• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas kegiatan tadarus keliling dalam meningktakan motivasi belajar al qur'an siswa di SMP Assa'adah Bungah Gresik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas kegiatan tadarus keliling dalam meningktakan motivasi belajar al qur'an siswa di SMP Assa'adah Bungah Gresik."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS KEGIATAN TADARUS KELILING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR AL QUR’AN SISWA DI SMP

ASSA’ADAH BUNGAH GRESIK

SKRIPSI

Farda Amirah

D01213012

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Farda Amirah 2017, Efektivitas Kegiatan Tadarus Keliling dalam Meninngkatkan Motivasi Belajar Al Qur’an Siswa SMP Assa’adah Bungah Gresik, Skripsi, Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci: Kegiatan Tadarus Keliling, Motivasi Belajar Al Qur’an Siswa.

Dalam melakukan penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yang bersifat deskriptif, dengan menggunakan Metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam melakukan observasi atau pengamatan di lapangan, penulis berperan sebagai pengamat. Selain sebagai pengamat penulis juga melakukan pengumpulan data menggunakan metode wawancara langsung dengan informan yang berkompeten dengan data atau informasi yang dibutuhkan peneliti, diantara informan yang peneliti wawancarai adalah kepala sekolah, panitia tadarus keliling, dan anggota tadarus keliling.

Rumusan masalah dalam skripsi ini tentang bagaiamana pelaksanaan kegiatan tadarus keliling, bagaimana motivasi siswa dalam belajar Al Qur’an saat mengikuti kegiatan tadarus keliling, dan bagaimana efektivitas kegiatan tadarus keliling dalam meningkatkan motivasi belajar Al Qur’an siswa SMP Assa’adah Bungah Gresik.

Berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan tadarus keliling berjalan dengan cukup baik. Untuk motivasi siswa dalam belajar Al Qur’an saat mengikuti kegiatan tadarus keliling ini dapat dilihat dari perubahan yang sangat signifikan bagi siswa yang mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil analisis bahwa siswa yang telah mengikuti kegiatan tadarus keliling dapat membaca Al Qur’an dengan lancar dan bacaannya juga sesuai dengan makhroj dan tajwid.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL & GAMBAR ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian... 8

E. Penelitian Terdahulu ... 9

F. Definisi Operasional... 11

(8)

BAB II : LANDASAN TEORI ...17

A. Tinjauan Tentang Tadarus ...17

1. Pengertian Tadarus Keliling ...17

2. Dasar Tadarus Al Qur’an ...18

3. Keutamaan Tadarus Al Qur’an ...20

4. Hikmah Tadarus Al Qur’an ... 22

B. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar Al Qur’an ...23

1. Pengertian Motivasi ...23

2. Teori Motivasi Belajar ...28

3. Jenis-jenis Motivasi ...33

4. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ...35

5. Sumber Motivasi Belajar Al Qur’an ...36

6. Pengukuran Motivasi Belajar Al Qur’an ...40

C. Efektivitas Kegiatan Tadarus Keliling dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Al Qur’an Siswa ...41

BAB III : METODE PENELITIAN ...44

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian...44

B. Subyek dan Obyek Penelitian ...46

C. Tahap-tahap Penelitian ...48

D. Sumber dan Jenis Data ...49

1. Sumber Data ...49

(9)

E. Teknik Pengumpulan Data ...51

F. Teknik Analisis Data ...54

BAB IV : HASIL PENELITIAN ...56

A. Latar Belakang Objek Penelitian ...56

1. Sejarah Berdirinya SMP Assa’adah Bungah Gresik ...56

2. Letak Geografis SMP Assa’adah Bungah Gresik ...60

3. Visi Misi dan Target SMP Assa’adah Bungah Gresik ...61

4. Struktur Organisasi SMP Assa’adah Bungah Gresik ...64

5. Keadaan Guru dan Siswa SMP Assa’adah Bungah Gresik ...66

6. Keadaan Sarana Prasarana SMP Assa’adah Bungah Gresik...68

B. Penyajian Data ...70

1. Pelaksanaan Kegiatan Tadarus Keliling di SMP Assa’adah Bungah Gresik ...70

2. Motivasi Siswa dalam Belajar Al Qur’an saat Mengikuti Kegiatan Tadarus Keliling ...80

3. Efektivitas Kegiatan Tadarus Keliling dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Al Qur’an Siswa ...86

C. Analisis Data ...89

1. Pelaksanaan Kegiatan Tadarus Keliling di SMP Assa’adah Bungah Gresik ...89

(10)

3. Efektivitas Kegiatan Tadarus Keliling dalam Meningkatkan Motivasi

Belajar Al Qur’an Siswa ... 97

BAB V : PENUTUP ...100

A. KESIMPULAN ...100

B. SARAN ...101

DAFTAR PUSTAKA ...103

(11)

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

1. Tabel 4.1 Periode Kepemimpinan SMP Assa’adah Bungah Gresik ... 58

2. Tabel 4.2 Jumlah Guru dan Karyawan SMP Assa’adah Bungah Gresik ... 66

3. Tabel 4.3 Data Siswa SMP Assa’adah Bungah Gresik ... 67

4. Tabel 4.4 Keadaan Sarana Prasarana SMP Assa’adah Bungah Gresik ... 69

5. Tabel 4.5 Susunan Panitia Tadarus Keliling ... 75

6. Tabel 4.6 Daftar Anggota Tadarus Keliling ... 75

7. Tabel 4.7 Daftar Anggota Al Banjari ... 76

8. Tabel 4.8 Susunan Kegiatan Tadarus Keliling ... 78

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap umat beragama memiliki kitab yang menuntunnya untuk beribadah kepada Tuhan yang di yakini. Begitu juga dengan seorang

Muslim yang meyakini bahwa Al Qur’an adalah kitab yang diturunkan

Allah sebagai pedoman hidup di dunia.

Berinteraksi dengan Al Qur’an merupakan salah satu pengalaman

beragama berharga bagi seorang Muslim. Pengalaman berinteraksi dengan

Al Qur’an dapat terungkap atau diungkapkan melalui lisan, tulisan,

maupun perbuatan, baik berupa pemikiran, pengalaman emosional maupun spiritual.1

Al Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad melalui Malaikat Jibril secara berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari. Dan bagi yang membacanya bernilai ibadah.

Al Qur’an juga merupakan mu’jizat abadi yang menundukkan

semua generasi dan bangsa sepanjang masa.2 Untuk itu membaca Al

Qur’an harus diajarkan sejak dini kepada anak sebagai bentuk

mengenalkan kepada mereka pedoman untuk mengarungi kehidupan kelak, karena anak merupakan aset generasi penerus bangsa yang akan

1

M. Mansyur, Muhammad Yusuf, dkk, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadits, (Yogyakarta: TH-Press, 2007), h. 11.

2

(13)

2

membela agama dan bangsa mereka. Ajaran itupun sudah ada sejak dari zaman Rasullullah, pertama kali ayat Al Qur’an turun sudah mengisyaratkan kepada manusia untuk membaca seperti yang tercantum dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi :

( َقَلَخ يِذّلا َكّبَر ِمْساِب ْأَرْ قا

“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qolam

(pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al „Alaq: 1-5).3

Membaca Al Qur’an diibaratkan komunikasi dengan Allah. Otomatis dengan komunikasi itu, orang yang membaca Al Qur’an jiwanya akan tenang dan tentram.4 Oleh karena itu, apabila seseorang ingin merasakan jiwa yang tenang dan tenteram, hendaklah memperbanyak membaca Al Qur’an.

Al Qur’an secara harfiah merupakan “bacaan sempurna”

merupakan suatu nama pilihan Allah yang paling tepat.5 Menurut Ibnu Kaldun di dalam kitab Al Muqadimah menunjukkan pentingnya

pendidikan Al Qur’an kepada anak-anak. Menurutnya pendidikan Al

Qur’an menjadi fondasi seluruh kurikulum pendidikan di dunia Islam,

3

Departemen Agama RI, Al Qur’an Tajwid & Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), h. 1069.

4

Ahmad Syarifuddin, Mendidik anak membaca, menulis, dan mencintai Al Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2008), h. 47.

5

(14)

3

karena Al Qur’an merupakan syair agama yang mampu menguatkan

akidah dan mengokohkan keimanan.6

Al Qur’an sebagai acuan utama untuk dipelajari karena ilmu Tuhan

jika dipelajari akan dapat memperkuat dasar-dasar keimanan kepada-Nya, terutama pada pelajar/peserta didik.7

Al Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang sangat pokok. Di

dalamnya dijelaskan segala sesuatu tentang Islam dan ajarannya, termasuk amalan-amalan keagamaan tidak terkecuali aktivitas tadarus yang sering dilaksanakan umat muslim.

Dalam pengertian yang lebih luas, pemaknaan tadarus tidak hanya sebatas membaca Al Qur’an saja, tetapi mempelajari makna ayat, mendengarkan serta menyimak bacaan ayat Al Qur’an pun dapat dikategorikan sebagai aktivitas tadarus.

Pembiasaan tadarus memiliki banyak manfaat atau hikmah bagi yang mengamalkannya. Membaca Al Qur’an bukan saja amal ibadah, namun juga bisa menjadi obat dan penawar rasa gelisah, pikiran kusut, nurani tidak tenteram, dan sebagainya.

Tapi, di zaman sekarang budaya membaca Al Qur’an bersama atau

yang disebut dengan tadarus Al Qur’an mulai memudar, terutama di

kalangan pelajar tingkat SLTA-sederajat. Padahal budaya membaca Al

Qur’an sudah melekat pada kehidupan manusia, Al Qur’an sendiri diyakini

sebagai pedoman hidup umat muslim di muka bumi ini, karena Al Qur’an

6

Ibid, h. 12.

7

(15)

4

merupakan kitab Allah yang diturunkan kepada manusia melalui perantara Nabi Muhammad SAW. Sehingga umat muslim diwajibkan untuk beriman

kepada kitab Al Qur’an sesuai dengan Rukun Iman. Di dalamnya terdapat

petunjuk, pedoman, dan pelajaran. Oleh karena itu, bagi orang yang mempercayainya akan bertambah cinta kepadanya untuk membaca, mengamalkan, dan mengajarkannya.

Namun kenyataannya masih banyak dari kalangan umat Islam yang tidak bisa membaca Al Qur’an, baik yang masih anak-anak, remaja, dewasa, maupun lanjut usia. Sebagaimana hasil survei Institut Ilmu Al

Qur’an (IIQ) Jakarta menyebutkan, 65% umat Islam di Indonesia buta aksara Al Qur’an, sebanyak 35% hanya bisa membaca Al Qur’an saja,

sedangkan yang mampu membaca Al Qur’an dengan benar hanya 20%. Survei yang di sajikan Lembaga Survei Indonesia (LSI) bersama Goethe

Institute mengatakan budaya membaca Al Qur’an pada kaum muda

muslim masih memprihatinkan. Hasil survei yang dinyatakan di Jakarta Pusat pada 14 Juni 2011 itu menyebutkan kaum muda muslim di sejumlah

kota besar yang selalu membaca Al Qur’an hanya 10,8% yang sering

27,5% yang kadang-kadang 61,1% dan yang tidak pernah 0,3%.8

Sebagian umat Islam Indonesia masih malu-malu untuk membaca al-Quran secara rutin. Entah dengan berbagai alasan yang mereka miliki. Ada yang mengatakan terlalu sibuk, sudah tak punya waktu, karena masih muda belum membutuhkannya, kelak sudah tua baru diperlukan. Ataukah

8

Dari internet,

(16)

5

semua alasan di atas bermuara pada satu pertanyaan, apakah mereka buta huruf? Sehingga, tak mampu untuk membaca kitab yang diturunkan sebagai mukjizat tersempurna yang ada di muka bumi ini.9

Perubahan zaman dan berkembangnya ilmu pengetahuan sekarang ini yang membuat anak-anak masa kini meninggalkan aktivitas membaca

Al Qur’an yang sudah ada dari zaman dahulu ditanamkan oleh orang tua

kepada anak-anaknya dan telah menjadi rutinitas kegiatan anak-anak bahkan orang tua juga, yang wajib untuk dikerjakan. Paling tidak membaca satu ayat dalam satu hari. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman pula dan dengan banyaknya kegiatan yang

menjauhkan dari membaca Al Qur’an seperti fitur games, acara televisi,

Internet dll, merubah kebiasaan yang dilakukan kebanyakan umat muslim di zaman sekarang. Bahkan ada anak yang sama sekali tidak bisa membaca

Al Qur’an karena tidak paham dan tidak peduli akan arti penting dari Al Qur’an sendiri.

Kegiatan tadarus Al Qur’an diharapkan dapat menjadikan siswa

untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia mahmudah dengan membaca dan memahami ayat-ayat yang terkandung di dalam Al Qur’an,

serta membiasakan siswa untuk membaca Al Qur’an dalam kehidupan

sehari-hari. Selain itu kegiatan tadarus yang dilakukan bersama-sama akan memotivasi anak untuk lebih giat dalam mempelajari Al Qur’an.

9

(17)

6

Demikian pula pada sekolah SMP Assa’adah Bungah Gresik, disana peserta didik di tuntut untuk bisa membaca Al Qur’an, terlebih untuk memahami dan mempelajari makna dan isi kandungan Al Qur’an

melalui kegiatan tadarus keliling. Karena banyak dari peserta didik yang lulusan SD atau sekolah umum yang tidak di ajari secara mendalam

tentang membaca Al Qur’an.

Pembiasaan tadarus Al Qur’an yang tidak didasari kedisiplinan

siswa dalam mengikuti kegiatan tersebut menjadikan makna tadarus Al

Qur’an kurang terbentuk, yang seharusnya anak khusyu’ dalam membaca Al Qur’an dan mampu mendekatkan diri kepada Allah berkebalikan

dengan kenyataan yang ada karena anak tidak disiplin. Ketidakdisiplinan ini menjadikan karakter-karakter bentukan Al Qur’an kurang terbentuk. Khususnya karakter ikhlas yang mendasari siswa dalam menyelesaikan dan melampaui cobaan. Sehingga ketika anak tidak memiliki karakter ikhlas maka anak akan menyelesaikan masalah dengan jalan emosi. Selain itu akan muncul dimana anak tidak mampu melampaui cobaan yang menjadikan anak terpuruk dan susah bergaul dengan anak lainnya. Disitulah dikatakan anak kurang dalam kecerdasan spiritualnya.

Al Qur’an bisa menggugah semangat orang yang membacanya, karena dengan membaca Al Qur’an kita bisa mengenal dekat dengan

Allah. Al Qur’an adalah salah satu surat cinta dari Allah, sehingga orang

(18)

7

Qur’an juga bisa membuat orang yang membacanya menjadi tentram dan

tenang, serta yakin bahwa Allah akan bersamanya.10

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagai orang tua atau guru wajib memperhatikan anak-anaknya baik yang belum bisa

membaca Al Qur’an hingga yang sudah bisa membaca Al Qur’an agar menyempatkan dan selalu bisa membaca Al Qur’an setiap hari walau

hanya satu ayat. Karena Al Qur’an mempunyai keistimewaan dan mampu menggugah semangat orang yang membacanya meski tidak tahu artinya.

Oleh karena itu, dari latar belakang tersebut peneliti tertarik dan ingin meneliti secara lebih mendalam dan mengangkat judul

“EFEKTIVITAS KEGIATAN DARLING (TADARUS KELILING) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR AL QUR’AN SISWA DI SMP ASSA’ADAH BUNGAH GRESIK”.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, berdasarkan latar belakang di atas, maka secara garis besar dapat dirumuskan permasalahn sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan tadarus keliling tersebut ?

2. Bagaimana motivasi siswa dalam belajar Al Qur’an saat mengikuti kegiatan tadarus keliling?

3. Bagaimana efektivitas kegiatan tadarus keliling dalam meningkatkan

motivasi belajar Al Qur’an siswa di SMP Assa’adah Bungah Gresik ?

10

Dari internet artikel dalam internet:Ilawati Pristiani. 2012. Motivasi Diri dengan Cara

(19)

8

C. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian yang dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui minat siswa dalam mengikuti kegiatan tadarus keliling

2. Untuk mengetahui motivasi siswa dalam belajar Al Qur’an saat mengikuti kegiatan tadarus keliling

3. Untuk mengetahui efektivitas kegiatan tadarus keliling dalam meningkatkan motivasi belajar Al Qur’an siswa di SMP Assa’adah Bungah Gresik

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang jelas

tentang ada tidaknya hubungan aktivitas tadarus Al Qur’an dengan peningkatan motivasi belajar Al Qur’an siswa dalam kehidupan

sehari-hari, dalam informasi tersebut di harapkan dapat memberikan manfaat secara teoritik dan praktis, yaitu:

1. Secara teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya tentang aktivitas

tadarus Al Qur’an kaitannya dengan motivasi belajar Al Qur’an siswa

(20)

9

a. Bagi penulis penelitian ini diharapkan menjadi pedoman untuk

meningkatkan motivasi belajar Al Qur’an secara lebih baik dalam

melafadzkan makhrorijul huruf maupun tajwid.

b. Bagi siswa dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

motivasi untuk meningkatkan aktivitas tadarus Al Qur’an

selanjutnya.

c. Bagi orang tua diharapkan untuk lebih memperhatikan

anak-anaknya dalam mempelajari Al Qur’an dan memberi contoh yang

baik dengan tadarus dirumah.

E. Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian yang penah diteliti sebelumnya digunakan sebagai bahan pertimbangan, sekaligus acuan dan masukan bagi penulis. Penelitian sebelumnya diharapkan dapat melengkapi dari sudut pandang yang lain, sehingga pada penelitian sekarang akan lebih terfokus untuk diteliti.

Pada penelitian sebelumnya yang pertama dilakukan oleh Agus Muhyi mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dengan judul

“Pengaruh Minat Tadarus Keliling Terhadap Kemampuan Membaca Al

Qur'an Siswa di MTs. Nurul Hikmah Kedung Cowek Bulak Surabaya”.

(21)

10

1. Persamaan

Pada penelitian sebelumnya peneliti juga membahas kegiatan tadarus keliling

2. Perbedaan

Pada penelitian sebelumnya peneliti membahas tentang bagaimana pengaruh tadarus keliling terhadap kemampuan membaca Al

Qur’an siswa, tetapi pada penelitian saya membahas tentang

apakah kegiatan tadarus keliling efektif dalam meningkatkan

belajar Al Qur’an siswa.

Pada penelitian sebelumnya yang kedua dilakukan oleh Abdul Rosyid mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dengan

judul “Studi Korelasi Antara Kegiatan Tadarus Awal Pelajaran dengan

Minat Belajar Membaca Al Qur’an Siswa di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya”

Adapun hasil penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan

1. Persamaan

Pada penelitian sebelumnya peneliti juga membahas tentang kegiatan Tadarus.

2. Perbedaan

Pada penelitian sebelumnya peneliti membahas tentang korelasi

(22)

11

penelitian yang saya lakukan membahas tentang efektivitas kegiatan tadarus dengan motivasi membaca Al Qur’an siswa.

F. Definisi Operasional

1. Efektivitas :

Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil, atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah popular mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Robbins memberikan definisi efektivitas sebagai tingkat pencapaian organisasi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata efektif mempunyai arti efek, keadaan berpengaruh, akibat atau dapat membawa hasil.11 Efektivitas pada dasarnya menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaiman cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan outputnya.12 Jadi, efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju.

Efektivitas dalam penelitian ini dimaksudkan seberapa jauh peningkatan motivasi yang diperoleh siswa ketika ada kegiatan tadarus keliling dibandingkan ketika tidak ada kegiatan tadarus keliling.

11

Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 374.

12

(23)

12

2. Kegiatan Tadarus Keliling :

Kegiatan adalah aktivitas, usaha, pekerjaan atau kekuatan dan ketangkasan serta kegairahan

At Tadarrus adalah wazan tafa’ul dari ad Dars. Maknanya adalah salah satu pihak atau beberapa pihak mengajukan pertanyaan, dan pihak lainnya menjawab pertanyaan itu, pihak ketiga mengkaji lebih lanjut, dan pihak selanjutnya berusaha mengoreksi atau melengkapi.13

Keliling adalah garis yang membatasi suatu bidang, lingkungan di sekitar sesuatu.14 Keliling juga di sebut berkunjung dari satu rumah ke yang lain atau silaturahmi.

Jadi yang dimaksud dengan kegiatan tadarus keliling menurut

peneliti adalah kegiatan membaca Al Qur’an yang dilakukan secara

bersama-sama dalam suatu lingkungan disekitar secara bergantian guna untuk menunjukkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan tersebut. 3. Motivasi Belajar Al Qur’an :

Motivasi berasal dari kata Inggris motivation yang berarti dorongan. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan, merangsang.15

13

Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hal 1217

14

Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 672.

15

(24)

13

Jadi motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.

Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.16

Al Qur'an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a - yaqra'u - qur'anan yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang.

Menurut istilah Al Qur’an ialah Kalam Allah mengandung

mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril, tertulis dalam mushaf disampaikan dengan jalan mutawatir, bagi yang membacanya ibadah dan diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.

Jadi motivasi belajar Al Qur’an yang dimaksud adalah kemauan atau keinginan untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik dari sebelumnya dalam hal membaca dan mempelajari Al Qur’an.

16

(25)

14

4. Siswa SMP Assa’adah Bungah Gresik

Siswa Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, pengertian Siswa, Murid atau Peserta didik adalah orang atau anak yang sedang berguru, belajar atau bersekolah.17 Menurut Prof. Dr. Shafique Ali Khan memberikan pengertian siswa ialah orang yang datang ke suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari bebera tipe pendidikan. Selanjutnya orang ini disebut Pelajar atau orang yang mempelajari ilmu pengetahuan berapapun usianya, dari manapun, siapa pun, dalam bentuk apapun, dengan biaya apapun untuk meningkatkan pengetahuan dan moral pelaku belajar.18

SMP Assa’adah adalah salah satu lembaga pendidikan Islam yang

terletak di daerah Bungah Gresik.

Jadi siswa SMP Assa’adah adalah orang yang sedang mencari ilmu di lembaga SMP Assa’adah Bungah Gresik.

Dari penegasan judul diatas, penulisan skripsi ini dapat diartikan sebagai suatu penelitian yang ingin mengetahui tentang hasil pencapaian dari kegiatan Tadarus Keliling dalam meningkatkan kemampuan membaca

Al Qur’an Siswa SMP Assa’adah Bungah Gresik.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini, maka penulis membuat sistematika pembahasan sebagai berikut:

17

Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 1362.

18

(26)

15

Bab satu pendahuluan. Dalam bab ini penulis akan membahas tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, definisi operasional dan sistematika pembahasan.

Bab dua kajian pustaka. Dalam kajian teori ini penulis akan mendeskripsikan secara teoritis segala sesuatu tentang tinjauan tadarus yang mencakup pengertian tadarus keliling, dasar tadarus Al Qur’an,

keutamaan tadarus Al Qur’an, hikmah tadarus Al Qur’an. Penulis juga

akan mengkaji tentang motivasi belajar Al Qur’an yang meliputi

pengertian motivasi, teori motivasi belajar, jenis-jenis motivasi, faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, sumber motivasi belajar Al Qur’an,

pengukuran motivasi belajar Al Qur’an, serta efektivitas kegiatan tadarus

keliling dalam meningkatkan motivasi belajar Al Qur’an siswa.

Bab tiga metode penelitian. Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan secara lengkap seperti apa metode penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Dijabarkan mulai dari pendekatan dan jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, tahap-tahap penelitian, sumber dan jenis data, teknik pengumpulan data, dan teknis analisis data.

(27)

16

tadarus keliling, motivasi siswa dalam belajar Al Qur’an saat mengikuti kegiatan tadarus keliling dan efektivitas kegiatan tadarus keliling dalam meningkatkan motivasi belajar Al Qur’an siswa di SMP Assa’adah Bungah Gresik.

Bab lima penutup. Bab ini merupakan bab yang memuat tentang kesimpulan dari rumusan masalah yang dibahas dan juga rekomendasi yang perlu diperhatikan guna untuk masukan berdasarkan manfaat dan tujuannya, didalamnya juga terdapat saran-saran penulis kepada SMP

Assa’adah Bungah Gresik yang berdasarkan dari temuan sehingga lebih

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Tadarus

1. Pengertian Tadarus Keliling

Kata tadarus berasal dari asal kata darasa yadrusu, yang artinya mempelajari, meneliti, menelaah, mengkaji dan mengambil pelajaran dari wahyu Allah SWT. Lalu kata darasa ketambahan huruf Ta’ di depannya sehingga menjadi tadarasa yatadarasu, maka maknanya bertambah menjadi saling belajar, atau mempelajari secara lebih mendalam.19

Tadarus Al Qur’an atau kegiatan membaca Al Qur’an merupakan

bentuk peribadatan yang diyakini dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan yang berimplikasi pada sikap dan perilaku positif, dapat mengontrol diri, dapat tenang, lisan terjaga, dan istiqamah dalam beribadah.20 Oleh karena itu melalui kegiatan tadarus keliling ini, diharapkan siswa siswi dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang sudah diajarkan oleh Al Qur’an sehingga dapat berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar dan juga dapat membentengi diri dari sifat-sifat negatif.

19

Imam Nawawi, Menjaga Kemuliaan Al-Qur’an (Bandung : Al-Bayan, 1996), h. 101.

20

(29)

18

Adapun yang dimaksud “keliling” adalah berkunjung ke rumah -rumah siswa siswi secara bergilir. Jadi yang dimaksud dengan tadarus

keliling adalah membaca, menyimak, dan mempelajari Al Qur’an secara

bersama-sama yang dilakukan dirumah-rumah siswa secara bergilir.

Dalam kitab Syu’abul Iman, Syeikh As’ad Muhammad Sa’id as

-Sahgraji menukil perkataan Imam Abu „Abdillah al-Halimi yang

bersumber dari karya Imam al Baihaqi bahwa yang ada diurutan pertama

dari bentuk pengagungan kita terhadap Al Qur’an ialah mempelajari Al Qur’an itu sendiri.21

Jadi langkah pertama jika kita memang benar-benar cinta terhadap

Al Qur’an adalah mau mempelajari Al Qur’an, baik dalam membaca yang

sesuai dengan tajwid dan makhroj yang benar, mengetahui dan memahami kandungan ayat-ayat Al Qur’an serta mengamalkannya.

2. Dasar Tadarus Al Qur’an

Terdapat suatu ayat dalam Al Qur’an yang secara khusus

diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. sebagai perintah agar beliau

dan umatnya membaca Al Qur’an.

Firman Allah dalam surat an-Naml ayat 91-92 yang berbunyi:

21

(30)

(Mekah) Yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Dan supaya aku membacakan Al Qur'an (kepada manusia). Maka barang siapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barang siapa yang sesat maka katakanlah: "Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan". (QS. an-Naml: 91-92).22

Dalam tafsir Al Jalalain dijelaskan "Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Rabb negeri ini) yakni Mekah (yang telah menjadikannya kota suci) suci dan aman, tidak boleh dialirkan darah manusia di dalamnya, dan tidak boleh seseorang pun dianiaya, serta binatang buruannya tidak boleh diburu dan pepohonannya tidak boleh ditebang. Yang demikian itu merupakan nikmat-nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kabilah Quraisy sebagai penduduknya, sehingga Allah tidak menurunkan azab atas negeri mereka dan selamat Pula dari fitnah-fitnah yang melanda kawasan negeri Arab lainnya (dan kepunyaan-Nya-lah) yakni kepunyaan Allah swt. (segala sesuatu) Dia adalah Rabb, pencipta dan pemilik semuanya (dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri) kepada Allah yaitu dengan mentauhidkan-Nya”.

22Departemen Agama RI, Al Qur’an Tajwid & Terjemah, (Bandung: CV Penerbit

(31)

20

“(Dan supaya aku membacakan Alquran) kepada kalian dengan

bacaan yang mengajak kalian untuk beriman (Maka barang siapa yang mendapat petunjuk) dari Alquran (maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk kebaikan dirinya) karena dia sendirilah yang mendapat kan pahalanya (dan barang siapa yang sesat) dari jalan iman, dan sesat dari jalan petunjuk (maka katakanlah) kepadanya, (Sesungguhnya aku ini tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan, yang menakut-nakuti kalian, maka tidak ada hak bagiku melainkan hanya menyampaikan saja. Ayat ini diturunkan sebelum ada perintah dari Allah untuk berperang.”23

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa perintah untuk

membaca Al Qur’an di tujukan kepada seluruh umat manusia, terutama

untuk umat Muslim yang wajib mengimani Al Qur’an sesuai dengan rukun

Iman yang ke-3. Dan sesungguhnya orang yang membaca Al Qur’an akan mendapat syafaat di hari kiamat nanti.

3. Keutamaan Tadarus Al Qur’an

Membaca Al Qur’an di kalangan muslim biasanya dilakukan

sendiri-sendiri, dan ada pula yang dilakukan bersama-bersama. Tetapi

kebanyakan orang jika menggunakan kata “tadarus” berarti membaca Al Qur’an yang dilakukan bersama-sama, jika menggunakan kata “membaca”

maka identik dengan membaca Al Qur’an yang dilakukan sendiri.

23

(32)

21

Ada individu yang mengkhususkan membaca Al Qur’an pada

waktu tertentu dan pada tempat-tempat tertentu.24 Misalnya, membaca Al

Qur’an yang dilakukan setiap selesai sholat maghrib atau melakukan tadarus Al Qur’an di malam bulan Ramadhan setelah selesai sholat

tarawih, ada pula yang membaca Al Qur’an di makam tokoh tertentu,

seperti makam Sunan Ampel dan mengkhatamkannya disana.

Keutamaan tadarus Al Qur’an sangat besar terhadap orang-orang

yang melakukannya. Hal ini disebabkan karena ketika tadarus, orang

tersebut tidak hanya membaca Al Qur’an tetapi juga mendengarkan dan

menyimak ayat-ayat Al Qur’an.

Meskipun membaca Al Qur’an adalah ibadah mulia yang

dianjurkan kapan saja, tetapi anjuran untuk membaca Al Qur’an pada

malam hari iu lebih kuat.25

Hal tersebut sesuai dengan Firman Allah surat Ali Imran: 113-114:

ٌةمُأ ِباَتِكْلا ِلَْأ ْنِم ًءاَوَس اوُسْيَل

“Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang). Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada yang makruf, dan

24

M. Mansyur, dkk, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadits, (Yogyakarta: TH-Press, 2007), h. 15.

25

(33)

22

mencegah dari yang mungkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.” (Q.S. Ali Imran: 113-114).26

Jadi, gunakanlah waktu malammu dengan sebaik mungkin. Daripada menghabiskan malam dengan bergosip dan memperbanyak tidur,

lebih baik memperbanyak membaca Al Qur’an terutama setelah

melaksanakan sholat.

4. Hikmah Tadarus Al Qur’an

Cahaya Al Qur’an tidak akan merasuk ke dalam hati manusia, kecuali orang yang membaca, mempelajari dan mengamalkannya. Tadarus Al Quran memberi hikmah kepada manusia termasuk orang yang mendapat rahmat dari Allah SWT.27

Dan diantara hikmah tadarus Al Qur’an adalah sebagai berikut:

a. Memahami segala sesuatu baik ketauhidan, hukum, kisah, akhlak, ilmu pengetahuan, janji, peringatan dan lain-lain.

Seperti Firman Allah dalam surat al-A’raf ayat 52:

َنوُنِمْؤُ ي ٍمْوَقّل ًةََْْرَو ىًدُ ٍمْلِع ٰىَلَع ُهٰنْلصَف ٍبٰتِكِب مُهٰ نْ ئِج ْدَقَلَو

“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi

26Departemen Agama RI, Al Qur’an Tajwid & Terjemah, (Bandung: CV Penerbit

Diponegoro, 2014), , h. 190.

27

(34)

23

petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”(QS.

Al A’raf: 52).28

b. Mendapatkan ketenangan hati bagi siapapun yang

membacanya

c. Al Qur’an sebagai obat yang manjur.29

Selain dari pemaparan di atas hikmah Al Qur’an masih banyak lagi

yang lain yang tidak akan ada habisnya jika disebutkan satu-satu, oleh

karena itu peneliti hanya memberi tiga hikmah yang sangat penting bagi

pembaca. Jadi janganlah kalian sia-siakan waktu di dunia ini tanpa

membaca Al Qur’an.

B. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar Al Qur’an

1. Pengertian Motivasi

Motivasi memiliki nama akar dari bahasa Latin movere, yang berarti gerak atau dorongan untuk bergerak.30 Motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

28 Departemen Agama RI, Al Qur’an Tajwid & Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), , h. 223

29

Ahmad Abtokhi, Akankah Al Qur’an yang Ku Baca Menolongku? Suatu Kajian

Tasawuf Modern dalam Perspektif Fisika, (Malang: UIN Malang Press, 2007), h. 71-76.

30

(35)

24

Menurut Sumadi Suryabrata motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.31

Banyak teori motivasi yang didasarkan dari asas kebutuhan. Kebutuhan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk dapat memenuhinya. Motivasi adalah proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang.32 Perilaku seseorang pada hakikatnya dirancang untuk mencapai satu tujuan. Dengan kata lain, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan.

Sehubungan dengan kebutuhan hidup manusia yang mendasari timbulnya motivasi, Maslow mengungkapkan bahwa kebutuhan dasar hidup manusia itu terbagi atas lima tingkatan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akulturasi.33

a. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi seperti, sandang, pangan dan papan

b. Kebutuhan keamanan adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh keselamatan, keamanan, jaminan atau perlindungan dari ancaman yang membahayakan kelangsungan hidupnya.

31

Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 101

32

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 5

33

(36)

25

c. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan seseorang untuk disukai dan menyukai, dicintai dan mencintai, berkelompok, bermasyarakat, berorganisasi, berbangsa dan bernegara.

d. Kebutuhan akan harga diri adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh kehormatan, penghormatan, pujian, penghargaan dan pengakuan.

e. Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh kebanggaan, kekaguman, dan ketenaran atas prestasi yang diraih.

Dalam dunia pendidikan teori tersebut dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan peserta didik, agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan sebaik mungkin.34 Seperti, guru yang menguasai materi yang akan diajarkan, guru yang mengerti bagaimana keadaan peserta didik, dan guru yang memperhatikan keadaan lingkungan misalnya, tempat belajar yang menyenangkan, bebas dari kebisingan dan sarana pembelajaran yang memadai.

Dengan begitu siswa yang merasa bosan dengan pembelajaran yang monoton akan termotivasi oleh pembelajaran yang menyenangkan seperti melakukan pembelajaran diluar kelas atau memilih metode dan strategi pembelajaran berbeda yang sesuai dengan lingkungan.

34

(37)

26

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.35

Motivasi belajar yang di ungkapkan oleh Uno adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.36

Suardi mengungkapkan bahwa motivasi belajar memegang peranan dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.37

Adapun indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:38

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

d. Adanya penghargaan dalam belajar

35

Ibid, h. 23

36

Hamzah B. Uno, h.23.

37

Moh. Suardi, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Depublish, 2015), h.44.

38

(38)

27

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Dari beberapa pendapat diatas tentang motivasi belajar peneliti menyimpulkan bahwa motivasi belajar sangat berpengaruh, karena dapat memberikan semangat bagi siswa untuk lebih senang dalam belajar. Dorongan atau motivasi tersebut dapat berupa intrinsik maupun ekstrinsik.

Siswa yang mempunyai motivasi tinggi berarti siswa tersebut aktif dalam kegiatan yang dilakukannya. Keaktifan siswa tampak dalam kegiatan:39

a. Berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan.

b. Mempelajari, mengalami, dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh situasi pengetahuan.

c. Merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan guru kepadanya.

d. Belajar dalam kelompok.

e. Mencobakan sendiri konsep-konsep tertentu.

39

(39)

28

f. Mengomunikasikan hasil pikiran, penemuan, dan penghayatan nilainilai secara lisan atau penampilan.

2. Teori Motivasi Belajar

Dasar psikologi pendidikan pembicaraan masalah teori motivasi belajar tidak dapat dilepaskan dengan pembahasan tentang teori belajar, hal ini disebabkan karena dasar dari motivasi belajar adalah teori-teori belajar.

Berbagai macam penerapan teori motivasi belajar, baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun di masyarakat di kemukakan oleh RBS. Fudyanto sebagai berikut40 :

1) Guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

Hal ini sebenarnya sudah dikenal sejak zaman kuno, segala sesuatu (pengalaman) yang menyenangkan akan memperkuat dorongan. Sebaliknya, pengalaman yang tidak menyenangkan akan menghambat.

Jika seorang guru memiliki pengalaman yang menyenangkan seperti selalu ceria, tidak mudah marah dan perhatian kepada siswa maka siswa akan merasa senang dan tidak susah untuk diajak belajar bersama. Suasana nyaman, kondusif dan aktif

40

(40)

29

akan selalu didapatkan ketika guru mampu memahami bagaimana perasaan siswa.

2) Guru memberikan hadiah dan hukuman kepada siswa

Guru dapat memberikan hadiah untuk mendorong kegiatan belajar siswa sebelum menempuh ujian sekolah.

Hadiah dapat berupa barang ataupun pujian. Dengan janji mendapat hadiah jika nilai mereka tinggi maka siswa akan antusias untuk berlomba-lomba mendapatkan nilai yang tinggi. Sebaliknya jika nilai mereka rendah akan mendapat hukuman atau denda. Tetapi guru juga harus berhati-hati karena hukuman atau denda dapat menimbulkan rasa dendam pada siswa. Jadi hukuman yang diberikan kepada siswa dalam batas-batas kewajaran dan masih dalam nuansa pembelajaran.

3) Guru menciptakan level aspirasi berupa performasi yang mendorong ke level berikutnya.

Guru berusaha mendorong siswa bersemangat dalam belajarnya. Menurut Barow, level aspirasi tergantung kepada kecerdasan anak, status sosial ekonomi anak, hubungan anak dan orangtua, serta harapan-harapan orangtua kepada anaknya.

(41)

30

Guru mengadakan kompetisi prestasi di kelas atau sekolah untuk tujuan meningkatkan semangat belajar peserta didik. Ajang kompetisi prestasi menjadi lebih menyemangati siswa dengan diberikan hadiah bagi pemenang.

Pengaruh kompetisi ini selain untuk meningkatkan belajar siswa juga bisa meningkatkan kerja sama antar teman untuk mendapatkan yang terbaik bagi kelas atau kelompoknya.

5) Guru menggunakan hasil belajar sebagai umpan balik

Guru menggunakan hasil belajar yang tidak memuaskan dipakai sebagai cambuk untuk meningkatkan belajar agar ujian berikutnya memperoleh prestasi yang lebih baik atau lebih tinggi dari sebelumnya. Prestasi yang sudah baik kalau masih bisa ditingkatkan diupayakan terus atau paling tidak dapat dipertahankan.

6) Guru melakukan pujian kepada siswa

Peserta didik terutama anak-anak umumnya senang jika dipuji oleh gurunya dan tidak suka dicela atau dihina. Konsep ini dapat digunakan oleh guru untuk mendorong atau memotivasi siswa lebih giat belajar.

(42)

31

celaan dan tidak pernah dipuji dan dia lebih giat dalam belajar agar mendapat pujian dari gurunya. Ada pula anak yang meremehkan pujian sehingga menjadikannya sombong dan tidak mau bersosialisasi dengan temannya yang tidak memiliki kemampuan.

Secara garis besar pujian tidak selalu dengan ucapan atau penghargaan tetapi juga bisa dengan senyuman, pelukan, dan kebaikan dari guru tersebut.

7) Guru mengusahakan selalu ada yang baru ketika melakukan pembelajaran di kelas

Seorang guru harus pandai menciptakan sesuatu yang baru ketika melakukan pembelajaran di kelas sehinggga siswa menjadi senang, bergairah dalam menerima pelajaran dari guru. Dengan adanya hal-hal yang baru perhatian siswa menjadi bertambah. Pembaruan tersebut antara lain, seperti menggunakan fasilitas lcd atau alat peraga yang biasanya tidak pernah digunakan oleh guru-guru yang lain.

8) Guru perlu menyiapkan tujuan yang jelas

(43)

32

mempersiapkan semuanya seperti RPP dan Silabus agar tujuan yang akan disampaikan bisa di pahami oleh siswa.

9) Guru dalam mengajar tidak menggunakan prosedur yang menekan

Guru sewaktu mengajar dalam kelas tidak menggunakan penekanan-penekanan sehingga menimbulkan rasa antisipasi pada anak. Guru harus pandai menciptakan situasi yang menyenangkan tidak tegang atau menakutkan bagi siswa.

Ketika siswa merasa takut di dalam kelas karena situasi tegang, siswa tersebut tidak akan berani untuk mengemukakan pendapat di kelas. Dan hal tersebut akan berdampak buruk bagi psikologi belajar anak. Oleh karena itu, sebagai guru jangan terlalu memaksakan keinginan kepada siswanya jika mereka tidak mampu.

10)Guru menggunakan contoh-contoh hidup sebagai model-nodel yang menarik bagi siswa

(44)

33

jika tema pembelajaran tentang hewan dan perkebunan jika tema pembelajaran tumbuhan.

11)Guru melibatkan siswa secara aktif

Guru dapat menerapkan model belajar siswa aktif agar pembelajaran dalam kelas berhasil dan menarik bagi segenap siswa. Seperti melakukan mix and match metode dan strategi pembelajaran. Melakukan evaluasi di akhir pembelajaran agar guru mengetahui siapa siswa yang benar-benar mendengarkan mulai awal hingga akhir dan siapa siswa yang hanya melamun saat pembelajaran dimulai.

Dari beberapa macam penerapan teori motivasi belajar yang dijelaskan diatas, peneliti lebih fokus pada teori motivasi belajar yang pertama, karena suasana belajar yang menyenangkan akan selalu membuat anak betah untuk belajar. Selain itu menyiapkan pembelajaran juga sangat penting bagi guru agar ketika mulai kegiatan belajar mengajar di kelas bisa lebih efektif dan tidak terbengkalai.

3. Jenis-Jenis Motivasi

Jenis-jenis motivasi adalah sebagai berikut : a. Dilihat dari dasar pembentukannya yaitu :

1) Motif bawaan

(45)

34

makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja. Motif ini sering disebut motif-motif yang disyaratkan secara biologis.

2) Motif-motif yang dipelajari

Maksudnya motif yang timbul karena dipelajari. Contohnya dorongan untuk belajar. Motif ini sering kali disebut motif-motif yang disyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia lain, sehingga motivasi itu terbentuk.41

b. Dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan 2 macam yaitu :

1) Motif intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena telah ada dalam diri individu itu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya.

2) Motif ekstrinsik, timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam dunia pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat manfaatnya.

c. Jenis motivasi menurut pembagian dari Wood Worth dan Marquis yaitu :

41

(46)

35

1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi : kebutuhan untuk minum, makan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat.

2) Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam motif ini antara lain : dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.

3) Motif-motif obyektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.42

4. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Ada banyak unsur yang dapat memotivasi siswa agar dapat membuat prestasi belajar siswa melesat di sekolah. Seperti yang di kemukakan oleh Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar ada dua yaitu: faktor internal dan faktor eksternal.43

a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, faktor intern terdiri dari:

1) Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh)

42

Ibid., h. 86

43

(47)

36

2) Faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan)

3) Faktor kelelahan

b. Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar individu. Faktor ekstern terdiri dari:

1) Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan)

2) Faktor sekolah (metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah

3) Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).

5. Sumber Motivasi Belajar Al Qur’an

“Motivasi dalam bahasa Arab disebut dengan dafa’a. Dalam Mu’jam

Al Ashry (1998:900) kata “ىلٳ عفد” yang berarti “memberikan

motivasi”. Motivasi belajar Al Qur’an hendaknya memang datang dari

diri sendiri atau biasa disebut motivasi intrinsik ىلخ ادلا عافدلٲ serta

diiringi dengan tujuan mempelajari kitab suci.”44

44

Ridholloh, Pengaruh Teknologi Al Qur’an Digital dan Motivasi Belajar Terhadap

(48)

37

Mempelajari sesuatu yang belum dipahami akan terasa sulit jika tidak di iringi oleh motivasi dari diri sendiri. Begitu juga dalam mempelajari Al Qur’an, jika seseorang tidak mengerti bagaimana bacaan

Al Qur’an yang baik dan benar, seseorang tersebut akan malas dan tidak

ingin lebih mendalami Al Qur’an. Senada dengan hal tersebut Muhammad

Abdul Qodir dalam “Thuruqu Ta’lim At Tarbiyah Al Islamiyah” (1981:

69) mengemukakan bahwa tujuan dasar mendalami Al Qur’an adalah

sebagai berikut45:

a. Kemantapan membaca sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan dan menghafal ayat-ayat atau surat-surat yang mudah bagi mereka.

b. Kemampuan memahami kitab Allah secara sempurna, memuaskan akal dan mampu menenangkan jiwanya.

c. Kesanggupan menerapkan ajaran Islam dalam menyelesaikan problema hidup sehari-hari.

d. Kemampuan memperbaiki tingkah laku murid melalui metode pengajaran yang tepat.

e. Kemampuan memanifestasikan keindahan retrorika dan Uslub Al

Qur’an.

f. Penumbuhan rasa cinta dan keagungan Al Qur’an dalam jiwanya.

45

(49)

38

g. Pembinaan pendidikan Islam berdasarkan sumber-sumbernya yang

utama dari Al Qur’an al karim.

Anjuran untuk mempelajari Al Qur’an sudah ditegaskan oleh

Firman Allah dalam Al Qur’an surat Al A’raf ayat 175 yang berbunyi:

َأَف اَهْ نِم َخَلَسناَف اَنِتاَيآ ُاَنْ يَ تآ يِذلا َأَبَ ن ْمِهْيَلَع ُلْتاَو

َناَكَف ُناَطْيشلا ُهَعَ بْ ت

َنيِواَغْلا َنِم

“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan

kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk

orang-orang yang sesat.”(QS. Al A’raf:175).46

Perintah untuk mempelajari Al Qur’an tidak hanya bersumber dalam Firman Allah tetapi juga banyak dalam hadits Nabi Muhammad saw, bahkan beberapa diantaranya mencapai hadits shohih. Seperti hadits riwayat Imam Muslim urutan hadits 804, dari sahabatnya Abu Umamah Al Bahili

radhiallahu „anhu: saya mendengar Rasulullah bersabda:

»

ِباَحْصَأ اًعيِفَش ِةَماَيِقْلا َمْوَ ي ىِتْأَي ُهنِإَف َنآْرُقْلا اوُءَرْ قا

«

“Bacalah oleh kalian Al-Qur`an. Karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” [HR. Muslim 804]47

Nabi Muhammad saw. memerintahkan untuk membaca Al Qur’an dengan bentuk perintah yang bersifat mutlak. Sehingga membaca Al

46Departemen Agama RI, Al Qur’an Tajwid

& Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), h. 245.

47

(50)

39

Qur’an diperintahkan pada setiap waktu dan setiap kesempatan. Lebih

ditekankan lagi pada bulan Ramadhan. Nanti pada hari Kiamat, Allah SWT. akan menjadikan pahala membaca Al Qur’an sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, datang memberikan syafa’at dengan seizin Allah kepada orang yang rajin membacanya.

Faidah (pelajaran) yang diambil dari hadits :

a. Dorongan dan motivasi untuk memperbanyak membaca Al-Qur`an. Jangan sampai terlupakan darinya karena aktivitas-aktivitas lainnya.

b. Allah jadikan Al Qur’an memberikan syafa’at kepada orang-orang yang senantiasa rajin membacanya dan mengamalkannya ketika di dunia.48

Selain motivasi dari diri sendiri hendaknya dalam meningkatkan

motivasi siswa untuk lebih giat dalam belajar Al Qur’an seorang guru

harus mencari tahu apa yang dapat mendorong siswa tersebut tertarik

untuk mempelajari Al Qur’an secara lebih dalam. Tentunya dengan

mengarahkan dan membimbing siswa untuk terus berada pada kebaikan. Menghilangkan hal-hal yang negatif, dan mengikutsertakan siswa pada kegiatan-kegiatan Islami.

48

(51)

40

Seorang guru seyogyanya memiliki kepribadian yang harmonis atau keseimbangan antara aspek jasmani, aspek jiwa dan aspek rohaniah yang lebih dalam aspek budi, yang berhubungan dengan keyakinan dan falsafah hidupnya.49 Untuk mencerminkan kepribadian tersebut dapat berupa ucapan yang baik, cara berpakaian yang sopan, cara berjalan, cara berfikir,bahkan cara beribadahnya. Guru juga dituntut harus menyusun materi-materi yang akan diajarkan agar mudah dicerna dan diterima oleh siswa.

Lingkungan belajar juga harus memberi dorongan kepada siswa untuk lebih giat dalam belajar. Dalam hal ini sekolah harus memberi motivasi dan inovasi agar faktor yang mempengaruhi siswa giat belajar bisa maksimal.

6. Pengukuran Motivasi Belajar Al Qur’an

Penilaian motivasi belajar siswa merupakan hal penting dalam rangka evaluasi pembelajaran sekaligus penilaian langkah pembelajaran, apakah akan ada pengayaan atau pendalaman materi. Dalam dunia pendidikan pekerjaan mengukur ditetapkan tidak hanya pada benda-benda yang secara fisik terlihat, tetapi juga dilakukan untuk mengukur kemampuan mental individu.50

49

Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2008), h. 94

50

(52)

41

Berbeda dengan pengukuran dalam pendidikan, pengukuran dalam

motivasi belajar Al Qur’an siswa tidak hanya melalui fisik dan mental

tetapi juga spiritual. Seperti contoh, seorang anak yang sering mendengar teman-temannya pandai membaca Al Qur’an dan dia hanya diminta mendengarkan karena tidak bisa membaca Al Qur’an maka anak tersebut akan mulai tergerak hatinya untuk bisa seperti teman-temannya yang

pandai membaca Al Qur’an. Mula-mula dia belajar dari dasar atau Iqro’

lama kelamaan setelah dia berhasil mengenal makhorijul huruf dia akan merasa senang dan akan terus melakukannya secara berulang-ulang. Dari pengalaman inilah akhirnya anak tersebut akan terus belajar membaca Al

Qur’an dengan baik dan benar.

Adapun pengukuran tentang motivasi belajar Al Qur’an yang dilakukan oleh peneliti ialah menggunakan tes membaca Al Qur’an. Tes tersebut dilakukan sebelum diadakannya kegiatan tadarus keliling dan setelah diadakan kegiatan tadarus keliling. Dapat dikatakan siswa tersebut

mendapat motivasi dalam belajar Al Qur’an jika nilai dari tes membaca Al

Qur’an mendapat yang lebih baik dari sebelumnya.

C. Efektivitas Kegiatan Tadarus Keliling Dalam Meningkatkan Motivasi

Belajar Al Qur’an Siswa

Kagitatan Tadarus Keliling merupakan salah satu upaya yang

dilakukan sekolah untuk dapat meningkatkan motivasi belajar Al Qur’an

(53)

42

yang dilakukan oleh sekolah adalah membaca Al Qur’an secara

bersama-sama yang dilakukan dirumah siswa secara bergilir.

Interaksi Muslim dengan Al Qur’an biasanya dimulai dengan belajar membaca Al Qur’an. Pada masa lalu orang belajar membaca Al Qur’an membutuhkan waktu bertahun-tahun. Belakangan ini ditemukan

berbagai metode untuk belajar cepat membaca Al Qur’an, misalnya metode Qira’ati, Iqra’, Yanbu’ Al Qur’an, al-Barqi, dan 10 jam Belajar

Membaca Al Qur’an.51

Setiap manusia yang hati dan jiwanya tenang akan senantiasa semangat dalam menjalankan kehidupan ini. Segala kebaikan akan mudah diterima dan diamalkan. Itulah sebagian besar manfaat yang diperoleh bagi siswa yang senantiasa melantunkan ayat-ayat Al-Quran.

Dengan diadakannya kegiatan-kegiatan keagamaan seperti tadarus keliling yang dilaksanakan oleh sekolah, akan membuat siswa termotivasi untuk lebih meningkatkan lagi belajar Al Qur’annya. Kegiatan tersebut juga akan menumbuhkan rasa cinta terhadap ayat-ayat Al Qur’an. Dan membuat perubahan yang baik bagi kehidupannya.

Abdullah Darraz menuturkan pengalaman bergaul dengan Al

Qur’an dalam an-Naba’ al-‘Azim (1960), “Apabila anda membaca Al

Qur’an, maknanya akan lebih jelas di hadapan Anda. Tetapi, bila Anda

51

(54)

43

membacanya sekali lagi, Anda akan menemukan pula makna-makna lain yang berbeda dengan makna sebelumnya.52

Efektivitas, yaitu tingkat keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini seseorang yang hendak mencapai tujuan tertentu adalah guru dan murid, sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan pembelajaran.53 Tujuan pembelajaran akan tercapai jika siswa yang di didik bisa sesuai dengan visi misi kegiatan tadarus keliling.

Efektivitas dari kegiatan tadarus Al Qur’an disini berkaitan untuk

mengetahui tingkat kelancaran daan pemahaman siswa terhadap Al

Qur’an. Dengan adanya kegiatan tadarus keliling yang diadakan oleh

sekolah di harapkan dapat memberikan kebaikan bagi siswa yang mengikuti.

Kegiatan tadarus keliling dapat dikatakan efektif apabila siswa tersebut sudah mampu membaca Al Qur’an dengan baik dan benar serta berani tampil di depan masyarakat. Semakin banyak siswa yang mengikuti kegiatan tadarus keliling semakin efektif kegiatan tersebut dalam meningkatkan motivasi belajar Al Qur’an siswa.

52

Dikutip dari Mansyur, dkk, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadits, (Yogyakarta: TERAS, 2007), hal. 26.

53

(55)

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah cara memahami sebuah fenomena sebagai keunikan yang khas dalam situasi tertentu dengan berbagai kompleksitas interaksi yang terjadi di dalamnya.54 Pendekatan kualitatif juga berarti sebuah penelitian yang berusaha mengungkap keadaan yang bersifat alamiah (apa adanya) secara holistik tanpa perlakuan manipulatif.

Metode penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksprimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.55

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang

54

Sugiyono, Pendekatan Kualitatif ( Bandung : Alfabeta, 2014), h.1.

55

(56)

45

antropologi budaya, disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.56

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif, yang bersifat deskriptif dengan rancangan studi kasus.

Studi kasus (case study) merupakan suatu penelitian yang

dilakukan terhadap suatu “kesatuan sistem”. Kesatuan ini dapat berupa

program, kegiatan, peristiwa atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu atau ikatan tertentu. Studi kasus adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut.57

Penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya.58

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat

efektivitas kegiatan tadarus keliling dalam meningkatkan belajar Al Qur’an

siswa.

56

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 9.

57

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.64

58Ibid.

(57)

46

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian disini adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh Peneliti. Penelitian kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, menetapkan informan sebagai sumber data, menganalisis data dan membuat kesimpulan terhadap temuannya. Oleh karena itu kehadiran peneliti di lapangan dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Assa’adah Bungah Gresik.

Objek penelitian adalah obyek yang dijadikan penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah keseluruhan sumber daya manusia yang ada di

SMP Assa’adah Bungah Gresik, yaitu Kepala Sekolah, Waka Kurikulum,

panitia tadarus keliling dan siswa-siswi anggota tadarus keliling, yang menjadi objek penelitian yaitu peningkatan motivasi belajar Al Qur’an.

Populasi adalah objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya populasi yang akan diteliti.59 Jadi populasi bukan semua orang, tetapi hanya beberapa orang yang di tentukan untuk diteliti. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh yang diteliti.

59

(58)

47

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah anggota tadarus keliling yang berjumlah 30 anak.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.

Dalam penelitian ini, penelti mengutip pendapat dari Suharsimi

Arikunto yang memberi acuan “apabila subjeknya kurang dari 100 orang,

lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya menjadi penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya lebih besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih”.60

Dari penjelasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa data sampel yang dipakai sejumlah populasi yakni 30 anak.

Penelitian kualitatif biasanya mengambil sampel lebih kecil, dan cara pengambilan sampel cenderung memillih purposive dibanding acak. Karena teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu misalnya, orang tersebut yang dianggap paling tahu

60

(59)

48

tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.61

C. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang dimaksud di sini adalah berkenaan dengan proses penelitian, menurut Moleong tahap penelitian ini terdiri atas tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. Adapun penjelasannya, sebagai berikut:

1. Tahap Pra-lapangan

Adalah tahap sebelum berada di lapangan, pada tahap sebelum pra-lapangan ini dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian, dan mengetahui persoalan etika penelitian.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Adalah tahap yang sesungguhnya selama berada dilapangan, pada tahap penelitian ini dilakukan kegiatan antara lain memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, dan ikut berperan serta sambil mengumpulkan data.

61

(60)

49

3. Tahap Analisis Data

Adalah tahap sesudah kembali dari lapangan, pada tahap analisis data ini dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain mencatat yang menghasilkan catatan lapangan dengan cara diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri, mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensistesiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeksnya, dan berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola data dan hubungan-hubungan, serta membuat temuan-temuan umum.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa, tahap penelitian di atas sudah berurutan atau berjenjang, yakni mulai dari tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan dan tahap analisis data. Namun hal itu bisa disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada selama penelitian berlangsung.

D. Sumber dan Jenis Data

1. Sumber Data

Gambar

TABEL 4.1  PERIODE KEPEMIMPINAN SMP ASSA’ADAH
 TABEL 4.2 STRUKTUR ORGANISASI SMP ASSA’ADAH
JUMLAH GURU DAN KARYAWAN DI SMP ATABEL 4.3 SSA’ADAH
DATA SISWA SMP ASSA’ADAH BUNGAH GRESIKTABEL 4.4
+5

Referensi

Dokumen terkait