• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN MENTERI AGRARIA NOMOR 9 TAHUN 1965

TENTANG

PELAKSANAAN KONVERSI HAK PENGUASAAN ATAS TANAH NEGARA DAN KETENTUAN-KETENTUAN TENTANG KEBIDJAKSANAAN SELANDJUTNJA

(s.d.u. dengan Per.Men Agraria 1/1966 dan Per.Mendagri 5/1974)

Mengingat:

1. Undang-Undang Pokok Agraria (Undang-Undang No. 5 tahun 1960, LN. 1960 No. 104) - pasal 58 jo. Ketentuan-ketentuan Konversi pasal IX;

2. Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1953.

BAB I. PELAKSANAAN KONVERSI HAK PENGUASAAN ATAS TANAH NEGARA.

Pas. 1. Hak penguasaan atas tanah Negara sebagai dimaksud dalam Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1953, jang diberikan kepada Departemen-departemen, Direktorat-direktorat dan Daerah-daerah Swatantra sebelum berlakunja Peraturan ini sepandjang tanah-tanah tersebut hanja dipergunakan untuk kepentingan instansi-instansi itu sendiri dikonversi mendjadi hak pakai, sebagai dimaksud dalam Undang-Undang Pokok Agraria, jang berlangsung selama tanah tersebut dipergunakan untuk keperluan itu oleh instansi jang bersangkutan.

Pasal 2.

Djika tanah Negara sebagai dimaksud dalam pasal 1, selain dipergunakan untuk kepentingan instansi-instansi itu sendiri, dimaksudkan djuga untuk dapat diberikan dengan sesuatu hak kepada pihak ketiga, maka hak penguasaan tersebut di atas dikonversi mendjadi hak

pengelolaan sebagai dimaksud daiam pasal 5 dan 6, jang berlangsung selama tanah tersebut dipergunakan untuk keperluan itu oleh instansi jang bersangkutan.

Pasal 3.

(1) Pelaksanaan konversi sebagai dimaksud dalam pasal 1 dan 2 diselenggarakan oleh Kepala Kantor Pendaftaran Tanah jang bersangkutan.

(2) Mengenai hak-hak jang belum didaftar pada Kantor Pendaftaran Tanah, pelaksanaan konversi tersebut baru diselenggarakan setelah pemegang haknja datang

mendaftarkannja sebagai dimaksud dalam pasal 9 ajat (3).

BAB II. KETENTUAN KETENTUAN TENTANG KEBIDJAKSANAAN SELANDJUTNJA.

Pasal 4.

Dengan menjimpang seperlunja dari ketentuan-ketentuan tersebut dalam Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1953, maka tanah-tanah Negara jang oleh sesuatu Departemen, Direktorat atau Daerah Swatantra dimaksudkan untuk dipergunakan sendiri, oleh Menteri Agraria atau pedjabat jang ditundjuk olehnja akan diberikan kepada instansi tersebut dengan hak pakai sebagai jang dimaksud dalam Undang-Undang Pokok Agraria.

Pasal 5.

Apabila tanah-tanah Negara sebagai dimaksud dalam pasal 4 di atas, selain dipergunakan oleh instansi-instansi itu sendiri, djuga dimaksudkan untuk diberikan dengan sesuatu hak kepada pihak ketiga, maka oleh Menteri Agraria tanah-tanah tersebut akan diberikan dengan hak pengelolaan.

Pasal 6.

(s.d.u. dg. pasal 3, Per. Mendagri 5/1974.) Hak pengelolaan sebagai dimaksud dalam pasal 2 dan pasal 5 di atas memberikan wewenang kepada pemegangnja untuk:

a. merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah yang bersangkutan; b. menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan usahanja; c. menjerahkan bagian-bagian daripada tanah itu kepada pihak ketiga menurut

(2)

bahwa pemberian hak atas tanah kepada pihak ketiga jang bersangkutan dilakukan oleh pejabat-pejabat yang berwenang menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1972 tentang "Pelimpahan Wewenang Pemberian Hak atas Tanah", sesuai dengan peraturan perundangan agraria jang berlaku.

Pasal 7.

Selain kepada instansi-instansi tersebut pada pasal 4 hak pengelolaan oleh Menteri Agraria dapat diberikan pula kepada badan-badan lain jang untuk melaksanakan tugasnja memerlukan penguasaan tanah-tanah Negara dengan wewenang-wewenang tersebut pada pasal 6.

Pasal 8.

Pemberian hak pakai dan hak pengelolaan tersebut dalam pasal 4 dan pasal 5 di atas disertai sjarat-sjarat chusus jang akan ditetapkan didalam surat keputusan pemberiannja.

BAB III. PENDAFTARAN HAK PAKAI DAN HAK PENGELOLAAN.

Pasal 9.

(1) (Telah dicabut dg. PERMEN Agraria No. 1 / 1966.) (2) (Telah dicabut dg. PERMEN Agraria No. 1 / 1966.)

(3) Djika hak-hak tersebut pada pasal 1 dan 2 belum didaftar pada Kantor Pendaftaran Tanah maka pemegang hak jang bersangkutan wadjib datang pada Kantor Pendaftaran Tanah jang bersangkutan untuk mendaftarkannja dengan mempergunakan daftar isian jang tjontohnja akan ditetapkan tersendiri.

BAB IV. PENUTUP.

Pasal 10.

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 25 ayat (3), perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 22 ayat (5), Pasal 24 ayat (3) dan Pasal 25 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 128 Tahun 2015 tentang

(9) Khusus untuk menara yang digunakan sebagai transmisi jaringan telekomunikasi utama (backbone) yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan

(1) PPAT Pengganti melaksanakan tugas jabatannya sebagai pengganti PPAT yang menjalani cuti setelah diterbitkan Keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) dan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (3) huruf a Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang

Ketentuan ayat 2 Pasal 3 diubah sehingga Pasal 3 berbunyi sebagai berikut: Pasal 3 1 Perawatan Prasarana Perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, harus dilaksanakan oleh