• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP

NOMOR : 4 TAHUN 2008 TENTANG

PERSEROAN TERBATAS WIRA USAHA SUMEKAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMENEP

Menimbang :

Mengingat :

a. bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja pelayanan jasa yang bergerak di bidang penyediaan bahan bakar kendaraan bermotor dan penyediaan suku cadang (spare part) kendaraan bermotor dan perbengkelan serta keikutsertaan dalam kegiatan usaha minyak dan gas bumi untuk menunjang peningkatan sumber pendapatan asli daerah, perlu menggali potensi, mengembangkan usaha dengan membentuk Badan Usaha Milik Daerah yang berbentuk Perseroan Terbatas;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Pendirian Perseroan Terbatas Wira Usaha Sumekar dalam suatu Peraturan Daerah.

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 09);

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4152);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);

(2)

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844) ;

9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

10. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4756);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4435); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha

Hilir Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4436); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4502);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4503); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4574);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4577);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4693);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4614);

(3)

Menetapkan :

22. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4609); 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang

Bentuk Hukum Badan Usaha Milik Daerah;

24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2004 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah;

25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2004 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah;

26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007; 27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;

28. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1999 tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Daerah;

29. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 153 Tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah Yang Dipisahkan;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUMENEP

dan

BUPATI SUMENEP MEMUTUSKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP TENTANG PERSEROAN TERBATAS WIRA USAHA SUMEKAR

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Kabupaten, adalah Kabupaten Sumenep;

2. Pemerintah Kabupaten, adalah Pemerintah Kabupaten Sumenep; 3. Bupati adalah Bupati Sumenep;

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disebut DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumenep;

5. Perseroan Terbatas, adalah Perseroan Terbatas Wira Usaha Sumekar sebagai Badan Usaha Milik Pemerintah Kabupaten yang modal seluruhnya maupun sebagian merupakan kekayaan Kabupaten yang dipisahkan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya disebut APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sumenep;

7. Organ Perseroan, adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris;

8. Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Komisaris dalam batas yang ditetentukan sesuai peraturan perundang-undangan dan/atau anggaran dasar;

(4)

9. Direksi, adalah Organ Perseroan yang bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar;

10.Dewan Komisaris, adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi

BAB II PEMBENTUKAN

Pasal 2

Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk Perseroan Terbatas.

BAB III

TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 3

(1) Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 mempunyai nama PT. WIRA USAHA SUMEKAR dan berkedudukan di Jalan Arya Wiraraja Desa Gunggung Kecamatan Batuan Kabupaten Sumenep;

(2) Perseroan terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengembangkan usahanya dan dapat membentuk anak perusahaan;

(3) Pembentukan anak perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Komisaris atas usul Direksi dan diputuskan dalam RUPS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV

AZAS, MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 4

Perseroan Terbatas dalam melaksanakan usahanya berazaskan kekeluargaan menurut dasar-dasar demokrasi ekonomi dengan prinsip kehati-hatian, itikad baik, kepatutan dan azas manfaat.

Pasal 5

Perseroan Terbatas didirikan dengan maksud dan tujuan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan Kabupaten di bidang penyediaan bahan bakar kendaraan bermotor dan penyediaan suku cadang (spare part) kendaraan bermotor dan perbengkelan serta keikutsertaan dalam kegiatan usaha minyak dan gas bumi.

BAB V

TUGAS DAN FUNGSI Pasal 6

Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 mempunyai tugas :

a. memberikan pelayanan jasa penyediaan bahan bakar kendaraan bermotor, penyediaan suku cadang (spare part) kendaraan bermotor dan perbengkelan serta pada kegiatan usaha minyak dan gas bumi b. menjadi salah satu sumber peningkatan Pendatan Asli Daerah.

(5)

Pasal 7

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Perseroan Terbatas berfungsi sebagai suatu lembaga yang menjalankan jasa usaha dan mengelola serta memanfaatkan berbagai sumberdaya dan aneka potensi untuk mendukung peningkatan usahanya.

BAB VI LAPANGAN USAHA

Pasal 8

Untuk mencapai maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Perseroan Terbatas melakukan usaha pelayanan jasa penyediaan bahan bakar kendaraan bermotor, penyediaan suku cadang (spare part) kendaraan bermotor dan perbengkelan serta keikutsertaan pada kegiatan usaha minyak dan gas bumi serta usaha lainnya sesuai dengan peraturan-perundangan yang berlaku .

BAB VII

MODAL DAN SAHAM Pasal 9

(1) Modal dasar Perseroan Terbatas terdiri atas seluruh nilai nominal saham yang merupakan seluruh kekayaan Perseroan Terbatas pada saat modal disetor bersumber dari Pemerintah Kabupaten, Perseroan Terbatas dan masyarakat.

(2) Penyertaan modal disetor dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dan pihak ketiga dengan ketentuan bahwa sebagian besar dalam komposisi modal disetor mayoritas dimiliki Pemerintah Kabupaten. (3) Ketentuan mengenai permodalan Perseroan Terbatas diatur dalam

anggaran dasar termasuk mengenai modal dasar dan modal yang ditetapkan serta disetor sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 10

(1) Modal dasar ditetapkan paling sedikit, sebesar Rp. 16.777.466.800,-

(2) Modal awal milik Pemerintah Kabupaten yang disetor dan ditempatkan, sebesar Rp. 4.194.366.900,- merupakan kekayaan Pemerintah Kabupaten yang dipisahkan dan diwujudkan dalam kepemilikan saham.

(3) Modal dasar yang disetor dan ditempatkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat ditambah sesuai dengan persetujuan RUPS.

Pasal 11

(1) Saham Perseroan Terbatas terdiri dari saham yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten dan saham yang dimiliki oleh pihak ketiga. (2) Saham Perseroan Terbatas dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten paling

(6)

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dikecualikan apabila pemegang sahamnya adalah Pemerintah atas persetujuan Pemerintah Kabupaten dan DPRD Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki hak suara khusus dalam RUPS.

Pasal 12

(1) Saham yang dikeluarkan Perseroan Terbatas adalah saham atas nama.

(2) Nilai Nominal saham ditetapkan dalam anggaran dasar.

(3) Setiap pemegang saham, menurut hukum harus tunduk pada semua keputusan yang diambil dengan sah oleh RUPS.

Pasal 13

Ketentuan tentang daftar pemegang saham dan duplikat saham diatur dalam peraturan tersendiri oleh RUPS dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII

RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM Pasal 14

(1) RUPS merupakan kekuasaan tertinggi dalam Perseroan Terbatas; (2) RUPS terdiri dari RUPS Tahunan dan RUPS lainnya;

(3) RUPS diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;

(4) RUPS Tahunan diadakan dalam waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku berakhir ;

(5) RUPS diselenggarakan oleh Direksi;

(6) Keputusan RUPS dinyatakan sah apabila dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(7) Tata tertib penyelenggaraan RUPS ditetapkan oleh RUPS dengan berpedoman pada anggaran dasar;

BAB IX

DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS Bagian Pertama

Direksi Pasal 15

(1) Perseroan Terbatas dipimpin oleh Direksi terdiri atas 1 (satu) orang Direktur Utama dan 2 (dua) orang Direktur yang ditetapkan berdasarkan RUPS.

(2) Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk pertama kali diangkat oleh Bupati selaku pendiri Perseroan Terbatas

(3) Pengangkatan Direksi selanjutnya dilakukan melalui uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) oleh Tim Independen dan hasilnya dilaporkan kepada DPRD;

(4) Masa jabatan 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali paling lama 1 (satu) periode berikutnya yang dilaksanakan oleh RUPS.

(5) Prosedur, persyaratan, pengangkatan dan pemberhentian serta tugas dan wewenang diatur dalam anggaran dasar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(7)

(6) Sebelum Direksi melaksanakan tugasnya, terlebih dahulu dilakukan pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan oleh Bupati.

Pasal 16 Direksi Perseroan Terbatas dilarang :

a. memangku jabatan rangkap dan/atau sebagai anggota Direksi di dalam Perusahaan lain yang berhubungan dengan pengelolaan Perseroan Terbatas;

b. berstatus Pegawai Negeri Sipil pada instansi Pemerintah, Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota;

c. mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung pada Perseroan Terbatas atau perkumpulan lain dalam lapangan usaha yang bertujuan mencari laba.

Pasal 17

(1) Direksi harus mendapatkan persetujuan RUPS dalam hal :

a. mengadakan perjanjian pinjaman atau perjanjian lainnya dengan Lembaga Keuangan/Perbankan serta lembaga lainnya atas nama Perseroan Terbatas yang berlaku untuk jangka waktu lebih dari 2 (dua) tahun;

b. menjual atau menghapus, melepaskan hak atas barang inventaris milik Perseroan Terbatas;

(2) Direksi mewakili Perseroan Terbatas baik di dalam maupun di luar pengadilan dan apabila dipandang perlu dapat menunjuk seorang kuasa atau lebih untuk mewakili Perseroan Terbatas;

(3) Dalam hal Direksi tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), segala tindakan Direksi dianggap tidak mewakili Perseroan Terbatas dan menjadi tanggung jawab pribadi Direksi yang bersangkutan.

Bagian Kedua Dewan Komisaris

Pasal 18

(1) Dewan Komisaris terdiri dari 1 (satu) orang Komisaris Utama dan paling banyak 2 (dua) orang anggota Komisaris sesuai kebutuhan. (2) Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk

pertama kali diangkat oleh Bupati selaku pendiri Perseroan Terbatas. (3) Dewan Komisaris dari unsur Pemerintah Kabupaten ditunjuk oleh

Bupati selaku pendiri Perseroan Terbatas.

(4) Masa jabatan Dewan Komisaris selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali paling lama 1 (satu) periode berikutnya yang dilaksanakan oleh RUPS.

(5) Prosedur, persyaratan, pengangkatan dan pemberhentian serta tugas dan wewenang Komisaris diatur dalam anggaran dasar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6) Sebelum Dewan Komisaris melaksanakan tugasnya, terlebih dahulu dilakukan pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan oleh Bupati.

Pasal 19

(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Perseroan terbatas dilaksanakan oleh Dewan Komisaris;

(8)

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara :

a. periodik sesuai jadual yang telah ditetapkan;

b. insidental atau sewaktu-waktu dipandang perlu menurut pertimbangan Dewan Komisaris;

(3) Dewan Komisaris bertanggungjawab kepada RUPS. Pasal 20

Dewan Komisaris mempunyai kewajiban :

a. memberikan saran dan pendapat kepada Direksi dalam menentukan kebijakan Rencana Kerja dan Anggaran Perseroan Terbatas serta pembahasannya;

b. mengawasi pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran serta menyampaikan hasilnya kepada Bupati;

c. menyampaikan laporan kepada pemegang saham sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

d. menyelenggarakan rapat secara periodik dengan Direksi. Pasal 21

Ketentuan tentang besarnya gaji atau honorarium dan tunjangan bagi Direksi dan Dewan Komisaris ditetapkan berdasarkan Keputusan RUPS dan dapat dilimpahkan kepada Dewan Komisaris serta dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).

BAB X KARYAWAN

Pasal 22

(1) Karyawan Perseroan Terbatas diangkat dan diberhentikan oleh Direksi setelah mendapat pertimbangan Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Hak dan kewajiban Karyawan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Direksi dengan persetujuan Dewan Komisaris berdasarkan kemampuan Perseroan Terbatas dan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XI

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN Pasal 23

(1) Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum tahun buku berakhir, Direksi menyampaikan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Perseroan Terbatas kepada Bupati melalui Dewan Komisaris untuk mendapatkan pengesahan RUPS.

(2) Rencana kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Perseroan Terbatas wajib mendapatkan pengesahan RUPS.

(3) Setiap perubahan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Perseroan Terbatas yang terjadi dalam tahun buku yang bersangkutan, wajib melalui pengesahan RUPS.

(9)

BAB XII

TAHUN BUKU DAN PERHITUNGAN TAHUNAN Pasal 24

(1) Tahun buku Perseroan Terbatas adalah Tahun takwim;

(2) Selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun buku berakhir, Direksi wajib menyampaikan perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi yang telah diperiksa atau diaudit oleh Kantor Akuntan Publik kepada Bupati untuk mendapat pengesahan dalam RUPS;

(3) Laporan yang disampaikan kepada RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan juga kepada DPRD.

BAB XIII

PENETAPAN PEMBAGIAN LABA Pasal 25

(1) Laba bersih setelah diperhitungkan pajak dan telah disahkan oleh RUPS pembagiannya ditetapkan sebagai berikut :

a. deviden untuk pemegang saham, sebesar 50 % ; b. cadangan umum, sebesar 10 % ; c. cadangan tujuan, sebesar 10 % ; d. dana kesejahteraan, sebesar 10 % ; e. jasa produksi, sebesar 12,5 % ; f. dana sosial, sebesar 2,5 % ; g. pembinaan, sebesar 5 %;

(2) Deviden untuk Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dituangkan dalam lampiran piutang APBD tahun berjalan dan pembayarannya dilakukan pada tahun berikutnya;

(3) Dana kesejahteraan sebagaimana dimaksud pada (1) huruf d antara lain dialokasikan untuk dana pensiun Direksi dan karyawan serta kesejahteraan lainnya;

(4) Jasa produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e penyusunannya ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(5) Dana sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dipergunakan untuk kepentingan sosial dan sejenisnya;

(6) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g dialokasikan untuk dana pembinaan dan penggunaannya atas persetujuan Bupati.

BAB XIV

TANGGUNG JAWAB DAN TUNTUTAN GANTI RUGI Pasal 26

(1) Anggota Direksi yang dengan sengaja maupun tidak sengaja atau melakukan kesalahan karena kelalaiannya menimbulkan kerugian bagi Perseroan Terbatas wajib mengganti kerugian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Tata cara penyelesaian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(10)

BAB XV PEMBINAAN

Pasal 27

(1) Bupati melakukan pembinaan umum terhadap Perseroan Terbatas dalam rangka meningkatkan dayaguna dan hasilguna Perseroan Terbatas dengan membentuk Tim Pembina;

(2) Tim Pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB XVI KERJASAMA

Pasal 28

(1) Perseroan Terbatas dapat melakukan kerjasama dengan Lembaga Keuangan/Perbankan serta lembaga lainnya dalam rangka usaha meningkatkan modal, manajemen, profesionalisme dan lain-lain sesuai dengan ketentuan pengawasan yang dilakukan oleh pihak berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(2) Dalam melaksanakan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus terlebih dahulu mendapat persetujuan RUPS.

BAB XVII

PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN PENGAMBILALIHAN Pasal 29

(1) Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan Perseroan Terbatas ditetapkan oleh RUPS dengan persetujuan Bupati dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

(2) Tata cara Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan Perseroan Terbatas dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam anggaran dasar.

BAB XVIII

PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI Pasal 30

(1) Pembubaran Perseroan Terbatas ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

(2) Bupati membentuk Panitia Pembubaran Perseroan Terbatas yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati;

(3) Dalam hal Perseroan Terbatas dibubarkan, maka hutang dan kewajiban keuangan dibayarkan dari harta kekayaan Perseroan Terbatas dan sisa lebih atau kurang menjadi tanggung jawab Pemegang Saham;

BAB XIX

KETENTUAN PENUTUP Pasal 31

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya dtetapkan oleh Bupati dan atau dengan Keputusan RUPS.

(11)

Pasal 32

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sumenep

Ditetapkan di : Sumenep

pada tanggal : 25 September 2008

BUPATI SUMENEP

KH. MOH. RAMDLAN SIRAJ, SE, MM

Diundangkan di : Sumenep

pada tanggal : 30 Desember 2008

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SUMENEP

H.FEN A. EFFENDY SAID, SE,MSi,MM

Pembina Utama Muda NIP. 510 087 567

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Fitroni, A., 2013, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Produksi pada Pabrik Karung Rosella Baru dengan Pendekatan Berorientasi Objek.. Program Studi

Munculnya lapisan petani dengan status kesejahteraan miskin tidak hanya terjadi pada lapisan petani tunakisma mutlak maupun tunakisma tidak mutlak tetapi juga pada lapisan

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf perta$a unsur na$a jabatan dan pangkat ang diikuti na$a )rang atau ang dipakai sebagai pengganti na$a )rang tertentu# na$a instansi# atau

Penelitian selanjutnya oleh [1], mengenai Analisis dan Implementasi Kompresi File Audio dengan Menggunakan Algoritma Run Length Encoding (RLE) menyimpulkan

a) Untuk membuat rancangan prototype agar dapat digunakan dalam kehidupan nyata, kita perlu menambah voltase dengan menggunakan relay yang berfungsi untuk meberi arus

Nyeri otot setelah pemberian suksinilkolin biasanya terjadi secara umum tetapi yang paling sering meliputi otot-otot bahu, leher dan dada, nyeri ini hampir menyerupai nyeri

tumbuhan itu dalam beradaptasi terhadap lingkungannya. Misalnya, eceng gondok memiliki rongga udara yang membatunya untuk mengapung. Tidak hanya tumbuhan air, tumbuhan di darat