• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT (SIMRS) DI TPPRJ MENGGUNAKAN METODE UTAUT DI RS TK.III DR. REKSODIWIRYO PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT (SIMRS) DI TPPRJ MENGGUNAKAN METODE UTAUT DI RS TK.III DR. REKSODIWIRYO PADANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT (SIMRS) DI TPPRJ MENGGUNAKAN METODE UTAUT DI RS

TK.III DR. REKSODIWIRYO PADANG Deni Maisa Putra1 and Dila Vadriasmi2

STIKes Dharma Landbouw Padang, West Sumatra, Indonesia * email: [email protected].

Abstrak

Sistem informasi manajemen rumah sakit di RS Tk.III dr. Reksodiwiryo Padang belum dimanfaatkan secara maksimal ini dikarenakan SIMRS baru beroperasi di rumah sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis Penerapan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit di TPPRJ di RSTk.III dr. Reksodiwiryo Padang. Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan peneliti menemukan permasalahan adalah terlalu banyak isian data sosial yang harus dientrikan ke aplikasi SIMRS hal ini mengakibatkan waktu yang panjang untuk mendaftarkan pasien. Tujuan adalah untuk menganalisis bagaimana penerapan SIMRS di TPPRJ menggunakan metode UTAUT di RS Tk.III Dr. reksodiwiryo padang tahun 2019. Penelitian ini dilakukan di RS Tk.III dr. Reksodiwiryo Padang pada tanggal 22 Juli s/d 02Agustus 2018. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah Kepala Rekam Medis, petugas pendaftaran, dan petugas IT. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu wawancara mendalam kepada partisipan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Collaizzi. Hasil penelitian ini menemukan bahwadalam penerapan SIMRS di TPPRJ sudah berjalan dengan lancar, dengan adanya SIMRS di TPPRJ sangat membantu mereka dalam bekerja dan lebih efesien waktu dari manual ke sistem. Namun dalam Penerapannya ada beberapa petugas yang belum bertanggung jawab dan disiplin. Ini dikarenakan belum ada dukungan dan motivasi dari manajemen secara khusus kepada petugas belum ada. Kesimpulan pada penelitian adalah kurangnya tanggung jawab dan kedisiplinan petugas dalam penginputan data pasien. Dukungan manajemen diadakan untuk meningkatkan kinerja petugas dalam bekerja. Penerapan SIMRS di TPPRJ dari segi teknologi sudah tergolong baik, walaupun masih ada kendala namun masih bisa diatasi. Petugas sudah berusaha untuk membuat SIMRS di TPPRJ berjalan dengan lancar.

Kata Kunci : Penerapan SIMRS, TPPRJ, Metode UTAUT Abstract

Hospital management information system at Tk.III Hospital Dr. Padang Reksodiwiryo has not been utilized to the fullest because SIMRS has only been operating in a hospital. The purpose of this study was to analyze the Application of Hospital Management Information System at TPPRJ in RSTk.III dr. Reksodiwiryo Padang. Based on preliminary surveys conducted by researchers, the researcher found that the problem was that too much filling of social data had to be entered into the SIMRS application, which resulted in a long time for registering patients. The aim is to analyze how the application of SIMRS in TPPRJ using the UTAUT method at Tk.III Hospital Dr. reksodiwiryo padang in 2019.This research was conducted at Tk.III Hospital Dr. Reksodiwiryo Padang on July 22 to 02August 2018. This type of research uses descriptive qualitative methods. Participants in this study were the Head of Medical Records,

(2)

registration officers, and IT officers. Data collection techniques in this study were in-depth interviews with participants. Analysis of the data used in this study is Collaizzi's theory. The results of this study found that the application of SIMRS in TPPRJ was running smoothly, with the existence of SIMRS in TPPRJ greatly assisted them in working and more time efficiency from manual to system. But in its application there are some officers who are not yet responsible and disciplined. This is because there is no support and motivation from management specifically for officers. The conclusion of the study is the lack of responsibility and discipline of staff in inputting patient data. Management support is held to improve the performance of officers at work. The application of SIMRS in TPPRJ in terms of technology has been classified as good, although there are still obstacles but it can still be overcome. Officers have tried to make SIMRS in TPPRJ run smoothly.

Keywords: Implementation of SIMRS, TPPRJ, UTAUT Method PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayana rumah sakit menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan, dan penelitian, serta mencakup berbagai tindakan maupun jenis disiplin, agar rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang profesional baik dibidang teknis medis maupun administrasi kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu rumah sakit harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu disemua tingkatan (Rustiyanto, 2010).

Rumah sakit bertanggung jawab untuk melindungi informasi yang ada di dalam Rekam Medis terhadap kemungkinan hilangnya keterangan ataupun pemalsuan data yang ada, Rekam Medis dipergunakan oleh orang yang tidak diberi izin. Rekam Medis diberi data yang cukup terperinci, sehingga dokter dapat mengetahui bagaimana pengobatan dan perawatan kepada pasien dan konsulen dapat pula memberikan pendapat yang tepat setelah memeriksanya atau dokter yang bersangkutan dapat memperkirakan kembali keadaan pasien yang akan datang dari prosedur yang gtelah dilaksanakan. (Depkes RI, 2006).

Untuk memberikan layanan yang lebih berkualitas kepada pasien, banyak rumah sakit mengadopsi sistem informasi (SI). SI mendukung alur kerja klinis dengan berbagai cara, yang ada pada akhirnya memberikan kontribusi pada perawatan pasien yang lebih baik (Wahid, 2015). Sistem informasi dibuat untuk mempermudah dalam pengolahan dan penyimpanan data maka akan menghasilkan suatu informasi yang tepat dan akurat. Adanya sistem informasi yang tepat dan akurat dapat mengurangi terjadinya kesalahan yang tidak diinginkan sehingga dapat meningkatkan kinerja yang lebih efisien dan kecepatan operasional instansi (Sari, 2015).

Sistem informasi rumah sakit adalah suatu tatanan yang berurusan dengan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi, analisa dan penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit (Sabarguna, 2003). Sebuah sistem informasi rumah sakit idealnya mencakup integrasi fungsi-fungsi klinikal (medis), keuangan, serta manajemen yang nantinya merupakan sub sistem dari sebuah sistem informasi rumah sakit. Sub sistem ini merupakan unsur dari sistem informasi rumah sakit

(3)

yang tugasnya menyiapkan informasi berdasarkan fungsi-fungsi yang ada untuk menyederhanakan pelayanan pada suatu rumah sakit (Handoyo, 2008).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1171/MENKES/PER/IV/2011 tentang sistem informasi rumah sakit yang menyebutkan bahwa “setiap rumah sakit melaksanakan Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)” maka rumah sakit yang ada diindonesia mulai

menerapkan sistem untuk meningkatkan pelayanan SIMRS adalah suatu sistem terkomputerisasi yang mampu melakukan pengolahan data secara cepat, akurat, dan menghasilkan sekumpulan informasi yang saling berinteraksi untuk diberikan kepada semua tingkatan manajemen dirumah sakit (Muhimmah, 2013).

Terdapat lima komponen yang mendasari implementasi SIMRS yaitu sumber daya manusia (SDM), perangkat keras (hardwere), perangkat lunak (softwere), data, dan jaringan. SDM sebagai pengguna SIMRS merupakan faktor utama dalam penerimaan sebuah teknologi baru. Proses adopsi dalam penerapan SIMRS merupakan bagian perilaku manusia dan menentukan kelancaran penerapan SIMRS. Perangkat teknologi berperan pada tingkat kesulitan atau kemudahan dalam penerapan serta manfaat bagi individu maupun organisasi, sehingga masing-masing komponen dapat menjadi masalah dan menyebabkan gangguan dalam implementasi SIMRS (Suyanto, 2015).

Hasil penelitian Novianti Puspitasari dkk (2013) dengan judul Analisis Penerapan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Menggunakan Metode UTAUT dan TTF ditemukannya bahwa Penerapan SIMRS saat ini masih mengalami kendala dan hambatan ditingkat penerimaan pengguna. Masih banyaknya hal yang bersifat operasional dan manajerial, membuat penerapan SIMRS tidak berjalan dengan baik. Penelitian ini melakukan analisis terhadap hasil penerapan SIMRS dari sisi tingkat penerimaan pengguna, menggunakan Model Gabungan Unified Theory of Acceptance and Usage of Technology (UTAUT) dan Task Technology Fit (TTF).

RS Tk.III Dr. Reksodiwiryo Padang merupakan Rumah Sakit yang berada diwilayah Sumatera Barat yang setiap hari banyak melayani pasien rawat jalan. Dengan demikian, di Rumah Sakit menggunakan SIMRS secara komputerisasi. Penulis menggunakan Analisis System untuk mengevaluasi penerapan SIMRS tersebut.

Di RS Tk.III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2019 sudah menggunakan SIMRS pada awal Januari 2016, selanjutnya pada awal Januari 2019 RS Tk.III Dr. Reksodiwiryo menggunakan aplikasi terbaru yaitu SIMRS Khanza sampai dengan sekarang, pada sistem terbaru yang sedang berkembang masih ditemukan masalah atau kendala sehingga dari pertimbangan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di RS Tk.III Dr. Reksodiwiryo Padang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan metode UTAUT. Pada penelitian ini peneliti lebih melihat sejauh mana SIMRS bermanfaat dan berguna dalam menyelesaikan suatu pekerjaan serta melihat seberapa minat, antusias dan memudahkan petugas dengan keberadaan SIMRS di rumah sakit, dan kualitas teknologi yang digunakan dirumah sakit dalam rangka menyelesaikan suatu pekerjaan.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada 10 April 2019 di RS Tk.III Dr. Reksodiwiryo Padang, peneliti melakukan wawancara dengan kepala Rekam Medis mendapatkan bahwa permasalahan yang dirasakan adalah terlalu banyak isian data sosial yang harus dientrikan ke aplikasi SIMRS hal ini mengakibatkan waktu yang panjang untuk mendaftarkan pasien. Peneliti mengamati petugas pendaftaran secara langsung dan didapati dari 10 pasien yang didaftarkan

(4)

membutuhkan waktu kurang lebih satu jam, dengan rata-rata per pasien membutuhkan waktu 6 sampai 7 menit, sehingga dari 10 (100%) pasien yang mendaftar diamati, peneliti melihat 7 (70%) pasien harus menunggu dengan waktu jangka panjang saat proses pendaftaran, dan 3 (30%) pasien yang tidak menunggu dengan waktu jangka panjang saat proses pendaftaran. RS Tk.III Dr. Reksodiwiryo Padang sudah menggunakan SIMRS pada awal Januari 2016, selanjutnya pada awal Januari 2019 RS Tk.III Dr. Reksodiwiryo menggunakan aplikasi terbaru yaitu SIMRS Khanza, yang mana aplikasi ini sudah memenuhi kebutuhan standar akreditasi Rumah Sakit. Dengan aplikasi terbaru ini petugas harus mampu menyesuaikan pekerjaan dengan sistem tersebut. Unit yang sudah terintegrasi menggunakan SIMRS di RS Tk.III Dr. Reksodiwiryo Padang diantaranya Rekam medis, igd, farmasi, radiologi, poliklinik, dan ruang rawatan.

METODE PENELITIAN

Partisipan pada penelitian ini adalah 1 Kepala Rekam Medis, 2 petugas Rekam Medis, dan 1 orang pengelola Sistem Informasi, sebagai subjek melihat penerapan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) pada tempat penerimaan pasien rawat jalan di RS Tk.III Dr. Reksodiwiryo Padang. Cara pengumpulan data dalam penelitian menggunakan wawancara mendalam

(in-depth interview) kepada partisipan dengan menggunakan tape recorder untuk

merekam hasil wawancara dari partisipan serta pedoman wawancara yang digunakan sebagai panduan bagi peneliti dalam mengajukan pertanyaan sesuai dengan tujuan penelitian. Analisa data dalam penelitian ini yaitu analisis menggunakan model Collaizzi (1978, dalam Streubert & Carpenter, 2003).

HASIL PENELITIAN

Jumlah partisipan yang berpatisipasi pada penelitian ini sebanyak empat orang. Pertisipan berjenis kelamin laki-laki berjumlah dua orang dan perempuan berjumlah dua orang. Tingkat pendidikan partisipan dari petugas rekam medis tamatan D-3 Rekam Medis dan petugas IT tamatan S1 Komputer. Setelah dianalisis maka ditemukan empat tema sebagai hasil penelitian.

Tema yang pertama adalah Performance Expetancy (harapan kinerja) tema

ini diidenfikasi melalui sub-tema kurang disiplin dalam mengisi data sosial pasien, serta petugas kerja dua kali untuk menginput data pasien dan no SEP pasien. Salah seorang partisipan mengatakan Dimana petugas kurang disiplin dalam mengisi data sosial pasien dimana tanggal lahir dan umur pasien tidak diisi sehingga berpengaruh kepada kelengkapan data sosial pasien. Untuk lebih jelas dapat kita lihat pada kutipan wawancara sebagai berikut :“Iyaa kadang tu ada

petugas yang gak ngisi lengkap-lengkap data pasiennya, misalnya data sosialnya tu gak lengkap kayak tanggal lahir dan umur pasien tu ada yang gak diisi (Partisipan 1)”.

Setelah indikator utama yang disampaikan informan, terdapat juga masalah dimana petugas kerja dua kali untuk menginput data pasien dan no SEP pasien. Untuk lebih jelas dapat kita lihat pada kutipan wawancara sebagai berikut :

“kendalanya tu kami petugas harus kerja dua kali untuk menginput data pasien, pertama yang kami inputkan tu data sosial pasien habis itu kami inputkan lagi no SEP pasiennya, gak bisa sekali kerja aja dia (Partisipan 2)”.

Dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan SIMRS di TPPRJ belum berjalan dengan lancar. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada partisipan dimana masih terdapat petugas kurang disiplin dalam mengisi data

(5)

sosial pasien dimana tanggal lahir dan umur pasien tidak diisi sehingga berpengaruh kepada kelengkapan data sosial pasien, hal ini dikarenakan beban kerja petugas yang banyak tidak sebanding dengan jumlah pasien perharinya.

Tema yang kedua adalah Effort Expetancy (Hasil Usaha), pada tema ini

dimana petugas kurang tercover atau terlaksana dengan maksimal karena banyaknya kerjaan lain yang harus dilakukan oleh petugas. dapat kita lihat pada kutipan wawancara sebagai berikut : “Ada sih, kendalanya tu kami petugas harus

kerja dua kali untuk menginput data pasien, trus kayak petugas ada pekerjaan yang lain makanya nggak tercover keseluruhannya itu sih kendalanya (Partisipan 3)”.

Setelah indikator utama yang disampaikan partisipan, terdapat juga masalah dimana terlalu banyaknya item pada database yang harus diisi oleh petugas sehingga petugas membutuhkan waktu yang lama untuk menginput data pasien. Untuk lebih jelas dapat kita lihat pada kutipan wawancara sebagai berikut :

“oo kalau pelaksanaan sih sebenarnya sudah baik sih, tapi karna dalam penginputan data pasien ke komputer, di aplikasi SIMRS tersebut terlalu banyak item yg harus diisikan (Partisipan 1)”.

Dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan SIMRS di TPPRJ belum sepenuhnya terpenuhi dan berjalan dengan lancar. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada partisipan proses penginputan data pasien terlalu banyaknya item yang harus diisi membuat proses pelayanan jadi lama, sedangkan jumlah pasien beban kerja petugas tidak sebanding dengan jumlah pasien perharinya, SOP tentang SIMRS sudah ada.

Tema ketiga adalah Sosial Influency (Faktor Sosial) dimana untuk

mendukung kegiatan dalam organisasi baik dari segi reward, dukungan manajemen, motivasi setiap petugas seharusnya memiliki tanggung jawab dan kedisplinan dalam organisasi sehingga bisa berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan pelayanan kepada pasien. Dapat lihat pada kutipan wawancara sebagai berikut ; “kurang tau kakak belum ada kakak melihat adanya diberikan

seperti penghargaan tentang SIMRS ini (Partisipan 1)”.

Dukungan dari manajemen mengenai SIMRS secara khusunya tidak ada hanya saja jika penerapannya ada masalah petugas melaporkan ke manajemen, untuk tindak lanjutnya bagaimana mengatasi dan menyelesaikan masalah tergantung dari pihak manajemen, petugas hanya menjalankan dan mengerjakan tugasnya. Untuk lebih jelas dapat kita lihat pada kutipan wawancara sebagai berikut :“untuk dukungan dari manajemen nggak ada, kalau seandainya ada

masalah paling kami hanya melaporkan sama manajemen (Partisipan 2)”. “kalau ada masalah kami langsung melaporkan ke IT dan manajemen nantik dibahas bersama (Partisipan 3)”.

Setelah indikator utama yang disampaikan partisipan, adanya motivasi yang diberikan kepada sesama petugas yaitu bagaimana cara memberikan semangat untuk bekerja dan saling menbantu dalam bekerja. Untuk lebih jelas dapat kita lihat pada kutipan wawancara sebagai berikut :

“motivasi palingan kami sesama petugas saling membantu dalam bekerja

untuk melaksanakan SIMRS ini karena kalau tidak nantikan petugas bagian SIMRS ini sendiri yang susah dalam menjalankanya ( Partisipan 1)”.

Maka dapat disimpulkan belum adanya reward dalam menggunakan SIMRS di TPPRJ untuk meningkatkan kinerja petugas. Dukungan manajemen berupa diskusi sesama petugas apabila terdapat adanya masalah dalam penerapan

(6)

SIMRS di TPPRJ. Motivasi manajemen kepada petugas memberikan semangat untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien.

Tema keempat adalah Facilitating Condition (Kondisi Yang Menfasilitasi). Partisipan mengungkapkan bahwa SIMRS itu adalah penginputan data pasien, pencarian data, dan pengiriman data pasien melalui sistem yang awalnya manual sekarang sudah menggunakan sistem, memudahkan dalam dalam pencarian data pasien, mempermudah petugas dalam bekerja. Untuk lebih jelas dapat kita lihat pada kutipan wawancara sebagai berikut : “SIMRS adalah suatu

data pasien yang diinputkan melalui teknologi komputerisasi untuk memudahkan pencarian data-data pasien tersebut (Partisipan 1)”. “SIMRS itu adalah sistem pendaftaran online kita gak perlu ncatat lagi kita langsung inputkan data pasien ke dalam aplikasi tersebut tapi kita tetap memakai status (Partisipan 2)”. “SIMRS itu adalah aplikasi rumah sakit yang tujuannya untuk menyimpan semua data-data pasien di rumah sakit yang lebih memudahkan petugas dari pada yang manual (Partisipan 3)”.

Kualitas informasi, isi database sudah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh petugas karena item data yang diisikan tidak rumit dan mudah untuk dipahami. Untuk lebih jelas dapat kita lihat pada kutipan wawancara sebagai berikut :

“sudah sesuai kebutuhan rumah sakit (Partisipan 1)”. “kalau item datanya udah lengkap malahan kalau menurut abang terlalu banyak item pada aplikasi SIMRS terbaru sekarang (Partisipan 2)”.

Isi database yang akan didinputkan oleh petugas pendaftaran, adapun tahap-tahap yang ada pada softwere SIMRS di TPPRJ seperti gambar pada softwere SIMRS di TPPRJ sebagai berikut :

Gambar : Tampilan database softwere SIMRS di TPPRJ

Kualitas layanan, pada kecepatan respon SIMRS di TPPRJ dalam pelayanan tidak bermasalah. Untuk lebih jelas dapat kita lihat pada kutipan wawancara sebagai barikut : “waktu tunggu pelayananya sekarang kan pelayanannya dua

komisi untuk mencetak SEP sama input RM jadi makanya yang agak susah, karna dua kali input rencannya dalam waktu dekat ini mau dijadikan satu, udah di plannningin, tapi kalo sampai sekarang kecepatan internet kita cepat ya tergantung jaringan internet di rumah sakit, paling lama sekitar 5 sampai 7 menit (Partisipan 4)”.

Selain indikator utama yang disampaikan partisipan, terdapat juga masalah dalam penerapan SIMRS di TPPRJ yang disampaikan oleh partisipan mengenai waktu tunggu pasien yang lama apabila terjadi masalah pada jaringan. Untuk lebih jelas dapat kita luhat pada kutipan wawancara berikut :“Iya misalkan pasien

mau ke poli kan trus jaringannya bermasalah kan susah kaka nginputinnya kalau gak diinputkan nantik gak sampai ke perawat , tapi pasiennya tetap kita layani

(7)

dulu natik proses datanya belakangan kalau jaringannya udah baik tapi itu biasanya gak lama (Partisipan 1)”. “nggak ada menunggu kami bikin manual aja nanti kalau bagus baru kami masukan ke system (Partisipan 3)”. “kalau seandainya terjadi jaringannya rusak dan lama sekitar setengah jam mungkin kita akan sampaikan manual dulu (Partisipan 4)”.

Maka dapat disimpulkan SIMRS adalah penginputan data pasien, pencarian data pasien, dan pengiriman data pasien dari manual ke sistem. Pada kualitas informasi isi database sudah sudah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit, saat petugas menginputkan data pasien ke komputer masih terdapat data pasien yang belum lengkap. Pada kualitas sistem, jaringan yang bermasalah pada saat pengiriman data pasien, dengan adanya SIMRS sangat memudahkan petugas serta petugas diberi username dan password. Pada kualitas layanan, kecepatan respon SIMRS di TPPRJ apabila ada masalah pada jaringan yaitu 5 sampai 7 menit, apabila masih terjadi masalah atau server down petugas langsung mengarahkan pasien ke poli klinik yang dituju dan penginputan data pasien setelah jaringan membaik.

PEMBAHASAN

Pada komponen perfomance expectancy dalam penerapan SIMRS di TPPRJj di rumah sakit, dimana petugas dalam melakukan pekerjaanya petugas kurang disiplin dalam mengisi data sosial pasien dimana tanggal lahir dan umur pasien tidak diisi sehingga berpengaruh kepada kelengkapan data sosial pasien, serta petugas kerja dua kali untuk menginput data pasien dan no SEP pasien sehingga dalam penerapan SIMRS di TPPRJ tidak ada lagi penumpukkan data dan ketidaklengkapan dalam proses pengentrian data pasien. Selain itu dari segi pelatihanhanya dilakukan oleh petugas IT lalu petugas IT melakukan sosialisasi kepada petugas mengenai SIMRS jadi sangat memudahkan petugas dalam melakukan pekerjaan, setelah belajar menggunakan SIMRS di TPPRJ petugas sangat menerima baik SIMRS, partisipan mengungkapkan dengan keberadaan SIMRS ini sangat membantu petugas dalam bekerja serta menghemat waktu petugas dalam melakukan pekerjaan, dan memudahkan petugas dalam proses pencarian data pasien.

Komponen harapan kinerja menilai sistem informasi dibuat untuk mempermudah dalam pengolahan dan penyimpanan data maka akan menghasilkan suatu informasi yang tepat dan akurat. Adanya sistem informasi yang tepat dan akurat dapat mengurangi terjadinya kesalahan yang tidak diinnginkan sehingga dapat meningkatkan kinerja yang yang lebih efisien dan kecepatan operasional instansi (Sari, 2015).

Dari hasil Analisis penelitian, dapat diteliti kesimpulan bahwa yang ditinjau dari aspek perfomance expectancy dalam penerapan SIMRS di TPPRJ belum berjalan dengan lancar, dapat dikatakan bahwa kinerja SIMRS yang ditinjau dari aspek perfomance expectancy belum sepenuhnya terpenuhi. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada partisipan dimana masih terdapat petugas kurang disiplin dalam mengisi data sosial pasien dimana tanggal lahir dan umur pasien tidak diisi sehingga berpengaruh kepada kelengkapan data sosial pasien, hal ini dikarenakan beban kerja petugas yang banyak tidak sebanding dengan jumlah pasien perharinya.

Diharapkan dalam penerapan SIMRS semua unit yang terkait dalam SIMRS harus bisa bekerja sama untuk kesuskesan SIMRS lebih baik kedepannya. Sebaiknya dalam proses pengentrian data pasien harus lengkap, dan petugas harus

(8)

lebih disiplin lagi dalam bekerja sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Serta dalam penerapan SIMRS harus dijalankan sesuai prosedur yang ada.

Pada komponen effort expectancy dalam penerapan SIMRS di TPPRJ di rumah sakit, dimana dalam proses penerapan SIMRS di TPPRJ di rumah sakit, dimana dari segi pelaksanaannya pekerjaan petugas kurang tercover atau terlaksana dengan maksimal karena banyaknya kerjaan lain yang harus dilakukan oleh petugas, dan terlalu banyaknya item pada database yang harus diisi oleh petugas sehingga petugas membutuhkan waktu yang lama untuk menginput data pasien.

Komponen hasil usaha menilai sistem informasi dari aspek kemudahan serta kepuasan pengguna yaitu keseluruhan evaluasi dari pengalaman pengguna dalam menggunakan sistem informasi dan dampak potensial yang dirasakan pengguna sistem informasi. Kemudahan dan kepuasan pengguna dapat dihubungkan dengan sikap pengguna terhadap sistem informasi yang dipengaruhi oleh karakteristek personal (Erimalata, 2006).

Hasil penelitian Novianti Puspitasari dkk (2013) dengan judul Analisis Penerapan Sistem Informasi Manjemen Rumah Sakit menggunakan Metode UTAUT dan TFF ditemukannya bahwa Penerapan SIMRS saat ini masih mengalami kendala dan hambatan ditingkat penerimaan pengguna. Masih banyaknya hal yang bersifat operasional dan manajerial, membuat penerapan SIMRS tidak lagi berjalan dengan baik. Penelitian ini melakukan analisis terhadap hasil penerapan SIMRS dari sisi tingkat penerimaan pengguna, menggunakan Model Gabungan Unified Theory of Acceptance and Usage of Technology (UTAUT) dan Task Technology Fit (TTF).

Dari hasil analisi peneliti, dapat diteliti kesimpulan bahwa dari aspek effort expectancy dalam pelaksanaan SIMRS di TPPRJ belum sepenuhnya terpenuhi dan berjalan dengan lancar, dapat dikatakan bahwa kinerja SIMRS di TPPRJ yang ditinjau dari aspek effort expectancy belum sepenuhnya terpenuhi. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada partisipan proses penginputan data pasien terlalu banyaknya item yang harus diisi membuat proses pelayanan jadi lama, sedangkan jumlah pasien beban kerja petugas tidak sebanding dengan jumlah pasien perharinya, SOP tentang SIMRS sudah ada.

Diharapkan dalam penerapan SIMRS di TPPRJ seharusnya pembagian kerja tercover dengan baik dan maksimal guna mempermudah pekerjaan petugas dan adanya monitoring evaluasi terhadap item yang harus diisi pada database yang terdapat di dalam SIMRS sehingga petugas tidak membutuhkan waktu yang lama dalam proses penginputan data pasien.

Pada komponen Social Influence dalam penerapan SIMRS di Tpprj di rumah sakit, dalam penerapan SIMRS di TPPRJ dukungan lingkungan sekitar berupa diskusi bagaimana cara mengatasi masalah dalam penerapan SIMRS di TPPRJ. Reward belum diterapkan tapi motivasi sudah diterapkan dalam penerapan SIMRS di TPPRJ di rumah sakit untuk meningktakan kinerja setiap petugas. Komponen social influence yang dilihat dari segi organisasinya menilai sistem dari aspek lingkungan serta tempat sistem teknologi informasi di implementasikan (Erimalata, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Muhimmah (2013) di Rumah Sakit PKU Muhammmadiyah Sruweg, didapatkan bahwa faktor organisasi memiliki hubungan yang searah (positif) dan signifikan terhadap lingkungan organisasi dimana SIMRS diterapkan. Hal ini dapat dicapai melalui strategi dan manajemen

(9)

seperti dukungan pemimpin, kerja tim, dan komuikasi yang efektif yang dibentuk dengan melibatkan peran dan kemampua karyawan.

Dari hasil analisis peneliti, dapat diteliti kesimpulan bahwa yang ditinjau dari aspek social influence dalam penerapan SIMRS di TPPRJ belum berjalan lancar, dapat dikatakan bahwa kinerja SIMRS di TPPRJ yang ditinjau dari segi social influence belum sepenuhnya terpenuhi. Dari hasil wawancara yang penelitian lakukan di bagian SIMRS di TPPRJ yang berkaitan dengan kinerja SIMRS tidak adanya reward atau memberikan penghargaan kepada petugas untuk meningkatkan kinerja. Dengan adanya reward petugas akan lebih semangat dan termotivasi dalam melakukan tugas dan tanggung jawab untuk kemajuan penerapan SIMRS di TPPRJ akan lebih baik kedepannya.

Dalam penerapan SIMRS di TPPRJ harus adanya dorongan atau motivasi kepada petugas baik itu dari manajmenen maupun dari sesama petugas dalam penerapan SIMRS di TPPRJ di rumah sakit. SIMRS di RS Tk.III dr. Reksodiwiryo Padang baru beroperasi, dan untuk keberhasilan penggunaan SIMRS di rumah sakit semua pihak yang terlibat dalam menggunakan SIMRS khusunya dibagian pendaftaran harus saling memotivasi.

Diharapkan dalam penerapan SIMTS di TPPRJ di rumah sakit dukungan sesama petugas serta motivasi sangat berperan penting dalam penerapan SIMRS sehigga berjalan sesuai dengan yang etlah direncanakan. Perlu adanya reward sebagai bentuk penghargaan atau semangat petugas dalam bekerja sehingga terciptalah budaya kerja yang semangat dan adanya motivasi dalam meningkatkan kinerja. Ini sejalan dengan Poulan (2014), faktor organisasi memiliki korelasi yang kuat, serta searah dan signifikan terhadap pengguna. Semakin baik hubungan organisasi dengan pengguna, maka kinerja organisasi dalam mengembangkan sistem akan semakin meningkat.

Pada komponen Facilitating Condition dalam penerapan SIMRS di TPPRJ di rumah sakit, terdiri dari kualitas informasi, kualitas sistem, dan kualitas layanan, dimana dlam penerapannya masih terdapat kendala. Pada kualitas informasi terlalu banyak isian item pada database tetapi memang sudah sesuai kebutuhan, hanya saja penenerapannya masih ada beberapa petugas yang belum disiplin dalam menginputkan data pasien ke sistem. Pada kualitas sistem jaringan sering bermasalah, jika jaringan bermasalah petugas akan menginputkan data secara manual dulu kemudian jika jaringan membaik makan akan diinputkan kesistem kembali. Petugas merasa dengan adanya sistem memudahkan dalam pekerjaan dan untuk menjaga kemananan SIMRS masing-masing petugas sudah memiliki username dan password. Sedangkan pada kualitas layanan untuk respontime jika jaringan bermasalah yaitu 5 sampai 7 menit apabila dari server yang bermasalah biaya 1 jam. Jika jaringan bermasalah pasien akan diarahkan petugas langsung ke poli yang dituju, untuk pengentrian data akan diinputka setelah jaringan membaik.

Penelitian yang dilakukan oleh muhimmah (2013) menyatakan faktor teknologi yaitu kualitas sistem dan kualitas informasi yang diterapkan di rumah sakit memiliki hubungan yang searah dan signifikan terhadap penggunaan sistem dan kepuasan pengguna yaitu manusia sebagai pengguna akhir sistem. Sehingga untuk peningkatan dan perbaikan kualitas teknologi yang kualitas sistem, kualitas informasi, dan aspek layanan peneyedia informasi akan meningkatkan penggunaan sistem agar pengguna terbiasa, lebih mudah dioperasikan dengan melalui pelatihan-pelatihan, sehingga bisa lebih meningkatkan kepuasan pengguna.

(10)

Kualitas sistem, kesulitan yang petugas rasakan pada saat awal menggunakan sistem, setelah petugas belajar menggunakan sisitem sangat membantu mereka dalam bekerja dan menghemat waktu. Untuk menjaga keamanan SIMRS apabila terjadi kesalahan dalam proses penginputan data maka pihak manajemen rumaha sakit dapat mengetahui petugas yang melakukan kesalahan dalam proses penginputan data pasien masing-masing petugas sudah diberikan username dan password untuk keamana sistem. Serta dalam penerapan SIMRS masih terkendala pada jaringan, apabila petugas mendaftarkan pasien atau mencari data pasien pada saat jaringa bermasalah sehingga ini berdampak terhadap pelayanan yang akan diberikan kepada pasien.

Kualitas layanan, untuk respontime sistem apabila jaringan bermasalah pasien menunggu 5 sampai 7 menit jika server down pasien akan diarahkan petugas untuk ke poli yang dituju. Proses penginputan data akan dilakukan setelah jaringan membaik, hal ini akan berdampak kepada petugas yang akan bekerja dua kali yaitu manual kemudian ke sistem. Hal ini tidak sejalan denga penelitian Poulan (2014), faktor teknologi yang diterapkan dalam sistem E-Learning UNSRAT hubungan korelasi yang kuat dengan jenis hubungan yang searah (positif) dan signifikan terhadap manusia sebagai pengguna akhir sistem. Peningkatan dan perbaikan terhadap sistem dan stabilitasnya oleh penyedia layanan akan meningkatkan pengguna sistem yang berujung pada kepuasan pengguna.

Diharapkan dalam penerapan SIMRS di bagian manajemen lebih meningkatkan kualitas informasi, kulaitas sistem, dan kualitas layanan untuk keberhasilan dalam penerapan SIMRS di rumah sakit. Penelitian ini sejalan dengan Krisbantoro dkk (2015), yang menyatakan bahwa semakin meningkat kualitas sistem, kualitas informasi, dan kualitas layanan maka akan meningkatkan penggunaan sistem dan kepuasan pengguna.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian menganalisis Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di Tpprj di RS Tk.III dr. Reksodiwiryo Padang menggunakan model UTAUT, dalam penerapan SIMRS di TPPRJ secara umum sudah berjalan dengan baik, meskipun dalam beberapa komponen masih terdapat kekurangan, penjelasan hasil analisis SIMRS di TPPRJ. Pada komponen Harapan Kinerja (perfomance Expectancy), petugas kurang disiplin dalam mengisi data sosial pasien dimana tanggal lahir dan umur pasien tidak diisi sehingga berpengaruh kepada kelengkapan data sosial pasien, serta petugas kerja dua kali untuk menginput data pasien dan no SEP pasien. Sedangkan pelatihannya dilakukan oleh petugas IT lalu petugas IT melakukan sosialisasi kepada petugas mengenai SIMRS.

Komponen Hasil Usaha (Effort Expectancy), dimana dari segi pelaksanaannya pekerjaan petugas kurang tercover atau terlaksana dengan maksimal karena banyaknya kerjaan lain yang harus dilakukan oleh petugas, dan terlalu banyaknya item pada database yang harus diisi oleh petugas sehingga petugas membutuhkan waktu yang lama untuk menginput data pasien. Komponen Faktor Sosial (Social Condition), dukungan manajemen berupa diskusi sesama petugas, atasan dan IT untuk kesuksesan penerapan SIMRS di Tpprj. Tidak adanya reward sebagai bentuk penghargaan kepada petugas. Sedangkan komponen kondisi yang menfasilitasi (Facilitating Condition), penerapan SIMRS di TPPRJ dari segi fasilitas seperti softwere, hadrwere dan jaringan sudah

(11)

tergolong baik dan memberikan kemudahan kepada petugas, walaupun ada beberapa kendala namun hal tersebut masih bisa diatasi seperti jaringan bermasalah. Yang penting adalah dalam komponen facilitating Condition di RS Tk.III dr. Reksodiwiryo Padang petugas sudah berusaha untuk membuat SIMRS di TPPRJ berjalan lancar. SIMRS di TPPRJ mampu mempermudah petugas.

SARAN

Dalam penerapan SIMRS di TPPRJ pada komponen Harapan Kinerja

(perfomance Expectancy), diharapkan petugas yang menggunakan SIMRS lebih

meningkatkan kerjasama dalam pengisian data sehingga data yang dihasilkan akurat dan lengkap. Dan seharusnya dari segi pelatihannya mengenai SIMRS diadakan tidak hanya sosialisasi saja.

Komponen Hasil Usaha (Effort Expectancy), diharapkan seharusnya pembagian kerja tercover dengan baik dan adanya monitoring dan evaluasi terhadap item yang terdapat pada database di dalam SIMRS di TPPRJ. Komponen Faktor Sosial (Social Condition), dalam penerapan SIMRS di TPPRJ sudah terlaksana dengan baik, perlunya kerjasama antar petugas lebih ditingkatkan lagi untuk kemajuan dalam penerapan SIMRS di TPPRJ. Dan perlunya reward untuk memotivasi petugas sehingga terciptalah budaya kerja yang lebih bersemangat untuk kesuksesan SIMRS di TPPRJ. Sedankan Komponen Kondisi yang menfasilitasi (Facilitating Condition), pada kualitas informasi, kualitas sistem, kualitas layanan rumah sakit lebih baik lagi untuk menghasilkan data yang akurat, lengkap dan up to-date.

KEPUSTAKAAN

Aclan, lim Habib. 2016. Pengaruh Kemampuan Penggunaan Sistem Informasi, Keterlibatan Pemakai dalam Proses Pengembangan, Dukungan Pimpinan Bagian, dan Program Pendidikan dan Pelatihan Pemakai Terhadap Kinerja Sistem Informasi Akutansi Bandung. e-Proccecing Of Management. Vol.3, No.3.

Basten, Marco Van. 2009. Optimalisasi Pada Jaringan Skala Luas.Pelembang : Unsri

Budiarto, RatnoWijayaMaulana. 2011.

EfesiensiPenggunaanHarwereKomputerdalamMembangunJaringan LAN

denganMenggunakan PC Station Serie GX100. Jakarta: Universitas Islam Negeri Bandung SyarifHidayatullah.

Depkes RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakitdi Indonesia Revisis II. Direktoral jendral bina pelayanan medis. Jakarta.

Dhea, Novitasari. 2015. Pengaruh Minat Pemanfaatan Sistem Informasi Terhadap Penggunaan Sistem Informasi dan Dampaknya Pada Kinerja Individu. Bandung : Unpas.

Djamal, M. 2015. Paradigma Penelitian Kualitatif. Cetakan Ke-II Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Gaperz, Vincent. 1988. Sistem Informasi Manajemen. Cetakan ke-II. Bandung : CV. Armico.

Handayanai, Rini. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengarui Minat Pemanfaatan Sistem Informasi dan Penggunaan Sistem Informasi. Jakarta : UNDIP.

(12)

Handoyo, Eko. Dkk. 2008. Aplikasi Sistem Rumah Sakit Berbasis Web Pada Sub-Sistem Farmasi Menggunakan Framework Prado. Vol. 7, No. 1.

Handiwidjojo, Wimmie. 2009. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Jurnal EKSIS Vol 02, No.02.

Hariana, Evy. Dkk. 2013. Penggunaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di DIY. Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia, 2-4 Desember 2013.

Hatta, Gemala. 2010. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia.

Iriani, Siska. dkk. 2014. Pengujian Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah Berbasis Web Kabupaten Pacitan Dengan Menggunakan Unified Theory Of Acceptance And Use Of Technology (UTAUT). Indonesian Journal on Networking and Security. Vol. 3, No.2.

Josua. 2012. Tinjauan Dukungan Sistem Informasi Rumah Sakit terhadap Pelayanan Unit Kerja Rekam Medis di Rumah Sakit Sukmul Simsa Medika. Jakarta : Esa Unggul.

Krisbantoro.dkk. 2015.

EvaluasiKeberhasilanImplementasiSistemInformasiDenganPendekatan HOT-Fit Model.Konferensi Nasional Sistem Dan Informatika.

Markus SN. 2010. Master Plan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.Yogyakarta : Politeknik Kesehatan Permata Indonesia.

Muhimma, Izzati. dkk. 2013. Evaluasi Faktor-Faktor Kesuksesan Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit di PKU Muhammadiyah Sruweng dengan Menggunakan Metode Hot-Fit. Seminar Nasional Informatika Medis (SNIMed) IV , p. 78.

Muhyarsyah. 2007. Sistem Informasi Manajemen dalam Rumah Sakit. Jurnal Riset Akutansi dan Bisnis. Vol. 7, No. 1.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta

Puspitasari, Novianti. dkk. 2013.

AnalisisPenerapanSistemInformasiManajemenRumahSakitMenggunakanMet ode UTAUT dan TTF.JNTETI, Vol. 2, No. 4.

Permenkes No 82 Tahun 2013 tentang Sistem Informasi Rumah Sakit.

Permenkes No 1171/MENKES/PER/V/2011 tentang Sistem Informasi Rumah Sakit.

Permana, Budi. 2007. PerangkatKerasKomputer. Komunitas eLearning IlmuKomputer. Vol. 2, N0 1

Poulan, Frincy. dkk. 2014. EvaluasiImplementasiSistem E-Learning

Menggunakan Model Evaluasi HOT FIT. E-Journal TeknikInformatika. Vol 4, No.2

Rustiyanto, Ery. 2010. Ssitem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang Terintegrasi. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Sabarguna, Boy S. 2003. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta : Konsorsium.

Sari, Eka Riani. 2015. Sistem Informasi Administrasi Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap Berbasis Web pada Puskesmas Tanjung Raja. Palembang : Universitas Islam Negeri Raden Patah.

Sarif.dkk. 2005. SistemInformasiManajemenPadaRumahSakitKhususParu-Paru Palembang. Vol. 1, No. 2

(13)

Wajirah. 2010. Ssitem Informasi Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Kabupaten Cilacap. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Gambar

Gambar : Tampilan database softwere SIMRS di TPPRJ

Referensi

Dokumen terkait

Contoh diatas merupakan sebagian dari kemampuan sistim informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) yang terintegrasi, disamping keuntungan lain seperti pencatatan

Hasil analisa data hubungan Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) dengan kinerja perawat RS Salak menunjukkan analisa hubungan

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat SIMRS adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan SIMRS pada unit rawat jalan sudah terlaksana dan berjalan dengan baik namun hasil data dari SIMRS tersebut belum digunakan

masih belum berfungsi secara optimal. Kesesuaian tugas dan teknologi yang kurang baik inilah yang membuat para pegawai rumah sakit enggan untuk menggunakan SIMRS. Mereka lebih

PENERAPAN METODE TAM DAN UTAUT DALAM EVALUASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT DI RUMAH SAKIT SUMBER KASIH KOTA CIREBON KARYA TULIS ILMIAH KTI WIGITA ASTADEWI

ANALISIS KEBERHASILAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT SIMRS DENGAN DELONE & MCLEAN DI RS NUR HIDAYAH BANTUL TAHUN 2019 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai

ANALISA KELAYAKAN INVESTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT SIMRS MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS IE Yudha Herlambang Cahya Pratama 1, Heri Supriyanto 2 1,2 Sistem