Fokus Pagi MQ 92,3 FM Jogjakarta Edisi: Selasa, 8 Juni 2010
Tema:
Topik: Meneropong Kelanjutan Rancangan Undang-undang Geospasial
Sahabat MQ/ Komite II Dewan Perwakilan Daerah (DPD) mendukung pembahasan dan perampungan segera Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Informasi Geospasial. Informasi tersebut diperlukan dalam mengelola sumberdaya di ruang darat, laut, dan udara, termasuk ruang di dalam bumi, yang mencakup posisi atau lokasi dan sebaran potensinya.
“Betapa penting RUU ini disegerakan. Angin-anginnya sudah ada sejak DPD periode lalu,” ujar Ketua Komite II DPD Bambang Susilo (asal Kalimantan Timur) saat rapat kerja (raker) Komite II DPD dengan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) di Gedung DPD lantai 3 Kompleks Parlemen, Senayan—Jakarta, Senin (12/4). DPD periode 2004-2009 merampungkan RUU tentang Tata Informasi Geospasial.
Spasial adalah sifat keruangan suatu obyek atau kejadian yang menunjukkan posisi dan sebarannya. Sedangkan geospasial adalah sifat keruangan yang menunjukkan posisi suatu obyek atau kejadian yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi yang mengacu ke sistem koordinat nasional. Anggota-anggota Komite II DPD meminta agar penyelenggaraan dan ketersediaan informasi geospasial terjamin keakuratan, kemutakhiran, dan kepastiannya melalui sebuah undang-undang. Keterjaminan dipentingkan mengingat data geospasial digunakan sebagai alat bantu merumuskan kebijakan, pengambilan keputusan, dan/atauy pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan keruangan. Diharapkan pula, undang-undang tersebut menjamin akses terhadap informasi geospasial yang bertanggung jawab, mewujudkan keberdayagunaan dan keberhasilgunaan dalam penyelenggaraan informasi geospasial melalui kerjasama, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi; dan mendorong penggunaan informasi geospasial dalam penyelenggaraan pemerintahan dan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
M Syukur (Jambi) mengakui manfaat UU Informasi Geospasial bagi daerah-daerah, seperti menyelesaikan sengketa perbatasan wilayah dan pemanfaatan sumberdaya alam antarwilayah. Karenanya, penyelenggaraan dan ketersediaan informasi geospasial yang meliputi pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan pengamanan, penyebarluasan, serta penggunaannya jangan lagi terhambat.