• Tidak ada hasil yang ditemukan

upload dokumen RPJM BAB II Draft

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "upload dokumen RPJM BAB II Draft"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Kondisi Goegrafis A. Letak Geografis

Kabupaten Maros secara geografis terletak di bagian Selatan Provinsi

Sulawesi Selatan yaitu pada 40°45’ hingga 50°07’ Lintang Selatan, dan 109°20’ hingga 129°12’ Bujur Timur. Luas Kabupaten Maros adalah 1.619,12 km2 atau 2.3 persen dari luas Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.

Dengan batas-batas, yaitu :

- Sebelah utara adalah Kabupaten Pangkep - Sebelah Selatan adalah Kota Makassar - Sebelah Timur adalah Kabupaten Bone - Sebelah Barat adalah Selat Makassar

Secara administratif, Kabupaten Maros terdiri atas 14 Kecamatan, 80 desa dan 23 kelurahan. Pembagian wilayah menurut kecamatan, ibukota kecamatan dan jumlah desa / kelurahan adalah sebagai berikut :

Tabel 1.

Luas Wilayah Menurut Kecamatan Tahun 2010

No Kecamatan Ibukota Kecamatan

(2)

Hasanuddin terletak di Kabupaten Maros, yang merupakan bandar udara terbesar di kawasan timur Indonesia. Letak Kabupaten Maros yang berdekatan dengan Kota Makassar merupakan potensi bagi pengembangan berbagai kegiatan produksi dan ekonomi di Kabupaten Maros.

B. Topografi

Kondisi topografi kabupaten Maros sangat bervariasi mulai dari wilayah yang datar sampai bergunung-gunung. Hampir di semua wilayah Kabupaten Maros terdapat daerah dataran dengan luas keseluruhan sekitar 70.882 Ha atau sebesar 43.8 persen dari total wilayah Kabupaten Maros, sedangkan daerah yang mempunyai kemiringan lereng diatas 40 persen atau wilayah yang bergunung-gunung mempunyai luas 49.869 Ha atau sebesar 30,8 persen dari luas wilayah Kabupaten Maros.

C. Hidrologi

Keadaan hidrologi di Kabupaten Maros dapat diamati dengan adanya air tanah yang bersumber dari air hujan yang sebagian mengalir di permukaan (

run

off

) dan sebagian lagi meresap ke bumi dan sampai ke tempat–tempat yang dangkal, serta sebagian lagi mencapai tempat-tempat yang dalam, di mana sering dikategorikan sebagai air tanah tertekan yang dapat diperoleh dari pengeboran dengan kedalaman 75-100 meter.

Pada umumnya jenis air permukaan yang terdapat di Kabupaten Maros berasal dari sungai-sungai yang mengalir di wilayah tersebut, yaitu sungai Maros, Parangpakku, Marusu, Pute, Borongkaluku, Batu Pute, Bantimurung, Marana, Cambaya, Pattunuang-Asue, Bontotangnga dan Sabantang, Leko Pancing, pattene. Untuk Jenis air ini sebagian besar dipergunakan untuk keperluan pertanian, sedangkan untuk air tanah dangkal dapat diperoleh dari sumur gali dengan kedalaman sekitar 10 – 15 meter dengan kualitas airnya cukup memenuhi syarat-syarat kesehatan. Untuk jenis air sumur ini dipergunakan oleh sebagian besar masyarakat sebagai sumber air untuk keperluan rumah tangga.

D. Klimatologi

Kabupaten Maros termasuk daerah yang beriklim tropis, karena letaknya yang dekat dengan khatulistiwa dengan kelembaban berkisar antara 60 – 82 %, curah hujan bulanan rata-rata 347 mm/thn dengan rata-rata hari hujan sekitar 16 hari. Temperatur udara rata-rata 29°C. Kecepatan angin rata-rata 2–3 knot/jam.

(3)

a. Musim hujan pada periode bulan Oktober sampai Maret b. Musim kemarau pada periode bulan April sampai September

Menurut Oldement, tipe iklim di Kabupaten Maros adalah tipe C2 yaitu bulan basah (200 mm) selama 2–3 bulan berturut-turut dan bulan kering (100 mm) selama 2 – 3 bulan berturut-turut. Beberapa desa di Kecamatan Camba dan Mallawa yang berbatasan dengan Kabupaten Bone mempunyai iklim seperti daerah bagian Timur Sulawesi Selatan yakni musim hujan dari periode bulan April sampai September dan Oktober sampai Maret musim kemarau.

E. Geologi

Klasifikasi batuan di wilayah Kabupaten Maros terbagi dalam empat kelompok besar, yaitu (1) batuan permukaan dengan luas keseluruhan 55.359 Ha yang terdapat hampir di seluruh kecamatan kecuali kecamatan Mallawa (2) batuan sedimen dengan luas 66.195 Ha yang penyebarannya juga hampir terdapat di seluruh kecamatan kecuali di Kecamatan Bontoa; (3) batuan gunung api yang tersebar di Kecamatan Tanralili, Camba, Mallawa dan Bantimurung dengan luas 32.008 Ha, dan (4) batuan terobosan dengan luas 8.312 Ha yang terdapat hampir di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Maros Baru dan Bontoa.

F. Jenis Tanah

(4)

G. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan merupakan manivestasi dari aktivitas penduduk, karena itu pola penggunaan tanah adalah salah satu refleksi dari bentuk hubungan antara penduduk dengan lingkungannya. Intensitas penggunaan lahan merupakan pencerminan potensi wilayah yang bersangkutan. Adapun rincian penggunaan lahan tahun 2010 sebagai berikut: permukiman 5.143 Ha, pertanian lahan kering 22.489 Ha, sawah 25.919 Ha, perkebunan 13.968 Ha, perikanan 6.569 Ha, areal hutan 77.002 Ha, tanah kritis 762 Ha, padang rumput 1.708 Ha, industri 21 Ha, pertambangan terbuka 64 Ha, lainnya 8.087 Ha dengan jumlah keseluruhan 161.912 Ha.

Penggunaan lahan yang terluas adalah untuk areal hutan, kemudian disusul oleh sawah, pertanian lahan kering, dan perkebunan, hal ini memperlihatkan bahwa struktur perekonomian Kabupaten Maros didominasi oleh kegiatan sektor pertanian.

Pada kawasan pantai terdapat potensi lahan tambak seluas 7.082,58 Ha. Di samping itu kawasan pantai tersebut merupakan sarana untuk budidaya rumput laut dan pengembangan wisata bahari.

Kawasan pegunungan memiliki hutan produksi terbatas sekitar 26.953 Ha, hutan wisata/suaka alam sekitar 11.580 Ha, seperti objek wisata alam Bantimurung, hutan produksi seluas 75.765 Ha dan hutan lindung sekitar 49.229 Ha yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan pada kawasan di bawahnya, sebagai pengatur air, pengendali banjir, dan penyangga kelestarian tanah dan bahaya erosi.

Kawasan alam lainnya terdapat pada lapisan tanah kawasan pegunungan dan dataran rendah yang mengandung bahan galian tambang dengan deposit yang cukup besar seperti marmer 2,6 milyar ton pada areal 122 juta meter persegi.

2.2. Perekonomian Daerah

2.2.1. Potensi Ekonomi dan komoditas unggulan

(5)

A. Pertanian

Kabupaten Maros merupakan salah satu wilayah kabupaten yang memiliki pengusahaan pertanian tanaman pangan yang sangat strategis di Provinsi Sulawesi Selatan. Luas baku areal persawahan Kabupaten Maros tahun 2009 mencapai 25.919 Ha. Total areal persawahan yang paling luas adalah Kecamatan Bantimurung mencapai 3.908 Ha. Total produksi padi pada tahun 2009 sebesar 271.570 Ton dengan luas panen 44.907 Ha. Produksi jagung sebesar 24.899 Ton dengan luas panen 5.000 Ha.

Hasil produksi perkebunan rakyat yang utama adalah kemiri (sekitar 5.500

– 6.000 ton) dan jambu mente (sekitar 800 – 1.000 ton).Produksi hasil hutan terdiri atas kayu jati (sekitar 850.000 ton), kayu rimba campuran (sekitar 35.000 m3), bambu (175.000 batang), rotan (400.000 ton) dan getah pinus (550.000 kg).

B. Peternakan

Populasi ternak di Kabupaten Maros adalah sapi, kerbau dan kambing dan unggas. Pada tahun 2009,berdasarkan sumber data dari Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kab. Maros, jumlah populasi sapi sebanyak 30.403 ekor, sedangkan kerbau 4.041 ekor dan kambing 11.569 ekor, kuda 4.452 ekor. Selanjutnya, untuk populasi ternak unggas, ayam kampung sebanyak 390.351 ekor, total ayam petelur 212.723 ekor, ayam pedaging 7.982.504 dan itik 241.706 ekor.

C. Perikanan

Usaha perikanan Kabupaten Maros terdiri atas perikanan laut dan perikanan darat. Produksi perikanan laut pada tahun 2009 adalah 13.534 Ton, dengan jenis tangkapan ikan, teripang dan kepiting. Adapun armada yang digunakan nelayan dalam menjalankan profesinya masih sangat sederhana yakni dengan perahu bercadik dan jaring sederhana. Sebagian di antara mereka menggunakan bagang di pesisir pantai. Sedangkan untuk produksi perikanan darat sebesar 506,6 Ton, yang terdiri atas ikan bandeng dan udang windu.

D. Pertambangan dan Galian

(6)

(1) marmer yang memiliki cadangan sebesar 2.609.062.000 ton pada areal seluas 122.100.000 meter persegi, yang hingga saat ini terdapat 16 perusahaan yang telah memiliki rekomendasi untuk mengolah tambang marmer; (2) pasir kuarsa yang terdapat pada areal seluas 3.520.000 meter persegi dengan cadangan sebesar 21.120.000 ton, yang hingga saat ini terdapat 15 perusahaan yang telah memiliki rekomendasi untuk mengeksploitasi pasir kuarsa tersebut; (3) batu bara dengan cadangan sebesar 350.000 ton terdapat pada hamparan lahan seluas 5.600.000.000 meter persegi, cadangan batubara sebanyak itu hingga saat ini belum dieksploitasi; (4) basal dengan cadangan sebesar 1.350.000 ton terdapat pada areal seluas 45.694.000 meter persegi, dimana juga belum diolah; (5) lempung dengan luas lahan 22.680.000 meter persegi yang memiliki cadangan sebanyak 71.438.000 ton, pengelolaan dan eksploitasi terhadap bahan tambang ini hingga saat ini belum dilakukan, pasir kuarsa 212 juta ton pada areal 3,5 juta meter persegi, batubara 1,35 juta ton pada areal 560 meter persegi, basal 1,35 juta ton pada areal 45,7 juta meter persegi dan lempung 71,4 juta ton pada areal 22,7 meter persegi.

E. Perdagangan

Peluang pengembangan sektor perdagangan Kabupaten Maros sangat potensial dengan posisi strategis sebagai wilayah pendukung Mamminasata. Kegiatan perdagangan dengan skala besar adalah kegiatan ekspor yang dilakukan oleh beberapa perusahaan, meliputi ekspor kancing, kayu jati, dan marmer yang semuanya itu diproduksi secara lokal. Kegiatan perdagangan potensi produksi wilayah lainnya adalah semen yang masih masuk tahap perdagangan antar pulau dan antar daerah. Kegiatan ekspor yang dilakukan oleh perusahaan-peruasahaan di Kabupaten Maros mencakup 9 (sembilan) negara, sedangkan untuk perdagangan semen Bosowa umumnya diorientasikan untuk pemenuhan kebutuhan wilayah Kawasan Timur Indonesia.

F. Perindustrian

Sektor industri Kabupaten Maros menunjukkan kecenderungan meningkat, baik dilihat dari jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja, maupun nilai investasinya. Industri di Kabupaten Maros terbagi atas 3 kelompok, yaitu industri besar, menengah dan kecil.

(7)

berdasarkan RTRW Kabupaten Maros dan Rencana Tata Ruang Kawasan Metropolitan Mamminasata, kawasan industri ditetapkan di Kecamatan Marusu

(Patte’ne).

G. Pariwisata

Potensi sumberdaya alam (SDA) unggulan Kabupaten Maros lainnya adalah potensi wisata alam seperti permandian alam Bantimurung, cagar alam Karaenta, taman wisata alam Goa Pattunuang, taman safari Puncak, permandian air panas Reatoa Mallawa, air terjun Lacolla dan Bonto Somba, Batu Napara / Sungai Pute dan pantai Pasir Putih Kuri. Potensi wisata lainnya adalah Taman Purbakala Leang-leang, yang terletak pada deretan bukit kapur yang curam, sekitar 17 km dari kota Maros, dengan luas wilayah 5.498 Ha. Sebagian dari objek-objek wisata tersebut masih belum dikembangkan dan dikelola secara profesional. Pada masa depan objek-objek wisata di Kabupaten Maros diharapkan dapat menjadi sarana rekreasi unggulan bagi masyarakat, di samping memberikan kontribusi terhadap PAD Kabupaten Maros, sekaligus membuka kesempatan kerja bagi masyarakat di sekitarnya.

Khusus untuk objek wisata alam Bantimurung dengan kondisi alam tropis yang subur menjadikan daerah ini sebagai permukiman yang ideal dari berbagai jenis-jenis kupu-kupu, di mana pada saat ini tercatat sekitar 150 jenis kupu-kupu, yang di daerah lain sudah amat sulit ditemukan.

2.2.2. Pertumbuhan Ekonomi

(8)

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Maros selama lima tahun terakhir (2005 – 2009) rata-rata 4,34 %, dengan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar 5,61 % dan terendah pada tahun 2005 yaitu sebesar 3,11 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.

Tabel . Perkembangan PDRB Kabupaten Maros Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2005-2009

No. Tahun

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan PDRB (Milyar

Ket: *) Angka Sementara, **) Angka Proyeksi, dengan r 04-08

Sumber: BPS Kab. Maros 2010

Karakteristik penting yang melekat dalam proses pertumbuhan ekonomi yaitu tingkat perubahan struktural dan pergeseran sektoral. Komponen utama dari perubahan struktural ini meliputi pergeseran secara bertahap kegiatan-kegiatan dari bidang pertanian ke non pertanian. Berdasarkan data distribusi persentase PDRB menurut lapangan usaha terlihat bahwa ekonomi Kabupaten Maros masih didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 44,43 % pada tahun 2003 dan mengalami penurunan tiap tahunnya hingga pada tahun 2008 persentase lapangan usaha pertanian adalah 37,79 %.

Lapangan usaha yang persentasenya mengalami kenaikan adalah sektor jasa, di mana pada tahun 2003 kontribusinya terhadap PDRB adalah 12,87 % kemudian tiap tahunnya mengalami peningkatan hingga menjadi 18,74 % pada tahun 2008.

(9)

Tabel 3.

Tabel . Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Maros Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003-2008

(%)

No. Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007 2008*

1. Pertanian 44.43 43.11 41.53 40.34 39.8 37.79

2. Pertambangan & Penggalian 1.61 1.66 1.61 1.59 1.59 1.49

3. Industri Pengolahan 20.22 20.6 21.2 21.01 20.92 20.50

4. Listrik, Gas dan Air 1.01 1.03 1.05 1.02 0.97 0.90

5. Bangunan 1.51 1.53 1.53 1.52 1.54 1.51

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7.93 8.03 8.27 8.11 7.91 7.92

7. Angkutan dan Komunikasi 5.21 5.32 5.28 5.2 5.11 5.03

8. Keu, Persew. & J. Perusahaan 5.21 6 5.92 5.93 6.3 6.11

9. Jasa-jasa 12.87 12.73 13.62 15.28 15.85 18.74

Jumlah 100 100 100 100 100 100.00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Maros 2010

2.3. Sosial Budaya 2.3.1. Penduduk

(10)

Tabel 4.

Jumlah Penduduk Kabupaten Maros Berdasarkan Kecamatan Tahun 2010

No. Kecamatan Jumlah Penduduk Luas (Km2) Kepadatan 1. Mandai 34.973 49.11 712

2. Moncongloe 16.972 46.87 362

3. Maros Baru 23.840 53.76 443

4. Marusu 25.188 73.83 341

5. Turikale 41.038 29.93 1.371

6. Lau 24.208 53.73 451

7. Bontoa 26.550 93.52 284

8. Bantimurung 27.817 173.70 160

9. Simbang 22.001 105.31 209

10. Tanralili 25.101 89.45 281

11. Tompo Bulu 13.671 287.66 48

12. Camba 12.523 145.36 86

13. Cenrana 13.664 180.97 76

14. Mallawa 10.692 235.92 45

Jumlah/total 318.238 1,619.12 196 Sumber: BPS Kab. Maros 2010

Sebagian besar penduduk Kabupaten Maros beragama Islam dengan jumlah 312.866 jiwa (98,31%) sedangkan penduduk yang beragama Kristen Protestan adalah 4.678 orang (1,47%), beragam Katolik 568 orang (0,18%), sementara yang beragama Hindu ada 65 (0,02) orang dan Budha ada 61 orang (0,02).

2.4. Sarana Prasarana

(11)

Kabupaten Maros sebagai pusat Penelitian Pertanian, yakni Balai Penelitian Tanaman Sereal , Balai Penelitian Tanah dan Balai Veternier yang berlokasi di Kecamatan Lau. Balai penelitian ini melakukan serangkaian penelitian untuk menghasilkan inovasi teknologi pertanian sekaligus mendiseminasikan secara terarah guna mendukung upaya peningkatan produksi pertanian sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh Provinsi Sulawesi Selatan

Kabupaten Maros sebagai Pusat Penelitian Kelautan dan Perikanan, yakni dengan adanya Balai riset perikanan budidaya air payau (BRPAP) tentang potensi kelautan dan perikanan. Wilayah Kabupaten Maros sebagai daerah pesisir dengan kontribusi pada sektor perikanan di Sulawesi Selatan cukup besar, terutama dalam memenuhi kebutuhan wilayah Kota Makassar sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Di samping itu, kegiatan perikanan yang diusahakan dan dikembangkan oleh masyarakat berupa perikanan budidaya air payau mencapai luas tambak 9.461,53 Ha.

Kabupaten Maros merupakan bagian Wilayah Pengembangan Kawasan Metropolitan Mamminasata. Wilayah Kecamatan yang masuk dalam pengembangan ini adalah Kecamatan Mandai, Moncongloe, Tompobulu, Marusu, Turikale, Tanralili, Lau, Maros Baru, Simbang, Bantimurung dan Bontoa. Dari luas wilayah pengembangan Kawasan Mamminasata sebesar 2.462 Km2, wilayah Kabupaten Maros yang menjadi bagian kawasan pengembangan tersebut adalah 1.039 Km2 atau 42,20 %.

2.4.1. Sarana Pendidikan

Jumlah siswa dan guru menunjukkan perkembangan yang makin bertambah, sedangkan rasio siswa terhadap sekolah dan rasio guru terhadap siswa makin membaik pada semua jenjang pendidikan. Namun, pemerataan penempatan guru masih perlu ditingkatkan utamanya pada lokasi-lokasi yang jauh dan terpencil

(12)

Anak-anak dari keluarga miskin pada usia sekolah 7–12 tahun sudah banyak yang bersekolah. Meningkatnya pelayanan pendidikan ditunjukkan oleh angka partisipasi kasar (APK) atau rasio siswa menurut jenjang pendidikan SD (Sekolah Dasar), SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) dan SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) terhadap jumlah penduduk kelompok usia 7-12 Tahun, 13 – 15 tahun dan 15 – 18 tahun yaitu mencapai sekitar 15 persen, 50 persen dan 30 persen. Jumlah penduduk yang buta huruf telah berhasil diturunkan menjadi sekitar 15 persen.

Tabel 5.

Banyaknya sekolah di Kabupaten Maros Tahun 2010

Sekolah Negeri Swasta

TK Sumber Data: Dinas Pendidikan Kab. Maros.

Tabel 6.

Banyaknya Madrasah di Kabupaten Maros Tahun 2010

Sekolah Negeri Swasta

(13)

Tabel 7.

Kondisi sarana dan prasarana pendidikan di Kab. Maros tahun 2008

Sumber data: BPS,tahun 2009

2.4.2. Sarana Kesehatan

Pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Maros yang telah dilaksanakan pada dewasa ini telah memperlihatkan keberhasilan dalam meningkatkan derajat kesehatan dan gizi masyarakat. Hal ini dapat diamati dari terjadinya perbaikan beberapa indikator derajat kesehatan, antara lain: Menurunnya angka kematian bayi (AKB), angka kematian balita (AKABA), angka kematian ibu (AKI), meningkatkan status gizi, dan menurunnya angka kesakitan berbagai penyakit menular. Sejalan dengan membaiknya beberapa indikator derajat kesehatan tersebut, telah terjadi peningkatan angka harapan hidup (AHH) di Kabupaten Maros yaitu mencapai 68,3 Tahun.

No URAIAN TAMAN

KANAK-KANAK

SEKOLAH DASAR

SMP SMA/SMK JUMLAH

1. Guru 350 1772 1187 696 4005

2. Ruang kelas berkondisi

baik.

7 1166 418 260 1851

3. Perpustakaan 0 43 25 13 81

4. Laboratorium IPA 0 0 2 3 5

5. Laboratorium Bahasa 0 0 25 13 38

6. Laboratorium Fisika 0 0 25 13 38

7. Laboratorium Kimia 0 0 25 13 38

8. Laboratoium Biologi 0 0 25 13 38

9. Ruang multimedia. 0 0 2 3 5

10. Bengkel kerja/Lab.saints

0 0 0 10 10

11. Buku 87 4545 4792 2145 11569

(14)

Tabel.8

Angka kematian Bayi dan Balita di Kab.Maros tahun 2009

Sumber data: Dinas Kesehatan Kab.Maros. Tabel.9

Angka kematian ibu Maternal di Kab.Maros tahun 2009

No. KECAMATAN PUSKESMAS KEMATIAN

BAYI (AKB)

No. KECAMATAN KEMATIAN

(15)

Berbagai upaya peningkatan derajat kesehatan yang dilaksanakan pemerintah pusat dan daerah bersama-sama masyarakat tidak terlepas dari berbagai kebijakan sektor pembangunan lain di luar sektor kesehatan, misalnya faktor ketersediaan air bersih dan lingkungan pemukiman yang sehat, kemiskinan dan kecukupan pangan di tingkat rumah tangga, oleh karena itu dalam pemecahan masalah kesehatan diperlukan kerjasama lintas sektoral yang efektif.

(16)

Tabel.10

Jumlah sarana pelayanan kesehatan Kabupaten Maros Tahun 2009

Sumber data: Dinas Kesehatan Kab.Maros

Selain keberhasilan tersebut diatas juga masih terdapat beberapa permasalahan yang di hadapi dalam pembangunan kesehatan di Kabupaten Maros antara lain:

1. Masih kurang optimalnya pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat karena keterbatasan anggaran Jamkesda baik untuk jasa tindakan medis maupun pengadaan obat-obatan.

2. Rendahnya tarif biaya pengobatan dan biaya jasa medik petugas kesehatan di sarana puskesmas dan jaringannya. Berdasarkan perda tarif tahun 2002 jasa medik petugas bidan sebesar Rp.43.000,-No FASILITAS

KESEHATAN

PEM.KAB. MAROS

TNI/POLRI SWASTA JUMLAH

1. Rumah sakit umum 1 0 0 1

2. Rumah sakit jiwa 0 0 0 0

3. Rumah sakit bersalin 0 0 0 0

4. Rumah sakit lainnya 0 1 0 1

5. Puskesmas perawatan 6 0 0 6

6. Puskesmas non pera - 8 0 0 8

Watan.

7. Puskesmas keliling 14 0 0 14

8. Puskesmas pembantu 34 0 0 34

9. Rumah bersalin 0 0 2 2

10. Balai pengobatan/kli- 0 0 3 3

nik.

11. Praktik dokter perora- 0 0 107 107

ngan.

12. Polindes 5 0 0 5

13. Poskesdes 56 0 0 56

14. Posyandu 392 0 0 392

15. Apotek. 0 0 20 20

16. Toko obat. 0 0 18 18

(17)

/persalinan, sedangkan tarif pengobatan sebesar Rp.3.000,-/pasien (Rp.2000,- untuk jasa dan Rp.1.000,- untuk jasa medis).

3. Masih kurangnya akses keterjangkauan pelayanan kesehatan.

4. Kurang optimalnya kualitas pelayanan di Puskesmas yang disebabkan belum adanya satu regulasi yang dijadikan standar pelayanan yang benar dan tepat, masih kurangnya pengetahuan petugas akan standar pelayanan mutu yang disebabkan oleh belum di Implementasikannya sistem manajemen mutu di puskesmas dengan standar baku.

5. Jumlah tenaga dokter untuk pelayanan luar gedung masih sangat terbatas.

2.5. Pemerintahan Umum

Dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan umum dan pembangunan aparatur negara belum memperlihatkan kinerja yang optimal. Hal tersebut tercermin dari berbagai tindakan yang tidak efisien dan efektif serta transparan. Hal ini dikarenakan masih banyak aparat yang bekerja tidak profesional, serta penempatan jabatan tidak sesuai dengan kapasitas, kecakapan serta latar belakang pendidikan yang belum memadai. Kondisi demikian semakin menghambat dan memperlemah kinerja aparatur dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan profesional.

(18)

TABEL.11

DAFTAR PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN MAROS

JABATAN GOLONGAN JENIS KELAMIN

Eselon

Sumber : BKD tahun 2010

(19)

2.6. PERMASALAHAN PEMERINTAHAN DAERAH.

(20)

Tabel. 12.

MATRIKS PERMASALAHAN DAN KONDISI YANG AKAN DICAPAI

NO PERMASALAHAN KONDISI MASA KINI

TAHUN 2010

KONDISI YANG AKAN DICAPAI 2015

1 2 3 4

1. Pertumbuhan ekonomi daerah

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten atas dasar harga konstan = 1.059,87 M

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten atas dasar harga berlaku = 2.045,53 M

Pertumbuhan ekonomi 2010 sebesaR 5,61% Pendapatan perkapita harga berlaku = 6.746.226

2. Belum tersedia Pasar induk pertanian

3. Pasar tradisional yang ada belum memiliki fasilitas yang memadai termasuk pasar Tradisional modern.

4. Masih ada pertokoan yang belum terkelola secara maksimal.

5. Produktifitas hasil pertanian padi masih rendah 5,90 ton/Ha (gabah kering giling)

6. Produktifitas hasil pertanian jagung masih rendah 4,90 ton/Ha (pipilan kering)

7. Produktifitas hasil pertanian ubi kayu masih rendah

1. Pertumbuhan ekonomi rata-rata pertahun = 7,65 %

2. Terbangunnya 1 unit pasar induk pertanian

3. Terwujudnya pasar tradisional yang memiliki fasilitas memadai dan rampungnya pembangunan Pasar Tradisional Modern.

4. Pertokoan yang ada terkelola secara maksimal.

5. Meningkatnya produktifitas hasil pertanian padi 6,50 ton/ha (gabah kering giling)

6. Produktifitas hasil pertanian jagung menjadi 6,0 ton/Ha (pipilan kering)

(21)

NO PERMASALAHAN KONDISI MASA KINI TAHUN 2010

KONDISI YANG AKAN DICAPAI 2015

1 2 3 4

rendah 1,40 ton/Ha (biji kering)

9. Produktifitas hasil pertanian kedelai masih rendah 1,20 ton/Ha (biji kering)

10.Produktifitas hasil pertanian kacang hijau masih rendah 0,76 ton/Ha (biji kering)

11.Pasar-pasar tradisional belum berfungsi sebagai salah satu sarana untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi yang berimbang, yang dapat menggerakkan seluruh kegiatan para pelaku ekonomi dari semua tingkatan, terutama pelaku ekonomi golongan bawah dan menengah.

12.Lemahnya usaha - usaha pertanian, perikanan, dan kelautan yang berorientasi pasar akibat dari belum adanya spesifikasi menuju terciptanya produk unggulan setiap kecamatan.

13.Belum optimalnya pengelolaan hutan produksi dan hutan kemasyarakatan sebagai salah satu sumber perekonomian rakyat.

14.Terbatasnya Fasilitas infrastruktur jalan, jembatan, jaringan irigasi yang representatif, utamanya dari sentra - sentra produksi menuju pusat pemasaran dan disekitar lokasi kegiatan ekonomi utama.

2,00 ton/Ha (biji kering)

9. Produktifitas hasil pertanian kedelai menjadi 2,20 ton/Ha (biji kering)

10.Produktifitas hasil pertanian kacang hijau menjadi 2,0 ton/Ha (biji kering)

11. Pasar-pasar tradisional sudah berfungsi sebagai salah satu sarana untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi yang berimbang, yang dapat menggerakkan seluruh kegiatan para pelaku ekonomi dari semua tingkatan, terutama pelaku ekonomi golongan bawah dan menengah, terutama dengan merehab pasar-pasar tradisional.

12. Meningkatnya usaha -usaha pertanian, perikanan dan kelautan yang berorientasi pasar melalui spesifikasi menuju terciptanya produk unggulan setiap kecamatan.

13. Meningkatnya optimalisasi pengelolaan hutan pro duksi dan hutan kemasyarakatan sebagai salah satu sumber perekonomian rakyat.

(22)

NO PERMASALAHAN KONDISI MASA KINI TAHUN 2010

KONDISI YANG AKAN DICAPAI 2015

1 2 3 4

15.Rendahnya tingkat produktifitas lahan akibat masih terbatasnya program - program intensifikasi.

16.Menurunnya kualitas lingkungan lahan pertanian akibat pengelolaan usaha tani yang tidak ramah Lingkungan.

17. Belum terkelolanya sumber daya pesisir dan kelautan utamanya pada pemanfaatan dan pengelolaan hasil laut.

15. Meningkatnya produktifitas lahan melalui program program intensifikasi

16.Meningkatnya kualitas lingkungan lahan pertanian melalui pengelolaan usaha tani yang ramah Lingkungan.

17.Terkelolanya sumber daya pesisir dan kelautan utamanya pada pemanfaatan dan pengelolaan hasil laut

2. Pendanaan dan investasi

1. Rendahnya investasi di Kabupaten Maros

2. Belum terciptanya sistem penanaman modal melalui kebijakan satu pintu dengan mekanisme administrasi yang mudah dan sederhana.

3. Rendahnya kerjasama dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan pengembangan ekonomi dan investasi baik regional, nasional dan global.

4. Rendahnya volume perdagangan akibat belum adanyakerjasama antar daerah

5. Rendahnya daya saing produksi industri dan sektor

1. Meningkatnya investasi di Kabupaten Maros melalui promosi potensi investasi dan dukungan regulasi. 2. Terciptanya sistem penanaman modal melalui

kebijakan satu pintu dengan mekanisme administrasi yang mudah dan sederhana.

3. Meningkatnya kerjasama dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan pengembangan ekonomi dan investasi baik regional, nasional dan global.

4. Meningkatnya volume perdagangan dengan kerjasama antar daerah.

(23)

NO PERMASALAHAN KONDISI MASA KINI TAHUN 2010

KONDISI YANG AKAN DICAPAI 2015

1 2 3 4

6. Kurangnya sarana dan prasarana wisata yang ada dan belum terkelolanya objek wisata lain yang potensial.

7. Rendahnya kapasitas pengelolaan keuangan daerah yang profesional, akuntabel dan transparan.

6. Tersedianya sarana dan prasarana wisata dan terkelolanya objek wisata lain yang potensial.

7. Meningkatnya kapasitas pengelolaan keuangan daerah yang profesional, akuntabel dan transparan.

3. birokrasi dan kualitas pelayanan publik

1. Belum tersedianya teknologi informasi yang memadai untuk mendukung pelaksanaan pemerintahan yang berbasis e-Government.

2. Belum tersedianya Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam pelayanan publik yang berakibat belum primanya pelayanan masyarakat.

3. Belum terbentuknya lembaga layanan hukum kepada masyarakat kurang mampu secara gratis.

4. Rendahnya tingkat profesionalisme aparatur PEMDA akibat penempatan aparat yang tidak sesuai dengan keahlian dan belum diterapkannya reward and punishment.

5. Belum maksimalnya pengawasan dan disiplin aparatur sebagai salah satu pendukung menuju pemerintahan yang bersih dan profesional.

1. Tersedianya teknologi informasi yang memadai untuk mendukung pelaksanaan pemerintahan yang berbasis e-Government.

2. Tersedianya Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam pelayanan publik yang berakibat primanya pelayanan masyarakat.

3. Terbentuknya lembaga layanan hukum kepada masyarakat kurang mampu secara gratis.

4. Meningkatnya tingkat profesionalisme aparatur PEMDA, dan penempatan aparat sesuai dengan keahlian dan diterapkannya reward and punishment.

(24)

NO PERMASALAHAN KONDISI MASA KINI TAHUN 2010

KONDISI YANG AKAN DICAPAI 2015

1 2 3 4

yang sesuai dengan kondisi nyata dan kebutuhan daerah.

7. Rendahnya sarana dan prasarana pendukung kinerja aparatur.

8. Rendahnya motivasi aparatur dalam melaksanakan tanggung jawabnya akibat belum adanya dukungan peningkatan kesejahteraan.

9. Belum terdatanya tenaga sukarela-

daerah yang sesuai dengan kondisi nyata dan kebutuhan daerah.

7. Meningkatnya sarana dan prasarana sebagai pendukung kinerja aparatur

8. Meningkatnya motivasi aparatur dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan adanya dukungan peningkatan kesejahteraan

9. Tersedianya data base untuk tenaga sukarela

4. kualitas pendidikan 1. Belum optimalnya pelaksanaan pendidikan gratis/bersubsidi hingga jenjang pendidikan lanjutan secara menyeluruh.

2. Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan baik kualitas maupun kuantitas.

3. Rendahnya kinerja tenaga kependidikan akibat penempatan yang tidak tepat sasaran.

4. Adanya siswa-siswi berprestasi yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi akibat kurangnya biaya.

1. Meningkatnya optimalisasi pelaksanaan pendidikan gratis/bersubsidi hingga jenjang pendidikan lanjutan.

2. Meningkatnya sarana dan prasarana pendidikan baik kualitas maupun kuantitas.

3. Meningkatnya kinerja tenaga kependidikan melalui penempatan yang tepat sasaran.

(25)

NO PERMASALAHAN KONDISI MASA KINI TAHUN 2010

KONDISI YANG AKAN DICAPAI 2015

1 2 3 4

6. Belum terjalinnya hubungan dengan negara-negara sahabat dalam bidang pendidikan utamanya dalam pemberian beasiswa pendidikan ke luar negeri bagi putera-puteri Kab. Maros yang berprestasi.

7. Terbatasnya pengembangan dan pembangunan perguruan tinggi di Kab. Maros.

8. Belum optimal dan efektifnya data dan informasi tentang tenaga pendidik yang akurat.

9. Sistem penerimaan siswa baru yang kurang efektif dan transparan.

10.Belum optimalnya program sertifikasi tenaga pendidik.

11.Belum maksimalnya sekolah unggulan di setiap jenjang pendidikan.

12.Rendahnya mutu daya saing pendidikan bila di bandingkan dengan daerah lain.

6. Terjalinnya hubungan dengan Negara-negara sahabat dalam bidang pendidikan utamanya dalam pemberian beasiswa pendidikan ke luar negeri terutama bagi putera-puteri Kab. Maros yang berprestasi.

7. Meningkatnya pengembangan dan pembangunan perguruan tinggi di Kab.Maros.

8. Meningkatnya optimalisasi dan efektifitas data dan informasi tentang tenaga pendidik yang akurat.

9. Terlaksananya sistem penerimaan siswa baru yang efektif dan transparan.

10.Meningkatnya optimalisasi program sertifikasi tenaga pendidik.

11.Meningkatnya kualitas dan kuantitas sekolah unggulan di setiap jenjang pendidikan.

12.Meningkatnya mutu daya saing pendidikan di Kab. Maros dengan daerah lain.

(26)

NO PERMASALAHAN KONDISI MASA KINI TAHUN 2010

KONDISI YANG AKAN DICAPAI 2015

1 2 3 4

medis dan paramedis.

3. Terbatasnya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan

4. Kurangnya mutu dan cakupan pelayanan kesehatan di puskesmas.

dan paramedis.

3. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan.

4. Meningkatnya mutu dan cakupan pelayanan kesehatan di Puskesmas.

6. partisipasi masyarakat.

Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan sebagai akibat:

a. Tingginya ketergantungan masyarakat terhadap fasilitas pelayanan pemerintahan.

b. Kurang sinkronnya rencana program yang diajukan oleh berbagai SKPD dengan kebutuhan masyarakat sebagaimana disampaikan melalui forum musrenbang berjenjang

Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, sehingga dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap fasilitas pemerintahan dengan mensinkronkan rencana program yang merupakan kebutuhan masyarakat terhadap program yang diajukan oleh para SKPD.

7. keagamaan. 1.Kurangnya sarana dan prasarana keagamaan 2.Belum optimalnya pola kemitraan pada sektor ke –

agamaan.

Meningkatnya penyediaan sarana prasarana dan

pembinaan keagamaan pada berbagai bidang kehidupan masyarakat.

(27)

NO PERMASALAHAN KONDISI MASA KINI TAHUN 2010

KONDISI YANG AKAN DICAPAI 2015

1 2 3 4

9. pemuda, olahraga, seni dan budaya

Kurangnya program dan kegiatan yang dapat mendorong prestasi olahraga serta pengembangan seni dan budaya yang berorientasi pada wawasan Kewirausahaan

Meningkatnya program dan kegiatan yang dapat meningkatkan prestasi olah raga dan pengembangan seni dan budaya yang berorientasi pada wawasan kewirausahaan.

10. lingkungan hidup dan perkotaan

1. Kurangnya komitmen untuk melakukan pengelolaan, konservasi, dan rehabilitasi sumber daya alam dan lingkungan hidup

2. Belum adanya pola-pola manajemen pengelolaan persampahan terpadu

3. Tingginya kecenderungan masyarakat melakukan eksploitasi kawasan karst, hutan lindung dan hutan mangrove.

4. Belum optimalnya penataan ruang perkotaan yang berwawasan lingkungan.

5. Belum tertatanya bantaran Sungai Maros yang terutama yang melalui pusat kota Maros

1. Meningkatnya komitmen untuk melakukan pengelolaan, konservasi, dan rehabilitasi sumber daya alam dan lingkungan hidup.

2. Tersedianya pola manajemen pengelolaan persampahan terpadu.

3. Menurunnya Kecendrungan masyarakat untuk melakukan eksploitasi kawasan karst, hutan lindung dan hutan mangrove.

4. Terciptanya Penataan Ruang Kota yang berwawasan lingkungan

(28)

Berdasarkan kondisi masa kini dan kondisi yang akan dicapai selama lima tahun kedepan, maka beberapa target kinerja

yang telah dan akan dicapai dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 13.

Capaian pembangunan Kab. Maros Tahun 2005-2010

NO.

INDIKATOR

PEMBANGUNAN SATUAN 2005 2006 2007 2008 2009 2010*

1

Indeks Pembangunan

Manusia 68,10 68,36 69,22 69,85 70,44 71,04

a. Angka Harapan Hidup Tahun 69,90 70,00 70,78 71,14 71,56 71,98

b. Rata-rata Lama Sekolah Tahun 5,80 6,24 6,47 6,47 6,72 6,97

c. Tingkat Melek Huruf % 82,60 82,79 82,60 82,90 83,00 83,10

d. Daya Beli (Rupiah) Rp(ribu) 612.700 624.550 627.890 632.590 639.393 646.269

2 Angkatan kerja . Jiwa 119.905 129.943 120.926 121.792

3 Pengangguran terbuka. Jiwa 98.072 117.779 106.961 112.795

4 Penduduk Miskin % 60.000 59.800 59.900 56.000 52.640 50.972

5 PDRB Berlaku Milyar 1.188,96 1.344,25 1.508,50 1.786,71 2.153,01 2.498,70

6 Pertumbuhan Ekonomi % 3,11 4,34 4,58 5,61 6,27 7,51

7

Pendapatan Perkapita

(Berlaku) Juta 4.010.671 4.516.699 5.033.997 5.892.627 7.020.209 8.077.841

8 Inflasi % 8,32 8,36 7,31 12,15 13,39 15,54

9 Investasi Milyar 1.013,91 1.059,87 1.107,91

10 PAD Milyar 23,71 27,16 27,43 29,57

(29)

Tabel 14

Perkiraan Capaian pembangunan Kabupaten Maros Tahun 2011 - 2015

NO.

INDIKATOR

PEMBANGUNAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015 R

1

Indeks Pembangunan

Manusia 71,65 72,26 72,87 73,49 74,11 0,01

a. Angka Harapan Hidup Tahun 72,40 72,83 73,26 73,69 74,12 0,01

b. Rata-rata Lama Sekolah Tahun 7,23 7,51 7,79 8,08 8,39 0,04

c. Tingkat Melek Huruf % 83,20 83,30 83,40 83,50 83,60 0,00

d. Daya Beli (Rupiah) Rp(ribu) 710.896 781.985 860.184 946.202 1.040.823 0,100

2 Angkatan kerja . Jiwa 122.664 123.543 124.428 125.319 126.216 0,01

3 Bekerja Jiwa 118.947 125.436 132.278 139.493 147.102 0,05

4 Pengangguran terbuka. Jiwa 10.152 8.656 7.380 6.292 5.365 (0,15)

5 Penduduk Miskin % 46.260 43.366 40.465 38.111 35.727 (0,05)

6 PDRB Berlaku Milyar 2.899,89 3.365,49 3.905,85 4.532,98 5.260,79 0,16

7 Pertumbuhan Ekonomi % 7,57 7,62 7,64 7,68 7,72

Pendapatan Perkapita

(Berlaku) Juta 9.294.811 10.695.125 12.306.403 14.160.428 16.293.773 0,15

8 Inflasi % 12,08 11,48 10,91 10,36 9,84 (0,05)

9 Investasi Milyar 1.158,13 1.210,63 1.265,51 1.322,87 1.382,84 0,05

10 PAD Milyar 65,23 71,75 82,52 90,77 99,85

(30)

Tabel. 16

Perbandingan Proyeksi angka rata-rata dari masing-masing Indikator Pembangunan

NO. INDIKATOR PEMBANGUNAN SATUAN

NASIONAL (2009-2014)

PROVINSI SULAWESI SELATAN (2008-2013)

KABUPATEN MAROS (2010-2015)

1

Indeks Pembangunan

Manusia 0,01

a. Angka Harapan Hidup % 0,01

b. Rata-rata Lama Sekolah % 0,04

c. Tingkat Melek Huruf % 0,00

d. Daya Beli (Rupiah) % 0,100

2 Angkatan kerja . % 0,01

3 Bekerja % 0,05

4 Pengangguran terbuka. % (0,15)

5 Penduduk Miskin % (0,05)

6 PDRB Berlaku % 7,64 0,16

7 Pertumbuhan Ekonomi % 7,45 0,20

Pendapatan Perkapita

(Berlaku) % 0,15

8 Inflasi % (0,05)

9 Investasi % 0,05

(31)

Gambar

Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Tahun 2010
Tabel . Perkembangan PDRB Kabupaten Maros Atas Dasar Harga Berlaku         dan Konstan Tahun 2005-2009
Tabel 3.
Tabel 5.
+4

Referensi

Dokumen terkait

kondisi yang akan menunjang terhadap pencapaian tujuan proses belajar mengajar. Hukuman yang diberikan kepada siswa dari setiap guru tentunya tidak sama dengan guru

Tidak terdapat bahan lainnya yang, sejauh pengetahuan pemasok saat ini dan pada konsentrasi yang berlaku, diklasifikasikan sebagai bahan berbahaya pada kesehatan atau lingkungan dan

This worked well except that when one opened the travel humidor, since the maintained humidity existed as a result of already moist cigars, each time the humidor was opened,

Memperlihatkan Dokumen Kualifikasi asli atau rekaman (fotocopy) Dokumen Kualifikasi yang telah dilegalisir oleh penerbit Dokumen sesuai isian pada sistem SPSE Kabupaten

Memahami dan menerapkan sanitasi, hygiene dan Menganalisis resiko hygiene (keracunan dan Mendeskripsikan peranan, ruang lingkup dan keselamatan kerja pada jasa boga kerusakan

Tugas akhir ini ditulis untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi pada Program Ilmu Komunikasi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie..

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang dengan limpahan rahmat, karunia, hidayah, dan inayah-Nya

perbedaan hasil belajar fisika yang atara peserta didik yang diajar melalui model pembelajaran penemuan terbimbing dan yang diajar dengan mengunakan model pembelajaran