• Tidak ada hasil yang ditemukan

Muhammadiyah dan Kelas Menengah terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Muhammadiyah dan Kelas Menengah terhadap "

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MUHAMMADIYAH DAN KELAS MENENGAH:

Sejarah Muhammadiyah Gresik Kota Baru 1992-2012

_______Azaki Khoirudin________

Devisi Kajian dan Riset LPCR PWM Jawa Timur, Sekretaris Pimpinan Pusat IPM, Guru Al-Islam SMP Muhammadiyah 12 GKB dan Alumnus Pondok Shabran

ABSTRACT

Kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah Gresik Kota Baru menunjukan hubungan yang erat antara Muhammadiyah dan kelas menengah. Penelitian ini ingin menunjukan sikap Muhammadiyah terhadap perubahan masyarakat yang begitu cepat, yaitu masyarakat industri menuju post-industri. Dalam melakukan dakwah kelas menengah, dengan pendekatan yang tepat, akan melahirkan energi dakwah yang luar biasa. Dalam hal ini, Muhammadiyah GKB mampu malakukan pendekatan yang efektif. Kelas menengah yang memiliki materi yang berlebih, dan membutuhkan spiritualitas. Melalui, spiritualitas inilah Muhammadiyah GKB mampu mengambil peluang untuk melakukan dakwah. Dakwah yang dilakukan Muhammadiyah ternyata selalu diawali dengan gerakan pencerahan (hati dan fikr) melalui pengajian. Kemudian ditransformasikan menjadi gerakan amal yang mampu melahirkan kebudayaan.

Key Words: Sejarah dan Perkembangan, Muhammadiyah GKB, dan Kelas Menengah Baru

PENDAHULUAN

Perbincangan tentang Muhammadiyah telah banyak dilakukan para peneliti maupun para penulis, baik dari dalam maupun peneliti luar negeri. Perbincangan yang dilakukan meliputi pelbagai aspek dan pendekatan, mulai dari tinjauan sejarah keberadaannya, kajian pemikiran keagamaannya, kajian tokoh-tokoh pendiri dan pemimpinnya, kajian aspek politik, kajian aspek pendidikan, dan sebagainya. Kajian-kajian tersebut banyak dilakukan oleh orang luar (the outsider) maupun dari dalam (the insider), yaitu orang Muhammadiyah sendiri.1

Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, pada 18 November 1912 M, Senin Legi, 7 Dzulhijjah 1330 H.2 Sejak awal kelahirannya, secara teologis memang melekat karakter Islam yang berjiwa tajdid (pembaruan, modern). Dalam kaitan ini, Muhammadiyah berupaya untuk mewujudkan

1

Syamsul Hidayat, Tafsir Dakwah Muhammadiyah (Surakarta: Kafilah Publishing, 2012), h. 30

2

Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan, Sang Pencerah, Pendidik, dan Pendiri Muhammadiyah (Yogyakarta: Best Media, 2010), h. 17

masyarakat yang berkemajuan, berperadaban, berkeadilan dan berdaya secara ekonomi.3 Modernisme yang ditampilkan oleh Muhammadiyah, memberikan saham dari masyarakat tradisional menuju kebudayaan masyarakat modernis.4

Jika telah banyak pembahasan tentang pergerakan Muhammadiyah, lalu apa urgensi penelitian ini? Sebelum itu, paling tidak ada tiga pendekatan cara mengenal Muhammadiyah. Pertama, pendekatan ideologis, yaitu dengan memahami keyakinan dan cita-cita hidup sebagai ruh gerakannya. Kedua, pendekatan struktural, yaitu dengan cara terlibat aktif dalam struktur organisasi. Ketiga, pendekatan sejarah, yaitu dengan menelusuri latar belakang berdirinya, hambatan dan tantangan, serta perkembangannya.5 Penelitian ini hendak

3Ibid, h. 35

4 Haedar Nashir, Muhammadiyah Gerakan Pembaruan,(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2010) h. 13

5

Syafiq A. Mughni, Pengantar dalam Mustakim, Matahari Terbit di Kota Wali: Sejarah Pergerakan Muhammadiyah Gresik 1926-2010

(2)

mengkaji Muhammadiyah melalui pendekatan sejarah.

Fenomena penting dalam perjalanan sejarah masyarakat Indonesia adalah ketika masyarakat perkotaan menggeser peranan komunitas pedesaan sebagai aktor perubahan. Di kota-kota ini, terjadi kebangkitan golongan kelas menengah. Kelas menengah baru ini terdiri dari atas kaum pengusaha dan cendekiawan yang menguasai cakrawala kehidupan perkotaan. Hanya kota-kota yang kuat kejawennya seperti Surakarta dan Yogyakarta, kaum bangsawan tua masih menikmati kedudukan tinggi di masyarakat.6

Keberadaan kelas menengah baru sedang tumbuh di Indonesia seiring dengan perkembangan ekonomi nasional. Kemunculan kelas menengah baru ini tidak bisa dilepaskan dari bermunculnya pendidikan tinggi di Indonesia yang kebanyakan berdiri pada tahun 70-80-an. Kondisi itu melahirkan masyarakat menengah di negara ini. Karenanya, lembaga pendidikan memberikan kontribusi lahirnya kelas menengah. Kelas menengah yang memiliki pendidikan ini, memiliki daya dorong untuk melakukan perubahan. 7

Kehadiran kelas menengah baru masih mengisyaratkan banyak persoalan apabila dikaitkan dengan kondisi bangsa yang masih terjebak pada kemiskinan dan kebodohan. Fenomena kelas menengah baru, menimbulkan banyak agenda yang menjadi tanggungjawab dari eksistensinya. Jangan sampai mereka hanya sibuk dengan enjoyment of life bagi diri mereka sendiri. Semestinya mereka meningkatkan peran sosial dalam

pemberantasan berbagai „penyakit‟ bangsa

semacam korupsi dan kemiskinan-kebodohan. Mekanisme kehidupan masyarakat industrial diatur dan dan dikelola menurut prinsip logika ekonomis dan teknologis yang efisien dan produktif, serta tidak memiliki kesadaran ruhaniah kelas menengah baru memiliki minat yang tinggi dalam memahami agama, sehingga menghasilkan kaum religius juga rasional. Kehausan spiritual kaum urban

6

Kuntowijoyo, Paradigma Islam Intrepretasi untuk Aksi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2000), h.130

7

Yudi Latif, Intelegensia Muslim dan Kuasa: Geneanalogi Intelegensia Muslim Indonesia Abad ke-20, (Bandung: Mizan Pustaka, 2005), h. 623

yang hidup serba tercukupi secara materi dengan pola pikir rasional jelas membutuhkan siraman spiritual. Di tengah gaya hidup yang materialistik dalam peradaban global industrial, muncul kesadaran baru tentang wilayah kehidupan yang bersifat spiritual.8.

Ada asumsi bahwa Muhammadiyah belum begitu pro-aktif kepada kelas menengah baru, meski para aktivisnya sendiri, menurut kategori sosiologis banyak yang termasuk kelas menengah. Asumsi tersebut, tanpa didasari penelitian di lapangan yang muncul dari wacana pengajian Ramadlan Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 2012 ini membicarakan tentang kelas menengah. Berkaitan dengan fenomena kelas menengah baru, apakah dakwah Muhammadiyah telah memahami bahasa dan kebutuhan kelas menengah ini? Bagaimana strategi dakwah Muhammadiyah yang sistematis, terstruktur, namun efektif yang ditujukan kepada kelas menengah baru ini?

Kalau Muhammadiyah tidak menggarap ini, maka masyarakat kelas menengah baru

akan terjebak pada “pseudosufism”, yaitu relegiusitas palsu, bukan religiusitas asli. Jika Muhammadiyah tidak menggarap ini maka kelas menengah kita akan kehilangan arah, padahal mereka memerlukan pencerahan keagamaan. Mereka memiliki pendidikan dan uang yang banyak, mau diapakan mereka maka tergantung materi apa yang mereka terima. Maka dalam pengajian ramadhan 2013 ini Pimpinan Pusat Muhammadiyah menawarkan konsep “spiritualitas ihsan yang

berkemajuan”, sebagai jawaban dakwah kelas

menengah.

Selanjutnya, kelas menengah baru sebagai manifestasi kaum terdidik. Mobilitas sosial yang terjadi sejak diberlakukannya wajib belajar telah membawa naik masyarakat bawah dari pedesaan menuju ke segala arah. Anak-anak desa yang mempunyai budaya egalitarian sekarang berada di banyak tempat dan di dunia akademis. Mereka menjadi teknokrat baru pemasaok gagasan untuk birokrasi, bisnis, ormas, dan orsos.9 Kelas

8

Abdul Munir Mulkhan, Pesan dan Kisah Kiai Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2010), h. 21

9

(3)

menengah baru pada dasarnya ialah elitis, artinya siapa yang berkualitaslah yang memiliki kekuasaan. Dengan munculnya orang-orang berkualitas, masyarakat akan beruntung, karena urusannya dijalankan oleh orang terbaik.10

Suatu hal yang memberikan energi positif bagi kita ialah, bahwa Indonesia diprediksi pada tahun 2025 akan menyumbang 145 juta warga kelas menengah baru untuk dunia, dimana pada tahun ini, kelas menengah Indonesia bisa mencapai angka 50 juta. Dengan kekuatan ekonomi Indonesia, dipastikan menjadi awal kekuatan ekonomi nasional. Hal ini harus disikapi dan direspon secara baik oleh Muhammadiyah. Jika Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, maka sudah tentu harus selalu responsif dengan realitas yang terus berkembang dan berubah dengan begitu cepat.

Kaitan dengan pembahasan kelas menengah baru, studi ini tentang dakwah Muhammadiyah dan kelas menengah. Di mana fokus pembahasan adalah gerakan Muhammadiyah cabang (GKB). Tulisan akan menyajikan bahwa Muhammadiyah GKB adalah manifestasi dari kelanjutan sejarah dakwah Muhammadiyah di Kabupaten Gresik yang nampaknya semakin maju dan akan bertambah maju di masa mendatang. Studi ini dilakukan kasus Gresik Kota Baru (GKB), Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Secara basis sosial, GKB merupakan termasuk representasi kelas menengah baru atau masyarakat urban. Dengan studi kasus ini, diharapkan akan menemukan sikap Muhammadiyah menghadapi fenomena masyarakat kelas menengah. Pergerakan Muhammadiyah GKB dalam studi ini untuk membumikan dakwah Muhammadiyah spirit Islam berkemajuan. Gagasan ini muncul sebagai jawaban terhadap fenomena dakwah Muhammadiyah yang diasumsikan belum berpengaruh pada kelompok kelas menengah baru.11

Masyarakat kelas menengah baru ialah orang yang memiliki status sosial, bertempat tinggal di lingkungan tertentu, dan mudah

10

Ibid, 629

11 Edy Suandi Hamid dalam Suara Muhammadiyah Edisi 17/ 97 (14-28 Syawal 1433 H/ 1-15 September 2012 M), h.(14-28

menerima serta melakukan pembaruan. Barangkali inilah yang menjadi penting dalam studi ini menjadi untuk melihat bagaimana dakwah Muhammadiyah yang dilakukan oleh kelas menengah. Karena dapat kita ketahui bahwa kebanyakan dari anggota masyarakat baru ialah penduduk perkotaan yang mempunyai status sosial sebagai pedagang, pegawai industri, golongan terpelajar guru dan dosen, dan lain sebagainya. Kaum intelektual selalu berada pada posisi yang paling depan dalam pembentukan sistem pengetahuan dan perubahan masyarakat.12

B. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metodologi sejarah dengan empat langkah. Pertama, heuristik, yaitu proses mencari sumber-sumber data yang diperlukan. Kedua, kritik terhadap sumber, terdiri dari kritik intern dan ekstern. Kritik intern yaitu pengujian terhadap isi atau kandungan sumber. Sedangkan, kritik ekstern ialah menguji kredibilitas, otentisitas, orisinalitas, serta relevansi sumber data. Kritik bertujuan menyeleksi data menjadi fakta. Ketiga, interpretasi yaitu upaya menafsirkan dengan mencari hubungan antara pelbagai fakta yang ditemukan. Keempat, historiografi yaitu tahap penulisan sejarah menjadi kisah atau cerita sejarah.13

Selanjutnya, penulisan sejarah diperlukan sumber-sumber yang sezaman. Dalam hal ini, peranan dokumen sebagai catatan sezaman sangat penting untuk pembuktian dan rekonstruksi sejarah. Sumber data dibagi menjadi tiga, yaitu primer, skunder, dan tersier. Sumber-sumber primer antara lain SK berdirinya Muhammadiyah GKB, mulai dari cabang dan ranting-rantingnya. Selaim itu, laporan pertanggungjawaban setiap periode serta hasil permusyawaran dan rapat-rapat. Sumber primer lain ialah surat-surat masuk dan keluar tentang organisasi serta beberapa catatan hasil kerja. Adapun sumber sekunder ialah buku-buku tentang Muhammadiyah.

Penulisan sejarah kontemporer, diuntungkan karena adanya sumber-sumber

12

Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat, Edisi Paripurna (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006) h. 15

13

(4)

lisan yang diperoleh dari wawancara. Sumber lisan menjadi satu-satunya metode mencari data-data sejarah. sejarah lisan digunakan sebagai sumber sejarah dan sebagai pelengkap dari bahan dokumenter. Hasil wawancara dalam bentuk CD, tape atau transkrip. Kegiatan penyediaan sumber berbeda dengan sejarah lisan sebagai metode dalam hal bahwa kegiatan dilakukan secara terpisah dari penulisan, sedangkan dalam hal pemakai sejarah lisan ialah pewawancara sendiri.14 Dengan kerangka teoritik, penulis dapat menggunakan wawancara lebih sempurna. Daftar pertanyaan yang menjadi pegangan sejarawan pewawancara dipersiapkan sesuai dengan kerangka. Di sini wawancara dapat sebagai metode tunggal maupun tambahan.15 Wawancara dilakukan secara informal kepada pelaku dan saksi sejarah Muhammadiyah Gresik Kota Baru.

Setelah data-data diperoleh, kemudian diolah dengan menggunakan metode sejarah kritis. Dilanjutkan dengan fakta yang terkumpul diolah dan disajikan secara deskriptif analitis. Metode deskriptif dilakukan untuk menyusun sumber-sumber masa lampau secara kronologis sehingga menjadi narasi sejarah. Sedangkan metode analitis, digunakan untuk merumuskan fenomena-fenomena sejarah yang kompleks. Hal ini dilakukan, karena logika situasional-kontekstual, dimana penghidupan kembali imajinasi dan pengertian-pengertian yang simpatik pada dasarnya tergantung kepada analisis kejadian-kejadian yang bersifat dokumenter.

Dalam konteks pembahasan sejarah pergerakan Muhammadiyah GKB, menggunakan pendekatan sosiologis. Karena pada dasarnya gerakan Muhammadiyah ialah gejala sosiol-masyarakat yang terintegrasi dengan pesan-pesan moral-etis. Jika hal itu dikaitkan dengan kemunculan Muhammadiyah Cabang GKB, maka gejala historis-sosiologis yang dimaksud ialah kondisi sosial masyarakat Gresik Kota baru sejak pertama kali terbentuk perumahan GKB. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam

14

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Edisi Kedua (Yogyakarya: Tiara Wacana,2003) h. 28

15

Ibid, h. 32

modernis mempunyai obyek yaitu masyarakat. Kebetulan di GKB basis masyarakatnya ialah apa yang disebut dengan fenomena masyarakat urban atau kelas menengah baru.

Metodologi dalam penelitian ini tidak mengabaikan unsur-unsur penting di luar sejarah Muhammadiyah GKB. Peristiwa di luar GKB tetap dimasukkan sejauh ada hubungan dengan pergerakan Muhammadiyah GKB, baik di ruang regional maupun nasional. Supaya pembahasan terbingkai dengan baik, maka akan difokuskan pada: Pertama, gambaran Gresik Kota Baru yaitu situasi umum aspek, budaya, politik, dan sosial keagamaan. Kedua, latar belakang faktor subyektif dan obyektif berdirinya Muhammadiyah Gresik Kota Baru. Ketiga, Perkembangan Muhammadiyah GKB.

Ruang lingkup penelitian ini adalah Muhammadiyah Cabang Gresik Kota Baru dengan dinamika perkembangannya. Adapun batasan temporalnya adalah tahun 1992 sampai dengan tahun 2012. Batasan yang cukup panjang ini, dengan pertimbangan bahwa model diakronik lazim digunakan dalam studi sejarah, yaitu mengutamakan memanjangnya gambaran yang berdimensi waktu dengan sedikit saja luasan ruangnya.16 Hal ini dilakukan, karena tahun 1992 ialah awal gerakan lahirnya Muhammadiyah GKB, sedangkan tahun 2012 ialah perkembangan terakhir organisasi pada saat penelitian dilakukan, karena perkembangan organisasi khususnya Cabang GKB.

C. Penelitian Terdahulu

1. Mitsuo Nakamura

Dalam bukunya yang berjudul

“Bulan Sabit Muncul dari Balik Pohon

Beringin” (Studi tentang Pergerakan

Muhammadiyah di Kotagede, Yogyakarta), Mitsuo Nakamura menjelaskan bahwa Kotagede Secara etnis merupakan kota Jawa yang murni, terletak di jantung peradaban Jawa. Prestasi Muhammadiyah Kotagede yang paling menonjol dapat dilihat pada bidang pendidikan, dan kesejahteraan sosial. Muhammadiyah

(5)

Kotagede mampu memberikan sejumlah sumbangan bagi kemajuan kepentingan Islam dalam tingkat regional dan bahkan nasional.17

Saat itu berdirinya Muhammadiyah Kotagede dihadapkan pada pertumbuhan kelas menengah, seperti abdi dalem, pegawai pemerintah, pedagang besar, juragan pengrajin, pedagang eceran, pekerjaan harian, sampai pada petani. Sehingga paham pembaharuan Muhammadiyah mampu diterima dengan simpatik oleh kalangan kelas menengah Kotagede.18Mitsuo Nakamura juga memaparkan bahwa kelompok utama penyangga Muhammadiyah adalah para pedagang dan pengusaha (kelas menengah). Banyak pengusaha di Kotagede menjadi tokoh Muhammadiyah. Sejak tahu 1910-an perkembangan Muhammadiyah Kotagede telah menarik banyak anggota dari kalangan pedagang dan pengrajin kaya di kota itu.19

2. Ahmad Adaby Darban20

Dalam bukunya yang berjudul

“Sejarah Kauman: Menguak Identitas

Kampung Muhammadiyah”. Buku ini

obyeknya adalah kampung Kauman dengan luas sekitar 192.000 meter persegi dan cakupan temporalnya adalah Kauman tahun 1900 hingga 1950. Darban menggunakan pendekatan sosiologis dan struktural dalam menganalisa sejarah Kauman. Masyarakat Kauman memiliki status sosial dan kepemimpinan dalam bidang agama yang lebih menonjol daripada masyarakat di kampung-kampung lain, sehingga menjadi masyarakat yang superior. Dalam perkembangannya, Kauman kemudian menjadi basis organisasi Muhammadiyah (basis lainnya di Kotagede dan Karangajen).

Tahun 1900 sampai 1930, masyarakat Kauman memiliki kesetaraan ekonomi. Laki-laki bekerja sebagai abdi

17

Mitsuo Nakamura, Bulan Sabit Muncul Di Balik Pohon Beringin, (Yogyakarta: UGM Press, 1983), h.8

18

Ibid, h. 61 dan 65 19

Ibid, h. 13 20

Ahmad Adaby Darban, Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah. Yogyakarta: Tarawang, 2000.

dalem dan perempuannya membatik sebagai pekerjaan sambilan. Pada tahun 1900 sampai 1950 terjadi pergeseran pola dalam bidang keagamaan dari sinkretis tradisional menjadi pola reformasi Islam-modernis yang berusaha mengembalikan kemurnian ajaran Islam. Hal ini berubah ketika pada tahun 1912 muncul gerakan reformasi Islam yang dipimpin oleh K.H Ahmad Dahlan yang bernama

“Mohammadijah”.

Periode tahun 1900 sampai tahun 1950 terjadi perubahan dalam berbagai bidang yang mana faktor utamanya adalah adanya pembaharuan dalam bidang agama. Dalam bidang pendidikan sebelum adanya reformasi Islam, masyarakat Kauman tidak mengenal ilmu pengetahuan umum. Para santri mondok di langgar untuk membaca kitab dan menghafal Al-Qur‟an dan

hafalan do‟a. Setelah Muhammadiyah lahir, didirikan tempat-tempat pendidikan yang mengajarkan ilmu pengetahuan umum bersama-sama ilmu agama.

3. Ahmad Najib Burhani21

Dalam bukunya yang berjudul

“Muhammadiyah Jawa”, Burhani ingin

menggali sikap Muhammadiyah tentang apresiasi dan ketegangannya terhadap budaya Jawa dari 1912 sampai 1930. Dalam konteks sosiologis, pengaruh besar budaya terhadap cara manusia hidup dan berpikir dalam studi ini menjadi ulasan pokok dengan mengangkat Keraton Yogyakarta yang tidak hanya sebagai

“teks” tapi sebagai kajian historiografi

untuk menilai pengaruh Jawa terhadap perkembangan Muhammadiyah di masa awal. 22

Melalui penelitiannya ini, Burhani memaparkan sikap Muhammadiyah terhadap budaya Jawa. Pertama, merinci karakteristik keanggotaan Muhammadiyah. Di mana priyayi santri Kauman adalah kelompok pilar pertama Muhammadiyah. Untuk melengkapi keanggotaannya barulah diisi oleh para priyayi nonsantri dan priyayi yang terdidik ala Barat, serta

21

Ahmad Najib Burhani, Muhammadiyah Jawa, (Jakarta: Al-Wasat Publishing House, 2010)

22

(6)

pedagang dan pengusaha. Kedua, dalam upaya mengapresiasi budaya Jawa, Muhammadiyah menekankan lima aspek yaitu perilaku, bahasa, busana, keanggotaan dan nama. Menurut Burhani, akar pergeseran sikap ini ditandai dengan doktrin teologis Muhammadiyah yang ketat. Muhammadiyah pascamodernisme tidak bisa menghindar dari pluralitas budaya bangsa yang menjadi sasaran dakwahnya. Sementara, globalisasi tidak mengenal batas budaya, agama, suku, adat dan ras.

4. Tim Penulis PWM Jawa Timur

Sebuah buku dengan judul

“Menembus Benteng Tradisi: Sejarah Muhammadiyah Jawa Timur

1921-2004”,23 menggambarkan bahwa dalam

masa kurang lebih 83 tahun perjalanan Muhammadiyah Jawa Timur. Judul yang dimaksud adalah untuk menjelaskan dua hal penting untuk dicatat. Pertama, ialah Muhammadiyah lahir dengan misi dakwah

amar ma‟ruf nahi munkar, yang identik

dengan proses pencerahan. Proses itu berwatak tajdid (pembaruan). Pencerahan itu dilambangkan dalam buku ini dengan

kata “menembus”. Adapun “Benteng

tradisi” melambangkan bahwa

Muhammadiyah Jawa Timur dikenal orang sebagai benteng pertahanan tradisi yang telah berkembang sejak zaman nenek moyang sampai saat ini.

Kedua, tradisi itu identik dengan sindrom kejumudan, keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan. Benteng inilah yang ditembus oleh Muhammadiyah Jawa Timur selama 83 tahun. Adapun sejauh mana kemampuan dan keberhasilan dalam menembus benteng dengan gerakan pencerahan, maka penilaiannya harus dilakukan dengan mempertimbangkan relasi antara Muhammadiyah dengan berbagai kekuatan tradisi, kekuatan ekonomi, kekuatan sosial, dan kekuatan politik. Yang jelas, Muhammadiyah selalu beramal dan tiada henti menyinari negeri ini. Dalam buku ini dijelaskan bahwa perkembangan Muhammadiyah Jawa

23 Tim Penulis, Menembus Benteng Tradisi: Sejarah Muhammadiyah

Jawa Timur 1921-2004, (Surabaya: Hikmah Press, 2005).

Timur di masa awal sangat erat dengan dunia bisnis (kelas menengah). Jiwa usahawan kemudian ikut menentukan karakter Muhammadiyah yang modernis (berkemajuan). Di samping pedagang, muballigh juga sangat berjasa dalam

“menembus bentent tradisi”.

5. Mustakim24

Dalam bukunya, “Matahari Terbit Di Kota Wali: Sejarah Pergerakan Muhammadiyah Gresik 1926-2010”. Mustakim mecoba mengumpulkan serpihan-serpihan sejarah Muhammadiyah kabupaten Gresik. Dijelaskan bahwa Muhammadiyah Gresik merupakan organisasi yang hadir dalam rangka untuk membangkitkan kesadaran umat dari keterbelakangan dan kebodohan.

Dalam konteks ini, Mustakim menjelaskan bahwa disatu sisi, Muhammadiyah menginginkan pembaruan dan menjadi gerakan ijtihad untuk menghadapi perkembangan masyarakat kota. Di sisi lain, terdapat kelompok

Nahdhatul Ulama‟ (NU) yang berbasis

masyarakat pedesaan sebagai kelompok Islam yang tradisiona.

Mayoritas masyarakat gresik beragama Islam, tetapi secara kualitas tingkat pemahaman dan ketaatan dalam menjalankan Islam berbeda-beda. Mustakim membagi dua kelompok masyarakat Islam di Gresik yang berbeda dari segi kedalaman, pemahaman, dan ketaatan dalam Islam. Kelompk pertama ialah masyarakat gresik utara yang umumnya memiliki kesadaran agama yang kuat. Pada masyarakat ini otoritas karismatik ada kepada kiai, sedangkan masyarakat yang berada di Gresik selatan memiliki kesadaran keberagamaan yang lemah.

Menurut Mustakim, masih banyak masyarakat Gresik yang tergolong lemah secara ekonomi. Kebanyakan mereka hidup dengan sarana yang masih terbatas. Masalah kemiskinan dan lemahnya pemahaman beragama sangat mendapat

24

(7)

perhatian dari Muhammadiyah. Oleh karena itu, Muhammadiyah hadir dan menfokuskan gerakannya pada bidang pendidikan, sosial, dan kesehatan, yakni membawa teologi al-Ma‟un yang menjadi ciri Muhammadiyah.

Penelitian “Sejarah Muhammadiyah Gresik Kota Baru” ini akan memberikan penjelasan tentang hubungan Muhammadiyah dan Kelas Menengah Baru dalam pergerakan Muhammadiyah Cabang Gresik Kota Baru (GKB). Penelitian ini mencoba membuktikan bahwa masyarakat kelas menengah adalah bagian yang tak terpisahkan dari Muhammadiyah sejak pada masa awal.25 Untuk itu, Muhammadiyah selalu menjadikan pendidikan sebagai sarana dakwah, karena itu dakwahnya bersifat pencerahan.26 Untuk itu, pengembangan kuantitas dan kualitas cabang dan ranting sebagai basis penguatan, pemberdayaan, dan perluasan gerakan Muhammadiyah di akar rumput sebagai bagian strategis dalam mengembangkan kekuatan masyarakat Islam yang berkemajuan.27

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Pemukiman Gresik Kota

Baru

Gresik Kota Baru adalah nama lingkungan pemukiman baru di Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur. Akibat dari proses pergeseran masyarakat industri, maka terjadilah urbanisasi besar-besaran. Akibatnya ialah mendesak akan kebutuhan pemukiman baru untuk masyarakat. Permasalahan ini kemudian direspon oleh Pemerintah Daerah Gresik dengan mencanangkan program pengembangan wilayah berupa perumahan

baru yang kemudian dinamakan “Gresik Kota Baru” (GKB).28 Pekerjaan ini kemudian menjadi proyek yang digarap oleh PT. Bumi Lingga Pertiwi sebagai pengembang real estate yang dipercaya.

25 Ahmad Najib Burhani, Muhammadiyah Jawa, h. 54 26

Mitsuo Nakamura, Bulan Sabit, h. 47-49 27

Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah, h. 58 28 Mustakim, Matahari Terbit Di Kota Wali, (Gresik: Muhi Press, 2010), h, 99

Pemukinan GKB terletak di wilayah selatan Kecamatan Kebomas (Desa Randuagung dan Desa Kembangan) dan Kecamatan Manyar (Desa Yosowilangun, Desa Sukomulyo, Desa Suci, dan Pongagan).29 Aktivitas masyarakat meliputi pelbagai bidang, mulai dari pekerjaan, keagamaan, social-kemasyarakatan, perdagangan, pendidikan, dan lain sebagainya.

Sesuai dengan namanya Gresik Kota Baru, maka penghuni dan warganya pun baru. Mereka berasal dari pelbagai macam daerah dan adat istiadat yang beranekaragam dan multikultural. Sehingga, membentuk peradaban baru dan masyarakat berkebudayaan baru yang di dalamnya bercampur adat dan kebiasaan yang dibawa dari daerah asal masing-masing menjadi masyarakat baru.

Ketika perumahan GKB mulai dihuni oleh para pembelinya sekitar tahun 1984, daerah Randuangung merupakan titik konsentrasi gelombang pertama dari gelombang migrasi. Kemudian pada tahun 1996 berkembang meluas ke daerah Yosowilangun, sampai Pongagan dan Tenger. Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat urban yang terpelajar, berpikir rasional dan terbuka dengan perubahan-perubahan positif, maka lama-kelamaan terbentuk sebuah interaksi sosial keagamaan.30

Barangkali ini memang sebuah titik temu Muhammadiyah dengan kelas menengah baru. Muhammadiyah yang identik dengan modernis bersinggungan dengan kelompok masyarakat yang secara ideologis selain pernah bermuhammadiyah juga memang secara sosial cocok dengan doktrin Muhammadiyah. Sehingga, jika membentuk kelompok umat akan menghasilkan pusaran energi dakwah yang luar biasa.

B. Latar Belakang Berdirinya

Muhammadiyah Gresik Kota Baru

Keberadaan Muhammadiyah Gresik Kota Baru, Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur ini lahir sebagai cermin Muhammadiyah

29 Hasil Wawancara M. Djupri, (Gresik, 5 Agustus 2013) 30

(8)

Cabang Istimewa di daerah perumahan. Adapun dalam melihat latarbelakang berdirinya Muhammadiyah GKB dengan melihat dua faktor yang saling berhubungan. Pertama, factor subjektif, melalui faktor ini dapat diketahui apa yang menginspirasi para penggerak dan pendiri Muhammadiyah GKB, juga terhadap pemahaman sumber ajaran Islam. Kedua, factor objektif, melalui faktor ini dapat diketahui factor lain yang menginspirasi para penggeraknya dalam mendirikan Muhammadiyah Gresik Kota Baru.

1. Faktor Subjektif

Inspirasi K.H. Ahmad Dahlan dalam mewujudkan sebuah pemahaman menjadi gerakan pemberdayaan, sungguh telah menjadi pelajaran penting bagi sebagian besar masyarakat pada umumnya, tanpa terkecuali keberadaan Muhammadiyah Gresik Kota Baru. Muhammadiyah tingkat cabang yang lahir sebagai cerminan baru dari masyarakat urban (peralihan masyarakat agraris kepada masyarakat industry) menuju modernisme lanjutan.

Sebut saja surat Ali Imran ayat 104, salah satu ayat dari al-Quran yang banyak menginspirasi para penggerak Muhammadiyah Gresik Kota Baru sebagai pelanjut gerakan Muhammadiyah.31, yaitu

ف ْع ْل ْ ي ْيخْل لإ عْدي ْ ك ك ْل ح ْف ْل ك ـلْ ك ْل ع ْ ْ ي Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar . merekalah orang-orang yang beruntung.

Selanjutnya, di tengah kehidupan masyarakat perkotaan yang memiliki potensi untuk hidup dengan etika hedonistik. Tentunya realita budaya hedonisme tidak terlepas dari tingginya tingkat penghasilan di kalangan kelas menengah yang berakibat pada gaya hidup euforia. Selanjutnya bagaimana budaya itu diubah oleh doktrin Muhammadiyah menjadi gerakan amal dan pemberdayaan, maka dirasa perlu untuk dibentuk cabang Muhammadiyah GKB sebagai wadah untuk berdakwah amar ma’ruf

31

Hasil wawancara Nanang Sutedja (Gresik, 1 Agustus 2013)

nahi munkar. Inilah yang disebut dengan

“dzikir masyarakat urban”.

Pesatnya perkembangan proyek perumahan GKB tahun 1995, tahun demi tahun semakin bertambah. Fenomena kelas menengah baru dengan ciri keluarga muda, setidaknya pernah mengenyam pendidikan tinggi, penghasilan kelas menengah, namun secara pemahaman keagamaan masih kurang.32 Ini akan menjadi bahaya, jika komunitas yang berpenghasilan lebih tanpa disentuh dengan ajaran spiritualitas Islam, maka akan melawatkan dua pembatas kehidupan yang berbahaya.

Pertama, batas terbawah, kelas menengah baru akan beragama tetapi berpotensi menjadi apa yang disebut oleh al-Ma‟un sebagai

“Pendusta Agama” . Jika agama tidak berkorelasi dengan amal dan kepedulian sosial. Kedua, batas teratas, penghasilan yang berlebih akan melahirkan sikap berlebih-lebihan (hedonism) dan elitis. Oleh karena itu, sebagai aktualisasi dari pemahaman para penggerak Muhammadiyah Gresik Kota Baru terhadap spirit Al-Qur‟an surat al-Takatsur33 sebagai berikut,

ث ك ل ك ْل ,

ْل ْ ح , ْع فْ س َك , ق

ل , يقيْل ْ ع ْع ْ ل َك , ْع فْ س َك ث ع ْ ي ل ْس ل ث , يقيْل ْيع ل ث , يحجْل

, يع ل Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur, Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui, Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS At-Takatsur).

Sebagai kelanjutan manifesto At-Takatsur, maka supaya terselamatkan dari etiko-hedonistik, maka harus dilanjutkan dengan manifesto Al-Ma‟un sebagai alternatif

32 Hasil Wawancara Marindra Adnan (Gresik, 03 Agustus 2013) 33

(9)

gerakan. Sebagaimana surat al-Maun ayat 1-3 sebagai berikut,34

ْي َ , ي يْل دي ل كل ف , يدل كي ل

, يكْس ْل عط ع ضحي Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

Selain manifestasi dari teologi al-Ma‟un, berdirinya Muhammadiyah Gresik Kota Baru juga memiliki spirit praksisme gerakan untuk transformasi masyarakat yang berkemajuan. Spirit menjadi cabang yang unggul

diibaratkan oleh Allah seperti “Pohon yang Kuat” dalam al-Qur‟an. Cabang yang mampu membebaskan, memberdayakan, dan memajukan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari semangat firman Allah yang termaktub dalam surat al-Fath [48] ayat 29 sebagai berikut,35

'" ق س ع ْس ف ظ ْغ ْس ف ف ْطش ج ْخ ْ ك ع آ ي ل َ دع فكْل ظيغيل ل جْعي

ة فْغ ْ حل صل ي ع ْج

“..,yaitu “seperti tanaman yang

mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya. tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu'min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.

Ayat di atas menjadi menurut para pendiri dan tokoh Muhammadiyah Gresik Kota Baru menjadi inspirasi untuk menjadi cabang yang memiliki visi gerakan praksi-kemanusiaan. Artinya menjadi cabang yang selalu menggiatkan amal shaleh seperti pohon yang kuat akarnya dan menyenangkan hati umat karena mampu dirasakan manfaat dari kehadirannya.

2. Faktor Objektif

34

Hasil Wawancara Marindra Adnan (3 Agustus 2013)

35 Hasil Wawancara Ir. Sugeng, MM (31 Juli 2013) dan Lihat Laporan Tahunan (II) PCM GKB 2008, h. 111

Secara objektif, Muhammadiyah Gresik Kota Baru didirikan tidak terlepas dari Kabupaten Gresik yang mengalami pergeseran nilai social, politik, ekonomi, dan budaya yang menyebabkan bergesernya nilai moral masyarakat pada umumnya, tanpa terkecuali kondisi Muhammadiyah Gresik pada era 1990-an yang cenderung mandeg. Faktor penyebab lainnya yang mengakibatkan kemandegan terlihat, yaitu keberadaan generasi muda Gresik yang semakin punah, dikarenakan pilihan mereka untuk berhijrah dalam rangka mencari pekerjaan di daerah lain.36

Seiring berjalannya waktu dengan adanya pendirian lembaga pendidikan program strata satu (S-1), yaitu Universitas Muhammadiyah Gresik, dan adanya proyek pengembangan perumahan Gresik Kota Baru di tahun 1995, yang mengakibatkan munculnya para pendatang yang berasal dari luar Gresik sebagai penghuni perumahan Gresik Kota Baru. Selanjutnya keberadaan mereka dapat digolongkan sebagai komunitas potensial bagi keberadaan Muhammadiyah Gresik Kota Baru. Digolongkan sebagai komunitas potensial dikarenakan sebagian besar dari mereka telah mengecap pendidikan tinggi, tergolong keluarga muda, dan kedudukan mereka sebagai pegawai dengan berpenghasilan kelas menengah ke atas, sehingga dapat diklasifikasikan sebagai factor objektif berdirinya Muhammadiyah Gresik Kota Baru. 37

Di samping itu, faktor keagamaan yang minim dengan adanya realitas masyarakat perkotaan yang masih jauh dari pemahaman Islam yang benar, baik dari aspek akidah (keyakinan), aspek ibadah (belum sesuai dengan petujuk Rasul Allah Saw).38 Terlebih, menghadapi perkembangan masyarakat dengan karakteristik dan corak kehidupan sosial yang beragam, sehingga menuntut adannya penanganan yang sungguh-sungguh terhadap pembinaan dan pendidikan umat Islam.39

36 Hasil Wawancara Marindra Adnan (Gresik, 03 Agustus 2013)

37

Hasil Wawancara Marindra Adnan (Gresik, 03 Agustus 2013) 38

Hasil Wawancara SuParno (Gresik,31 Juli 2013)

39 Lihat Proposal Pembentukan Cabang Muhammadiyah Gresik

(10)

Dalam perkembangannya, intensitas dan volume kegiatan keislaman di wilayah GKB dirasakan semakin tinggi, sehingga memerlukan perhatian dan perangkat yang lebih besar. Hal ini ditandai dengan pelbagai perkembangan dan keadaan yang dominan, antara lain:40

a. Letak geografis dan kondisi demografis wilayah GKB dan sekitarnya merupakan wilayah pemukiman baru yang potensial di kecamatan Kebomas dan kecamatan Manyar yang sedang tumbuh dan berkembang dengan karakteristik umat yang heterogen.

b. Rencana pemindahan pusat pemerintahan Kabupaten Gresik ke bagian barat wilayah kecamatan Kebomas, membawa konsekuensi semakin tumbuhnya kegiatan sosial kemasyarakatan di wilayah Gresik Kota baru.

c. Potensi umat Islam yang berupa muballigh/ muballighat, kader, dan simpatisan yang perlu dilakukan pemberdayaan menjadi energi dakwah yang luar biasa.

d. Pelbagai sarana fisik yang telah dimiliki merupakan aset yang sangat menunjang untuk mendukung upaya mencapa gerakan dakwah Islam amar makruf nahi munkar.

Untuk menghadapi perkembangan masyarakat baru yang sedang dan akan berlangsung di wilayah GKB dan sekitarnya, serta untuk menampung berbagai potensi dan aspirasi umat Islam sebagaimana telah diuraikan di atas. Sehingga, dipandang perlu membentuk Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB, disamping Cabang Kebomas dan Cabang Manyar yang telah ada, untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita dan tujuan Muhammadiyah.

C. Kelahiran Muhammadiyah Gresik

Kota Baru

Kelahiran Muhammadiyah Gresik Kota Baru (GKB) secara ringkas dapat disimpulkan bahwa cikal bakal berdirinya melaluhi tiga tahapan, yaitu berawal dari kegiatan

“Pengajian Keagamaan”,, dan “pendirian SD

40 Lihat Proposal Pembentukan Cabang Muhammadiyah Gresik

Kota Baru (Gresik, 9 Mei 1996)

Muhammadiyah GKB Plus”. Secara ringkas, akan dideskripsikan sebagai berikut:

1. Pengajian Al-Muhajirin

Sekitar tahun 1985-1988 mulai

didirikan “perumahan Gresik Kota Baru”

selanjutnya disebut dengan GKB.41 Setelah pemukiman baru ini dihuni sekitar 90 %, maka terbentuklah RT dan RW baru. Saat itu di perumahan GKB hanya ada satu masjid

yaitu “Masjid Nusantara” yang pada mulanya

diurus oleh warga Muhammadiyah. Namun akhirnya masjid tersebut dimanfaatkan dan

digunakan oleh jama‟ah Nadlatul Ulama‟

(NU).42

Di salah satu kawasan RT 27 dan RW 06 Desa Randuagung Kecamatan Kebomas tepatnya di Jl. Kutai berada dua orang aktivis Muhammadiyah yang berasal dari Gresik, yaitu Taufik Hadi dan Agus Ibrahim secara kebetulan mereka bertetangga. Naluri ber-Muhammadiyah menjadikan mereka ingin berdakwah mengadakan pengajian.43 Pengajian dimulai 21 Juni 1991. “Pengajian dinamakan Al-Muhajirin”,44 Yang mengandung makna filosofis sebagai kelompok umat yang berhijrah, yaitu dari yaitu pergeseran pusat kota dari kecamatan Gresik menuju perumahan Gresik Kota Baru. Situasi masa Orde Baru, mengakibatkan banyak teror, 45 pengajian sempat dibubarkan, kemudian berhasil membuat lagi yang ditempatkan di rumah Moh. Yamin, yang diasuh oleh Kiyai Muhith.46

Pengajian ini dilakukan dari rumah ke rumah dan merupakan cikal bakal yang menjadi embrio berdirinya ranting Muhammadiyah Randu Agu.47 \ Pengajian dimulai pada 12 April 1992.48Karena jama‟ah

41

Hasil Wawancara Muh. DJupri (Gresik, 7 Juli 2013) 42

Hasil Wawancara . ’ (Gresik, 15 Juli 2013)

43 y y w , “

M y ” ( )

44

Lokasi tersebut adalah Fasum, dari teman-teman kelompok pengajian Al Muhajirin memang pernah berinisiatif akan mempergunakan tanah tersebut untuk masjid Muhamadiyah, namun masih dalam taraf wacana, sedang warga RW 05 yang mayoritas orang NU lebih proaktif dengan memohon ke PT Bumi lingga pertiwi. (Hasil Wawancara Suparno, (Gresik, 31 Juli 2013)). 45 Hasil Wawancara Agus Ibrahim (Gresik, 18 Agustus 2013) 46

Hasil Wawancara Taufik Hadi Syarief. Ketua PCM GKB Pertama.

(Gresik, 18 Agustus 2013)

47 Hasil Wawancara Muh. Jupri (Gresik, 7 Juli 2013) 48

(11)

Muhammadiyah semakin berkembang, maka pada saat itu pula tahun 1992 mulai muncul

gagasan untuk mengadakan Shalat „Id yang

dilaksanakan pertama kali di sebuah lapangan

“Tanah Pegunungan” yang saat ini menjadi Universitas Muhammadiyah Gresik.49

Dengan berkembangnya jama‟ah, maka tidak lama kemudian pada 1993 Universitas Muhammadiyah Gresik mulai dibangun, kemudian menggelar Shalat Idhul Adha. Waktu itu kelompok kajian semula tertempat di rumah bapak Yamin, karena jamaahnya semakin banyak dan tempatnya tidak muat lagi selanjutnya dipindahkan ke Universitas Muhammadiyah Gresik50.

Pada saatnya tiba, tahun 1994 Universitas Muhammadiyah Gresik, maka tarawih mulai dilaksanakan juga di Universitas Muhammadiyah Gresik. Berlanjut pada sebuah gagasan pendirian SD Muhammadiyah GKB Plus pada akhir 1994. Pada tahun 1996, meskipun belum ada

masjid, mulai merintis shalat jum‟at berjama‟ah dengan menggunakan Aula SD Muhammadiyah GKB. Saat itu semua kegiatan Muhammadiyah baik pengajian, sholat jum‟at berjama‟ah, rapat-rapat dan lain-lain, terpusat di SD Muhammadiyah GKB.

2. SD Muhammadiyah GKB Plus

Kemunculan tentang trobosan ide pendirian SD Muhammadiyah GKB Plus tidak terletak di ruang hampa. Berdirinya SD Muhammadiyah GKB, didasari atas beberapa pertimbangan. Perkembangan anak usia 7-12 tahun dalam wilayah kecamatan kebomas dengan adanya perkembangan jumlah penduduk yang cukup banyak, menunjukkan kenaikan yang tidak seimbang dengan tersedianya lembaga pendidikan. Sehingga perlu didirikan lembaga Sekolah Dasar Swasta untuk menampung anak usia Sekolah Dasar.51 Di samping itu, tahun ajaran 1994/1995 Sekolah Dasar Muhammadiyah GKB telah menampung murid sebanyak 80 (delapan puluh) anak dan sudah mendapatkan pembangunan gedung. Tentunya dengan

49 Hasil Wawancara Muh. Jupri (Gresik, 7 Juli 2013) 49Ibid

50

Hasil Wawancara Suparno (Gresik, 31 Juli 2013) 51

Keputusan Dinas P dan K Jawa Timur tentang Pendirian Lembaga Sekolah Dasar Swasta di Kabupaten Gresik Nomor Surat: 421.207.1 /649/112.04/1995

alasan, supaya penghuni sekitar GKB tidak jauh-jauh menyekolahkan anaknya ke SD Muhammadiyah di Kecamatan Gresik.

Kenapa SD Muhammadiyah Plus?52 Masa itu guru yang mengajar harus sudah Sarjana (S1). Subsidi silang bagi siswa yang mampu dengan yang tidak mampu, karena itu wajar jika SPPnya mahal. Selain itu, plus yang ditawarkan lagi adalah pengajaran Agama Islam dengan target lulusan mampu menghafal Juz Amma, tetapi kreatif dan cerdas. Sampai-sampai, meskipun tidak punya uang, SDM GKB Plus berani membeli Laboraturium Bahasa yang sangat modern di masa itu, menghabiskan dana 15 juta.53 Nilai plus yang lain, ialah gedung bertingkat yang representative, ruangan ber-AC54 menjadi nilai plus tersendiri.55

Selain itu, disebut SD Muhammadiyah GKB Plus karena miliki nilai khusus. Pertama, menyiapkan siswa ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi secara terprogram dan terencana secara teratur, sehingga lulusannya dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dengan lancar. Kedua, tambahan pelajaran agama, (disesuaikan dengan kurikulum MIM), sehingga lulusan dapat mempraktikan ajaran Islam baik di lingkungan keluarga, maupun masyarakat. Ketiga, nilai plus lainnya antare lain dapat berbentuk tambahan keterampilan komputer, bahasa Arab, bahasa Inggris serta kemampuan lainnya yang bermanfaat bagi lulusannya.56

Proses pendirian SD Muhammadiyah GKB diawali oleh perizinan pendirian oleh Dikdasmen Muhammadiyah Gresik. Tertulis, bahwa SD Muhammadiyah GKB di bawah

52

Dengan adanya SD Muhammadiyah plus, yang dimaksud ialah

fullday school. Diharapkan bagi orang tua yang menyekolahkan anaknya, siswa tidak perlu ikut les di luar sekolah, tidak perlu ngaji di Taman Pendidikan Al- ’ ( ),

oleh sekolah. Lihat Hasil Wawancara Syamsul Hidayat. Kepala Sekolah Pertama SD Muhammadiyah GKB. (Gresik, 5 Agustus 2013)

53

Hasil Wawancara Agus Ibrahim (Gresik, 18 Agustus 2013). 54

SD Muhammadiyah GKB Plus merupakan sekolah pertama kali di Gresik yang menggunakan fasilitas AC. (Hasil Wawancara Syamsul Hidayat, Gresik 5 Agustus 2013)

55

Hasil Wawancara Muh. Jupri (Gresik, 7 Juli 2013) 56

(12)

binaan Dikdasmen PCM Kecamatan Kebomas.57. Berlanjut 1992, perencanaan pembangunan SD Muhammadiyah Plus masih belum berjalan. Akhirnya meminta bantuan kepada H Bisri Ilyas58, kemudian diberi tanah seluas 2000 meter.59 Setelah mendapatkan tanah, maka langkah berikutnya ialah penghimpunan dana pembangunan. Pembangunan dimulai Januari-Mei 1995 selesai. Sehingga tahun ajaran 1995/1996 kegiatan belajar dan mengajar sudah dapat dimulai.

Kemudian pada 1994 menjelang 1995 mulai dilakukan perekrutan guru. Dalam perekrutan guru dilakukan di Kampus UMG. Peserta yang mengikuti test sebanyak 75 orang, akan tetapi hanya diambil 8 orang guru. Kemudian dari 8 guru yang terseleksi, hanya diambil 5 orang guru. Kemudian mereka dimagangkan di SD Muhammadiyah 4 Pucang.60 Dilanjutkan belajar ke SD Muhammadiyah Sapen Jogja baik guru maupun rekan-rekan pengurus.” 61

Akhirnya , SD bisa ditempati pada 1996. Selanjutnya, 21 Juli 1997 SD Muhammadiyah GKB tercatat sebagai sekolah pada direktorat sekolah swasta dengan NDS (Nomor Data Sekolah): E

57 Dikdasmen Muhammadiyah Gresik. Surat Izin Pendirian Perguruan Muhammadiyah Nomor: III.A/1.c/71/1995 (Gresik, 10 April 1995)

58

Bisri Ilyas saat itu masih menjadi Direktur Utama PT. Bumi Lingga Pertiwi, Jl. H. Samanhudi No. 41 Gresik. Lihat PT. Bumi Lingga Pertiwi dalam Surat Keterangan Hibah, Nomor: 50/BLP/IV/1995 tanggal 21 April 1995.

59

Pada 12 Mei 2004, SD Muhammadiyah GKB kembali mendapatkan hibah dari PT Bumi Lingga Pertiwi. Saat itu yang menjadi Direktur ialah Ir. Rahmat Ridlo, MBA. Tanah yang diberikan berlokasi di Jl. Belitung IV/20 Kompleks Perumahan GKB dengan luas 3.654 meter, desa Randuagung Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Tertulis dihibahkan kepada Majelis Dikdasmen PCM GKB untuk SD Muhammadiyah GKB. Lihat Surat Permohonan Sumbangan Pendirian SD Muhammadiyah GKB Nomor: III.A/3.b/07/95 (Gresik, 4 Februari 1995)

60 Saat itu Joko Purwanto ialah kepala sekolah yang mampu membawa SD Muhammadiyah Pucang melejit prestasinya. Tetapi, yang perlu dicatat ialah meskipun belajar di Pucang, namun saat itu belum menggunakan sistem fullday school , sedangkan SD Muhammadiyah GKB berani lebih dahulu menggunakan sistem

fullday. (Hasil Wawancara Syamsul Hidayat, Gresik 5 Agustus 2013)

61

Hasil Wawancara Suparno (Gresik, 31 Juli 2013)

01071005.62 Kemudian tahun 1998, NDS mengalami pembaruan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur menjadi “1005010011”.63

Akhirnya, 7 Maret 1997 SD Muhammadiyah GKB Plus diresmikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, saat itu adalah Prof. Dr. H. M. Amien Rais, M.A. Namun secara legalitas SD Muhammadiyah GKB didirikan tahun 1995 telah terdaftar pada majlis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor: 0013/A.13/XIII.22.06-95/2000. Piagam ini diberikan atas dasar keterangan Majlis Dikdasmen PWM Jawa Timur Nomor: III.A/1.a/006/2000 tanggal 18 Januari 2000.64 Demikianlah sekilas tentang berdirinya SD Muhammadiyah GKB Plus, yang selanjutnya selalu menjadi pusat kegiatan-kegiatan Muhammadiyah, baik pengajian, rapat,

bahkan shalat jum‟at.

3. Muhammadiyah GKB Berdiri

Muhammadiyah Cabang Gresik Kota Baru, merupakan salah satu fenomena dakwah Muhammadiyah berbasis pada pemukiman perumahan perkotaan. Dalam menelisik sejarah perjalanan Muhammadiyah GKB, maka untuk memudahkan pembahasan akan terbagi menjadi tiga babak sejarah:

a. Muhammadiyah GKB Babak Pertama

Ketika perumahan GKB semakin meluas, seiring dengan pembangunan terus-menerus, masyarakat urban terus bertambah di perumahan GKB. Setelah pengajian al-Muhajirin berjalan hampir dua tahun dilaksanakan, akhirnya bersepakat berusaha untuk mengamalkan beberapa ilmu yang telah dikaji menjadi amal atau gerakan. Untuk dapat melaksanakan amal itu membutuhkan wadah, yaitu Muhammadiyah Cabang GKB.65

Gresik Kota Baru berkembang hingga 10.000 unit rumah dan pergeseran pusat kota dari kecamatan Gresik (bagian utara) menuju

62 Surat Pemberitahuan NDS. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Wilayah Propinsi Jawa Timur, Nomor: 79488/I04.6/PS/1997

63 Depdikbud Kanwil Jawa Timur Surat Nomor: 36145/I04/98 perihal pembaruan NDS tanggal (Surabaya, 22 April 1998). 64

Piagam Pendirian Pendidikan Muhammadiyah, Nomor: 0130/III.A/1.6/2000 (Jakarta, 27 Januari 2000).

65

(13)

Gresi bagian barat dan selatan, yaitu Gresik Kota Baru. Dengan alasan pengembangan cabang, karena GKB termasuk wilayah di bawah Muhammadiyah Cabang Kecamatan Kebomas, maka Taufik Hadi Syarief dan tim pendirian Muhammadiyah Cabang GKB mencoba melakukan audiensi ke rumah Pak Kholili (Ketua PCM Kebomas saat itu) secara lisan. Ketika itu pula, langsung mendapat ijin.66

Suasana pendirian seperti suasana Musyawarah Cabang (Muscab), oleh sebab itu meskipun belum resmi ini dapat dikatakan sebagai Muscab pertama sebagai tonggak pergerakan Muhammadiyah GKB. Tetapi rapat kali ini, masih belum berhasil mendirikan cabang Muhammadiyah GKB. Ada sedikit perkembangan bagus karena susunan pengurus sudah terbentuk, bahkan sampai pembentkan ranting. 67

Ketika awal pendirian, terbentuklah komposisi kepengurusan, sebagai berikut:

Taufik Hadi Syarif sebagai Ketua, Isfa‟ Ali sebagai Wakil Ketua, M. Jupri sebagai Sekretaris, Yamin dan Munir sebagai Bendahara.68 Pembentukan Cabang GKB dimulai dengan membentuk ranting yang waktu itu hanya ada tiga ranting. Pertama, Ranting GKB I: Jln. Cimanuk, Jln. Raya Brantas, Jln. Randuagung Raya, Jln. Sungai Asahan, Jln. Raya Sungai Bengawan Solo, Jln. Dr. Wahidin Sudirohusodo (Balai Desa ke Barat), Jln. Sungai Serayu, Jln. Sungai Mahakam, Jln. Sungai Kampar, Jln. Sungai Kahayan, Jln. Sungai Kutai, dan Jln. Simpang Sungai Bengawan Solo. PRM GKB I diketuai oleh Hadi Mulyono.

Kedua, Ranting II: Jln. Raya Brantas (Cimanuk ke Timur), Jln. Taman Brantas, Jln. Dr Wahidin Sudirohusodo ke Timur, Jln. Sungai Musi, Jln. Sungai Citanduwi, Jln. Sungai Cisedia, Jln. Sungai Ciliwung, Jln. Sungai Cisadea , dan Jln. Kampuas. PRM

GKB III diketuai oleh M. Hafil Ja‟far.

Ketiga, Ranting III: Jln. Blitar, Jln. Sumatra, Jln. Jawa, Jln. Bangka, Jln. Belitung, Jln. Mentawai, Jln. Sumbawa, Jln. Bintan, Jln. Bintan, Jln. Karimun, Jln. Taman Enggano,

66

Hasil Wawancara Taufik Hadi Syarief (Gresik, 18 Juli 2013) 67 Hasil Wawancara M. Djupri (Gresik, 7 Juli 2013)

68

W w . y ’ ( , C 2013)

Jln. Nias, Jln. Lamongan, Jln. Bondowoso, dan Jln. malang.69 PRM GKB III ini diketuai oleh M. Choiruz Zimam.

Pembentukan ranting-ranting ini memperkuat dan melegetimasi keberadaan cabang Muhammadiyah GKB yang baru tersebut. Ide yang diperjuangkan oleh para perintis berdirinya Muhammadiyah cabang GKB ialah menjadi cabang yang otonom dan lepas dari kepemimpinan cabang kebomas. Meskipun, sebagian dari wilayah GKB adalah masuk Kecamatan Kebomas. Jika Muhammadiyah di GKB ini menjadi ranting di bawah cabang Muhammadiyah Kebomas, ada beberapa hal yang akan menjadi persoalan:

Pertama, Wilayah GKB tidak hanya Desa Randuagung yang berada di bawah kecamatan Kebomas. GKB menyatu dengan wilayah dari desa lain, seperti Yosowilangun, Tenger, dan Pongagan yang berada dalam Kecamatan Manyar. Atas dasar luas wilayah yang sedemikian itu, maka tidak mungkin jika Muhammadiyah GKB hanya menjadi ranting.70

Kedua, jika Muhammadiyah GKB dijadikan ranting, keberadaan ranting ini dikhawatirkan tidak dapat mengembangkan amal usahanya karena keterbatasan wewenang ranting dalam kaidah organisasi.71

Ketiga, perjalanan kepemimpinan cabang Muhammadiyah Kebomas sendiri ternyata belum mampu mengoptimalkan gerakan amal usahanya pada ranting-ranting yang dibawahinya.72

Keempat, perbedaan kultur-sosiologis masyarakat GKB dengan Kebomas juga menjadi alasan. Masyarakat GKB merupakan cerminan masyarakat urban yang lapisan sosialnya sangat heterogen karena terdiri dari berbagai pendatang, sehingga berbeda budayanya dengan masyarakat perkampungan yang terbentuk dalam waktu yang sudah lama. Jika Muhammadiyah GKB dikelola sebagai ranting oleh cabang Kebomas, dikhawatirkan pengelolaannya tidak akan menghasilkan kemajuan.73

69 Hasil Wawancara Soeparno (Gresik, 1 Agustus 2013) 70

W w . y ’ ( esik, 7 Juli 2013) 71

Mustakim, Matahari Terbit, h. 111 72Ibid, h. 102

73

(14)

Setiap perubahan atau pembaruan selalu menimbulkan pro dan kontra. Pemikiran yang berkemajuan selalu banyak menuai dinamika dalam perjalanan suatu masyarakat. Proses pendirian Muhammadiyah cabang GKB, menuai banyak kemelut. Masalah yang utama ialah tentang keabsahan cabang ini, karena secara administratis-organisatorik sebenarnya GKB berada pada dua cabang, yaitu Manyar dan Kebomas. Untuk mengatasi kebuntuan ini, maka PDM Gresik mengundang tiga unsur tersebut: Pertama, PCM Manyar diwakili oleh (M. Zuhron). Kedua, PCM Kebomas diwakili oleh Ketua Cabang Kebomas yang baru, hasil Musycab tahun 2000 yaitu Drs. Wahyani Ahmad (pengganti Kholili Adnan), dengan Hilmi Aziz sebagai sekretaris. Ketiga, panitia pendirian cabang Muhammadiyah GKB, yaitu Taufiq Hadi,

Marindra Adnan, H. Isyfa‟ Ali, dan

Muhammad Djupri.

Pertemuan dilaksanakan di gedung SD Muhammadiyah 2 Jln. K.H. Kholil Gresik. Dalam pertemuan tersebut, Drs. Wahyani Ahmad masih mengharap agar Muhammadiyah GKB menjadi ranting baru yang dibawah naungan cabang Kebomas, tetapi juga tidak ingin menyatu dengan Kebomas, maka ia tidak menghalangi berdirinya cabang GKB. Dalam hal ini, perwakilan dari GKB memili opsi yang kedua, yaitu tetap akan mendirikan cabang bersiri dengan persetujuan cabang Kebomas dan Manyar, karena wilayah GKB berada dalam kedua kecamatan tersebut. M. Zuhron sebagai perwakilan cabang manyar juga tidak keberatan mengenai pengembangan cabang baru di GKB.74

Akhirnya, tibah pada saatnya, pada tanggal 28 April 2000 akhirnya mendapatkan SK resmi tentang pendirian cabang dari PWM Jawa Timur dengan bimbingan Bapak Abd. Rohim Nur. Bersasarkan Surat Keputusan Nomor: /SK.PWM.1.A/1.b/2000 Muhammadiyah cabang Gresik Kota Baru, resmi menjadi cabang baru setelah sekian lama berjuang. Setelah lama dengan berbagai kegiatan dan amal usaha, baru mendapatkan legalitas-formal dari PWM Jawa Timur.

74

Mustakim, Matahari Terbit, h. 102

b. Muhammadiyah GKB Babak Kedua

Setelah Musycab I yang resmi setelah turunnya SK pendirian dari PWM Jawa Timur 2000, ranting-ranting yang menjadi basis gerakan akar rumput malah tertidur. Tetapi, pengajian terus berjalan dilakukan dari rumah ke rumah.75 Musycab 2006 ranting bisa dikatakan mati suri, hal ini dikarenakan susah sekali untuk menjadi ketua pimpinan ranting. Bisa jadi karena kesibukan masyarakat perkotaan, sehingga sulit untuk menerima amanah. Kasus ranting Muhammadiyah GKB 1 adalah ranting yang paling tua atau senior. Tetapi, susah sekali mencari orang yang bersedia menjadi penggerak ranting.

Musycab I 2006 dapat dibilang masih belum ideal. Karena belum sesuai dengan aturan organisasi Muhammadiyah. Hal ini dapat dilihat ketika itu majelis-majelis, yang hanya merupakan unsur pembantu pimpinan, ternyata ikut menjadi peserta musyawarah dan ikut memiliki hak suara, padahal di AD/ART tidak ada aturannya.

Berdasarkan Keputusan Musycab I Muhammadiyah GKB tanggal 30 April 2006, maka terpilihlah Drs. K.H. Rahmat Abdul Muin sebagai Ketua PCM GKB. Seringkali beliau rapat sampai jam 1 malam, beliau juga gemar menulis buletin Jum‟at “Buletin

Usikum”. Selain itu, beliau juga mengajar

mengaji, dan seorang ahli hadits.Tak lama kemudian, Bapak Rahmad meninggal dunia dikarenakan sakit, dijemput oleh Allah saat Hari Raya Idul Fitri. Semoga amal dan jasanya diterima di sisi Allah karena meninggal di hari yang fitri.76

Kemudian diadakanlah Musyawarah Pimpinan Cabang (Musypimcab) GKB tanggal 4 Nopember 2006. Bahwa dengan berhalangan tetapnya (almarhum) Drs. KH Rahmat Abdul Muin dan untuk ketertiban / kelancaran organisasi, perlu ditetapkan susunan PCM GKB masa jabatan 2005 – 2010.77 Selain itu juga memperhatikan Putusan Rapat Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gresik Kota Baru, pada hari : Jum'at, tanggal: 24 Dzul qo'dah 1427H/15

75

Hasil Wawancara Sugeng (Gresik, 9 Juli 2013) 76

Hasil Wawancara Sugeng (Gresik, 9 Juli 2013)

(15)

Desember 2006 M. Ditetapkanlah Ir. H. Hadi Suroso, M Sc.

Konstribusi Pasca Muscab 2006 GKB, semakin menunjukkan perkembangan yang baik. Setelah terbentuk pengurus dan pimpinan baru, maka diputuskan Pusat gerakan dakwah Muhammadiyah GKB saat itu masih terdiri dari empat ranting. Berdasarkan pada rapat pimpinan PCM GKB pada 15 Desember 2006, Secara definitif diputuskan bahwa pusat pergerakan Muhammadiyah GKB ditentukan sebagai berikut. Pertama, Masjid KH. Fakih Oesman menjadi basis gerakan PRM GKB 1, PRM GKB 2, dan PRM GKB 4. Kedua, Masjid At-Taqwa SMP Muhammadiyah 12 GKB sebagai basis gerakan PRM GKB 3.78

Secara administratif Ranting Muhammadiyah di bawah naungan Muhammadiyah Gresik Kota Baru sebagaimana berikut.79

1. Ranting GKB I: Desa Randuagung Kec. Kebomas, RW IV – RW V – RW VI (sebelah selatan jalan raya Dr. Wahidin Sudiro Husodo)

2. Ranting GKB II: Desa Randuagung Kec. Kebomas, RW VII – RW VIII (sebelah utara dan barat jalan raya Dr. Wahidin Sudiro Husodo) dan Desa Yosowilangun Kec. Manyar sebelah selatan jalan tambang 3. Ranting GKB III: Desa Yosowilangun

Kec. Manyar sebelah utara jalan tambang 4. Ranting GKB IV: Desa Randuagung Kec.

Kebomas, RW I – RW II – RW III (sebelah utara jalan raya Dr. Wahidin Sudiro Husodo).

Semenjak Musycab pada 30 April 2006, Muhammadiyah GKB Gresik periode 2005-2010 terus bergerak dan telah melakukan serangkaian kegiatan dakwah baik di internal maupun di luar GKB. Komunikasi internal PCM, PCM dengan Majelis, PCM dengan Ortom dan PCM dengan PRM di GKB melalui rapat-rapat secara rutin dilakukan sebagai perwujudan kepeminpinan yang sinergi, kolektif, dan kolegial.

78 Surat Keputusan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Nomor: 36/Kep/IV.0/A/2006 (20 Desember 2006)

79

Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB. Keputusan Nomor: 33/ KEP / IV.0 / A / 2006 (Keputusan ini berlaku sejak tanggal 28 Juli 2006. )

Muhammadiyah GKB menyadari bahwa untuk mengisi gerakan dakwah Muhammadiyah sangat diperlukan adanya komunikasi dan silaturrahim untuk menjadi PCM yang unggul dan kuat, serta menjadi percontohan Nasional.

c. Muhammadiyah GKB Babak Ketiga

Berdasarkan Musyawarah Cabang Muhammadiyah Gresik Kota Baru (GKB) pada tanggal 10 April 2011,80 Kemudian, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gresik Kota Baru (GKB) periode 2010-2015. Selanjutnya mengambil langkah dan kebijakan yang dijabarkan dalam keputusan Musyawarah Cabang Muhammadiyah Gresik Kota Baru (GKB) dan menetapkan Saudara Ir. Sugeng menjadi Ketua Pimpinan cabang muhammadiyah Gresik Kota Baru (GKB) periode 2010-2015, dan telah disahkan oleh PDM Gresik.81

Dari hasil rapat Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gresik Kota Baru (GKB) Periode 2010-2015 telah berhasil mentanfidz keputusan musyawarah Cabang Muhammadiyah Gresik Kota Baru (GKB) dan membentuk 5 (lima) Majelis sebagai badan pembantu, yaitu Majelis Tabligh & Kader, Majelis Pendidikan Dasar & Menengah, Majelis PKU/PS/ZIS, Majelis Ekonomi, dan Majelis Informasi & Pustaka. Untuk efektifitas komunikasi dan koordinasi, pada periode ini ada 2 (dua) orang anggota PCM yang sekaligus merangkap menjadi ketua Majelis, yaitu Majelis Tabligh & Kader dan Majelis Informasi & Pustaka.

PCM GKB merupakan salah satu Cabang yang hanya terdiri dari 2 (dua) Desa di 2 (dua) Kecamatan, yaitu Desa Randuagung Kecamatan Kebomas dan Desa Yosowilangun Kecamatan Manyar. Untuk memberikan peran anggota dan jamaah Muhammadiyah serta sejalan dengan tanfidz Muktamar Muhammadiyah ke-46 secara bertahap jumlah ranting (yang berjumlah 4 ranting) ditingkatkan menjadi 7 dan dikembangkan menjadi 10 pada tahun 2014

80

Tanfidz Keputusan Musycab II 2011 81

(16)

dengan pola pemekaran ranting yang sudah ada.

Langkah berikutnya, PCM GKB mengadakan audensi dengan Ranting dan Calon Ranting serta memprakarsai adanya Musyawarah Ranting Muhammadiyah Bersama yang berlangsung pada tanggal 25 September 2011 di SD Muhammadiyah GKB. Agenda tersebut dikemas dalam kegiatan Ta'aruf dan Sillaturrahim warga Muhammadiyah se Gresik Kota Baru serta foto untuk Kartu Tanda Anggota Muhammadiyah secara kolektif dengan biaya Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB.

Sampai dengan tahun 2012 telah berdiri 7 (tujuh) Pimpinan Ranting Muhammadiyah di wilayah Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gresik Kota Baru. Data perkembangan Ranting dimaksud dibandingkan dengan periode sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. PRM GKB I, wilayah RW 4, 5, 6 Desa

Randuagung (sebelah selatan sepanjang Jl Dr Wahidin SH Desa Randuagung).82 2. PRM GKB II, wilayah RW 7, 8 Desa

Randuagung dan RW 3, 4 Desa Yosowilangun (sebelah selatan Jalan Tambang).83

3. PRM GKB III, wilayah RW 1, 2, 6 – 10 Desa Yosowilangun (sebelah utara Jalan Tambang – sebelah barat Jalan Jawa).84 4. PRM GKB V, wilayah RW 1, 2, 6 – 10

Desa Yosowilangun (sebelah utara Jalan Tambang sebelah timur Jalan Jawa).85 5. PRM GKB VI, wilayah RW 1, 2, 6 – 10

Desa Yosowilangun (sebelah utara Jalan Broto Negoro sampai dengan Jl Raya Daendeles).86

6. PRM GKB IV, wilayah RW 1, 2, 3 Desa Randuagung (sebelah utara sepanjang Jl Dr Wahidin SH Desa Randuagung)87

82

SK PCM GKB No 22/ KEP / IV.0 / D / 2012 tanggal 22 Juni 2012 83

SK PCM GKB No 16/ KEP / IV.0 / D / 2011 tanggal 30 Desember 2011

84

SK PCM GKB No 17/ KEP / IV.0 / D / 2011 tanggal 30 Desember 2011

85

SK PCM GKB No 19/ KEP / IV.0 / D / 2011 tanggal 30 Desember 2011

86

SK PCM GKB No 21/ KEP / IV.0 / D / 2012 tanggal 4 Juni 2012 87 SK PCM GKB No 18/ KEP / IV.0 / D / 2011 tanggal 30 Desember 2011

7. PRM GKB VII, wilayah RW 9 Perumahan Bukit Randuagung Indah Desa Randuagung.88

Hingga kini, gerakan Amal sebagai manifestasi ilmu dan iman dapat dirasakan oleh masyarakat, baik kelas bawah, menengah dan atas. Yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Bidang Amal Usaha

Pendidikan 1.SD Muhammadiyah GKB

2.SD Muhammadiyah GKB 2

3.SMP Muhammadiyah 12 GKB

Kesehatan Klinik Aisyiyah

Dakwah 1. Masjid At-Taqwa

2.Masjid Faqih Usman

Ekonomi 1.Mek-Mart

2.Catering

3.Lapangan Futsal

4. PT. Surya Graha Multikom

Sosial 1.Pengadaan Hewan Qurban

2.Kifama (Perawatan Jenazah + Ambulan)

Organisasi Kantor PCM GKB

Gerakan amal usaha ini, akan diupayakan untuk terus dikembangkan. Misalnya, dalam bidang pendidikan, akan didirikan SMA Muhammadiyah 10 GKB dan Muhammadiyah Boarding School (MBS) dan lain-lain.89 Selain itu, gerakan spiritual melalui pengajian juga terus dilaksankan dalam membangun peradaban maju menuju masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

PENUTUP

Demikian, selayang sejarah singkat berdiri dan berkembangnya Muhammadiyah GKB. Tidak cukup sampai di sini, usaha-usaha baik bersifat materi maupun non material. Dengan melihat fase perkembangan Muhammadiyah GKB, telah melalui perjalanan yang cukup panjang dalam malakukan gerakannya, walaupun baru disahkan tahun 2000. Dalam sejarahnya pun, Muhammadiyah sejak awal berdiri dengan dakwah praksis atau gerakan amal. Model dakwah praksis sederhana, melahirkan model dakwah bil hal yang bersifat membebaskan, memberdayakan, dan memajukan. Inilah yang menandakan ciri masyarakat berkemajuan dalam membentuk peradaban baru yang sangat berguna bagi

88 SK PCM GKB No 20/ KEP / IV.0 / D / 2012 tanggal 4 Juni 2012 89

(17)

masyarakat Gresik. Persinggungan kelas menengah baru, yang dimanfaatkan, akan menghasilkan energi dakwah yang mampu

membangun masyarakat unggul, kuat,

berperadaban, dan berkemajuan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Munir Mulkhan, Pesan dan Kisah Kiai Ahmad

Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah

(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2010), Ahmad Najib Burhani. 2010. Muhammadiyah Jawa.

Jakarta: Al-Wasat Publishing House.

Haedar Nashir. 2010. Muhammadiyah Gerakan

Pembaruan. Yogyakarta: Suara

Muhammadiyah.

Helius Syamsuddin. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan, Sang Pencerah,

Pendidik, dan Pendiri Muhammadiyah

(Yogyakarta: Best Media, 2010)

Kuntowijoyo. 2000. Paradigma Islam Intrepretasi untuk Aksi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah, Edisi kedua, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Kuntowijoyo. 2008. Penjelasan Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Mustakim, Matahari Terbit di Kota Wali: Sejarah Pergerakan Muhammadiyah Gresik 1926-2010

(Gresik: Muhi Press, 2011)

Mitsuo Nakamura. 1983. Bulan Sabit Muncul dari Balik Pohon Beringin. Yogjayakarta: UGM Press. Nugroho Notosusanto. 2008. Louis Gottschalk:

Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.

Syamsul Hidayat. 2012. Tafsir Dakwah Muhammadiyah: Respon Terhadap Pluralitas Budaya. Surakarta: Kafilah Publishing.

Suara Muhammadiyah Edisi 17/ 97 (14-28 Syawal

1433 H/ 1-15 September 2012 M)

Tim Penulis. 2005. Menembus Benteng Tradisi: Sejarah

Muhammadiyah Jawa Timur 1921-2004. Hikmah

Press: Surabaya

Wawancara

Hasil Wawancara Muhammad. Djupri, Wakil Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB 2011-2016 (Gresik, 5 Agustus 2013)

Hasil Wawancara Siswahyono. Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB 2011-2016 (Gresik, 3 Agustus 2013)

Hasil Wawancara Sugeng Waras. Wakil Ketua LazisMu Unit PCM GKB (Gresik, 5 Agustus 2013)

Hasil Wawancara Fauzuddin Ahmad. Bendahara II LazisMu Unit PCM GKB (Gresik, 5 Agustus 2013) Hasil Wawancara Nanang Sutedja. Ketua Majelis Dikdasmen PCM GKB 2011-2016 (Gresik, 1 Agustus 2013)

Hasil Wawancara Muharjo. Wakil Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gresik Kota Baru 2011-2016. (Gresik, 7 Agustus 2013)

Hasil Wawancara Marindra Adnan. Wakil Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gresik Kota Baru 2006-2011 (Gresik, 3 Agustus 2013) Hasil Wawancara Sugeng. Ketua Pimpinan Cabang

Muhammadiyah Gresik Kota Baru 2011-2016 (31 Juli 2013)

Hasil Wawancara Soparno. Bendahara Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gresik Kota Baru 2011-2016 (Gresik, 31 Juli 2013)

Hasil Wawancara H. Isfa’ali. Wakil Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gresik Kota Baru 2011-2016. (Gresik, 15 Juli 2013)

Hasil Wawancara Syamsul Hidayat. Kepala Sekolah Pertama SD Muhammadiyah GKB Plus (Gresik, 5 Agustus 2013)

Dokumen

Laporan Tahunan (II) PCM GKB 2008,

Surat Keterangan Hibah. PT. Bumi Lingga Pertiwi, Nomor: 50/BLP/IV/1995 tanggal 21 April 1995. Laporan Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB tahun

2013

Dikdasmen Muhammadiyah Gresik. Surat Izin Pendirian Perguruan Muhammadiyah Nomor: III.A/1.c/71/1995 (Gresik, 10 April 1995) Surat Permohonan Sumbangan Pendirian SD

Muhammadiyah GKB Nomor: III.A/3.b/07/95 (Gresik, 4 Februari 1995)

Surat keputusan Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB Nomor : 47/KEP/IV.O/D/2007 (Gresik, 23 Maret 2007M

Keputusan Kepala Daerah Tingkat II Gresik, Nomor: 503.648/2406/403.15/1996

Surat Pemberitahuan NDS. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Wilayah Propinsi Jawa Timur, Nomor: 79488/I04.6/PS/1997

Depdikbud Kanwil Jawa Timur Surat Nomor: 36145/I04/98 perihal pembaruan NDS tanggal (Surabaya, 22 April 1998).

Surat Keputusan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gresik Kota Baru (GKB) NOMOR: 05 / KEP / IV.0 / D / 2011

Surat Keputusan Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB Nomor : 06 / KEP / IV.0 / D / 2011

Surat Keputusan Nomor: 01/KEP/IV.0/D/2011, tanggal: 25 Jumadilawal 1432 H / 29 April 2011 M Surat Keputusan Pimpinan Cabang Muhammadiyah

Gresik Kota Baru (GKB) Nomor: 04 / KEP / IV.0 / D / 2011

Surat Keputusan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik. Nomor: 17/KEP/III.0/D/2011, tanggal 18 Jumadilawal 1433 H/22 April 2011.

Keputusan Dinas P dan K Jawa Timur tentang Pendirian Lembaga Sekolah Dasar Swasta di Kabupaten Gresik Nomor Surat: 421.207.1 /649/112.04/1995

Referensi

Dokumen terkait

Dibanding dengan citra ALOS AVNIR-2 kedua citra gabungan mempunyai nilai akurasi total dan indeks kappa yang lebih rendah, namun lebih tinggi dibanding dengan citra ALOS

Pemberian mulsa organik seperti jerami akan memberikan suatu lingkungan mencegah penyinaran langsung sinar matahari yang berlebihan terhadap tanah serta kelembaban

Pengertian dari Online Market adalah segala usaha yang dilakukan untuk melakukan pemasaran suatu produk atau jasa melalui atau menggunakan media Internet atau

Seluruh data yang terkumpul akan dikupas pada pembahasan sekaligus menjawab pertanyaan penelitian tentang penggunaan prinsip-prinsip Islam dalam mendidik lanjut usia

berasal dari bahasa Yunani, yaitu syimbolicos. 36 Dalam hal simbolik manusia juga bisa disebut satu-satunya hewan yang menggunakan simbol dalam menjalani kehidupan

Kim (32) dan Huang (33) mengamati apoptosis pada kanker servik yang diberi perlakuan dengan radioterapi dan memperoleh bahwa indeks apoptosis spontan yang rendah mencerminkan

Studi tentang Orientasi Menghukum Anak Nakal yang dilakukan Penyidik Anak di Unit Pelayanan Perempuan dan Anak POLRES Malang. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Parameter keanekaragaman genetika jati “plus” Jawa menggunakan penanda mikrosatelit menunjukkan hasil yang tinggi serta mampu mendeteksi alel dan genotipe spesifik.. Alel dan