• Tidak ada hasil yang ditemukan

ESTETIKA DAN MAKNA MAHKOTA BINOKASIH SANGHYANG PAKE SUMEDANG LARANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ESTETIKA DAN MAKNA MAHKOTA BINOKASIH SANGHYANG PAKE SUMEDANG LARANG."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu v

DAFTAR ISI D. Signifikansi Manfaat Penelitian ... E. Penjelasan Istilah ... RAGAM HIAS PRA MODERN DI INDONESIA ... 9

A. Seni dan Kebudayaan Sunda ...

B. Konsep Estetika dalam Seni Rupa ...

C. Konsep Makna Simbolik ...

D. Konsep Ornamen Dalam Seni Rupa ...

E. Konsep Kesenian Logam Indonesia ...

(2)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...

A. Metode Penelitian ...

B. Teknik Pengumpulan Data ...

C. Sumber Data ...

D. Teknik Analisis Data ...

E. Langkah-langkah Penelitian ...

BAB IV ESTETIKA DAN MAKNA MAHKOTA BINOKASIH

SANGHYANG PAKE SUMEDANG LARANG ...

A. Gambaran Umum Mahkota Binokasih Sanghyang Pake ...

B. Bentuk Mahkota Binokasih Sanghyang Pake ...

C. Fungsi Ornamen Mahkota Binokasih Sanghyang Pake di Museum

Prabu Geusan Ulun Kabupaten Sumedang ...

D. Makna Simbolis Mahkota Binokasih Sanghyang Pake di Museum

Prabu Geusan Ulun Kabupaten Sumedang ... 70

70

86

117

124

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 135

A. SIMPULAN ... 135

B. REKOMENDASI ... 136

DAFTAR PUSTAKA

(3)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu vii

DAFTAR GAMBAR

2.1 Mustika Yang Dipasang di Atap Bangunan BerfungsiSebagai

Ragam Hias Struktural ... 25

2.2 Tumpal Yang Diberi Hiasan Pada Kain Songket Jambi ... 25

2.3 Ragam Hias Pilin... 26

2.4 Ragam Hias Meander... 26

2.5 Ragam Hias Pinggiran dan Swastika ... 26

2.6 Ragam Hias Tumbuhan Yang Masih Naturalis ... 28

2.7 Penyederhanaan Bentuk Tumbuhan ... 28

2.8 Penyederhanaan Bentuk Tumbuhan ... 29

2.9 Objek Bunga Yang Kebanyakan BerupaBunga Melati, Seruni, Cempaka Mulya, dan Teratai ... 31

2.10 Detil Bentuk Daun Yang Bisa Digunakan Dalam Ukiran Kayu Atau Logam ... 31

2.11 Stilasi Bunga Truntum, Teratai Cina (Sumbar), dan Cempaka Sebagai Pola Dasar Ragam Hias Tumbuhan ... 32

2.12 Perbandingan Ragam HiasNaga di Cina Dengan Naga di Hindu (Indonesia) ... 34

2.13 Benda Hias Regalia Yang Terbuat Dari Logam ... 38

2.14 Relief Candi Yang Menggambarkan Para Pandai Besi ... 40

(4)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu viii

2.16 Mahkota Binokasih Sanghyang Pake dan Siger Pengantin

Kebesaran Sumedang... 46

2.17 Mahkota Prabu Kresna dan Siger Suri Pengantin Keprabonan ... 47

2.18 Mahkota Ibu Padi Pada Upacara Mapag Sri yang Terbuat Dari Kuningan. Dari Kiri; Mahkota Raja, Ratu, dan Patih ... 49

2.19 Contoh Model Wayang Golek Yang Menggunakan Mahkota Binokasri. Dari Kiri; Arimba, Baladewa, Arimbi, Kresna, dan Rama ... 50

2.20 Contoh Model Hiasan Kepala Pada Wayang Golek Purwa ... 51

2.21 Ornamen Mahkota Binokasri Pada Wayang Golek Purwa ... 52

2.22 Ornamen Mahkota Binokasri Pada Wayang Kulit Purwa ... 53

2.23 Ornamen Pada Topong Kethu/Kuluk Binokasri Wayang Kulit Purwa ... 53

2.24 Ornamen Pada KethuWayang Kulit Purwa ... 54

2.25 Kethu Dewa ... 54

2.26 Garudha Mungkur... 55

2.27 Garudha Mungkur... 56

2.28 Ornamen Utah-Utahan Pada Garudha Mungkur ... 56

2.29 Sumping Mangkoro Sategal dan Sumping Gajah Ngoling Gaya Yogyakarta ... 57

3.1 Wawancara dengan Pemandu Museum di Dalam Gedung Pusaka 63

(5)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ix

4.1 Gedung Srimanganti ... 71

4.2 Gedung Bumi Kaler ... 72

4.3 Gedung Gamelan ... 73

4.4 Kereta Naga Paksi ... 74

4.5 Suasana di Dalam Gedung Pustaka. Tampak Pajangan mahkota Binokasih Sanghyang Pake dan Siger Beserta aksesorisnya ... 75 4.6 Mahkota Binokasih Sanghyang Pake, Siger Beserta Kelengkapannya Sebagai Busana Pengantin ... 80

4.7 Mahkota Binokasih Sanghyang Pake beserta Kelengkapannya ... 81

4.8 Dari Kiri; Mahkota Binokasih Sanghyang Pake Beserta Duplikat dan Triplikatnya ... 85

4.9 Model Mahkota Binokasih Mirip Dengan Mahkota Binokasri Pada Wayang Golek Purwa ... 87

4.10 Mahkota Binokasih Sanghyang Pake dari Arah Depan ... 88

4.11 Mahkota Binokasih Sanghyang Pake dari Arah Depan ... 89

4.12 Mahkota Binokasih Sanghyang Pake Dari Berbagai Belakang ... 90

4.13 Bagian-bagian Pada Mahkota Binokasih Sanghyang Pake ... 93

4.14 Kuluk ... 99

4.15 Bagian Pinggir Kuluk Pada Mahkota Dihiasi Suluran ... 100

4.16 Bagian Atas Kuluk(Nyakmat) / Duplikat Ke-3 ... 101

4.17 Jamang Terletak Di bagian Depan Mahkota ... 102

(6)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu x

4.19 Posisi Susun Tiga Pada Mahkota Binokasih Sanghyang Pake ... 104

4.20 Posisi Susun Tiga Pada Mahkota Binokasih Sanghyang Pake ... 105

4.21 Daun Bersusun Tiga Yang Terletak Di Atas Jamang ... 106

4.22 Garuda Mungkur ... 108

4.23 Garuda Mungkur Mahkota Binokasih Sanghyang Pake ... 109

4.24 Sumping Prabu Ngayuh Pada Mahkota Binokasih Sanghyang Pake ... 110

4.25 Gambar Hiasan isi Isi Pada Sumping Prabu Ngayuh ... 111

4.26 Motif Hias Bunga Teratai dan Seruni ... 112

4.27 Pataka Berbentuk Teratai. Bagian Teratai Yang Terdapat Pada Puncak Kuluk Dibuat Dengan Teknik Hias Kerawangan ... 113

4.28 Bentuk Ron Terdiri Dari Tiga Susun Bentuk Bunga Pada Bagian Lengkung Terdapat Stilasi Bunga Yang Disusun Menyerupai Tumpal ... 114

4.29 Lebah yang berjumlah lima buah dipasang di samping (kanan dan kiri) mahkota ... 115

4.30 Rarawis Siki Bonteng ... 116

(7)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xi

DAFTAR TABEL

4.1 Nama, posisi, dan bentuk Ornamen Mahkota Binokasih

Sanghyang Pake ... 94

4.2 Nama dan Fungsi Ornamen Mahkota Binokasih Sanghyang Pake 118

4.3 Nama dan Makna Simbolis Ornamen Mahkota Binokasih

(8)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam serta

khazanah budayanya. Kekayaan alam tersebut dimanfaatkan manusia untuk

menunjang kehidupannya.Artefak-artefak seperti bangunan, benda regalia,

lukisan, dan perhiasan menjadi bukti nyata bahwa seni budaya Nusantara di masa

lalu sudah cukup berkembang.

Salah satu artefak senimasa lalu itu adalah tutup kepala. Tutup maupun

perhiasan kepala merupakan perlengkapan pakaian atau tata busana,oleh karena

itu perkembangannyapun sejalan dengan pengenalan manusia dalam hal pakaian.

Seiring dengan fungsi pakaian, pada mulanya tutup kepala dikenakan untuk

melindungi kepala dari sengatan matahari atau guyuran air hujan. Kebiasaan

memakai tutup dan hiasan kepala seperti itutelah berlangsung sejak lama. Pada

masa lalu orang memanfaatkan tumbuhan yang tumbuh di sekitarnya sebagai

tutup kepala. Meningkatnya pengetahuan manusia menumbuhkan pola hidup yang

berbudaya dan beradab. Penggunaan pakaian bukan semata-mata untuk memenuhi

kebutuhan praktis tetapi terdorong juga oleh kebutuhan lain seperti budaya

pandangan hidup, adat istiadat masyarakat setempat,dan selera pemakainya.

Pemakaian tutup kepala diselaraskan dengan kebutuhan-kebutuhan tersebut,

sehingga melahirkan keanekaragaman bentuk, teknik, dan bahan. Adapun tentang

tutup hiasan kepala dikenakan sehubungan dengan munculnya tokoh-tokoh yang

(9)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

diagungkan dalam masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat ditandai dengan

pembedaan bentuk tutup kepala.

Penguasaan teknologi menghasilkan berbagai bentuk tutup kepala. Tutup

kepala tersebut ada yang terbuat dari teknik tenun kain, anyaman bambu, bahkan

sampai pada teknik pengolahan logam seperti emas dan perak.Penggunaan tutup

kepala yang berkaitan dengan nilai adat istiadat atau pandangan hidup selalu

memiliki arti dan nilai simbolik. Arti dan nilai simbolik dalam tata busana

berhubungan dengan hadirnya sistem pranata sosial serta

kepercayaan-kepercayaan dalam masyarakat setempat. Dalam sejarahnya, tutup kepala

berkembang dari masa ke masa dengan munculnya periode Hindu-Budha, Islam,

dan masa pemerintahan kolonial. Pada masa-masa itu lahir bentuk tutup kepala

yang bisa membedakan kedudukan sosial seseorang. Selain bentuknya, beberapa

perbedaaan bisa dilihat dari ragam hias yang menyertainya.

Di Museum Prabu Geusan Ulun Sumedangterdapat tutup hiasan kepala

seperti Mahkota Binokasih Sanghyang Pake. Mahkota ini termasuk ke dalam

model tutup kepala yang dipengaruhi kesenian masa Hindu-Budha. Mahkota ini

termasuk koleksi unggulan museum dan konon merupakan peninggalan dari

Kerajaan Sunda di Pajajaran.

Tesis ini pada dasarnya merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya

yang disusun dalam bentuk skripsi. Sebagai salah satu benda pusaka bersejarah

bagi Jawa Barat,Mahkota Binokasih Sanghyang Pakemasih cukup menarik untuk

dijadikan objekpenelitian. Dalam penelitian kali iniakandiperdalam pada

(10)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Binokasih Sanghyang Pake.Penelitian ini bertujuan untuk memperkaya

referensimahkota Binokasih Sanghyang Pake.Sejauh ini catatan literatur tentang

mahkota Binokasih Sanghyang Pake yang ada di perpustakaan museum Prabu

Geusan Ulun dinilai masih sangat kurang dan perlu pengembangan. Catatan

tentang sejarah mahkota Binokasih dalam tesis ini sedikit dipaparkan untuk

mendukung pembahasan mengenai estetika dan makna mahkota Binokasih

Sanghyang Pake.

Penulis berharap penelitian ini bisa mengajak masyarakat untuk ikut serta

mencintai dan melestarikan warisan budaya lokal, baik dengan cara mempelajari

sejarahnya ataupun mengenali benda-benda peninggalannya lewat kunjungan ke

Museum atau tempat lain yang dianggap sebagai situs bersejarah.

B. Fokus Penelitian

Kaitan antara keanekaragaman bentuk, bahan, dan hiasan pada mahkota

dengan kehidupan masyarakat pada masa lalu cukup menarik ditelusuri.Sebagai

bentuk dari karya seni yang bernilai tinggi, bentuk ornamen mahkota tampil

dengan indah serta mencerminkan pola-pola kebudayaan masyarakatnya yang

bernilai filosofis.Oleh karena itu, fokus penelitian ini akan lebih diarahkan untuk

menganalisis mengenai ragam ornamen dan makna simbolis mahkota tersebut.

Penulis akan menguraikan tiap permasalahan tersebut berdasarkan data-data

relevan sesuai dengan yang didapatkan di lapangan.

Berdasarkan pandangan diatas maka penulis akan berusaha mencari

(11)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Ornamen apa saja yang terdapat pada Mahkota Binokasih Sanghyang Pake

Sumedang?

2. Apa fungsi bagian-bagian ornamen yang terdapat pada Mahkota Binokasih

Sanghyang Pake Sumedang?

3. Makna-makna simbolis apayang terkandung dalam ornamen Mahkota

Binokasih Sanghyang Pake Sumedang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan di atas, tujuan yang ingin

dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan jenisornamen yang terdapat pada Mahkota Binokasih

Sanghyang Pake di Museum Prabu Geusan Ulun Kabupaten Sumedang.

2. Menganalisis fungsi-fungsi ornamen Mahkota Binokasih Sanghyang Pakedi

Museum Prabu Geusan Ulun Kabupaten Sumedang.

3. Menemukanmakna simbolik yang terkandung dalam ornamen Mahkota

Binokasih Sanghyang Pake di Museum Prabu Geusan Ulun Kabupaten

Sumedang.

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan seni. Secara praktis hasil penelitian ini

(12)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(Pemerintah) dalam menentukan kebijakan-kebijakan pembangunan, terutama

pariwisata, budaya, dan pendidikan, khususnya pendidikan kesenian.

Adapun uraian manfaat tersebut antara lain:

1. Bagi penulis; Dengan diadakannya penelitian ini penulis mendapatkan

pengalaman, wawasan, dan pengetahuan tentang nilai estetis dari mahkota

Binokasih Sanghyang Pake.

2. Bagi Pemerintah Daerah; Sebagai tambahan referensi tentang potensi budaya

lokal yang berada di Kabupaten Sumedang yang kini mencanangkan visi

sebagai kota Puseur Budaya Sunda.

4. Bagi Program Studi Pendidikan Seni; Sebagai tambahan referensi untuk

perkembangan ilmu pengetahuan di Program Studi Pendidikan Seni, Sekolah

Pascasarjana UPI.

5. Bagi Masyarakat; Dapat menjadi rujukan tentang pembelajaran apresiasi

sejarah dan seni budaya lokal.

E. Penjelasan Istilah

Beberapa istilah khusus yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini adalah:

1. Mahkota

Mahkota merupakan bentuktutupkepala yang dikenakanolehraja,

ratuataudewa. Bagi yang memakainya,

secaratradisionalmahkotamerupakanlambangbagikekuasaan,legitimasi, keabadian,

(13)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bahasa Indonesia istilah mahkota diartikan sebagai

hiasankepalaatausongkokkebesaranbagi raja atauratu.

2. Estetika

Estetikaadalahsalahsatucabangfilsafat.Secarasederhana, estetikaadalahilmu

yang membahaskeindahan, bagaimanaiabisaterbentuk,

danbagaimanaseseorangbisamerasakannya.

Pembahasanlebihlanjutmengenaiestetikaadalahsebuahfilosofi yang

mempelajarinilai-nilaisensoris, yang

kadangdianggapsebagaipenilaianterhadapsentimendan

rasa.Estetikamerupakancabang yang sangatdekatdenganfilosofiseni.

3. Ornamen

Ornamen merupakan salahsatukaryasenidekoratif yang

biasanyadimanfaatkanuntukmenambahkeindahansuatubendaatauproduk,

ataumerupakansuatukaryasenidekoratif (senimurni) yang berdirisendiri,

tanpaterkaitdenganbenda/produkfungsionalsebagaitempatnya.

4. Makna Simbol

Istilah simbol berasal dari bahasa Yunani symbolon yang artinya sebuah

tanda yang dengannya orang bisa mengetahui atau menyimpulkan sesuatu. Simbol

merupakan sebuah tanda luar yang mewakili sebuah makna tersembunyi atau ide

abstrak. Makna simbol adalah sesuatu (biasanya sebuah tanda yang bisa dilihat)

yang mewakili sebuah gagasan atau objek.

(14)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Binokasihmerupakan istilah pada nama sebuah mahkota yang terdapat di

Museum Prabu Geusan Ulun Kabupaten Sumedang. Mahkota Binokasih dulu

disebut dengan nama mahkota Binokasri. Dilihat dari susunan katanya Binokasih

terdiri dari dua kata yaitu Bino dan Kasih.

ArtidarinamaBinokasihadalahmembinakehidupanrumahtangga agar lebihbaik.

6. Sanghyang Pake

Sanghyang Pake merupakan sebutan bagi mahkota Binokasih yang terdapat

di Museum Prabu Geusan Ulun Kabupaten Sumedang. Istilah Sanghyang Pake

bermaknabahwamahkotainimerupakantutupkepala yang

dipake/dipakaiolehseseorang yang dimuliakan.

F. Sistematika Penulisan

Tesis ini disusun dalam lima bab. Tiap-tiap bab merupakan satuan bahasan

yang sistematis. Adapun garis besarnya sebagai berikut:

1. Bab Pendahuluan

Di dalam bab ini akan duraikan berbagai pokok pikiran, yaitu tentanglatar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi dan manfaat

penelitian, penjelasan istilah, metode penelitian, lokasi penelitian, dan sistematika

penulisan.

2. Bab Landasan Teori

Di dalam bab ini akan diuraikan berbagai teori dasar yang nantinya akan

menjadi landasan dalam penganalisiaan data. Teori tersebut dikutip dari

(15)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

filosofis, kebudayaan logam, macam perhiasan badan, serta tinjauan tentang

permuseuman.

3. Bab Metodologi Penelitian

Di dalam bab ini akan diuraikan lebih rinci tentang metode penelitian yang

secara garis besar telah di sajikan dalam bab 1. Bahasan mengenai metode

penelitian memuat beberapa komponen, yaitu metode penelitian yang digunakan,

objek penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

4. BabHasil Penelitian dan Pembahasan

Di bab ini akan diuraikan tentang analisis nilai estetis dan makna

simbolikornamen mahkota Binokasih Sanghyang Pake berdasarkan data-data

relevan yang didapatkan selama melakukan pengamatan.

5. BabKesimpulan dan Rekomendasi

Dalam bab terakhir ini akan diuraikan simpulan dan rekomendasi dari hasil

(16)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam sebuah proses penelitian ada hal penting yang harus diperhatikan,

yaitu mengenai teknik dan metode penelitiannya. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini disesuaikan dengan kajian

penelitian yang banyak memerlukan data berupa kata atau lisan, dokumen, dan

foto dari objek mahkota Binokasih Sanghyang Pake, dalam penyajiannya banyak

menggunakan kutipan baik dari hasil observasi, wawancara, maupun

dokumen-dokumen yang relevan. Pada tahap akhir, kemudian data tersebut dianalisis atau

dibahas menurut rumusan masalah.

Untuk memudahkan dalam menganalis kajian estetik mahkota Binokasih

Sanghyang Pake, maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan

kualitatif ini berfungsi untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai

Mahkota Binokasih Sanghyang Pake di Museum Prabu Geusan Ulun Kabupaten

Sumedang.

Dalam penelitian kualitatif ini data yang dikumpulkan berupa foto, gambar,

buku, tulisan, dan rekaman dari hasil wawancara. Keseluruhan data yang

diperoleh diolah dan disajikan dalam bentuk uraian naratif bukan dalam bentuk

statistik.

(17)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Teknik Pengumpulan Data

Bagian penting lain dari proses penelitian adalah teknik pengumpulan data.

Dengan terkumpulnya data, peneliti bisa dengan mudah mengkaji ornamen dan

makna simbolik yang terkandung dalam mahkota Binokasih Sanghyang Pake.

Mengumpulkan data merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah karena

membutuhkan waktu yang relatif lama. Proses pengumpulan data ini harus

dilakukan secara serius agar data sesuai dengan hasil yang akan diteliti.

Melihat pentingnya fungsi dari teknik pengumpulan data, maka tahapan

yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Observasi

Teknik observasi merupakan teknik yang sangat dibutuhkan dalam

penelitian ini karena peneliti bisa mendapatkan data-data secara utuh, langsung,

dan dapat dipercaya (valid). Hal ini senada dengan penjelasan Dhohiri (2001:120) bahwa “observasi merupakan suatu aktivitas penelitian dalam rangka

mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian melalui proses pengamatan langsung di lapangan”.

Observasi/pengamatan langsung dalam penelitian ini dilakukan di Museum

Prabu Geusan Ulun-Yayasan Pangeran Sumedang yang terletak di Jl. Pangeran

Geusan Ulun atau sebelah sisi selatan alun-alun Sumedang. Lembaga ini selain

merupakan tempat disimpannya Mahkota Binokasih Sanghyang Pake, juga

sebagai tempat yang menyimpan arsip-arsip mengenai mahkota Binokasih

Sanghyang Pake tersebut. Di tempat ini peneliti bisa mendapatkan sejumlah data

(18)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang diperoleh dari buku-buku dan artikel yang sudah tersedia di perpustakaan

Museum. Dengan observasi langsung ke lapangan, peneliti bisa diizinkan

memotret dan membuat sketsa mahkota Binokasih Sanghyang Pake.

2. Wawancara

Pengumpulan data dapat juga dilakukan melalui teknik wawancara atau

interview. Dhohiri (2001:121) menjelaskan bahwa “pada dasarnya wawancara

dalam penelitian merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh informasi atau

data dengan cara bertanya langsung kepada responden atau sumber/pemberi informasi (informan)”.

Responden dalam penelitian ini meliputi pihak-pihak yang dinilai dapat

memberikan informasi yang valid mengenai mahkota. Responden yang terpilih

untuk mendapatkan informasi tentang mahkota Binokasih Sanghyang Pake

diantaranya adalah pihak dari Museum Prabu Geusan Ulun yang sudah pasti

mengetahui tentang riwayat mahkota Binokasih. Responden tersebut diantaranya

adalah Bu Ani (Bagian Perpustakaan Museum), dan Pak Abdul Syukur (Pemandu

Museum). Untuk melancarkan proses wawancara tersebut, pedoman wawancara

yang disusun peneliti hanya berupa poin-poin penting yang akan ditanyakan,

namun pertanyaan itu akan berkembang apabila ada beberapa hal penting lain

yang perlu digali informasinya. Wawancara yang dilakukan peneliti yaitu

wawancara terbuka yang lebih mirip dengan percakapan informal.

Responden yang lainnya adalah Pak Asep (Juru Golek gaya Cibiruan) yang

(19)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dari beliau adalah perihal ornamen yang terkandung dalam mahkota Binokasri

pada wayang golek purwa. Dalam hal ini, peneliti mencoba mengkomparasikan

data-data mahkota di museum dengan penjelasan dari pakar perajin wayang

golek.

Tahapan wawancara dalam penelitian ini baru dapat dilaksanakan setelah

hal-hal pendukung sudah dipersiapkan. Beberapa hal tersebut seperti responden

pengganti jika responden utama yang telah ditetapkan sebelumnya ada yang tidak

bisa ditemui, pedoman wawancara (interview guide) sudah disusun dengan baik,

dan penyusunan jadwal kerja harian dilapangan.

Dalam pelaksanaan wawancara ini, peneliti harus mampu menggali lebih

dalam sejumlah informasi yang diberikan oleh responden, serta dapat

membimbing responden agar mau memberikan keterangan yang baik, benar, dan

jelas.

Ada beberapa hal yang dilakukan peneliti sebelum memulai wawancara,

yaitu:

a. Menerangkan tujuan dan kegunaan dari penelitian

b. Menjelaskan mengapa responden terpilih untuk diwawancarai

c. Menjelaskan institusi atau badan apa yang melaksanakan penelitian, dan

d. Meyakinkan kepada responden bahwa hasil penelitian ini bermanfaat sebagai

(20)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 3.1

Wawancara dengan Pemandu Museum di Dalam Gedung Pusaka. Sumber: Koleksi pribadi

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi sering disebut juga studi kepustakan karena di

dalamnya mencakup kegiatan penelusuran dan penelaahan literatur. Kegiatan ini

sangat penting dalam penelitian, karena dapat digunakan untuk mencari data yang

akan mendukung penelitian. Dhohiri (2001:118) menjelaskan bahwa “dengan

teknik ini peneliti dapat belajar lebih sistematis dan analitis dalam melakukan penelitian”. Pada dasarnya teknik ini merupakan suatu cara memperoleh informasi

dengan cara penggunaan bahan-bahan dokumentasi seperti referensi buku,

gambar, dan foto-foto yang terkait dengan aspek yang diteliti.

Sebagian dokumen yang diperoleh peneliti dalam peneltian ini berasal dari

Museum Prabu Geusan Ulun. Bahan-bahan dokumentasi tersebut di antaranya

(21)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

riwayat Mahkota Binokasih Sanghyang Pake dan foto-foto mahkota Binokasih

Sanghyang Pake. Dokumentasi foto sebagian diperoleh dari perpustakaan dan

sebagian lagi merupakan hasil pemotretan sendiri. Sketsa mahkota juga

merupakan bagian dokumen yang penting, karena bisa membantu peneliti dalam

proses pengamatan.

Pada proses pemotretan, peneliti merasa kurang leluasa karena objek

mahkota yang diteliti berada di dalam etalase kaca yang dipatenkan (jarang

dibuka lagi), sementara itu objek mahkota disimpan terlalu tinggi sehingga detil

bagian atas mahkota tidak bisa dipotret dengan baik.

Sketsa dari mahkota Binokasih Sanghyang Pake dibuat langsung oleh

peneliti dengan melihat foto digital tersebut di komputer. Lewat bantuan

komputer peneliti bisa menganalisis foto hasil observasi dari Museum Prabu

Geusan Ulun-YPS dengan cukup leluasa. Foto-foto ornamen yang didapatkan

peneliti sebagian besar diolah lagi dengan bantuan komputer (Program Adobe

Photoshop® CS3). Pengolahan foto lewat komputer ini bertujuan untuk

memperjelas bagian foto yang dianggap kurang detail.

Meskipun menggunakan pengolahan dalam komputer, namun masih

terdapat sebagian foto yang masih sulit untuk diperjelas, khususnya tentang fokus

ornamen yang kurang terlihat detail. Sehingga pada proses pembuatan sketsa,

peneliti hanya menggambarkan kesan-kesannya saja (Impress). Hal ini terjadi

(22)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dokumen historis merupakan bagian penting lainnya dari penelitian

kualitatif ini, karena objek penelitian yang dikaji mempunyai nilai sejarah dan

dokumen-dokumen ini sering menjelaskan sebagian dari fokus penelitian.

C. Sumber Data

Penelitian ini tidak bermaksud mengumpulkan dan mengolah data dalam

bentuk angka-angka sebagai usaha pengukuran, tetapi dengan cara menemukan

kedalaman pemahaman terhadap visualisasi dan ciri-ciri khas pada mahkota

Binokasih Sanghyang Pake. Sumber dan jenis data dalam penelitian ini antara

lain:

1. Tulisan ilmiah dari buku-buku, skripsi, artikel, internet, koran serta

dokumentasi foto objek mahkota Binokasih Sanghyang Pake yang akan

dikaji/diteliti.

2. Dokumentasi berupa rekaman hasil wawancara.

3. Narasumber dalam penelitian ini meliputi pihak museum (Pak Abdul Syukur),

dan ahli wayang/juru golek (Pak Asep).

D. Teknik Analisis Data

Tujuan utama penelitian ini adalah mencari jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan yang menjadi rumusan masalah, agar hal ini tercapai maka yang harus

dilakukan adalah menganalisis data.

Dalam teknik analisis data penulis harus memeriksa keabsahan data dengan

(23)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

analisis data dapat juga memanfaatkan sumber-sumber lain seperti teori atau

metode yang mendukung.

Di dalam sebuah penelitian kualitatif analisa data tidak hanya dilakukan di

akhir penelitian, melainkan sepanjang proses penelitian berlangsung. Hal ini

bertujuan agar semua hasil data saat penelitian bisa teranalisis dengan baik.

Data-data yang telah terkumpul melalui observasi, studi literatur, dan

wawancara, kemudian dievaluasi, data-data yang dianggap meragukan atau sulit

ditafsirkan akan diproses kembali dengan wawancara ulang, diskusi, atau studi

literatur.

Setelah data-data dianggap relevan dengan penelitian, kemudian data

dikelompokkan dan disusun secara sistematis sehingga dapat menjadi laporan

penelitian ilmiah.

E. Langkah-Langkah Penelitian

Proses penelitian ini dilaksanakan hanya beberapa bulan, tepatnya dari

mulai bulan Agustus 2011 hingga bulan Desember 2011. Walaupun penelitian ini

dilakukan dengan waktu yang relatif singkat, tapi harapannya semoga penelitian

ini dapat membuahkan hasil yang optimal sesuai sengan tujuan penelitian yang

telah ditetapkan. Adapun langkah-langkah atau tahapan-tahapan dari penelitian

ini sesuai dengan tahapan pada penelitian kualitatif yang meliputi: 1) Tahap

(24)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam hal ini peneliti melakukan langkah-langkah penelitian sebagai

berikut:

1. Tahap Pra Lapangan

Pada tahapan ini, peneliti melakukan persiapan-persiapan yang meliputi;

memilih masalah, studi pendahuluan, merumuskan fokus penelitian, memilih

pendekatan, menentukan sistem pola yang diamati dan sumber data. Pada tahap

ini peneliti membuat proposal untuk dikonsultasikan dengan pembimbingyang

telah ditunjuk oleh Prodi. Seni SPs-UPI. Mengurus perizinan merupakan suatu

persoalan yang tidak dapat diabaikan begitu saja, karena dalam penelitian ini surat

perizinan merupakan faktor penting yang bisa melancarkan peneliti selama proses

penelitian di lokasi.

Proposal penelitian yang sudah disetujui, merupakan syarat yang harus

dilampirkan dalam mengajukan surat perizinan penelitian. Surat izin penelitian itu

dikeluarkan langsung oleh Sekolah Pascasarjana UPI. Setelah surat perizinan

penelitian diperoleh, maka ditujukan langsung ke Museum Prabu Geusan

Ulun-Yayasan Pangeran Sumedang.

2. Tahap Kegiatan Lapangan

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan sekaligus menseleksi data-data yang

diperlukan sesuai dengan fokus penelitian dan akhirnya menyimpulkan data

tersebut secara deskriptif.

(25)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Mengumpulkan data berupa catatan lapangan dan hasil observasi secara

keseluruhan.

b. Menyusun dan mengelompokkan data sejenis sesuai dengan fokus penelitian.

c. Menyusun data-data apa saja yang dinilai berhubungan dengan fokus

penelitian.

d. Memberikan komentar dan tafsiran terhadap data secara kontekstual.

e. Menyimpulkan data tersebut menjadi suatu pernyataan umum sekaligus

menyusun temuan penelitian.

3. Tahapan Analisis Intensif

Tahapan ini merupakan tahap puncak dari penelitian. Semua

pengorganisasian penulisan laporan penelitian dituangkan dalam satu karya

ilmiah yang terbagi dalam lima bab yang meliputi pendahuluan, landasan teori,

metodelogi penelitian, pembahasan mahkota Binokasih Sanghyang Pake, dan

penutup.

Kegiatan pada tahap analisis ini meliputi:

a. Mengumpulkan catatan-catatan hasil observasi, studi pustaka, dan wawancara.

b. Mengelompokkan data penelitian ke dalam data sejenis.

c. Menyusun data sesuai dengan fokus permasalahan dan tujuan penelitian.

d. Menganalisa hubungan antara data yang satu dengan data yang lainnya.

e. Memberikan komentar berupa tanggapan, tafsiran terhadap data.

f. Menyusun temuan-temuan dan gagasan.

(26)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

F. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan sumber informasi dari penelitian ini terletak diMuseum

Prabu Geusan Ulun Jl. Pangeran Geusan Ulun, Kabupaten Sumedang. Museum ini terdiri

dari beberapa gedung yang saling terpisahdan membentuk sebuah komplek.

Masing-masing gedung menyimpan benda pusaka leluhur. Gedungyang berada dalam komplek

museum ini diantaranya Gedung Srimanganti, Gedung Bumi Kaler, Gedung Gendeng,

Gedung Gamelan, Gedung Kereta, dan Gedung Pusaka.Objek Mahkota Binokasih

Sanghyang Pake yang diteliti berada di dalam Gedung Pusaka yang bersebelahan

dengan Gedung Gendeng.

Gambar 3.2

Gedung Utama Museum YPS-Prabu Geusan Ulun. (Gedung Srimanganti)

(27)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Mahkota Binokasih merupakancerminan pola kebudayaan masyarakat Jawa

Barat masa lampau, khususnya tentang nilai religi, sosial, seni, dan penerapan

teknologi logam dalam penciptaan busana hiasan badan.Sebagai bagian dari

busana hiasan badanmahkota Binokasih Sanghyang Pake merupakan karya seni

yang adiluhung. Selain bernilai estetis, setiap ornamen yang terdapat pada

mahkota masing-masing memiliki makna filosofis tentang hubungan antara

manusia, alam, dan penciptanya. Mahkota Binokasih Sanghyang Pake merupakan

busana hiasan kepala yang tidak biasa, karena mahkota tersebut merupakan

representasi dari simbol dewa.Mahkota Binokasih Sanghyang Pake merupakan

benda pusaka yang bernilai historis bagi masyarakat Jawa Barat, khususnya

Kabupaten Sumedang. Sebagai warisan budaya, mahkota Binokasih Sanghyang

Pake perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak. Referensi tentang mahkota

Binokasih Sanghyang Pake perlu dikembangkan agar bisa dijadikan bahan

pembelajaran bagi generasi muda (khususnya di Sumedang)dalam mengenali

kekayaan khazanah budayanya.Kajian dan analisis yang mendalam tentang

mahkota Binokasih Sanghyang Pake bisa menggunakan berbagai sudut pandang

penelitian. Salah satu yang penulis kajidan analisis dari mahkota Binokasih adalah

permasalahan tentang kajian estetik dan makna simbolis mahkota.

(28)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

. Dari hasil analisis yang penulis lakukan, dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Jenis Ornamen Mahkota Binokasih Sanghyang Pake diantaranya; Ron(daun),

Garuda Mungkur, Rarawis Siki Bonteng, Jamang, Terate/teratai, Lebah,

Sumping Prabu Ngayuh, Susun Tiga, suluran tumbuhandan bunga-bungaan,

suluran tumbuhan teknik kerawangan, dan ragam hias pinggiran

padaJamangdanlengkungRon.

2. Fungsi Ornamen Mahkota Binokasih Sanghyang Pakediantaranya;

a. Fungsi Sebagai Ragam Hias Struktural = Ron(daun),Garuda Mungkur,

Rarawis Siki Bonteng,Jamang, Terate/teratai, Lebah, Sumping Prabu

Ngayuh.

b. Fungsi sebagai ragam hias isi = Suluran tumbuhan/bunga-bungaan

(naturalis), daun, batang dan suluran tumbuhan teknik kerawangan.

c. Fungsi ornamen sebagai ragam hias pinggiran = Stilasi bunga (geometris)

sebagai ragam hias pinggiran padaJamangdanlengkungRon.

3. Makna Simbolis Yang Terkandung Pada Mahkota Binokasih Sanghyang Pake

Di Museum Prabu Geusan Ulun Kabupaten Sumedang ialah sebagai

perlambangan keagungan dewa pada pemakainya.

B.Rekomendasi

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai rujukan bagi pengembangan bahan

atau materi pembelajaran Seni Budaya (Seni Rupa).Harapan penulis dari uraian

hasil penelitian mengenai kajian estetika dan makna Mahkota Binokasih

(29)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan

mengenai nilai sejarah dan nilai seni dari Mahkota Binokasih Sanghyang Pake.

2. BagiProgram Pendidikan Seni-SPs UPI, diharapkan hasil penelitianini dapat

dijadikan sebagai wacana dalam kajian bidang sejarah seni rupa Indonesia.

3. Bagi peneliti lainnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu

sumber rujukan.

4. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan

sebagai tambahan referensi tentang potensi budaya yang berada di Kabupaten

Sumedang. Di samping itu, pemerintah harus berupaya mempromosikan

museum dan benda koleksinya agar lebih dikenal luas masyarakat.

5. Bagi Museum Prabu Geusan Ulun-Yayasan Pangeran Sumedang, diharapkan

tidak berhenti untuk mencari dan menggali data-data baru mengenai

benda-benda pusaka dengan memanfaatkan kemajuan sumber daya masa kini. Hal ini

sangat penting dilakukan untuk melengkapi data-data benda pusaka di Museum

Prabu Geusan Ulun-YPS. Upaya promosi tentang benda koleksi di museum

Prabu Geusan Ulun-YPS juga perlu dtingkatkan. Salah satu caranya adalah

dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini

(30)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Nies. (1987). Diskusi Ilmiah Arkeologi II, Estetika Dalam Arkeologi Indonesia.Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Dharsono. (2007). Estetika.Bandung: Rekayasa Sains.

DepdikbudDirektoratKebudayaan. (1990). PameranRagamHias Dari MasaKeMasa.DirektoratPermuseuman.

Haryono, T. (1993).Aspek-aspekSimbolikpadaTeknikMetalurgi.Jakarta: Depdiknas.

Ganjar, K. (2007). PRANGKO INDONESIA (AnalisisEstetikDesainPrangkoTahun 2006).Skripsipada FPBS UPI Bandung: Tidakditerbitkan.

Harun, A.Z. dan Love, G. (Eds).(1986). TeoridanPraktekKerjaLogam(Edisi ke-3). Jakarta: Erlangga.

Julianita, J. et al. (1992). MengenalKoleksi Museum NegeriProvinsiJawa Barat-SriBaduga. Bandung: BagianProyekPembinaandanPermuseumanJawa Barat.

Kartadibrata, R.M.A. (1995). Kumpulan data-data ke III.Sumedang: Museum PrabuGeusanUlun-YayasanPangeranSumedang.

KamajayadanSukir. (Eds). (1980). Bab NatahSartaNyungging Ringgit Wacucal.Jakarta: BalaiPustaka.

Moleong, L. (1996). MetodePenelitianKualitatif. Bandung: RemajaRosdaKarya.

Mudhofir, A. (2001).Kamus Istilah Filsafat dan Ilmu. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mustopo, M.H. (1989). IlmuBudayadasar; Manusiadanbudaya.Surabaya: Usaha Nasional.

Napitupulu, I.M. (1998).TeknikPembuatanArtefakEmasJawa Kuna Abad VIII-XV Masehi.Tesispada PPS UI Depok: Tidakditerbitkan.

PusatPengembangandanPembinaanBahasa.(1999).KamusBesarBahasa Indonesia.DepartemenPendidikandanKebudayaan: BalaiPustaka.

(31)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Ruliah, N. Julianita, N. danMulyana, N. (1998). MengenalKoleksi Museum

NegeriProvinsiJawa

Barat-SriBaduga.BagianProyekPembinaandanPermuseumanJawa Barat-Museum NegeriPropinsiJawa Barat Sri Baduga.

Rustandi, D. (2008). “

KirabPusaka-MenyelamiKemasyuranKerajaanSumedangLarang”.TribunJabar(26 Maret 2008).

Sachari, A. (2002). Estetika (Makna Simbol dan Gaya). Bandung: Penerbit ITB.

Sedyawati, E. (2010). Budaya Indonesia (Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah). Jakarta:Rajawali Pers.

Sumardjo, J. (2000). Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB.

Sumardjo, J. (2009). Simbol-simbol Artefak Budaya Sunda. Bandung: PT. Kelir. Sumardjo, J. (2006). Estetika Paradoks. Bandung: Sunan Ambu Press.

Suryaman, N. Sunarya, Y.M. danSyukur, A. (1996). Mengenal Museum PrabuGeusanUlun Serta RiwayatLeluhurSumedang. Museum PrabuGeusanUlun-YayasanPangeranSumedang.

Suryana, J. (2002).WayangGolekSunda (KajianEstetikaRupaTokohGolek). Bandung: PT KiblatBukuUtama.

Suryaningrat, B. (1982). SejarahKabupatian I BhumiSumedang 1550-1950. Jakarta: RukunWargiCianjur.

Tamsyah, B.R. (2003). KamusLengkapSunda-Indonesia, Indonesia-Sunda, Sunda-Sunda. Bandung: CV PustakaSetia.

Tarjo, E. et al. (2005). SeniRupadanKerajinan.Bandung:UniversitasPendidikan Indonesia.

Toekio, S. (1987).MengenalRagamHias Indonesia. Bandung: CV Angkasa.

Unajah, U. (2006). Tata RiasPengantinKebesaranSumedang. DinasPendidikanProvinsiJabar.

Van der Hoop. (1947). Ragam Pola Perhiasan Indonesia. Bandoeng: Koninklijk Bataviaasch Genootschaap Van Kunsten En Wetenschappen.

Yudoseputro, W. (1983).SeniKerajinan

(32)

Lendra Morjuangsah, 2012 Estetika Dan Makna...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Yudoseputro, W. (1986).PengantarSeniRupa Islam Di Indonesia. Bandung: CV Angkasa.

_____. (1995). DokumentasiKoleksi Museum NegeriProvinsiJawa Barat Sri Baduga.Bandung: BagianProyekPengembanganPermuseuman-Museum NegeriProvinsiJawa Barat Sri Baduga.

_____. (2007). PedomanPenulisanKaryaIlmiah.Bandung: UniversitasPendidikan Indonesia.

_____.

(2005).BusanaPengantinSumedangMemakaiMahhkotadanSiger.Sumedang: Museum PrabuGeusanUlun-YayasanPangeranSumedang.

_____.(_____). Prolog

PembukaanAcaraAnggonKebesaranPengantinSumedang.Sumedang: Museum PrabuGeusanUlun-YayasanPangeranSumedang.

_____.(2011).KabupatenSumedang. [Online].Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sumedang.(20 Oktober 2011).

_____.(2011). Utah-utahandan Garuda Mungkur.[Online].Tersedia: http://bharatayudha.multiply.com/photos. (20 Oktober 2011)

_____.(2011). [Online].Prasejarah.Tersedia: www.e-dukasi.net. (18Februari 2012).

_____. (2011). [Online]. Tersedia:

Gambar

Gambar Hiasan isi Isi Pada Sumping Prabu Ngayuh .....................
Gambar 3.1 Wawancara dengan Pemandu Museum di Dalam Gedung Pusaka.
Gambar 3.2

Referensi

Dokumen terkait