Triw ulan I I I - 2009
Kantor Bank Indonesia
Kupang
KAJI AN EKON OM I REGI ON AL
K
K
K
A
A
A
T
T
T
A
A
A
P
P
P
E
E
E
N
N
N
G
G
G
A
A
A
N
N
N
T
T
T
A
A
A
R
R
R
Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya.
Kajian ini mencakup Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan, Sistem Pembayaran Regional, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data baik yang berasal dari intern Bank Indonesia maupun dari ekstern, dalam hal ini dinas/instansi terkait.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerja sama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.
Kupang, Oktober 2009 Bank Indonesia Kupang
D
D
D
A
A
A
F
F
F
T
T
T
A
A
A
R
R
R
I
I
I
S
S
S
I
I
I
HALAMAN JUDUL--- 1
KATA PENGANTAR --- 2
DAFTAR ISI --- 3
RINGKASAN EKSEKUTIF --- 6
MAKRO EKONOMI REGIONAL 1.1 SISI PERMINTAAN --- 12
1.2 SISI PENAWARAN --- 17
PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 KONDISI UMUM--- 24
2.2 INFLASI KOTA KUPANG--- 26
2.3 INFLASI MAUMERE --- 27
PERKEMBANGAN PERBANKAN 3.1 KONDISI UMUM--- 29
3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN --- 30
3.3 KREDIT UMKM--- 36
3.4 PERKEMBANGAN BPR--- 37
SISTEM PEMBAYARAN 4.1 KONDISI UMUM--- 40
4.2 TRANSAKSI RTGS --- 41
4.3 TRANSAKSI KLIRING --- 42
4.4 TRANSAKSI TUNAI --- 43
KEUANGAN DAERAH 5.1 KONDISI UMUM--- 45
5.2 PENDAPATAN DAERAH--- 46
5.3 BELANJA DAERAH --- 47
TENAGA KERJA DAN KESEJAHTERAAN
6.1 KONDISI UMUM--- 51
6.2 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN --- 51
6.3 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN --- 54
BOKS--- 57
OUTLOOK PEREKONOMIAN 7.1 PERTUMBUHAN EKONOMI --- 60
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian, Statistik dan Survei KBI Kupang Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT [0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103
www.bi.go.id
Ringkasan Eksekutif
Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III-2009
PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI
Kinerja pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan III-2009, diperkirakan relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.
Membaiknya kinerja konsumsi, investasi, maupun ekspor menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi triwulan ini. Peningkatan pendapatan, kebutuhan belanja menjelang hari raya Idul Fitri, serta dukungan lembaga pembiayaan, baik perbankan, koperasi, maupun jasa pembiayaan lainnya disinyalir memberikan sentimen positif bagi aktivitas konsumsi. Tren kenaikan omset penjualan distributor makanan serta peningkatan jumlah penjualan motor baru telah memberikan optimisme kepada pelaku ekonomi terhadap situasi bisnis selama tahun 2009. Hal tersebut diperkirakan menjadi salah satu trigger
terhadap aktivitas investasi, dimana lonjakan penjualan barang konstruksi, secara khusus konsumsi semen cenderung mengalami peningkatan. Dari sisi ekspor, aktivitas loading di Pelabuhan Tenau, baik yang menggunakan peti kemas maupun kargo biasa juga terus mengalami perkembangan positif. Membaiknya prospek perekonomian dunia, mendorong peningkatan ekspor mangan, dimana pada tahun 2008 lalu sempat mengalami penurunan. Sehingga secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 4,11%;yoy.
Secara sektoral, kontribusi pertanian terhadap pembentukan PDRB masih dominan, kemudian diikuti dengan sektor jasa-jasa, sektor perdagangan hotel dan restoran. Tren meningkatnya jumlah pengiriman hewan ternak (sapi) menjadi salah satu indikasi, bahwa peran NTT dalam menyuplai kebutuhan daging nasional masih cukup dominan. Pada bulan September sektor perdagangan, hotel dan restoran mendapat berkah tersendiri, seiring dengan pelaksanaan event bertaraf internasional di Pulau Rote, yaitu lomba selancar dan pancing yang diikuti lebih dari 20 negara. Peningkatan aktivitas ekonomi secara keseluruhan, prospek situasi bisnis yang mendukung, menyebabkan sektor jasa (tersier) berkembang pesat, sebagaimana ditunjukan dengan penigkatan kinerja bisnis persewaan kendaraan.
PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL
pasokan dari luar NTT mengakibatkan pembentukan harga di NTT sebagian besar dipengaruhi oleh harga pembelian dari daerah pemasok (imported inflation). Kemudian dari sisi struktur pasar yang cenderung didominasi okeh beberapa pedagang besar (oligopoli), membuat pembentukan harga di tingkat pengecer sangat ditentukan oleh pedagang besar tersebut. Kemudian dari sisi permintaan, perkembangan harga kebutuhan pokok yang selalu cenderung meningkat menjelang hari raya Idul Fitri akibat lonjakan permintaan di Pulau Jawa, mengakibatkan harga barang di NTT juga ikut melonjak. Meskipun di wilayah NTT sendiri relatif tidak terjadi kenaikan permintaan yang signifikan.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kinerja perbankan di Provinsi NTT pada triwulan III tahun 2009 masih menunjukkan perkembangan yang positif. Perannya sebagai lembaga intermediasi juga menunjukan peningkatan, meskipun sebagian besar pembiayaan yang disalurkan tidak bersifat produktif, sehingga kurang memberikan efek domino yang mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Asset bank umum di wilayah NTT tumbuh sebesar 15,33%; y-o-y. Sejalan dengan hal tersebut, penghimpunan dana oleh pihak ketiga juga mengalami perkembangan yang positif dengan 14,28%;y-o-y. Sementara itu dari segi pembiayaan, penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi NTT tumbuh 23,39%;y-o-y walaupun akselerasinya cenderung melambat sepanjang tahun 2009.
Membaiknya perekonomian NTT, sejalan dengan menigkatnya kegiatan transaksi pembayaran. Perkembangan transaksi non tunai yang dilakukan melalui fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), dimana meningkat sebesar 7,57%.
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kebijakan fiskal bagi provinsi NTT memiliki kontribusi yang penting bagi pendorong (stimulus) pertumbuhan ekonomi. Sampai dengan akhir semester I-2009 tingkat realisasi belanja APBD sebesar 33,09%, yang didominasi untuk keperluan belanja rutin, sedangkan realisasi belanja modal masih relatif sangat minim, yaitu 11,01%. Sementara untuk relaisasi pendapatan sudah relatif baik dengan 54%, karena sumber pendapatan yang sebagian besar berasal dari dana perimbangan.
OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI
Baru. Hal tersebut tentunya akan memberikan dampak positif terhadap kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan untuk sektor pertanian diperkirakan akan cenderung menurun, seiring dengan dimulainya masa tanam untuk komoditi tabama yang diperkirakan akan sedikit lebih lambat dibandingkan tahun 2008 lalu sebagai dampak badai el nino.
Laju Inflasi Tahunan (yoy %)
- Kupang 10.90 8.40 3.64 6.02
- Maumere 16.17 11.73 5.61 2.45
PDRB - Harga Konstan (miliar Rp)** 3,022.65 2,782.79 2,900.14 3,062.59 - Pertanian 1,118.62 1,118.03 1,164.87 1,182.10 - Pertambangan dan Penggalian 39.38 35.37 37.35 39.01 - Industri Pengolahan 44.02 39.48 42.79 44.56 - Listrik, gas dan air bersih 12.13 10.69 11.39 11.94 - Bangunan 194.53 167.18 177.57 193.01 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 505.88 460.57 472.51 504.29 - Pengangkutan dan komunikasi 219.81 206.16 218.40 226.30 - Keuangan, Persewaan, dan Jasa 107.67 95.29 102.68 111.95 - Jasa 780.62 650.02 672.57 749.43
Pertumbuhan PDRB (yoy %) 2.77 4.89 3.25 4.11
Ekspor - Impor*
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 11.26 1.36 9.10 3.87
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 102.67 0.52 21.06 27.63
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 0.09 14.21 0.08 0.00
Volume Impor Nonmigas (ton) 26.40 262.48 373.94 27.50
Sistem Pembayaran
Inflow (miliar Rp) 273.20 596.39 211.99 277.05
Outflow (miliar Rp) 919.40 164.24 523.52 408.91
Netflow (miliar Rp) -646.20 432.15 -311.53 -131.85
MRUK (miliar Rp) 42.75 29.97 46.82 74.79
Uang Palsu (ribu Rp) 50.00 100.00 400.00 900.00
Nominal RTGS (miliar Rp) 69.26 13.71 105.73 16.81
Nominal Kliring (miliar Rp) 420.70 398.09 373.10 402.14
Sumber : Berbagai sumber (diolah) Keterangan :
1) LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi) PDRB atas dasar harga konstan 2000 2) (y-o-y) = year on year, thn dasar 2002
3) Ekspor data dari Bagian PDIE-BI bln Agustus 2009 * 4) **) Angka Proyeksi BI
INFLASI DAN PDRB
Tw.IV-08 Tw.I-09 Tw.II-09 Tw.III-09
TAB E L INDIK ATOR E K ONOMI TE R P IL IH
P R OVINS I NUS A TE NGGAR A TIMUR
PERBANKAN
Bank Umum
Total Aset (Rp Triliun) 9.94 9.61 10.32 10.99
DPK (Rp Triliun) 8.00 8.23 8.82 9.01
- Tabungan (Rp Triliun) 4.32 3.82 4.03 4.19
- Giro (Rp Triliun) 1.90 2.54 2.81 2.79
- Deposito (Rp Triliun) 1.78 1.91 1.99 2.09
Kredit (Rp Triliun) 5.40 5.52 6.06 6.46
- Modal Kerja 1.50 1.48 1.66 1.79
- Konsumsi 3.74 3.88 4.20 4.46
- Investasi 0.16 0.16 0.20 0.22
LDR (%) 67.51 66.81 66.67 71.71
NPLs (%) 1.39 1.61 1.73 1.83
Kredit UMKM (Triliun Rp) 5.34 5.45 6.00 6.38
BPR
Total Aset (Rp Miliar) 68.32 75.08 84.02 102.08
DPK (Rp Miliar) 38.89 44.44 52.08 67.66
- Tabungan (Rp Miliar) 17.52 20.34 23.15 29.38
- Deposito (Rp Miliar) 21.38 24.09 28.93 38.28
Kredit (Rp Miliar) 51.48 59.11 67.97 79.47
- Modal Kerja 27.80 32.24 37.12 42.52
- Konsumsi 22.34 24.01 26.86 5.07
- Investasi 1.34 2.86 3.99 31.88
Kredit UMKM (Rp Miliar) 51.48 59.11 67.97 79.47
Rasio NPL Gross (%) 2.61 4.35 3.12 3.63
LDR (%) 132.37 133.01 130.52 117.46
Sumber : Bank Indonesia Kupang (diolah)
Tw.II-09 Tw.I-09
Tw.IV-08 Tw.III-09
T AB E L INDIK ATOR E K ONOMI TE R P IL IH
P R OVINS I NUS A T E NGGAR A TIMUR
B
B
B
A
A
A
B
B
B
I
I
I
M
M
M
A
A
A
K
K
K
R
R
R
O
O
O
E
E
E
K
K
K
O
O
O
N
N
N
O
O
O
M
M
M
I
I
I
R
R
R
E
E
E
G
G
G
I
I
I
O
O
O
N
N
N
A
A
A
L
L
L
Perekonomian NTT, tumbuh lebih baik dibandingkan triwulan
sebelumnya. Pada triwulan III, perekonomian NTT diperkirakan tumbuh 4,11%
(year on year), sementara pada triwulan sebelumnya relatif lebih rendah dengan
3,25% (year on year). Sehingga bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
akan terjadi peningkatan sekitar 5,6% (quartal to quartal). Peningkatan kinerja
ekonomi pada triwulan III, diperkirakan masih sangat dipengaruhi aktivitas
konsumsi yang sumbernya antara lain berasal dari peningkatan pendapatan atau
pembiayaan, baik dari perbankan, maupun lembaga keuangan non bank. Secara
simultan peningkatan aktivitas ekonomi dari sisi permintaan, direspon oleh sisi
penawaran, dimana sampai saat ini kontribusi sektor pertanian masih tetap
dominan. Membaiknya kegiatan ekonomi pada triwulan III jika dibandingkan
dengan triwulan II lalu, juga diakui oleh pedagang eceran maupun pelaku dunia
usaha di Kota Kupang.
Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT
Sumber : Proyeksi BI
Grafik 1.2 Struktur Sisi Penawaran
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
IV I II III**
PDRB (miliar) 3,022.65 2,782.79 2,900.14 3,062.59
y-o-y 2.77% 4.89% 3.25% 4.11%
q-t-q 2.75% -7.94% 4.22% 5.60%
NTT 2008 2009
Grafik 1.3 Struktur Sisi Permintaan
Tabel 1.1 Perkembangan PDRB NTT
1.1 Sisi Permintaan
Grafik 1.5 PDRB Konsumsi
Grafik 1.6 Penjualan Pakaian & Alt Rumah Tangga
Konsumsi menjadi penopang kegiatan ekonomi. Selain dari
kontribusinya yang sangat dominan, perannya dalam mendukung laju
pertumbuhan juga sangat signifikan (share of growth). Kemudian dari sisi
investasi, meski belum signifikan pada triwulan ini tetap menunjukan
perkembangan positif. Dari sisi neraca perdagangan (ekspor-impor),
pertumbuhan ekspor diperkirakan relatif lebih baik dibandingkan triwulan
sebelumnya, meski disatu sisi volume impor antar pulau juga ikut meningkat
sejalan dengan pertumbuhan konsumsi domestik.
1. Konsumsi
Dari total pertumbuhan sebesar
4,11%, diperkirakan 3,61% didukung
oleh kinerja konsumsi. Baik konsumsi
rumah tangga, swasta, maupun
pemerintah diperkirakan masing-masing
tumbuh pada kisaran 3% - 4%. Pada
triwulan III-2009, konsumsi secara total
diperkirakan tumbuh 3,30%, dimana
share paling dominan diperkirakan masih
dari konsumsi rumah tangga. Tren
penurunan tekanan inflasi selama tahun
2009, dibandingkan tahun 2008 lalu
diindikasikan ikut mendorong peningkatan
aktivitas konsumsi. Tabel 1.2 PDRB Sisi Permintaan
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Grafik 1.4 Sumber Pertumbuhan Sisi Permintaan
Permintaan
(miliar) IV I II III**
Konsumsi 3,395 3,053 3,254 3,327 Investasi 385 339 364 382 Ekspor 969.68 810.13 880.13 988.25 Impor 1,841 1,466 1,735 1,863 Perubahan stok 114 48 137 227 PDRB 3,023 2,783 2,900 3,063
2008 2009
Grafik 1.7 Perkembangan NTP
Peningkatan pendapatan
diperkirakan menjadi pendorong
utama, selain dukungan dari sektor
pembiayaan. Sentimen positif pendapatan
masyarakat pada triwulan III, terutama
berasal dari pembayaran Tunjangan Hari
Raya (THR), sehubungan dengan perayaan
Hari Raya Idul Fitri. Hal tersebut menjadi
salah satu pendorong meningkatnya
penjualan kebutuhan sandang untuk
keperluan hari raya. Peningkatan
pendapatan juga terjadi pada level petani.
Kecenderungan nilai tukar petani (NTP)
selama tahun 2009 menunjukan
perkembangan positif.
Peningkatan pendapatan
diperkirakan menjadi pendorong
utama, selain dukungan dari sektor
pembiayaan. Sentimen positif pendapatan
masyarakat pada triwulan III, terutama
berasal dari pembayaran Tunjangan Hari
Raya (THR), sehubungan dengan perayaan
Hari Raya Idul Fitri. Hal tersebut menjadi
salah satu pendorong meningkatnya
penjualan kebutuhan sandang untuk
keperluan hari raya. Peningkatan
pendapatan juga terjadi pada level petani.
Kecenderungan nilai tukar petani (NTP)
selama tahun 2009 menunjukan
perkembangan positif. Sumber : SPE BI
Grafik 1.8 Listrik Rumah Tangga
Sumber : PLN Wilayah NTT
Peningkatan daya beli masyarakat juga tercermin dari durable
goods consumption (konsumsi barang tahan lama), dimana jumlah
penjualan motor baru, maupun barang-barang peralatan rumah tangga selama
tahun 2009 relatif mengalami peningkatan. Kemudian tren penggunaan
konsumsi listrik rumah tangga menjadi tanda bahwa kemampuan masyarakat
secara umum relatif membaik. Dukungan pembiayaan perbankan untuk
keperluan konsumsi sampai dengan akhir September, masih tumbuh positif
(24,56%) meski cenderung melambat. Tercatat posisi outstanding kredit
konsumsi mencapai Rp 4,46 triliun. Selain perbankan, pembiayaan yang
dilakukan oleh jasa pegadaian mencapai lebih dari Rp 114 miliar posisi bulan
Agustus lalu. Hal ini tentu menjadi salah satu katalis bagi perekonomian NTT.
Peningkatan daya beli masyarakat juga tercermin dari durable
goods consumption (konsumsi barang tahan lama), dimana jumlah
penjualan motor baru, maupun barang-barang peralatan rumah tangga selama
tahun 2009 relatif mengalami peningkatan. Kemudian tren penggunaan
konsumsi listrik rumah tangga menjadi tanda bahwa kemampuan masyarakat
secara umum relatif membaik. Dukungan pembiayaan perbankan untuk
keperluan konsumsi sampai dengan akhir September, masih tumbuh positif
(24,56%) meski cenderung melambat. Tercatat posisi outstanding kredit
konsumsi mencapai Rp 4,46 triliun. Selain perbankan, pembiayaan yang
dilakukan oleh jasa pegadaian mencapai lebih dari Rp 114 miliar posisi bulan
Agustus lalu. Hal ini tentu menjadi salah satu katalis bagi perekonomian NTT.
Grafik 1.10 Omset Pegadaian NTT
Sumber : KBI Kupang
Grafik 1.9 Kredit Konsumsi
2. Investasi
Kegiatan investasi diperkirakan tumbuh lebih baik dari tahun
sebelumnya. Pada triwulan III-2009, diproyeksikan akan terjadi pertumbuhan
sebesar 4,72% (year on year). Ekspektasi pelaku dunia usaha terhadap situasi
bisnis masih tetap menunjukan optimisme. Meningkatnya aktivitas investasi,
khususnya investasi bangunan tercermin jumlah penjualan semen maupun
bahan konstruksi yang mengalami perkembangan positif. Bertambahnya jumlah
kegiatan bisnis di NTT juga ditunjukan oleh perkembangan jumlah pelanggan
listrik sektor bisnis yang terus mengalami peningkatan. Dari sisi pembiayaan,
meski proporsinya masih relatif kecil, perkembangan kredit investasi setiap
tahun tetap mengalami ekspansi. Untuk posisi September outstanding kredit
investasi tumbuh 37,78%, atau menjadi Rp 218 miliar.
Grafik 1.11 Perkembangan Investasi Grafik 1.12 Konsumsi Semen NTT
Sumber : Proyeksi BI Sumber : ASI
Faktor keterbatasan infrastruktur maupun dan aspek kepastian
hukum diperkirakan menjadi penghambat laju investasi, khususnya oleh
swasta. Pasokan listrik untuk beberapa wilayah relative masih belum memadai.
Saat ini sedang dilaksanakan pengembangan jaringan, dan diperkirakan baru
akan selesai antara 2010 – 2011 (proyek 10 ribu MW). Terkait masalah
kepastian hukum, pemerintah daerah telah melakukan langkah positif dengan
membentuk Kantor Pelayanan Perizinan, Terpadu Satu Pintu (KP2TSP) per
Januari 2009 (semacam one stop service). Namun demikian, implementasi di
Grafik 1.13 Pegiriman Barang Konstruksi Grafik 1.14 Kredit Investasi
Sumber : Pelindo Tenau Sumber : KBI Kupang
3. Net Ekspor
Sejalan dengan meningkatnya aktivitas konsumsi, diperkirakan
kegiatan impor juga menunjukan perkembangan. Kondisi tersebut
mengakibatkan tekanan pada neraca perdagangan NTT. Defisit angka net
ekspor diperkirakan akan semakin tinggi. Meskipun pertumbuhan kinerja ekpor
relatif mulai membaik selama tahun 2009. Tingkat ketergantungan yang sangat
tinggi pada pasokan barang dari perdagangan antarpulau, mengakibatkan
struktur impor didominasi oleh impor antar daerah. Kemudian, permasalahan
operasional maupun inefisiensi, kegiatan ekspor luar negeri dari barang-barang
asal NTT, sebagian besar tidak dilakukan melalui pelabuhan di NTT. Minimnya
produksi sumber daya alam asal NTT yang dijual ke luar daerah tercermin dari
kondisi bongkar muat di Pelabuahan Tenau yang sebagian besar didominasi oleh
aktivitas unloading. Bahkan sebagian besar kontainer yang digunakan untuk
mengirim barang ke NTT, kembali dalam kondisi kosong. Hal tersebut menjadi
salah satu penyebab harga barang di NTT relatif tinggi, karena pihak pelayaran
membebankan biaya freight kapal untuk biaya pengiriman dan biaya kembali.
Grafik 1.15 Perkembangan Ekspor - Impor Grafik 1.16 Bongkar-Muat Kargo
Kegiatan ekspor NTT, diperkirakan selama triwulan III akan
tumbuh sebesar 3,92% (yoy). Aktivitas ekspor selama triwulan III didukung
oleh peningkatan pengiriman hewan ternak untuk menyuplai kebutuhan daging
nasional selama menjelang perayaan Idul fitri. Selain itu, mulai pulihnya kinerja
ekonomi dunia mulai berdampak terhadap pengiriman hasil tambang
batu-batuan (marmer, mangan) ke negara Asia, khususnya Cina. Dari sisi impor, pada
triwulan ini diperkirakan akan tumbuh 3,52% (yoy). Dorongan dari aktivitas
konsumsi selama triwulan III menjadi penggerak utama meningkatnya kegiatan
impor, khususnya impor antarpulau.
Grafik 1.18 Pengiriman Hewan Ternak
Sumber : Pelindo Tenau
Grafik 1.17 Arus Peti Kemas NTT
Sumber : Pelindo Tenau
Volume ekspor luar negeri NTT pada triwulan III munjukan
peningkatan. Selama triwulan III (Agustus), volume barang asal NTT yang
dikirim ke luar neger sebesar 27,63 ribu ton. Jumlah tersebut meningkat
signifikan dibandingkan tahun
sebelumnya yang hanya 4,39 ribu ton.
Sedangkan pada triwulan sebelumnya
tercatat sebesar 21,06 ribu ton. Negara
tujuan utama ekspor masih berada di
daratan Asia (85%), secara khusus
Cina. Jenis komoditi yang paling
dominan adalah bahan-bahan hasil
galian (batu-batuan, mangan).
Grafik 1.19 Tujuan Ekspor NTT
1.2 Sisi Penawaran
Dari sisi penawaran, kontribusi sektor pertanian relatif masih
dominan, meskipun pertumbuhannya cenderung lambat. Tiga sektor
utama yang menjadi penggerak roda ekonomi NTT, yaitu : sektor pertanian,
sektor jasa-jasa dan, sektor perdagangan, hotel & restoran pada triwulan
III-2009. Sektor-sektor tersebut secara total menyumbang lebih dari 75% angka
PDRB pada triwulan III-2009. Dari 4,11% pertumbuhan ekonomi triwulan ini
ketiga sektor tersebut masing-masing menyumbang 1,31% untuk sektor
pertanian, 1,15% sektor jasa, dan 0,62% sektor perdagangan, hotel dan
restoran.
1. Pertanian
Kinerja sektor pertanian diperkirakan akan terus membaik pada
triwulan III. Pada triwulan ini, pertumbuhan sektor pertanian diproyeksikan
sebesar 3,38% (yoy). Meskipun untuk subsektor tanaman pangan diperkirakan
cenderung mengalami kontraksi, namun untuk subsektor perkebunan dan
Tabel 1.3 PDRB Sisi Penawaran Grafik 1.20 Sumbangan Pertumbuhan
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Ket ; **) Proyeksi BI
Sumber : Proyeksi BI
Grafik 1.21 Perkembangan Pertanian Grafik 1.22 Perkiraan Produksi Padi
peternakan justru relatif mengalami ekspansi. Pada triwulan III, merupakan
periode masa puncak panen untuk sebagian besar komoditi perkebunan NTT
(kopi dan mete). Kemudian pada triwulan III, bertepatan dengan hari raya Idul
Fitri, hal ini mendorong terjadinya peningkatan pengiriman ternak (sapi) ke Jawa
untuk memasok kebutuhan daging yang biasanya melonjak pada saat hari raya.
Bagi subsektor tanaman pangan,
kondisi pertanian NTT yang bersifat
marginal menyebabkan tingkat
ketergantungan pada cuaca sangat
tinggi. Selama triwulan III, musim
hujan di NTT secara umum sudah
lewat. Sementara musim tanam
berikutnya yang umumnya dimulai
bulan November, untuk tahun ini
diperkirakan akan sedikit mengalami kemunduran. Kondisi diatas merupakan
bagian dari dampak badai elnino yang melanda Indonesia secara keseluruhan.
Bahkan curah hujan yang akan turun diperkirakan relatif lebih rendah dari
kondisi normal (Sumber : BMKG Kota Kupang)
Selain itu faktor keterbatasan modal juga relatif menjadi kendala
berkembangnya sektor pertanian di NTT. Hal ini sejalan dengan kondisi
penyaluran pembiayaan perbankan NTT pada sektor pertanian yang relatif kecil.
Outstanding kredit sektor pertanian hanya 1,39% dari Rp 6,46 triliun, meski
tren laju pertumbuhannya selama tahun 2009, masih lebih baik dibandingkan
dengan tahun lalu.
2. Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sejalan dengan meningkatnya aktivitas konsumsi, kinerja sektor
perdagangan, hotel dan restoran juga ikut terdongkrak. Sekitar 90%
kinerja sektor PHR dikendalikan oleh subsektor perdagangan. Hubungan antar
daerah yang relatif erat, dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari
menjadi insentif bagi sektor ini. Pada triwulan III, sektor PHR diperkirakan
tumbuh 3,78% (yoy). Peningkatan penjualan seperti sudah disebutkan
sebelumnya akibat melonjaknya konsumsi terutama menjelang hari raya Idul
Fitri. Kondisi tersebut dari meningkatnya omset penjualan barang-barang Sumber : KBI Kupang
kebutuhan sandang. Selain itu, peningkatan kinerja sektor PHR juga tidak
terlepas dari adanya indikasi peningkatan kemampuan daya beli masyarakat
yang ditunjukan dengan pertumbuhan penjualan barang tahan lama (alat rumah
tangga).
Secara umum, situasi bisnis di Kota Kupang relatif masih
mendukung. Perkembangan kegiatan usaha tersebut, juga tercermin dari
pertumbuhan jumlah pelanggan sektor bisnis. Hal ini sejalan dengan semakin
bertambahnya jumlah ruko usaha yang beroperasi. Pertumbuhan sektor PHR
juga tidak terlepas dari dukungan pembiayaan perbankan. Kredit perbankan
untuk sektor PHR sebesar 21,17% dari total outstanding, atau setara dengan Rp
1,54 triliun pada akhir September. Umumnya pemafaatan kredit di sektor PHR
adalah untuk keperluan modal kerja.
Grafik 1.24 Perkembangan PHR Grafik 1.25 Penjualan Ritel Kupang
Sumber : Proyeksi BI Sumber : SPE KBI Kupang
Grafik 1.27 Kredit Sektor PHR Grafik 1.26 Konsumsi Listrik Bisnis
3. Jasa-jasa
Kinerja sektor jasa diperkirakan masih ditopang oleh jasa
pemerintahan. Pertumbuhan selama triwulan III-2009 diperkirakan mencapai
4,72%;yoy. Kontribusi sektor jasa terhadap pembentukan PDRB triwulan
III-2009 diproyeksikan mencapai 24,47%. Aktivitas sektor jasa pemerintahan, juga
bisa tergambar dari perkembangan kondisi arus dana milik pemerintah yang ada
di perbankan NTT. Tren menurunnya jumlah dana pemerintah di perbankan,
bisa menjadi indikasi bahwa sektor jasa pemerintah sudah mulai bergerak.
Kondisi tersebut pada umumnya terjadi dalam semester II setiap tahun.
Grafik 1.29 Giro Milik Pemerintah Grafik 1.28 PDRB Sekor Jasa
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Ket ; **) Proyeksi BI Sumber : Bank Indonesia Kupang
4. Sektor lainnya
Selain tiga sektor unggulan yang mendominasi pembentukan angka
PDRB NTT diatas, dari 6 sektor ekonomi lainnya, sektor transportasi dan
komunikasi, serta sektor bangunan relatif memberikan kontribusi yang dominan.
Kontibusi kedua sektor tersebut masing-masing sebesar 7,39% dan 6,30%.
Sebagai provinsi kepulauan, peran transportasi baik laut maupun udara menjadi
sangat vital.
Grafik 1.30 PDRB Transportasi & Komunikasi
Selama triwulan III pertumbuhan sektor transportasi dan
komunikasi relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada
triwulan ini terjadi pertumbuhan 5,62% (yoy), sedangkan triwulan sebelumnya
hanya 4,42%. Untuk subsektor transportasi, pertumbuhannya didukung oleh
kinerja transportasi udara. Arus mudik selama masa menjelang lebaran melalui
pesawat, praktis mendongkrak kinerja subsektor ini. Prospek bisnis transportasi
di NTT relatif menjanjikan. Setelah masuknya maskapai Garuda Indonesia pada
awal tahun ini, maskapai Batavia kembali menambah frekuensi penerbangan ke
Kupang. Kemudian untuk subsektor komunikasi perkembangannya terlihat
pertumbuhan jumlah pelanggan telepon seluler yang terus meningkat.
Sumber : Proyeksi BI
Grafik 1.32 PDRB Bangunan
Sumber : ASI
Grafik 1.33 Konsumsi Semen NTT
Dari sektor bangunan, jumlah konsumsi semen pada triwulan III
yang relatif meningakat menjadi salah satu indikator kinerja sektor
bangunan. Kemudian jumlah pengiriman beberapa jenis barang konstruksi
yang masuk lewat pelabuhan Tenau, juga semakin banyak selama triwulan III
dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Dukungan pembiayaan perbankan
padea sektor bangunan juga masih positif. Pertumbuhan outstanding kredit
pada posisi September 2009 mencapai 46,89%, atau secara nominal sebesar Rp
198 miliar. Kinerja sektor bangunan juga relatif dipengaruhi oleh kinerja
keuangan pemerintah daerah. Proyek pembangunan fisik yang dibiayai
perbankan sebagian merupakan proyek pemerintah, sehingga peningkatan
kredit sektor konstruksi biasanya sejalan dengan proses realisasi proyek
Sumber : Pelindo Tenau
Grafik 1.33 Impor Bahan Konstruksi
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Grafik 1.34 Kredit Konstruksi
Sektor Listrik dan Air Bersih sebagai supporting ikut terdongkrak
seiring meningkatnya kinerja ekonomi secara keseluruhan. Pada triwulan
III-2009, kinerja sektor ini diindikasikan mengalami ekspansi sebesar 4,85%
(yoy). Kondisi tersebut sejalan dengan tingkat konsumsi (kwh) seluruh
pelanggan PLN maupun jumlah pelanggan yang cenderung mengalami
peningkatan. Jaminan ketersediaan pasokan listrik yang memadai, medorong
beroperasinya kembali pabrik semen PT. Semen Kupang yang sempat terhenti
sejak April 2008. Sinyal positif kinerja industri secara keseluruhan juga tercermin
dari tingkat konsumsi listrik untuk kategori industri. Sehingga pada triwulan ini
sektor industri diperkirakan mengalami pertumbuhan 1,09% (yoy). Kemudian,
maraknya aktivitas penambangan bahan galian jenis batu-batuan mendorong
sektor pertambangan mengalami ekspansi sebesar 3,76% (yoy). Peningkatan
aktivitas sektor bangunan juga ikut mendorong peningkatan kinerja sektor ini.
Grafik 1.35 Konsumsi Listrik NTT Grafik 1.36 Konsumsi Listrik Industri
Sumber : PLN wilayah NTT Sumber : PLN wilayah NTT
Peran perbankan dalam mendukung perekonomian juga relatif
menunjukan penigkatan. Sebagai penggerak utama sektor keuangan,
bagi lembaga perbankan. Salah satu bukti nyata adalah jumlah bank yang
beroperasi terus mengalami pertumbuhan. Yang terakhir adalah Bank Sinar Mas
yang mulai beroperasi sejak 6 Oktober 2009. Sampai dengan bulan September
2009, asset bank umum di wilayah NTT tumbuh sebesar 15,33%;y-o-y. Sejalan
dengan hal tersebut, penghimpunan dana oleh pihak ketiga juga mengalami
perkembangan yang positif dengan 14,28%;y-o-y. Sementara dari segi
pembiayaan, penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi NTT tumbuh
23,39%;y-o-y. Bahkan, tingkat penyaluran kredit yang diberikan dibandingkan
dengan dana pihak ketiga yang dihimpun (rasio LDR) telah menembus level
71,71%. Didukung dengan kualitas kredit yang masih dibawah batas
rekomendasi yaitu 1,83%.
Kegiatan pembiayaan tidak semata-mata merupakan area
perbankan, ada lembaga-lembaga lain, salah satunya pegadaian.
Kinerjanya di NTT seluruh NTT juga tumbuh positif, volume bisnisnya (omset)
pada bulan Agustus 2009, tumbuh lebih dari 19% dibandingkan bulan Januari
2009. Salah satu pendukung utamanya adalah persyaratannya yang relative
lebih mudah dibandingkan bila dengan lembaga perbankan.
Sumber : Pedagaian Denpasar
Grafik 1.37 Omset Pegadaian Tabel 1.4 Perkembangan Indikator Perbankan
indikator
utama IV I II III
Aset (miliar) 9,941.95 10,321.059,610.96 10,994.03
y-o-y aset 16.74% 15.53% 20.77% 15.33%
Kredit (miliar) 5,404.28 6,059.125,524.35 6,463.72
y-o-y kredit 28.58% 28.67% 25.84% 23.39%
DPK (miliar) 8,004.80 8,823.988,268.80 9,013.42
y-o-y DPK 9.71% 15.45% 18.64% 14.28%
LDR 67.51% 66.81% 68.67% 71.71%
NPL 1.39% 1.61% 1.73% 1.83%
2008 2009
B
B
B
A
A
A
B
B
B
I
I
I
I
I
I
P
P
P
E
E
E
R
R
R
K
K
K
E
E
E
M
M
M
B
B
B
A
A
A
N
N
N
G
G
G
A
A
A
N
N
N
I
I
I
N
N
N
F
F
F
L
L
L
A
A
A
S
S
S
I
I
I
2.1 Kondisi Umum
Tekanan tahunan inflasi pada akhir triwulan III-2009 menunjukan
peningkatan signifikan. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, terjadi
kenaikan dari 3,9% menjadi 5,5%. Lonjakan inflasi di NTT secara umum
dipengaruhi oleh gejolak yang terjadi di Kota Kupang, sedangkan di Maumere
justru relative mengalami penurunan. Namun demikian dengan kontribusi yang
jauh lebih kecil, hanya 15,5%, maka praktis pergerakan inflasi di NTT sangat
ditentukan oleh kondisi harga Kota Kupang. Selama triwulan III, tekanan paling
tinggi terjadi pada bulan September. Kondisi tersebut, tentu tidak terlepas dari
pengaruh gejolak harga yang selalu terjadi saat menjelang perayaan Hari Raya
Idul Fitri.
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi NTT Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi NTT
Tekanan paling dominan untuk provinsi NTT, masih berasal dari
kelompok pangan, baik bahan makanan, ataupun makan jadi. Pada akhir
triwulan III-2009, inflasi tahunan kelompok bahan makanan mengalami inflasi
sebesar 13,86%, kemudian kelompok makanan jadi juga relatif hampir sama,
yaitu 13,69%. Sedangkan sepanjang tahun 2009 (ytd) tekanan kedua kelompok
tersebut masing-masing sebesar 11,20% untuk bahan makanan, dan 9,37%
untuk kelompok makanan jadi. Gejolak harga kedua kelompok tersebut,
memang cenderung selalu terulang setiap menjelang hari raya Idul Fitri. Sumber : BPS diolah
Sumber : BPS diolah
III IV I II III
year on year
NTT 12.4% 11.7% 8.9% 3.9% 5.5%
Kupang 10.4% 10.9% 8.4% 3.6% 6.0%
Maumere 22.9% 16.2% 11.7% 5.6% 2.5%
year to date
NTT 10.4% 11.7% 0.8% 1.2% 4.2%
Kupang 8.8% 10.9% 0.8% 1.2% 4.0%
Maumere 19.1% 16.2% 0.4% 1.5% 5.0%
2008 2009
Pergerakan harga di NTT, tentu sangat dipengaruhi kondisi di bebrbagai daerah
lain sebagai pemasok barang-barang tersebut. Selain itu, tekanan dari sisi
administered price diperkirakan juga ikut menambah tekanan inflasi NTT, terkait
keputusan pemerintah untuk menaikan harga elpiji (12kg : Rp 69.000 menjadi
Rp 70.200) dan tarif PDAM (Rp 1.500/kubik menjadi Rp 3.000/kubik).
Jika dibandingkan dengan pergerakan inflasi nasional, tingkat
inflasi NTT relatif masih lebih tinggi. Pada triwulan II-2009, inflasi tahunan
nasional tercatat sebesar 3,65%, sedangkan untuk NTT sedikit lebih tinggi
dengan 3,95%. Namun pada triwulan III perbedaan yang terjadi relative
signifikan, dimana untuk nasional justru relative lebih rendah dengan 2,83%.
Tabel 2.2 Inflasi NTT yoy
Grafik 2.2 Inflasi NTT vs Nasional
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.3 Inflasi NTT ytd
Sumber : BPS diolah
III IV I II III
UMUM 12.39% 11.72% 8.90% 3.95% 5.47%
BAHAN MAKANAN 15.10% 12.43% 10.79% 8.26% 13.86%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 9.75% 12.78% 14.20% 12.14% 13.69% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 17.30% 18.61% 12.52% 2.95% 1.25%
SANDANG 6.95% 4.32% 6.51% 3.28% 4.57%
KESEHATAN 6.92% 7.98% 5.80% 5.11% 2.20%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.53% 2.26% 2.62% 2.84% 2.11% TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 7.27% 4.50% -1.15% -7.64% -4.92%
KOMODITI 2008 2009
III IV I II III
UMUM 10.38% 11.72% 0.78% 1.25% 4.16%
BAHAN MAKANAN 10.04% 12.43% 4.39% 6.49% 11.20%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 8.56% 12.78% 3.80% 4.63% 9.37% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 15.74% 18.61% 0.33% -0.92% -1.20%
SANDANG 3.89% 4.32% 2.55% 2.00% 4.15%
KESEHATAN 6.76% 7.98% -0.48% 0.78% 1.05%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 1.89% 2.26% 0.35% 1.29% 1.74% TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 8.39% 4.50% -7.07% -6.73% -1.36%
2.2 Inflasi Kota Kupang
Pembentuk inflasi di Kota Kupang relatif tidak mengalami
perubahan. Pada dasarnya tingkat inflasi di Kota Kupang sangat dikendalikan
oleh : [1] kemompok bahan makanan; [2] makanan, minuman, rokok dan
tembakau; [3] kelompok perumahan. Adapun tiga kelompok tersebut
menyumbang hingga 70% dari total nilai konsumsi. Pada triwulan III inflasi
tahunan Kota Kupang mencapai 6,02%, melonjak cukup signifikan
dibandingkan akhir triwulan II kemaren yang hanya 3,64%. Sedikit berbeda
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2009 kelompok
transportasi cukup berperan bila melihat pembentukan inflasi setiap bulannya.
Gejolak harga yang terjadi pada kelompok tersebut, sangat menentukan apakah
Kota Kupang mengalami inflasi atau deflasi. Secara khusus, pergerakan di
kelompok transportasi terjadi pada angkutan udara.
Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan Grafik 2.3 Inflasi Kota Kupang
Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah
Tabel 2.4 Inflasi Kota Kupang yoy
III IV I II III
UMUM 10.45% 10.90% 8.38% 3.64% 6.02%
BAHAN MAKANAN 11.63% 11.34% 10.80% 8.17% 15.57%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 9.09% 12.78% 14.70% 13.65% 15.56%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 15.98% 18.13% 11.48% 2.15% 1.04%
SANDANG 6.32% 3.17% 5.83% 3.25% 4.74%
KESEHATAN 6.44% 7.45% 5.23% 5.03% 2.24%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 1.81% 2.12% 2.58% 2.88% 2.33%
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 5.88% 3.02% -2.40% -8.28% -4.60%
2008
KOMODITI 2009
Tabel 2.5 Inflasi Kota Kupang ytd
III IV I II III
UMUM 8.78% 10.90% 0.85% 1.20% 4.00%
BAHAN MAKANAN 7.10% 11.34% 5.10% 7.09% 11.17%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 7.86% 12.78% 4.51% 5.33% 10.53%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 14.63% 18.13% -0.03% -1.51% -1.95%
SANDANG 2.90% 3.17% 2.52% 2.08% 4.46%
KESEHATAN 6.29% 7.45% -0.64% 0.83% 1.14%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 1.71% 2.12% 0.39% 1.42% 1.92%
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 7.17% 3.02% -7.42% -7.06% -0.76%
Grafik 2.4 Inflasi Maumere
Grafik 2.5 Perkembangan Produksi Gula Kelompok makanan mengalami laju inflasi relatif paling tinggi.
Secara tahunan laju inflasi untuk kelompok bahan makanan dan makanan jadi
masing-masing sebesar 15,57% dan 15,56%. Kemudian jika melihat
perkembangannya sepanjang tahun 2009 (ytd), kedua kelompok tadi juga
mengalami kondisi yang sama dimana 11,17 untuk bahan makanan, dan 10,53
untuk makanan jadi. Khusus untuk kelompok pangan, sebagai dampak kondisi
kelangkaan gula secara nasional, kenaikan harga gula pada bulan September
lalu cukup tinggi. Akibatnya para distributor tidak berani mengambil risiko untuk
mendatangkan dalam jumlah besar, karena dikhawatirkan bila terjadi
penurunan harga, kerugian yang
ditanggung sangat besar.
Pergerakan harga gula nasional relatif
dipengaruhi harga gula internasional.
Kapasitas pabrik pengolahan gula
nasional sudah tidak mampu
mencukupi kebutuhan konsumsi gula,
akibatnya volume impor gula terus
mengalami peningkatan. Sumber : www.indexmundi.com
2.3 Inflasi Maumere
Kecenderungan peningkatan inflasi juga terjadi di Maumere. Meski
secara tahunan (yoy) masih relatif lebih rendah dibandingkan triwulan II, namun
dari pergerakan selama tahun 2009 (ytd) kecenderungan untuk meningkat
sudah mulai nampak sejak bulan Juli
2009. Sama halnya dengan kondisi di
Kupang, barang-barang di Maumere
juga sebagian besar didatangkan dari
Jawa. Pada akhir triwulan III-2009 inflasi
tahunan (yoy) tercatat sebesar 2,45%,
turun dibandingkan dengan triwulan II
lalu yang mencapai 5,61%, namun
angka inflasi year to date mulai
beranjak naik. Dimana sebelumnya pada triwulan II hanya 1,49%, pada triwulan
III sudah mencapai 5,02%.
Sampai dengan triwulan III-2009, kelompok bahan makanan masih
tetap mendapat tekanan paling dominan. Secara tahunan kelompok bahan
makanan mengalami inflasi sebesar 4,53%, kemudian disusul dengan selompok
sandang dengan 3,67%, dan kelompok makanan jadi sebesar 3,50%. Namun
bila melihat perkembangan sepanjang tahun 2009 (ytd), praktis hanya
didominasi oleh kelompok bahan makanan dengan 11,34%. Kemudian sampai
dengan akhir triwulan III-2009 hanya kelompok transportasi yang mengalami
deflasi. Penurunan harga BBM cukup berpengaruh menekan laju inflasi pada
kelompok transportasi yang terkena dampak paling pertama (first round effect).
Tabel 2.6 Inflasi Maumere yoy
III IV I II III
UMUM 22.94% 16.17% 11.73% 5.61% 2.45%
BAHAN MAKANAN 33.96% 18.37% 10.78% 8.73% 4.53%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 13.35% 12.80% 11.44% 3.86% 3.50% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 24.44% 21.22% 18.14% 7.32% 2.37%
SANDANG 10.38% 10.58% 10.24% 3.44% 3.67%
KESEHATAN 9.54% 10.87% 8.94% 5.57% 2.00%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 12.93% 3.05% 2.86% 2.65% 0.91% TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 14.81% 12.59% 5.62% -4.16% -6.66%
KOMODITI 2008 2009
Tabel 2.7 Inflasi Maumere ytd
III IV I II III
UMUM 19.08% 16.17% 0.39% 1.49% 5.02%
BAHAN MAKANAN 26.09% 18.37% 0.53% 3.24% 11.34%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 12.35% 12.80% -0.03% 0.81% 3.08% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 21.80% 21.22% 2.31% 2.27% 2.86%
SANDANG 9.27% 10.58% 2.68% 1.56% 2.45%
KESEHATAN 9.31% 10.87% 0.41% 0.55% 0.56%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 2.87% 3.05% 0.10% 0.55% 0.73% TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 15.08% 12.59% -5.16% -4.93% -4.60%
KOMODITI 2008 2009
B
B
B
A
A
A
B
B
B
I
I
I
I
I
I
I
I
I
P
P
P
E
E
E
R
R
R
K
K
K
E
E
E
M
M
M
B
B
B
A
A
A
N
N
N
G
G
G
A
A
A
N
N
N
P
P
P
E
E
E
R
R
R
B
B
B
A
A
A
N
N
N
K
K
K
A
A
A
N
N
N
3.1 Kondisi Umum
Tren perkembangan kinerja perbankan terus menunjukkan
perkembangan yang positif. Pertumbuhan beberapa indikator utama
perbankan yaitu aset dan penyaluran kredit sampai dengan triwulan III-2009
masih menunjukkan tren peningkatan walaupun akselerasinya menurun
dibandingkan dengan triwulan III-2008. Sementara itu, pertumbuhan
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) menunjukkan akselerasi
peningkatan dibandingkan dengan triwulan sama tahun 2008.
Meningkatnya aktivitas konsumsi dan perkembangan investasi yang
menjanjikan di Provinsi NTT berdampak pada pertumbuhan penyaluran
kredit perbankan yang persisten tinggi dibandingkan dengan dua indikator
perbankan lainnya, yaitu aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK).
Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan
indikator
utama I II III IV I II III
Aset (miliar) 8.318,80 8.546,12 9.533,02 9.941,95 9.610,96 10.321,05 10.994,03
y-o-y aset 10,85% 8,26% 13,39% 16,74% 15,53% 20,77% 15,33%
Kredit (miliar) 4.293,58 4.814,82 5.238,52 5.404,28 5.524,35 6.059,12 6.463,72
y-o-y kredit 30,20% 30,58% 30,68% 28,58% 28,67% 25,84% 23,39%
DPK (miliar) 7.162,46 7.437,54 7.887,35 8.004,80 8.268,80 8.823,98 9.013,42
y-o-y DPK 7,48% 7,28% 10,45% 9,71% 15,45% 18,64% 14,28%
LDR 59,95% 64,74% 66,42% 67,51% 66,81% 68,67% 71,71%
NPL 1,79% 1,62% 1,64% 1,39% 1,61% 1,73% 1,83%
2008 2009
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Performance kredit perbankan pada triwulan III-2009 relatif
menurun seiring dengan peningkatan nominal penyaluran kredit
namun masih terjaga di bawah level 2,00%. Rasio non performing loan
(NPLs) perbankan NTT relatif meningkat di level 1,83%. Peningkatan rasio
NPLs merupakan implikasi dari peningkatan penyaluran kredit perbankan
NTT baik kredit konsumsi, investasi maupun kredit modal kerja. Akselerasi
pada peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 71,71% pada
triwulan laporan. Secara umum tekanan dari sisi risiko bagi perbankan di
NTT, khususnya terkait risiko likuiditas, relatif belum menunjukkan gangguan
yang berarti. Meskipun sebagian besar dana yang disimpan sebagian besar
bersifat jangka pendek. Tren peningkatan fungsi intermediasi perbankan di
NTT diprediksi akan terus menunjukkan perkembangan yang positif. Hal itu
disebabkan pertumbuhan perekonomian di NTT membuat beberapa bank
tertarik untuk membuka cabang di propinsi NTT. Salah satunya adalah bank
Sinar Mas yang merupakan bank umum kedua yang membuka cabang
untuk wilayah NTT selama tahun 2009 dan mulai beroperasi pada tanggal 06
Oktober 2009.
3.2 Interm
ra laju penyerapan dana pada rekening giro
hanya sebesar 7,26% (y-o-y).
ediasi Perbankan
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) oleh perbankan NTT
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Nominal penyerapan
DPK pada triwulan III-2009 sebesar Rp 9.013,42 miliar atau meningkat
sebesar 2,15% dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara tahunan (y-o-y),
akselerasi perkembangan DPK mengalami peningkatan hingga mencapai
14,28% dibandingkan dengan triwulan III-2008 sebesar 10,45%.
Peningkatan penyerapan DPK pada triwulan III-2009 merupakan implikasi
dari peningkatan ketiga komponen DPK yaitu rekening giro, deposito dan
tabungan. Laju penyerapan dana pada rekening deposito dan tabungan
secara tahunan meningkat cukup signifikan masing-masing sebesar 20,04%
dan 16,48% (y-o-y) sementa
2008 2009
I II III IV I II III
DPK (miliar) 7.162,46 7.437,54 7.887,35 8.004,80 8.268,80 8.823,98 9.013,42
y-o-y DPK 7,48% 7,28% 10,45% 9,71% 15,45% 18,64% 14,28%
Giro 2279,15 2427,78 2554,48 1899,56 2540,89 2807,69 2739,86
y-o-y 1,69% -3,77% -4,91% -14,82% 11,48% 15,65% 7,26%
Deposito 1.599,32 1.644,06 1.738,88 1.785,96 1.912,63 1.989,79 2.087,35
y-o-y -3,98% 0,58% 10,71% 16,49% 19,59% 21,03% 20,04%
Tabungan 3.283,98 3.365,70 3.593,98 4.319,28 3.815,29 4.026,50 4.186,21 21,26% 24,62% 22,25% 16,18% 19,63% 16,48% DPK
y-o-y 19,11%
Tabel 3.2 Perkembangan Komponen DPK
Penyerapan dana pada rekening giro relatif meningkat
dibandingkan dengan triwulan III-2008 baik dari nilai nominal
maupun akselerasi perkembangannya. Faktor yang dominan
berpengaruh terhadap peningkatan dana pada rekening giro adalah
peningkatan pagu anggaran belanja pemerintah (APBD) tahun 2009
dibandingkan dengan APBD 2008 tercermin dari komposisi kepemilikan
rekening giro yang didominasi oleh pemerintah dengan share sebesar
81,78% meningkat dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 81,72%.
Besarnya dana pemerintah yang dialokasikan pada rekening giro
dikonfirmasi dengan hasil survei yang dilakukan KBI Kupang yang
menyebutkan bahwa sebanyak 86% dana pemerintah dari APBD
ditempatkan pada rekening giro. Walaupun secara tahunan mengalami
kenaikan, namun dibandingkan dengan triwulan II-2009 (q-t-q)
perkembangan dana pada rekening giro mengalami penurunan sebesar
2,42%. Salah satu penyebab adalah realisasi belanja pemerintah yang
mencapai 62,5% sehingga dana yang tersimpan sebagian besar telah
digunakan untuk pembiayaan proyek pemerintah.
Akselerasi perkembangan dana pada rekening deposito
mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan triwulan
III-2008 (y-o-y). Faktor keamanan menjadi salah satu faktor utama bagi
masyarakat NTT dalam menentukan produk perbankan yang digunakan
untuk penempatan dana jangka panjang. Tren penurunan suku bunga
deposito sebagai pengaruh dari penurunan BI rate hingga mencapai 6,5%
belum berpengaruh secara signifikan terhadap minat masyarakat untuk
menempatkan dana pada rekening deposito.
Penyerapan dana pada rekening tabungan triwulan III-2009
mengalami peningkatan relatif signifikan dibandingkan dengan
triwulan III-2008. Walaupun secara nominal penempatan dana masyarakat
pada rekening tabungan meningkat, namun akselerasinya mengalami
perlambatan. Peningkatan tersebut merupakan sinyal positif meningkatnya
kesadaran masyarakat untuk menempatkan dana yang bersifat jangka
Grafik 3.2 DPK Menurut Golongan Pemilik Grafik 3.1 Komposisi DPK
Tabungan; 46,44%
Deposito; 23,16%
Giro; 30,40%
Sw asta; 3,90% lainnya;
1,90% Pemerintah; 33,09% Perorangan
; 61,11%
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) relatif belum mengalami
perubahan dibandingkan dengan triwulan III-2008. Struktur DPK pada
triwulan III-2009 masih didominasi oleh penempatan dana pada rekening
tabungan dengan share sebesar 46,44% atau meningkat dibandingkan
triwulan III-2008 sebesar 45,57%. Kondisi sama pada rekening deposito
yang mengalami peningkatan signifikan dan berdampak pada peningkatan
share rekening deposito menjadi 23,16% pada triwulan laporan. Di sisi lain,
akselerasi peningkatan dana pada rekening tabungan dan deposito yang
jauh lebih tinggi dibandingkan rekening giro menyebabkan penurunan share
rekening giro terhadap total DPK pada triwulan III-2009 hingga menjadi
30,40% dari total DPK. Sementara itu, komposisi DPK dari golongan pemilik
masih relatif sama dengan triwulan III-2008, dominasi kepemilikan DPK
masih bersumber pada pemilik perorangan dengan share sebesar 61,11%
walaupun sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan III-2008 sebesar
61,51% dimana sebagian besar dialokasikan dalam rekening giro dan
deposito. Peningkatan alokasi dana pemerintah yang ditempatkan pada
rekening giro berimplikasi menaikkan share rekening giro dari 32,92% pada
triwulan III-2008 menjadi sebesar 33,09% pada triwulan laporan. Sementara
itu, terjadi peningkatan komposisi dana milik pihak swasta dari 3,80% pada
triwulan III-2008 menjadi 3,90% pada triwulan III-2008. Peningkatan
tersebut didorong oleh peningkatan aktivitas dunia usaha di provinsi NTT
yang secara tidak langsung berdampak pada meningkatnya aktivitas
perputaran modal, baik yang diedarkan maupun yang ditempatkan di
Grafik 3.3 Perkembangan Kredit Grafik 3.4 Komposisi Kredit
Investasi; 3,39% Konsumsi;
68,98%
Modal kerja; 27,63%
-1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000
I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009
Rp m
il
ia
r 20%
22% 24% 26% 28% 30% 32% 34%
nominal y-o-y
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
Laju penyaluran kredit perbankan NTT pada triwulan III-2009
masih mengalami pergerakan yang positif. Outstanding kredit yang
disalurkan oleh perbankan NTT posisi triwulan III-2009 mengalami kenaikan
sebesar 23,39% (y-o-y) dibandingkan posisi triwulan III-2008 atau mencapai
Rp 6,46 triliun pada triwulan laporan. Walaupun secara tahunan nominal
penyaluran kredit mengalami peningkatan yang signifikan, namun terjadi
tren perlambatan akselerasi penyaluran kredit perbankan. Tren peningkatan
suku bunga diperkirakan merupakan salah satu penyebab terjadinya
perlambatan penyaluran kredit perbankan NTT. Penurunan BI-rate hingga
mencapai 6,50% belum sepenuhnya ditransmisikan dalam penurunan
tingkat suku bunga perbankan, khususnya tingkat suku bunga kredit yang
masih bertahan di level 14%-18% dengan tingkat suku bunga tertinggi
pada kredit konsumsi yang mengalami kenaikan signifikan mencapai
18,42% dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 16,96%. Tingginya tingkat
suku bunga kredit konsumsi berpengaruh terhadap tren perlambatan
akselerasi penyaluran kredit konsumsi dan secara umum berdampak pada
penurunan akselerasi total penyaluran kredit perbankan NTT. Hal tersebut
terkait dengan dominansi kontribusi kredit konsumsi dalam pembentukan
total kredit yaitu sebesar 68,98%. Sementara itu, pihak pengusaha
cenderung menahan diri untuk mengambil kredit terkait dengan tingkat
suku bunga kredit modal kerja dinilai terlalu tinggi. Kondisi tersebut yang
menyebabkan komposisi penyaluran kredit untuk modal kerja mengalami
kondisi tersebut, komposisi penyaluran kredit secara sektoral masih
terkonsentrasi pada sektor lain-lain yang mencapai 68,51% pada triwulan
laporan atau meningkat dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 66,79%. Hal
tersebut mencerminkan bahwa kredit konsumsi mempunyai peran sangat
dominan dalam pembentukan kredit perbankan NTT. Sementara itu,
beberapa sektor produktif yang memberikan kontribusi adalah sektor
perdagangan dan sektor konstruksi. Bila dibandingkan dengan triwulan
III-2008, pada triwulan laporan komposisi penyaluran kredit untuk sektor
perdagangan relatif meningkat dari 23,32% menjadi 24,33% pada triwulan
III-2009. Sementara untuk sektor-sektor lainnya cenderung mengalami
penurunan dibandingkan dengan triwulan III-2008.
Fungsi intermediasi perbankan NTT pada triwulan laporan
mengalami pergerakan yang positif dibandingkan dengan triwulan
III-2008. Tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mengalami
peningkatan hingga mencapai 71,71% pada triwulan laporan, sementara
posisi LDR pada triwulan III-2008 sebesar 66,42%. Walaupun laju penyaluran
kredit perbankan pada triwulan laporan melambat dibandingkan tahun lalu,
namun bila dibandingkan dengan laju penyerapan dana pihak ketiga (DPK),
akselerasi penyaluran jauh diatas laju perkembangan DPK. Kebutuhan
masyarakat provinsi NTT kucuran dana lebih dominan dibandingkan dengan
alokasi dana untuk saving, kondisi tersebut yang mendorong LDR perbankan
NTT tetap tumbuh positif pada triwulan III-2009. Walaupun kredit yang
disalurkan sebagian besar merupakan kredit konsumsi, bukan kredit
produktif dalam rangka modal kerja dan investasi. Sejalan dengan
meningkatnya LDR perbankan NTT, rasio undisbursed loan terhadap total
kredit yang disalurkan mencapai 6,48% atau senilai Rp 419,10 miliar. Rasio
tersebut lebih baik dibandingkan posisi triwulan III-2008 yang mencapai
Grafik 3.5 Perkembangan LDR Grafik 3.6 Perkembangan Undisbursed Loan
-1.500 3.000 4.500 6.000 7.500 9.000 10.500
I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009
R p m ilia r 0% 20% 40% 60% 80%
Kredit DPK LDR
0 150 300 450
I II III IV I II III IV I II III 2007 2008 2009
R p m ilia r 0% 2% 4% 6% 8% 10% nominal prosentase
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
Resiko penyaluran kredit perbankan NTT pada triwulan laporan
masih relatif terkendali. Tercermin dari rasio NPLs (Non Performing Loan
Gross) pada triwulan III-2009 berada di level 1,83% atau senilai Rp 118,13
miliar dengan kecenderungan meningkat dibandingkan dengan triwulan
III-2008. Meningkatnya ratio NPLs merupakan implikasi dari peningkatan NPLs
penyaluran kredit untuk modal kerja. Namun, tingkat resiko penyaluran
kredit di provinsi relatif kecil, terkait dengan jenis kredit yang disalurkan
sebagian besar merupakan kredit konsumsi yang ditujukan kepada pegawai
negeri dengan sistem pemotongan gaji. Sementara untuk kredit produktif,
yaitu kredit modal kerja komposisi terhadap total kredit relatif kecil.
Grafik 3.7 Perkembangan NPL Grafik 3.8 NPL Konsumsi dan Modal Kerja
0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000
I II III IV I II III IV I II III 2007 2008 2009
R p ju ta 0,00% 0,50% 1,00% 1,50% 2,00% 2,50%
nominal rasio NPL
0 20 40 60 80
I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009
Rp j ut a 0,00% 0,25% 0,50% 0,75% 1,00% 1,25%
nominal modal kerja nominal konsumsi y-o-y modal kerja y-o-y konsumsi
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Perkembangan rasio NPLs dari jenis kredit yang disalurkan
dominan dibandingkan kredit modal kerja. Namun bila ditinjau dari resiko
kredit, penyaluran kredit untuk konsumsi mempunyai tingkat resiko yang
lebih kecil bila dibandingkan dengan kredit modal kerja. Hal tersebut
tercermin dari rasio NPLs untuk kredit modal kerja lebih tinggi dibandingkan
dengan NPLs kredit konsumsi, walaupun secara nominal outstanding kredit
konsumsi jauh lebih besar. Sejalan dengan hal tersebut, rasio NPLs kredit
modal kerja mengalami kenaikan hingga mencapai 1,18% sementara rasio
NPLs kredit konsumsi cenderung menurun hingga mencapai 0,45% pada
triwulan laporan. Hal yang sama terjadi pada rasio NPLs secara sektoral,
dimana sektor lain-lain memiliki rasio yang lebih rendah dengan 0,51%,
dibandingkan sektor perdagangan 0,88% yang notabene digunakan untuk
keperluan modal kerja.
3.3 Kredit MKM (Menengah Kecil Mikro)
Penyaluran kredit MKM posisi triwulan III-2009 meningkat
signifikan walaupun akselerasinya melambat. Peran pemerintah dan
perbankan dalam mendukung pengembangan sektor riil khususnya UMKM
salah satunya dengan meningkatkan nominal penyaluran kredit berjenis
MKM. Salah satu program yang dilakukan adalah pemberian Kredit Usaha
Rakyat (KUR) yang merupakan kredit tanpa jaminan kepada para pelaku
UMKM. Namun, upaya tersebut tidak diiringi dengan penurunan tingkat
suku bunga kredit yang masih menunjukkan kecenderungan meningkat
sehingga berpengaruh langsung pada tren perlambatan penyaluran kredit
jenis MKM.
Grafik 3.10 Komposisi Kredit MKM Grafik 3.9 Perkembangan Kredit MKM
-1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000 7.000.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2006 2007 2008 2009
R p ju ta 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% Kredit UMKM Total kredit Kredit UMKM (y-o-y)
Kecil 40,85% Mikro 43,06% Menengah 16,10%
Sumber : Bank Indonesia Kupang
I II III IV I II III
KREDIT UMKM 4.268 4.777 5.202 5.339 5.470 5.999 6.377 y-o-y 30,29% 30,29% 30,59% 28,11% 28,15% 25,60% 22,59% MIKRO 2.411 2.500 2.636 2.647 2.603 2.723 2.746 y-o-y 9,29% 9,89% 11,49% 9,67% 7,97% 8,93% 4,19% KECIL 1.244 1.535 1.742 1.894 2.026 2.327 2.605 y-o-y 86,17% 67,09% 60,96% 62,98% 62,90% 51,59% 49,51% MENENGAH 613 742 824 798 813 949 1.027 y-o-y 52,62% 56,95% 53,44% 34,86% 32,60% 27,99% 24,57%
2009 2008
KREDIT (Rp miliar)
Tabel 3.3 Perkembangan Komponen Kredit MKM
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Komposisi penyaluran kredit MKM didominasi kredit berjenis
mikro dan kecil. Perbedaan akselerasi yang signifikan antar jenis kredit
dapat merubah struktur kredit MKM perbankan NTT dalam jangka pendek.
Terlihat dari meningkatnya share penyaluran kredit jenis kecil dari 33,49%
menjadi 40,85% pada triwulan laporan, sedangkan kredit berjenis mikro
menunjukkan penurunan share dari 50,67% menjadi 43,06%. Diperkirakan
pada triwulan IV-2009 akan terjadi perubahan komposisi dalam penyaluran
kredit jika akselerasi penyaluran kredit jenis kecil tetap lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis mikro, dimana komposisi penyaluran kredit akan
lebih didominasi oleh kredit berjenis kecil dibandingkan mikro. Kondisi
tersebut juga mengindikasikan pergeseran kemampuan (capacitiy) debitur
dan peningkatan kapasitas ekonomi secara keseluruhan.
3.4 Perkembangan BPR
Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) triwulan III-2009 masih
menunjukkan pergerakan yang positif. Tren peningkatan aktivitas
perekonomian provinsi NTT menjadi pendorong utama pertumbuhan kinerja
BPR. Terlihat dari peningkatan aset, penyerapan DPK dan penyaluran kredit
yang menunjukkan laju peningkatan yang signifikan walaupun mulai
menunjukkan tren perlambatan. Pertumbuhan aset, DPK dan kredit BPR
yang jauh diatas rata-rata pertumbuhan Bank Umum mengindikasikan
bahwa masih besar peluang pengembangan BPR, baik dari sisi kuantitas
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140%
I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009
y-o-y aset y-o-y DPK y-o-y kredit
-20.000 40.000 60.000 80.000
I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009
(R p j u ta ) 0% 50% 100% 150% 200%
DPK Kredit LDR
Penyerapan DPK oleh BPR provinsi NTT triwulan laporan
menunjukkan peningkatan signifikan. Jumlah BPR di wilayah NTT yang
secara kontinu bertambah, berdampak langsung pada meningkatnya dana
yang dihimpun oleh BPR baik dalam bentuk rekening tabungan maupun
rekening deposito. Nilai imbal jasa yang lebih besar dibandingkan dengan
Bank Umum menjadi salah satu daya tarik bagi masyarakat untuk
menempatkan dana di BPR sehingga laju penghimpunan dana BPR jauh lebih
tinggi dibandingkan Bank Umum.
Kinerja intermediasi BPR secara perlahan menuju ke level yang
disyaratkan. Akselerasi penyaluran kredit yang relatif lebih lambat
dibandingkan dengan jumlah dana yang dihimpun BPR berpengaruh pada
Loan to Deposit Ratio (LDR) yang menurun signifikan pada level 117,46%.
Namun LDR BPR Provinsi NTT masih berada diatas level 100% yang
mengindikasikan bahwa sumber dana penyaluran kredit tidak hanya berasal
Indikator
(juta) I II III IV I II III
Aset 40.722 48.494 58.285 68.323 75.097 84.022 102.075 y-o-y aset 61,17% 66,77% 79,18% 96,09% 84,41% 73,26% 75,13% DPK 20.838 27.794 35.399 38.893 44.438 52.076 67.662 y-o-y DPK 100,37% 109,09% 120,56% 126,59% 113,26% 87,36% 91,14% Kredit 26.963 36.627 47.704 51.479 59.111 67.971 79.474 y-o-y kredit 39,33% 70,12% 102,54% 108,80% 119,23% 85,57% 66,60% LDR 129,40% 131,78% 134,76% 132,36% 133,02% 130,52% 117,46% NPLs (nominal) 1.431 1.297 1.604 1.345 2.572 2.118 2.889
NPLs 5,31% 3,54% 3,36% 2,61% 4,35% 3,12% 3,63%
2008 2009
Tabel 3.4 Perkembangan Usaha BPR (juta)
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Grafik 3.11 Pertumbuhan Kinerja BPR Grafik 3.12 Perkembangan LDR
dari penghimpunan dana, tetapi juga dari modal BPR. Salah satu faktor yang
mendorong tingginya penyaluran kredit BPR adalah kemudahan administrasi
dalam pengajuan kredit yang selama ini merupakan masalah yang sering
dikeluhkan oleh calon debitur bank umum. Selain itu, linkage program
antara bank umum dan BPR juga dinilai sebagai penyebab tingginya
penyaluran kredit BPR. Peningkatan kredit BPR membawa dampak pada
menurunnya performance kredit BPR yang tercermin dari ratio NPLs yang
meningkat dibandingkan triwulan III-2008 namun masih berada dibawah
level 5,00%. Hal ini menunjukkan bahwa kemamp
-10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000
I II III IV I II III IV
2007 2008
(Rp jut
a
) MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI
Industri; 0,06% Pertanian; 5,99% Perdagangan; 20,82% Jasa Sosial; 25,33% Lainnya; 47,80%
uan BPR dalam melakukan
assesm
ng tersebut
total kredit yang
disalurkan oleh BPR.
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
Grafik 3.13 Kredit BPR Menurut Penggunaan Grafik 3.14 Komposisi Kredit sektoral BPR
ent terhadap pengajuan kredit relatif baik.
Komposisi kredit BPR ditinjau dari sisi penggunaan relatif lebih
produktif dibandingkan dengan bank umum. Penyaluran kredit BPR NTT
cenderung didominasi oleh kredit modal kerja. Besarnya share kredit modal
kerja dalam pembentukan kredit BPR disebabkan sebagian besar pelaku
usaha dalam skala kecil mengalami kesulitan dalam memperoleh kredit dari
Bank Umum karena dinilai feasible namun tidak bankable. Pelua
yang diambil oleh BPR sebagai sasaran utama penyaluran kredit.
Secara sektoral, komposisi kredit BPR masih didominasi oleh
sektor lain-lain. Penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan
restoran (PHR) dan sektor pertanian sebagai sektor utama penyumbang
PDRB NTT mulai menunjukkan perkembangan yang positif. Terlihat dari
B
B
B
A
A
A
B
B
B
I
I
I
V
V
V
S
S
S
I
I
I
S
S
S
T
T
T
E
E
E
M
M
M
P
P
P
E
E
E
M
M
M
B
B
B
A
A
A
Y
Y
Y
A
A
A
R
R
R
A
A
A
N
N
N
4.1 Kondisi Umum
Aktivitas sistem pembayaran triwulan III-2009 masih
mencatatkan nilai negatif pada arus net inflow. Aktiv