kepastian hukum

Asas kepastian hukum diperlukan untuk menjamin kepastian hukum yang mengatur pengelolaan sumber daya pesisir dan

(40)

pulau-pulau kecil secara jelas dan dapat dimengerti dan ditaati oleh semua pemangku kepentingan, serta keputusan yang dibuat berdasarkan mekanisme atau cara yang dapat dipertanggungjawabkan dan tidak memarjinalkan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil.

e. Kemitraan

Asas ini merupakan kesepakatan kerja sama antarpihak yang berkepentingan berkaitan dengan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

f. Pemerataan

Asas pemerataan ditujukan pada manfaat ekonomi sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang dapat dinikmati oleh sebagian besar anggota masyarakat,

g. Peran serta masyarakat

Asas ini dimaksudkan agar masyarakat pesisir dan pulau - pulau kecil mempunyai peran dalam perencanaan, pelaksanaan, sampai tahap pengawasan dan pengendalian. Sehingga dapat diperoleh informasi yang terbuka untuk mengetahui kebijaksanaan pemerintah dan mempunyai akses yang cukup untuk memanfaatkan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang dapat menjamin adanya representasi suara masyarakat dalam keputusan tersebut. Dalam halini masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya tersebut secara adil.

(41)

h. Keterbukaan

Asas keterbukaan dimaksudkan adanya keterbukaan bagi masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecildari tahap perencanaan, pemanfaatan, pengendalian sampai tahap pengawasan dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara.

i. Desentralisasi

Asas desentralisasi merupakan penyerahan wewenang pemerintah dari pemerintah kepada pemerintah daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan di bidang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

j. Akuntabilitas

Asas akuntabilitas dimaksudkan bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecildilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.

k. Keadilan

Asas keadilan merupakan asas yang berpegang pada kebenaran, tidak berat sebelah, tidak memihak, dan tidak sewenang – wenang dalam pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau- pulau kecil.

(42)

Berdasarkan Pasal 5 Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan pulau-pulau kecildisebutkan bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecilmeliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan sumber daya pesisir dan pulau- pulau kecilserta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam melakukan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecilsebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan dengan cara mengintegrasikan kegiatan:56

1. antara pemerintah dan pemerintah daerah;

2. antarpemerintah daerah;

3. antarsektor

4. antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat;

5. antara ekosistem darat dan ekosistem laut; dan

6. antara ilmu pengetahuan dan prinsip – prinsip manajemen.

c. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Kelautan merupakan hal yang berhubungan dengan laut dan/atau kegiatan di wilayah laut yang meliputi dasar laut dan tanah dibawahnya, kolom air dan permukaan laut, termasuk wilayah pesisir dan pulau - pulau kecil. Dalam undang – undang ini disebutkan bahwa pulau adalah wilayah

56Pasal 6 Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil

(43)

daratan yang terbentuk secara alamiah yang dikelilingi air dan berada di atas permukaan air pada waktu air pasang.57

Potensi sumber daya alam di wilayah laut mengandung sumber daya hayati ataupun non-hayati yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup masyarakat. Potensi tersebut dapat diperoleh dari dasar laut dan tanah dibawahnya, kolom air dan permukaan laut, termasuk wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. 58

Dalam undang – undang ini, sumber daya pulau-pulau kecil merupakan perwujudan dari pemanfaatan sumber daya kelautan yang mana pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. Pengelolaan tersebut bertujuan untuk sebesar – besarnya demi kemakmuran rakyat melalui pemanfaatan dan pengusahaan sumber daya kelautan. Hal ini diatur dalam Pasal 14 Undang – Undang Kelautan.59

d. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan Pulau- pulau kecil Terluar

Peraturan pemerintah ini merupakan amanat dari Pasal 27 ayat (2) Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan pulau-pulau kecil yang menjadi payung hukum dalam pemanfaatan pulau-pulau kecil terluar yang lebih terarah dan optimal.60

57Pasal 1 angka 2 dan 3 Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

58Ibid.,

59Ibid.,

60Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan Pulau – Pulau Kecil Terluar

(44)

Pasal 5 ayat (1) Peraturan ini menyebutkan pemanfaatan pulau- pulau kecil terluar, yaitu :

a. Pertahanan dan keamanan

Pemanfaatan pulau- pulau kecil terluar untuk pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a ialah untuk akselerasi proses penyelesaian batas wilayahnegara di laut, penempatan pos pertahanan, pos keamanan dan/atau pos lain, penempatan aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan/atau Kepolisian Negara Republik Indonesia, penempatan bangunan simbol negara dan/atau tanda batas negara, penempatan sarana bantu navigasi pelayaran serta pengembangan potensi maritim lainnya.

Dalam Pasal 12 peraturan ini, pemerintah berwenang untuk menetapkan rencana strategis pertahanan dan keamanan, mengadakan perundingan dengan negara lainmengenai penetapan batas wilayah negara, menetapkan titik referensi dan koordinat geografis titik dasar, membangun dan memelihara tanda titik referensi, menyusun rencana pengelolaan pulau- pulau kecil terluar, melakukan pendataan dan pemberian nama pulau-pulau kecil terluar, dan menjaga keutuhan, kedaulatan, dan keamanan wilayah negara, serta kawasan perbatasan.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penyebab anggota Kepolisian Resort Jombang melakukan pelanggaran disiplin anggota kepolisian disebabkan oleh berbagai hal, yaitu: terpengaruh ajakan dari

Kesulitan yang disebabkan oleh guru, misalnya: guru tidak mampu memilih atau menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan pokok bahasan dan kedalaman materinya;

asset pricing terbukti lebih baik jika dibandingkan model

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pengembangan kompetensi guru produktif dalam meningkatkan sikap kewirausahaan siswa melalui MGMP, (2) Pelaksanaan

Dalam penelitian ini dilakukan seleksi penerimaan calon manajer menggunakan metode Fuzzy TOPSIS sehingga diperoleh alternatif A9 sebagai alternatif terbaik

Kategori jawaban responden untuk variabel iklim keselamatan diketahui sebagian besar berada pada kategori tinggi sebanyak 17 responden (85,0%), kategori sedang sebanyak

Berdasarkan hasil penelitian tahap pertama dapat disimpulkan bahwa teknik pengairan sebagian daerah akar meningkatkan kandungan ABA daun dan tidak dapat meningkatkan kualitas

atas rahman dan rahim-Nya sehingga Panduan Bantuan Program Peningkatan Mutu Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (DIKTIS) Direktorat