SKRIPSI
Oleh:
ASMAUL FAUZIYAH NIM : D03213006
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
Dalam Penjaminan Mutu Pendidik di SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo. Dosen Pembimbing I, Dr. Husniyatus Salamah Zaiyinati, M.Ag, dan Dosen Pembimbing II,
Dr. Samsul Ma’arif, M.Pd.
Pengawasan internal merupakan yang terpenting dalam rangka meningkatkan dan menjamin mutu dalam sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan (1) Landasan hukum implementasi satuan pengawasan internal dalam penjaminan mutu pendidik, (2) proses implementasi satuan pengawasan internal dalam penjaminan mutu pendidik,(3) efektifitas satuan pengawasan internal dalam penjaminan mutu pendidik di SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Dalam proses pencarian data, Peneliti menggunakan metode observasi, wawancara mendalam terhadap subyek penelitian, dan dokumentasi. Dalam analisis dan intepretasi data, Peneliti menggunakan model Miles and Huberman yaitu reduksi, penyajian, dan verifikasi data. Sedangkan dalam uji keabsahan data Peneliti menggunakan triangulasi berupa triangulasi sumber dan teknik.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui (1) Implementasi satuan pengawasan internal menjalankan program dan tugasnya berlandaskan pada surat keterangan langsung dari pihak yayasan Bumi Shalawat dalam pedoman penjaminan mutu dan Standart Operating Procedure, (2) proses implementasi satuan pengawasan internal di sekolah ini terlihat dari mutu pendidik yang pengadaan supervisi internal yag diadakan satu minggu sekali dan hasil perkembangan direkapitulasi setiap satu bulan sekalidan dipertanggungjawabkan kepada kepala sekolah dan yayasan dalam rangka peningkatan kinerja pendidik da tenaga kependidikan. (3) Secara garis besar factor yang menjadi pendukung adalah wewenang dari pengasuh yayasan . Adapun factor penghambatnya antara lain adalah karena kurang tegasnya dalam menilai kinerja karna faktor – faktor tertentu. Efektifitas satuan pengawasan internal dianggap sangat efektif dalam mengukur kinerja dan keuangan yang dikeluarkan.
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v
MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Fokus Penelitian ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Devinisi Konseptual ... 9
F. Keaslian Penelitian ... 12
A. Tinjauan Pengawasan Internal
1. Pengawasan Internal ... 17
a. Pengertian Pengawasan ... 17
b. Pengertian dan Tujuan Pengawasan Internal ... 19
c. Fungsi dan Tugas Pengawasan Internal ... 25
2. Komponen Pengawasan Internal... 29
a. Unsur – unsur Pengawasan Internal ... 29
B. Tinjauan Penjaminan Mutu Pendidik 1. Penjaminan Mutu ... 32
a. Pengertian Penjaminan Mutu ... 32
b. Tujuan Penjaminan Mutu ... 35
c. Mekanisme Penjaminan Mutu ... 38
2. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 39
a. Perencanaan Sumber Daya Manusia ... 41
b. Perekrutan Sumber Daya Manusia ... 42
c. Penyeleksian Sumber Daya Manusia ... 43
d. Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia ... 44
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 46
B. Lokasi Penelitian ... 48
C. Sumber Data dan Informan Penelitian ... 48
D. Cara Pengumpulan Data ... 49
E. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data ... 53
A. Deskripsi Subjek ... 56
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Temuan Penelitian ... 60
2. Analisis Data ... ..89
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 106
B. Saran ... 107
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap masyarakat
yang berbangsa dan bernegara. Negara yang maju memiliki pendidikan yang
baik dan bermutu untuk mencerdaskan anak bangsanya. Dengan pendidikan
yang tinggi seseorang dapat dipandang sebagai sosok yang memiliki
pengetahuan luas dan dapat memutuskan suatu permasalahan berdasarkan
pendidikan yang didapatnya.
Sesuai dengan pernyataan Munib, “Pendidikan adalah usaha sadar dan
sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab
untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai
dengan cita-cita pendidikan”. Dengan demikian, pendidikan memiliki peranan
penting dalam membentuk sifat dan tabiat peserta didik yang bermutu dan
berdaya guna agar sesuai dengan cita-cita pendidikan. Tanpa pendidikan
manusia tidak memiliki arah dan tujuan hidup yang jelas. Manusia yang
demikian akan tertinggal oleh manusia lain yang lebih berpendidikan.1
Terkait dengan tujuan pendidikan tentu tidak bisa terlepas dengan adanya
pengawasan. Dalam hal ini Suharsimi Arikunto menyebutkan dalam bukunya “
1
Supervisi dalam dunia pendidikan adalah pembinaan yang diberikan pada
seluru staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.2 Kegiatan pokok
pengawasan adalah melakukan pembinaan kepada sekolah pada umumnya dan
guru pada khususnya agar kualitas pembelajaran meningkat. Untuk
meningkatkan mutu pendidikan diharapkan adanya pengawasan internal
maupun eksternal.
Pengawasan internal bertujuan menilai sistem pengendalian manajemen,
efisien dan efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan dalam rangka perbaikan dan atau
peningkatan kinerja. Seluruh kegiatan pengawasan internal harus merupakan
upaya yang komprehensif dalam membangun sistem pengendalian internal
melalui pembangunan budaya dan etika manajemen yang baik, analisis dan
pengelolaan resiko.3
Eksistensi pengawas dalam sekolah dinaungi oleh sejumlah dasar hukum.
Undang - Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 dan Peraturan
Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 adalah Landasan Hukum yang terbaru yang
menegaskan keberadaan pejabat fungsional. Selain itu Keputusan Menteri
Pendayagunaan aparatur negara nomor 118 Tahun 1996 (disempurnakan
2 Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidik an Tek nologi dan Kejuruan
(Jakarta: Rajawali Pusat, 1990), hal 154.
3 Sri Mifti, Nugroho Budi Lestariyo dan Anacostia Kowanda, Pengawasan Internal dan Kinerja
dengan keputusan nomor 091/2001) dan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan nomor 020/U/1998 (disempurnakan dengan keputusan nomor
097/U/2001) merupakan menetapkan pengawas sebagai penjabat fungsional.
Peran pengawasan internal dalam sekolah/madrasah sangat mendukung
dalam pelaksanaan pendidikan. Karena tanpa adanya pengawasan internal maka
tidak mungkin juga sebuah lembaga dapat meningkatkan mutunya.4 Selain itu
keberhasilan pendidikan dalam suatu lembaga selain dihasilkan oleh
masing-masing individu siswa juga dihasilkan oleh peranan seorang pendidik, dimana
pendidik yang bermutu dan berkualitas sesuai dengan bidang ilmu yang
diterapkannya dapat memberikan jaminan mutu pendidikan bagi anak didik.
“Guru yang bermutu memungkinkan siswanya untuk tidak hanya dapat
mencapai standar akademik secara nasional, tetapi juga mendapatkan
pengetahuan dan keahlian yang penting untuk belajar selama hidup mereka”.
Demikian sebuah pernyataan Elaine B. Johnson yang menggambarkan betapa
seorang guru akan membawa pengaruh yang sangat hebat kepada anak
didiknya. Pengaruh tersebut tentu saja dibawa oleh guru-guru yang
berkompeten sehingga mampu menciptakan atmosfer pendidikan yang
berkualitas.5
Penjaminan mutu pendidik dapat mempengaruhi citra sekolah, dalam arti
sekolah dapat dipandang sebagai sekolah yang memiliki mutu pendidikan yang
4 Zulkarnain, Peranan Pengawasan Sek olah dalam Meningk atk an Mutu Pendidik an. Lihat http://Zulkarnaidiran.wordpress.com Diakses Pada Hari Selasa 30 Mei 2017.
baik dan bermutu. Mutu merupakan tingkat baik buruknya sesuatu. Mutu dapat
didefinisikan sebagai tingkat keunggulan. Jadi mutu adalah ukuran relatif
kebaikan.6
Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan
kehidupan bangsa yang maju, modern, dan sejahtera. Mutu pendidikan sebagai
salah satu pilar pengembangan sumber daya manusia sangat penting maknanya
bagi Pembangunan Nasional. Karena itu, upaya peningkatan mutu pendidikan
merupakan hal mutlak yang harus dilaksanakan dalam upaya menciptakan
pendidikan yang berkualitas. Pemerintah melalui UU Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan visi dan misi pendidikan
nasional sebagai berikut:
“Visi pendidikan nasional adalah mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Sedangkan salah satu misinya adalah: meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat nasional, regional, dan internasional”.
Visi dan Misi pendidikan nasional tersebut dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Pada dasarnya Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang
sistem pendidikan nasional yang memuat kriteria minimal tentang komponen
pendidikan yang memungkinkan setiap jenjang dan jalur pendidikan untuk
6
mengembangkan pendidikan secara optimal sesuai dengan karakteristik dan
kekhasan programnya. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 disebutkan
bahwa lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.
Untuk mewujudkan suatu sistem pendidikan yang berkualitas dibutuhkan
guru-guru yang sesungguhnya. Dalam hal ini adalah pendidik yang
berkompeten dalam bidangnya, yang mampu menghasilkan bibit-bibit penerus
bangsa yang unggul, yang mampu mengikuti perkembangan jaman dan situasi
sosial seperti sekarang serta mampu membangun manusia-manusia
berpendidikan. Dengan demikian pembangunan di segala bidang akan lebih
baik karena ditopang oleh pilar pendidikan yang kuat.
Rendahnya mutu pendidikan banyak dipengaruhi oleh mutu pendidik.
Disparitas mutu pendidik memang belum dapat dipetakan dengan jelas, berapa
orang guru yang telah dapat disebut sebagai guru yang kompeten dalam
bidangnya dan berapa orang guru yang dikatakan belum kompeten, demikian
sebuah pernyataan yang dikutip dari Suparlan7.
Mengingat sangat pentingnya pengawasan inernal serta peran pendidik
dalam pendidikan seperti yang telah dijelaskan di atas, dalam penelitian ini
7
penulis meneliti salah satu sekolah menengah atas yang berada di Sidoarjo.
Lembaga pendidikan tersebut bernama SMA Progresif Bumi Shalawat
Sidoarjo. Lembaga Pendidikan ini adalah lembaga pendidikan yang dinaungi
oleh Yayasan Progresif Bumi Shalawat. Sekolah ini merupakan salah satu
sekolah unggulan berbasis Islamic Boarding School.
Untuk menuju pada pendidikan yang berhasil, maka dibentuklah satuan
pengawasan internal di SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo. Oleh
karenanya peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan
penjaminan mutu pendidik dengan adanya satuan pengawasan internal di
dalamnya.
Satuan pengawasan internal yang berada di sekolah SMA Progresif Bumi
Shalawat Sidoarjo ini salah satunya menerapkan system pengawasan bagi
pendidik. Satuan pengawasan internal ini mempunyai banyak fungsi, salah
satunya berfungsi untuk mengawasi kinerja pendidik dan penerapan metode
pembelajaran pendidik bagi siswa. Selain itu dengan adanya satuan pengawasan
dapat mengevaluasi kinerja pendidik di sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat
Sidoarjo, dimana diharapkan dapat menghasilkan pendidik yang bermutu dan
berkualitas bagi peserta didik yang belajar di sekolah tersebut.
Adanya penjaminan mutu pendidik maka dapat dikatakan bahwasannya
pendidikan yang diberikan dan diterapkan di sekolah dikategorikan sebagai
pendidikan yang bermutu. Sehingga apakah dengan adanya implementasi
dapat menghasilkan penjaminan mutu pendidik bagi siswanya. Oleh karenanya
penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan penjaminan mutu
pendidik dengan judul “Implementasi satuan pengawasan internal dalam
penjaminan mutu pendidik di sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian disusun berfungsi untuk memberikan arahan yang jelas
mengenai aspek dan topik-topik penting yang akan diteliti.Adapun fokus dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi dasar hukum dalam pelaksanaan satuan pengawasan
internal di sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo?
2. Bagaimana Proses SPI di sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat
Sidoarjo?
3. Bagaimana efektifitas implementasi satuan pengawasan internal pada
penjaminan mutu pendidik di sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat
Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh
penjaminan mutu pendidik di sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat
Sidoarjo.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:
1) Memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan satuan pengawasan
internal di sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo?
2) Memperoleh gambaran mengenai keefektifan satuan pengawasan internal
di sekolah SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk berbagai pihak baik
secara teoritis maupun secara operasional.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan informasi umum
tentang Sistem satuan pengawasan internal Sekolah SMA Progresif Bumi
Shalawat Sidoarjo, bentuk organisasi satuan pengawasan internal dan
dampaknya dalam penjaminan mutu pendidik di sekolah SMA Progresif
Bumi Shalawat Sidoarjo, serta hambatan-hambatan dalam menerapkan
satuan pengawasan internal, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti, diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini akan
menambah wawasan dan pengetahuan dalam pengembangan ilmu
manajemen Pendidikan, khususnya dalam bidang Sistem satuan
pengawasan internal dalam Penjaminan Mutu Pendidik pada sekolah.
b. Bagi Sekolah, diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini dapat
menjadi masukan bagi pihak sekolah untuk dapat
mengimplementasikan Sistem satuan pengawasan internal dalam
penjaminan Mutu Pendidik dengan efektif sebagai upaya terpadu
dalam peningkatan mutu pendidikan.
E. Definisi Konseptual
Kerlinger menyatakan definisi operasional adalah difinisi yang dapat
diukur, karena dalam penelitian harus diketahui terjemahan istilah atau konsep
yang jelas, guna mempermudah pembahasan penulis menegakan istilah-istilah
yang merupakan istilah kunci dalam judul ini. Hal ini dilakukan agar dapat
menghilangkan penafsiran-penafsiran yang memungkinkan timbulnya
persoalan yang tidak diharapkan. Adapun judul skripsi ini adalah
Implementasi Satuan Pengawasan Internal dalam Penjaminan Mutu Pendidik di SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo.
1. Pengawasan Internal
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 2011 pasal 1,
pengawasan internal adalah seluruh proses kegiatan audit, review, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
tugas dan fungsi organisasi yang bertujuan untuk mengendalikan kegiatan,
mengamankan harta dan aset, terselenggaranya laporan keuangan yang
baik, meningkatkan efektivitas dan efisiensi,dan mendeteksi secara dini
terjadinya penyimpangan dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan.8
Satuan pengawasan internal yang berada di sekolah SMA Progresif
Bumi Shalawat Sidoarjo ini salah satunya menerapkan system pengawasan
bagi pendidik. Mulai dari mengawasi kinerja pendidik, penerapan metode
pembelajaran pendidik bagi siswa sampai dengan mengevaluasi kinerja
pendidik. Harapkan dapat menghasilkan pendidik yang bermutu dan
berkualitas bagi peserta didik yang belajar di sekolah tersebut.
2. Penjaminan Mutu Pendidik
Menurut Permendiknas No 28 Tahun 2016 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam peraturan ini
disebutkan bahwa : Penjaminan Mutu Pendidikan adalah suatu mekanisme
yang sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa
seluruh proses penyelenggaraan pendidikan telah sesuai dengan standar
mutu9.
Dalam Penjaminan mutu secara internal oleh satuan pendidikan
adalah pengelolaan satuan pendidikan menerapkan menejemen berbasis
sekolah: kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan
akuntabilitas. Dalam penelitian ini mengutarakan penjaminan mutu
pendidik untuk memenuhi dan memberikan ilmu atau pendidikan secara
berkualitas dan bermutu.10
Setiap sekolah memiliki visi dan misi yang berbeda namun pada
dasarnya memiliki tujuan yang sama yakni memberikan jaminan pada
peserta didik dalam segi pendidikan. Penjaminan mutu pendidik sendiri
merupakan jaminan kualitas pendidik pendidik yang memberikan
keuntungan bagi peserta didik.
Sama halnya dengan apa yang dilaksanakan oleh Satuan
Pengawasan Internal di SMA Progresif Bumi Shalawat yang menjalankan
tugasnya dalam memonitoring dan mengevaluasi kinerja pendidik guna
menghasilkan jaminan pendidik yang bermutu maka dapat menghasilkan
opini publik yang positif terhadap sekolah. Hal ini menjadikan pihak SMA
9 Permendiknas No 28 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan
Menengah.
10 Uhar Saputra, Konsep Penjaminan Mutu Pendidik an, :http://uharsaputra.wordpress. 2013 di
Progresif Bumi Shalawat mengarahkan dalam mengawasi kinerja pendidik
sehingga dapat memberikan jaminan mutu bagi peserta didik.
F. Keaslian Penelitian
Dari hasil penelusuran kepustakaan, penulis menemukan beberapa hasil
penilitian (skripsi) yang memiliki obyek serupa dengan penulis, namun
memiliki prespektif focus yang berbeda.
Pertama, Skripsi Budi Nurbelia mahasiswa jurusan Kependidikan Islam
UIN Sunan Kalijaga yang membahas tentang “Sistem Pengawasan Internal
Terhadap Proses Pembelajaran di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Sleman
Yogyakarta tahun 2014”. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pelaksanaan
kegiatan pengawasan berjalan dengan baik. Upaya pengawasan menggunakan
teknik supervisi bersifat kelompok dan individual. Dengan adanya pengawasan
internal dalam sekolah dapat melancarkan proses pembelajaran di Madrasah
Aliyah Wahid Hasyim Sleman Yogyakarta.
Kedua, Skripsi Asep Rosidin (2013) “Implementasi Sistem Penjaminan
Mutu pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Bandung”. Hasil
penelitiannya adalah dengan adanya implementasi penjaminan mutu pada
sekolah menengah Atas negeri di kabupaten Bandung dapat meningkatkan
mutu pendidikan dan manajemen mutu pendidikan lebih terarah.
Ketiga, Tesis Siti Baroah (2015) dengan judul Manajemen Mutu
Kebumen dalam Perspektif Total Quality Management”. Hasil penelitian adalah
dengan adanya manajemen mutu yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip
Total Quality Manajemen dapat melakukan perbaikan terus menerus dan
[image:22.612.142.541.220.700.2]memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Tabel 1.1
Daftar Keaslian Penelitian Nama Peneliti,
Tahun dan Judul
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Skripsi Budi Nurbelia
“Sistem Pengawasan Internal
Terhadap Proses Pembelajaran di Madrasah
Aliyah Wahid Hasyim Sleman Yogyakarta”. (2014)
Hasil dari penelitian ini
adalah bahwa
pelaksanaan kegiatan pengawasan berjalan dengan baik. Upaya pengawasan
menggunakan teknik
supervisi bersifat
kelompok dan individual.
Dengan adanya
pengawasan internal dalam sekolah dapat
melancarkan proses
pembelajaran di
Madrasah Aliyah Wahid
Hasyim Sleman
Yogyakarta. Fokus Penelitian pengawasan internal Objek
penelitian dan metode
penelitian
Skripsi Asep Rosidin (2013) “Implementasi Sistem
Penjaminan
Mutu pada
Sekolah
Menengah Atas
Negeri di
Kabupaten Bandung”
Hasil penelitiannya adalah dengan adanya implementasi penjaminan
mutu pada sekolah
menengah Atas negeri di
kabupaten Bandung
dapat meningkatkan
mutu pendidikan dan
manajemen mutu
pendidikan lebih terarah.
Metode penelitian
Tesis Siti Baroah (2015) dengan judul Manajemen Mutu
Pendidikan Di Fakultas
Tarbiyah Institut
Agama Islam
Nahdlatul Ulama
Kebumen dalam Perspektif Total Quality Management”
Hasil penelitian adalah
dengan adanya
manajemen mutu yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip
Total
Quality Manajemen
dapat melakukan
perbaikan terus menerus
dan memberikan
kepuasan kepada
pelanggan.
Mutu pendidikan
Metode dan
variable penelitian
Dari ketiga penelitian terdahulu tersebut tentu memiliki prespektif yang
berbeda dengan judul yang penulis angkat, yaitu Implementasi Satuan Pengawasan Internal dalam Penjaminan Mutu Pendidik di SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika yang dimaksud adalah keseluruhan pembahasan dari isi
penelitian yang akan dipaparkan yang tercakup dalam 5 bab. Untuk lebih
jelasnya penulisan sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini peneliti memaparkan secara singkat tentang beberapa
faktor yang melatarbelakangi pengangkatan judul yang telah dipilih oleh
Penulis mulai dari latar belakang penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, definisi konseptual, dan keaslian penelitian.
BAB II : Kajian Pustaka
Dalam bab ini menjelaskan tentang kajian teori yang dipakai oleh
Penulis sebagai acuan, baik bersumber dari buku ataupun jurnal. Di dalamnya
termuat tinjauan pengawasan internal, komponen pengawasan internal,
penjaminan mutu pendidik dan manajemen sumber daya manusia.
BAB III : Metode Penelitihan
Dalam metode penelitian ini berisi tentang beberapa metode yang
dipakai oleh peneliti dalam memperoleh data. Di dalamnya termuat beberapa
hal mulai dari jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, metode
pengumpulan data, analisis data, dan keabsahan data.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam bab ini dijelaskan tentang hasil penelitihan yang diperoleh oleh
peneliti selama proses penelitian berlangsung. Di dalamnya memuat deskripsi
subjek, hasil penelitian yang terdiri dari deskripsi hasil temuan dan analisis
BAB V : Penutup
Dalam bab ini merupakan bab akhir dalam skripsi. Dalam bab penutup
ini penulis harus membuat simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan serta
memberikan saran kepada lembaga yang diteliti terkait kekurangan atau
A. Tinjauan Pengawasan Internal 1. Pengawasan Internal
a. Pengertian Pengawasan
Kata “Pengawasan” berasal dari kata “awas” berarti “penjagaan”. Istilah
pengawasan dikenal dalam ilmu manajemen dengan ilmu administrasi yaitu
sebagai salah satu unsur dalam kegiatan pengelolaan. George R Terry
berpendapat bahwa istilah “control”sebagaimana dikutip Muchsan, artinya :
“control is to determine what is accomplished, evaluate it, and apply corrective measures,if needed to ensure result in keeping with the plan “(Pengawasan adalah menentukan apa yang telah dicapai, mengevaluasi dan menerapkan tindakan korektif, jika perlu memastikan sesuai dengan rencana) 11
Menurutnya, pengawasan sebagai upaya kontrol birokrasi ataupun
organisasi harus dilaksanakan dengan baik. Karena “apabila tidak dilaksanakan,
cepat atau lambat akan mengakibatkan mati/hancurnyasuatu orgaisasi atau
birokrasi itu sendiri”.
Hal tersebut juga didukung oleh Victor Situmorang dalam bukunya Aspek
Hukum Pengawasan Melekat dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah, yang
mengatakan bahwa : “sebagai salah satu fungsi manajemen, mekanisme
pengawasan suatu organisasi memang mutlak diperlukan. Pelaksanan suatu
11Nizar Ali dan Ibi Syatibi, Manajemen Pendidik an Islam, Ik htiar menata k elembagaan Islam.
rencana dan program tanpa diiringi dengan suatu sistem pengawasan yang
intensif dan berkesinambungan jelas akan mengakibatkan lambatnya, atau
bahkan tidak tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditentukan”.12
Jadi pengawasan penting untuk dilaksanakan, mengingat pengawasan
tersebut dapat mempengaruhi hidup/matinya suatu organisasi atau birokrasi,
dan untuk melihat apakah pelaksanaan pekerjaan telah sesuai dengan rencana,
perintah, tujuan dan kebijaksanaan dalam upaya mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Pengawasan itu sendiri didefinisikan oleh Sujamto dalam bukunya Aspek
– aspek Pengawasan di Indonesia sebagai “segala usaha atau kegiatan untuk
mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas
dan pekerjaan, apakah sesuai dengan semestinya atau tidak”.13
Pendapat tersebut dikuatkan oleh peryataan Sondang P. Siagian dalam
bukunya Filsafat Administrasi, yang menyatakan bahwa pengawasan adalah
“Proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh organisasi untuk menjamin
agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan”. 14
Pengawasan diharapkan untuk menyediakan hanya keyakinan yang
12Situmorang, Aspek Huk um Pengawasan Melek at dalam Lingk ungan Aparatur Pemerintah,
(Bandung : Rineka Cipta, 1994), hal 8.
13Sujamto, Aspek - Aspek Pengawasan di Indonesia, (Bandung : Rineka Cipta, 1987), hal 53. 14Sondang P Siagian, Filsafat Administrasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1984), hal 135.
suatu entitas karena keterbatasan yang melekat dalam semua sistem
pengawasan internal dan perlunya mempertimbangkan biaya dan manfaat relatif
dari pengadaan pengawasan.
Berdasarkan pendapat – pendapat di atas, maka secara singkat inti dari
pengawasan adalah usaha untuk menjamin agar pelaksanaan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Pengawasan dalam
ruang lingkupnya dibedakan menjadi dua : pengawasan internal (Internal
Control) dan pengawasan eksternal (Eksternal Control).
b. Pengertian dan Tujuan Pengawasan Internal
Pengertian pengawasan internal dalam arti luas dapat dibagi dua yaitu
pengawasan administratif dan pengawasan akuntansi. Pengawasan internal yang
baik merupakan alat yang dapat membantu pimpinan lembaga pendidikan
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Melalui pengawasan internal yang
efektif, pimpinan lembaga pendidikan juga dapat menilai apakah kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan telah dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan
lembaga pendidikan dapat tercapai.
Jenis pengawasan menurut ruang lingkupnya dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu “pengawasan dari dalam (Internal Control) dan pengawasan dari luar
(Eksternal Control)15. Pengawasan dari dalam (Internal Control) berarti “
pengawasan yag dilakukan oleh aparat/unit Pengawasan yang terbentuk
didalam organisasi itu sendiri. Aparat/Unit Pengawasan ini bertindak atas nama
Pimpinan Organisasi yang bertugas mengumpulkan segala data dan informasi
yang diperlukan untuk menilai kemajuan dan kemunduran dalam pelaksanaan
oganisasi.
Menurut Mulyadi menyatakan bahwa : Pengawasan internal meliputi
struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk
menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data
akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan
manajemen.16Dari defenisi pengawasan intern terdapat beberapa konsep dasar
yaitu :
a) Pengawasan internal merupakan proses.
Pengawasan internal merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan
tertentu. Pengawasan internal itu sendiri bukan merupakan suatu tujuan.
Pengawasan internal merupakan suatu rangkaian tindakan yang bersifat
pervasif dan menjadi bagian tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai
tambahan, dari infrastruktur entitas.
b) Pengawasan intern dijalankan oleh orang.
Pengawasan intern bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan
formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi yang
mencakup dewan komisaris, manajemen dan personel lain.
c) Pengawasan internal ditujukan untuk mencapai tujuan yang
saling berkaitan: pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 2011 pasal 1,
pengawasan internal adalah seluruh proses kegiatan audit, review, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan
fungsi organisasi yang bertujuan untuk mengendalikan kegiatan, mengamankan
harta dan aset, terselenggaranya laporan keuangan yang baik, meningkatkan
efektivitas dan efisiensi,dan mendeteksi secara dini terjadinya penyimpangan
dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.17
Dari defenisi – defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengawasan
internal dalam suatu lembaga pendidikan merupakan fungsi staf yang
melakukan penilaian secara bebas atau tidak memihak dalam suatu organisasi
untuk memeriksa dan mengevaluasi seluruh aktivitas dan melaporkan hasil
pekerjaannya tersebut kepada manajemen sebagai suatu jasa pelayanan, dan
bertanggung jawab penuh kepada manajemen.
Satuan Pengawasan Internal merupakan unit organisasi yang dibentuk
untuk membantu manajemen melakukan pengawasan, pengendalian yang
independen serta mamberikan saran-saran dan perbaikan untuk meningkatkan
mutu lembaga. Usaha untuk menjamin pelaksanaan tujuan sangatlah penting
untuk menghindari kesalahan - kesalahan dan kecurangan informasi yang
menyebabkan kerugian bagi pihak lembaga .
Menurut Mulyadi, menyatakan bahwa adanya tujuan Sistem Pengawasan
Internal menurut defenisi tersebut adalah :18 Menjaga kekayaan organisasi,
Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, Mendorong efisiensi dan
Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Pengawasan internal bertujuan menilai sistem pengendalian manajemen,
efisien dan efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta kepatuha
terhadap peraturan perundang-undangan dalam rangka perbaikan dan atau
peningkatan kinerja Itjen Depdagri. Seluruh kegiatan pengawasan internal harus
merupakan upaya yang komprehensif dalam membangun sistem pengendalian
intern pemerintah melalui pembangunan budaya dan etika manajemen yang
baik, analisis dan pengelolaan resiko.
Menurut Mulyadi, menyatakan bahwa tujuannya pengawasan internal
dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu : 19
1. Pengawasan intern akuntansi (Intern Accounting Control) Merupakan
bagian dari sistem pengawasan intern, meliputi struktur organisasi,
metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga
kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data
akuntansi. Pengawasan intern akuntansi yang baik akan menjamin
keamanan kekayaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam
perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat
dipercaya.
2. Pengawasan internal administrasi (Intern Administrative Control)
Meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya
kebijakan manajemen.
Pengawasan secara administrasi di atas menunjukkan bahwa pengawasan
tersebut berhubungan dengan proses peningkatan kinerja mutu pendidik. Mulai
dari meningkatkan keefektifan implementasi kurikulum secara efektif dan
efisien terhadap kemajuan peserta didik dan generasi mendatang, meningkatan
keefektifan dan keefisienan sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan
dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan
siswa. meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam
mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal untuk kemudian peserta
didik dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yag diharapkan.20
Sedangkan pengawasan intern akuntansi meliputi rencana organisasi dan
prosedur-prosedur serta catatan-catatan yang berhubungan dengan pengamanan
harta/aktiva dan menghasilkan catatan/ laporan keuangan yang andal. Dari
ragam tujuan pengawasan internal menurut para ahli, dapat disimpulkan
bahwasanya tujuan adanya pengawasan internal dalam lembaga pendidikan
adalah mengembangkan iklim yang kondusif dan lebih baik dalam
meningkatkan mutu pendidikan, pembinaan dan peningkatan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.21 Menurut Handoko,
indikator- indikator pengawasan yaitu:22
1. Pengamatan
Pengamatan adalah aktifitas yang dilakukan makhluk cerdas, terhadap
suatu proses atau object dengan maksud merasakan dan kemudian
memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan
dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan
informasi- informasi yag dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.
2. Inpeksi teratur dan langsung
Inpeksi teratur dan langsung merupakan salah satu alat control
manajemen yang bersifat klasik tetapi masih sangat relevan dan secara
luas sudah banyak diterapka dalam upaya menemukan masalah yang
dihadapi dilapangan termasuk uuntuk memperkirakan besarnya resiko.
3. Pelaporan lisan dan tertulis
Suatu bentuk penyampaian berita, keterangan, pemberitahuan ataupun
pertanggungjawaban baik secara lisan maupun tertulis dari bawahan
kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang dan tanggungjawab
yang ada diantara mereka
21 E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sek olah. (Jakarta: Bumi aksara, 2012),
hal 242.
4. Evaluasi pelaksanaan
Suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan dan menentukan kualitas
(nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan da kriteria tertentu
dalam rangka pembuatan keputusan.
5. Diskusi antara manajer dan bawahan
Pertukaran pendapat dan gagasan dalam bentuk lisan untuk mencari
sebuah solusi dari sebuah masalah dan mendapat kesepahaman antara
atasan dan bawahan.
c. Fungsi dan Tugas Pengawasan Internal
Fungsi pengawasan dalam membantu manajemen meliputi tiga hal, yaitu:
(1) meningkatkan kinerja organisasi, (2) memberikan opini atas kinerja
organisasi dan (3) mengarahkan manajemen untuk melakukan koreksi atas
masalah pencapaian kinerja yang ada. Fungsi ini dilakukan dengan cara
memberikan informasi yang dibutuhkan manajemen secara cepat dan
memberikan nilai tambah bagi peningkatan kinerja penyelenggara, baik secara
internal maupun eksternal. 23
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomer 47 Tahun 2011 Pasal 4 tentang Satuan Pengawasan Intern di
23Agustinus Widanarto, Pengawasan Internal, Pengawasan Ek sternal dan Kinerja Pemerintah.
Lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional bahwasannya fungsi
Pengawasan Internal adalah
1) Penyusunan Program Pengawasan
2) Pengawasan kebijakan dan program
3) Pengawasan pengelolaan kepegawaian, keuangan, barang milik negara
4) Pendampingan dan review laporan keuangan
5) Pemberian saran dan rekomendasi
6) Penyusunan laporan pengawasan
7) Pelaksanaan evaluasi hasil pengawasan
Berdasarkan keterangan diats, dapat disimpulkan bahwa fungsi
pengawasan adalah untuk menilai setiap unit-unit dalam melakukan
kebijaksanaan dan prosedur yang menjadi tanggung jawab masing – masing,
untuk menilai apakah pengendalian manajemen sudah cukup memadai dan
dilaksanakan secara efektif, untuk meneliti apakah kegiatan sudah terlaksana
secara efektif yaitu mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, meneliti
apakah kegiatan sudah dilaksanakan secara efesien.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomer 47 Tahun 2011 Pasal 3 tentang Satuan Pengawasan Intern di
Lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional bahwasannya tugas Satuan
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dilingkungan unit kerja.
24Tugas dan tanggung jawab satuan pengawasan internal yakni
1) Menyusun dan melakasanakan rencana audit internal tahunan
2) Memastikan atau mengevaluasi pelaksanaan pengendalian internal
3) Melakukan evaluasi dan validitasi terhadap sistem
Dalam pelaksnaan pengawasan internal pasti terdapat kendala yang
ditemui oleh Satuan Pengawasan Internal sesuai dengan pernyataan T.Hani
Handoko25 bahwa ada 5 (lima) kendala dalam melakukan penilaian kinerja,
yaitu:
1. Halo Effect
Kendala ini muncul ketika orang yang menilai memiliki hubungan
dengan karyawan yang dinilai, menurut Handoko faktor tersebut akan
mempengaruhi objektifitas atau berpotensi menimbulkan bias.
2. Kesalahan Kecenderungan Terpusat
Penilai terkadang tidak merasa nyaman memberikan penilaian yang
terlalu baik atau terlalu buruk sehingga hanya memberikan penilian
rata-rata.
24Permendiknas No 47 Tahun 2011 tentang Satuan Pengawasan Internal. 25
3. Bias Terlalu Lunak dan Terlalu Keras.
Bila standar penilaian prestasi tidak jelas maka akan muncul
kecenderungan penilai memberikan penilaian yang terlalu lunak maupun
penilaian yang terlalu ketat.
4. Prasangka Pribadi.
Faktor-faktor yang membentuk prasangka pribadi terhadap seorang atau
kelompok bisa mengubah penilaian. Sebab-sebab prasangka pribadi lain
yang mempengaruhi penilaian mencakup faktor senioritas, kesukuan,
agama, kesamaan kelompok dan status sosial.
5. Pengaruh Kesan Terakhir.
Kesan terakhir terkadang memberikan pengaruh yang domonan dalam
proses penilaian. Bila suatu pekerjaan atau tugas berakhir maka penilaian
akan baik pula namun jika berakhir buruk maka keseluruhan penilain
akan menjadi buruk..
Hasil akhir dari suatu pengawasan internal adalah berupa laporan yang
ditujukan kepada pimpinan organisasi. Laporan dari bagian pengawasan internal
merupakan suatu alat komunikasi yang didalamnya terdapat tujuan yang
dimulai dari penugasan, luas pemeriksaan, batasan yang dibuat dan juga saran
atau rekomendasi kepada pimpinan organisasi. Di samping itu laporan menjadi
penting karena dapat dijadikan referensi berharga mengenai pekerjaan
Temuan audit yang disampaikan dengan baik dalam laporan pengawasan
internal akan memberitahukan manajemen mengenai kelemahan dalam
pengendalian intern yang bila dibiarkan dapat menimbulkan terjadinya
kecurangan yang merugikan perusahaan. Selain itu rekomendasi yang
disampaikan pengawasan internal akan membantu manajemen dalam
mengambil tindakan-tindakan perbaikan sehingga kemungkinan terjadinya
kecurangan dan kesalahan bisa diperkecil.
2. Komponen Pengawasan Internal a. Unsur – Unsur Pengawasan Internal
Menurut Guy26 Mengidentifikasikan Lima komponen pengawasan
internal yang saling berhubungan sebagai berikut:
1) Lingkungan pengendalian (Control Environment)
Menentukan kualitas entitas dengan mempengaruhi kesadaran akan
pengendalian dari orang-orang disekitarnya. Lingkungan pengendalian
merefleksikan keseluruhan sikap, kesadaran, dan tindakan dewan direksi,
manajemen, karyawan serta pihak-pihak lainnya mengenai pentingnya
pengendalian tersebut dan penekanan yang diberikannya dalam sebuah
entitas.
26 M Guy, et al. Penerjemah: Sugiyarto, Auditing Jilid I Edisi 5 (Jakarta: Erlangga, 2002), hal
2) Penilaian resiko (risk assessment)
Semua entitas besar atau kecil, berorientasi pada laba maupun nirlaba,
jasa atau manufaktur akan menghadapi resiko. Banyak dari resiko-resiko
tersebut, jika tidak diantisipasi, dapat menyebabkan salah saji dalam
laporan keuangan entitas.
3) Aktivitas pengendalian (Control Activities)
Kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh manajemen untuk
mengantisipasi resiko yang dapat menghalangi entitas mencapai
tujuannya.
4) Informasi dan komunikasi (Information and Communication)
Komponen ini terdiri dari sistem informasi yang digunakan untuk
menghasilkan informasi keuangan dan bagaimana mengkomunikasikan
informasi tersebut. Sistem informasi pelaporan keuangan yang mencakup
sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang ditetapkan untuk
mengidentifikasi, menyatakan, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat
dan melaporkan transaksi entitas serta untuk mempertahankan
akuntabilitas aktiva dan kewajiban yang berkaitan.
5) Pemantauan (Monitoring)
Proses penilaian kualitas kinerja pengendalian internal dari waktu ke
waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi
dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus,
evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya.
Struktur pengawasan internal harus dirancang sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Oleh sebab itu dibutuhkan penelitian terhadap seluruh aspek pendidikan untuk
menghindari rendahnya mutu dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.
Menurut Mulyadi, menyatakan bahwa unsur pokok pengawasan internal terdiri
dari :
1) Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara
tegas
2) Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan
biaya
3) Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi
4) Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.27
Dari empat unsur pokok pengawasan internal, unsur mutu karyawan atau
dalam pendidikan disebut dengan pendidik merupakan unsur sistem
pengawasan internal yang paling penting. Jika lembaga pendidikan mempunyai
pendidik yang kompeten dan jujur, unsur pengawasan internal lainnya dapat
dikurangi sampai batas minimum dan lembaga pendidikan tetap mampu
menghasilkan mutu yang tinggi. Sebaliknya, meskipun tiga unsur sistem
pengawasan internal yang lain cukup kuat, namun jika dilaksanakan oleh
pendidik yang tidak kompeten dan tidak jujur maka empat tujuan sistem
pengawasan internal tidak akan tercapai.
B. Tinjauan Penjaminan Mutu Pendidik 1. Penjaminan Mutu
a. Pengertian Penjaminan Mutu
Istilah mutu berasal dari bahasa Indonesia. Sedangkan dalam bahasa
Inggris mutu adalah quality (kualitas), dalam pengertian umum mutu
mengandung makna derajat keunggulan suatu produk atau hasil kerja, baik
berupa barang maupun jasa. barang dan jasa pendidikan itu bermakna dapat
dilihat dan tidak dapat dilihat tetapi dapat dirasakan.28
Mutu dalam percakapan sehari-hari sebagian besar dipahami sebagai
sesuatu yang absolut, misalnya sekolah yang mahal dan mewah. Sebagai
sesuatu konsep yang absolut, mutu sama halnya dengan sifat baik, cantik, dan
benar. sesuatu yang bermutu merupakan bagian standar yang sangat tinggi yang
tidak dapat diungguli.29
28Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sek olah: Dari Unit Birok rasi k e Lembaga Ak ademik
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 53.
Mutu dalam konteks pendidik sangat penting, karena berkaitan dengan
lembaga. Sekolah dapat dikatakan bermutu ketika dapat memenuhi beberapa
indikator, yakni :
1. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib
2. Sekolah memiliki tujuan dan target mutu yang ingin dicapai,
3. Sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat
4. Adanya pengembangan staff sekolah yang terus menerus sesuai dengan
tuntutan iptek dan adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus
terhadap berbagai aspek akademik dan administratif serta pemanfaatan
hasilnya untuk penyempurnaan atau perbaikan mutu pendidikan.30
Menurut Sallis terdapat tiga gagasan lain tentang mutu antara lain:
1. Kontrol Mutu (quality control)
Kontrol mutu adalah deteksi dan eliminasi produk produk gagal yang
tidak memenuhi standar dalam dunia pendidikan dilakukan dengan cara
ujian tengah semester, ujian semester, ujian kenaikan kelas dan ujian
nasional. Ujian yang dilaksanakan pada dunia pendidikan bertujuan untuk
memeriksa apakah standar yang telah ditetapkan telah dipenuhi atau
belum.
2. Jaminan Mutu (quality asurance)
Jaminan mutu didesain sedemikian rupa untuk menjamin bahwa produksi
yang dihasilkan adalah produk yang memenuhi standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, sehingga ada perbedaan antara jaminan mutu
dengan kontrol mutu, kalau kontrol mutu kegiatannya hanya dilaksanakan
pada akhir kegiatan sedangkan jaminan mutu adalah sebuah kegiatan
yang dilaksanakan dengan tujuan mencegah produk gagal atau
menciptakan produk tanpa cacat (zero defetcts).
3. Mutu Terpadu ( Total Quality).
TQM (Total Quality Manajemen) adalah pengembangan dari jaminan
mutu. TQM adalah sebuah usaha menciptakan sebuah budaya mutu, yang
mendorong semua stafnya untuk dapat memuaskan para pelanggannya
karena dalam konsep TQM pelanggan adalah raja.31
Memperoleh mutu yang baik langkah paling mendasar adalah
pemeriksaan (inspeksi) mutu, dengan cara mendeteksi kegagalan sebuah produk
dalam dunia pendidikan dikenal dengan ujian kenaikan kelas, pada tahapan ini
hanya melakukan pengontrolan atau penilaian layak atau tidak untuk naik kelas,
tahapan yang lebih baik adalah memperbaiki proses pembelajaran untuk
mencegah atau mengurangi kegagalan produk dalam dunia pendidikan dapat
diterapkan dengan cara memperbaiki proses pembelajaran dengan tujuan
menjamin mutu yang dihasilkan adalah baik, dan tahapan paling baik adalah
berbaikan terus-menerus (budaya mutu).
Dalam penelitian ini mengkaji terkait penjaminan mutu pendidik dalam
suatu sekolah. Pendidik sendiri merupakan SDM yang penting dan dibutuhkan
dalam memberikan jaminan mutu pendidikan terhadap anak didik sehingga
perlu adanya manajemen Sumber daya manusia yang harus dikelola dengan
baik oleh pihak sekolah.
b. Tujuan Penjaminan Mutu
Menurut Fattah (2013:12) menyatakan penjaminan mutu (quality
assurance) adalah istilah umum yang digunakan sebagai kata lain untuk semua
bentuk kegiatan monitoring, evaluasi atau kajian (review) mutu. Kegiatan
penjaminan mutu tertuju pada proses untuk membangun kepercayaan dengan
cara melakukan pemenuhan persyaratan atau standar minimum pada komponen
input, komponen proses, dan komponen produk sesuai dengan yang diharapkan
oleh stakeholders.32
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka tujuan dari adanya
penjaminan mutu adalah sebagai berikut:
1. Tersedianya dokumen mutu yang memadai;
2. Terlaksananya siklus penjaminan mutu internal secara periodik dan
berkelanjutan;
3. Terlaksananya sistim monitoring, evaluasi dan audit internal dan
eksternal;
4. Meningkatnya kinerja pendidik
32 Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidik an. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
5. Meningkatnya kinerja unit kerja non akademik;
6. Terwujudnya kesadaran dan tanggungjawab stakeholders dalam
berperilaku organisasi untuk menuju budaya mutu.
Dari definisi – definisi diatas, dapat disimpulkan bahwasannya
penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistematis yang terpadu oleh
satuan pendidikan untuk memastikan bahwa seluruh proses penyelenggaraan
pendidikan telah sesuai dengan standar mutu.
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah bertujuan
untuk menjamin pemenuhan standar pada satuan pendidikan secara sistemik,
holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang budaya mutu
pada satuan pendidikan secara mandiri33.
Sedangkan tujuan antara yang hendak dicapai melalui sistem penjaminan
mutu pendidik ini adalah terbangunnya Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan,
meliputi:
a. Terbangunnya budaya mutu pendidikan formal, nonfomal, dan/atau
informal
b. Pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan proporsional
dalam penjaminan mutu pendidikan formal dan/atau nonformal pada
satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program
33Permendiknas No 28 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan
pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi, dan
pemerintah
c. Ditetapkan secara nasional acuan mutu dalam penjaminan mutu
pendidikan formal dan/atau nonformal
d. Terpetakannya secara nasional mutu pendidikan formal dan nonformal
yang dirinci menurut provinsi, kabupaten atau kota, dan satuan atau
program pendidikan
e. Terbangunnya sistem informasi mutu pendidikan formal dan
nonformal berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang andal,
terpadu, dan tersambung yang menghubungkan satuan atau program
pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan,
pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi, dan
pemerintah.34
Tujuan akhir penjaminan mutu pendidik adalah tingginya intregritas
dan profesionalitas pendidik dalam mencerdaskan anak bangsa sebagaimana
dicita-citakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 dicapai melalui penerapan SPMP.
c. Mekanisme Penjaminan Mutu
Substansi utama sistem penjaminan mutu pendidikan dilaksankan dengan
pendekatan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action) pada proses
penyelenggaraan pendidikan.
1) Perencanaan mutu (Plan)
Plan, adanya perencanaan berkaitan dengan perencanaan mutu, meliputi
penetapan kebijakan mutu, penetapan tujuan mutu beserta indikator
pencapaiannya, serta penetapan prosedur untuk pencapaian tujuan mutu.
2) Pelaksanaan (Do)
Do, adanya pelaksanaan dari apa yang sudah direncanakan, maka untuk
penjaminan mutu pendidikan, seluruh proses pendidikan termasuk
pelayanan administrasi pendidikan dilaksanakan sesuai dengan SOP yang
telah ditentukan.
3) Evaluasi (Check)
Check, adanya monitoring, pemeriksaan, pengukuran dan evaluasi
terhadap pelaksanaan dan hasil pelaksanaan termasuk audit mutu internal.
4) Action
Adanya tindak lanjut dan perbaikan dari hasil evaluasi, menyusun
rencana, perbaikan dan menyusun laporan pelaksanaan program
pendidikan.35
35 Sugeng Listyo, Prabowo, 2009, Implementasi Sistem Manajemen Mutu (ISO:9001:2008)di
2. Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang sangat penting untuk
setiap usaha, begitu pula untuk pemerintahan agar dapat menjalankan fungsinya
sebenar-benarnya. Banyak defenisi yang dapat digunakan untuk
mendefenisikan sumber daya manusia. Menurut Sayuti Hasibuan, Sumber Daya
Manusia adalah semua manusia yang terlibat dalam suatu organisasi dalam
mengupayakan tujuan organisasi tersebut.36
”Sumber daya manusia harus didefinisikan bukan dengan apa yang
sumber daya manusia lakukan, tetapi apa yang sumber daya manusia hasilkan”,
sebagaimana yang dikemukakan oleh David Ulrich.37 Maka dari itu, Sumber
Daya Manusia merupakan faktor yang penting bagi setiap usaha. Sumber daya
manusia yang berkualitas akan menentukan kejayaan atau kegagalan dalam
persaingan.38 Jadi yang dimaksud dengan Sumber Daya Manusia adalah semua
orang yang terlibat bekerja untuk mencapai tujuan masing – masing.
Manajemen sumber daya manusia merupakan pengelolaan orang didalam
organisasi secara optimal agar kinerja organisasi pun seperti yang diharapkan.
Ada beberapa definisi yang dapat digunakan untuk mendefinisikan manajemen
sumber daya manusia. Menurut Stoner “Manajemen Sumber Daya Manusia
adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu
36
Sayuti Hasibuan, Manajemen SDM, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), hal3.
37
Mathis dan Jackson, Manajemen SDM, (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), hal 4.
38
organisasi atau perusahaan dengan orang – orang yang tepat untuk ditempatkan
pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya”.39
Menurut Handoko: Manajemen Sumber Daya Manusia adalah penarikan,
seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia
untuk mencapai tujuan, baik tujuan individu maupun tujuan organisasi.40 Untuk
itu manajemen sumber daya manusia perlu dikelola secara profesional dan baik
agar dapat terwujudnya kesinambungan antara kebutuhan pegawai dengan
tuntutan perkembangan teknologi dan lingkungan serta kemampuan organisasi.
Keseimbangan tersebut merupakan kunci utama suatu organisasi agar dapat
berkembang secara produktif dan wajar.
Dari pengertian – pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
adanya manajemen sumber daya manusia dapat menghasilkan penjaminan mutu
pendidik sehingga mempengaruhi mekanisme sistem penjaminan mutu
pendidikan dalam suatu sekolah. Hal ini dikarenakan manajemen sumber daya
manusia dalam penjaminan mutu pendidik ini merupakan suatu gerakan
pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber daya yang
potensial dan perlu dikembangkan sehingga mampu memberikan dampak yang
optimal terhadap kinerja organisasi. Dalam pendidikan, Proses sumber daya
manusia yang akan dibahas dalam hal ini, menekankan pada:
39Malayu Hasibuan, Manajemen SDM, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), hal20. 40
a) Perencanaan Sumber Daya Manusia
Perencanaan sumber daya manusia merupakan proses dimana manajer
menjamin bahwa organisasi memiliki jumlah dan jenis tenaga kerja yang
tepat, dan pada saat yang tepat, yang memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan tugas – tugas yang akan menolong organisasi tersebut
mencapai sasaran secara keseluruhan secara efektif dan efisien. Semua
manajer harus memastikan bahwa semua pekerjaan dalam area tanggung
jawab mereka selalu diisi dengan orang – orang yang berkemampuan
yang dapat melakukannya secara tepat.
Menurut Hasibuan, perencanaan Sumber Daya Manusia adalah
merencanaka tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan secara
efektif dan efesien dalam membantu suatu tujuan. Sedangkan Menurut
Dessler mendefinisikan perencanaan pekerjaan sebagai proses
memformulasi rencana – rencana untuk mengisi lowongan masa depan
berdasarkan pada suatu analisis dari posisi yang diharapkan yang dapat
diisi oleh calon yang berasal dari dalam ataupun luar organisasi.
Ada tiga macam tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan SDM,
yaitu :41
1) Menjamin adanya jumlah dan kualitas SDM sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan
41
2) Dapat meningkatkan pendayagunaan SDM
3) Meningkatkan SDM dan memberikan kepuasan kerja.
Jadi perencanaan Sumber Daya Manusia adalah proses
menetapkan estimasi atau perkiraan untuk memperoleh sumber daya
manusia agar sesuai dengan kebutuhan setiap lembaga sekarang dan
perkembanga masa depan.
b) Perekrutan Sumber Daya Manusia
Penarikan (recruitment) SDM merupakan suatu proses atau tindakan
yang dilakukan oleh organisasi untuk mendapatkan tambahan pegawai
melalui beberapa tahapan yang mencakup identifikasi dan evaluasi
sumber – sumber penarikan tenaga kerja, menentukan kebutuhan tenaga
yang diperlukan, proses seleksi, penempatan, dan orientasi tenaga kerja.
Menurut Edwin B Flippo mendefinisikan penarikan sebagai proses
pencarian dan pemikatan pada calon pegawai yang mampu bekerja dalam
organisasi.42 Jadi yang dimaksud dengan perekrutmen adalah usaha
mencari dan menarik tenaga kerja agar melamar lowongan kerja yang ada
pada suatu lembaga pendidikan.
42Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: Rineka Cipta 1992),
Agar hasil dari perekrutan dapat dikatakan berhasil atau efektif, maka
terdapat empat indikator untuk menunjukkan efektifitas dari perekrutan
SDM, yaitu :
a) Jumlah (kuantitas) pelamar mencukup
b) Kualitas pelamar menunjukkan persyaratan yang dibutuhkan
c) Biaya per pelamar yang direkrut
d) Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi jabatan yang kosong.43
c) Penyeleksian Sumber Daya Manusia
Seleksi adalah suatu proses untuk memilih individu yang memiliki
kualifikasi sesuai dengan persyaratan untuk mengisi jabatan didalam
organisasi. Proses seleksi bertujuan untuk menyesuaikan antara
kemampuan dan ketrampilan sumber daya manusia yang tertulis dalam
lamaran kerja dan apa yang dibutuhkan organisasi. Proses seleksi yang
baik akan memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan
sebuah organisasi.
Menurut Hasibuan, seleksi adalah suatu kegiatan pemilihan dan
penentuan pelamar yang diterima atau ditolak untuk menjadi karyawaan
perusahaan.44 Jadi yang dimaksud dengan penyeleksian adalah proses
43Winardi, Manajemen Perilak u Organisasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004),
hal 136.
menilai dan memilih karyawan yang qualified diantara calon –calon yang
melamar.
d) Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Istilah pelatihan (training) mengacu pada serangkaian kegiatan yang
memberikan peluang untuk mendapatkan dan meningkatkan keterampilan
yang berkaitan dengan pekerjaan. Program pelatihan diberikan kepada
karyawan yang baru maupun karyawan yang telah ada, tujuannya adalah
untuk menghadapi situasi – situasi yang berubah. Sementara itu program
pengembangan (development) dimaksudkan untuk mengembangkan
keterampilan untuk pekerjaan masa depan. Menurut Siagian, Proses dan
langah – langkah pelatihan sebagai berikut:45
1) Penentuan Kebutuhan
2) Penentuan Sasaran
3) Penetapan isi program
4) Identifikasi prinsip-prinsip belajar
5) Pelaksanaan program
6) Identifikasi manfaat
7) Penilaian pelaksanaan program
45
Pendidikan dan Pelatihan merupakan upaya untuk pengembangan
SDM, terutama untuk pengembangan kemampuan intelektual dan
kepribadian. Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan
mempersiapkan calon tenaga yang digunakan oleh suatu organisasi,
sedangkan pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau
ketrampilan pekerja yang sudah menduduki suatu jabatan atau tugas
tertentu. Untuk pendidikan dan pelatihan ini, langkah awalnya perlu
dilakukan analisis kebutuhan atau need assessment, yang menyangkut
tiga aspek, yaitu : analisis organisasi, analisis pekerjaan, dan analisis
pribadi.46
Metode penelitian adalah suatu cara untuk mendapatkan data dalam
suatu penulisan, dengan kata lain dapat dikatakan suatu cara yang digunakan
untuk memecahkan suatu masalah. Dalam penulisan skripsi ini guna
memperoleh data dan informasi yang objektif dibutuhkan data-data dan
informasi yang faktual dan relevan.
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan jenisnya, penilitian ini menggunakan penelitian
berdasarkan metode analisis, yaitu terkategori sebagai penelitian kualitatif.
Metode penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan Bogdan dan
Taylor47 sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Menurut Sugiyono bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafatost positivism yang biasanya
digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah dimana peneliti
berperan sebagai instrument kunci.
Adapun dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan studi kasus, yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif,
terperinci, dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala-gejala
tertentu.48
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu
pendekatan yang digunakan untuk mendeskripsikan, menggambarkan atau
melukiskan secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta serta sifat
hubungan antara fenomena yang diselidiki.49
Jenis penelitian ini termasuk
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, karena penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang
orang dan perilaku yang diamati, dengan berpedoman pada butir-butir
pertanyaan dalam wawancara di lapangan. Data tersebut mungkin berasal dari
naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan
atau memo, dan dokumen resmi lainnya.
Setelah data terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk kata-kata atau
kalimat yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Pada laporan demikian,
peneliti menganalisis data y