• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh komunikasi interpersonal orang tua terhadap sikap asertif remaja di Grand Delta Sari Cluster Anthurium RT 09 RW VIII Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh komunikasi interpersonal orang tua terhadap sikap asertif remaja di Grand Delta Sari Cluster Anthurium RT 09 RW VIII Sidoarjo."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Viola Fardhi Maghfira, B96213111, 2017. Pengaruh Komunikasi Interpersonal Orangtua Terhadap Sikap Asertif Remaja di Grand Delta Sari Cluster

Anthurium RT 09 RW VIII Sidoarjo. Skripsi Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal, Sikap Asertif Remaja

Pada skripsi ini persoalan yang dikaji mencakup dua rumusan masalah, yaitu: (1) Adakah pengaruh komunikasi interpersonal orangtua terhadap sikap asertif remaja di grand delta sari cluster anthurium. (2) Seberapa besar tingkat pengaruh komunikasi interpersonal orangtua terhadap sikap asertif remaja di grand delta sari cluster anthurium.

Untuk mengungkapkan persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, kemudian dianalisis dengan regresi linier dan korelasi product moment. Analisis data pada penelitian ini menggunakan program aplikasi SPSS 16 for windows. Sesuai dengan persoalan tersebut maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, kuesioner dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) Ada pengaruh antara komunikasi interpersonal orangtua terhadap sikap asertif remaja di grand delta sari cluster anthurium. Hasil uji regresi linier, nilai untuk Sig. adalah 0,000. Nilai ini < 0,05, maka hipotesis Ha diterima yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara komunikasi interpersonal orangtua terhadap sikap asertif remaja di grand delta sari cluster anthurium. (2) Tingkat pengaruh komunikasi interpersonal orangtua terhadap sikap asertif remaja di grand delta sari cluster anthurium tergolong sangat kuat. Berdasarkan uji korelasi product moment, nilai Pearson Correlation antara komunikasi interpersonal orangtua terhadap sikap asertif remaja di grand delta sari cluster anthurium adalah positif 0,801.

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

KATA PENGANTAR... v

C. Tujuan Penelitian... 04

D. Manfaat Penelitian... 04

E. Kajian Penelitian Terdahulu... 05

F. Definisi Operasional... 05

G. Metode Penelitian... 07

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 07

2. Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian... 08

3. Teknik Populasi... 09

4. Variabel dan Indikator Variabel... 11

5. Teknik Pengumpulan Data... 13

6. Teknik Analisis Data... 15

H. Sistematika Pembahasan... 18

BAB II : KAJIAN TEORITIS... 19

A. Kajian Pustaka... 19

1. Komunikasi Interpersonal... 19

a) Pengertian Komunikasi Interpersonal... 19

b) Asas-asas Komunikasi Interpersonal... 23

c) Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal... 26

d) Fungsi Komunikasi Interpersonal... 28

e) Karakteristik Komunikasi Interpersonal... 29

(8)

2. Sikap Asertif... 32

a) Pengertian Sikap Asertif... 32

b) Ciri-ciri, Manfaat dan Cara Menumbuhkan Sikap Asertif... 33

c) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Asertif... 36

d) Pengukuran Sikap Asertif... 37

B. Kajian Teori... 38

1. Teori self disclosure... 38

BAB III : PENYAJIAN DATA... 42

A. Deskripsi Subjek dan Lokasi Penelitian... 42

1. Subjek Penelitian... 42

2. Lokasi Penelitian... 45

B. Deskripsi Data Penelitian... 55

BAB IV : PEMBAHASAN... 65

A. Pengujian Hipotesis... 65

1. Uji Normalitas... 66

2. Uji Regresi Linear Sederhana... 68

3. Uji Product Moment... 70

B. Analisis Hasil Penelitian... 71

BAB V : PENUTUP... 77

A. Simpulan... 77

B. Rekomendasi... 78

Daftar Pustaka... 81

Biodata Penulis... 83

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.5 Kajian Hasil Penelitian terdahulu... 5

Tabel 1.7.3 Data Para Remaja di Grand Delta Sari Cluster Anthurium... 10

Tabel 1.7.4.1 Variabel X : Komunikasi Interpersonal Orangtua... 12

Tabel 1.7.4.2 Variabel Y : Sikap Asertif Remaja... 13

Tabel 2.2.1 Jendela Johari... 38

Tabel 3.1.1 Data Responden Remaja Grand Delta Sari Cluster Anthurium... 42

Tabel 3.1.2 Jenis Kelamin Remaja Grand Delta Sari Cluster Anthurium... 44

Tabel 3.1.3 Usia Responden Remaja Grand Delta Sari Cluster Anthurium... 44

Tabel 3.1.4 Sekolah Responden Remaja Grand Delta Sari Cluster Anthurium.. 44

Tabel 3.2.1 Rekapitulasi Data Variabel X... 57

Tabel 3.2.2 Rekapitulasi Data Variabel Y... 58

Tabel 3.2.3 Rekapitulasi Prosentase Variabel X... 59

Tabel 3.2.4 Rekapitulasi Prosentase Variabel Y... 61

Tabel 3.2.5 Rekapitulasi Prosentase Hasil Skor Variabel X... 63

Tabel 3.2.6 Rekapitulasi Prosentase Hasil Skor Variabel Y... 64

Tabel 4.1.1 Tabulasi Data Penelitian... 66

Tabel 4.1.2 Hasil Uji Normalitas... 67

Tabel 4.1.3 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana... 68

Tabel 4.1.4 Hasil Uji Sumbangan Efektif Variabel... 68

Tabel 4.1.5 Keberpengaruhan Variabel dan Koefisien Regresi... 69

Tabel 4.1.6 Hasil Uji Korelasi Product Moment ... 70

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia hidup dalam dunia komunikasi. Setiap hari dan setiap saat manusia melakukan aktifitas komunikasi antarpribadi, berbicara dengan anggota keluarga, tetangga dan rekan sejawat. Pada saat berbicara dengan diri sendiri, meyakinkan diri dalam memutuskan sesuatu, manusia melakukan komunikasi intrapribadi. Pada sebuah organisasi, manusia memecahkan masalah atau mengembangkan ide-ide atau inovasi, saling berinteraksi dalam komunikasi kelompok atau organisasi. Jika berinteraksi dengan pihak lain yang mempunyai latar belakang budaya berbeda, maka manusia sudah melakukan komunikasi antarbudaya.

Komunikasi sangat penting peranannya bagi kehidupan sosial, budaya, politik dan pendidikan karena komunikasi merupakan proses dinamika transaksional yang mempengaruhi perilaku, yang mana sumber dan penerimaannya sengaja menyandi (to code) perilaku mereka untuk menghasilkan pesan yang mereka salurkan melalui suatu saluran (channel) guna merangsang atau memperoleh sikap atau perilaku tertentu sebagai konsekuensi dari hubungan sosial1.

Untuk menjalin rasa kemanusiaan yang akrab diperlukan saling pengertian sesama anggota masyarakat.

1

(11)

2

Dalam hal ini, faktor komunikasi memainkan peranan yang penting bagi manusia moderen seperti sekarang ini. Manusia moderen yaitu manusia yang cara berfikirnya tidak spekulatif tapi berdasarkan logika dan rasional dalam melaksanakan segala kegiatan dan aktifitas. Seperti halnya warga Grand Delta Sari Cluster Anthurium yang merupakan masyarakat moderen yang selalu menjalin rasa kemanusiaan yang akrab dalam kehidupan internalnya.

Pemukiman dan perumahan adalah merupakan kebutuhan utama atau primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan dan pemukiman tidak hanya dapat dilihat sebagai sarana kebutuhan hidup, tetapi lebih jauh adalah proses bermukim manusia dalam rangka menciptakan suatu tatanan hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri. Pengaturan perihal perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh GBHN(Garis Besar Haluan Negara) yang telah menekankan pentingnya untuk meningkatkan dan memperluas adanya pemukiman dan perumahan yang layak baik seluruh masyarakat dan karenanya dapat terjangkau seluruh masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah.

(12)

3

Ketika itu peneliti berkunjung kesana kemudian melihat lingkungannya yang sepi sehingga peneliti beranggapan bahwa anak-anak atau remaja disitu sedang berada di dalam rumah, tetapi ada beberapa rumah yg anaknya berada di sekitar rumah lalu ada seorang teman saya berinteraksi dengan salah satu anak. Saat berinteraksi ada yang bersikap baik ada pula sebaliknya, waktu diberi sesuatu dari teman saya ada yang secara langsung merespon dengan baik dan berkata „terima kasih‟ ada pula yang merespon dengan baik tetapi langsung saja pergi

setelah mendapatkan apa yang diberikannya.

Komunikasi interpersonal terjadi secara sadar dan memiliki hubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Mereka saling tergantung, Apa yang difikirkan dan dikatakan oleh seseorang akan berdampak apa yang difikirkan dan dikatakan. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang. Karena sifatnya dialogis, berupa percakapan arus balik bersikap langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi di lancarkan. Komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat meyakinkan komunikan ketika itu juga karena ia dapat memberi kesempatan kepada komunikan seluas-luasnya.

B. Rumusan Masalah

(13)

4

2. Jika ada, seberapa besar tingkat pengaruh komunikasi interpersonal orangtua terhadap sikap asertif remaja ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi interpersonal orangtua terhadap sikap asertif remaja.

2. Untuk menjelaskan ada dan tidaknya pengaruh dari komunikasi interpersonal terhadap sikap asertif remaja.

3. Untuk mengetahui hasil dari pengaruh komunikasi interpersonal tersebut terhadap sikap asertif remaja.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoretik

Untuk secara teoretik, penelitian ini dapat menambah referensi terhadap kajian komunikasi yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal terutamanya dan juga terhadap kajian psikologis yang terkait dengan sikap asertif pada remaja.

2. Secara praktis

(14)

5

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu Tabel 1.5

Active Learning dalam Pembelajaran

Matematika Terhadap Sikap Asertif Siswa (Studi Eksperimen di SMP Binong Permai Tangerang). Penulis Y.Retnowati Hadijah Tusholiha

Jenis Jurnal Skripsi

Metodologi Kualitatif Kuantitatif

Tahun 2006 2010

Dalam penjelasannya, lebih ke arah ke pendidikan dan efek dari active

learning terhadap sikap asertif saat di

sekolah.

F. Definisi Operasional

1. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal2.

2

(15)

6

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) pada hakikatnya adalah interaksi antara seorang individu dan individu lainnya tempat lambanglambang pesan secara efektif digunakan, terutama dalam hal komunikasi antar manusia menggunakan bahasa3

“Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) merupakan

komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang4”

Dalam penelitian ini komunikasi interpersonal orangtua yang dimaksud adalah komunikasi yang dilakukan para remaja di Grand Delta Sari Cluster Anthurium RT 09 RW VIII dengan orang tuanya pada saat di dalam rumah, dalam menerima pesan dan respon yang didapat saat berkomunikasi secara pribadi. 2. Sikap Asertif

Sikap asertif adalah sikap seseorang yang mampu bertindak sesuai dengan keinginannya, membela haknya dan tidak dimanfaatkan orang lain. Sikap asertif merupakan ungkapan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara jujur dan wajar.

Selain itu, bersikap asertif juga berarti mengomunikasikan apa yang diinginkan secara jelas dengan menghormati hak pribadi sendiri dan hak orang lain5.

Asertif adalah sikap positif bukan sikap negatif, asertif bukan agresif yang selalu merugikan orang lain, asertif bukan perilaku permisif atau pasif yang selalu merugikan diri sendiri, bahkan menurut penelitian di Amerika,

3

Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi,(Jogjakarta : Ar – Ruzz Media, 2016) hlm 141

4

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004) hlm 32

5

(16)

7

dikatakan bahwa perilaku agresif dan permisif atau pasif adalah animal behavior sedangkan asertif adalah human behavior.

Jelaslah bahwa dengan sikap asertif, akan mampu mempertahankan kredibilitas dan eksistensi diri sebagai pribadi yang berguna bagi lingkungannya6.

Jadi yang dimaksud sikap asertif dalam penelitian ini adalah sikap yang dimiliki remaja di Grand Delta Sari Cluster Anthurium RT 09 RW VIII berdasar dari apa yang didapat dari orangtuanya kemudian dapat menjadi sikap atau karakter di dalam dirinya yang positif. Lalu diaplikasikannya pada lingkungan luar rumah sehari-hari. Sikap asertif remaja tersebut biasanya berupa komunikasi dengan remaja seusianya serta dapat menempatkan dirinya dilingkungan luar rumahnya, seperti berbicara dan bersikap dengan etika yang baik ketika berinteraksi dengan lawan bicaranya.

G. Metode Penelitian :

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan survey dengan jenis deskriptif kuantitatif. Pendekatan kuantitatif sebagai metode ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yang konkrit atau empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis7.

6

AB Susanto. Memilih Asertif bukan Agresif. http://www.jakartaconsulting.com diakses pada tanggal 20 Desember pukul 17.00

7

(17)

8

Penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi. Ia juga bersifat komperatif dan korelatif.

Penelitian deskriptif banyak membantu terutama dalam penelitian yang bersifat longitudinal, genetik dan klinis.

Penelitian survey biasanya termasuk dalam penelitian ini.8 Peneliti bertujuan membuat secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta tentang objek yang diteliti sehingga dapat memecahkan masalah.

Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu Survey dengan menggunakan kuesioner sebagai instrument pengumpulan datanya.

Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu. Dalam survey proses pengumpulan dan analisis data sosial bersifat terstruktur dan mendetail melalui kuesioner sebagai instrument utama untuk mendapatkan informasi dari sejumlah responden yang diasumsikan mewakili populasi secara spesifik.9

Peneliti menggunakan pendekatan survey karena untuk menggambarkan atau mendeskripsikan objek yang diteliti berdasar dari sikap yang sedang terjadi atau sikap asertif yang diajarkan melalui komunikasi antarpribadi antara orangtua dengan anak remajanya.

8

Cholid narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian : Jakarta : Bumi Aksara, 1997)hlm 44

9

(18)

9

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian a. Subyek Penelitian

Penulis menentukan subyek dari penelitian adalah Remaja yang masih mempunyai orangtua yang lengkap, dikarenakan menurut peneliti para remaja adalah subjek yang cocok dalam penelitian ini yang notabennya masih berproses komunikasi interpersonalnya dan masih dikembangkan dengan orangtuanya.

b. Obyek Penelitian

Objek penelitian adalah aspek keilmuan komunikasi yang menjadi kajian penelitian10 sehingga objek penelitian ini adalah komunikasi interpersonal.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi yang peneliti ambil di Grand Delta Sari Cluster Anthurium, Desa Wedoro, Kelurahan Ngingas, Kecamatan Waru, Kota Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur.

Penulis menggambil lokasi tersebut karena masih banyaknya remaja yang masih memiliki orangtua lengkap sewajarnya lebih sering berkumpul di linngkungan keluarga.

3. Teknik Populasi Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.11

10

Pedoman Teknis Penulisan Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi, hlm 10

11

(19)

10

Berdasar data yang didapat oleh peneliti dibawah ini : Tabel 1.7.3

Data Remaja di Grand Delta Sari Cluster Anthurium RT 09 RW VIII No

Responden Nama Responden

Jenis

Kelamin Usia

1. Novarinda Vanny P 17 tahun

2. Adibah Enggar P 21 tahun

3. Kartika Sari P 17 tahun

4. Verina Dewanti Hartono P 15 tahun 5. Iftinandea Wresti Rosyadi P 17 tahun

6. Elverda N.R P 13 tahun

7. Keyza Mangdalena Zein P 20 tahun 8. Kifa Laxmi Putri Wananda P 16 tahun 9. Ferra Junian Wahidna P 16 tahun 10. Arifah Zita Habsari P 16 tahun 11. Yusron Priambodo N. L 15 tahun 12. Rofi Priyantomo Nugroho L 17 tahun

13. Angga Ramadhan L 16 tahun

14. Adi R. L 24 tahun

15. Lintang Aka S. P 14 tahun

16. Taura Putri R. P 13 tahun

17. Septira Amalia P 15 tahun

(20)

11

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua remaja yang pendidikannya masih bersekolah menengah pertama (SMP) dan bersekolah menengah atas (SMA), berumur 13 tahun – 18 tahun dan bertempat tinggal di Grand Delta Sari Cluster Anthurium RT 09 RW VIII karena jumlah populasi dalam penelitian ini adalah kurang dari seratus (< 100), maka sekitar ada 17 remaja dari 20 remaja tersebut diambil semua untuk dijadikan sampel.

4. Variabel dan Indikator Variabel

Hatch dan Farhady dikutip dari Sugiyono12 mendefinisikan variabel sebagai atribut seseorang atau subjek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain.

Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel yaitu:

Variabel Independen (X)

Dalam penelitian ini variabel independen (variabel bebas) adalah komunikasi interpersonal yang Menurut Devito, “komunikasi interpersonal didefinisikan sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”13 sehingga komunikasi interpersonal yang dimaksud penelitian ini adalah komunikasi yang dilakukan para remaja di Grand Delta Sari Cluster Anthurium RT 09 RW VIII dengan orangtuanya ketika bersama-sama lalu secara langsung atau timbal balik mendapatkan efek, respon dari komunikasi interpersonalnya.

12

Ibid hal 38

13

(21)

12

Tabel 1.7.4.1

Variabel X : Komunikasi Interpersonal Orangtua

No Indikator Deskriptor

Item interpersonal antara orangtua dan remaja dikala waktu sedang bersama-sama

Persepsi remaja tentang sejauh mana

orangtua bersikap terbuka dalam pesan yang disampaikannya saat berinteraksi secara

Persepsi dari remaja tentang kemampuan orangtuanya untuk dapat merasakan sesuatu seperti orang lain yang mengalami sesuatu tersebut

9,10,11,12

4 Pesan positif

Persepsi remaja bagaimana orangtuanya menyatakan sikap positif terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan komunikasi dan juga secara positif untuk mendorong orang lain (contoh saling memuji atau menghormati unsur spontan, tiada pembelaan (bersedia mendengar pandangan dan memberi nasihat yang baik) untuk anak remajanya

16,17,18

Variabel Dependen (Y)

(22)

13

Tabel 1.7.4.2

Variabel Y : Sikap Asertif Remaja

5. Teknik Pengumpulan Data 1) Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi langsung dilakukan terhadap objek di tempat berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama objek yang diteliti.

No Indikator Deskriptor

Item baik kepada orang lain dan kedua orangtuanya ikut berpartisipasi aktif dalam suatu diskusi maupun musyawarah saat bersama orangtua, teman sebaya atau lingkungan

4,5,6

3 Menerima kritik

Dapat menerima kritik dan saran dari orang lain serta terbuka terhadap orang di sekitarnya

7,8,9

4 Menerima diri

Dapat menerima kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirinya sendiri

10,11,12

5 Mengambil putusan bagi dirinya

(23)

14

Observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang diselidiki. Misalnya saja melalui rangkaian slide, foto maupun film.

Dalam penelitian ini peneliti menggunkan jenis observasi langsung karena pengamatan dilakukan pada efek dari komunikasi interpersonal. Proses pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan pengaruh komunikasi interpersonal orang tua terhadap sikap asertif remaja.

Adapun yang akan diamati secara lebih mendalam, tentu saja mengenai bagaimana peneliti memaknai pengaruh dari komunikasi interpersonal tersebut terhadap sikap asertif pada remaja.

2) Kuesioner (angket)

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden.14Dalam hal ini, peneliti membagikan angket yang telah disiapkan dan diberikan kepada sampel yang dipilih secara acak dan dari angket ini diharapkan mampu memperoleh hasil dari pengaruh komunikasi interpersonal terhadap sikap asertif remaja.

Angket menggunakan skala pengukuran sikap likert, yaitu digunakan untuk mengukur sikap dalam suatu penelitian.

Yang dimaksud dengan sikap menurut Thurstone ialah “1) pengaruh atau

penolakan, 2) penilaian 3) suka atau tidak suka, 4) kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek psikologis”15

.

14

Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta : Prenada Media Group, 2006) hlm 95

15

(24)

15

3) Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal - hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya”.16 Dalam penelitian ini peneliti melihat catatan-catatan yang diperlukan.

4) Studi Pustaka

Studi pustaka adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari buku yang berhubungan dengan masalah penelitian, literatur yang ada kaitannya dengan objek yang diteliti yaitu buku, situs internet dan literatur lainnya.

6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Analisis Regresif Sederhana. Analisis regresi dilakukan jika korelasi antara dua variabel mempunyai hubungan fungsional. Regresi ditujukan untuk mencari bentuk hubungan dua variabel atau lebih dalam bentuk fungsi atau persamaan.17

Analisis data dimulai dari adanya fenomena yang terjadi. Fenomena yang akan di teliti adalah intensitas komunikasi antarpribadi atau interpersonal oleh orang tua kepada anaknya. Intensitas dalam hal ini mengalami dinamika karena untuk seorang remaja sebagai penerus bangsa menunjukkan sikap asertif yang seperti diharapkan oleh kedua orang tuanya termasuk, memberikan respon yang baik untuk orang lain sehingga persepsi orang lain terhadap kita menjadi positif.

16

SuharsiniArikunto, ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktek, (Jakarta: AsdiMahasatya, 2006) hlm231

17

(25)

16

Maka di putuskan untuk mengkaji pengaruh komunikasi interpersonal orang tua terhadap sikap asertif remaja di Grand Delta Sari Cluster Anthurium RT 09 RW VIII.

Setelah pengambilan fenomena serta mengerucutkan menjadi judul, selanjutnya adalah objek yang akan menjadi titik tumpuan dalam penelitian. Ada dua objek, pertama lingkungan.

Lingkungan sebagai tempat untuk berinteraksi karena pada usia remaja lingkungan sangat berpengaruh untuk membentuk karakter kepribadian . Kedua adalah orangtua. Dari pergaulan yang didapat di lingkungan dan lingkungan yang intensitasnya masih dalam kadar banyak itu adalah lingkungan pada saat bersama orangtua.

Saat usia remaja proses pembentukan karakter belum sepenuhnya terbentuk. Dalam hal ini merupakan titik utama dalam mengkaji fenomena ini, remaja sangat berpotensi untuk memajukan kehidupan di masa mendatang. Alasannya karena perkembangan remaja tersebut di masa depan.

Kemudian dalam meneliti pasti memerlukan data. Data diperoleh dari responden, responden dalam hal ini adalah para remaja dan lingkungannya yang akan di cari informasinya.

(26)

17

Selanjutnya data di olah atau mentabulasi data dan pada akhirnya data bisa berubah menjadi informasi bagi para pembaca dan peneliti sendiri.

Regresi Linear Sederhana versi SPSS

Jika terdapat data dari dua variabel riset yang sudah diketahui yang mana variabel bebas X dan yang mana variabel terikat Y sedangkan nilai-nilai Y lainnya dapat dihitung atau diprediksi berdasarkan suatu nilai X tertentu.

Rumus :

Y = a + bX

keterangan :

Y : variabel tidak bebas (subjek dalam variabel tak bebas/dependen yang diprediksi)

X : variabel bebas (subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu)

a : nilai intercept (konstan) atau harga Y bila X = 0

b : koefisien regresi, yaitu angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, bila b (-) maka terjadi penurunan.

Nilai a dan b dihitung dengan rumus :

(27)

18

H. Sistematika Pembahasan

Dalam suatu penelitian diperlukan sistematika pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.

Latar belakang merupakan penjelasan fenomena dari pembuatan penelitian, rumusan masalah yaitu peneliti membatasi penelitian dalam satu/lebih variabel atau bisa dibilang batasan masalah.

Tujuan penelitian adalah untuk menemukan atau mengembangkan dan juga membuktikan pengetahuan, manfaat penelitian terdapat dua sifat yaitu teoritis untuk pengembangan ilmu dan bersifat praktis untuk memecahkan masalah.

Selanjutnya, kajian hasil penelitian terdahulu yaitu mencari atau mengkaji penelitian sebelumnya yang mengkonsepkan penelitian dengan perbedaan atau persamaan yang ada dalam penelitian yang diteliti, definisi operasional adalah bagaimana kita menjelaskan atau mendefinisikan sebuah operasional yang ada di dalam penelitian.

(28)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka

1. Komunikasi Interpersonal

a) Pengertian Komunikasi Interpersonal

Berdasar dari kutipan Para ahli teori komunikasi mendefinisikan komunikasi antarpribadi secara berbeda-beda. Disini membahas tiga ancangan utama :

 Definisi berdasarkan komponen (Componential)

Definisi berdasarkan komponen menjelaskan komunikasi antarpribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya dalam hal ini, penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh oranglain atau sekelompok kecil orang dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.

 Defini berdasarkan hubungan diadik (Relational Dyadic)

(29)

20

Tidaklah mengherankan, definisi ini juga disebut sebagai definisi diadik (dyadic). Adakalanya definisi hubungan ini diperluas sehingga mencakup juga sekelempok kecil orang, seperti anggota keluarga atau kelompok-kelompok yang terdiri atas tiga atau empat orang.

 Definisi berdasarkan pengembangan (Developmental)

Dalam ancangan pengembangan (developmental), komunikasi antarpribadi dilihat sebagai akhir perkembangan dari komunikasi yang bersifat tak-pribadi (impersonal) pada satu ekstrim menjadi komunikasi pribadi atau intim pada ekstrim yang lain. Perkembangan ini mengisyaratkan atau mendefinisikan pengembangan komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi ditandai oleh dan dibedakan dari komunikasi tak-pribadi

(impersonal) berdasarkan tiga faktor yaitu :

1. Prediksi berdasarkan data psikologis

(30)

21

Demikian pula, seorang profesor bereaksi terhadap mahasiswa tertentu seperti ia bereaksi terhadap mahasiswa pada umumnya. Tetapi, bila hubungan ini berkembang menjadi lebih pribadi, baik profesor maupun mahasiswa tersebut mulai bereaksi satu sama lain tidak sebagai anggota kelompok mereka melainkan sebagai pribadi1.

2. Pengetahuan yang menjelaskan (Explanatory Knowledge) Dalam interaksi antarpribadi kita mendasarkan komunikasi kita pada pengetahuan yang menjelaskan tentang masing-masing dari kita. Bila anda mengenal seseorang tertentu, anda dapat menduga-duga bagaimana orang itu akan bertindak dalam berbagai situasi. Dalam situasi antarpribadi anda tidak hanya menduga-duga bagaimana orang itu akan bertindak melainkan juga menjelaskan perilaku ini.

3. Aturan yang ditetapkan secara pribadi

Masyarakat menetapkan aturan-aturan interaksi dalam situasi tak-pribadi. Disini, mahasiswa dan profesor berperilaku satu terhadap yang lain menurut aturan (adat kebiasaan) sosial yang ditetapkan oleh kultur. Tetapi, bila hubungan antara seorang mahasiswa dan seorang profesor menjadi bersifat antarpribadi, adat kebiasaan sosial menjadi tidak penting. Peroranganlah yang menetapkan aturan.

1

(31)

22

Sejauh perorangan ini menetapkan aturan untuk saling berinteraksi satu sama lain dan tidak menggunakan aturan yang ditetapkan oleh masyarakat mereka, situasinya bersifat antarpribadi.

Ketiga karakteristik ini tingkatnya berbeda-beda. Kita bereaksi satu terhadap yang lain berdasarkan data psikologis sampai batas tertentu. Kita mendasarkan dugaan kita mengenai perilaku orang lain sampai batas tertentu pada pengetahuan yang menjelaskan (explanatory knowledge) dan kita berinteraksi lebih atas dasar aturan yang ditetapkan bersama ketimbang atas dasar norma-norma sosial sampai batas tertentu. Ancangan pengembangan untuk komunikasi menyiratkan adanya kontinum yang

bergerak dari sangat tak pribadi sampai sangat intim. “Komunikasi

antarpribadi” menempati sebagian dari kontinum ini, meskipun setiap

orang mungkin menarik batasnya secara sedikit berbeda-beda2.

Menurut Suranto AW3 komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan (sender) dengan penerima (receiver) baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dikatakan terjadi secara langsung (primer) apabila pihak-pihak yang terlibat komunikasi dapat saling berbagi informasi tanpa melalui media.Sedangkan komunikasi tidak langsung (sekunder) dicirikan oleh adanya penggunaan media tertentu.

2

Ibid hlm 232 3

(32)

23

R. Wayne Pace sebagaimana dikutip Hafied Cangara4 bahwa

interpersonal communication is communication involving two or more

people in a face to face setting” yang bermakna komunikasi interpersonal

adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka.

b) Asas-asas Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal melibatkan sekurang-kurangnya dua orang.Satu orang berperan sebagai pengirim informasi, dan seorang lainnya sebagai penerima.Secara teoritis, kelancaran komunikasi ditentukan oleh peran kedua orang tersebut dalam memformulasikan dan memahami pesan.

Berikut ini dikemukakan lima asas komunikasi interpersonal. Kiranya asas-asas komunikasi tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan ketika seseorang akan merancang suatu proses komunikasi interpersonal.

1) Komunikasi berlangsung antara pikiran seseorang dengan

pikiran orang lain.Komunikasi interpersonal melibatkan

sekurangnya dua orang, dan masing-masing memiliki keunikan jalan pikiran. Dalam hal memformulasikan maupun menerima pesan, sangat dipengaruhi oleh jalan pikiran orang yang bersangkutan. Agar komunikasi dapat berjalan efektif, maka dipersyaratkan di antara orang-orang yang terlibat komunikasi tersebut memiliki pengalaman bersama dalam memahami pesan.

4

(33)

24

Tatkala pesan itu dimaknai berbeda, maka akan terjadi miss

communication. Perbedaan pemaknaan dapat disebabkan oleh banyak

faktor, antara lain latar belakang pengetahuan bahasa.

2) Orang hanya bisa mengerti sesuatu hal dengan

menghubungkannya pada suatu hal lain yang telah

dimengerti.Artinya ketika memahami suatu informasi, seseorang

akan menghubungkannya dengan pengalaman pengetahuan yang sudah dimengerti. Misalnya ketika mendengar bunyi kentongan, asosiasi dapat berbeda-beda.

3) Setiap orang berkomunikasi tentu mempunyai tujuan.Komunikasi

interpersonal bukanlah keadaan yang pasif, melainkan suatu action

oriented, ialah suatu tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu.

Tujuan komunikasi itu mulai dari sekedar ingin menyapa atau sekedar basa-basi untuk menunjukkan adanya perhatian kepada orang lain, menyampaikan informasi, sekedar untuk menjaga hubungan, sampai kepada keinginan mengubah sikap dan perilaku orang lain. Tentu saja unuk komunikasi yang bertujuan mengubah sikap dan perilaku memerlukan perencanaan yang lebih matang ketimbang komunikasi yang sekedar ingin menyampaikan informasi.

4) Orang yang telah melakukan komunikasi mempunyai suatu

kewajiban untuk meyakinkan dirinya bahwa ia memahami

makna pesan yang akan disampaikan itu.Dalam hal ini proses

(34)

25

Hal ini disebabkan isi pikiran atau ide dari seorang komunikator perlu diformulasikan secara secara tepat menjadi pesan yang benar-benar bermakna sesuai dengan isi pikiran tersebut. Dengan demikian sebelum pesan tersebut diinformasikan kepada orang lain, seorang komunikator harus terlebih dulu meyakini bahwa makna pesan yang akan disampaikan sudah sesuai dengan yang diinginkan. Kewajiban untuk meyakini pemahaman makna pesan, terkait dengan upaya agar komunikasi berjalan efektif. Agar tidak terjadi kekeliruan pemaknaan pesan diri sumber dan penerima pesan.

5) Orang yang tidak memahami makna informasi yang diterima,

memiliki kewajiban untuk meminta penjelasan agar tidak terjadi

bias komunikasi.Untuk menghindari kemungkinan terjadinya

mis-komunikasi, diperlukan kesediaan masing-masing pihak yang berkomunikasi untuk meminta klarifikasi sekiranya tidak memahami arti pesan yang diterimanya. Dalam hal ini, decoding memiliki peran strategis. Sekiranya penerima pesan tidak memahami substansi pesan yang diterimanya, maka merupakan suatu tindakan yang terpuji, apabila sebelum memberikan respon, terlebih dahulu berusaha mencari penjelasan atas pesan tersebut.5

5

(35)

26

c) Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal, merupakan jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Apabila diamati dan dikomparasikan dengan komunikasi jenis lainnya, maka dapat dikemukakan ciri-ciri komunikasi interpersonal, antara lain: arus pesan dua arah, suasana informal, umpan balik segera, peserta komunikasi berada dalam jarak dekat, dan peserta komunikan mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun non verbal.

1. Arus pesan dua arah. Komunikasi interpersonal menempatkan

sumber pesan dan penerima dalam posisi yang sejajar, sehingga memicu terjadinya pola penyebaran pesan mengikuti arus dua arah. Artinya komunikator dan komunikan dapat berganti peran secara cepat. Seorang sumber pesan dapat berubah peran sebagai penerima pesan, begitu pula sebaliknya. Arus pesan secara dua arah ini berlangsung secara berkelanjutan.

2. Suasana nonformal. Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung

(36)

27

Di samping itu, forum komunikasi yang dipilih biasanya juga cenderung bersifat nonformal, seperti percakapan intim dan lobi, bukan forum formal seperti rapat.

3. Umpan balik segera. Oleh karena komunikasi interpersonal biasanya

mempertemukan para pelaku komunikasi secara bertatap muka, maka umpan balik dapat diketahui dengan segera. Seorang komunikator dapat segera memperoleh balikan atas pesan yang disampaikan dari komunikan, baik secara verbal maupun nonverbal.

4. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat. Komunikasi

interpersonal merupakan metode komunikasi antarindividu yang menuntut agar peserta komunikasi berada dalam jarak dekat, baik jarak dalam arti fisik mapun psikologis. Jarak yang dekat dalam arti fisik, artinya para pelaku saling bertatap muka, berada pada pada satu lokasi tempat tertentu. Sedangkan jarak yang dekat secara psikologis menunjukkan keintiman hubungan antarindividu.

5. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara

simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal.

Untuk meningkatkan keefektifan komunikasi interpersonal, peserta komunikasi dapat memberdayakan pemanfaatkan kekuatan pesan verbal maupun nonverbal secara simultan. Peserta komunikasi berupaya saling meyakinkan, dengan mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun nonverbal secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat sesuai tujuan komunikasi.6

6

(37)

28

d) Fungsi Komunikasi Interpersonal

Fungsi komunikasi antar pribadi atau komunikasi interpersonaladalah berusaha meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain7.

Komunikasi interpersonal, dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat seseorang bisa memperoleh kemudahan dalam hidupnya karena memiliki pasangan hidup. Melalui komunikasi interpersonal juga dapat berusaha membina hubungan baik, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik yang terjadi8.

Adapun fungsi lain dari komunikasi interpersonal adalah : a. Mengenal diri sendiri dan orang lain.

b. Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk mengetahui lingkungan kita secara baik.

c. Menciptakan dan memelihara hubungan baik antar personal. d. Mengubah sikap dan perilaku.

e. Bermain dan mencari hiburan dengan berbagai kesenangan pribadi. f. Membantu orang lain dalam menyelesaikan masalah.

Fungsi global dari pada komunikasi antar pribadi adalah menyampaikan pesan yang umpan baliknya diperoleh saat proses komunikasi tersebut berlangsung.

7

H. Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.33

8

(38)

29

e) Karakteristik Komunikasi Interpersonal

Menurut Judy C. Pearson dalam buku Suranto AW menyebutkan enam karakteristik komunikasi interpersonal, yaitu:

1) Komunikasi nterpersonal dimulai dengan diri pribadi (self). Artinya bahwa segala bentuk proses penafsiran pesan maupun penilaian mengenai orang lain, berangkat dari diri sendiri.

2) Komunikasi interpersonal bersifat transaksional. Cirri komunikasi seperti ini terlihat dari kenyataan bahwa komunikasi interpersonal bersifat dinamis, merupakan pertukaran pesan secara timbale balik dan berkelanjutan.

3) Komunikasi interpersonal menyangkut aspek isi pesan dan hubungan antar pribadi. Maksudnya bahwa efektifitas komunikasi interpersonal tidak hanya ditentukan oleh kualitas pesan, melainkan juga ditentukan kadar hubungan individu.

4) Komunikasi interpersonal mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan kata lain, komunikasi interpersonal akan lebih efektif manakala antara pihak-pihak yang berkomunikasi itu saling bertatap muka.

(39)

30

Hal ini mengindikasikan bahwa komunikasi interpersonal melibatkan ranah emosi, sehingga

terdapat saling ketergantungan emosional diantara pihak-pihak yang berkomunikasi.

6) Komunikasi interpersonal tidak dapat diubah maupun diulang. Artinya, ketika seorang sudah terlanjur mengucapkan sesuatukepada orang lain, maka ucapan itu sudah tidak dapat diubah atau diulang, karena sudah terlanjur diterima komunikan9. f) Sifat Komunikasi Interpersonal

Menurut sifatnya, komunikasi interpersonal dapat dibedakan dua macam yaitu:

a. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication) ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi Diadik menurut Pace dapat dilakukan dalam 3 bentuk yakni :

1) Percakapan: berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal.

2) Dialog: berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam dan lebih personal.

3) Wawancara: sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak yang dominan pada posisi bertanya dan lainnya berada pada posisi menjawab.

9

(40)

31

b. Komunikasi kelompok kecil (Small Group Communication) ialah proses komunikasi yang berlangsung tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggotanya saling berinteraksi satu sama lain dan komunikasi kecil ini banyak dinilai dari sebagai tipe komunikasi antar pribadi karena :

1) Anggotanya terlibat dalam suatu proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka.

2) Pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong dimana semua peserta bisa berbicara dalam kedudukan yang sama, dengan kata lain tidak ada pembicaraan tunggal yang mendominasi.

3) Sumber penerima sulit di identifikasi. Dalam situasi seperti saat ini, semua anggota bisa berperan sebagai sumber dan juga sebagai penerima. Karena itu, pengaruhnya bisa bermacam-macam. Misalanya : si A isa terpengaruh dari si B, dan si C bisa mempengaruhi si B. Proses komunikasi seperti ini biasanya banyak ditemukan dalam kelompok studi dan kelompok diskusi.

(41)

32

2. Sikap Asertif

a) Pengertian Sikap Asertif

Istilah asertif bagi sebagian orang mungkin masih terdengar asing. Oleh karena itu untuk mengetahui pengertian asertif, banyak para pakar yang memberikan definisi tentang asertif dengan pendekatan yang berbeda.

Berikut adalah beberapa definisi tentang sikap asertif, antara lain sebagai berikut :

1) Sikap Asertif adalah kemampuan mengekpresikan hak, pikiran, perasaan dan kepercayaan secara langsung, jujur, terhormat dan tidak menganggu hak orang lain10.

2) Menurut Heri Kuswara, mengemukakan bahwa sikap asertif adalah sikap dimana seseorang mampu bertindak sesuai dengan keinginannya, membela haknya dan tidak dimanfaatkan oleh orang lain. Sikap asertif adalah membina hubungan tanpa melakukan penolakan terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain dan juga cara mengekspresikan pikiran atau perasaan kepada orang lain tanpa bermaksud melukainya11.

10

http://www.kompas.com-cetak/0608/muda/2856005.htm diakses pada tanggal 21 Desember 2016 pukul 20.56

11

Heri Kuswara, S. E, S. Kom., Jadilah Pribadi yang Asertif dari :

(42)

33

3) Definisi lain menyebutkan bahwa sikap asertif yaitu kemampuan menyampaikan secara jelas pikiran dan perasaan, membela diri dan mempertahankan pendapat12.

Dari beberapa definisi yang telah diuraikan, walaupun berbeda pendekatan tetapi memiliki kesamaan, maka dapat disimpulkan bahwa sikap asertif adalah sikap dimana seseorang mampu mengemukakan pendapat, pikiran dan perasaannya serta mempertahankan haknya secara jujur dan terbuka tanpa bertindak agresif ataupun melecehkan orang lain.

Dengan memiliki sikap asertif, seseorang dapat belajar untuk lebih menghargai diri sendiri dan orang lain, mengekspresikan perasaan, percaya diri, mampu menolak tanpa merasa bersalah dan berani meminta bantuan kepada orang lain apabila membutuhkan.

b) Ciri-ciri, Manfaat dan Cara Menumbuhkan Sikap Asertif

Dalam proses pembelajaran, remaja dituntut untuk dapat menanamkan sikap asertif dengan cara bertahap.

Sikap asertif menuntut remaja untuk mampu menyampaikan secara jelas pikiran, perasaan dan pendapatnya tentang sesuatu.

Fensterheim dan Baer mengemukakan bahwa ada beberapa ciri yang bisa dilihat dari individu yang memiliki sikap asertif, antara lain :

1. Bebas mengemukakan pikiran dan pendapatnya, baik melalui kata-kata maupun tindakan.

2. Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.

12

(43)

34

3. Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu perkataan dengan baik.

4. Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negatif.

5. Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan. 6. Mampu menyatakan perasaan baik yang menyenangkan maupun

yang tidak menyenangkan dengan cara yang tepat.

Selain dari ciri-ciri diatas, seseorang yang memiliki sikap asertif bisa menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal ia tetap memiliki harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence)13.

Sikap asertif sangat penting bagi para remaja terutama yang berumur diantara 13 sampai 20 tahun. Sikap asertif ini penting karena memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah :

1. Memudahkan remaja dalam bersosialisasi dengan lingkungan secara efektif.

2. Memiliki kemampuan untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan diinginkannya secara langsung sehingga dapat menghindari munculnya ketegangan dan perasaan yang tidak nyaman.

13

Stefan Sikone, Menanamkan Sikap Asertif Di Sekolah, Dari :

(44)

35

3. Dapat dengan mudah mencari solusi dari berbagai kesulitan atau permasalahan yang dihadapinya secara efektif.

4. Dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya, memperluas wawasannya serta memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. 5. Memahami kekurangan yang dimilikinya dan berusaha untuk

memperbaiki kekurangan tersebut.

Sikap asertif ini perlu ditanamkan sejak dini karena asertif merupakan pola sikap dan perilaku yang dipelajari atau hasil belajar sebagai reaksi terhadap berbagai situasi sosial yang ada di lingkungan.Penguasaan sikap asertif pada periode-periode awal perkembangan akan memberikan dampak yang positif bagi periode-periode selanjutnya14.

Komponen yang paling utama dalam menanamkan siukap asertif bagi para remaja adalah peran orang tua, karena orang tua merupakan figur yang paling dekat dengan kehidupan remaja.

Beberapa cara yang dapat ditempuh oleh seorang orang tua dalam menanamkan sikap asertif di lingkungan antara lain sebagai berikut:

1) Berikan pengertian dan pemahaman serta pentingnya sikap asertif dalam kehidupan sehari-hari.

2) Berikan kesempatan yang lebih luas kepada para remaja untuk mendiskusikan materi-materi yang telah dijabarkan.

14

(45)

36

3) Berikan stimulasi secara kuontinyu untuk merangsang remaja agar berani menjawab atau berpendapat terutama tentang materi yang diajarkan.

4) Menghargai pendapat remaja meskipun pendapatnya masih kurang tepat dan membetulkan dengan cara yang tidak menjatuhkan remaja.

5) Ciptakan suasana yang menyenangkan selama proses pembelajarannya.15

c) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Asertif

Dalam pembentukan sikap asertif ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, antara lain sebagai berikut :

a. Faktor Intern yaitu :

- pertama = kurang percaya diri untuk menyampaikan

sesuatu kepada orang lain atau melakukan sesuatu sehingga jika tidak tersampaikan maka, hanya akan terpendam dalam diri.

- kedua = ingatan seseorang, terkadang seseorang lupa

dengan apa yang akan dilakukannya pada saat-saat tertentu sehingga yang diperbuat tidak lagi mencerminkan kehendak diri.

15

(46)

37

b. Faktor Ekstern yaitu :

o pertama = lingkungan dapat mengubah pembentukan

sikap asertif seseorang. Sebagai contoh seseorang ingin menunjukkan sikap asertifnya tetapi karena adat istiadat lingkungan sekitar yang cenderung pendiam dan ramah, justru akan dinilai agresif.

o kedua = waktu juga menentukan muncul tidaknya sikap

asertif seseorang

o ketiga = situasi dan kondisi, faktor ini memiliki

hubungan dengan aspek internal seseorang16. d) Pengukuran Sikap Asertif

Metode yang digunakan untuk pengukuran sikap asertif adalah dengan pernyataan sikap asertif. Untuk mendapatkan hasil yang dipercaya dan proses yang standar maka diperlukan suatu skala. Skala ini menghasilkan item yang terpilih. Item-item yang membentuk skala disebut statement yang dapat didefinisikan sebagai pernyataan yang menyangkut objek psikologi17.

Pengukuran statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

the methode of summated ratings atau skala Likert. Karena metode ini

biasa digunakan untuk pernyataan dalam jumlah besar.

16

Donny Mardianto, Sikap Asertif, dari : http://doni.student.fkip.uns.ac.id/2009/08 diakses pada tanggal 22 Desember 2016 pukul 19.26.

17

(47)

38

B. Kajian Teori

1. Teori Self Disclosure

Teori self disclosuresering disebut teori “Johari Window”. Para pakar psikologi kepribadian menganggap bahwa model teoritis yang dia ciptakan merupakan dasar untuk menjelaskan dan memahami interaksi antarpribadi secara manusiawi. Garis besar model teoritis Jendela Johari dapat dilihat dalam tabel berikut ini

Tabel 2.2.1 Jendela Johari

saya tahu saya tidak tahu orang

lain tahu 1.TERBUKA 2.BUTA orang

lain tidak tahu

3.TERSEMBUNYI 4.TIDAK DIKENAL

Jendela Johari terdiri dari empat bingkai. Masing-masing bingkai berfungsi menjelaskan bagaimana tiap individu mengungkapkan dan memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain.

Asumsi Johari bahwa kalau setiap individu bisa memahami diri sendiri, maka dia bisa mengendalikan sikap dan tingkah lakunya di saat berhubungan dengan orang lain18.

Bingkai 1 : menunjukkan orang yang terbuka terhadap orang lain. Keterbukaan itu disebabkan dua pihak (saya dan orang lain) sama-sama mengetahui informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, dll.

18

(48)

39

Johari menyebutnya “bidang terbuka”, suatu bingkai yang

paling ideal dalam hubungan dan komunikasi antarpribadi. Bingkai 2 : disebut “bidang buta”. Orang Butamerupakan orang yang tidak mengetahui banyak hal tentang dirinya sendiri namun orang lain mengetahui banyak hal tentang dia. Bingkai 3 : disebut “bidang tersembunyi” yang menunjukkan keadaan

bahwa berbagai hal diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain.

Bingkai 4 : disebut “bidang tidak dikenal” yang menunjukkan keadaan bahwa berbagai hal tidak diketahui diri sendiri dan orang lain.

Model Jendela Johari dibangun berdasarkan delapan asumsi yang berhubungan dengan perilaku manusia. Asumsi-asumsi itu menjadi landasan berfikir para kaum humanistik yaitu :

Asumsi 1 : pendekatan terhadap perilaku manusia harus dilakukan secara holistik yang artinya kalau hendak menganalisis perilaku manusia, maka analisis itu harus secara menyeluruh sesuai konteks dan jangan terpenggal-penggal19.

Asumsi 2 : apa yang dialami seseorang atau sekelompok orang, hendaklah dipahami melalui persepsi dan perasaan tertentu meskipun pandangan itu subjektif.

19

(49)

40

Asumsi 3 : perilaku manusia lebih sering emosional bukan rasional. Pendekatan humanistik terhadap perilaku sangat menekankan betapa pentingnya hubungan antara faktor emosi dengan perilaku.

Asumsi 4 : setiap individu atau sekelompok orang sering tidak menyadari bahwa tindakan-tindakannya dapat mengambarkan perilaku individu atau kelompok tersebut. Asumsi 5 : faktor-faktor yang bersifat kualitatif misalnya derajat

penerimaan antarpribadi, konflik, kepercayaan antarpribadi merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku manusia.

Asumsi 6 : aspek yang terpenting dari perilaku ditentukan oleh proses perubahan perilaku bukan oleh struktur perilaku.

Asumsi 7 : kita dapat memahami prinsip-prinsip yang mengatur perilaku melalui pengujian terhadap pengalaman yang dapat dialami individu.

Asumsi 8 : perilaku manusia dapat dipahami dalam seluruh kompleksitasnya bukan dari sesuatu yang disederhanakan20.

Bingkai-bingkai dari Jendela Johari tersebut dapat digeser sehingga ruang-ruang 1,2,3 dan 4 dapat dibesarkan dan dikecilkan untuk menggambarkan tingkat keterbukaan individu dan penerimaan orang lain terhadap individu.

20

(50)

41

Ada empat kemungkinan perubahan atas bingkai-bingkai Jendela Joharai seperti :

Bingkai 1 diperbesar : manusia ideal ialah manusia yang selalu terbuka dengan orang lain (open minded person or of ideal window).

Bingkai 2 diperbesar : manusia yang terlalu menonjolkan diri, namun buta terhadap dirinya sendiri (exhibitionist or bull in chinashop).

Bingkai 3 diperbesar : manusia yang suka menyendiri, sifatnya seperti penyu (loner and turtle).

Bingkai 4 dipersebar : manusia yang tahu banyak tentang orang lain tetapi dia menutupi dirinya (type interviewer)21.

21

(51)

BAB III

PENYAJIAN DATA

A.Deskripsi Subjek dan Lokasi Penelitian

1.Subjek Penelitian

Subyek penelitian dalam hal ini adalah responden yang dianggap peneliti dapat menggali data yang peneliti inginkan. Responden yang dimaksudkan adalah Anak Remaja di Grand Delta Sari Cluster Anthurium RT 09 RW VIII. Dengan perhitungan untuk menentukan sampel dari populasi dengan menggunakan rumus Yamane maka dapat ditentukan responden sebanyak 17 anak remaja. Adapun daftar nama responden dalam penelitian ini, sebagai berikut :

Tabel 3.1.1

Data Responden di Grand Delta Sari Cluster Anthurium RT 09 RW VIII

No

Responden Nama Responden

Jenis

Kelamin Usia

1. Novarinda Vanny P 17 tahun

2. Kartika Sari P 17 tahun

3. Verina Dewanti Hartono P 15 tahun 4. Iftinandea Wresti Rosyadi P 17 tahun

5. Elverda N.R P 13 tahun

(52)

43

11. Angga Ramadhan L 16 tahun

12. Lintang Aka S. P 14 tahun

13. Taura Putri R. P 13 tahun

14. Septira Amalia P 15 tahun

15. Fahmi Ardiansyah L 17 tahun

16.

Muhammadin Samodero

Octaviawan L 17 tahun

17. Zherina Zinedine Zidane P 16 tahun

Masa remaja disebut pula sebagai masa-penghubung atau masa-peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rokhaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual. Yang sangat menonjol pada periode ini ialah : kesadaran yang mendalam mengenai DIRI SENDIRI, dengan mana anak muda mulai meyakini kemauan, potensi an cita-cita sendiri. Dengan kesadaran tersebut ia berusaha menemukan jalan hidupnya dan mulai mencar nilai-nilai tertentu, seperti kebaikan, keluruhan, kebijaksanaan, keindahan dan sebagainya1.

Dari 17 responden yang diambil terdapat 5 laki-laki dan 12 perempuan. Dari 17 responden memiliki umur yang bervariasi menjadi 5 kelompok, yaitu usia 13 tahun 2 orang remaja, 14 tahun 1 orang remaja, 15 tahun 3 orang remaja, 16 tahun 5 orang remaja dan 17 tahun 6 orang remaja dengan persentase sebagai berikut :

1

(53)

44

Tabel 3.1.2

Jenis Kelamin Responden Remaja di Grand Delta Sari Cluster Anthurium RT 09 RW VIII

No Jenis

Kelamin Persentase 1 Laki-Laki 29,4% 2 Perempuan 70,6%

Tabel 3.1.3

Usia Responden Remaja di Grand Delta Sari Cluster Anthurium RT 09 RW VIII

No Usia Responden Persentase

1 13 tahun 2 11,8%

2 14 tahun 1 5,9%

3 15 tahun 3 17,6%

4 16 tahun 5 29,4%

5 17 tahun 6 35,3%

Total 17 100%

Tabel diatas dapat menjelaskan bahwa berdasarkan usia dari 17 remaja yang menjadi responden subjek penelitian sebagai berikut,persentase subjek berumur 13 tahun sebesar 12%, 14 tahun sebesar 6%, 15 tahun sebesar 18%, 16 tahun sebesar 29%, 15 tahun sebesar 35%. Hasil tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden berusia 17 tahun dengan persentase 35%.

Tabel 3.1.4

Sekolah Responden Remaja di Grand Delta Sari Cluster Anthurium RT 09 RW VIII

No Sekolah Responden Persentase

1 Negeri 9 52,9%

(54)

45

Tabel diatas menunjukkan bahwa berdasarkan dari pendidikan sekolah yang ditempuh sekarang ini, 17 remaja yang menjadi responden subjek penelitian sebagai berikut,

persentase subjek bersekolah negeri (SMAN) sebesar 52% dengan jumlah responden 9 orang, dan bersekolah swasta sebesar 47% dengan berkisar 8 remaja. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden bersekolah negeri (SMAN) dengan persentase 52%.

2. Lokasi Penelitian

A. Profil PT.Damai Putra Group

Damai Putra Group merupakan pengembangan perumahan terbesar dan terpercaya di Indonesia, memenuhi kebutuhan akan Hunian Exclusive di Jakarta, Yogyakarta, Magelang dan Surabaya. Pada awal pengembangannya Damai Putra Group banyak membangun perumahan yang difasilitasi oleh KPR BTN dan ASABRI. Pembangunan tersebut tersebat di berbagai kota di Jawa Tengah & Jawa Timur, yaitu di Purwokerto, Purbalingga, Wonosobo, Purworejo, Magelang, Salatiga,Yogyakarta, Madiun, Ponorogo, Sidoarjo, Temanggung dan Surabaya.

Pembangunan perumahan di berbagai kota tersebut dimulai sejak tahun 1985 dan telah dibangun 30.000 rumah dengan fasilitas KPR BTN dan fasilitas ASABRI.

(55)

46

Dari pembangunan perumahan tipe kecil menjadi pengembang kawasan dengan pembangunan rumah tipe menengah dan besar. Sampai saat ini PT. Damai Putra Group telah berkembang sedemikian pesatnya. Pengembangan terbaru untuk Jakarta adalah mulainya dibangun kawasan perumahan baru di Jakarta Timur yang dikenal sebagai pemukiman The Royal Residence.

Untuk daerah Yogyakarta kami memiliki beberapa areal pengembangan yang dikenal sebagai perumahan Casa Grande, Tirta Sani, Kaliurang Pratama, Puri Gejayan Indah, Taman Griya Indah, Taman Cemara, Tiara Grand Estate. Untuk daerah Magelang kami memiliki beberapa areal pengembangan yang dikenal sebagai Bumi Prayudan Estate dan Prayudan Permai. Untuk daerah Semarang kami memiliki areal pengembangan yang dikenal sebagai Srondol Bumi Indah. Untuk daerah Surabaya, Sidoarjo kami memiliki beberapa areal pengembangan yang dikenal sebagai Delta Sari Indah, Delta Sari Baru, Citra Tropodo, Graha Tirta, Delta Wedoro Indah (Grand Delta Sari), Delta Mandala.

Cluster merupakan konsep perumahan tertutup (cluster) yang hanya menggunakan satu akses (gate) untuk keluar dan masuk.

Model perumahan cluster adalah kumpulan bangunan tanpa pagar di perumahan dengan satu pintu gerbang utama sebagai alat control keamanan. Di perumahan Grand Delta Sari terdapat 5 Cluster yaitu :

(56)

47

2. Cluster Anthurium : cluster kedua setelah cluster aster yang pintu masuknya menghadap barat.

3. Cluster Catleya : cluster ketiga setelah cluster aster dan anthurium yang menhadap sebelah timur seperti cluster aster.

4. Cluster Aralia : cluster keempat yang baru beberapa bulan sebelumnya opening yang tepat berada di belakang cluster anthurium menghadap timur.

5. Cluster Magnolia : cluster terakhir yang masih dipromosikan oleh Damai Putra Group menghadap timur

Keunggulan Investasi :

 Potensi External

- Lokasi terkoneksi dengan NOL JALAN Poros Utama Surabaya Sidoarjo (Raya Waru).

- Lokasi terkoneksi dengan Rencana Akses Frontage Road sisi timur. - Lokasi sangat dekat dengan kawasan Perdagangan dan Industri SIER,

RUNGKUT, Komplek Pertokoan dan Bisnis Gateway dan JUANDA

(57)

48

- Lokasi sangat dekat dengan akses TOL WARU, TERMINAL BUS BUNGURASIH DAN BANDARA JUANDA baik T1 dan T2.

- Lokasi dikelilingi berbagai fasilitas sosial yang sangat memadai seperti Pusat Perbelanjaan Giant Supermarket, Lottemart, MALL City Of

Tomorrow serta fasilitas kesehatan RS. Mitra Keluarga Waru dan

fasilitas pendidikan bertaraf internasional Singapore National

Academy.

 Potensi Internal

- Kawasan hunian dan komersialnya sudah sangat hidup dan ramai - Mayoritas pembeli adalah END USER

- Rencana pengembang untuk membangun Mid Rise Building dan Mix

Used Complex serta Sentra Kuliner

- Rencana pembenahan kawasan dan pembentukan sistem tata kelola lingkungan (Estate Management) yang lebih baik.

 Potensi Kawasan

- Lokasi yang sangat potensial untuk investasi, menimbang sudah semakin tingginya dan tidak terjangkaunya harga properti di kawasan Surabaya Timur dan Surabaya Barat bahkan untuk skala hunian vertikal yang sederhana.

- Bergesernya tren pertumbuhan ekonomi dan terbentuknya CBD

(Central Business District) baru di kawasan Surabaya Selatan mulai

(58)

49

- Kenaikan nilai investasi yang tinggi (mencapai 100%) namun aman dalam jangka waktu sedang (periode 2011-2015) bahkan sebelum adanya pengembangan internal kawasan (Average peningkatan harga sekitar 25% pertahun)

B. Profil Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo

Waru adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sidoarjo, ProvinsiJawa Timur, Indonesia. Kecamatan ini berbatasan dengan Kota Surabaya, dan di kecamatan ini terdapat Terminal Purabaya, terminal bus terbesar di Indonesia. Di sisi utara kecamatan ini terdapat Bundaran Waru, yang merupakan pintu gerbang utama Kota Surabaya dari arah barat daya (Mojokerto, Madiun, Kediri, Solo dan Yogyakarta) dan dari arah selatan (Malang dan Banyuwangi).Waru merupakan salah satu kawasan industri utama di selatan Surabaya.

Banyak sentra Industri di sini, mulai Logam, di desa Ngingas serta Sepatu/Sandal yang terdapat di desa Wadung Asri, Berbek, Kepuh kiriman dan Wedoro.

(59)

50

Misalnya pabrik paku, pabrik susu Nestle, perusahaan biskuit UBM sampai pabrik soda (Persero). Selain itu, Ispat Indo perusahaan baja terbesar di dunia asal India yang dimiliki oleh salah satu orang terkaya dunia, Laksmi Mittal juga berada di kota kecamatan ini.Secara geografis, Terminal Purabaya, sebagai terminal bus terbesar di Indonesia, ada dalam wilayah Bungurasih, Waru2.

C. Peta Kecamatan Waru

D. Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Waru di Kota/Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur (Jatim):

- Kelurahan/Desa Berbek (Kodepos : 61256) - Kelurahan/Desa Bungurasih (Kodepos : 61256) - Kelurahan/Desa Janti (Kodepos : 61256)

- Kelurahan/Desa Kedungrejo (Kodepos : 61256) - Kelurahan/Desa Kepuh Kiriman (Kodepos : 61256)

2

(60)

51

- Kelurahan/Desa Kureksari (Kodepos : 61256) - Kelurahan/Desa Medaeng (Kodepos : 61256) - Kelurahan/Desa Ngingas (Kodepos : 61256) - Kelurahan/Desa Pepelegi (Kodepos : 61256) - Kelurahan/Desa Tambak Oso (Kodepos : 61256) - Kelurahan/Desa Tambak Rejo (Kodepos : 61256) - Kelurahan/Desa Tambak Sawah (Kodepos : 61256) - Kelurahan/Desa Tambak Sumur (Kodepos : 61256) - Kelurahan/Desa Tropodo (Kodepos : 61256) - Kelurahan/Desa Wadungasri (Kodepos : 61256) - Kelurahan/Desa Waru (Kodepos : 61256) - Kelurahan/Desa Wedoro (Kodepos : 61256)

E. Profil Desa Wedoro

Wedoro adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Desa ini ke arah utara berbatasan langsung dengan Kelurahan KutisariSurabayadan Kecamatan Tenggilis Mejoyo Surabaya.

Dari arah Timur berbatasan dengan desa Kepuh Kiriman dan desa Tropodo. dari arah Barat Utara berbatasan dengan Desa Janti. Sementara dari arah Barat Selatan berbatasan dengan desa Ngingas.

(61)

52

1980-an, Desa ini masih memiliki beberapa petak sawah, meski rata-rata bukan digarap oleh penduduk setempat.

Namun, dengan berkembangnya perumahan sebagai pengembangan wilayah Surabaya, Desa ini mulai akhir 90an tidak memiliki lahan pertanian lagi. Rata-rata penduduk aslinya merupakan pengrajin sandal, pedagang, karyawan.

Wedoro terdiri dari 1 Desa.1 Pedukuhan dan 9 RW. Masing masing RW memilik nama khas yang menjadi cirri khas daerahnya misalnya :

RW 1 : Wedoro Madrasah. Karena ada Madrasah NU

RW 2 : Wedoro Sukun, dulu banyak pohon sukun

RW 3 : Wedoro Utara Barat , karena letaknya di utara sungai buntung

RW 4 : Wedoro Candi, karena ada petilasan murid Sunan Giri

RW 5 : Wedoro Masjid, karena Masjid Desa (RHOUDLOTUL ABIDIN)ada di RW 5

RW 6 : Wedoro Timpian, dulu banyak pengrajin tempe

RW 7 : Wedoro Belahan,letaknya dibelah sungai kecil dari Wedoro

(62)

53

RW 9 : Wedoro Rewwin, Perumahan Rewwin3.

Dalam masyarakat Desa Wedoro mayoritas beragama islam, dengan perincian sebagaimana berikut :

1.Islam : 11.094 orang

2.Kristen : 873 orang

3.Hindu: 210 orang

4.Budha : 239 orang

Meskipun dalam hal keagamaan mayoritas masyarakat Desa Wedoro beragama islam dengan melihat jumlah agama yang lain juga tidak dalam jumlah yang sedikit. Hal ini bisa terjadi karena dalam Desa Wedoro terdapat beberapa perumahan diantaranya yakni perumahan REWWIN, PAPYRUS REGENCY, DELTA WEDORO INDAH (Grand Delta Sari) yang hampir kesuluruhan penghuninya adalah orang pendatang dari berbagai macam daerah.

Adapun dalam Desa Wedoro tidak terdapat tempat peribadatan selain agama islam terlihat jumlah masjid yang ada lima masjid dan mushollah atau surau ada 15 selain itu ada enam tempat belajar Al-Qur’an (TPQ) bagi anak- anak dan remaja yang tersebar di wilayah Desa Wedoro.

3

Gambar

 Tabel 1.5 Penelitian Terdahulu
Tabel 1.7.3
Tabel 1.7.4.1
Tabel 1.7.4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berapa taraf terbaik suplementasi VCO sebagai pereduksi emisi metan dengan jenis DFM tertentu pada pelepah sawit amoniasi terhadap kecernaan, produksi gas metan

Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok &amp; Tembakau pada bulan Februari 2017 mengalami Inflasi sebesar 0,09 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 129,40 pada bulan Januari 2017

Karya tulis ilmiah ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR DAN KELUARGA BERENCANA PADA NY.R UMUR 28 TAHUN G2P1A0 DI

لولأا بابلا ةمدقم ثحبلا ةيفلخ :لولأا لصفلا وأ يوفش لكش في ءاوس ناسنلإا رهاظم نم رهظم يه ةيبدلأا لامعلأا وك ةغللا مدختسي بوتكم س ق الهو ةمدقم ةلي ىرخأ ةرابعبو .ةنميهم

Hubungan positif menyatakan bahwa per- usahaan akan memberikan kompensasi seiring de- ngan berhasilnya keputusan investasi yang dilaku- kan oleh direktur, sehingga kompensasi

memiliki polong berwarna merah, memiliki kualitas rasa polong yang manis, dan panjang polong yang sesuai dengan selera konsumen; (3) Keragaman genotipe dan

Dalam proses kegiatan dakwah melibatkan unsur-unsur dakwah yang tetbentuk secara sistematik, artinya antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya saling berkaitan terdapat

Tabel 3 menunjukkan hasil pengujian pengaruh sikap ke arah perilaku, norma-norma subyektif, kendali perilaku persepsian terhadap intensi manajer dalam melakukan kecurangan