• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANK LUBUK SIKAPING DALAM MENGATASI NON PERFORMING FINANCING MELALUI MITRA MICRO (PMM MITRA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANK LUBUK SIKAPING DALAM MENGATASI NON PERFORMING FINANCING MELALUI MITRA MICRO (PMM MITRA)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANK

LUBUK SIKAPING DALAM MENGATASI NON PERFORMING

FINANCING MELALUI MITRA MICRO (PMM MITRA)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md) Jurusan DIII Perbankan Syariah

OLEH :

FEVBY SURYA KRISMANSYAH NIM. 3113.124

DOSEN PEMBIMBING : Dr. IIZ IZMUDIN M.A

JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

BUKITTINGGI

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

مس ب الله نمحر لا مي حر لا

Tidak ada untaian kata yang paling indah selain Alhamdulillahi rabbil „alamin, untuk mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT Tuhan seru sekalian alam, Shalawat beriring salam kita

kirimkan kepada Rasulullah SAW sebagai mediator pembawa wahyu illahi, satu-satunya reformasi sejati yang telah mencontohkan kepada manusia bagaimana menjalankan hidup yang sesuai aturan-Nya dan pemberi safa‟at kepada manusia kelak di akhirat nanti.

Tugas Akhir merupakan suatu hal yang wajib dan merupakan salah satu syarat sebagai mahasiswa jurusan Diploma III Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md).

Tugas Akhir ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan dari Beberapa pihak, maka pada kata pengantar ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada Ayahanda Hermansyah dan Ibunda Surahmah yang telah memberikan kasih sayang, mendidik, memotivasi dan memberikan doanya yang tak ternilai harganya dengan apapun juga. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik, seterusnya penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu DR. Ridha Ahida, M.HUM selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Bukittinggi.

2. Bapak H. Harfandi, SE, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

3. Bapak Dr. Miswardi, SH, M.Hum selaku Pelaksana Tugas (PLT) ketua Jurusan Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

4. Bapak Dr. Iiz Izmuddin, MA Selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbingyang telah memberikan nasehat dan masukan selama melakukan

(6)

kegiatan perkuliahan serta kegiatan konsultasi dan memberikan saran untuk kebaikan tulisan.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan/i Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi yang telah membekali dengan berbagai ilmu pengetahuan di saat perkuliahan maupun di luar jadwal perkuliahan.

6. Bapak Ahmad Yanof selaku Pimpinan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Lubuk Sikaping beserta Karyawan/i yang telah memberikan peluang dan kesempatan kepada mahasiswa untuk penelitian guna untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan Tugas Akhir.

Walaupun penulis sudah berusaha seoptimal mungkin dalam menyusun Tugas Akhir ini dengWalaupun penulis sudah Walaupun penulis sudah berusaha seoptimal mungkin dalam menyusun Tugas

Akhir ini dengan baik, namun manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh sebab itu kritikan dan saran yang bersifat konstruktif dari segenap pembaca penulis harapkan dan hargai untuk lebih sempurnanya Tugas Akhir ini.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita bersama dan membalas setiap kebaikan yang telah kita perbuat. Amin ya rabbal Allamin.

Bukittinggi, Juli 2017 Penulis

FEVBY SURY KRISMANSYAH NIM: 3113.124

(7)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN

PEMBIMBING... i

PENGESAHAN TIM PENGUJI... ii

ABSTRAK ... iii KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI ... v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1 B. Identifikasi Masalah ...4

C. Rumusan dan Batasan Masalah ...4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...5

E. Penjelasan Judul...6

F. Kajian Terdahulu...6

G. Metodologi Penelitian ...8

H.Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Nasabah ...12

B. Pengertian Non Performing Financing ...13

C. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Non Performing Financing ... 15

D. Kriteria Pembiayaan Non Performing Financing ... 16

E. Pembiayaan ... 17

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sejarah PT. Bank Syariah Mandiri (BSM)...19

B. VISI dan MISI PT. Bank Syariah Mandiri (BSM)...21

C. Struktur Organisasi PT. Bank Syariah Mandiri KC Lubuk Sikaping ...22

(8)

E. Penyelesaian Non Performing Financing Melalui Mitra Micro ...27 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ...39 B. Saran ...40 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan uasaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit (Konvensional) dan atau pembiayaan (Prinsip Syariah) dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan kata lain, Bank dalam menjalankan aktifitasnya berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan atau financial intermediary antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana.1

Baik perbankan syariah maupun perbankan konvensional tidak terlepas dari tujuannya sebagai perusahaan pada umumnya yaitu memperoleh laba. Dalam rentang waktu 2005-2007 pertumbuhan laba perbankan syariah selalu lebih besar dibandingkan dengan perbankan konvensional, bahkan laba perbankan syariah dalam rentang waktu tersebut dapat mencapai 2-5 kali dibandingkan dengan pertumbuhan laba perbankan konvensional. Namun dalam kurun waktu berikutnya

1

Ismail, Manajemen Perbankan: Dari teori menuju aplikasi, Ed.1 Cet 2 (Jakarta: Kencana 2011) hal. 3 - 11

(10)

pertumbuhan laba perbankan syariah yakni pada tahun 2008 mengalami penurunan.

Pada tahun 2008 pertumbuhan laba perbankan syariah mengalami pertumbuhan negatif yang lebih besar jika dibanding dengan perbankan konvensional, dan walaupun pada tahun 2009 perbankan syariah kembali dapat meningkatkan labanya. Pertumbuhan penyaluran pembiayan dan tingginya tingkat FDR yang melebihi perbankan konvensional merupakan prestasi luar biasa yang dicapai industri perbankan syariah. Tetapi tingginya kedua variabel tersebut juga diikuti dengan tingginya tingkat non performing financing (NPF).

Selain itu, ada hal lain yang menjadi pemicu menurunnya tingkat profitabilitas perbankan syariah, yakni naiknya non performing financing yang cukup mengkawatirkan dari industri perbankan syariah di Indonesia dalam beberapa tahun ini. Dalam selang waktu antara 2005-2007 rasio non performing financing cukup kecil apabila dibandingkan dengan rasio non performing loan ada perbankan konvensional. Namun dalam kurun waktu 2008-2009 rasio non performing financing perbankan syariah naik cukup pesat, hal ini berkebalikan dengan bank konvensional yang mampu menekan angka non performing loan mereka. Pada akhir 2009 rasio NPF bank syariah telah menembus angka 5%, ambang batas aman yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Begitupun dengan Bank Syariah Mandiri kantor cabang Lubuk Sikaping yang merupakan salah satu Bank yang menjalankan fungsi lembaga keuangan sebagai lembaga intermediasi. Dalam menjalankan fungsinya sebagai perantara

(11)

antara yang kelebihan dana (Surplus Unit) dengan pihak yang kelebihan dana (Defisit Unit) berlandaskan prinsip syariah Islam tidak bisa terhindar dari masalah meningkatnya non performing financing (NPF).

Bank Syari‟ah Mandiri kantor cabank Lubuk Sikaping memiliki produk penyeluran dana berupa pembiayaan murabahah, pembiayaan mudharabah, pembiayaan ijarah, dan pembiayaan miltijasa lainnya.2

Resiko pembiayaan terjadi sebagai akibat kegagalan pihak nasabah dalam memenuhi kewajibannyakepada pihak bank, pembayaran angsuran dari nasabah yang tidak lancar, pembiayaan yang debiturnya tidak melengkapi persyaratan yang dijanjikan, usaha dari nasabah yang gulung tikar atau bangkrut, selain itu masalah ini juga bisa disebabkan oleh masalah dari fungsional pihak bank, yakni marketing analis micro yang mana dalam melakukan survei kelayakan usaha nasabah kurang teliti dan cendrung sal-asalan sehingga menimbulkan masalah seperti ini.3

Dengan begitu besarnya dampak nasabah NPF terhadap Bank Syariah, tidak hanya dari segi menurunnya profitabilitas Bank itu sendiri, tapi juga memiliki dampak yang kuat terhadap akreditasi Bank tersebut. Maka dari itu, diperlukan adanya strategi - strategi dari pihak Bank dalam mengatasi nasabah - nasabah NPF tersebut.

2 Fri Hadi Maris, Branch Operation Support Manajer, Hasil Wawancara (Lubuk Sikaping, 23

Februari 2016, pukul 09.00)

3Syamsu Rizal, Account Mantanance, Hasil Wawancara (Lubuk Sikaping, 23 Februari 2016,

(12)

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melanjutkan penelitian ini dengan judul “Strategi Bank Syariah Mandiri kantor cabang Lubuk sikaping

Dalam Mengatasi Non Performing Financing melalui Mitra micro ( PMM Mitra) ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bank Syariah Mandiri kantor cabank lubuk sikaping mengalami penurunan laba akibat dampak Non Performing Financing.4

2. Akibat dampak yang ditimbulkan, Bank Syariah Mandiri kantor cabang lubuk sikaping perlu membuat strategi demi menekan angka NPF tersebut.

3. Peran karyawan Mitra Micro dalam menangani nasabah dengan kategori Non Performing Financing tersebut.

C. Rumusan Dan Batasan Masalah 1. Batasan Masalah

4 Fri Hadi Maris, Branch Operation support Manajer, Hasil Wawancara (Lubuk Sikaping, 23

(13)

Berdasarkan latar belakang masalah dan begitu luasnya masalah, maka penelitian ini dibatasi pada, peran Mitra Micro dalam mengatasi Non Performing Financing pada Bank Syariah Mandiri KC. Lubuk Sikaping.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana peran Mitra Micro Bank Syariah Mandiri kantor cabang lubuk sikaping dalam mengatasi Non Performing Financing.

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana peran karyawan Mitra Micro dalam menangani pembiayaan bermasalah dengan kategori Non Performing Financing pada Bank Syariah Mandiri KC Lubuk Sikaping.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk memenuhi persyaratan akademis dalam menyelesaikan Studi Jurusan Diploma III demi mendapatkan gelar Ahli Madya (A.Md) pada Institut Agama Islam Negri (IAIN) Bukuttinggi.

(14)

b. Sebagai pengetahuan bagi penulis, bahwa dalam meminimalisir dampak NPF, Bank Syariah Mandiri KC Lubuk Sikaping membuat berbagai strategi dalam mengatasi masalah nasabah NPF tersebut.

c. Sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut pada program DIII Perbankan Syarriah, Institusi Agama Islam Negri (IAIN) Bukittinggi.

E. Penjelasan Judul

Untuk menghindari kekeliruan dalam memahami judul yang penulis buat, maka perlu dijelaskan judul yang dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:

Nasabah NPF : Non Performing Financing

(NPF) merupakan pembiayaan bermasalah, yang mana pihak nasabah tidak sanggup dalam memenuhi kewajibannya terhadap Bank.5

Strategi : Pendekatan secara keseluruhan

yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi

5 Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani

(15)

sebuah aktivitas tertentu. Bank Syariah

Mandiri

: Adalah lembaga perbankan di

Indonesia, Bank ini berdiri pada tahun 1999 dengan nama Bank Industri Nasional.6

F. Kajian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis memaparkan bebrapa literatur penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti oleh penulis. 1. Tentang “Penyelesaian Pembiayaaan Bermasalah Melalui Kearifan Lokal

Pada BMT Agam Madani Panampung” Oleh Reski Hidayatullah BP.

3108.007, Tahun 2013.7

Dalam Tugas Akhir ini penulis ingin membahas tentang bagai mana cara BMT Agam Madani melakukan penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan pendekatan Silaturahmi, pendekatan emosional, surat peringatan (SP), pertambahan jangaka waktu pembiayaan, dan apabila masih tidak ditanggapi lembaga akan melakukan penyitaan jaminan.

6Http://id.m.Wikipedia.org

7Reski Hidayatullah, Tugas Akhir, STAIN SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKUTTINGGI,

(16)

2. Tentang “Analisis Penanggulangan Pembiayaan Macet di PT.BPRS Ampek

angkek Canduang” Oleh Deni Sutraloka BP. 3110.020, Tahun 2013.8

Dalam Tugas Akhir ini penulis ingin membahas tentang bagaimana bentuk-bentuk cara penanggulangan nasabah macet pada PT. BPRS Ampek Angkek Canduang tersebut.

Perbedaan judul ini dengan kajian terdahulu diatas adalah, penulis ingin lebih memfokuskan terhadap peran PMM Mitra yakni karyawan khusus penagihan nasabah-nasabah macet dengan kolektibilitas 3A (3 bulan penuggakan), dengan tujuan menekan jumlah angka non performing financing pada Bank syariah Mandiri kantor cabank lubuk sikaping tersebut.9

G. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung kelapangan (Field Research) yang bersifat deskriptif, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara menggambarkan kejadian yang sebenarnya yang terjadi dilapangan dengan mencoba menafsirkan, dan

8 Dani Sutraloka, Tugas Akhir, STAIN SJECH M DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI,

Tahun 2013.

9

Fahmi Prayudi, Mitra Micro (PMM Mitra), Hasil Wawancara (Lubuk Sikaping, 23 Februari 2016, pukul 09.00)

(17)

memaparkan lebih lanjut. Jenis data penelitian ini juga bersifat kualitatif sebagai prosedur yang nantinya menghasilkan data deskriptif yang berupa lisan maupun tulisan.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bank Syariah Mandiri KC. Lubuk Sikaping Jl. Jenderal Sudirman No. 19 – 20, Pasaman. Penelitian ini dilakukan saat penulis melakukan kegiatan magang pada Bank yang bersangkutan tersebut pada bulan Februari.

3. Jenis dan Sumber Data a) Data Primer

Adalah data yang diperoleh secara lansung oleh peneliti melalui Observasi, wawancara lansung dengan responden terpilih melauli wawancara tidak terstruktur.10 Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi dan pengamatan langsung pada Bank Syariah Mandiri KCP. Lubuk sikaping dengan melakukan wawancara dengan pihak Account maintenance dan Marketing analist.

b) Data Sekunder

Adalah deta yang diperoleh dalam bentuk jadi atau sudah dalam bentuk publikasi, dan data literature kepustakaan, dan beserta data dari buku referensi untuk melengkapi data primer.

10

(18)

4. Teknik Pengumpulan Data a) Observasi

Adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan penelitian secara langsung ataupun tidak langsung terhadap keberlangsungan objek yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap Bank Syariah Mandiri KCP. Lubuk Sikaping tentang bagaimana merancang strategi demi mengatasi pembiayaan Non Performing Financing.

b) Wawancara

Adalah alat pengumpulan data berupa informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan.11 Dalam wawancara ini penulis melakukan penyiapan panduan wawancara terlebih dahulu agar topik yang nantinya ditanyakan jelas pada pokok dan inti dari permasalahan yang diteliti. Wawancara penulis lakukan terhadap pihak Account Mantenance Bank Syariah mandiri KCP. Lubuk Sikaping.

c) Dokumentasi

Adalah mengumpulkan data-data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang sesuai

11 Purbayu Budi Santosa dan Mulyawan Hamdani, Statistika Deskriptif dalam bidang Ekonomi dan niaga, (Jakarta: Erlangga, 2007)

(19)

dengan objek yang diteliti guna kepentingan penulisan dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen terkait.

5. Teknik Analisis Data

Data mentah yang dikumpulkan kemudian dioleh dan dianalisis lebih dalam, pola pendekatan yang digunakan dalam pemecahan penelitian ini adalah metode deskriptif dan kualitatif.

Dengan penelitian deskriptif dan kualitatif itulah penulis ingin menggambarkan apa saja strategi – strategi serta penanganan yang diterapkan oleh bank syariah mandiri KCP. Lubuk sikaping dalam mengatasi nasabah NPF mereka.

H. Sistematika Penulisan

Adapun yang menjadi sistematika penulisan dalam penulisan ini adalah:

BAB I : PENDAHULUAN

Di dalam pendahuluan terdapat latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan judul, kajian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

(20)

Di dalam landasan teori ini berisi tentang pembahasan secara teoritis masalah yang dikemukakan dalam penelitian seperti; manajemen syariah, pengawasan pembiayaan, pembiayaan bermasalah, dan murabahah.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Di dalam hasil penelitian dan Pembahasan ini terdapat

pembahasan tentang hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan di lapangan.

BAB IV : PENUTUP

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Nasabah 1. Pengertian Nasabah

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Nasabah merupakan pihak yang menggunakan jasa bank syariah dan atau unit usaha syariah. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank syariah dan atau Unit Usaha Syariah dalam bentuk simpanan berdasarkan akad yang disepakati. Nasabah Investor yaitu nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah dalam bentuk Investasi.12

2. Klasifikasi Nasabah

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor: 11/26/PBI/2009 tentang prinsip kehati hatian Bank, nasabah diklasifikasikan dalam:

a) Nasabah Profesional

Apabila nasabah tersebut memiliki pemahaman terhadap karakteristik, fitur, dan resiko dari sructured produk dan terdiri dari perusahaan yang bergerak dibidang perusahaan efek, perusahaan dengan modal 20.000.000.000 (dua puluh milyar) atau ekuivalennya dengan valuta asing.

12 Undang – Undang No. 21 Tahun 2008, Tentang Perbankan syariah

(22)

b) Nasabah Eligible

Apabila nasabah tersebut memiliki pemahaman tentang karakteristik, fitur, dan resiko dari sruktured product dan terdiri dari perusahaan yang bergerak dibidang keuangan berupa dana pensiun atau perusahaan perasuransian, atau perusahaan dengan modal setidaknya Rp 5.000.000.000 (lima milyar rupiah).

c) Nasabah Retail

Adalah nasabah yang tidak termasuk kedalam nasabah profesional dan eligible.

B. Pengertian Non Performing Financing (NPF)

Non Performing Finance (NPF) pada perbankan syariah, atau Non Performing loan (NPL) pada bank konvensional, merupakan pembiayaan bermasalah yang terjadi akibat ketidak sanggupan pihak nasabah dalam memenuhi kewajibannya terhadap pihak bank. NPF berdampak buruk bagi penurunan laba suatu Bank Syariah, karna semakin tinggi angka NPF suatu bank syariah maka keuntungan yang diperoleh pihak bankpun akan berkurang.13

Kolektibilitas 3,4, dan 5 sudah dapat diklarifikasikan sebagai nasabah NPF. Berikut klarifikasi nasabah NPF pada Bank Syariah Mandiri yakni gret 3A:4bulan

13 Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insan Pers,

(23)

penunggakan sampai dengan gret 5:10 bulan atau lebih penunggakan digolongkan sebagai nasabah NPF.14

1. Strategi Bank Syariah Mandiri KC. Lubuk Sikaping Menghadapi Non

Performing Financing (NPF).

a) Strategi umum yang digunakan Bank Syariah dalam menghadapi nasabah non performing financing (NPF).

1) Bank syariah harus membentuk divisi atau bidang penyelamatan dan penyelesaian pembiayaan bermasalah.

2) Bank Syariah harus mampu meningkatkan kompetisi SDM agar bisa melakukan retrukturisasi pembiayaan secara syariah.

3) Bank Syariah harus secara proaktif melakukan standar underwriting dan memonitoring nasabah.

4) Bank Syariah harus membuat kebijakan Iktiyath (hati-hati)

5) Perbankan Syariah harus Istiqamah dengan model bisnis yang mereka jalankan.

b) Strategi yang diterapkan Bank Syariah Mandiri kantor cabang Lubuk Sikaping dalam mengatasi nasabah non performing financing (NPF).

1) Melayangkan surat peringatan (SP) pertama hingga ketiga

2) Restuktur ulang pembukuan terhadap nasabah bermasalah tersebut

14 Samsyu Rizal, Account Mantanance, Hasil Wawancara (Lubuk Sikaping, 23 Februari 2016,

(24)

3) Melakukan pemalangan terhadap agunan nasabah yang berupa rumah atau tanah, bahwasannya tanah atau bangunan tersebut dalam pengawasan pihak bank syariah mandiri Lubuk sikaping.

4) Hingga melakukan pelelangan terhadap agunan nasabah tersebut.15

C. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Non Performing Financing

Secara umum, faktor- faktor yang mempengaruhi dan penyebab naiknya tingkat pembiayaan bermasalah atau Non Performing financing adalah sebagai berikut:

1. Faktor dari Nasabah

Tidak semua nasabah mempunyai itikad baik pada saat pengajuan pembiayaan ataupun pada saat pembiayaan sedang berjalan. Itikad baik inilah yang memang sulit diketahui dan dianalisa oleh pihan bank, dikarenakan hal ini menyangkut soal moral ataupun akhlak dari debitur. Bisa saja nasabah pada saat mengajukan pembiayaan menutupi kebobrokan keuangan perusahaannya dan mengharapkan dana segar dari pihak bank.

2. Faktor dari pihak Bank

Perundang – undangan yang menjadi koridor bagi bank yang melakukan kegiatan usahanya dalam penyaluran dana, seperti mengenai batas

15 Fahmy Prayudi,Mitra Micro, Hasil Wawancara (Lubuk Sikaping, 23 Februari 2016, pukul

(25)

maksimum pemberian pembiayaan, ketentuan agunan, dan lain sebagainya, ada kalanya pihak bank tidak begitu memperhatikan hal tersebut dikarenakan bank yang terlalu agresif dalam penyaluran dana pembiayaannya tanpa mempertimbangkan resiko jangka panjangnya.

3. Faktor Eksternal

Pembiayaan bermasalah juga bisa diakibatkan oleh faktor eksternal, yang mana faktor tersebut dapat disebabkan oleh krisis moneter, kerusuhan masal, bencana alam dan lain sebagainya.

D. Kriteria Pembiayaan Non Performing Financing

Pembiayaan yang telah disetujui atau pihak nasabah dan pihak bang telah melakukan akad perjanjanjian pemberian fasilitas pembiayaan terhadap nasabah, maka peranan bank akan lebih berat dalam memonitoring nasabah tersebut dibanding pada saat pembiayaan belum disepakati.16 Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya kegagalan kegagalan nasabah dalam memenuhi janjinya yanki mengembalikan fasilitas pembiayaan terhadap bank, maka dari itu pihak bank harus melakukan regular monitoring. Monitoring aktif yaitu, pihak bang secara regular mengunjungi nasabah penerima pembiaayaan, memantau laporan keuangan nasabah secara rutin hingga memberikan laporan kunjungan nasabah kepada komite pembiayaan / supervisor, dan monitoring pasif adalah monitoring pembayaran kewajiban pihak nasabah terhadap pihana bang setiap akhir bulan.

16

(26)

Bersamaa dengan itu diberika juga pembianaan dengan memberikan saran, informasi maupun pembinaan teknis yang bertujuan untuk menghindari pembiayaan bermasalah.17

Kualitas dari pembiayaan itu sendiri dapat dikategorikan dalam beberapa golongan, diantaranya:

1. Lancar :Pihak nasabah mampu memenuhi segala kewajibannya

sebelum atau pun saat tanggal jatuh tempo pembiayaan.

2. Kurang lancar :Dikategorikan apabila pembiayaan yang diberikan

pihak bank tidak diangsur oleh pihak nasabah dalam waktu 3 bulan sampai dengan 6 bulan.

3. Diragukan :Dikategorikan apabila pembiayaan yang diberikan

tidak diangsur oleh pihak nasabah salama 6 bulan sampai dengan 9 bulan.

4. Bermasalah :Apabila pihak nasabah tidak membayar kewajibannya

dalam kurun waktu 9 bulan sampai dengan 12 bulan.

E. Pembiyaan

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan dengan akad antara lembaga keuangan dengan pihak lain dalam periode waktu tertentu. Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok perbankan syariah, yang mana dana yang diberikan kepada

17 Syamsu Iskandar, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta Selatan: PT. Semesta asa

(27)

pihak lain dapat menumbuhkan keuntungan, namun pembiayaan justru juga memiliki resiko yang sangat besar, diantaranya pihak yang mendapatkan fasilitas pembiayaan tersebut tidak mengembalikan dana yang telah dipinjamkan.

Dalam perbankan syariah, penggunaan kata pinjam-meminjam kurang tepat digunakan disebabkan oleh hal sebagai berikut:

1. Pertama, pinjaman merupakan salah satu metode hubungan finansial dalam Islam, masih banyak metode yang diajarkan oleh syariat selain pinjaman, seperti jual-beli, bagi hasil, sewa menyewa, dan sebagainya.

2. Kedua, dalam Islam pinjam meminjam merupakan akad sosial, bukan akad komersial. Artinya bila seseorang meminjam sesuatu, ia tidak boleh disyaratkan untuk memberikan tambahan pokok pengembalian atas pinjamannya tersebut, karna melebihkan pengembalian pokok tersebutlah yang dinamakan riba, dan Isalam mengharamkan riba tersebut.

(28)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah PT. Bank Syariah Mandiri KC. Lubuk Sikaping

Kehadiran Bank Syariah Mandiri sejak tahun 1999 merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997 – 1998. Dalam kondisi tersebut, Industri perbankan nasional yang didominasi oleh perbankan konvensional mengalami krisis yang luar biasa. Dengan pada akhirnya pemerintah merekapitalisasi dan merestrukturisasi sebagian bank – bank di Indonesia.

Salah satu bank konvensional, PT. Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh yayasan kesejahteraan pegawai (YKP), PT. Bank Dagang Indonesia dan PT. Bank Prestisi berupaya keluar dari krisis tersebut dengan berbagai cara. Mulai dari upaya mager dengan bank-bank lain, hingga mengundang para investor asing.

Pada saat yang bersamaan pemerintah juga melakukan upaya mager (penggabungan) empat bank, yakni Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim dan Bapindo menjadi satu bank baru bernama PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga

(29)

menetapkan dan menempatkan Bank Mandiri sebagai pemilik mayoritas Bank Susila Bakti.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan marger, Bank Mandiri membentuk tim konsolidasi tim pengembangan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri. Tindakan ini juga ditujukan sebagai respon diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998 yang member peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).18

Tim pengembangan perbankan syariah memandang bahwa pemberlakuan tersebut adalah momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT. Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah, oleh kerenanya tim pengembangan perbankan syariah segara mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi dengan prinsip syariah dengan nama PT. Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris : Sutjipto, SH, No.23 tanggal 08 September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/KEP.BI/1999. 25 Oktober 1999. Selanjutnya melalui surat keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia 1/1/KEP.DGS/1999,BI menyetujui pengukuhan dan perubahan nama menjadi PT. Bank Syariah Mandiri.

18

Dokumen Bank Syariah Mandiri, KC. Lubuk Sikaping, tanggal 11 Mai 2017.

(30)

Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.

Setelah Bank Syariah Mandiri secara resmi berdiri, untuk pengembangan usahanya dan memberikan kemudahan kepada para nasabah, bank syariah mandiri membuka kantor-kantor cabang, cabang pembantu, dan kantor kas. Di lubuk sikaping sendiri pertama kali di kepalai oleh Venny Oktasari.

Bank Syariah Mandiri tampil dan hadir sebagai bank yang mampu memadukan antara idealism usaha bisnis dengan nilai-nilai rohani yang melandasi prinsip operasionalnya.

B. Visi Dan Misi Bank Syariah Mandiri Visi

“Bank Syariah Terdepan Dan Moderen”

Bank Syariah terdepan : Menjadi bank syariah yang selalu unggul diantara pelaku industri banker syariah di Indonesia pada segmen konsumen, mikro, dan koorporate.

Bank Syariah Medern : Menjadi bank syariah dengan sistem layanan dan teknologi yang mampu melampaui harapan nasabah.19

Misi

19

(31)

1. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri yang berkesinambungan.

2. Meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi yang melampaui harapan nasabah.

3. Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan pada segmen ritel.

4. Mengembangkan bisnis atas dasar nilai-nilai syariah universal.

5. Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang sehat. 6. Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.

C. Struktur Organisasi PT. Bank Syariah Mandiri KC. Lubuk Sikaping

BRANCH MANAGER

BACK OFFICE SUPORT MANAGER KEPALA WARUNG MICRO CONSUMER BANKING RETAIL MANAGER MICRO FINANCING ANALIST SYARIAH FUNDING EXECUTIF CUSTOMER SERVICE

ADMINT MICRO TELLER

PMM

(32)

D. Produk-Produk Bank Syariah Mandiri KC. Lubuk Sikaping

Produk produk yang ditawarkan oleh Bank Syariah Mandiri KC. Lubuk Sikaping diantaranya sebagai berikut:

1. Produk Tabungan

a. Tabungan BSM

Tabungan BSM merupakan produk tabungan dalam mata uang Rupiah yang penyetoran maupun penarikannya dapat dilakukan disemua kantor unit bisnis BSM, dan tabungan ini juga dilengkapi kartu ATM yang bisa digunakan selama 24 jam. 20

b. Tabungan Mabrur

Tabungan dalam mata uang rupiah dengan tujuan peruntukan mendaftar ibadah Haji.

20

Buku panduan produk-produk Bank Syariah Mandiri KC. Lubuk Sikaping

MITRA MICRO

OB

(33)

a. Manfaat :

1) Aman dan terjamin

2) Untuk kemudahan mendapatkan porsi Haji

3) Online dengan Siskohat Departemen Agama untuk kemudahan pendaftaran Haji.

b. Karakteristik :

1) Berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah muthlaqah. 2) Tidak dapat dicairka , kecuali hanya untuk melunasi biaya

penyelenggaraan ibadah Haji. 3) Setoran awal minimum Rp. 500.000

4) Saldo minimal untuk di daftarkan ke Siskohat adalah Rp. 25.500.000 atau sesuai dengan ketentuan Departeman Agama.

2. Produk Deposito

Investasi dalam jangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip akad Mudharabah Mutlaqah.21

a. Manfaat :

1) Dana aman dan terjamin

2) Dikelola secara syariah dengan akad Mudharabah Mutlaqah 3) Bagi hasil yeng kompetitif

4) Dapat dijadikan sebagai agunan pembiayaan

21

(34)

5) Fasilitas Automatic Roll Over (ARO) b. Karakteritik :

1) Jangka waktu yang fleksibel, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan hingga 12 bulan.

2) Dicairkan pada saat jatuh tempo 3) Setoran awal minimum Rp. 2000.000

3. Produk Giro

Sarana penyimpanan dana untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip Wadiah yad dhamanah.

a. Manfaat :

1) Dana aman dan tersedia setiap saat.

2) Kemudahan transaksi dengan cek atau bilyet giro

3) Fasilitas intercity clearing untuk kecepatan bayar inkaso (kliring antar wilayah).

4) Fasilitas BSM Card, sebagai ATM sekaligus debet (untuk nasabah perorangan).

5) Fasilitas pengiriman account statement setiap awal bulan. 6) Bonus bulanan yang diberikan sesuai dengan kebijakan BSM.

(35)

4. BSM CARD

Kartu yang dapat dipergunakan untuk transaksi perbankan melalui mesin ATM dan debit (EDC/Electronic Data Capture).

a. Manfaat :

1) Kemudahan tarik tunai diseluruh ATM Bank syariah mandiri, ATM BCA, ATM bersama dan ATM Prima.

2) Kemudahan berbelanja di lebih dari 20.000 merchant yang menyediakan mesin EDC Prima, BCA dan EDC Mandiri.

3) Adanya program diskon di merchant tertentu.

5. Produk Pembiayaan

a. Pembiayaan Micro

Merupakan produk pembiayaan yang ditujukan untuk para segmen ritel, pedagang-pedagang dan segmen Golbertap yang sudah melalui perjanjian kerja sama. Kegunaannya sebagai pembelian barang-barang untuk kebutuhan produksi.

Syarat dan ketentuan :

1) Margin atau bagi hasil yang jauh lebih murah, yakni 0,85% hinggga 0,9% perbulannya.

(36)

3) Agunan dapat berupa sertifikat tanah, BPKB kendaraan bermotor ataupun mobil.

4) Maksimal pembiayaan Rp. 200 juta. b. Pembiayaan Implan

Merupakan produk pembiayaan yang ditujukan khusus untuk para Pegawai Negeri Sipil (PNS). Yang kegunaannya untuk barang-barang konsumsi, seperti pembelian rumah, dan sebagainya.22

Syarat dan ketentuan :

1) Margin atau bagi hasil yang jauh lebih murah, yakni 0,60% hingga 0,70% perbulannya.

2) Nilai pembiayaan yang tidak boleh melebihi 70% dari jumlah gaji yang diterima setiap bulannya.

3) Agunan yang dapat digunakan adalah SK PNS itu sendiri. 4) Maksimal pembiayaan Rp. 250 juta

c. Pembiayaan Pensiunan

Pembiayaan yang khusus ditujukan untuk para pension, pra pension, dan pensiunan janda. Pembiayaan ini biasanya dipergunakan untuk kebutukan konsumsi.

Syarat dan ketentuan :

22

(37)

1) Margin atau bagi hasil yang sangat murah yakni 0,65% hingga 0,75% perbulannya.

2) Nilai pembiayaan tidak boleh melabihi 90% dari nilai gaji yang diterima setiap bulannya.

3) Persyaratan agunan sendiri adalah SK Pensiunan itu sendiri. 4) Maksimal pembiayaan Rp. 350 juta.

E. Penyelesaian Non Performing Financing Melalui Mitra Micro

Penyelesaian pembiayaan bermasalah atau pembiayaan kategori Non Performing Financing dengan bantuan mitra micro merupakan upaya dan tindakan untuk menarik kembali pembiayaan debitur terutama dengan kategori NPF.

Mitra Micro sendiri biasa disebut dengan Debt Collector pada perusahaan perbankan yang lain berfungsi sebagai perpanjangan tangan pihan bank terhadap pihak nasabah dalam upaya melakukan penagihan pembiayaan yang masuk dalam kategori non performing financing dan melakukan penyelesaian terhadap nasabah yang jatuh dalam kategori pembiayaan bermasalah tersebut.23

Pembiayaan dengan kategori Non performing financing merupakan pembiayaan yang harus dan perlu diadakan penyelesaian agar Contribusi Masrgin

23 Ketentuan Pasal 1792 KUH Perdata menyatakan bahwa pemberian kuasa adalah suatu

persetujuan yang memberikan kekuasaan kepada pihak lain, yang menerimanya untuk dan atas nama pemberian kuasa menyelenggarakan suatu urusan.

(38)

(CM) bank tidak menurun, berbagai cara dilakukan mulai penagihan oleh mitra mico, restruktur hingga pelelangan agunan.

Pembiayaan bermasalah juga dapat menimbulkan sengketa antara bank dengan pihak nasabah itu sendiri. Berdasarkan ketentuan pasal 5 UU Perbankan Syariah dan penjelasan pasal tersebut, penyelesaian perbankan syariah pada dasarnya melalui peradilan Agama.

1. Jobdesk dan batasan – batasan kinerja Mitra Micro.

Secara umum kerja ataupun Jobdesk Mitra Micro sendiri sidah diatur di dalam Standart Operaional Prosedur Jobdesk Mitra Micro, antara lain ;

a) Melakukan penagihan lansung terhadaop nasabah dengan kategori Non Performing Financing.24

b) Memastikan nasabah dengan kategori pembiayaan Non Performing Financing.

c) Memonitoring nasabah dengan kategori Non Performing Financing

d) Memonitoring tingkat Non Performing Financing nasabah pembiayaan Micro.

2. Usaha penyelesaian Non performing financing oleh Mitra Micro.

24 Fahmi Prayudi, Mitra Micro, Hasil Wawancara (Lubuk Sikaping, 12 Maret 2017, Pukul

(39)

Secara garis besar upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah dapat dibedakan berdasarkan kondisi hubungannya dengan nasabah penerima fasilitas, yaitu :

a. Penyelesaian dimana pihak nasabah penerima fasilitas masih kooperatif, sehingga penyelesaian dilakukan secara kerja sama antara nasabah dan pihak bank, yang dalam hal ini disebut sebagai “penyelesaian secara damai” atau “penyelesaian secara persuasif”. b. Penyelesaian dimana pihak nasabah penerima fasilitas pembiayaan

tidak koorperatif lagi, sehingga usaha penyelesaian dilakukan secara pemaksaan dangan landasan pada hak-hak yanh dimiliki oleh pihak bank.25

Berbagai cara penyelesaian pembiayaan dengan kategori non performing financing dapat bersumber dari :

1. Barang – barang yang telah di agunkan oleh pehak nasabah kepada pihak bank, dan telah diikat sesuai dengan UU perbankan yang berlaku secara sempurna, seperti hak tanggungan, Hipotek, hukum fidusia atau gadai.

2. Jaminan perorangan (borgtocht), baik dari perorangan (personal guarantee), maupun dari badan hukum (company guarantee).

25Fahmi Prayudi, Mitra Micro, Hasil Wawancara (Lubuk Sikaping, 20 Februari 2017, Pukul

(40)

3. Seluruh harta kekayaan pihak nasabah penerima fasilitas dan pemberi jaminan merupakan piutang pada bank sendiri.26

4. Pembayaran dari pihak ketiga yang bersedia melunasi pembiayaan nasabah penerima fasilitas.

3. Tahap penyelesaian Non performing financing oleh Mitra Micro.

a. Tahap pertama.

Pada tahap pertama biasanya penagihan untuk pengembalian pembiayaan yang telah diberikan kepada pihak nasabah dengan cara persuasive, musyawarah, dan media melalui pihak ketiga dengan kemungkinan :

1) Nasabah membayar kewajiban pengembalian pembiayaan kepada pihak bank.27

2) Nasabah atau pihak ketiga pemilik agunan menjual sendiri agunan dengan tujuan untuk melunasi sisa pembiayaan terhadap bank.

3) Dilaksanakan perjumpaan hutang (kompensasi).

4) Dilaksanakan pengalihan utang (pengambil alihan hutang/novasi subjektif).

5) Penjualan dibawah tangan dilakukan berdasarkan pemberi dan pemegang hak jaminan fidusia atau hak tanggungan, jika dengan cara

26 Pasal 1131 UU KUH Perdata

27 Fahmi Prayudi, Mitra Micro, Hasil Wawancara (Lubuk Sikaping, 12 Maret 2017, Pukul

(41)

demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak.28

6) Megenai mediasi, Bank Indonesia telah mengeluarkan PBI No.10/1/PBI/2008 tentang mediasi perbankan.

b. Tahap kedua

Apabila tahap pertama tidak berhasil, bank melakukan upaya – upaya tahap kedua (secondary enforcement system) dengan melakukan tekanan psikologis kepada debitur berupa peringatan tertulis (informasi) bahwa pembiayaan bermasalah tersebut akan diselesaikan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

c. Tahap ketiga

Dalam hal upaya – upaya penyelesaian tahap kedua belum berhasil, bank dapat menempuh upaya tahap ketiga, yakni penjualan barang jaminan dibawah tangan atas dasar kuasa dari nasabah pemilik agunan.29

4. Penyelesaian melalui kantor lelang.

Dalam rangka penyelesaian pembiayaan bermasalah yang tidak kunjung menemui titik terang penyelesaian tersebut, pihak bank dapat meminta bantuan kantor lelang untuk melakukan :

28 Pasal 29 ayat (1) huruf C UU No. 42 Tahun 1999 tentang Fidusia dan pasal 20 ayat (2) UU

No. 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan.

29 Fahmi Prayudi, Mitra Micro, Hasil Wawancara (Lubuk Sikaping, 12 Maret 2017, Pukul

(42)

a. Penjualan jaminan yang telah diikat dengan hak tanggungan berdasarkan janji yang dicantumkan dalam akta pemberian hak tanggungan bahwa pemegang hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri objek tanggunan apabila debitur cidera janji / beding van eigenmatich verkoop.30

Lelang eksekusi hak tanggungan dapat dilakukan sebagai berikut :31

1) Pemegang hak tanggungan pertama menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum pasal 6 UU hak tanggungan.

2) Pemegang hak tanggungan berdasarkan title eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat hak tanggungan menjual melalui pelelangan umum sesuai pasal 14 ayat (2) UUHT.

3) Berdasarkan surat edaran kepala BUPLN nomor SE-23/PN/2000 tanggal 22 November 2000, dalam prosedur lelang berdasarkan pasal 6 UUHT, yang bertindak sebagai pemohon lelang adalah kreditur atau bank dan pelaksanaan lelang melalui pejabat lelang Negara.

Dokumen – dokumen persyaratan lelang :

1) Salinan atau pun copyan perjanjian kredit.

30

Pasal 11 ayat (2) huruf e UU Hak Tanggungan

(43)

2) Salinan atau copyan hak tanggungan dan akta pemberian hak tanggungan.

3) Salinan atau copyan sertifikat hak atas tanah yang dibebani dengan hak tanggungan.

4) Salinan atau copyan bahwa debitur wanprestasi yang dapat berupa peringatan – peringatan maupun pernyataan dari pihak bank terhadap yang bersangkutan selaku kreditur.32

5) Surat pernyataan dari pihak bank yang bersangkutan selaku kreditur yang isinya akan bertanggung jawab apabila terjadi gugatan.

b. Penjualan agunan melalui eksekusi gadai atas dasar parate.33

c. Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan.34

5. Penyelesaian sengketa melalui mediasi dan badan peradilan. a. Perdamaian dengan bantuan mediator melalui mediasi.

32 Fahmi Prayudi, Mitra Micro, Hasil Wawancara (Lubuk Sikaping, 12 Maret 2017, Pukul

09.00 wib)

33

Pasal 1155 KUH Perdata

34

Pasal 15 ayat (3) dan pasal 29 ayat (1) huruf h UU No.42 Tahun 1999 tentang jaminan Fidusia

(44)

Dalam prosedur perkara diperadilan berdasarkan ketentuan pasal 4 peraturan Mahkamah Agung (PERMA) nomor 01 tahun 2008 tentang prosedur mediasi diperadilan, ditegaskan bahwa, kecuali perkara yang diselesaikan melalui prosedur peradilan niaga, pengadilan hubungan industrial, keberatan atas putusan badan penyelesaian sengketa konsumen, dan keberatan atas putusan komisi pengawas persaingan usaha, semua sengketa perdata yang di ajukan ke pengadilan tingkat pertama wajib lebih dahulu di upayakan penyelesaian melalui perdamaian dengan bentuan mediator.

Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa dengan melakukan perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak yang dibantu oleh mediator.

Mediasi dilakukan secara tertutup kecuali para pihak mengkehendaki lain. Para pihak dalam mediasi dapat mengajukan kesepakatan perdamaian melalui hakim untuk dikuatkan dalam bentuk “Akta Perdamaian”.35

Apabila setelah batas waktu maksimal 40 (empat puluh) hari kerja, para pihak tidak mampu menghasilkan kesepkatan, mediator wajib menyampaikan secara tertulis bahwa proses mediasi telah gagal dan diberitahukan kegagalan tersebut kepada hakim.

35 Fahmi Prayudi, Mitra Micro, Hasil Wawancara (Lubuk Sikaping, 12 Maret 2017, Pukul

(45)

b. Penyelesaian sengketa melalui badan peradilan.

Penyelesaian pembiayaan bermasalah dapat diselesaikan melalui peradilan umum dan peradilan agama dengan penjelasan sebagai berikut. 1) Eksekusi agunan melalui Pengadilan Negri.

a) Pelaksanaan titel eksekutorial oleh pemegang hak tanggungan melalui fiat eksekusi pengadilan negri. Berdasarkan surat edaran kepala BUPLN nomor SE-23/PN/2000 tanggal 22 November 2008, dalam prosedur lelang dengan cara ini dokumen persyaratan lelang antara lain :36

 Salinan/copy penerapan aanmaniang/teguran.  Salinan/copy penetapan sita pengadilan.  Salinan/copy acara sita.

 Salinan/copy penetapan lelang pengadilan.

 Salinan/copy perincian utang atau jumlah yang harus dipenuhi.

 Salinan/copy surat pemberitahuan lelang kepada termohon eksekusi.

b) Pelaksanaan titel eksekutorian oleh penerima fidusia berpedoman kepada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (2)

36 Fahmi Prayudi, Mitra Micro (PMM Mitra), Hasil Wawancara (Lubuk Sikaping, 09 Mei 2017,

(46)

dan pasal 29 ayat (1) huruf a UU No. 42/1999 tentang jaminan fidusia.

Dalam ketentuan – ketentuan tersebut di atas ditegaskan bahwa sertifikat jaminan fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

2) Gugatan perdata melalui pengadilan negeri.

Penyelesaian sengketa antara pihak bank syariah mandiri dengan pihak nasabah dilakukan dengan cara – cara sebagai berikut :37

a) Pertama, dilakukan dengan jalan musyawarah.

b) Apabila musyawarah tidak mencapai kesepakatan, maka penyelesaian sengketa dapat dilakukan antara lain melalui mediasi, termasuk mediasi perbankan.

c) Dalam hal penyelesaian sengketa melalui mediasi tidak mencapai kesepakatan, maka penyelesaian sengketa dapat melalui mekanisme arbitrase syariah atau melalui lembaga peradilan berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku.

3) Gugatan perdata melalui peradilan agama.

37

Pasal 4 PBI No.9/19/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa bank syariah.

(47)

Dalam penegasan dan peneguhan kewenangan pengadilan agama untukmenyelesaikan perkara ekonomi syariah, dalam penyelesaian sengketa niaga atau bisnis, yang selama ini pengedilan yang diberi tugas dan kewenangan adalah pengadilan negri/niaga yang berada dalam lingkungan peradilan umum, maka setelah disahkan UU No. 3 Tahun 2006 tesebut, menyangkut sengketa bisnis khususnya yang berkaitan dengan ekonomi syariah, dpat diajukan perkara kepada pengadilan agama.

Ekonomi syariah adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syariah, meliputi : Bank Syariah, Asuransi Syariah, Reasuransi Syariah, Reksadana Syariah dan lain sebagainya.38

4) Permohonan pailit melalui pengadilan niaga

Dalam ketentuan pasal 2 ayat (1) UU nomor 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang dinyatakan bahwa debitur yang mempunyai dua/lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan keputusan pengadilan, hak atas permohonannya sendiri maupun satu atau lebih permohonan krediturnya.

38 Pasal 49 huruf I UU No. 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas UU No.7 Tahun 1989 tentang

(48)

5) Penyelesaian melalui badan arbitrase

Arbitrase merupakan salah satu cara penyelesaian sengketa perdata diluar peradilan umum dengan didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.39

Lembaga arbitrase dapat dipergunakan untuk penyelesaian pembiayaan bermasalah, apabila dalam perjanjian/akad pembiayaan terdapat akad klausul tentang penyelesaian sengketa melalui arbitrase (factum de compromitte).40

39 Pasal 1 angka 1 UU No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif penyelesaian

sengketa.

40

(49)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penempatan karyawan Mitra Micro dalam menangani nasabah bermasalah yang telah menerima fasilitas pembiayaan Ritel Micro cukup efektif, mengigat terjaganya tingkat Non Performing Financing di Bank Syariah Mandiri KC Lubuk Sikaping, sehingga kantor cabang Lubuk Sikaping masih dalam keadaan sehat dalam hal kusus pembiayaan Retail Micro.

2. Praktek karyawan Mitra Micro dilapangan dengan melakukan penagihan terhadap nasabah dengan kolektibilitas Non Performing Financing menerapkan asas kekeluargaan, dengan memonitoring penyebab kegagalan nasabah dalam memenuhi kawajibannya, Mitra Micro berusaha mencari

(50)

jalan keluar. Namun apabila tidak ada itikad baik dari pihak nasabah, maka karyawan Mitra Micro sendiri bias melakukan tekanan secara psikologis terhadap nasabah, dangan mengeluarkan surat peringatan pelelangan agunan dari nasabah.

3. Dalam prakteknya, Mitra Micro dibantu oleh Account Mantanance dalam melakukan pelelangan agunan, Mitra Micro hanya bertugas melengkapi berkas agunan, sedangkan yang mengeksekusu agunan sendiri dilakukan oleh pihak Account Mantanance.

B. Saran-saran

1. Bank Syariah mandiri khususnya kantor cabang Lubuk Sikaping harus lebih tegas terhadap nasabah, baik yang sudah masuk kategori Non Performing Financing maupun belum.

2. Setiap pembiayaan yang akan diberikan kepada calon nasabah, pihak marketing wajib menganalisa jalannya usaha, dan bagaimana keadaan kebutuhan pasar terhadap usaha tersebut.

3. Kepada BSM KC Lubuk Sikaping agar lebih memahami sacara mendalam tentang penyelesaian pembiayaan bermasalah agar tidak melanggar peraturan peraturan dalam langkah langkah menyelesaikan masalah deperaturan lembaga keuangan.

(51)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al Arif, Nur Rianto.2012. Dasar-dasar pemasaran bank syari’ah.Bandung: Alfabeta Antonio, M. Syafi‟i.2001.Bank Syari’ah dari teori ke praktek. Jakarta: Gema Insani

Press.

Arifin, Zainul. 2002. Dasar-dasar manajemen Bank Syari’ah, Jakarta: Alfabeta Faisal, Sarafiah. 2004.Metodologo penelitian pendidikan. Bandung: Grafindo.

Ismail. 2008. Buku pedoman skripsi & tugas akhir. Bukittinggi: STAIN Bukittinggi press.

Karim, Ediwarman. 2004. Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT, Raja Grafido Persada

Muhmmad. 2008. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Press Nurboto, Cholid, dkk. 2005. Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksra.

Perwataadmadja, Karnaen. 2011. Bank Syari’ah, Teori, Praktek dan Penerapannya. Jakarta: Calestial Publishing.

Sudarsono, Heri. 2003. Bank & Lembaga Syari’ah, Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonosia.

Teguh, Muhammad. 1999. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Aplikasi. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada

Trisnati, Ratih. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana Media. Wiyono, Slamet. 2005. Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syari’ah.

Jakarta: PT. Grasindo.

Yaya, Rizal. 2009. Akuntansi Perbankan Syari’ah Teori Ke Praktek. Jakarta: Salemba Empat.

Referensi

Dokumen terkait

Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011 (2) Untuk menganalisis pengaruh likuid Current Ratio (CR), Debt to Equity

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan terhadap penentuan kadar karbohidrat dadih susu sapi dengan penambahan tepung maizena di dapatkan hasil

Berdasarkan hasil analisa signifikansi dapat diketahui nilai CR perusahaan menunjukkan adanya hubungan tidak signifikan atau tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan

Berawal dari ide pendirian pendirian Monumen Resolusi Jihad sebenarnya telah dicetuskan sejak tahun 2008, Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi sangat mersepon dari apa

Gejala klinis kepiting bakau (S. serrata ) yang terinfeksi ektoparasit memiliki gejala klinis menempelnya organisme lain yang menyerupai kecambah ( Octolasmis sp.)

Sepuluh ekor sapi masyarakat yang secara alami terinfeksi caplak stadium nimpa-dewasa (di glambir dan diantara ke-2 paha sapi), setelah 24 jam diobati dengan ekstrak serbuk

Pertama , mengumpulkan teks pokok; teks pokok yang dimaksud adalah karya-karya utama Nurcholish Madjid yang terkait langsung dengan tema pembaruan islam dalam hal

Bila hal tersebut dapat dijalankan dengan baik maka dapat digunakan Komite Infeksi Nosokomial untuk menilai hasil pekerjaan tim apakah telah dilakukan dengan baik, terlalu