• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA BELAJAR MANDIRI IBU RUMAH TANGGA DAN PELAKU TRANSFORMASI: Studi Kasus Pada Beberapa Warga Belajar LPKL Sunny Di Kotamadya Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA BELAJAR MANDIRI IBU RUMAH TANGGA DAN PELAKU TRANSFORMASI: Studi Kasus Pada Beberapa Warga Belajar LPKL Sunny Di Kotamadya Bandung."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA BELAJAR MANDIRI IBU RUMAH TANGGA

DAN PELAKU TRANSFORMASI

(STUDI KASUS PADA BEBERAPA WARGA BELAJAR

LPKL SUNNY DI KOTAMADYA BANDUNG)

T H E S I S

Diajukan Kepada Panitia Ujian Thesis

tnstitut Keguruan dan Hmu Penddikan Bandung

Untuk Memenuhl Persyaratan Dalam Mencapai Gelar Magister Pendidikan Bidang

Pendidikan Luar Sekolah

Oleh:

Marietje Terok

NRR 8932132

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDDIKAN

BANDUNG

(2)

DISETUJUI OLEH TIM PEMBIMBING:

<—z—>~rs~)

Prof.Dr. SOEPARPJO APIKUSUMO JIMBINO 1

Prof.Pr.SUDARDJA APIWIKARTA,MA

(3)

UPAYA BELAJAR MANDIRI IBU RUMAH TANGGA DAN KEGIATAN PELAKU TRANSFORMASI

CStudi Kasus pada Beberapa Warga Belajar LPKL Sunny di Kotamadya Bandung)

ABSTRAK

Belajar mandiri ibu rumah tangga dan citra LPKL sebagai satuan PLS yang berorientasi kepada kemandirian warga belajar, ternyata masih merupakan titik lemah dalam upaya mewujudkan suatu masyarakat belajar. Sementara itu meningkatnya aspirasi ibu rumah tangga dalam memodernisasi diri, mengembangan sumber daya, mengangkat citra kemandiri an sebagai kualitas hidup, semakin menantang para pelaku transformasi untuk lebih mendinamisasi peran yang dimiliki. Berangkat dari kedua premis ini peneliti mengangkat permasalahan kesiapan belajar mandiri ibu rumah tangga dan kegiatan pelaku transformasi. Apakah kesiapan belajar mandiri ibu rumah tangga telah dapat diandalkan dalam arti memiliki prospek bagi pengembangan usaha serta peran mereka dalam kehidupan rumah tangga? Bagaimana kepedulian LPKL terhadap hal tersebuf?

Berfokus pada kegiatan pelaku transformasi di LPKL Sunny Cpengelola dan dua orang sumber belajar) dan tiga ibu rumah tangga warga belajar sebagai latar empirik, peneliti an ini berupaya untuk menacari jalan bagi peningkatan kua litas LPKL sebagai satuan PLS, dan meningkatkan upaya belajar mandiri ibu rumah tangga yang mendukung pengembang

an usaha atau peran mereka dalam kehidupan keluarga.

Setelah melalui suatu prosedur penelitian yang me-nerapkan metode kualitatif dengan teknik studi kasus, dite-fflukan sejumlah hasil penelitian sebagai berikut:

(4)

berinisiatif

dan

merasa

bebas

dalam

belajar,

kreatif,

orientasi

yang

kuat

terhadap

masa depan,

cinta

terhadap

belajar dan memiliki

keterampilan dasar.

Dengan dukungan

komponen lainnya, kesiapan belajar tersebut membangun suatu

proses pembelajaran

yang kondusif bagi pencapaian tujuan

belajar. Setiap kasus memiliki motif khusus yang

mendinami-sasi

kesiapan

belajar

mereka.

Penampilan

belajar

mereka

memperlihatkan suatu daur

belajar

mulai

dari

rasa tidak

puas, sadar masalah, mencari sumber belajar yang berhasil,

belajar mandiri dan mengaplikasikan perolehan hasil bela

jar.

Dari

sisi

kelembagaan sebagai

pelaku transformasi,

kepedulian LPKL Sunny telah ikut mendinamisasi

kesiapan

belajar mereka. Proses pemampuan mulai dari membangun

kesa-dasar

sampai

pada

upaya

menindaklanjuti

hasil

belajar.

Semua

persoalan

diuji

dalam lab makanan.

Baik

program

maupun praktikum didiskusikan secara kreatif. Informasi

an-dalan sebagai rahasia khusus menjadi incaran warga belajar.

Sumber belajar secara jeli menampilkan diri selaku

fasili-tator, helper dan mitra warga belajar. Selain itu ditemukan

pula sejumlah konsep yang menarik dari setiap kasus.

Beberapa iraplikasi yang

dikemukakan

berkisar

pada

pengembangan kelembagaan LPKL, pengembangan konsep belajar

PLS, pengembangan/profesionalisasi sumber belajar. Bagi LPK

dan Sumber Belajar disarankan antara lain pentingnya

meng-analisis kesiapan belajar mandiri warga belajar,

mendinami

sasi aspek kepelayanan dalam manajemen LPKL, memblna

human

relation yang kuat,

membangun profesionalisme

dan

wawasan

usaha/pekerjaan warga belajar, mengimbas praktek kelembaga

an LPKL Sunny.

Selain itu dikemukakan beberapa

isyu yang

(5)

DAFTAR I S I

LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR

UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemikiran B. Fokus Penelitian

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

D. Paradigma Penelitian E. Def ini si Operasional

BAB

II

PELUANG PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM

MENJAWAB TANTANGAN KEMANDIRIAN IBU

RUMAH TANGGA SEBAGAI SUMBER DAYA

IN-SANI

A. Ibu Rumah Tangga Sebagai Sumber Daya Insani

B. Referensi Kemandirian dalam PLS 1. Tinjauan Humanistik

2. PLS sebagai Proses Empowering

3. Belajar bagi Orang Dewasa menurut

Steven Brookfield

4. Konsep Self Directed Learning

Malcolm Knowles

5. Implikasi teoritik dalam

Pengem-bangan PLS di Indonesia

C. Kesiapan Belajar, Sumber Belajar dan

Proses Belajar Mandiri 1. Kesiapan Belajar 2. Sumber Belajar

3. Proses Belajar Mandiri

(6)

72

A. Metode Penelitian

74

B. Lokasi/Subyek Penelitian

^

C. Tahap Penelitian

g2

D. Keabsahan Data

BAB

IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Gambaran Umum Tentang LPKL Sunny

|S

B. Profil Warga Belajar

iQi

C. Deskripsi dan Analisis

iqi

1. Kasus ibu Tien

124

2. Kasus ibu Inggrid

3. Kasus ibu Enny '.'•' '

4. Analisis terhadap perbedaan ketiga

kasus 1

5. Kepedulian LPKL Sunny sebagai sa

tuan PLS

6. Rangkuman Hasil Penelitian setiap

Kasus

D. Pembahasan

BAB

V KESIMPULAN, IMPLIKASI HASIL PENELITIAN

DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ".''",'""' D' [,''

B. Implikasi Hasil Penelitian dan

Reko-mendasi

DAFTAR KEPUSTAKAAN.

152

176

181

185 193

223

230

(7)

Gambar I.1 Gambar II.1

Gambar 11. 2

Gambar II. 3

Gambar II. 4

Gambar IV. 1

Gambar IV. 2

Gambar IV. 3

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 7

Paradigma Penelitian ♦

Konsep Modernisasi Individu

menu-rut Fredrick Waisanen

30

Posisi Pamong Belajar dalam Proses

Pembelajaran menurut Sudomo

63

Langkah-langkah Proses Belajar

Mandiri menurut David Boud

69

Unsur-unsur dalam Proses Belajar

u .. . 69

Mandiri

Model Sistem Belajar PLS Kasus

T. 197

ibu Tien ♦

Model Sistem Belajar PLS Kasus

ibu Inggrid

203

Model Sistem Belajar PLS Kasus

,-, 208

(8)

Halaman

A. Alur Pengumpulan Data

B. Surat Pengantar IKIP Bandung

^4<d

C. Surat Ijin Direktorat SosPol Pemda Tkt I

Propinsi Jawa Barat

^

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

Upaya mewujudkan suatu masyarakat yang gemar belajar

masih

menjadi

masalah yang cukup kompleks. Di satu sisi

masalah tersebut dapat bersumber dari masyarakat sebagai

warga belajar dan di sisi lain dapat bersumber dari lembaga

yang menjalankan fungsi transformasi pembelajaran.

Dari sisi masyarakat sebagai warga, belajar, faktor

internal seperti , kesiapan "belajar mandiri, motivasi belajar.

dapat menjadi faktor yang dominan dalam menciptakan proses

pembelajaVan yang kondusif. Faktor budaya masyarakat dan

faktor eksternal lainnya juga tidak kala pentingnya. Dari

sisi lembaga, faktor-faktor komitmen. kepedulian, kematangan

sistem kelembagaan, sumber belajar, dsb ternyata masih cukup

rawan dan memerlukan penataan yang serius, jika dikehendaki

masyarakat kita berada pada taraf^"learning

and teaching

so-Mengamati keadaan masyarakat kita dan secara khusus

mereka yang dinamakan ibu rumah tangga serta kondisi beberapa

lembaga pendidikan luar sekolah. terdapat beberapa hal yang

menurut penulis dapat menjadi -sumber keresahan pendidikan di

negara kita.

Keadaan tersebut dapat dikemukakan seperti

(10)

> K*A=fi»l

seperti

masih

adanya

dualisme

ibu

rumah

tangga

bair-J>al

seperux

terhadap konsep «—«- Mor.r". gejalah takut mandiri.

belajar

demi

gengsi,

ketergantungan pada suami.

dan

meningkatnya peran serta ibu rumah tangga dalam pere.cno.ian

rumah

tangga dengan segala efek

negatifnya.

C^alisme

terhadap konsep wanita karir di .ana di satu sisi ada yang

pro dan di sisi lain ada yang .contra, dapat menjadi Icendala

bagi ibu-ibu yang sukar menentukan pilihan yang pada

giiirannya dapat bersikap masa bodoh dalam kehidupannya.

Gejalah takut mandiri Cinderella complex, yang disebabkan

oleh faktor budaya atau suasana yang terlampau formalism*

dapat memBuat ibu rumah tangga tidak pedui i iagi terhadap

perobahan atau upaya peningkatan diri. Beiajar demi gengsi

juga terlihat pada sebagian ibu —

tangga. Biia hal ini

yang

menjadi

faktor

pendorong.

*

•*«>

keoenderuhgan orang hanya sekedar belajar untuk mendapatkan

s.rtifikat. Ibu rumah tangga yang hanya tergantung pada suami

sebetulnya hanya menedam potensi yang di^likinya yang pada "

• giiirannya dapat menimbulkan sikap masa bodoh. tidak mau

meng.mbangkan diri. Meningkatnya peran ibu rumah tangga

dalam perekonomian rumah tangga CPudjiwati Suyogyo, 19«Q . di

Satu sisi mempunyai dampak positif namun disi lain juga

(11)

Dari

sisi

kelembagaan

pendidikan

luar

sekolah

terlihat beberapa hal seperti munculnya berbagai satuan PLS

seperti yang praktek kelembagaannya asal jadi, cenderung

menformalkan yang "non formal", cenderung berorientasi pada

aspek ekonomi semata-mata ketimbang aspek sosial.

belum

melirik

pada" kemandirian

warga

belajar

secara

utuh,

kepedulian terhadap warga belajar hanya pada waktu proses

pembelajaran berlangsung di tempat fcursus. Menurut penulis,

bila kenyataan-kenyataan seperti yang dikemukakan ^im tetap

tumbuh

subur, pada giiirannya satuan-satuan PLS yang ada

akan membawa masalah baru bahkan tidak membawa nilai tambah

bagi pengembangan sumber daya manusia seutuhnya.

Baik sebagai individu maupun sebagai lembaga bahkan

keterpaduan keduanya dalam suatu sistem kelembagaan PLS,

tidak dapat dipisankan dari beberapa ide dasar yang diangkat

oleh penulis dalam meneropong permasalahan dalam penelitian

ini

yaitu modernisasi

manusia,

pengembangan sumber daya

manusia, kemandirian sebagai kualitas dan pendekatan serta

eksistensi LPK sebagai satuan PLS. 1. Modernisasi Manusia

Konsep membangun manusia seperti di negara kita, tidak

(12)

mengharuskan adanya perubahan watak manusia dimana perubahan

tersebut merupakan alat untuk mencapai tujuan berupa

pertum-buhan yang lebih Ianjut lagi. dan berbarengan dengan itu juga

merupakan tujuan besar proses pembangunan itu sendiri" CAlex

Inkeles dalam buku Myron Weiner, 1980:88). Bertolak dari

pan-dangan ini. maka manusia Ctermasuk ibu-ibu rumah tangga) yang

ingin membangun adalah manusia yang ingin memodernisasikan

dirinya. Profil manusia modern dapat merujuk pada sembilan

indikator yang dikemukakan Alex Inkeles, C1980: 90-93) yaitu

keterbukaan

terhadap

pembaharuan/perubahan,

kesanggupan

membentuk/menyampaikan pendapat terhadap persoalan sekitar/

diluarnya. orientasi waktu masa kini dan masa depan.

perenca-naan

"minded",

optimis terhadap kemampuan manusia/gemar bel

ajar. rasional/percaya akan dunia yang cukup tertib di bawah

kendali manusia. memiliki harga diri, percaya pada ilmu dan

teknologi. serta percaya pada apa yang disebut keadilan dalam

pembagian Cmemperoleh sesuatu sesuai unjuk kerja).

VlCecenderungan yang banyak melanda ibu-ibu rumah tangga

dewasa ini seperti mengikuti pendidikan di 1embaga-1embaga

pendidikan luar sekolah/kesekolahan antara lain didorong oleh

semangat atau jiwa modernisasi manusia seperti yang dikemuka

kan sebelumnya. Dengan jalan tersebut. ibu-ibu akan semakin

berkualitas dalam menjalankan fungsi transformasi dalam ke

(13)

/ ' '' 5

/

satuan PLSXjuga tidak

dapat

dipisahkan

pada

tuntutan

modernisasi manuusia.

2.

Ibu

Rumah Tangga

dan

Konsep

Pengembangan Sumber Daya

Manusia

Konsep pengembangan sumber daya manusia di Indonesia

pada dasarnya merupakan "pemberian peluang dan kesempatan

yang lebih besar serta dukungan yang lebih kuat bagi pengem

bangan potensi seluruh manusia Indonesia dalam menghadapi

tantangan masa depan"CPresiden Soeharto, 1990). Bertolak dari

konsep ini, ibu rumah tangga dalam keterikatannya dengan ke

luarga dan masyarakat yang sedang membangun, disamping menja

di obyek pengembangan sumber daya juga sekaligus menjadi

sub-yek pengembangan sumber daya.

Sebagai obyek pengembangan,

berarti segenap upaya transformasi yang dilakukan selama. ini

sedapat mungkin menjawab kebutuhan para ibu rumah tangga da

lam menghadapi masa depan keluarga dan masyarakatnya. Sebagai

subyek pengembangan, berarti para ibu rumah tangga seyogianya

melibatkan/dilibatkan dalam segenap upaya transformasi yang

dilakukan. Potensi yang mereka miliki perlu diangkat dan

di-kembangkan seoptimal mungkin. sehingga mereka bukan hanya

se-kedar

"pelenghap"

atau dipandang sebagai

"beban"

atau menja

(14)

pen-didik dalam masyarakat, fungsi ekonomi, fungsi sosial, dan

Iain-lain. Adanya pergeseran fungsi inilah yang justru meng

angkat isyu tentang "belajar" dan

"kemandirian"

bagi ibu ru

mah tangga semakin populer dipersoalkan.

3. Kemandirian sebagai Kualitas dan Pendekatan

Dewasa

ini

isyu

tentang' kemandirian

semakin

ber-kembang

sebagai

suatu

referensi

nilai. Di satu sisi ke

mandirian

dipandang

sebagai suatu kualitas hidup yang

di-upayakan orang untuk memilikinya. Di sisi lain kemandirian |

digunaka'n sebagai pendekatan untuk mencapai sesuatu yang

ber-kualitas. Dalam kaitannya dengan pendidikan David Boud mi

sal-nya menguraikan kemandirian atau otonomi

sebagai

"goal

of

education"

dan sebagai

"approach to education"

CDavid Boud.

1988 : 18-20).

Guna

mencapai

kemandirian dalam kehidupan

keluarga menuntut para ibu rumah tangga untuk senantiasa

me

nyadari kemampuan yang dimilikinya. Kesadaran akan tuntutan

perubahan sebagai akibat kemajuan ilmu dan teknologi di satu

pihak Cmodernisasi) dan kesadaran eksistensial

sebagai ibu

rumah tangga di lain pihak Csumber daya dalam keluarga), akan

membuat seorang ibu rumah tangga tidak akan tinggal diam. Sa

lah satu upaya ke arah pemenuhan tuntutan tersebut adalah

me-lalui belajar. Bagi ibu rumah tangga konsep belajar yang

di-maksud lebih ditekank an pada konsep belajar

mandiri

atau

(15)

1**-1988:45). Konsep belajar mandiri seperti yang disebutkan ini

berarti menggunakan kemandirian sebagai pendekatan dalam

bel--ajar.

Belajar mandiri Cself-directed learning) bagi

sese-orang Ctermasuk ibu rumah tangga) tidak dapat dipisahkan

dengan faktor

kesiapan belajar

yang dimilikinya.

Guliemino

menyebutnya

"self-directed

learning readines".

Namun di sisi

lain faktor kesiapan dimaksud dapat termanifestasi dalam suatu situasi yang kondusif untuk itu. Salah satu figur yang dilibatkan dalam menciptakan situasi yang demikian adalah fa

silitator sebagai sumber belajar. Adanya kesiapan yang tinggi

yang didukung oleh fasilitator yang arif Cprofesional) dalam

mencapai

suatu perolehan yang dikehendaki.

Menyadari

bahwa

konsep-konsep yang berkaitan dengan kesiapan belajar mandiri

serta rekomendasi-rekomendasi mengenai fasilitator yang arif

bagi

para

ibu

rumah

tangga

masih

amat terbatas ,

dalam

penelitian ini penulis mencoba mengungkap beberapa ibu

rumah

tangga sekaligus sumber belajarnya dalam kondisi budaya

bang-sa kita. Menurut penilis, pertanyaan kritis yang menjadi sum ber keresahan dalam konteks kemandirian bagi ibu rumah tangga dimaksud adalah "dalam. kondisi budaya bangsa kita sekarang

ini sejaxih mana aspek kemandirian telah menjadi referensi ba

gi

ibu rxunah. tangga dan sat-aan-satuan PLS yang ada ?

(16)

telah dapat memberi nilai tambah bagi ibu rumah tangga?

Per-tanyaan ini memerlukan suatu pengkajian yang cermat dan

anti-sipatif, sehingga dapat ditemukan bahan-bahan terapi budaya

masyarakat.

4. Eksistens*i

LPK dan

Keluarga sebagai Satuan

PLS

Lembaga Pendidikan Keterampilan CLPK) dewasa ini

ber-kembang cukup pesat. Keberadaannya sebagai salah satu satuan

PLS secara yuridis telah dijamin oleh Undang-undang Sis

tem Pendidikan Nasional CUUSPN) Nomor 2 tahun 1989 dan PP

No-73 tahun

1991

tentang

PLS.

Dalam

kerangka

moderni

sasi. pengembangan sumber daya serta kemandirian sebagaimana

yang dikemukakan sebelumnya LPK mendapat tempat yang cukup

strategis. Sebagai satuan PLS,

LPK seyogianya setiap saat

peka terhadap tuntutan Cdemands). apa yang menjadi kebutuhan

warga belajar, siapa yang membutuhkannya, referensi .nana yang

harus dipegang yang dapat memberikan nilai tambah bagi

warga

belajar sekaligus nilai tambah bagi lembaganya. dan

sebagai-nya.

Begitu

kuatnya

tarikan

modernisasi

bagi kehidupan

keluarga dewasa ini misalnya. sehingga membuat kebanyakan ibu

rumah tangga berupaya meningkatkan atau mengembangkan

kete-rampilannya di lembaga-lembaga pelatihan atau lembaga pendi

dikan keterampilan. LPK sebagai satuan PLS perlu menjawabnya

(17)

Begitu kuatnya kaitan antara pengembangan sumber daya manusia

dengan pembentukan kepribadian yang mandiri. sehingga LPK

sebagai salah satu upaya transformasi pengembangan sumber da

ya manusia senantiasa menggunakan kemandirian sebagai refe

rensi dalam operasionalisasi. Hal ini berarti bahwa kualitas

suatu LPK dapat di1ihat/dini1ai antara lain pada sejauh mana

LPK tersebut menggunakan fasilitator yang arif dalam mencip

takan suasana belajar membelajarkan yang kondusif bagi

ter-bentuknya kepribadian yang mandiri bagi warga belajar yang

didukung oleh suatu kesiapan belajar mandiri seperti yang di

kemukakan sebelumnya.

Keluarga menurut UU Nomor 2 tahun 1989 juga merupakan

satuan pendidikan luar sekolah. Pendidikan keluarga merupakan

(18)

tuntutan tersebut ibu rumah tangga seyogianya mengembangkan

diri atau belajar setiap saat.

B. FOKUS PENELITIAN .

Inti masalah dalam penelitian ini berfokus pada

perso-alan

kesiapan

belajar' mandiri

ibu

rumah

tangga

dalam

transformasi pendidikan luar sekolah. Persoalan tersebut

di-angkat oleh peneliti

setelah mengamati/mengikuti

beberapa

kecenderungan kehidupan LPK sekarang ini dengan mengacu pada

keempat ide dasar yang dikemukakan dan secara khusus sorotan

tersebut muncul setelah penulis

mengakrabi

salah

satu lem

baga pendidikan keterampilan di Kotamadya Bandung yaitu LPKL

"Sunny".

Hal yang menarik untuk diangkat dari lembaga ini

adalah antara lain warga belajarnya yang sebagian besar ibu

rumah tangga. penampilan sumber belajar. proses pembelajaran

serta profil lepasan Coutput) nya. Ibu rumah tangga sebagai

warga belajar dalam suatu lembaga pendidikan memang

kelihat-annya bukan suatu yang aneh, apalagi dikaitkan dengan konsep

modernisasi

individu

seperti

yang

dikemukakan

sebelumnya

CAlex Inkeles) atau konsep Fredrich Waisanen mengenai pendi

dikan non formal dan modern!tas individu CCole S. Brembeck.

1973: p. lOl); konsep pengembangan sumber daya CFredrick H.Har

bison, 1973:h. 5-12). Gerakan emansipasi dan adanya kesadaran

(19)

11

ikut memperkuat kecenderungan semakin banyaknya para ibu ru-mah tangga berupaya mengembangk an dirinya. Berdasarkan

penga-matan sementara penulis pada ibu-ibu peserta kursus, tampak-nya motivasi mereka cukup bervariasi. Ada peserta yang dimo tivasi oleh keinginan untuk ber usaha lewat keterampilan yang diperoleh dari kursus, ada peserta yang dimotivasi oleh ke inginan untuk mengabdi dalam organisasi yang diikutinya, ada peserta yang dimotivasi oleh dorongan pemenuhan kebutuhan keluarga, dan ada yang hanya sekedar mengisi waktu luangnya saja. Keadaan ini menurut penulis sangat mencoraki faktor ke siapan belajar mereka. Secara teoritik hal ini didukung oleh konsep dalam psikologi sosial yang menyatakan bahwa tindakan dan sikap seseorang dicoraki oleh motivasi yang dimilikinya CKrech, dkk,1962). Persoalan yang justru perlu dilacak menu rut penulis pada ibu-ibu sebagai warga belajar terletak pada faktor kesiapan belajar mandiri mereka.

(20)

Pendidikan Luar Sekolah dalam konteks kesiapan belajar ibu

rumah tangga dirumuskan beberapa pertanyaan seperti berikut:

CI) Bagaimana kesiapan belajar mandiri yang dimiliki ibu ru

mah tangga yang belajar di LPKL Sunny?

C2) Bagaimana kepedulian LPKL Sunny dalam merespons kesiapan

belajar ibu rumah tangga ?

Adakah

indikasi peran yang ditampilkan oleh sumber

belajar

dalam fungsinya sebagai fasilitator, pembantu

dan mitra warga belajar ?

C3) Apakah ada indikasi lain yang ikut membangun kesiapan

belajar mandiri ibu rumah tangga, penampilan belajar, dan

usaha/kegiatan mereka?

C.

TUJUAN PENELITIAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

1. Tuj uan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencari

jalan dalam upaya meningkatkan kualitas LPK sebagai satuan

pendidikan

luar

sekolah

dalam

menjalankan

fungsi

transformasi

bagi

ibu rumah tangga sebagai

sumber

daya

i nsani.

Secara khusus penelitian ini bertujuan:

a. Mengungkap sejauh mana aspek kemandirian telah men

jadi referensi bagi ibu rumah tangga dan proses pembelajaran

(21)

13

b.

Melalui .penelitian ini diharapkan dapat diperoleh

gambaran

empirik

mengenai

aspek

kesiapan

belajar

warga

belajar

khususnya ibu

rumah

tangga

dan

kepedulian

LPKL

termasuk sumber belajarnya dalam merespons kesiapan belajar

mereka dalam kegiatan kelembagaan dan proses pembelajaran.

c.

Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh

gambaran

mengenai

prospek

usaha

ibu

rumah

tangga

yang

didukung oleh upaya belajar mandiri. 2. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang dapat. diperoleh dalam penelitian ini

mencakup segi praktis dan segi teoritis.

Dari segi praktis,

temuan-temuan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai

bahan komparasi

atau

bahan pertimbangan bagi

lembaga atau

organisasi yang bergerak di bidang peningkatan peranan

wanita atau satuan pendidikan luar sekolah yang relevan

Cbergerak

dalam

upaya pemampuan

potensi kewanitaan)

dalam

upaya mereka

untuk

lebih

mengefektifkan

organisasi

atau

lembaga pendidikan yang dihadapi. Bagi ibu rumah tangga pada

umumnya, penelitian ini dapat mengantar atau menggiring pola

pikir atau wawasan mengenai bagaimana seyogianya posisi dan

peranan ibu rumah tangga dalam menjawab tantangan masa depan

kel uarga.

(22)

sekarang ini tengah digalakkan.

Mengkaji kesiapan belajar

mandiri ibu rumah tangga dan kegiatan pelaku transformasi di

negara kita dapat memperkaya konsep pendidikan luar sekolah

yang berwawasan budaya bangsa. Jika dikatakan bahwa "fakta

itu bermuatan teori" CM. Goldstein) , maka melalui penelitian

ini

diharapkan

dapat

mengungkapkan

konsep-konsep

yang

berkembang yang bermanfaat bagi pengembangan PLS di negara

kita.

D. PARADIGMA PENELITIAN

Kerangka berpikir yang dikemukakan dalam bagian A

men-cerminkan paradigma yang akan dikembangkan dalam

penelitian.

Menurut peneliti masyarakat yang cerdas

dan produktif dalam

suatu

"learning and teaching society"

yang mencakup seluruh

lapisan

masyarakat

termasuk

ibu rumah

tangga

merupakan

kondisi yang amat vital dalam kehidupan era tinggal landas.

Memperhatikan kondisi masyarakat kita khususnya ibu rumah

tangga

dan berbagai

satuan PLS yang

menjalankan fungsi

transformasi

pembelajaran,

masih

terlihat

beberapa

kecenderungan yang dapat menjadi sumber keresahan dari upaya

mewujudkan kondisi

masyarakat yang disebutkan sebelumnya.

Dari

sisi

ibu

rumah

tangga

kecenderungan-kecenderungan

seperti persepsi yang dualisme terhadap wanita karir. takut

(23)

15

ketergantungan pada suami,

mengenyampingkan tugas kodrati,

masih

cukup

menonjol.

Dari

sisi

kelembagaan

PLS

yang

menjalankan fungsi transformasi, kecenderungan yang

muncul

seperti

hadirnya berbagai satuan PLS yang prakteknya asal

jadi,

cenderung

terlampau

menformalkan

yang

non

formal,

orientasi ekonomis yang lebih besar ketimbang sosial, belum

melirik

pada kemandirian warga belajar

secara utuh,

hanya

peduli

pada

warga

belajar

pada saat

proses

pembelajaran

berlangsung di tempat kursus, juga masih cukup menonjol. Bila

lihat pada beberapa ide dasar seperti tuntutan modernisasi

manusia,

pengembangan

sumber

daya

manusia,

kemandirian

sebagai kualitas dan pendekatan, serta eksistensi LPK sebagai

satuan PLS, menurut penulis melahirkan suatu masalah yang

cukup

kompleks

yang

perlu

diteliti

secara

cermat.

Masalah tersebut menyangkut kesiapan belajar ibu rumah tangga

dan kepedulian LPK sebagai satuan PLS dalam upayanya

mentransformasi kesiapan belajar tersebut yang mengarah pada

kemandirian belajar dan berusaha dari ibu rumah tangga.

Menurut peneliti, semakin diperhatikannya pengembangan

sa-tuan-satuan pendidikan luar sekolah dewasa ini antara lain

disebabkan oleh meningkatnya aspirasi kependidikan dari

masyarakat guna

menggapai

kualitas

hidup tertentu yang

di-inginkan. Bagi ibu rumah tangga, kenyataan

terhadap aspirasi

(24)

mereka tidak bisa dilepaskan dengan beberapa aspek yaitu

mo

dernisasi

individu,

konsepsi

manusia

sebagai

sumber daya

Csumber insani), serta tantangan kemandirian sebagai kualitas

hidup. Indikasi

dari

suatu kesiapan

yang baik antara lain

terletak

pada adanya keterbukaan terhadap kesempatan belajar

yang tersedia, memiliki konsep diri yang jelas terhadap bela

jar yang

efektif, berinisiatif dan memiliki kebebasan dalam

belajar, memiliki kecintaan terhadap belajar,

kreatif, memi

liki orientasi masa depan, mampu menerapkan

keterampilan da

sar yang dipelajari serta terampil memecahkan suatu

persoal

an. Kesiapan belajar yang disebutkan ini

di

sisi

lain akan

ikut mewarnai dinamika dari suatu proses pembelajaran yang

merujuk

pada

kemandirian

warga

belajar. Dinamika tersebut

akan lebih efektif jika

didukung

oleh

sumber

belajar yang

berfungsi sebagai fasilitator sekaligus sebagai pembantu dan

partner warga belajar serta kepedulian LPKL yang tinggi.

Berhubung

dengan fungsi dimaksud setiap LPKL dan sumber

belajar

seyogianya

menggunakan kemandirian sebagai

pende

katan dalam mewujudkan peranannya. Dengan dukungan program

dan

peralatan yang memadai , serta manajeman yang baik,

proses pembelajaran di suatu lembaga pendidikan luar sekolah

(25)

KONDISI NYATA

Belajar sebagai

be-ban ibu ruwah tang-Perilaku tergantung

ibu ruwah tangga,. Gejala takut Mandi

ri ibu ruwah tangga Dualisue wanita

ka-rir

Praktek satuaan PLS asal jadi, forwa-liswe, orientasi ekonowi sewata-wata

KONDISI IDEAL

Terpenuhinya

rongan woom

Berkewbangnya

tensi suwber insani

Kewandirian wenjadi referensi dan pei»_ dekatan individu

dan lewbaga Citra satuan PLS

Gbr I.l Paradigwa Penelitian

KESIAPAN BELAJAR MANDIRI

balikan

PROSES PEMBELAJARAN/

TRANSFORMASI

PLS

balikan

(26)

E. DEFINISI OPERASIONAL

1. Upaya Belajar Mandiri

Upaya

belajar mandiri

dapat

dilihat

pada

kesiapan

belajar seseorang.

Dalam penelitian ini

upaya belajar

man-ri lebih dititik beratkan pada kesiapan

belajar

mandiri dari

ibu rumah tangga. Kesiapan belajar mandiri dimaksud

diidenti-fikasikan

kedalam

beberapa

indikator

yaitu

keterbukaan

atau

keterbukaan

terhadap

setiap

kesempatan

belajar

yang

tersedia, memiliki konsep tentang warga belajar yang efektif,

memiliki inisiatif dan merasa bebas dalam belajar, memiliki

kecintaan terhadap belajar, menunjukkan perilaku yang dapat

digolongkan kreatif, memiliki orientasi masa depan, serta

memiliki

kemampuan/keterampilan dasar

yang dibutuhkan da

lam praktek. Sedangkan belajar mandiri dalam penelitian ini

ditekankan pada aspek tanggung jawab dan respons kreatif dari

warga

belajar

itu

sendiri

dalam

hal

mengidentifikasi

kebutuhan belajar, menentukan tujuan, merencanakan kegiatan

belajar,

menentukan sumber

belajar

yang dibutuhkan dalam

belajar, bekerja sama dengan orang lain, menyeleksi kegiatan

belajar, cenderung menghendaki penilaian sendiri, menentukan

waktu belajar

secara

penuh serta

merefleksikan

apa

yang

(27)

19

C Davi d Boud, 1988:45).

Berdasarkan

pandangan

ini

maka

dapat

dikemukakan

bahwa

kesiapan belajar mandiri adalah segala kondisi internal yang

membuat ibu rumah tangga belajar mandiri.

Kondisi internal

dimaksud

akan

mekar

jika

ditunjang

oleh

kondisi-kondisi

eksternal seperti Lembaga Pendidikan Keterampilan dan Latihan

atau sumber belajar.

2. Ibu Rumah Tangga

Pengertian ibu rumah tangga dalam penelitian ini adalah

wanita yang sudah berkeluarga secara sah yang sering mengi

kuti kursus di Lembaga Pendidikan Keterampilan dan Latihan

CLPKL) Sunny.

3. Pelaku Transformasi

Dalam penelitian ini pelaku

transformasi

diartikan

sebagai seseorang atau lembaga yang melakukan peran

transfor-si khususnya dalam pendidikan luar sekolah.

Satuan pelaku

transformasi dimaksud adalah lembaga pendidikan dan latihan

CLPKL) atau sejenisnya. Pelakunya adalah para pengelola LPKL

dan sumber belajar yang berperan sebagai fasilitator, helper

atau mitra warga belajar. Secara empirik peneliti memusatkan

(28)

menya-secara seimbang dalam kehidupannya.

4 . LPKL Sunny

LPKL

Sunny

adalah

salah

satu

Lembaga

Pendidikan

Keterampilan

dan

Latihan

yang

menyelenggarakan

kegiatan

kursus

memasak

bagi

masyarakat.

Pendidikan

di

LPKL ini

terbuka bagi ibu rumah tangga, remaja puteri, kaum pria yang

berbakat dan peserta kursusnya tidak

terbatas untuk

kota

Bandung saja tetapi terbuka untuk masyarakat luas di luar

kota Bandung sampai dengan Jakarta.

Lokasinya terletak di

jalan Mohamad Ramdan nomor 91 dan jalan Pandu nomor 26

kotamadya Bandung. Selain paket belajar yang bersifat tetap

ada

juga

paket

yang

insi dental.

LPKL

ini

juga

menyelenggarakan ujian negara bagi yang ingin memilikinya.

Kepedulian LPKL Suny dalam merespons kesiapan belajar berarti

upaya

yang

dilakukannya

dalam

mentransformasi

kesiapan

belajar yang dimiliki ibu rumah tangga yang membuat mereka

(29)
(30)

PROSEDUR PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah me tode kualitatif atau disebut juga naturalistik. Disebut "kua

litatif" karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualita

tif yakni tidak menggunakan alat-alat pengukur. Disebut "na

tural is tik", karena situasi lapangan penelitian bersifat na tural atau wajar, sebagaimana adanya tanpa dimanipulasi, di-atur dengan eksperimen atau test CNasution, 1988:18). Peneli tian ini tidak menggunakan pengujian hipotesa melainkan

men-jawab sejumlah pertanyaan yang diturunkan dari fokus peneli

tian.

Dalam menggunakan metode ini, khususnya dalam pengum

pulan data peneliti langsung berhadapan dengan situasi yang

wajar dan orang yang diselidiki, sehingga data yang diperoleh

merupakan data langsung (first hand).

S. Nasution (1988:9-11) mengemukakan ciri-ciri peneli

tian naturalistik sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan dalam "natural setting". Data dikum

pulkan berdasarkan observasi situasi yang wajar, sebagai

mana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja.

2. Peneliti sebagai "human instrument". Melakukan sendiri

pengamatan dan wawancara untuk memahami makna interaksi

antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan

(31)

73

nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan

respon-den.

3. Sangat deskriptif, dalam pengumpulan data yang banyak dan

dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian.

4.

Mementingkan proses maupun produk terhadap perkembangan

terjadinya sesuatu.

5. Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan manusia

dalam konteks yang lebih 1uas yang dipandang dari kerang

ka pemikiran dan perasaan responden.

6. Mengutamakan data langsung (first hand), yakni peneliti

sendiri yang terjun ke lapangan untuk mengadakan

observa-si dan wawancara.

7. Melakukan

triangulasi

yakni mengecek kebenaran data atau

informasi

kepada

pihak

lain

agar

ada jaminan tentang

tingkat kepercayaan data dari satu pihak.

8.

Menonjolkan rincian kontekstual dalam mengumpulkan dan

mencatat data. Tidak secara lepas-lepas akan tetapi

sa-ling berkaitan dan merupakan satu keseluruhan atau struk

tur .

9. Peneliti berkedudukan sama dengan orang yang diteliti.

10.

Mengutamakan

perspektif emic.

Artinya mementingkan pan

dangan responden yakni bagaimana ia memandang dan

menaf-sirkan dunia dari segi pendiriannya.

11.

Mengadakan verifi'kasi

melalui

kasus

yang bertentangan

atau negatif.

(32)

dipilih menurut tujuan penelitian.

13. Melakukan audit trail untuk mengetahui apakah laporan pe

nelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan.

14. Melakukan partisipasi tanpa mengganggu untuk memperoleh

situasi yang alamiah atau wajar.

15. Mengadakan analisis sejak dari awal penelitian dan

sete-rusnya sepanjang masa penelitian.

Pendekatan yang digunakan adalah studi kasus. Menurut

S.Nasution studi kasus adalah bentuk penelitian secara

menda-lam tentang sesuatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia

didalamnya. Studi kasus dapat dilakukan terhadap seorang in

dividu, sekelompok individu, segolongan manusia, lingkungan

hidup manusia atau lembaga sosial, dapat juga mengenai per

kembangan sesuatu dan dapat pula memberi gambaran tentang

keadaan yang ada.

Dalam penelitian ini, studi kasus dilakukan di Lembaga

Pendidikan Keterampilan dan Latihan Sunny. Melalui studi ka

sus ini diteiiti secara mendetail tentang kesiapan belajar

mandiri warga belajar, peran fasilitator, proses pembelajaran

dengan keunikan-keunikannya.

B. LOKASI/SUBYEK PENELITIAN

Penelitian ini hanya dibatasi pada sebuah LPK (Lembaga

Pendidikan Keterampilan) Sunny, yang terletak di Jalan Pandu

Kotamadya Bandung.

Pemilihan LPK

ini

didasarkan

pada

per ti mbangan-per ti mbangan yakni:

(33)

75

Lembaga ini telah diakui oleh pemerintah sebagai salah

satu satuan pendidikan luar sekolah dan dengan demikian

dijamin oleh UU SPN dan Peraturan pemerintah tentang Pen

didikan Luar Sekolah.

Surat izin operas! dari Depdikbud no. 79/102. 10/A/C/L.89

-izin Depnaker no. 00029/W. 9/1990. namun praktis berdirinya

LPK Sunny sudah sejak 25 tahun yang lalu. Kepercayaan ma

syarakat terhadap LPK ini sangat besar. Hal ini dapat di

lihat pada animo peserta kursus Cwarga belajar yang tetap

secara bergantian berdatangan dan berasal dari berbagai

daerah di Jawa Barat dan ada juga yang dari luar.

C2) Program

Sebagian besar progran yang di buka di lembaga ini

ditu-Jukan pada peningkatan kemampuan dan

keterampilan yang

banyak diminati oleh kaum wanita Cibu rumah tangga).

Pe

neliti

mempunyai

perhatian mendalam terhadap kewanitaan

kebogaan Cmakanan) dalam kerangka pengembangan sumber da

ya mereka, modernisasi individu serta peningkatan

produk-tivitas mereka Juga sebagai wanita/ibu rumah tangga.

C3) Pendekatan

Dalam pengamatan awal di mana penulis ikut melibatkan di

ri sebagai peserta kursus (warga belajar), LPK ini cende

rung menerapkan

prinsip-prinsip

yang

dikemukakan

oleh

Suzanne Kindervatter tentang PNF sebagai empowering pro

cess atau konsep-konsep tentang belajar

mandiri.

Dalam

(34)

tangga pendekatan ini sangat relevan.

C4> Kualitas Fasilitator

Dari segi pengalaman dan tingkat pendidikan yang dicapai

para fasilitator di LPK ini cukup diandalkan. Disamping

pimpinan LPK sendiri sebagai fasilitator, terdapat pula tenaga-tenaga yang berasal dari Balai Pendidikan dan La

tihan Pariwisata CBPLP) Bandung.

C5) Peralatan Belajar/Praktikum

LPK ini memiliki seperangkat peralatan yang cukup meme nuhi syarat untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

C6) Lepasan C output)

Sampai saat ini kebanyakan lepasan LPK ini menurut infor masi dari pimpinan kursus dan juga beberapa peserta kur

sus telah berhasil membuat usaha sendiri Cwiraswasta),

menjadi nara sumber di organisasi-organisasi kewanitaan,

dan memenuhi kebutuhan keluarga sendiri.

Mengingat jumlah peserta/lepasan telah cukup banyak, penulis dalam upaya mendalami aspek-aspek penelitian yang di kemukakan hanya membatasi pada tiga peserta kursus sebagai sampel dalam studi kasus ini. Ketiga peserta tersebut adalah: CI) Peserta/lepasan yang saat ini mengembangkan usaha di

bi-dang hotel dan restaurant. Dan tugasnya adalah sebagai

General manager.

C2) Seorang ibu yang membuka usaha di bidang catering diit.

Tugasnya adalah sebagai pengelola.

(35)

7 7

memasaknya di keluarga sendiri dan kegiatan sosial.

Untuk fasilitator, penulis hanya menetapkan seorang

saja yakni ibu pemimpin kursus sendiri yang sekaligus

merang-kap sebagai sumber belajar utama, dengan pertlmbangan bahwa

ibu ini sudah banyak memiliki pengalaman dalam bidang

meng-jar Cfasilitator), mengikuti perkembangan dalam bidang

kebo-gaan Cmakanan), memiliki human relation yang baik dengan wai

ga belajar serta sumber belajar lainnya.

C. TAHAP PENELITIAN 1. Tahap Awal

Mengurus

surat izin pelaksanaan

penelitian

melalui

prosedur yang bertingkat yakni mulai dari FPS, Rektor IKIP

Bandung, dilamjutkan ke Kadit Sospol Propinsi Daerah Tingkat

I Jawa Barat, diteruskan lagi ke Kadit

Sospol

Tingkat II

Kotamadya Bandung dan terakhir surat tersebut diteruskan ke

pada Pimpinan Lembaga Pendidikan Keterampilan Sunny di Jalan

Pandu Kodya Bandung Csurat izin terlampir).

2. Tahap Orientasi

Sementara proses pengurusan surat izin berlangsung,

peneliti mengadakan orientasi ke lapangan yakni mendatangi

pimpinan LPK Sunny.

Peneliti

disambut

baik

oleh

pemimpin

kursus dan langsung menyatakan kesediaannya untuk menjadikan

LPK nya sebagai obyek penelitian. Peneliti "ditawarkan untuk

ikut dalam kegiatan belajar dengan maksud untuk dapat memban

(36)

menyatakan kesediaan untuk mengikuti kursus dan sekaligus

telah berfungsi sebagai

"partisipan observation".

Kegiatan

belajar ini peneliti ikuti selama 3 bulan untuk dua program

belajar dari ke enam program yang ada. Kegiatan awal yang

dilaksanakan peneliti adalah mengadakan pendekatan dengan be

berapa ibu peserta kursus dalam rangka pemilihan sampel yang

sesuai dengan fokus penelitian, serta pemantapan terhadap

fo-kus penelitian. 3. Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini peneliti memasuki lapangan untuk meng

adakan pengumpulan data. Tehnik pengumpulan data yang diguna

kan adalah dengan cara pengamatan Cobservasi).

wawancara.

studi dokumentasi dan studi literatur.

CD Pengamatan Cobservasi)

Guba dan Lincoln C1981: 191 -193)

mengemukakan bahwa

pengamatan sangat perlu untuk penelitian kualitatif sebab:

a. Pengamatan adalah pengalaman secara langsung. dan merupa

kan alat ampuh untuk mengetes suatu kebenaran.

b. Pengamatan berarti melihat dan mengamati sendiri dan

pengamat dapat mencatat sendiri perilaku dan kejadian

sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.

c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam

situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung

diperoleh dari data.

d. Dengan pengamatan dapat mengecek data.

(37)

79

perilaku yang kompleks.

f. Pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat dima

na tehnik komunikasi yang lain tidak memungkinkan.

Pengamatan terhadap subyek dilaksanakan dalam dua cara

yaitu

pertama,

pengamat berperan serta secara langsung dalam

kelompok yang diamati.

Dalam hal ini peneliti ikut menjadi

anggota belajar secara penuh.

Dengan keikutsertaan peneliti

ini. peneliti dapat mengamati hal-hal yang berhubungan dengan

peran yang ditampilkan warga belajar. fasilitator, situasi

belajar serta hal-hal yang dapat memberikan informasi yang

tak dapat dilakukan dengan wawancara. Pengamatan ini dilaku

kan tanpa mengganggu proses kegiatan pembelajaran dan

biasa-nya subyek tidak mengetahui kalau sedang diamati.

Kedua,

ada

lah pengamatan yang dilakukan secara terbuka diketahui oleh

subyek baik warga belajar maupun sumber belajar

Cfasilita-tor).

«

Hal-hal yang diamati adalah menyangkut informasi yang

berkenaan dengan fokus penelitian.

Dalam melaksanakan peng

amatan, bukan berarti peneliti sama sekali tidak berbicara,

berkelakar dan selalu dalam situasi yang wajar dan seadanya.

Data yang dikumpulkan segera dideskripsikan dalam bentuk gam

baran umum.

C2) Wawancara

Wawancara mendalam digunakan sebagai pengumpul data,

karena yang ingin diketahaui adalah bagaimana persepsi res

(38)

dikatakan oleh Subino C1988:2) bahwa wawancara itu tidak ter

batas

"puas"

sampai terjawabnya pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan akan tetapi terus dikejar sampai merasa bahwa apa

yang diinginkan sudah diperoleh semuanya.

Tehnik wawancara yang digunakan adalah wawancara dalam

bentuk pembicaraan informal dengan menggunakan petunjuk umun

berupa pokok-pokok yang akan ditanyakan. Pertanyaan tidak

disusun sevara baku yang disiapkan lebih dahulu untuk dita

nyakan. Peneliti mengutamakan informasi emic yang berasal

dari responden itu sendiri.

Pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan dalam wawan

cara. sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Patton. yakni:

a. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau perilaku

responden.

b. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai dari

responden.

c. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan dari responden.

d. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan dari respon

den.

e. Pengmatan yang berkaitan dengan indra responden.

f. Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang dari

res-ponden.

Pencatatan data wawancara dilakukan dengan tape recor

der maupun dengan pencatatan peneliti sendiri. Tidak semua

responden bersedia untuk direkam. Setelah wawancara dilakukan

(39)

81

kertas menurut sistematika yang baik. agar mudah untuk

diana-lisis.

C3) Studi dokumentasi

Studi dokumentasi dimaksudkan untuk mengumpulkan data

berupa dokumen

resmi

baik

yang internal

maupun

eksternal.

Dokumen internal yang diperoleh antara lain meliputi

keadaan

tempat pelaksanaan kursus seperti gedung, ruangan, peralatan.

buku pendataan,

struktur organisasi.

brosur-brosur.

kuriku

lum. dan Iain-lain.

Sedangkan dokumen resmi

berupa eksternal

adalah berupa pedoman pelaksanaan kursus dari

Bidang Pendi

dikan Masyarakat, Buletin Depdikbud, surat-surat penghargaan.

surat izin operasional , dan Iain-lain.

Alasan

mengapa

dokumen

dan

record

digunakan

dalam

penelitian menurut Lincoln dan Guba C1981: 232-235) adalah:

a.

Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang

stabil, kaya dan mendorong.

b.

Berguna sebagaivbuktl,untuk suatu pengujian.

c.

Keduanya berguna untuk penelitian kualitatif.

d.

Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh tapi

doku

men harus dicari dan ditemukan.

e.

Keduanya

tidak

relatif

sehingga

tidak

sukar

ditemukan

dengan tehnik kajian i s i .

f.

Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih

memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang

di-t e l i di-t i .

(40)

Tehnik

ini

digunakan

untuk

mendapatkan

pengetahuan

teoritis. yang akan dijadikan bahan diskusi hasil penelitian

sekaligus dalam menetapkan rambu-rambu permasalahan peneli

tian.

Bertolak dari

prinsip bahwa "fakta bermuatan teori"

CGoldstein,1978:17),

studi

literatur ini

dijadikan sebagai

bahan pembanding realitas Ckeadaan faktual) mengenai

aspek-aspek yang diteliti di lapangan.

4. Tahap Analisis Data

Keseluruhan data yang terkumpul dan tercatat dilaporan

lapangan selanjutnya dibuat dalam reduksi data, display data

dan pengambilan kesimpulan serta verifikasi.

Tehnik yang digunakan dalam penganalisisan data adalah

strategi induksi dan perbandingan konstan CS.Nasution 1988.

Goetz dan Le Comte 1984). Teori-teori yang dikemukakan sebe

lumnya serta teori-teori lain yang muncul sewaktu mengkaji

fakta yang ada digunakan guna mengkuatkan temuan-temuan

yang

diperoleh di lapangan.

D. KEABSAHAN DATA

Salah satu kriteria dalam pemeriksaan keabsahan data

adalah kredibilitas. Kredibilitas dilakukan dengan cara:

a. Perpanjangan waktu pengamatan untuk lebih mengenai respon

den. lingkungan dan kegiatannya serta peristiwa-peristiwa

yang terjadi. Dengan penelitian yang relatif lama peneliti

dapat mendeteksl dan memperhitungkan distorsi yang

mengo-toridata dan terutama dapat memberi kepercayaan diri pe

(41)

83

b. Pengamatan yang terus menerus, agar peneliti dapat melihat

sesuatu secara cermat. terinci dan mendalam sehingga dapat

membedakan mana yang bermakna dan tidak, dengan demikian

peneliti dapat memberikan deskripsi yang cermat dan rinci.

c. Triangulasi. yaitu pengecekan kembali tingkat kepercayaan

data dengan mengadakan usaha-usaha sebagai berikut:

CI) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

C2) Membandingkan apa yang dikatakan orang yang didepan

umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

C3) Membandingkan apa yang dikatakan orang dengan dikata

kannya sepanjang waktu.

C4)

Membandingkan keadaan

menurut

perspektif

seseorang

dengan berbagai pendapat orang lain.

C5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan.

Sumber lain yang dimintakan informasi untuk mengecek

kebenaran data ini diantaranya adalah teman sesama sumber

belajar, salah satu staf dari pimpinan kursus, bidang Pen

didikan Masyarakat Kanwil Depdikbud Jawa Barat. Sedangkan

untuk mengecek kebenaran dari warga belajar adalah melalui

teman terdekat. anak. suami. karyawan dalam usahanya.

d.

Peer debriefing,

membicarakan dengan orang lain yang

seba-ya dengan peneliti. tidak terlibat dengan penelitian ini,

mempunyai pengetahuan tentang pokok penelitian dan metode

(42)

e.

Member check,

yaitu peneliti mengadakan pengecekan kembali

tentang apa yang sudah dikatakan responden dengan maksud

agar responden dapat mengoreksi kembali bila ada kesalahan

(43)
(44)

KESI MPULAN, IMPLIKASI HASIL PENELITIAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang

dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya dapat diangkat be

berapa kesimpulan sebagai berikut :

1. LPKL Sunny sebagai satuan Pendidikan Luar

Se

kolah dilihat dari segi penyusunan program, pendekatan/

komunikasi, persepsi terhadap warga belajar, proses pem

belajaran, tindak Ianjut terhadap lepasan dan kualitas

para lepasan, telah dapat diandalkan dalam menjalankan

fungsi transformasi

yang

berorientasi pada kemandirian

warga belajar.

2.

Dalam transformasi

pendidikan luar

sekolah

yang berorientasi kepada kemandirian,

mengisyaratkan

akan adanya kesiapan belajar mandiri dari warga belajar

agar dengannya proses transformasi akan lebih efektif

dan efisien.

3. Beberapa hal yang menarik diangkat dari LPKL

Sunny adalah walaupun biaya kursus tidak murah namun da

pat dijangkau oleh warga belajar, semua persoalan yang

muncul diuji melalui suatu pengujian di lab makanan,

baik program maupun praktikum didiskusikan bersama yang

(45)

224 mengarah pada dialog kreatif, dan informasi andalan yang

bersifat rahasia khusus dalam pengolahan makanan yang menjadi incaran kebanyakan warga belajar.

3. Warga belajar yang menggunakan referensi ke mandirian, telah memiliki kesiapan belajar yang

diperlukan yaitu keterbukaan dan atau kepedulian yang tinggi terhadap setiap kesempatan belajar yang tersedia, memiliki konsep belajar yang efektif, memiliki inisiatif dan merasa bebas dalam belajar, memiliki kecintaan terhadap belajar, menunjukkan perilaku kreatif, memiliki orientasi yang kuat terhadap masa depan, serta telah memiliki beberapa keterampilan dasar yang diandalkan. Kesiapan belajar tersebut akan lebih kuat jika didorong

oleh suatu motif khusus dari pihak warga belajar.

4. Kesiapan belajar dalam model sistem belajar PLS merupakan salah satu komponen masukan mentah yang dengan dukungan komponen lainnya membangun suatu proses pembelajaran yang kondusif bagi pencapaian tujuan bel ajar dan pengembangan usaha serta peranan ibu rumah tangga. Penampilan belajar ketiga kasus yang diteliti secara sistematik menunjukkan sistem belajar pendidikan luar sekolah yang secara empirik dapat memberi nilai tambah baik secara individual maupun secara kelompok.

(46)

kesiapan belajar tertentu, memerlukan kejelian sumber

belajar dalam

menampilkan diri sebagai

fasilitator,

helper

dan partner warga belajar. Kejelian disini se

lain pemahaman mengenai latar belakang warga belajar,

kebutuhan dan aspirasi

warga belajar,

situasi

dan

kondisi bilamana berdiri sebagai

fasilitator,

sebagai

helper

dan sebagai

partner.

Kerjasama

antara penge

lola kursus dengan sumber belajar dalam

memper-hitungkan kejelian ini amat diperlukan.

6. Walaupun masing-masing warga belajar cenderung

menunjukkan perbedaan dalam melihat bagaimana belajar

yang efektif, namun dalam penampilan belajar ketiga

kasus

yang

diteliti

memperlihatkan

suatu

kecenderungan daur

belajar

mulai

dari

rasa tidak

puas,

sadar

akan masalah yang dihadapi.

mencari

sumber belajar dan aplikasi hasil belajar.

7. Sebagai sumber daya yang potensial bagi kehi

dupan keluarga, ketiga ibu rumah tangga yang menjadi

warga belajar di kursus dapat berbeda dalam memandang

posisi dan kedudukannya dalam rumah tangga. Perbedaan

tersebut dapat dikategorikan pada dua kategori yaitu

ibu rumah tangga yang mau berusaha atau berwiraswasta

dan karenanya mau belajar dan ibu rumah tangga yang

(47)

226

mau

belajar.Ketiga

kasus

yang

diteliti

dapat

dikategorikan

sebagai

orang

yang

berhasil

yang

belajar pada lembaga pendidikan yang berhasil.

8. Memperhatikan secara khusus kasus ibu Tien da

pat diangkat kesimpulan:

a. Menekuni usaha di bidang perhotelan dapat menjadi salah satu alternatif bagi ibu rumah tangga dewasa ini. Usaha tersebut memiliki nilai ekonomis, paeda

gogis dan religius.

b. Kesiapan belajar yang dimiliki secara kualitatif te

lah ikut mendinamisasi penampilan belajar sesuai

kebutuhan belajar yang muncul dari usaha yang

digeluti.

Menguasai

suatu keterampilan dalam suatu

kursus memerlukan kesungguhan dan tekad mulai dari

mendengar informasi, mengamati langsung apa yang

di-praktekan, ikut melaksanakan demontrasi, ikut merasa

kan hasil praktek dan mencoba sendiri di

rumah apa

yang dipel ajari.Motif yang ikut membangun kesiapan

belajar

ibu

Tien

adalah

agar

ia

mengetahui

rahasia-rahasia dalam tehnik pengolahan makanan da

lam upayanya meningkatkan kualitas pengolahan makanan

di dunia perhotelan.

c. Dalam situasi dan kondisi seperti yang dialami kasus,

(48)

CI)

Semangat berusaha dan semangat

belajar

akan

saling mengisi

C2) Membangun usaha sebagai proses belajar

C3)

Menjadikan kemandirian sebagai referensi kehi

dupan, dapat membuat suatu usaha bertahan

C4)

Motivasi spiritual membangun etos kerja dan se

mangat pengabdi an

C5)

Wanita dapat berperan sebagai pencipta lapangan

kerja bagi suami, anak-anak dan orang lain

C6) Belajar tanpa batas

C7) Bila istri mau berperan sebagai subyek membangun

keluarga, sang suami seyogianya menjadi motiva

tor sejak dini

C8) Pendidikan formal menjadi penunjang kehidupan

berusaha.

9. Memperhatikan secara khusus kasus inu Inggrid,

dapat diangkat beberapa kesimpulan:

a.

Menekuni usaha di bidang

"diit

catering"

menjadi

salah satu alternatif bagi ibu rumah tangga. Usaha

tersebut memiliki nilai ekonomis, higienis, paeda

gogis dan religius.

b. Kesiapan belajar yang dimiliki secara kualitatif

mendinamisasi

penampilan belajar

dalam memenuhi

(49)

223"

suatu keterampilan dalam suatu kursus memerlukan

kemampuan memahami prinsip/ide-ide dasar, kemampu

an

menyerap informasi,

mengadakan

transformasi

sewaktu mengamati pratikum dan mengeksperimenkan

dengan

modifikasi-modifikasi

tertentu,

serta

kemampuan mengevaluasi apa yang dicobakan. Motif

yang ikut menguatkan kesiapan belajar ibu Inggrid

adalah

agar

ia

mengetahui

atau

menambah

pengetahuan tentang aneka ragam pengolahan makanan

yang dapat dimodifikasi

sesuai

kebutuhan atau

kesehatan para pelanggan dan dengan demikian ia

akan lebih inovatif, kreatif serta produktif.

Dalam situasi

dan kondisi seperti yang dialami

kasus, berlaku beberapa prinsip sebagai berikut :

CI)

Kemampuan

mengantisipasi

sebagai

kualitas

hidup

C2)

Belajar sebagai usaha perolehan prinsip

-ide-ide dasar

C3)

Belajar akan melewati tahap informasi, trans

formasi dan evaluasi

C4)

Berusaha sambil belajar dan membelajarkan

CS)

Ibu rumah

tangga

sebagai

subyek

membangun

keluarga

(50)

sa-ling melengkapi

C7)

Pengaturan dan disiplin waktu sebagai kunci

wanita karir

C8) Motivasi berusaha dan motivasi belajar saling

menguatkan

10. Memperhatikan secara khusus kasus ibu Enny

dapat diangkat beberapa kesimpulan:

a. Menekuni pekerjaan ibu rumah tangga dalam kehidup

an keluarga

yang

dinamis

tampa

melibatkan

diri

pada

kegiatan-kegiatan

"business"

merupakan

pilihan

ibu rumah

tangga.

Pekerjaan

ini

juga

memiliki nilai paedagogis, religius, higienis.

b.

Kesiapan belajar yang dimiliki secara kualitatif

mendinamisasi penampilan belajar dalam upaya meme

nuhi kebutuhan melakukan peran sebagai ibu rumah

tangga. Menguasai suatu keterampilan dalam kursus

memerlukan suatu kecermatan dalam mengamati proses dan hasil demontrasi yang berlangsung. Mencoba

sendiri

apa

yang

diperoleh

dan

membandingkan

dengan formula baru yang dikembangkan sendiri akan

lebih memperkuat keterampilan yang dikuasai. Motif

yang iku menguatkan kesiapan

belajar

ibu Enny

adalah agar ia dapat memperoleh dan mencipta eneka

(51)

230

sehingga tidak ketinggalan zaman.

c. Dalam situasi dan kondisi seperti yang dialami

kasus, berlaku beberapa prinsip sebagai berikut :

CI)

Semangat modernisasi ikut membangun perilaku

ibu rumah tangga

C2) Kesadaran akan potensi diri sebagai awal dari

dinamika

C3)

Etos kerja dan etos belajar dapat menyatu

dalam kehidupan

C4)

Kemandirian menjadi referensi dalam kehidupan

C5)

Belajar memerlukan keterlibatan mental dalam

proses dan eksperimentasi sebagai pembanding.

B. IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

1 . IMPLIKASI

Beberapa implikasi yang muncul dan menurut penulis

relevan bagi pengembangan konsep maupun praktek pendi

dikan luar

sekolah mencakup

pengembangan

kelembagaan

Satuan

PLS,

pengembangan

konsep

belajar

dalam PLS,

pengembangan sumber daya wanita dalam keluarga, serta

pengembangan/profesionalisasi sumber tenaga pendidikan

PLS.

a.

Pengembangan Kelembagaan

Satuan PLS

Kehadiran berbagai LPKL sebagai satuan PLS, pada

(52)

tersebut mematangkan diri

sesuai

eksistensinya selaku

pelaku

transformasi

yang

memberi

nilai

tambah

bagi

peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

Referensi atau

tolehan kemandirian dalam seluruh aktivitas kelembagaan

seperti

yang terlihat dalam praktek kelembagaan LPKL

Sunny yang pada dasarnya peduli terhadap beberapa konsep

PLS seperti konsep humanistik, konsep

empowering

dari

Kindervater, konsep Knowles, dsb, relevan dengan pengem

bangan LPKL pasca UUSPN/PP 73. Persepsi terhadap warga

belajar sebagai pribadi yang mampu mandiri dan memiliki

potensi tertentu dan cara belajar

yang

dipandang efek

tif,

cara

menawarkan

program luwes,

pendekatan

dan

komunikasi yang terbuka dan familiar antar lembaga dan

warga belajar, interaksi dalam proses pembelajaran yang

mengarah

pada

dialog

kreatif,

praktikum

yang

memperhatikan perbedaan motif warga belajar, penyiapan

sumber belajar Ctenaga pendidik PLS) yang profesional

dan peduli

terhadap aktivitas lepasan LPKL, merespons

kesiapan

belajar

mandiri

warga belajar

seperti

yang

ditemukan di LPKL Sunny merupakan bagian atau

komponen-komponen penting dalam

pengembangan

kelembagaan satuan

PLS dewasa i ni .

b.

Pengembangan konsep belajar dalam PLS

(53)

232

rumah tangga lebih ditekankan

pada belajar

mandiri.

Belajar

mandiri

dapat

dikondisikan

oleh

kesiapan

belajar

mandiri.

Dalam mengkaji sejauh mana kesiapan

belajar mandiri seseorang dapat diamati pada sejauh mana

kepedulian atau keterbukaan seseorang terhadap setiap

kesempatan belajar yang ada, konsep belajar efektif yang

mana yang diyakini, sejauh mana inisiatif yang dimiliki

dan perasaan bebas dalam belajar, sejauh mana kecintaan

seseorang terhadap belajar. sejauh mana perilaku kreatif

yang ditampilkan, sejauh mana orientasi atau tolehannya

terhadap

masa

depan,

dan

sejauh

mana

keterampilan-keterampilan dasar yang relevan dikuasai.

Oleh karena

setiap

upaya

belajar

mandiri

yang

didukung

oleh

kesiapan belajar mandiri dalam PLS amat terkait dengan

motif khusus yang dalam kenyataannya ditentukan oleh

usaha atau peran yang diidolakan seseorang,

dan respons

para

pelaku

transformasi,

dan

juga

tidak

terlepas

dari

komponen-komponen lainnya yang

membangun

sistem

belajar

PLS.

maka

dalam

upaya

lebih

mengefektifkan

proses

pembelajaran

di

setiap

satuan

PLS,

penting

menganalisis secara sistemik sistem belajar setiap warga

belajar.

Keyakinan

seseorang

terhadap

belajar

yang

efektif yang ternyata memiliki perbedaan seperti yang

(54)

bahwa dalam mengkaji hasil belajar dalam PLS seyogianya

dilihat secara utuh, sistemik atau multi-variat. Ada

kecenderungan

kesamaan tahapan yang membangun motivasi

belajar yaitu mulai

dari

sadar akan masalah,

mencari

sumber

belajar

yang

berhasil,

belajar

mandiri

dan

mengaplikasikan apa yang dipelajari.

c. Pengembangan Kualitas Sumber Daya Wanita

Wanita/ibu rumah tangga yang mau belajar mandiri

seperti

yang

ditemukan

dalam

penelitian

ini

dapat

digolongkan

pada kelompok

wanita

yang peduli

dengan

eksistensinya sebagai

sumber

daya yang potensial

dan

menyadari bahwa setiap saat harus meningkatkan kualitas

kehidupannya.

Bagi

ibu

rumah

tangga

yang

harus

diperhatikan sebagaimana tersi rat dalam hasil penelitian

ini adalah:

CI) Memilih dan melakukan peran sebagai ibu rumah

tangga pada akhirnya terletak pada kemampuan para

ibu menyadari akan potensi dan kemampuan meng

antisip

Referensi

Dokumen terkait