CIVIL SOCIETY ORGANIZATION WORKSHOP:
Harga Rokok, Dilema Pembangunan, dan Kualitas Hidup
Badan Kebijakan Fiskal
Kesehatan Merupakan Salah Satu Prioritas
Pembangunan Nasional 2015-2019
RKP 2015*)
MELANJUTKAN REFORMASI BAGI
PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI YANG BERKEADILAN
RKP 2016
MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK
MELETAKKAN FONDASI PEMBANGUNAN YANG
BERKUALITAS
RKP 2017
MEMACU PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN EKONOMI
U/ MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA SERTA MENGURANGI KEMISKINAN
& KESENJANGAN ANTARWILAYAH
RKP 2018
Ditentukan dalam proses penyusunan
RKP 2018
RKP 2019
Ditentukan dalam proses penyusunan
RKP 2019
1. A. ETIL ALKOHOL/ETANOL TIDAK MENGINDAHKAN BAHAN YANG DIGUNAKAN DAN PROSES PEMBUATANNYA.
B. MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL DALAM KADAR BERAPAPUN, DAN YANG DIGUNAKAN DAN PROSES PEMBUATANNYA TERMASUK KONSENTRAT YANG MENGANDUNG ETIL ALKOHOL.
C. HASIL TEMBAKAU :
- SIGARET, CERUTU, ROKOK DAUN, TIS DAN PENGOLAHAN TEMBAKAU LAINNYA. - TIDAK MENGINDAHKAN DIGUNAKAN/TIDAK
BAHAN PENGGANTI/BAHAN PENCAMPUR
2. PENAMBAHAN ATAU PENGURANGAN - MEMENUHI SIFAT/KARAKTERISTIK
- DISAMPAIKAN PEMERINTAH KEPADA DPR (KOMISI XI) UNTUK PERSETUJUAN DAN DIMASUKKAN DALAM RAPBN - DENGAN PERATURAN PEMERINTAH
BKC BERUPA HASIL TEMBAKAU
(DN / IMPOR)
BKC LAINNYA (DN / IMPOR)
TARIF CUKAI
HARGA JUAL PABRIK
ATAU
HARGA JUAL ECERAN
ATAU
DAPAT DIUBAH MENJADI SPESIFIK (JUMLAH Rp./STATUS BKC) ATAU SEBALIKNYA ATAU PENGGABUNGAN
KEDUANYA DIATUR OLEH MENTERI.
PENETAPAN BESARNYA TARIF CUKAI UNTUK SETIAP JENIS BKC DIATUR OLEH
MENTERI
PENETAPAN HARGA DASAR DIATUR LEBIH LANJUT OLEH MENTERI
Cukai dikenakan atas Barang Kena Cukai yang memiliki karakteristik :
konsumsinya perlu dikendalikan;
peredarannya perlu diawasi;
pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat / lingkungan hidup; atau
pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan HARGA DASAR
4
•
Menaikkan harga tembakau melalui tarif perpajakan yang tinggi merupakan cara
yang paling efektif untuk mendorong konsumen tembakau berhenti merokok dan
mencegah anak-anak untuk memulai merokok
•
Sistem pentarifan cukai diatur sedemikian (sederhana) untuk mencegah substitusi
konsumsi ke produk tembakau yang berharga lebih rendah
•
Pajak ditingkatkan secara reguler untuk menyesuaikan dengan inflasi dan
kemampuan daya beli konsumen disamping juga untuk meningkatkan pendapatan
pemerintah
•
Dan agar lebih efektif dalam mencapai tujuan, kebijakan perpajakan perlu dibarengi
dengan kebijakan nonperpajakan seperti kawasan tanpa rokok, pelarangan iklan,
edukasi yang lebih intensif, dll
Prevalensi dan Studi Dampak Kenaikan Cukai
Terhadap Perekonomian
Dampak Kenaikan Tarif Cukai 10% terhadap Konsumsi dan Penerimaan Cukai
Studi % Penurunan
Sunley, Yurekli,
Chaloupka, 2000 2,4 7,4
1995 2001 2004 2007 2010 2013
Laki2 Perempuan Lk+Prmpn
Prevalensi Konsumsi Tembakau
5
Dampak Kenaikan Cukai Terhadap Perekonomian
Sumber: RIskesdas
•Kenaikan tarif cukai rata-rata sebesar 10% akan menurunkan konsumsi rokok sebesar 0,9-2,4% dan meningkatkan penerimaan cukai sebesar 6,7-9%
Skenario ↑
Dari Cukai rokok (%)
• Prevalensi konsumsi rokok mengalami peningkatan sejak tahun 1995 s.d. 2013
• Peningkatan prevalensi tertinggi terjadi pada Perempuan
Hasil Studi LD FE UI (Tobacco Economic of
Indonesia: Poor’s Household Spending Pattern, Tax
Regressivity, and Economic Wide Impact of Tax Simplification, 2013):
• Kenaikan cukai 100% akan berdampak neto positif terhadap perekonomian.
• Peningkatan cukai sebesar 100% akan meningkatkan:
output perekonomian sebesar Rp. 335 M,
pendapatan masyarakat sebesar Rp. 492M
lapangan pekerjaan sebanyak 281.135 pekerjaan baru.
• Ada 6 sektor yang terdampak neto negatif: Manufaktur Rokok; Pertanian Tembakau; Pertanian Cengkeh; Manufaktur Pupuk dan pestisida; manufaktur kertas ; dan perdagangan. • Namun, Terdapat 60 sektor yang terdampak neto
6
Perbedaan Cukai HT dan Pajak Rokok
Cukai Hasil
Tembakau
PAJAK ROKOK
•
UU Nomor 39 tahun 2007 tentang Cukai
•
Merupakan pajak pusat (masuk APBN)
•
Tarif Cukai Maksimum 57% dari harga jual
eceran
•
Tarif bervariasi berdasarkan jenis hasil
tembakau, golongan produksi, dan harga jual
eceran
•
Bagi hasil: 2% dari penerimaan cukai
dibagihasilkan kepada daerah penghasil cukai
rokok dan pertanian tembakau (30% pemprov,
40% kab/kota penghasil, 30% kab/kota lainnya)
•
Earmarking: mendanai peningkatan kualitas
bahan baku, pembinaan industri, pembinaan
lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di
bidang cukai, dan/atau pemberantasan barang
kena cukai ilegal
•
UU no. 28 tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah
•
Merupakan pajak daerah (Provinsi)
•
Tarif seragam: 10% dari tarif cukai rokok
•
Bagi hasil: Pajak provinsi, dipungut di
pusat, dibagikan menurut % jumlah
penduduk (30% pemprov dan 70%
pemkab/kota)
•
Earmarking: minimal 50% untuk pelayanan
kesehatan dan penegakan hukum
•
Mulai 1 Januari 2014
Kebijakan PPN Hasil Tembakau
-
PPN terutang dipungut dan disetor oleh Pabrikan
penyerahan rokok oleh distributor dst.
tidak lagi dipungut PPN
-
Sebagian distributor dan ritel merupakan non-PKP, tidak ada PK maupun PM, setor PPN =
Rp 0
-
Saat ini hanya tarif PPN HT yang belum sesuai dengan besaran tarif PPN menurut UU yang
berlaku, sehingga dalam rangka menghilangkan perlakuan
inequal treatment
dengan
produk lainnya serta optimalisasi penerimaan PPN atas HT, perlu penyesuaian PPN HT dari
8,7% yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2016 menjadi 9,1% mulai 1 Januari 2017
-
Skenario Optimalisasi kenaikan tarif efektif PPN dari 8,7% menjadi 9,1% berpotensi
meningkatkan penerimaan PPN sebesar Rp 1,37 triliun.
7
Pabrikan
Distributor
Ritel
Konsumen
Harga Jual1 = 9.000+1.000
= 10.000 Harga Jual = 10.500
1 Termasuk PPN yang dipungut oleh pabrikan sebesar Rp1.000 (=9,1% x HJE) 2 asumsi: harga jual ril (inc. PPN) = HJE;
Harga Jual2 = 11.000
HJE = Rp 11.000
Setor PPN = 0 Setor PPN = 0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(prognosa) 2017
Kenaikan Tarif Cukai* 16,0% 6,0% 16,3% 8,5% 0% 8,7% 11,3% 10,5%**
Pajak Rokok (PR) - - - - 10% 10% 10% 10%
Total Kenaikan (Cukai + PR) 16,0% 6,0% 16,3% 8,5% 10% 9,6% 12,5% 11,55%
Rata-rata Tarif Cukai 41,8% 45,3% 55,9% 50,6% 51,4% 48,2% 44,4% 49,1%
Jumlah Layer Tarif 19 19 15 15 13 12 12 12
Kebijakan Cukai Hasil Tembakau 2010-2017
Total kenaikan beban perpajakan di 2014 sebesar 10% karena pemberlakuan pajak rokok (10% dari tarif cukai), sementara di 2015 meningkat mejadi 9,6 % .
Pada tahun 2016, PPN HT dinaikkan dari tahun sebelumnya sebesar 8,4% menjadi 8,7% dan di tahun 2017 rencananya PPN HT akan kembali disesuaikan menjadi 9,1%
Dengan kenaikan tarif cukai 2017 sebesar 10,5%, affordability rokok naik menjadi 9,3% (tahun 2016 sebesar 9%)
Dampak Kenaikan Tarif Cukai Hasil Tembakau Tahun 2017
9
DAMPAK
% KENAIKAN TARIF CUKAI
10,54%
(Weighted Ave.)
Proyeksi Penerimaan Cukai HT 2017 (Triliun Rp) 152,9
Proyeksi Produksi HT 2017 (Miliar Btg) 342
Pertumbuhan Produksi (%) -1,5
Kontribusi terhadap Inflasi (%) 0,3
Kontribusi terhadap PDB (%)
Transmisi melalui Konsumsi RT -0,05
Kontribusi terhadap Tenaga Kerja (%)
Pengurangan terhadap total tenaga kerja -2,5
Kontribusi terhadap Tenaga Kerja (ribu orang) -9,55
Produksi & Jumlah Pabrikan
• Produksi berada di sekitar 345-348 miliar batang di 3 tahun terakhir.
• Pertumbuhan produksi mengalami trend turun sejak 2008. Di 5 tahun terakhir rata-rata tumbuh 3,6% per tahun.
• Jumlah pabrikan HT didominasi SKT gol. IIIB sebesar 44%
• Penerimaan cukai HT didominasi oleh SKM gol.I sebesar 73,8%
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 4198
Produksi Hasil Tembakau
Jenis
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
P
Jumlah Pabrik HT
1
0
Market Share per Jenis & Golongan Hasil Tembakau (2010-2015)
•
Data tahun 2015, sekitar 89 % market share rokok nasional
diproduksi oleh Pabrikan rokok di golongan I
•
Di kelompok SKM & SPM, peningkatan market share terjadi di
Gol I.
•
Di kelompok SKT, semua Golongan mengalami penurunan
market share.
61.94%
SKM SKT SPM
2010 2011 2012 2013 2014 2015
III
2010 2011 2012 2013 2014 2015
IIB
IIA
I
SPM
2010 2011 2012 2013 2014 2015
IIB
IIA
I
Market Share per Jenis
Market Share per Golongan Produksi
SKM
Ekspor-Impor Hasil Tembakau
12
Nilai ekspor hasil tembakau pertumbuhan stabil(naik 46% dari tahun 2012 ke 2015)
Impor hasil tembakau turun sebesar 40% dari tahun 2012 ke tahun 2015. Penurunan impor dikontribusikan oleh bahan baku berupa tembakau/tembakau belum dipabrikasi (HS 24.01) sebesar 37,4% dan tembakau dipabrikasi lainnya (HS 24.03) sebesar 74% dari tahun 2012 ke tahun 2015
• Produksi tanaman tembakau di Indonesia mencapai puncaknya di tahun 2012 sebesar 260.818 ton, naik sebesar 21% dibanding tahun sebelumnya
• Dari jumlah produksi tembakau nasional, rata-rata sebesar 22% diekspor dalam kurun 5 tahun terakhir
• Rata-rata impor tembakau selama 5 tahun terakhir sebesar 51% (tahun 2013 pernah mencapai hampir 74%)
Affordability
& Beban Cukai Riil
• Affordability dihitung berdasarkan relative income price dengan indikator Harga Jual Eceran (HJE) rata-rata tertimbang dan GDP per capita per tahun
• Affordability harga rokok di Indonesia menunjukkan sedikit penurunan hal ini mengindikasikan harga rokok tahun 2015 relatif semakin terjangkau dibandingkan tahun 2010
Kenaikan beban cukai selama ini selalu disesuaikan dari tahun ke tahun di atas inflasi
Affordability Harga Rokok per Bungkus Cukai Nominal & Cukai Riil
• Di tahun 2016, selain SKM I, harga transaksi pasar (HTP) lebih dari 100% di atas harga jual eceran (HJE)
• Namun demikian, rasio HTP per HJE mengalami penurunan dibanding tahun lalu
220 240
283 308 318
355
205 231
264 282
301
337
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Cukai Nominal Cukai Riil
10.7%
9.6%
8.9% 9.4% 8.7% 9.5%
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1
3
Benchmarking
Beban Perpajakan Terhadap Hasil Tembakau
14
% Perpajakan (Cukai, PPN HT, Pajak Rokok)
Hasil Tembakau Terhadap HJE di Beberapa Negara
76.0
Tahun 2015 menaikan cukai rokok dari 5 menjadi 11% pada distributor, dengan tambahan cukai spesifik 0,1RMB (0,015 USD) per bungkus
Australia
Selama 4 tahun ke depan akan menaikkan pajak rokok sebesar 12,5% setiap tahun. Berlaku mulai 1 September 2017
Phillipina
Simplifikasi struktur dari 4 layer 2012 menjadi tarif tunggal 2017, setelah tahun 2018, cukai naik setiap tahun 4% (penyesuaian otomatis/indeksasi)
Kebijakan Terkini di Beberapa Negara
Benchmarking Dasar Pengenaan Besaran Tarif
• Menaikkan beban perpajakan sebesar paling sedikit 70% atau 2/3 dari harga rokok sebagaimana rekomendasi dari WHO • Mengurangi keterjangkauan harga rokok
• Mengurangi konsumsi dan tingkat prevalensi
Negara 2010 2012 2014 2016
Australia 28.8% 6.5% 16.5% 32.2% New Zealand 17.4% 27.8% 23.4%
Malaysia 5.6% 15.8% 13.6% 60.0% Brunei 0.0% 316.7% 0.0%
Indonesia 16% 16,3% 10% 12,5%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Premium 28.3 25 27 28 29 30
High 12 25 27 28 29 30
Medium 7.56 12 17 21 25 30
Low (Highest market share) 2.72 12 17 21 25 30
% Kenaikan Cukai Beberapa Tahun Terakhir di Beberapa Negara
Simplifikasi Struktur di Philippina (Peso per bungkus isi 20 batang)
• UU Cukai, maksimum cukai HT sebesar 57% dari HJE • Saat ini cukai HT rata rata sebesar 44,4%, namun beban
perpajakan HT keseluruhan sebesar 57,5%
Harga Merk Rokok Yang Populer
(USD/bungkus)
Source: SEATCA Report, 2015
Beban Pajak Rokok
(% dari Harga Jual Eceran)
Komponen Harga dalam Produk Hasil Tembakau
Cukai
(Rp./batang)
Jenis Pajak
Pada Produk Hasil Tembakau
• UU No.39 Tahun 2007 tentang Cukai (max. 57%)
• PMK 147/PMK.10/2016
Pajak Rokok
(Rp./batang
–
10% dari tarif cukai)
• UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
PPN
(8.7% dari harga banderol)
• PMK 174/PMK.03/2015
57,0% 5,7%
8,7% *)
28,6%
Potensi Optimalisasi Tarif Pajak Dalam Rokok
Cukai
Pajak rokok
PPN HT
±20%
biaya produksi + biaya distribusi
+ upah tenaga kerja + marjin ritel
± 10%
keuntungan pabrikan
lebih dari
70%
penjualan rokok
masuk ke kas
Negara
HASIL SURVEY ROKOK ILEGAL
- TINGKAT PELANGGARAN -
1.77%
2010
2012
2014
2016*
2016**
Salah Personalisasi
Salah Peruntukan
Bekas
Palsu
Polos
Sumber data : Survey Cukai Rokok Ilegal 2010, 2012, 2014, 2016, diolah
12,13%
16.112 pack
14,19%
11,74%
21.078 pack
8,38%
22.163 pack
6,14%
20.886 pack
GAP/ Extra Effort
2,06%
↑ , %
↑ , 6%
↑0, 9%
HASIL SURVEY ROKOK ILEGAL
- PERINGKAT BERDASAR JENIS PELANGGARAN -
RANK
2010
2012
2014
2016*
2016**
1
SALAH
PERSONALISAS
I
SALAH
PERSONALISASI
SALAH
PERSONALISASI
SALAH
PERSONALISASI
POLOS
2
SALAH
PERUNTUKAN
POLOS
POLOS
POLOS
SALAH
PERSONALISASI
3
POLOS
SALAH
PERUNTUKAN
PALSU
PALSU
PC BEKAS
4
PALSU
PC BEKAS
SALAH
PERUNTUKAN
SALAH
PERUNTUKAN
SALAH
PERUNTUKAN
5
PC BEKAS
PALSU
PC BEKAS
PC BEKAS
PALSU
Sumber data : Survey Cukai Rokok Ilegal 2010, 2012, 2014, 2016, diolah * Proyeksi jenis pelanggaran cukai rokok ilegal 2016 **Berdasarkan data survey cukai rokok ilegal 2016
• Salah Personalisasi: Pita Cukai dengan kode personaliasi pabrikan tertentu dilekatkan ke produk pabrikan rokok yang lain • Salah Peruntukan: Pita Cukai untuk jenis HT tertentu dilekatkan ke jenis HT yang berbeda
• Polos: Tanpa Pita Cukai