• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN INTERMODAL PASSENGER TRANSPORT PADA STASIUN TERPADU MANGGARAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN INTERMODAL PASSENGER TRANSPORT PADA STASIUN TERPADU MANGGARAI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN “INTERMODAL PASSENGER

TRANSPORT” PADA STASIUN TERPADU

MANGGARAI

Daniel Ricardo, Religiana Hendarti, Yosica Mariana

Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K. H. Syahdan No. 9 Jakarta Barat 11480

Telp (62-21) 5345830, Email : danielricardosiahaan@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this research is to show the application of Intermodal Passenger Transport Concept at Manggarai Integrated Station. The methods used in this research are both qualitative n quantitative mothods. Research analysis is done and applied using the quantitative method theory by Blow and the outcome of the analysis is processed and connected in order to find the criteria of the designing plan. The purpose of this project is expected to be able to give a problem-solving idea through architecture design that is capable of making the station more sustainable. (DRS)

Keywords : Intermodal passenger, terpadu station, qualitative-quantitative

ABSTRAK

Penelitian ini menjelaskan tentang penerapan Intermodal Passenger Transport Concept pada Stasiun Terpadu Manggarai. Metode penelitian yang telah dilakukan adalah kuantitatif dan kualitatif. Analisis dilakukan dan diterapkan dengan teori kualitatif-kuantitatif dari Blow, kemudian hasil analisa dihubungkan agar menemukan kriteria perancangan. Tujuan dari sinopsis ini diharapkan mampu memberikan pemecahan masalah melalui desain arsitektur yang dapat membuat sistem tansportasi yang berkelanjutan. (DRS).

(2)

PENDAHULUAN

Sustainable Transport merupakan suatu sistem transportasi yang dapat mengkomodasi

aksesibilitas semaksimal mungkin dengan dampak negatif seminimal mungkin. Aksesibilitas dapat diupayakan dengan perencanaan jaringan transportasi dan keragaman alat angkutan dengan tingkat integrasi yang tinggi antara satu sama lain. Hal ini sangat bertolak belakang dengan situasi di kota Jakarta dimana perencanaan jaringan transportasi dan tingkat integrasi antar angkutan umum yang belum terkoneksi dengan baik satu sama lain. Saat ini jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta sekitar 5,5 Juta unit. Dari jumlah itu, sebanyak 98 persen (5,4 Juta unit) merupakan kendaraan pribadi

dan hanya 2% (84.891 unit) angkutan umum.

Dari 98% kendaraan cuma melayani 44% perjalanan. Sedangkan angkutan umum yang 2% justru melayani 56% perjalanan. Maka dari segi pelayanan ini dapat diartikan, perjalanan masyarakat DKI Jakarta sangat tergantung oleh angkutan umum. Sekarang ini kebutuhan perjalanan di DKI Jakarta mencapai 17,1 juta perjalanan per hari. Jika angkutan umum melayani 56% maka jumlah perjalanan per hari yang dilayani mencapai 9,576 juta perjalanan per hari (17,1 juta perjalanan x 56% ). Angka ini jelas menunjukkan bahwa warga jakarta benar-benar menggantungkan kebutuhan perjalanannya dengan angkutan umum bukan kendaraan pribadi. (Pelita, 2015). Namun fasilitas penunjang angkutan umum di Jakarta belum mampu menyesuaikan terhadap jumlah pengguna angkutan umum yang semakin meningkat. Fasilitas penunjang tiap moda transportasi umum juga belum terintegerasi satu sama lain sehingga semakin menghambat perpindahan pendumpang dari satu moda ke moda lainnya. Hal ini dikhawatirkan akan membuat masyarakat DKI Jakarta lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan menggunakan kendaraan umum seperti yang sudah terjadi saat ini, penurunan pengguna kendaraan umum telah merosot 1-3 persen setiap tahunnya (Soesantono, 2012). Oleh sebab itu diperlukan perbaikan terhadap fasilitas-fasilitas yang menunjang operasional transportasi umum dan integerasi antar moda transportasi untuk meningkatkan pelayanan angkutan umum serta mendukung peralihan penggunaan kendaraan pribadi menjadi transportasi umum.

Menurut Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Soesantono, pengembangan transportasi umum yang paling diminati masyarakat harus segera direalisasikan demi mengurangi kemacetan yang ada. Salah satu transportasi umum yang paling diminati masyarakat saat ini adalah kereta api (Putranto, 2014), hal ini ditunjukan dengan total pengguna moda kereta api pada tahun 2014 sebesar 280 juta penumpang dan jumlah penumpang KRL pada tahun 2014 mencapai 206 juta penumpang.

Berdasarkan rencana Departemen Perhubungan, Jakarta akan mempunyai sebuah stasiun yang akan menaungi kedatangan komuter dan mendatang dari luar propinsi di Manggarai. Menurut Achmad Sujadi selaku Kepala Humas KAI, nantinya stasiun sentral tidak lagi bertumpu pada stasiun Gambir, namun fungsi stasiun sentral akan di alihkan ke stasiun manggarai, hal tersebut akan menjadikan Manggarai sebagai “Stasiun Terpadu” pada tahun 2030. Oleh karena itu Stasiun Terpadu Manggarai harus mampu menghubungkan seluruh moda transportasi yang terdapat pada Kawasan Manggarai.

Menurut RTRW pada kawasan Manggarai 2030, nantinya Stasiun Terpadu Manggarai akan terhubung dengan 5 moda yaitu, kereta komuter, kereta antar kota, kereta bandara, busway dan waterway. Namun kemampuan Stasiun Manggarai untuk menghadapi peningkatan jumlah penumpang kereta api belum optimal dan menyebabkan terjadinya penumpukan penumpang pada stasiun tersebut. Namun hal yang umumnya terjadi pada perencanaan berbasis TOD adalah Kurangnya kesadaran perencana TOD dalam menggunakan potensi yang ditawarkan konsep transit, sehingga menimbulkan hasil rancangan dengan basis TOD yang semu, yang dikenal dengan nama Transit Related

Development (TRD) atau Transit Adjacent Development (TAD). Meskipun berlokasi dekat dengan transit, TAD adalah akibat yang ditimbulkan ketika hubungan baik terhadap transit dengan land-use

dan pola pengembangan yang tidak mendukung kegiatan transit (Dunphy, 2004). Pengembangan berklaster dekat dengan transit tidak akan bermanfaat jika pengembangan dan transit tidak berhubungan secara fungsional. Aksesibilitas transit harus menambah nilai bagi kawasan, dan pengembangan harus membangkitkan pergerakan transit. Kurangnya sarana dan prasarana perpindahan moda transportasi di Jakarta juga salah satu hal yang menghambat kesadaran seluruh warga jakata yang menggunakan transportasi umum sebagai pilihan utama, ditambah lagi sukarnya akses menuju titik transit bagi pengguna. Masih banyak warga jakarta yang enggan untuk memilih menggunakan transportasi umum karena para pengguna harus menunggu dan berpindah moda tanpa adanya sarana yang memadai.

Stasiun manggarai merupakan salah satu stasiun yang dikategorikan belum menerapkan konsep perpindahan moda dengan baik. Menurut Humas KAI Commuter, Eva Chairunissa, penumpang di stasiun manggarai tidak memilih sistem transit sehingga terjadi penumpukan. Eva juga menegaskan bahwa penerapan konsep intermodal mampu berdampak baik, tidak hanya pada stasiun

(3)

manggarai, namun juga berdampak pada stasiun sebelum dan sesudah stasiun manggarai. Dengan demikian, perencanaan kawasan transit intermoda seperti pada kasus Stasiun Manggarai harus dapat mengantisipasi adanya kecenderungan terhadap TRD dan TAD dengan menrencanakan keseluruhan aspek intermodality dengan benar.

Stasiun Manggarai nantinya harus dapat memfasilitasi seluruh proses perpindahan moda transportasi umum maupun pribadi ataupun sebaliknya, tanpa harus keluar stasiun agar memudahkan para penumpang dalam berganti moda transportasi sehingga nantinya dapat menarik warga untuk menggunakan transportasi umum. Oleh karena itu konsep Intermodal Passenger Transport akan sangat tepat bila diterapkan pada stasiun manggarai demi menanggapi rencana pemerintah untuk mengembangkan stasiun manggarai menjadi stasiun terpadu. Penerapan konsep yang mendukung proses transit yang baik sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan pengembangan stasiun ini. Hal ini didukung dengan adanya 3 (tiga) UU yang memberlakukan keterpaduan sistem jaringan pelayanan (susunan rute pelayanan transportasi yang membentuk satu kesatuan hubungan) dan jaringan prasarana transportasi multimoda/antarmoda (Peraturan Pemerintah nomor 8 Tahun 2011 tentang angkutan multimoda; Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2012; Peraturan Menteri Perhabungan Nomor 8 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Multimoda). Melihat fenomena yang terjadi di atas, maka diperlukan perubahan pada stasiun manggarai, agar stasiun manggarai dapat memenuhi kebutuhan para penggunanya dan mampu menghadapi rencana pemerintah pada stasiun manggarai untuk tahun 2030 sebagai stasiun terpadu dengan memenuhi standar stasiun yang ada dan menerapkan konsep Intermodal Passenger Transport.

METODE PENELITIAN

Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan yang dikaitkan dengan tempat dan waktu, yang merupakan dasar suatu perencanaan dan merupakan alat bantu dalam pengambilan keputusan (Rahardjo, 2010).

Tahapan penelitian yang akan dilakukan dalam analisa laporan ini adalah:

• Pengumpulan data

1. Data primer – diperoleh melalui observasi langsung di lapangan. Data primer meliputi:

i. Data waktu tempuh antar moda dengan berjalan kaki. ii. Data volum pejalan kaki per-satuan waktu.

iii.Wawancara terhadap kelompok pengguna .

2. Data sekunder – data yang digunakan sebagai penunjang data primer, yaitu: i. Data Tata Guna Lahan dari pemerintah untuk kawasan yang ditinjau. ii. Data Peak Hour dan jumlah pengguna stasiun.

iii.Data Standar Perhitungan Luas Stasiun. iv. Data Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun.

• Teknik Pengumpulan data

1. Studi literatur, mencari data-data dalam studi mengenai stasiun dan terminal angkutan umum dari artikel, jurnal dan buku-buku agar memperkuat pembahasan tugas akhir dalam perancangan proyek Stasiun Manggarai.

2. Survey lapangan, melakukan pengamatan langsung dan menganalisa lokasi tapak dan sekitarnya, untuk mendapatkan informasi.

Analisis Data

Setelah data primer dan data sekunder dikumpulkan, data yang berupa catatan hasil observasi lapangan, gambar, foto, dokumen, dan sebagainya, akan diatur, diurut, dikelompokkan, dan dikategorikan. Formula yang digunakan dalam analisa data yaitu: aspek lingkungan,aspek

bangunan dan hubungan teori dengan kondisi tapak. Pada aspek bangunan meliputi pengembangan tapak, bentuk bangunan, sistem struktur, dan material. Pada aspek lingkungan meliputi blok plan dan sistem kontrol lingkungan beserta faktor lingkungan apa saja yang mempengaruhi desain bangunan. Hasil dari analisa menggunakan ketiga aspek tersebut merupakan konsep dasar perancangan selanjutnya.

(4)

HASIL DAN BAHASAN

Analisa potensi sekitar tapak

Rencana pemerintah nantinya adalah membuat kawasan manggarai menjadi kawasan terpadu yang berbasiskan konsep TOD. Hal ini ditunjukan pada rencana pemerintah membangun kawasan komersil dan pembangunan apartemen dan rumah susun yang saling terhubung satu sama lain.

Agar terbentuk bangunan yang baik dan sesuai dengan kondisi lngkungan, maka perlu ada timbal balik antara potensi tapak dengan bangunan. Ada beberapa elemen lingkungan di sekitar tapak baik yang berbatasan langsung maupun tidak untuk digunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam merancang stasiun terpadu manggarai

Analisa Terhadap Pengelompokan Pengguna Stasiun

Setelah menganalisa faktor kuantitatif dan kualitatif, perlu dilakukan analisa berdasarkan pembagian kelas pengguna stasiun demi mengetahui kebutuhan tambahan apa yang dibutuhkan pengguna dari segi arsitektural agar dapat mencapai waktu tempuh antar moda.

Kemudian setelah menganalisa respon desain yang harus dilakukan untuk menanggapi perilaku dan kebutuhan pada stasiun terpadu manggarai berdasarkan kelompok pengguna. Namun diperlukan juga analisa berdasarkan pengelompokan stasiun berdasarkan kondisi fisik dan kemampuan pengguna tersebut.

Tabel 7. Analisa pengelompokan pengguna stasiun

GROUP KONDISI ALAT BANTU FITUR TAMBAHAN

MOBILITY 1 FISIK SEHAT - LOADING/UNLOADING AREA

MOBILITY 2 TUNA DAKSA KURSI RODA CLEAR PATH,

RAMP/LIFT,

LOADING/UNLOADING AREA

LANSIA KEMAMPUAN

MOBILITAS TERBATAS

KURSI RODA CLEAR PATH, RAMP/LIFT,

LOADING/UNLOADING AREA

VISUAL 1 TUNA NETRA CANES, DOG BANTUAN SUARA, RAGAM

PERMUKAAN YANG MEMBANTU MENUNJUKAN ORIENTASI

VISUAL 2 BUTA PARSIAL CANES, DOG BANTUAN SUARA, RAGAM

PERMUKAAN YANG MEMBANTU MENUNJUKAN ORIENTASI, WARNA DAN PENCAHAYAAN

HEARING TUNA RUNGU ALAT BANTU

DENGAR

VISUAL DISPLAY

TURIS TIDAK MEMAHAMI

BAHASA INDONESIA

- BAHASA SEDERHANA, SYMBOL Sumber : Olahan Pribadi

Tabel 8.Analisa kebutuhan fitur dan kriteria perancangan pada tiap fitur berdasarkan kelompok pengguna

FITUR/PROSES MOBILITY 1 MOBILITY 2 & 3 VISUAL 1 & 2 HEARING TURIS

PARK & RIDE JARAK MENUJU PERON DISABLED PARKING, JARAK MENUJU PERON, GANGGUAN DAN CROSSING JARAK MENUJU PERON, GANGGUAN DAN CROSSING JARAK MENUJU PERON JARAK MENUJU PERON

DROP & RIDE - JARAK MENUJU

PERON HUBUNGAN JALUR TUNA NETRA MENUJU PERON - - PENGGUNA TRANSPORTA SI UMUM

CROSSING GAP PADA PERBEDAAN LEVEL, CROSSING LOCATION

CROSSING CROSSING CROSSING

SEPEDA KETERSEDIA AN PARKIR - - KETERSEDIA AN PARKIR KETERSEDIAA N PARKIR

(5)

TROTOAR MEMENUHI LOS MINIMUM (3m), TERKONEKSI GANGGUAN,LEB AR TROTOAR MEMENUHI LOS MINIMUM (3m), TERKONEKSI, KETERSEDIAAN RAMP, PEMBATAS JALAN INFORMATIF, PEMBATAS, BEBAS GANGGUAN,LEB AR TROTOAR MEMENUHI LOS MINIMUM (3m), TERKONEKSI, KETERSEDIAAN RAMP LEBAR TROTOAR MEMENUHI LOS MINIMUM (3m), TERKONEKSI TROTOAR MEMENUHI LOS MINIMUM (3m), TERKONEKSI RAMP& TANGGA RAILING, PERMUKAAN YANG RIGID, LEBAR YANG MEMENUHI KEBUTUHAN RAILING, PERMUKAAN YANG RIGID, LEBAR YANG MEMENUHI KEBUTUHAN RAILING, PERMUKAAN YANG RIGID, LEBAR YANG MEMENUHI KEBUTUHAN RAILING, PERMUKAAN YANG RIGID, LEBAR YANG MEMENUHI KEBUTUHAN RAILING, PERMUKAAN YANG RIGID, LEBAR YANG MEMENUHI KEBUTUHAN ELEVATOR UKURAN YANG MEMENUHI STANDAR ELEVATOR UKURAN YANG MEMENUHI STANDAR ELEVATOR UKURAN YANG MEMENUHI STANDAR ELEVATOR, FLOOR IDENTIFICATION UKURAN YANG MEMENUHI STANDAR ELEVATOR UKURAN YANG MEMENUHI STANDAR ELEVATOR, FLOOR IDENTIFICATI ON SIGNAGE SIGNAGE YANG KONSISTEN, BANGUNAN HARUS SELF-EXPLAINED , SESUAI EYE-LEVEL SIGNAGE YANG KONSISTEN, BANGUNAN HARUS SELF-EXPLAINED , SESUAI EYE-LEVEL SIGNAGE YANG KONSISTEN, BANGUNAN HARUS SELF-EXPLAINED , SESUAI EYE-LEVEL TULISAN YANG DAPAT TERBACA DAN DIMENGERTI PENUNJUK ARAH YANG MUDAH DIMENGERTI, BANGUNAN HARUS SELF-EXPLAINED , SESUAI EYE-LEVEL PENUNJUK ARAH YANG MUDAH DIMENGERTI, BANGUNAN HARUS SELF-EXPLAINED , SESUAI EYE-LEVEL KONTER TIKET LOKASI MEMADAI DAN MENCUKUPI, DAN MUDAH DIJANGKAU LOKASI MEMADAI DAN MENCUKUPI, LUASAN YANG MEMADAI LOKASI MEMADAI DAN MENCUKUPI, DAN MUDAH DIJANGKAU LOKASI MEMADAI DAN MENCUKUPI, DAN MUDAH DIJANGKAU LOKASI MEMADAI DAN MENCUKUPI, DAN MUDAH DIJANGKAU

PERON - GAP PADA

PERBEDAAN LEVEL, WARNING STRIP - - FASILITAS RUANG TUNGGU KETERSEDIA AN BANGKU HARUS DIPERBANYA K, KARENA JUMLAH BANGKU MINIM JIKA MENUNGGU >15 MENIT KETERSEDIAAN BANGKU HARUS DIPERBANYAK, KARENA JUMLAH BANGKU MINIM JIKA MENUNGGU >15 MENIT KEBERADAAN BANGKU HARUS TERSAMPAIKAN PADA KELOMPOK INI KETERSEDIA AN BANGKU HARUS DIPERBANYA K, KARENA JUMLAH BANGKU MINIM JIKA MENUNGGU >15 MENIT KETERSEDIAA N BANGKU HARUS DIPERBANYA K, KARENA JUMLAH BANGKU MINIM JIKA MENUNGGU >15 MENIT SHELTER MEMBERIKA N RAILING UNTUK BERSANDAR KETIKA MENUNGGU MENYEDIAKAN AREA UNTUK KURSI RODA KEBERADAAN NAUNGAN HARUS TERSAMPAIKAN PADA KELOMPOK INI MEMBERIKAN RAILING UNTUK BERSANDAR KETIKA MENUNGGU MEMBERIKAN RAILING UNTUK BERSANDAR KETIKA MENUNGGU Sumber : Olahan Pribadi

Dari analisa diatas, dapat diketahui respon desain yang harus dilakukan untuk menanggapi perilaku dan kebutuhan pada stasiun terpadu manggarai berdasarkan kondisi fisik dan kemampuan pengguna.

(6)

Analisa Penerapan Topik pada Aspek Lingkungan dan Tapak

Setelah melakukan analisa lingkungan dan tapak, dibutuhkan analisa mengenai penerapan topik pada tapak dan lingkungan

Analisa Faktor Kuantitatif

Analisa faktor kuantitatif berpusat pada analisa mengenaianalisa jarak tempuh dari setiap kelompok pengguna dan waktu tempuh menuju stasiun, dan kebutuhan ruang pada stasiun terpadu manggarai

Analisa Jarak dan Waktu Tempuh

Analisa Estimasi Kecepatan Pejalan Kaki:

Hasil analisa kecepatan pejalan kaki akan digunakan untuk menghitung waktu tempuh yang diperlukan untuk perpindahan dari satu moda ke moda lainnya. Berdasarkan standarisasi yang mengacu kepada Auckland Transportation,analisa ini dilakukan agar stasiun terpadu manggarai memiliki waktu tempuh dan jarak tempuh yang ideal antara moda satu dengan moda yang lain.

Stasiun Terpadu Manggarai dilalui oleh 8 jenis moda, antara lain Bus Trans Jakarta, Bus jarak dekat, Bus jarak jauh, Kereta api jarak jauh, Kereta komuter, Kereta api bandara, Waterway, Kendaraan pribadi dan taxi.

Gambar 12. Hubungan Antar Moda Eksisting Sumber: dokumentasi pribadi

Pengguna Transjakarta dan Bus

Pada saat ini, akses menuju stasiun hanya dapat ditempuh melalui jalan manggarai utara dan jalan tambak dan akses penghubung antara stasiun manggarai dan terminal manggarai tidak terkoneksi secara langsung, sehingga pengguna harus mengambil jalur memutar mengikuti jalan raya dan melewati jembatan rel kereta api

Jarak antara stasiun dan terminal adalah 500 m dan membutuhkan waktu 7 menit bagi pengguna untuk mencapai stasiun.

Pengguna Waterway

Akses dari area dermaga waterway yang telah ditentukan pemerintah menuju stasiun juga tidak terkoneksi secara langsung, sehingga pengguna harus mengambil jalur memutar mengikuti jalan raya dan melewati jembatan rel kereta api

Jarak antara stasiun dan dermaga waterway adalah 570 m dan membutuhkan waktu 7,5 menit bagi pengguna untuk mencapai stasiun.

(7)

Pengguna Kereta Jarak jauh

Kereta jarak jauh terdapat di peron 6, 7 dan 8. Jarak antara pintu masuk menuju peron kereta jarak jauh adalah 200 m dan membutuhkan waktu 3 menit bagi pengguna untuk mencapai kereta tersebut

Pengguna Kereta Komuter

Kereta komuter terdapat di peron 1, 2, 3, 4 dan 5. Jarak antara pintu masuk menuju peron kereta jarak jauh adalah 185 m dan membutuhkan waktu 2,5 menit bagi pengguna untuk mencapai kereta tersebut

Perubahan orientasi pintu masuk stasiun menjadi sebuah jawaban, sistem pencapaian lokasi stasiun dibuat lebih mudah dengan membuka akses dari depan dan belakang bangunan baru, sehingga para pengguna jasa layanan kereta api di stasiun manggarai bisa terkoneksi secara langsung dengan halte kendaraan umum pada bagian depan, dan terkoneksi secara langsung dengan Transit Hub pada bagian belakang bangunan yang akan mengkoneksikan masyarakat langsung menuju stasiun dan dermaga waterway. Sehingga jarak dan waktu tempuh dari dan menuju stasiun dapat diminimalisir.

Gambar 17. Analisa Entrance Bsru. Sumber: dokumentasi pribadi

Perubahan Jarak Tempuh Pengguna Transjakarta dan Bus

Penambahan entrance baru pada bagian barat bangunan mengakibatkan jarak antara terminal dengan stasiun mengalami perubahan, dimana yang semula memiliki jarak sebesar 500 m menjadi 100 m. Perubahan ini juga didukung oleh rencana pemerintah memindahkan posisi Terminal Manggarai ke arah selatan seperti yang terencana pada RTRW Kawasan Terpadu Manggarai.

Perubahan Jarak Tempuh Pengguna Waterway

Penambahan entrance baru pada bagian barat bangunan mengakibatkan jarak antara

waterway dengan stasiun mengalami perubahan, dimana yang semula memiliki jarak sebesar

(8)

Perubahan Jarak Tempuh Pengguna Kendaraan Pribadi

Penambahan entrance baru pada bagian barat bangunan mengakibatkan jarak antara kendaraan pribadi dengan stasiun mengalami perubahan, dimana yang semula memiliki jarak sebesar 100 m menjadi 40 m.

Selain demi mengurangi jarak antara tempat parkir menuju stasiun, perubahan lokasi tempat parkir dilakukan demi menambah kapasitas kendaraan yang dapat ditampung pada Stasiun Terpadu Manggarai

Perubahan Jarak Tempuh Pengguna Taksi

Penambahan entrance baru pada bagian barat bangunan mengakibatkan jarak antara lokasi drop-off taksi dengan stasiun mengalami perubahan, dimana yang semula memiliki jarak sebesar 83 m menjadi 30 m.

Selain demi mengurangi jarak antara tempat parkir menuju stasiun, perubahan lokasi tempat parkir dilakukan demi mngurangi kemacetan yang disebabkan oleh lokasi drop-off taksi berada pada badan jalan.

(9)

Perubahan Jarak Tempuh Pengguna Ojek

Penambahan entrance baru pada bagian barat bangunan mengakibatkan jarak antara lokasi drop-off ojek dengan stasiun mengalami perubahan, dimana yang semula memiliki jarak sebesar 80 m menjadi 35 m.

Selain demi mengurangi jarak antara tempat parkir menuju stasiun, perubahan lokasi tempat parkir dilakukan demi mngurangi kemacetan yang disebabkan oleh lokasi drop-off ojek masih berada pada badan jalan.

Analisa Kebutuhan Ruang

Berdasarkan standarisasi yang mengacu kepada JICA (Japan International Cooperation Agency), kebutuhan ruang yang ada pada bangunan stasiun harus mengikuti standarisasi agar memperoleh tingkat kenyamanan spasial yang telah disesuaikan dengan standar yang ada berhubungan dengan jumlah penumpang pada peak hour.

Tabel 6. Jumlah Penumpang Pada Peak Hour (c)

No Area Jumlah (Rata-rata/Jam)

1 Commuter Line 17.134 orang

2 Jarak Jauh 994 orang

3 Bandara 1707 orang

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Jumlah penumpang pada peak hour akan digunakan sebagai acuan untuk perhitungan luas minimum pada analisa kebutuhan ruang.

(10)

A. Analisa Alur perpindahan

Analisa pemakai perlu dilakukan agar peneliti dapat menemukan alur perpindahan yang ada pada stasiun manggarai berdasarkan kecenderungan pergerakan di dalam stasiun dan menanggapinya berdasarkan pembagian pengguna stasiun

Skema alur pergerakan penguna di stasiun

Alur pergerakan penumpang menaiki kereta

Alur pergerakan pengelola

c. Alur pergerakan pengelola retail

Analisa faktor kualitatif

Analisa faktor kualitatif berpusat pada analisa mengenai kenyamanan (dalam konteks kenyamanan

visual), wayfinding, shelter,securitydan fasilitas penunjang

A. Analisa Kenyaman Visual

Berdasarkan standarisasi yang mengacu kepada Auckland Transportation, analisa visibilitas ditujukan agar stasiun terpadu manggarai memiliki proses perpindahan moda yang aman dan mudah digunakan, komponen yang berpengaruh pada optimalisasi visibilitas yaitu visibilitas pada zona interchange, visibilitas pada zona yang akan tiba, visibilitas pada wayfinding dan visibilitas pada area pengoperasian moda

b. Alur pergerakan penumpang turun dari kereta

(11)

Analisa Wayfinding

Berdasarkan standarisasi yang mengacu kepada Auckland Transportation, analisa wayfinding ditujukan agar membantu pengguna stasiun terpadu manggarai melakukan proses perpindahan moda yang aman dan mudah digunakan. Komponen yang berpengaruh pada optimalisasi wayfinding adalah bangunan tersebut harus mempunyai identitas/ciri pada setiap lokasi, adanya landmark sebagai acuan, memiliki jalur sirkulasi yang well-structured, pilihan orientasi yang sederhana, pemanfaatan view dalam menentukan orientasi dan penempatan signage pada decision points

Analisa Shelter

Berdasarkan standarisasi yang mengacu kepada Auckland Transportation, analisa shelter ditujukan agar melindungi pengguna stasiun terpadu manggarai melakukan proses perpindahan moda yang aman dan nyaman pada saat boarding dan menunggu, komponen yang berpengaruh pada optimalisasi

Shelter adalah pengunaan kolom shelter yang minim,luasan naungan yang sudah disesuaikan dengan

standar dan kebutuhan sirkulasi dan struktur kanopi yang non-climable

Analisa Security

Berdasarkan standarisasi yang mengacu kepada Auckland Transportation, analisa security ditujukan agar melindungi pengguna stasiun terpadu manggarai melakukan proses perpindahan moda yang aman dan nyaman. Komponen yang berpengaruh pada optimalisasi security adalah, keamanan pengguna pada pintu masuk stasiun, keamanan pengguna pada jalur pejalan kaki, dan keamanan terhadap intruder

Analisa Fasilitas

Berdasarkan standarisasi yang mengacu kepada peraturan KAI mengenai kesesuaian fasilitas, analisa fasilitas ditujukan agar melindungi pengguna stasiun terpadu manggarai melakukan proses perpindahan moda yang aman dan nyaman, fasilitas yang umumnya dibutuhkan adalah tempat duduk, telepon umum, pusat informasi, toilet, retail, cafe dan parkir, ruang tunggu supir, ruang kontrol, ruang keamanan dan penyimpanan bagasi.

Stasiun Manggarai sudah memiliki fasilitas yang menjadi persyaratan utama. Namun luasan tiap fasilitas tersebut belum sesuai jika dihubungkan dengan peningkatan jumlah pengguna yang akan datang, ketika stasiun manggarai mengalami penambahan moda. Maka penyesuaian akan dilakukan berdasarkan analisa kebutuhan ruang pada faktor kuantitatif.

Analisa Hubungan Antar Ruang

Selain sebagai fungsi transit, stasiun manggarai juga memiliki fungsi lain antara lain fungsi komersial, administrasi dan utilitas. Fasilitas transit dibagi menjadi 9 jenis namun difokuskan pada 3 fasilitas

transit berdasarkan fokus utama stasiun terpadu manggarai pada moda kereta api. Hall akan dibagi

menjadi 2, hall pada bagian timur dan pada bagian barat. Sehingga pola ruang pada stasiun manggarai menjadi:

Gambar 18. Hubungan ruang secara umum Sumber: dokumentasi pribadi

(12)

Gambar 19. Hubungan antar ruang Sumber: dokumentasi pribadi

Analisa Taksonomi

Rel kereta api pada stasiun akan ditambah dari enam jalur menjadi 11 jalur di atas tanah untuk fungsi kereta komuter dan kereta bandara, dan 8 jalur melayang untuk fungsi kereta jarak jauh. Penempatan fungsi ruang untuk tiap jenis kereta diletkan sesuai dengan letak jalurnya untuk memudahkan pergerakan penumpang.

Gambar 20.Penempatan jalur moda kereta Sumber: dokumentasi pribadi

Dari rencana penempatan fungsi yang telah mengikuti rencana pemerintah dalam hal penempatan jalur tambahan, pembagian jenis moda tiap peron akan menjadi acuan dalam pemilihan jenis taksonomi pada stasiun manggarai.

Hubungan moda diluar stasiun terhadap stasiun tersebut juga dihubungkan dengan linkage yang menggunakan struktur taksonomi sesuai kebutuhannya, berikut analisa penggunaan struktur taksonomi pada hubungan antar moda.

Dari analisa diatas, dapat diketahui respon desain yang harus dilakukan untuk menanggapi struktur taksonomi pada stasiun terpadu manggarai disesuaikan dengan kebutuhan tiap jenis hubungan moda, yang akan dijadikan acuan pada proses perancangan.

RIWAYAT PENULIS

Daniel Ricardo Siahaan lahir di kota Padang pada 16 Agustus 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang arsitektur pada tahun 2015.

Gambar

Tabel 7. Analisa pengelompokan pengguna stasiun
Gambar 12. Hubungan Antar Moda Eksisting  Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 17. Analisa Entrance Bsru.
Tabel 6. Jumlah Penumpang Pada Peak Hour (c)
+3

Referensi

Dokumen terkait