• Tidak ada hasil yang ditemukan

NAPZA dan peran pekerja sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "NAPZA dan peran pekerja sosial"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Masalah penyalah gunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan peningkatan yang sangat pesat. Korban penyalahgunaan napza banyak dari kalangan generasi muda yang termasuk klasifikasi usia produktif. Masalah ini berdampak negatif bukan hanya terhadap pecandu, tetapi juga terhadap keluarga dan lebih luas lagi berdampak negatif terhadap kehidupan bangsa dan negara. Berdasarkan laporan Direktorat IV Narkoba dan KT BARESKRIM POLRI pada tahun 2007 diketahui kasus narkotika, psikotropika, dan bahan berbahaya sebanyak 22.630 kasus yaitu proporsi kasus narkotika 50,28%, proporsi kasus psikotropika 43,43% dan proporsi kasus bahan berbahaya 6,29%. Sumatera Utara merupakan peringkat ketiga kasus terbanyak setelah Jawa Timur dan Metro Jaya (BNN, 2008). Berdasarkan data BNN jumlah pengguna NAPZA di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 sebanyak 2.065 kasus dan tahun 2011 sebanyak 2.068 kasus (BNN, 2011).

Upaya penanggulangan NAPZA telah banyak dilakukan oleh instansi pemerintah dan organisasi sosial / lembaga swadaya masyarakat melalui program pencegahan dan rehabilitasi sosial. Rehabilitasi sosial merupakan upaya pemulihan kondisi bio-psiko-sosio-spirital bagi penyalahguna NAPZA di panti / pusat rehabilitasi.

Terdapat berbagai metode rehabilitasi yang dilaksanakan untuk memulihkan kondisi pecandu. Salah satu metode pemulihan yang telah banyak digunakan oleh masyarakat adalah program 12 langkah [twelve steps]. Metode ini merupakan sekumpulan prinsip spiritual yang dimulai dengan kesadaran akan masalah kecanduan, kebutuhan pertolongan pihak lain, dan secara terus menerus memperbaiki diri serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan dari metode itu mempercepat proses pemulihan dan mempertahankan kondisi abstinansia bagi para pecandu.

(2)

penyalahgunaan napza, ditangani oleh berbagaidisiplin ilmu yang relevan seperti pekerja sosial, kedokterasn, psikologi, psikiatri, dll.

Konsepsi pertolongan pekerjaan sosial yaitu menolong pecandu agar pecandu mampu menolong dirinya sendiri ( to help people to help themselves ). Selain itu pekerjaan sosial memiliki kerangka berpikir yang realistis dan logis dalam penanganan masalah penyalah gunaan napza, dengan penggunaan metode, teknik, prinsip dan peranan yang ditampilkannya untuk mencapai tujuan dalam pemecahan masalah penyalahgunaan napza. Tujuannya adalah meningkatkan keberfungsian sosial pecandu yang bersangkutan, sehingga dapat

melaksanakan tugas kehidupannya dengan baik dan wajar. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa definisi NAPZA ?

2. Apa faktor penyebab masalah NAPZA dan bagaimana dampaknya? 3. Pelayanan apa yang diberikan pekerjaan social terhadap masalah tersebut? 4. Apa saja potensi dan sumber untuk menanggulangi penyalahgunaan NAPZA? 5. Bagaimana contoh kasus penyalahgunaan NAPZA dalam kehidupan ? C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah diharapkan pembaca dapat mengetahui pengertian, faktor-faktor penyebab, pelayanan pekerjaan sosial, potensi dan sumber yang terkait, dan bagaimana pendekatan dalam pemecahan masalah penyalahgunaan NAPZA dan untuk memenuhi tugas Analisis Masalah Sosial.

BAB II TINJAUAN TEORI

Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya (Kurniawan, 2008). Narkoba dibagi dalam 3 jenis :

1. Narkotika 2. Psikotropika 3. Zat adiktif lainnya

(3)

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, atau ketagihan yang sangat berat (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997).

2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku, digunakan untuk mengobati gangguan jiwa (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997).

3. Zat Adiktif Lainnya

Zat adiktif lainnya adalah zat – zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah :

a. Rokok

b. Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan. c. Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin yang bila

dihirup akan dapat memabukkan (Alifia, 2008).

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Pengertian NAPZA

NAPZA adalah kependekan dari Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi seseorang ( pikiran, perasaan dan perilaku ) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 yang dimaksud NARKOTIKA meliputi :

1) Golongan Opiat : Heroin, Morfin, Madat, dll. 2) Golongan Kanabis : Ganja, Hashish.

3) Golongan Koka : Kokain, Crack.

(4)

 Zat Adiktif lain termasuk inhalansia (aseton, thinner car, lem atau glue), nikotin (tembakau), kafein (kopi).

NAPZA tergolong zat psikoaktif. Yang dimaksud zat psikoaktif adalah zat yang terutama berpengaruh pada otak sehingga menimbulkan perubahan pada perilaku, perasaan, pikiran, persepsi, dan kesadaran.

Tidak semua zat psikoaktif disalahgunakan, misalnya : obat antipsikotik dan obat anti depresi tidak mempunyai potensi disalahgunakan. Di Malaysia dikenal dengan istilah dadah bagi semua zat yang penggunaannya adalah melawan hukum. Sedangkan di Indonesia istilah itu disebut madat, yang kurang tepat bila dipakai sebagai padanan kata dadah, karena madat adalah candu, yang menurut UU nomor 22 tahun 1997 termasuk opiate, yaitu salah satu jenis narkotika saja.

Sedangkan NARKOBA adalah kependekan dari Narkotik dan Obat Berbahaya. Dikatakan kependekan mungkin kurang tepat karena :

1) Semua obat bisa berbahaya (insulin, pensilin, adrenalin)

2) Yang disalahgunakan tidak hanya obat, melainkan Ganja, ecxtasy, heroin, kokain, tidak digunakan sebagai obat lagi.

3) Psikotropika, yang mempunyai UU tersendiri tidak tercermin dalam akronim itu. Zat psikotropika yang sering disalahgunakan (menurut WHO 1992)

adalah :

6) Stimulansia lain, termasuk kafein, ecxtasy, dan shabu-shabu 7) Halusinogenika; Isd, mushroom, mescalin

8) Tembakau (mengandung nikotin)

9) Pelarut yang mudah menguap seperti : aseton, glue, atau lem.

10) Multiple (kombinasi) dan lain-lain, misalnya : kombinasi heroin dan shabu-shabu, alkohol dan obat tidur.

3.2. Jenis-Jenis NAPZA

1) Heroin

Street name (nama jalanan) Putauw, BT, Brown Sugar, merupakan senyawa semisintetik dengan nama kimia di asetil-morfin, tersebut dari morfin yang terdapat dalam getah kotak biji tanaman paraver somniferum.

(5)

Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian menimbulkan perasaan ingin menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan pemakai akan kehilangan percaya diri hingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Pemakai akan membentuk dunianya sendiri, mereka merasa bahwa lingkungannya menjadi musuh.

2) Ectasy

Street name (nama jalanan) : inex, xtc, hug drug, yuppie drug, essence, clarity. Beberapa merk terkenal lainnya adalah butterfly, black heart. Nama kimianya adalah methylene-dioxy methamphetamine (mdma). Dalam farmakologi tergolong sebagai psiko-stimulansia seperti amfetamin, meth-amphetamin, kafein, kokain, khat, nikotin. Tergolong sebagai designed substance, yaitu senyawa yang direkayasa untuk tujuan bersenang-senang. Jenis ini tidak digunakan dalam ilmu kedokteran.

Reaksi dari pemakaian ini memberikan sensasi energy lebih, euphoria, rasa senang, distorsi waktu, persepsi dan kebas lidah. Ecstasy di konsumsi dengan cara ditelan, biasanya dalam wujud tablet atau kapsul, pada mulanya ecstasy popular di night club atau dikostik.

3) Kokain

Nama jalanan : koka, coke, happy dust, chalie, srepet, snow/salju.

Kokain adalah zat yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan Eryth roxylon coca, termasuk golongan semak tingginya mencapai 2 m. daunnya mengandung zat pembius. Serbuk kokain warnanya putih dan rasanya pahit.

Kokain sering dihirup melalui hidung, akibat penggunaan dengan cara dihirup akan beresiko kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam. Akan tetapi ada juga yang diisap dengan rokok atau jika disuntikkan akan berdampak penyakit HIV/AIDS. Akibat cocaine terhadap fisik pemakai adalah terhambatnya saluran darah, pupil mata membesar, panas badan meningkat, denyut jantung meningkat, darah tinggi, perasaan gelisah, nyeri, cemas. Menghisap crack cocaine bersama rokok akan menimbulkan paranoia(sejenis penyakit jiwa yang meyebabkan timbul ilusi yang salah tentang sesuatu dan akhirnya bisa bersifat agresif akibat delusi yang dialaminya). Cocaine dapat menyebabkan kematian karena pernafasannya tersendat lalu otak kekurangan oksigen.

4) Methamphetamine

Nama jalanan : shabu-shabu, SS, ice

Methamphetamine adalah sejenis obat yang kuat yang menyebabkan orang kecanduan yang dapat merangsang saraf sentral. Biasanya berbentuk berupa serbuk kristal dan cairan. Dapat dikonsumsi dengan cara dihisap dengan bantuan alat (bong). Contoh methamphetamine yang paling popular adalah shabu-shabu.

(6)

5) Alkohol

Nama kimia dari alcohol adalah etanol atau etil alcohol. Banyak jenis dan merek dari alkohol, yaitu bir, wiski, gin, vodka, martini, brem, arak, ciu, saguer, tuak, Johnny Walker (topi miring), black and white (kam-put = kambing putih), manson house, dll.

Alkohol murni tidaklah dikonsumsi manusia. Yang sering dikonsumsi adalah minuman yang mengandung bahan sejenis alcohol. Bahan ini dihasilkan dari proses fermentasi gula yang dikandung dari malt dan beberapa buah-buahan seperti hop, anggur dan sebagainya.

Reaksi dari pemakaian alcohol ini memberikan euphoria (perasaan gembira dan nyaman), lebih banyak bicara, rasa pusing, muntah, lelah, haus, disorientasi, tekanan darah menurun, reflex melambat.

6) Ganja (Mariyuana, Marihuana, Hashish)

Street name (nama jalanan) : gelek, cimeng, buddha stick, mary jane, dll. Berasal dari tanaman kanabis sativa. Zat aktif : Delta-9 Tetrahydrocannabinal (thc). Jenis ini tidak lazim digunakan dalam ilmu kedokteran. Menurut UU nomor 5 tahun 1997 tentang Narkotika, jenis ini termasuk narkotika golongan 1 (satu). Penggunaan ganja hanya untuk tujuan ilmu pengetahuan.

Ganja mempengaruhi penggunannya dengan cara yang berbeda. Beberapa orang mengalami reaksi lebih kuat dari yang lain. Reaksi paling umum yang ditimbulkan ganja adalah kejang-kejang dan mabuk, ada juga beberapa efek lain seperti : paranoid, muntah-muntah, kehilangan koordinasi, kebingungan, meningkatkan nafsu makan, mata merah, halusinasi.

3.3. Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA

Narkoba merupakan musuh nomor 1 bagi para remaja. Namun, para remaja hingga saat ini banyak yang belum tahu mengenai narkoba sebagai musuh utama ini. Buktinya, semakin banyak remaja terjerumus dalam rayuan maut narkoba. Ketidaktahuan remaja tentang bahaya narkoba memang menjadi tugas berat bagi orangtua dan guru untuk menerangkannya. Apalagi narkoba sekarang sangat mudah didapat dan bandarnyapun memang selalu menempel pada dunia remaja.

Penyebab narkoba disebabkan oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal : 1. Faktor Internal

Adalah faktor yang berasal dari diri seseorang :

 Keluarga : Jika hubungan dengan keluarga kurang harmonis (Broken Home) maka seseorang akan mudah merasa putus asa dan frustasi. Akibat lebih jauh, orang akhirnya mencari kompensasi diluar rumah dengan menjadi konsumen narkoba.

(7)

cukup dari keluarga atau masuk dalam lingkungan yang salah lebih mudah terjerumus jadi pengguna narkoba.

 Kepribadian :Apabila kepribadian seseorang labil, kurang baik, dan mudah dipengaruhi orang lain maka lebih mudah terjerumus kejurang narkoba.

2. Faktor Eksternal

Adalah faktor yang berasal dari luar seseorang, faktor yang cukup kuat untuk mempengaruhi seseorang.

 Pergaulan : Teman sebaya mempunyai pengaruh cukup kuat bagi terjerumusnya seseorang kelembah narkoba, biasanya berawal dari ikut-ikutan teman. Terlebih bagi seseorang yang memiliki mental dan keperibadian cukup lemah, akan mudah terjerumus.

 Sosial /Masyarakat : Lingkungan masyarakat yang baik terkontrol dan memiliki organisasi yang baik akan mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba.

3.4. Dampak Negatif NAPZA

Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal. Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.

1. Dampak Fisik:

 Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.

 Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah

 Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim.

 Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.

(8)

 Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual.

 Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid).

 Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya.

 Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.

2. Dampak Psikis:

 Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah.

 Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga.

 Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal.

 Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.

 Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri. 3. Dampak Sosial:

 Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan.

 Merepotkan dan menjadi beban keluarga.

 Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram.

Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejata fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dan lain-lain.

3.5 Peran Peksos Dalam Pelayanan Mengatasi Penyalahgunaan NAPZA

Ada beberapa metode pengobatan, antara lain : 1. Terapi Individu Konseling

(9)

traetment mereka. Perawatan yang terpisah dan memiliki sejumlah manfaat (Rounsaville & amp; Carrol, 1997). Pelayanan ini menyediakan privasi dan kerahasiaan, memungkinkan klien untuk mendiskusikan isu sensitif dan Pribadi lebih bebas kemudian mereka bisa selama kelompok atau keluarga perawatan. Perawatan individu juga menyediakan tingkat perawatan individual yang tidak tersedia di modalities lain dan memiliki keunggulan dalam berurusan dengan masalah jenis tertentu (melewati penyalahgunaan) atau klien, terutama mereka yang memiliki gangguan kepribadian terjadi (Rounsaville & amp; Carroll. 1997).

Ada dua fase yang berbeda dari pengobatan yang seharusnya berfungsi untuk panduan perilaku Anda dalam perawatan individu. Mengenai awal fase pengobatan, Doweiko (1999) mengatakan,'' pendekatan umum individu dan terapi kelompok adalah untuk bekerja melalui orang addicated sistem penyangkalan, sambil memberikan konseling yang dirancang untuk membantu klien belajar bagaimana menghadapi problams kehidupan sehari-hari tanpa bahan kimia ''.

2. Terapi Kelompok Konseling

Selama bertahun-tahun, terapi kelompok telah muncul sebagai salah satu metode pengobatan yang paling banyak digunakan di bidang penyalahgunaan zat. Ini telah melampaui terapi individu sebagai metode pilihan pengobatan dan digunakan dalam hampir semua program penyalahgunaan zat di Amerika Serikat. Terapi kelompok adalah komponen penting dari pendekatan terpadu, individual untuk pengobatan penyalahgunaan zat. Selain keuntungan ekonomi dari terapi kelompok, ada sejumlah faktor kuratif yang terkait dengan kelompok perawatan yang membantu membedakannya sebagai metode sukses perawatan di penyalahgunaan zat. Connors, Donovan dan Diclemente (2001) menyarankan bahwa ada setidaknya tujuh faktor kuratif dalam kelompok perawatan yang berkontribusi terhadap perilaku mengubah proses. Sejumlah kelompok memiliki fungsi penting dalam perawatan, penyalahgunaan obat termasuk pendidikan, terapi dan dukungan. Kemampuan yang diperlukan untuk memimpin berhasil pengobatan kelompok, seperti orang-orang dalam keluarga terapi, harus dipelajari dan dilakukan di bawah supervisions. Ukuran tretament kelompok yang ideal adalah antara 6 hingga 10 klien. Dalam kecanduan, kelompok terapi harus fokus di sini dan sekarang interaksi dan proses kelompok. Metode kelompok yang berbasis di sejumlah teori dan model, dan banyak dari apa yang terjadi selama relapse pencegahan dan aftercare adalah sebuah dicapai dalam kelompok.

3. Terapi konseling keluarga

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan spora pada kedalaman 0 – 60 cm ini dimungkinkan terjadi karena semakin kedalam kondisi pH gambut semakin masam dan pasokan hara yang dibutuhkan

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti Evaluasi Program Praktik Pembelajaran di sekolah Program Magang III yang diselenggarakan oleh Laboratorium

Dengan diberikan teks cerita tentang hidup rukun, siswa dapat memperagakan kalimat ajakan yang terdapat pada teks percakapan yang berkaitan dengan sikap hidup rukun secara lisan

Tes Nama Tempat Lahir Tgl

Dengan meningkatnya penggunaan alat digital, di mana 1 dari 4 orang mengatakan tidak bisa hidup tanpa smartphone mereka, tersedia banyak sekali informasi yang

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta di bagian perawatan Lantai VA, Lantai VC, Lantai IVA, Lantai IVC dan Emergency dilakukan pada bulan

Validasi ahli pendidikan di lapangan yaitu guru bidang studi di sekolah juga memberikan komentara dan saran diantaranya latar belakang lebih disingkat, diskripsi pada modul