• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 1. Tarif BMTP. 22/7/15 s.d. s.d. 21/7/15. Ex Rp /ton Rp /ton Rp /ton

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tabel 1. Tarif BMTP. 22/7/15 s.d. s.d. 21/7/15. Ex Rp /ton Rp /ton Rp /ton"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

1

A.

PENDAHULUAN

A.1 Latar Belakang

1. Pada tanggal 22 Juli 2014, Pemerintah Indonesia mengenakan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 137.1/PMK.011/2014 terhadap impor barang “produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan lebar 600 mm atau lebih, disepuh atau dilapisi dengan paduan aluminium-seng, mengandung karbon kurang dari 0,6% menurut beratnya, dengan ketebalan sampai dengan 0,7 mm” (BjLAS) yang termasuk dalam Nomor Harmonized System (HS.) ex. 7210.61.11.00. Berikut tabel pengenaan BMTP BjLAS. Tabel 1. Tarif BMTP Nomor HS. 22/7/14 s.d. 21/7/15 22/7/15 s.d. 21/7/16 22/7/16 s.d. 21/7/17

Ex. 7210.61.11 Rp. 4.998.784/ton Rp. 4.314.161/ton Rp. 3.629.538/ton

Sumber: PMK No. 137.1/PMK.011/2014.

2. Pada tanggal 19 Desember 2016, PT. NS BlueScope Indonesia dan PT. Sunrise Steel mengajukan permohonan penyelidikan perpanjangan pengenaan BMTP atas impor barang BjLAS yang didasari oleh klaim bahwa pengenaan BMTP masih diperlukan untuk dapat melaksanakan penyesuaian lebih lanjut yang diperlukan agar dapat bersaing dengan barang impor. Selain itu, BMTP masih diperlukan untuk mencegah atau memulihkan kerugian serius atau ancaman kerugian serius yang diderita oleh Industri Dalam Negeri (IDN).

A.2 Prosedur

3. Sesuai dengan Pasal 72 dan Pasal 88 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan (PP34/2011), pada tanggal 18 Januari 2017 Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) mengumumkan dimulainya penyelidikan perpanjangan pengenaan BMTP terhadap impor barang BjLAS yang diatur dalam PMK No.

(2)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

2 137.1/PMK.011/2014. Selanjutnya, berdasarkan Pasal 74 PP 34/2011, pada tanggal yang sama KPPI menyampaikan surat pemberitahuan resmi disertai kuesioner tentang dimulainya penyelidikan perpanjangan dimaksud kepada Pemohon, importir, eksportir yang diketahui, dan pihak-pihak terkait lainnya. KPPI juga memberikan kesempatan untuk menyampaikan tanggapan tertulis dan mengadakan dengar pendapat kepada PYB (Pihak Yang Berkepentingan).

4. Sesuai dengan Pasal 92 PP 34/2011 dan Article 12.1(a) of the Agreement on Safeguards (AoS), pada tanggal 18 Januari 2017, Indonesia mengirimkan notifikasi perihal dimulainya penyelidikan perpanjangan pengenaan BMTP terhadap impor BjLAS kepada Committee on Safeguards, dan telah disirkulasikan dengan nomor dokumen G/SG/N/6/IDN/22/Suppl.2–G/SG/N/14/IDN/2.

5. Sesuai dengan Article 3.1 AoS, pada tanggal 2 Februari 2017, Indonesia mengirimkan suplemen notifikasi kepada WTO terkait Article 12.1(a) AoS perihal pelaksanaan dengar pendapat yang diselenggarakan pada tanggal 20 Februari 2017 dan telah disirkulasikan oleh WTO dengan nomor dokumen G/SG/N/6/IDN/22/Suppl.3-G/SG/N/14/IDN/2/Suppl.1.

6. Periode Penyelidikan adalah tahun 2013 - 2016.

7. Pihak terkait yang mendaftar sebagai PYB dan/atau yang menyampaikan tanggapan tertulis penyelidikan ini adalah:

a. Asosiasi.

Asosiasi Pengusaha Baja Ringan Indonesia. b. Importir.

1) PT. Tatalogam Lestari. 2) PT. Blue Steel Australasia. c. Perwakilan Negara Eksportir.

1) Vietnam.

2) Republik Rakyat Tiongkok (RRT). 3) Taiwan.

d. Perusahaan Eksportir. 1) Hoa Sen Group.

(3)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

3 2) Ton Dong A.

3) Ton Nam Kim 4) Maruichi Sun Steel.

8. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner, KPPI melakukan verifikasi pada tanggal 13-14 Maret 2017 ke PT. Sunrise Steel dan pada tanggal 15-16 Maret 2017 ke PT. NS BlueScope Indonesia.

B.

PENYELIDIKAN

B.1 Barang Yang Diselidiki

9. Barang Yang Diselidiki adalah BjLAS dengan uraian barang berupa Produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan lebar 600 mm atau lebih, disepuh atau dilapisi dengan paduan aluminium-seng, mengandung karbon kurang dari 0,6% menurut beratnya, dengan ketebalan sampai dengan 0,7 mm yang berdasarkan ketentuan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) 2012 termasuk di dalam Nomor HS. ex. 7210.61.11.00.

10. Berdasarkan BTKI 2017 yang mulai berlaku sejak 1 Maret 2017, Barang Yang Diselidiki mengalami perubahan pos tarif menjadi Nomor HS. ex. 7210.61.11.

11. BjLAS yang diproduksi oleh IDN merupakan Barang Sejenis dengan BjLAS asal impor, karena memiliki kesamaan antara lain dalam hal bahan baku, proses produksi, karakter fisik, teknis, dan kegunaan.

B.2 Bahan Baku

12. Bahan baku BjLAS adalah Cold Rolled Coil (CRC) yang diimpor maupun dibeli dari produsen dalam negeri.

B.3 Kegunaan

13. Barang BjLAS digunakan oleh industri roll forming untuk dibentuk antara lain menjadi atap bangunan (roofing), dinding (walling/cladding), roof truss, house framing, decking, komponen-komponen home appliances dan telecommunication shelter.

(4)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

4

B.4 Major Proportion

Tabel 2. Produksi Dalam Negeri BjLAS Industri Dalam Negeri Persentase (%) Pemohon

PT. NS BlueScope Indonesia 51

PT. Sunrise Steel 38

Total Produksi Pemohon 88

Non-Pemohon

PT. Saranacentral Bajatama 12 Total Produksi Seluruh IDN 100

Sumber: Kuesioner dan Hasil Verifikasi.

14. Berdasarkan tabel 2 di atas, total produksi Pemohon adalah sebesar 88%, sedangkan total produksi non-pemohon sebesar 12% dari total produksi nasional. Dengan demikian Pemohon dinyatakan sudah memenuhi persyaratan major proportion sesuai Article 4.1.(c) of the Agreement on Safeguards untuk mewakili IDN Barang Sejenis.

B.5 Klasifikasi Tarif dan Bea Masuk

Tabel 3. Klasifikasi Tarif Bea Masuk untuk Barang BjLAS

Satuan: Persentase (%) Nomor HS. TARIF 2013 2014 2015 2016 Ex. 7210.61.11 MFN 12,5 12,5 20 20 AC-FTA 12,5 12,5 12,5 12,5 AK-FTA 10 10 10 8 AI-FTA MFN MFN MFN MFN ATIGA 0 0 0 0 IJEPA MFN MFN MFN MFN

(5)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

5

B.6 Volume Impor Secara Absolut

Tabel 4. Volume Impor Secara Absolut

Uraian

Tahun

2013 2014 2015 2016

Jumlah (Ton) 303.501 201.934 56.988 92.583

Perubahan (%) (33) (72) 62

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

15. Sebagaimana terlihat pada tabel 4, volume impor barang BjLAS terjadi penurunan sebesar 33% pada tahun 2014 dibandingkan tahun sebelumnya, dan pada tahun 2015 volume impor kembali menurun sebesar 72%. Namun, pada tahun 2016 terjadi peningkatan yang signifikan sebesar 62% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

B.7 Volume Impor Secara Relatif

Tabel 5. Volume Impor Secara Relatif

Uraian

Tahun

2013 2014 2015 2016

Volume impor (Ton) 303.501 201.934 56.988 92.583 Produksi Nasional (Ton) 259.954 261.325 301.739 325.936 Impor Relatif thd Produksi

Nasional (%) 117 77 19 28

Perubahan (%) (34) (76) 50

Sumber: BPS, Kuesioner, Hasil Verifikasi dan diolah.

16. Sebagaimana terlihat pada tabel 5, volume impor barang BjLAS secara relatif terhadap produksi nasional mengalami penurunan pada tahun 2014 setelah pengenaan BMTP sebesar 34% dan pada tahun 2015 menurun lagi sebesar 76%. Namun, pada tahun 2016 terjadi peningkatan volume impor secara relatif yang signifikan sebesar 50% sehingga impor relatif terhadap produksi nasional menjadi 28%.

(6)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

6

B.8 Perkembangan Impor BjLAS Berdasarkan Negara Asal 2013-2016

Tabel 6: Negara asal Impor BjLAS

Uraian Negara Satuan

Tahun Tren (%) Rata-rata 2013 2014 2015 2016 Vietnam Ton % 197.979 (65,23) 174.018 (86,18) 1.658 (2,91) 395 (0,43) (90) 93.513 57,1 RRT Ton % 21.341 (7,03) 13.397 (6,63) 54.216 (95,13) 88.282 (95,35) 76 44.309 27,1 Taiwan Ton % 56.813 (18,72) 12.109 (6,00) 179 (0,32) 2.248 (2,43) (75) 17.837 10,9 Korea Selatan Ton % 22.210 (7,32) 983 (0,49) 63 (0,11) 1.138 (1,23) (69) 6.099 3,7 Jepang Ton % 5.106 (1,68) 1.427 (0,71) 22 (0,04) 11 (0,01) (89) 1.641 1 India Ton % - - 850 (1,49) 508 (0,55) - 340 0,4

Negara lainnya Ton % 51 (0,02) - - - - 13 0,02 Total 303.501 201.934 56.988 92.583 (38) 163.752

Sumber: BPS dan diolah.

17. Selama periode penyelidikan, volume impor dari RRT mengalami peningkatan yang signifikan dengan tren sebesar 76% sehingga menguasi pasar impor pada tahun 2016 yaitu sebesar 95%. Sementara impor dari Taiwan, Korea Selatan, Vietnam, dan Jepang mengalami penurunan volume impor yang juga signifikan.

(7)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

7

B.9 Kinerja Pemohon

Tabel 7. Indikator Kinerja Pemohon

No. Uraian Unit

Tahun Tren

13-16

2013 2014 2015 2016

1. Volume Impor Ton 303.501 201.934 56.988 92.583 (38) 2. Pangsa Impor Indeks 100 81 33 47 (27)

3. Pangsa Pasar Pemohon

Indeks 100 124 191 185 26

4. Kapasitas Terpakai Indeks 100 102 86 100 (2) 5. Tenaga Kerja Indeks 100 108 110 114 4 6. Produktivitas Indeks 100 95 106 119 7 7. Laba/Rugi Indeks (100) 435 1.076 828 116 8. Penjualan Domestik Pemohon Indeks 100 102 111 121 7 9. Produksi Indeks 119 122 139 162 11 10. Persediaan Indeks 6 6,5 6,2 7 8

11. Konsumsi Nasional Indeks 295 243 172 192 (15)

Sumber: BPS, Pemohon, Hasil Verifikasi, dan diolah.

18. Tabel 7 di atas menunjukkan kinerja perusahaan yang diperoleh dari hasil pengiriman kuesioner dan telah dilakukan verifikasi oleh KPPI.

(8)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

8 Tabel 8. Penjualan Domestik, Pangsa IDN, dan Pangsa Impor

Uraian Unit Tahun Perubahan 2013 2014 2015 2016 13-14 14-15 15-16 Penjualan Domestik Indeks 100 102 111 121 2 9 8 Pangsa Pasar Pemohon Indeks 100 124 191 185 8 23 (2)

Pangsa Impor Indeks 100 81 33 47 (11) (28) 8

Sumber: Kuesioner, Hasil verifikasi dan diolah

19. Pada tahun pertama pengenaan BMTP penjualan domestik mengalami peningkatan secara absolut, peningkatan juga terjadi pada tahun kedua dan ketiga. Disamping itu, pangsa IDN Pemohon juga mengalami peningkatan pada tahun 2014 dan 2015. Namun, pada tahun 2016 pangsa IDN Pemohon mengalami penurunan. Sebaliknya, pada tahun 2014 dan 2015 pangsa impor mengalami penurunan namun pada tahun 2016 terjadi peningkatan pangsa impor.

Tabel 9. Produksi, Kapasitas Terpasang, Kapasitas Terpakai, Tenaga Kerja dan Produktivitas

Uraian Unit Tahun Perubahan 2013 2014 2015 2016 13-14 14-15 15-16 Produksi Indeks 119 122 139 162 2 14 17 Kapasitas terpasang Indeks 223 223 301 301 - 35 - Kapasitas Terpakai Indeks 100 102 86 100 1 (9) 8

Tenaga Kerja Indeks 100 108 110 114 8 2 4 Produktivitas Indeks 100 95 106 119 (5) 11 13

(9)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

9 20. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan kapasitas terpasang sebesar 35% yang sudah direncanakan sejak sebelumnya dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Namun, demikian pada tahun yang sama terjadi penurunan kapasitas terpakai yang disebabkan oleh adanya peningkatan produksi yang hanya sebesar 14% pada tahun 2015 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan meningkat sebesar 17% pada tahun 2016 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana peningkatan tersebut lebih rendah daripada peningkatan kapasitas terpasang. Namun demikian, produktivitas IDN mengalami peningkatan selama tahun 2015 dan 2016 yang disebabkan oleh peningkatan produksi yang lebih besar dibandingkan peningkatan tenaga kerja.

Tabel 10.Persediaan

Uraian Unit

Tahun Perubahan (%)

2013 2014 2015 2016 13-14 14-15 15-16

Persediaan Indeks 6 6,5 6,2 7 8 (4) 13

Sumber: Kuesioner, Hasil verifikasi dan diolah

21. Selama periode penyelidikan, data persediaan pemohon cenderung mengalami peningkatan, walaupun terjadi penurunan persediaan tahun 2015 sebesar 4% dibandingkan tahun sebelumnya, namun pada tahun 2016 meningkat lagi sebesar 13%. Tabel 11.Laba/rugi Uraian Unit Tahun Perubahan (%) 2013 2014 2015 2016 13-14 14-15 15-16 Laba/Rugi Indeks (100) 435 1.076 828 535 147 (23)

Sumber: Kuesioner, Hasil verifikasi dan diolah

22. Pada awal pengenaan BMTP, indikator ekonomi pemohon termasuk laba/rugi mengalami perbaikan sampai dengan tahun 2015. Namun pada tahun 2016 terjadi penurunan keuntungan sebesar 23%.

(10)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

10

B.10 Analisa terhadap faktor lain yang dapat mempengaruhi indikator kinerja

pemohon.

23. Kualitas Barang

Barang yang diproduksi oleh Pemohon sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia sama dengan barang impor, sehingga dapat bersaing dengan barang yang diselidiki. 24. Penjualan Ekspor

Tabel 12. Ekspor

No. Uraian Unit

Tahun Tren

(%)

2013 2014 2015 2016

1. Kapasitas Terpasang Indeks 223 223 301 301 13

2. Produksi Indeks 119 122 139 162 11

3. Penjualan Ekspor Indeks 1,12 3,56 7,11 5,92 76

4. Kapasitas Terpakai Indeks 100 102 86 100 (2)

Sumber: Kuesioner dan hasil verifikasi

Terjadi penurunan penjualan ekspor sebesar 17% pada tahun 2016 dibandingkan tahun sebelumnya, namun secara rata-rata 4 tahun tren penjualan ekspor meningkat sebesar 76%. Peningkatan penjualan ekspor ini dimaksudkan untuk membantu kinerja agar Pemohon tidak semakin mengalami kerugian dan terjadinya penumpukan stok/persediaan. Peningkatan kapasitas terpasang Pemohon pada tahun 2015 belum bisa membantu kinerja Pemohon karena peningkatan produksi tidak seperti yang diharapkan sehingga kapasitas terpakainya masih berada pada posisi yang sama seperti sebelum peningkatan kapasitas terpasang. Oleh karena itu, Pemohon berupaya meningkatkan ekspor untuk membantu kinerjanya secara keseluruhan. Dengan demikian penjualan ekspor bukan merupakan faktor penyebab kerugian.

(11)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

11 25. Konsumsi Nasional.

Tabel 13. Konsumsi Nasional

No. Uraian Unit

Tahun Tren

(%)

2013 2014 2015 2016

1. Produksi IDN Indeks 119 122 139 162 11

2. Konsumsi Nasional Indeks 295 243 172 192 (15)

Sumber: IZASI, Kuesioner dan Hasil Verifikasi.

Walaupun terjadi penurunan konsumsi nasional selama periode penyelidikan, namun dalam periode yang sama terjadi peningkatan produksi IDN dengan tren sebesar 11%. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi nasional bukan merupakan faktor penyebab kerugian Pemohon selama periode penyelidikan.

B.11 Masih diperlukannya BMTP untuk mencegah atau memulihkan kerugian

serius atau ancaman kerugian serius.

26. Kapasitas produksi negara-negara pengekspor

Tabel 14. Kapasitas dan Konsumsi

Unit: Ton

No. NEGARA Uraian

Tahun Tahun 2015 2016 1. RRT Kapasitas produksi - 90.280.000 Produksi - 59.585.000 Konsumsi - 58.289.000 2. KOREA Kapasitas produksi 15.635.000 - Produksi 15.630.082 - Konsumsi 10.749.515 - 3. TAIWAN Kapasitas produksi 3.950.000 - Produksi 2.790.631 - Konsumsi 1.301.124 -

(12)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

12 4. VIETNAM

Kapasitas produksi 3.490.000 -

Produksi 3.279.000 -

Konsumsi 3.449.000 -

Sumber: SEAISI, Mysteel/CISA

Pada tabel 14 diatas, terlihat bahwa pada tahun 2015 kapasitas produksi dari negara-negara pemasok utama seperti Taiwan, Vietnam dan Korea Selatan lebih besar dari pada konsumsi di negara tersebut. Demikian juga kapasitas produksi RRT jauh lebih besar dari jumlah konsumsinya. Berdasarkan berita website Hoa Sen Group (Mei 2015), Hoa Sen memiliki kapasitas produksi baja lapis sebesar 400.000 ton/thn dan Nam Kim Steel yang memiliki kapasitas sebesar 500.000 ton/thn (Website Nam Kim Group). Dan masih berdasarkan website Hoa Sen Group (HSG), HSG mentargetkan peningkatan penjualan baja lapis menjadi sebesar 700.000 ton dan pada tahun 2016 menjadi sebesar 1.000.000 ton. Begitu juga Nam Kim Steel berdasarkan berita pada websitenya akan menambah kapasitas baja lapis dengan membangun pabrik ke 3. 27. Pengenaan atau Penyelidikan Trade Remedy BjLAS oleh Negara lain

Tabel 15. Pengenaan Bea Masuk Antidumping dan Bea Masuk Imbalan dari Negara lainnya

No. Negara yang dikenakan

Negara yang mengenakan

Pengenaan Tahun Margin

1. RRT, India, Italia, Korea,

Taiwan

Amerika Antidumping Inisiasi : 30/06/15 Dikenakan: 25/07/16 3.05%-209.97 2. RRT, India, Italia, Korea

Amerika Countervailing Inisiasi : 30/06/15 Dikenakan:

25/07/16

8%-241.07%

3. RRT, Korea Australia Antidumping Inisiasi 05/09/2012 Dikenakan 05/08/2013 0-7.9% 4. RRT, EU India AD Inisiasi 29/06/2016 5. Vietnam SG Inisiasi 06/07/2016 Sumber: WTO.

(13)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

13 RRT, Taiwan, dan Korea telah dikenakan Tindakan Anti Dumping dan Tindakan Imbalan oleh Amerika Serikat terhadap impor barang BjLAS dari negara-negara tersebut. Selain itu terhadap barang yang sama, RRT dan Korea juga telah dikenakan Tindakan Antidumping oleh Australia. Disamping itu, India dan Vietnam juga menginisiasi penyelidikan Anti Dumping dan Safeguards terhadap impor barang baja lapis dan pada saat sekarang sedang dilakukan tahap penyelidikan.

Adanya overcapacity di RRT, Taiwan, Vietnam, dan Korea, serta adanya pengenaan trade remedies oleh Amerika Serikat dan Australia kepada RRT, Taiwan dan Korea pada produk BjLAS bisa menyebabkan Negara-negara tersebut mengalihkan tujuan ekspornya ke Negara lain. Sehingga apabila pengenaan BMTP produk BjLAS tidak diperpanjang, maka Indonesia akan menjadi pasar yang tepat untuk pengalihan tujuan ekspor tersebut.

28. Impor produk BjLAS melalui pos tarif lain sejak berlakunya PMK No. 137.1/PMK.011/2014

Tabel 16. Pengalihan HS

Nomor HS. Uraian 2013 2014 2015 2016 Tren

7210701000

Produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan lebar 600 mm atau lebih, dicat, dipernis atau dilapisi dengan plastik, yang mengandung karbon kurang dari 0,6% menurut beratnya dan dengan ketebalan 1,5 mm atau kurang

139.860 141.784 218.153 241.756 23

7212502100

Produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan lebar kurang dari 600 mm, disepuh atau dilapisi dengan paduan aluminium-seng, dengan bentuk simpai dan strip, dengan lebar tidak melebihi 400 mm

512 39.805 139.745 207.455 587

(14)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

14 dari besi atau baja

bukan paduan, dengan lebar kurang dari 600 mm, disepuh atau dilapisi dengan paduan aluminium-seng, selain dari yang berbentuk simpai dan strip dan lebar tidak melebihi 400 mm, mengandung karbon kurang dari 0,6% menurut beratnya dan dengan ketebalan 1,5 mm atau kurang Sumber: BPS.

Adanya pengalihan impor barang BjLAS ke Indonesia dengan spesifikasi sedikit berbeda dengan barang yang diselidiki memiliki nomor HS yang berbeda (HS 7210701000, 7212502100, dan 7212502200) dengan fungsi dan kegunaan yang sama, dimana perbedaanya hanya terdapat pada ukuran/bentuk barang jadinya antara lain barang BjLAS yang sudah melalui proses slitting (pemotongan) atau shearing (pemotongan lebih kecil), sehingga berdasarkan data statistik BPS terjadi peningkatan yang signifikan pada produk-produk tersebut selama periode 2013-2016 dengan tren sebesar 23%, 587%, dan 89% berturut-turut. Oleh karena itu, apabila pengenaan BMTP tidak diperpanjang dikhawatirkan impor barang yang diselidiki akan kembali melonjak dan dapat menyebabkan terjadinya kembali kerugian serius atau ancaman kerugian serius pada IDN.

B.12 Penyesuaian Struktural

29. Selama pengenaan BMTP, Pemohon (PT. BlueScope dan PT. Sunrise Steel) telah melakukan penyesuaian struktural sesuai program yang telah direncanakan dalam rangka untuk meningkatkan efisiensi industri Pemohon. Program penyesuaian struktural yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Efisiensi biaya dan produksi

Dalam upaya meningkatkan efisiensi biaya produksi, telah dilakukan optimalisasi lini produksi sehingga output produksi yang dihasilkan lebih banyak dan/atau lebih cepat dengan cara pembelian/pemutakhiran peralatan dan mesin yang berhubungan langsung dengan kegiatan produksi. Hal tersebut berdampak

(15)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

15 terhadap penurunan biaya produksi paling tinggi sebesar 13,6% dan meningkatkan volume produksi sampai dengan 16,6% pada tahun 2016.

b. Pelatihan dan pengembangan Keterampilan Tenaga Kerja

Memberikan pelatihan dan pengembangan kepada tenaga kerja, untuk meminimalisir kesalahan dalam setiap kegiatan produksi. guna menghasilkan produksi yang berkualitas baik sekaligus dapat menekan biaya produksi. khususnya bagi tenaga kerja di bidang operasional dan teknik. Hal ini terlihat dari terjadinya peningkatan produktivitas tenaga kerja sekitar 19% (2016) bila dibandingkan dengan sebelum pengenaan (2013).

c. Pengembangan produk baru

Melakukan inovasi pengembangan produk yaitu produk zincalum untuk ditujukan kepada segmen pasar menengah dengan coating mass yang tidak terlalu tebal, sehingga harga tidak terlalu mahal. Dengan demikian bisa menjangkau setiap segmen pasar, mulai dari premium sampai dibawahnya.

d. Perluasan wilayah pemasaran

Melakukan perluasan wilayah pemasaran ke daerah di luar Pulau Jawa untuk memperluas cakupan pasar dan distribusi nasional, yang mencakup daerah Singkawang, Pontianak, Makassar, Banjarmasin, Balikpapan, Luwuk, Kendari, Palu, Bali, dan Lombok. Perluasan pemasaran terbukti meningkatkan penjualan sampai sekitar 21% pada tahun 2016 dibandingkan dengan sebelum pengenaan BMTP (2013).

C.

RINGKASAN TANGGAPAN PIHAK YANG BERKEPENTINGAN

30. Sebagaimana diatur berdasarkan Article 3.1 WTO Agreement on Safeguards (AoS) dan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 (PP 34/2011), KPPI telah menyelenggarakan dengar pendapat pada tanggal 20 Februari 2017 dimana pihak yang berkepentingan dapat menyampaikan bukti dan pandangan secara langsung yang terkait dengan penyelidikan. Ringkasan dari beberapa bukti dan pandangan yang disampaikan adalah sebagai berikut:

(16)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

16

C.1 Negara Eksportir

31. Vietnam Competition Authorithy:

a. “A numerous claims raised by the complainants in this dispute related to the findings of KPPI in its original safeguard investigation including procedural and substansial inconsistencies with the WTO Agreement on Safeguard. Since the original safeguard investigation was not properly conducted in accordance with the WTO agreement on safeguard, there has been no legal justification for KPPI to extend the safeguard measure”.

b. “In recital 4 paragraph 2 of the notification, Indonesia stated that, the application was based on the claim that the plan of the industry structural adjustment has not fully accomplished as a result of lower price of the imported goods compared to domestic price, which leads to the decreasing trend on the applicant market share”.

c. “However, at table 6 of the petition, it is shown that there is no decrease but significantly and continuously increase of the petitioner’s market share. Moreover, dumping concept as per above notification is not relevant to the safeguard investigation or for the purpose of review for the extension of safeguard measure as safeguard action focused on the surge of import volume. If the reason for initiation of the review is wrong and unjust, KPPI must terminate the investigation without any delay”.

d. “There is no evidence that the petitioners are adjusting, as they did not suffer serious injury nor were they threatened with serious injury in the original investigation. In the current review, the situation does not contain any change. All the performance of the petitioners during the period of investigation were perfectly fine”.

e. “There is no information on structural adjustment in the petition, except a statement from the petitioner that they have improved their efficiency resulted in the reduction of cost and increase of profitability. This statement however clearly reveals that there has been a problem on efficiency of the petitioners which have not related to imports”.

(17)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

17 f. “According table 2 of the petition, it is clearly that Import of PUI from Vietnam accounted for only 2.91% was less than 3%, it is also noted that article 90 of PP34/2011 requires the exclusion of import from developing country accounted less than 3% of the total import. Vietnam shall be excluded in this this review and cannot be subjected to safeguard measure.this practice is consistently implemented by KPPI and the goverement of Indonesia whereby Pakistan was excluded from the exclusion list of countries subject to the first safeguard measure on import of cotton sewing thread”.

g. “VCA would like to remind KPPI the provision of article 8 of the agreement which provide “level of concession and other obligations” a member proposing to apply a safeguard measure or seeking an extension of a safeguard measure shall endeavour to maintain a substantially equivalent level of concessions and other obligations…

32. Tanggapan KPPI:

Dasar hukum dari perpanjangan Safeguard adalah Article 7.2 AoS WTO dan Pasal 88 PP 34/2011 yang mana dalam kedua ketentuan tersebut menjelaskan bahwa Safeguard dapat diperpanjang selama diperlukan IDN untuk mencegah terjadinya atau memulihkan kerugian serius dan masih perlu dilanjutkan penyesuaian struktural oleh IDN. Proses penyelesaian sengketa di DSB WTO merupakan suatu proses yang berbeda sehingga penyelidikan perpanjangan Safeguard BjLAS tetap dilaksanakan.

Berdasarkan hasil penyelidikan yang tertuang pada subbagian B.12, dalam rangka meningkatkan daya saing selama penerapan BMTP, IDN telah melakukan program penyesuaian struktural dengan beberapa upaya yang bertujuan untuk menekan biaya dan meningkatkan keuntungan dalam rangka memperbaiki efisiensi. Namun selama periode penerapan BMTP masih banyaknya barang impor produk yang diselidiki yang masuk ke pabean Indonesia, sehingga pelaksanaan program penyesuaian struktural tidak dapat dilakukan secara optimal.

Dalam notifikasi yang telah disampaikan, menjelaskan bahwa pemohon menyatakan bahwa rencana penyesuaian struktural tidak dapat dilakukan dengan maksimal karena barang impor yang masuk dijual dengan harga rendah bila

(18)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

18 dibandingkan dengan harga produk dalam negeri, sehingga hal ini berdampak kepada masih banyaknya barang impor yang masuk ke pasar domestik.

Pada resital 31 huruf d dan e, berdasarkan hasil penyelidikan membuktikan bahwa kinerja pemohon mengalami perbaikan, namun apabila BMTP tidak dilanjutkan maka dikhawatirkan Pemohon kembali mengalami ancaman kerugian serius dan sudah menjalankan rencana penyesuaian struktural yang dijanjikan namun belum optimal dan masih memerlukan waktu untuk melanjutkan penyesuaian struktural seperti yang direncanakan. Perpanjangan pengenaan BMTP diperlukan untuk mencegah terjadinya kerugian serius dan melanjutkan penyesuaian struktural yang diperlukan.

Berdasarkan Article 2.2 dan 9.1 WTO AoS, Safeguard dikenakan terhadap seluruh Negara asal barang impor, dan untuk Negara berkembang yang pangsa impor tidak lebih dari 3% atau secara kumulatif tidak melebihi 9% dari total impor sepanjang masing-masing Negara berkembang pangsa impornya kurang dari 3%, akan dikecualikan dalam pengenaan TP.

Pemerintah Indonesia menerapkan prosedur investigasi yang termasuk di dalamnya perkembangan rencana penerapan, bukti, dan jangka waktu investigasi sesuai dengan WTO AoS dan PP 34/2011. Berdasarkan Article 12 poin 3 AoS bahwa setiap negara yang akan mengenakan ataupun melakukan perpanjangan terhadap TPP diharuskan memberikan kesempatan yang cukup untuk mengadakan konsultasi dengan negara yang memiliki kepentingan substansi. Untuk bertukar pandangan terhadap pengenaanya dan mencapai kesepakatan terkait kompensasi dan konsesi yang di jelaskan di Article 8 paragraf 1.

33. Republik Rakyat Tiongkok:

a. ”Safeguard measure are designed as ”emergency” action with respect to sudden and unforeseeable increased imports, where such imports have caused or threaten to cause serious injury to the importing member’s domestic industry. The measure in question was imposed based on threat of serious injury, not actual serious injury, and the petitioners, after 2 and half years of the imposition of the measure, was still requesting extension of the meawsure based on a threat. With the domestic industry never suffer from actual serious injuryat all, extension of the measure

(19)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

19 seems clearly inbalanced by favoring the domestic industry at continous expenses at the downstream industries”.

b. ”Pursuant to the condition provided for in Article 7 AoS, the safeguard measure should not be extended:

i. There is no sufficient objective evidence to demonstrate that safeguard measure continues to be necessary to prevent or remedy serious injury. ii. There is no evidence that the imports would resume sudden increase if the

safeguard measure is not extended

iii. There is no sufficient evidence to support that domestic industry is adjusting”.

c. ”In this safguard measure, china is included in ”List of developing countries excluded from the measure” pursuant to article 7.2 provides that ”the period mentioned in paragraph 1 may be extended” so it is clearly provided that the subject that can be extended is ”the period” only, not to modify the contents of the measure”.

34. Tanggapan KPPI:

KPPI dalam melakukan penyelidikan konsisten dengan ketentuan WTO AoS dan PP 34/2011, dan sesuai dengan tujuan penerapan safeguard adalah untuk mencegah atau memulihkan kerugian serius. Dalam keadaan IDN mengalami ancaman kerugian serius maka perpanjangan pengenaan BMTP diperlukan untuk mencegah terjadinya kerugian serius.

Berdasarkan Alan Sykes dalam buku Oxford Commentaries on The GATT/WTO Agreements on Safeguards menjelaskan bahwa “the substantive inquiry in such an

investigation (extension) is, of course, somewhat different from that of the original investigation. Rather than asking whether increased import quantities have caused or

threatened to cause serious injury, the focus will be on whether the safeguard measure continues to be necessary to prevent of remedy injury”. Dengan demikian penyelidikan perpanjangan pengenaan BMTP lebih ditekankan kepada keadaan apakah pengenaan BMTP masih perlu diperpanjang untuk mencegah terjadinya kerugian serius. Berdasarkan hasil penyelidikan volume impor mengalami peningkatan pada periode sebelum pengenaan BMTP berakhir. Oleh karena itu, dikhawatirkan bila BMTP tidak

(20)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

20 diperpanjang maka impor akan meningkat kembali. Terkait dengan bukti bahwa IDN telah melakukan penyesuaian struktural dijelaskan pada resital 29.

35. Taipei Economic and Trade Office:

a. “The current safeguard measure is inconsistent with WTO rules and regulation, and we urge the government of Indonesia to handle this review with extra care and attention”.

b. “The reason explained for the review on extension of the safeguard measure at issue are due the domestic industry’s failure to accomplished its structural adjustment plan because of lower price of imported goods compared to the prices of domestic goods. Therefore, in the applicant’s view, the safeguard measure remains necessary to prevent the threat of serious injury”.

c. “Pursuant to article 7.2 AoS, it is not necessary to extend the safeguard measure because the applicant’s market share and price between 2013 and 2015 significantly increased while the safeguard is in force. The only declne allegedly occurred in the first quarter of 2016. Thus, there is no basis to conclude that such decline was contant throughout 2016”.

d. “The decline in the market share and prices that allegedly prevented the accomplishment of the plan is contradicted by the very figures contained in the notification”.

e. “According to the import volume listed in the applicant’s petition, the total importation of the product at issue between 2013-2015 shows a significantly decreasing trend, and the increase, which the applicant alleged, only occurred in the first quarter of 2016. There is no evidence or fact that the increase in imports continued throughout 2016”.

f. “In addition, we request that Indonesia provide us with more detailed information of the procedure aspect of the Investigation, including the content and the progress of industrial adjustment plan, the submission of evidence and the time frame of the investigation”.

(21)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

21 g. “We request that a bilateral consultation be arranged should Indonesia decides

not to allow the current measure to expire in july this year”.

36. Tanggapan KPPI:

KPPI dalam melakukan penyelidikan adalah berdasarkan ketentuan WTO AoS dan PP 34/2011, dan sesuai dengan tujuan penerapan safeguard adalah untuk mencegah atau memulihkan kerugian serius. Dalam keadaan IDN mengalami ancaman kerugian serius maka perpanjangan pengenaan BMTP diperlukan untuk mencegah terjadinya kerugian serius.

Berdasarkan hasil penyelidikan yang tertuang pada resital 29, dalam rangka meningkatkan daya saing selama penerapan BMTP, IDN telah melakukan program penyesuaian struktural dengan beberapa upaya yang bertujuan untuk menekan biaya dan meningkatkan keuntungan dalam rangka memperbaiki efisiensi. Namun selama periode penerapan BMTP masih banyaknya barang impor produk yang diselidiki yang masuk ke pabean Indonesia, sehingga pelaksanaan program penyesuaian struktural tidak dapat dilakukan secara optimal.

Pada resital 35, sebagaimana telah dijelaskan dalam resital 34, bahwa penyelidikan perpanjangan pengenaan BMTP lebih difokuskan kepada apakah BMTP masih diperlukan untuk mencegah atau memulihkan kerugian serius. Selain itu, penurunan pangsa pasar domestik dan harga jual domestik pemohon terbukti terus mengalami penurunan selama tahun 2016 sebagaimana telah dijelaskan pada resital 19.

Pada tahun 2016, volume impor telah mengalami peningkatan secara absolut dan relatif sebagaimana yang telah dijelaskan dalam resital 15 dan 16.

Prosedur penyelidikan Safeguard dilakukan berdasarkan Agreement On Safeguard meliputi pemberitahuan kepada seluruh pihak yang berkepentingan, pelaksanaan public hearing, pemberian kesempatan kepada seluruh pihak yang berkepentingan untuk menyampaikan pandangan dan komentarnya, serta penyusunan laporan akhir hasil penyelidikan. Penjelasan terkait pelaksanaan penyesuaian struktural telah dijelaskan pada resital 29.

(22)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

22

C.2 Eksportir

37. Hoa Sen Group menyampaikan tanggapan sebagai berikut:

a. “The goverement of Vietnam is currently challenging the safeguard measure on imports of the product under review under the current WTO Dispute settlement mechanism at the WTO panel (DS 490/DS496) a numerous claims by the goverement of vienam in this dispute in relation to findings of KPPI in its original safeguard investigation. These includes inconsistencies on the KPPI’s findings on increased imports, unforeseen development, threat of serious injury, causal link, and some substantive procedural aspect”.

b. “HSG is astounded that KPPI still accept the application of review for the extension of the safeguard measure on import of galvalume from Vietnam and decides to conduct such review despite (a) numerous claim of the inconsistencies made by the goverement of Vietnam. (b) unjustified and misrepresentation of fact contained in the complaint of the petitioner which is shown in the non-confidential application (NCA) of the petitioners to KPPI (c) insufficient evidence to justify the initiation of the review”.

c. ‘In recital paragraph 2 of the notification of the goverement of Indonesia to the commite on safeguard states as follows “… lower price of the imported goods compared to domestic price..” HSG believes that the dumping concept as per above notification is irrelevant to the safeguard investigation as safeguard action focused on the surge of import volume”.

d. “The NCA shows that there was no decrease of their market share but it significantly increased continuously. The market share of the petitioner increased by 24 indices point in 2014 as compared to 2013 and this reached the peak in 2015 by the increase of 91 point as compared to 2013. Even if the petitioner tried to refer to different period in the NCA, it also shows that market share was relatively stable”.

e. “While there exist of 2 periods of reference (yearly basis and semester basis) appears to be confusing that will lead to misleading conclusion”.

(23)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

23 f. “There is no evidence that the petitioner are adjusting”.

g. “All performance of the petitioner during the period of investigation were perfectly fine as it profit skyrocketed to 1210 index point in 2015 from indices 491 point in 2014”.

h. “In paragraph 4, page 4 of the NCA the petitioner states “in accordance with article 88 PP 34/2011 there is no requirement for any surgeof imports in the application for the extension of SG measure imposition. In contrast with above statement we found that requirement under chapters 2, 3, 4, and 5 of article 89 PP34/2011 are applied mutatis mutandis””.

i. “Import of galvalume from Vietnam in 2015 was less than 3% of the total import of galvalume, which means Vietnam import is de minimis and therefore it must be excluded from this review and not be subject to any possible extention on the safeguard measure”.

j. “Aside from the imposition of the SG measure, currently imports of stel in general (including import of galvalume) is included in the scope of import limitation regulated under Minister of trade regulation No. 82/M-DAG/PER/12/2016. The goverement of Indonesia has also applied mandatory SNI for galvalume which become a tehnical barrier to trade”.

k. “With the consistent positive performance of the petitioners since the original investigation until this review supported by the fact of the skyrocketed profit of the petitioner as sown in the above table and that the one of the petitioners doubling its capacity following PT. BlueScope Indonesia. there is no single justification which can even indicate that the petitioner are facing threat of injury if there has been parallel movements between imports of galvalume and their performance which is requires by article 4.2 (b) AoS”.

l. “Vietnam definitely has a substansial interest in this matter and would like to request the GOI to fully observe the requirements under article 12.3 AoS”.

(24)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

24 38. Tanggapan KPPI

Sampai saat ini, panel report penyelesaian sengketa di Dispute Settlement Body WTO belum dipublikasikan secara resmi. Oleh karena itu, penyelidikan perpanjangan pengenaan BMTP BjLAS masih tetap dilakukan.

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam resital 34 bahwa penyelidikan perpanjangan Safeguard berfokus pada keadaan apakah pengenaan BMTP masih diperlukan untuk mencegah atau memulihkan kerugian serius atau ancaman kerugian serius yang dialami oleh IDN dan adanya bukti bahwa IDN melakukan penyesuaian struktural. Oleh karena itu, KPPI tetap melakukan penyelidikan terhadap perpanjangan pengenaan BMTP BjLAS.

Berdasarkan hasil penyelidikan, terjadi penurunan pangsa pasar pemohon pada tahun 2016 dimana pada tahun yang sama pangsa impor mengalami kenaikan sebagaimana telah dijelaskan dalam tabel 8 dan resital 19. Kinerja ekonomi pemohon selama periode 2013-2015 memang menunjukkan perbaikan, namun pada tahun 2016 mulai terjadi penurunan kinerja ekonomi pemohon yaitu pangsa pasar, laba/rugi, dan peningkatan persediaan seiring dengan kenaikan volume impor di tahun tersebut sebagaimana yang telah dijelaskan dalam resital 19, 21, dan 22.

Penerapan Safeguard Measures/TPP dilakukan berdasarkan ketentuan WTO AoS dan Peraturan Pemerintah nomor 34 tahun 2011, sedangkan Permendag No. 82/M-DAG/PER/12/2016 dan SNI dengan AoS dan PP 34 2011 merupakan kebijakan yang berbeda yang dimaksudkan untuk mendorong peningkatan daya saing nasional produk besi atau baja, baja paduan dan produk turunannya serta menaikkan kualitas barang/jasa yang diproduksi.

Indikator kinerja pemohon telah dijelaskan dalam resital 18-22 dan kesimpulan hasil analisa KPPI dijelaskan dalam resital 42.

Indonesia akan memberikan kesempatan konsultasi bagi Negara eksportir yang memiliki kepentingan substansial sesuai dengan Article 12.3 Agreement on Safeguards WTO.

(25)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

25

C.3 Importir

39. Asosiasi Produsen Baja Ringan Indonesia (APBRI) menyampaikan tanggapan sebagai berikut:

a. Kebijakan yang tertuang pada PMK No. 137.1/PMK.011/2014 tidak berjalan dan menimbulkan dampak kurang baik bagi perekonomian, hal tersebut mengakibatkan kenaikan harga barang jadi dari baja ringan bahkan mengganggu program pemerintah dalam infrastruktur & proyek pengadaan 1 juta rumah.

b. Kapasitas produksi Galvalum nasional (yang hanya bersumber dari 4 pabrikan yaitu Bluescope, Sarana, Sunrise, dan Java pacific) hanya dapat memenuhi ± 50% dari kebutuhan. Dengan adanya safeguards berdampak kekurangan bahan baku dan harga menjadi naik.

c. Selain itu dipastikan bahwa akan terjadi kartel dan monopoli sehingga harga galvalume menjadi sangat tinggi dan yang akan dirugikan adalah rakyat sebagai konsumen.

d. Akibat dari bahan baku yang dikenakan safeguards ini akan menyebabkan pabrik-pabrik yang memproduksi barang akan menjadi pengimpor finish product. Hal demikian akan menyebabkan pabrik roll forming yang jumlahnya lebih dari 300 perusahaan tutup dan beralih menjadi importir finish product.

40. Tanggapan KPPI

Bahwa penerapan BMTP dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja dan efisiensi IDN sehingga mampu bersaing dengan barang impor yang membanjiri pasar domestik.

Berdasarkan hasil penyelidikan dan sesuai tabel 9, pada tahun 2015 IDN melakukan peningkatan kapasitas produksi sehingga apabila produksi ditingkatkan maka dapat memenuhi kebutuhan nasional. Bahkan jumlah konsumsi nasional pada tahun 2016 hanya sebesar 64% dari total kapasitas produksi Pemohon.

Adanya isu monopoli dan kartel merupakan suatu kondisi yang berbeda dan ada institusi yang memiliki kewenangan untuk menangani terkait isu monopoli dan kartel.

(26)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

26 41. PT. Tatalogam Lestari menyampaikan tanggapan sebagai berikut:

a. PT. Tatalogam Lestari mendukung kebijakan pemerintah untuk memberlakukan perpanjangan pengenaan BMTP atas impor produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan dan berkomitmen untuk menggunakan produk dalam negeri dengan harga yang kompetitif dibandingkan dengan produk sejenis dari luar negeri.

b. Produsen dalam negeri dapat meningkatkan kapasitas produksinya dan memenuhi standar kualitas agar bisa memenuhi permintaan pasar dalam negeri yang terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan perumahan rakyat.

D.

KESIMPULAN

42. Berdasarkan penjelasan pada B.6 sampai dengan B.12, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Pemohon sudah melakukan penyesuaian struktural yang diperlukan sesuai dengan yang telah diprogramkan, namun Pemohon masih membutuhkan waktu untuk bersaing dengan barang impor, maka dari itu BMTP masih diperlukan untuk mencegah atau memulihkan terjadinya kembali ancaman kerugian serius yang diderita oleh Pemohon.

b. Pada periode tahun 2013-2014 dan 2014-2015, volume impor barang BjLAS mengalami penurunan secara absolut dan secara relatif terhadap produksi nasional. Namun, pada tahun 2016 volume impor barang BjLAS mengalami peningkatan secara absolut sebesar 62% dan secara relatif terhadap produksi nasional sebesar 50%. Peningkatan volume impor pada tahun 2016 mengakibatkan peningkatan pangsa pasar impor menjadi sebesar 27% dari sebesar 19% di tahun 2015. Peningkatan volume impor tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan pangsa pasar domestik IDN, laba/rugi, dan peningkatan persediaan.

c. Adanya overcapacity di negara RRT, Vietnam, Taiwan, dan Korea Selatan, kecenderungan peningkatan ekspor dari adanya pengenaan Tindakan Antidumping dan Tindakan Imbalan oleh Negara Amerika dan Australia

(27)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

27 menyebabkan Negara-negara pengekspor BjLAS tersebut perlu mencari pasar Negara lain untuk menyeimbangkan produksinya. Selain itu, India dan Vietnam melakukan inisiasi penyelidikan Anti Dumping dan Safeguard atas barang BjLAS, sehingga apabila pengenaan BMTP tidak diperpanjang, maka Negara-negara tersebut berpotensi untuk mengalihkan pasar ekspornya ke Indonesia.

d. Terdapat adanya pengalihan impor barang BjLAS dengan nomor HS. yang berbeda selama periode pengenaan BMTP sehingga berdasarkan data statistik BPS terjadi peningkatan yang signifikan pada produk-produk tersebut (Hs. 7210.70.10.00, 7212.50.21.00, 7212.50.22.00) sebagaimana dijelaskan pada resital 28, sehingga apabila pengenaan BMTP tidak diperpanjang dikhawatirkan barang impor BjLAS akan kembali melonjak dan dapat menyebabkan terjadinya kembali ancaman kerugian serius pada IDN.

E.

REKOMENDASI

43. Berdasarkan resital 42, dan agar IDN dapat melanjutkan melakukan penyesuaian struktural, maka KPPI merekomendasikan untuk memperpanjang penerapan BMTP selama 3 tahun terhadap impor” Produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan Nomor Harmonized System ex (HS.) 7210.61.11”. dengan besaran sebagai berikut:

Tabel 17: Rekomendasi Pengenaan BMTP

Periode BMTP

Tahun 1 Rp. 2.891.858/ton

Tahun 2 Rp. 2.186.030/ton

Tahun 3 Rp. 1.480.202/ton

44. Sesuai dengan Article 2.2 dan Article 9.1 WTO Agreement on Safeguards, KPPI merekomendasikan agar BMTP dimaksud dikenakan terhadap importasi yang berasal dari semua negara, kecuali negara-negara berkembang yang pangsa impornya tidak melebihi 3%, atau secara kumulatif tidak melebihi 9% dari total impor sepanjang

(28)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

28 masing-masing negara berkembang pangsa impornya kurang dari 3%. Pangsa impor Negara pengekspor dihitung dari rata-rata selama periode penyelidikan.

Tabel 18: Daftar Negara-Negara yang Dikecualikan dari BMTP

No. Negara No. Negara

1 Afghanistan 66 Mauritania

2 Albania 67 Mauritius

3 Angola 68 Mexico

4 Antigua, and Barbuda 69 Moldova, Republic of

5 Argentina 70 Mongolia

6 Armenia 71 Montenegro

7 Bahrain, Kingdom of 72 Morocco

8 Bangladesh 73 Mozambique

9 Barbados 74 Myanmar

10 Belize 75 Namibia

11 Benin 76 Nepal

12 Bolivia, Plurinational State of

77 Nicaragua

13 Botswana 78 Niger

14 Brazil 79 Nigeria

15 Brunei Darussalam 80 Oman

16 Bulgaria 81 Pakistan

17 Burkina Faso 82 Panama

18 Burundi 83 Papua New Guinea

19 Cabo Verde 84 Paraguay

20 Cambodia 85 Peru

21 Cameroon 86 Philippines

22 Central African Republic 87 Qatar

23 Chad 88 Romania

24 Chile 89 Russian Federation

(29)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

29

No. Negara No. Negara

26 Congo 91 Saint Kitts and Nevis

27 Costa Rica 92 Saint Lucia

28 Cote d'Ivoire 93 Saint Vincent & the Grenadines

29 Croatia 94 Samoa

30 Cuba 95 Saudi Arabia, Kingdom of

31 Democratic Republic of the Congo

96 Senegal

32 Djibouti 97 Seychelles

33 Dominica 98 Sierra Leone

34 Dominican Republic 99 Singapore

35 Ecuador 100 Solomon Islands

36 Egypt 101 South Africa

37 El Salvador 102 Sri Lanka

38 Fiji 103 Suriname

39 Gabon 104 Swaziland

40 Gambia 105 Tajikistan

41 Georgia 106 Tanzania

42 Ghana 107 Thailand

43 Grenada 108 The former Yugoslav Republic of

Macedonia (FYROM)

44 Guatemala 109 Togo

45 Guinea 110 Tonga

46 Guinea-Bissau 111 Trinidad and Tobago

47 Guyana 112 Tunisia

48 Haiti 113 Turkey

49 Honduras 114 Uganda

50 India 115 Ukraine

51 Jamaica 116 United Arab Emirates

(30)

KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id

30

No. Negara No. Negara

53 Kazakhstan 118 Vanuatu

54 Kenya 119 Yemen

55 Kuwait, the State of 120 Zambia

56 Kyrgyz Republic 121 Zimbabwe

57 Lao People’s Democratic Republic 58 Lesotho 59 Lithuania 60 Macao, China 61 Madagascar 62 Malawi 63 Malaysia 64 Maldives 65 Mali Sumber: WTO Jakarta, Juni 2017

Gambar

Tabel 2. Produksi Dalam Negeri BjLAS  Industri Dalam Negeri  Persentase (%)  Pemohon
Tabel 5. Volume Impor Secara Relatif
Tabel 6: Negara asal Impor BjLAS
Tabel 7. Indikator Kinerja Pemohon
+7

Referensi

Dokumen terkait

LKPD ini dikatakan LKPD berbasis keterampilan proses sains oleh karena untuk menyelesaikan/ menjawab pertanyaan di dalam LKPD, harus dilakukan

Orang yang telah menerima kasih karunia Allah akan hidup dalam kasih karunia tersebut tidak lagi mencintai dirinya dan segala yang dimiliki, tetapi

Dari uraian tersebut, bahwa lokasi Pengusahaan Panas Bumi untuk PLTP Rantau Dedap 250 MW di Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam Provinsi

Kini masyarakat Batak Kristen memahami upacara saur matua bukan untuk menyembah si orang tua agar kekuatan sahala diberikan kepada anak-cucunya, tetapi sebagai ungkapan syukur

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi derajat pelapukan pada batuan berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan laboratorium serta menentukan kuat tekan

perhatian yang besar terhadap para stakeholder perlu dilakukan supaya perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan dukungan (sumber daya) dalam mewujudkan

Berdasarkan ketentuan pasal 28 Konvensi Chicago 1944 mengenai kewajiban negara dalam hal memberikan pelayanan keselamatan penerbangan sipil berupa pelayanan navigasi

______dan Michael Adrian, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis, Peran Pengadilan Dalam Penyelesaian Sengketa Oleh Arbitrase, Jakarta: Kencana, 2008... Widnyana, I Made,