• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBANGUNAN BENUA MARITIM INDONESIA dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBANGUNAN BENUA MARITIM INDONESIA dalam "

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lautan yang sangat luas oleh manusia sejak berabad-abad lamanya hanya dipandang sebagai kawaasan perburuan untuk menangkap ikan dan sebagai media lalu lintas belaka, namun pada akhir abad ke-20, kawasan laut telah menjadi kawasan penjelajahan akhir di bumi sebagai upaya memanfaatkan untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dibidang maritime, manusia telah mampu mengelola kekayaan alam laut bagi kesejahteraan umat manusia sendiri. Demikian pula persediaan bahan pangan di laut dapat mengimbangi tuntutan kebutuhan pangan akibat pertumbuhan penduduk yang pesat. Salah satu negara yang memiliki eksistensi bangsa dan negaranya sendiri adalah Indonesia. Dalam catatan sejarah, terekam bukti bahwa nenek moyang kita menguasai lautan nusantara, bahkan mampu mengarungi samudra luas sampai ke pesisir madagaskar, namun belum ada bukti yang menunjukkan bahwa pengusasaan atas laut itu didasarkan pada suatu kensepsi kewilayahan dan hokum. Penguasaan wilayah laut leh nenek moyang kita lebih merupakan kekuasaan de fakto daripada penguasaan yang berdasar pada de jure.

Dalam era globalisasi, perhatian bangsa Indonesia terhadap fungsi, peranan, dan potensi wilayah laut semakin berkembang. Kecendrungan ini dipengaruhi oleh perkembangan pembangunan yang dinamis yang mengakibatkan semakin terbatasnya potensi sumberdaya nasional di darat. Pengaruh lainnya adalah perkembangan teknologi maritime sendiri yang sangat pesat sehingga memberikan kemudahan dalam pemanfaatan dan penegelolaan sumberdaya laut.

(2)

B. Rumusan Permasalahan

1. Bagaimana eksistensi Benua Maritim Indonesia?

2. Bagaimana karakteristik Benua Maritim Indonesia?

3. Bagaimana pembangunan Benua Maritim Indonesia?

C. Tujuan Penyusunan

1. Untuk mengetahui konsepsi dan eksistensi Benua Maritim Indonesia

2. Untuk mengetahui dan memahami karakteistik Benua Maritim Indonesia

3. Untuk mengetahui bagaimana eksistensi pembangunan Benua Maritim Indonesia

(3)

PEMBAHASAN

A. Pengertian Benua Maritim Indonesia

Benua Maritim Indonesia (BMI) adalah wilayah perairan dengan hamparan pulau – pulau didalamnya, sebagai satu kesatuan alamiah antara darat, laut dan udara di atasnya tertata unik dengan sudut pandang iklim dan cuaca keadaan airnya, tatanan kerak bumi, keragaman biota serta tatanan sosial budaya.

Dalam era globalisasi, perhatian bangsa Indonesia terhadap fungsi, peranan dan potensi wilayah laut semakin berkembang. Kecenderungan ini di pengaruhi oleh perkembangan pembangunan yang mengakibatkan semakin terbatasnya potensi sumber daya nasional di darat. Pengaruh lainnya adalah perkembangan teknologi maritim sendiri sangat pesat sehingga memberikan kemudahan dalam pemanfaatan dan pengelolahan sumberdaya laut.

Perairan laut Indonesia yang berada di antara dan sekitar kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan wilayah nasional Indonesia. Laut nusantara merupakan suatu asset nasional yang berperan sebagai sumber keakayaan alam, sumber energy, sumber bahan makanan, media lintas laut antar pulau, kawasan perdagangan dan wilayah pertahanan kemanan. Oleh karena itu wilayah laut nasional mempunyai fungsi sebagai wahana untuk menjamin integritas wilayah sarana perhubungan dan pelayaran, salah satu sumber kekayaan alam hayati dan nonhayati yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan kawasan pertahanan keamaman. Dengan demikian, laut nusantara pada hakekatnya merupakan ruang lingkup dan wahana perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan dan cita-cita nsional.

(4)

BMI adalah bagian dari system planet bumi yang merupakan satu kesartuan alamiah antara darat, laut dan udara di atsnya, tertata secara unik, menampilkan cirri-ciri benua dengan karakteristik yang khas dari sudut pandang iklim dan cuaca, keadaan airnya, tatanan kerak bumi, keragaman biota, serta tatanan social budayanya yang menjadi wilayah yuridiksi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang secara langsung maupun tdak langsung akan menggugah emosi, perilaku dan sikap mental dalam menentukan orientasi dan pemanfaatan unsure-unsur maritime di semua aspek kehidupan.

Konsep Negara Kepulauan (Nusantara) memberikan kita anugerah yang luar biasa. Letak geografis kita strategis, di antara dua benua dan dua samudra dimana paling tidak 70% angkutan barang melalui laut dari Eropa, Timur Tengah dan Asia Selatan ke wilayah Pasifik, dan sebaliknya, harus melalui perairan kita. Wilayah laut yang demikian luas dengan 17.500-an pulau-pulau yang mayoritas kecil memberikan akses pada sumber daya alam seperti ikan, terumbu karang dengan kekayaan biologi yang bernilai ekonomi tinggi, wilayah wisata bahari, sumber energi terbarukan maupun minyak dan gas bumi, mineral langka dan juga media perhubungan antar pulau yang sangat ekonomis.

Panjang pantai 81.000 km (kedua terpanjang di dunia setelah Canada ) merupakan wilayah pesisir dengan ekosistem yang secara biologis sangat kaya dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Secara metereologis, perairan nusantara menyimpan berbagai data metrologi maritim yang amat vital dalam menentukan tingkat akurasi perkiraan iklim global. Di perairan kita terdapat gejala alam yang dinamakan Arus Laut Indonesia (Arlindo) atau the Indonesian throughflow yaitu arus laut besar yang permanen masuk ke perairan Nusantara dari samudra Pasifik yang mempunyai pengaruh besar pada pola migrasi ikan pelagis dan pembiakannya dan juga pengaruh besar pada iklim benua Australia.

(5)

B. Karakteristik Benua Maritim Indonesia

BMI adalah suatu massa bumi yang keseluruhannya terdiri dari 17.508 pulau beserta segenap air laut disekitarnya sampai sejauh 200 mil dari garis pangkalnya. Zona pesisir, landasan benua, lereng benua, cekungan samudera di bawahnya dan udara di atasnya.

BMI terbentang dari 92O BT sampai dengan 141O BT dan dari 7O20’LU sampai dengan 14O LS merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari:

1. 5.707 pulau yang telah bernama dan 11.801 pulau yang belum bernama. 2. Luas perairan 3,1 juta km2, dan luas perairan ZEE 2,7 juta km2.

3. Panjang seluruh garis pantai 80.791 km, panjang garis dasar 14.698 km (7.945 mil).

BMI mempunyai kempleksitas dalam karakteristik cuaca dan iklim, keadaan perairan laut, serta tatanan kerak bumi yang menyebabkan perbedaan potensi sumberdaya alam hayati dan nonhayati dengan massa (benua) lainnya.

Bagian dalam kawasan barat BMI tersusun oleh pulau-pulau utama Sumatera, Jawa dan Kalimantan yang merupakan sistem Paparan Sunda dengan kedalaman dasar laut sampai sekitar 200 m. kearah Timur tertletak di Selat Makassar, Laut Bali, Laut Flores yang merupakan zona transisi antara sistem Paparan Sunda dengan system Laut Banda. Di ujung bagian Timur BMI ditempati oleh sistem laut Banda yang merupakan laut dalam dengan kedalaman dasar laut antara 1000-6000 m yang dikelilingi oleh pulau Sulawesi bagian barat gugusasn kepulauan Sula dan Seram di Utara, rangkaian gunung api di selatan dan timur. Di bagian Selatan ditandai dengan kepulauaan gunung api aktif NTB-NTT yang relative kecil.

Bagian luar BMI sebagian besar membentuk tepi benua konvergen aktif terdiri dari Samudera Hindia (selatan-barat) dan Samudera Pasifik (timur-laut). Laut Sulawesi (utara) Laut Cina Selatan (barat-laut). Bagian tenggara umumnya terususun oleh sistem Paparan Sahul dan massa daratan Papua yang menghubungkan tepi Benua Australia.

Berdasrkan tatanan geologi dan teknologinya sistem BMI dapat dibedakan menjadi dua kawasan yaitu:

1. Kawasan barat BMI

Memanjang dari pantai barat Sumatera sampai pantai timur Kalimantan Timur, berciri sistem Samudera Hindia (bagian luar BMI), memanjang dari bagian barat Sumatera sampai ke selatan Sumba, serta sistem laut Jawa yang merupakan sistem perairan Sunda (lempeng Banua Eurasia) pada sebagian besar perairan Indonesia pada bagian dalam BMI.

2. Kawasan timur BMI

(6)

tepi Benua Australia (Laut Timor dan Laut Arafura) di bagian Selatan. Laut Karolina dan Samudera Pasifik dibagian Timur dan laut Sulawesi di bagian Utara, sedangkan bagian dalam ditempati oleh laut Flores di bagian Barat, Laut Banda di bagian Timur dan Laut Maluku di bagian paling Utara.

Ditinjau dari sudut pandang geologi kelautan, pakar kebumian sepakat bahwa BMI adalah merupakan salah satu laboratorium alam yang terlengkap di dunia. BMI terbentuk sebagai hasil interaksi alamiah antara tiga lempeng litosfera utama yaitu lempeng Eurasia di sebelah utara, lempeng Hindia-benua Australia di sebelah Selatan Tenggara, dan lempeng Pasifik di sebelah Timur. Ketiga lempeng litosfera ini bergerka secara relative satu terhdap lainnya, sehingga memberikan dampak terhadap bentuk kerak bumi yang kompleks, baik struktur maupun bentuk batuan. Gerakan lempeng-lempeng tersebut menyebabkan daerah tertentu di wilayah BMI memiliki daerah cekungan sedimen laut dalam misalnya laut Banda, laut Sulasesi, laut Gorontalo, laut Maluku. Selain itu berkembang pula 60 buah cekungan sedimen yang memungkinkan terakumulasinya minyak dan gas bumi.

Dari kacamata ilmuan, Ternyata pakar kebumian Internasional banyak menggunakan proses geologi yang terjadi di BMI saat ini sebagai suatu acuan untuk menjelaskan proses pembentukan jalur pegunungan (misalnya pegunungan Alpen) yang berlangsung ratusan juta yahun yang lalu. Acuan ini adalah kunci untuk memahami proses-proses yang berlangsung pada masa silam.

Para ahli menduga bahwa di bawah dasar laut Indonesia terdapat sumber daya minyak dan gas bumi yang besar. Diperkirakan juga bahwa dasar laut mengandung banyak bahan galian atau tambang. Pada saat ini hanya mineral-mineral letakan terutama timah yang terdapat pada Paparan Sunda di sector barat laut yang memberikan nilai ekonomis bagi perekonomian Indonesia. Sedangkan agregat yang digunakan dalam skala yang kecil, namun dikhawatirkan akan memberikan dampak pada lingkungan dikemudain hari.

Berdasarkan fenomena di atsa amaka muncul berbagai kondisi yang merupakan keunggulam komparatif BMI yang dapat didayagunakan bagi kepentingan umat manusia pada umumnya dan bangsa Indonesia pada khususnya. Kondisi-kondisi yang dimaksud adalah:

(7)

2. BMI dengan keanekaragaman sumber daya alam, baik hayati maupun nonhayati yang ada di dalamnya, memberikan peluang yang lebih besar dalam mentapkan pilihan bagi umat manusia, terutama bangsa Indonesia dalam memenuhi kebutuhannya.

C. Dimensi Benua Maritim Indonesia 1. Dimensi Kewilayahan

Dilihat dari kehidupan umat manusia BMI dan bumi adalah satu kesatuan yang utuh. Karakteristik BMI, ditinjau dari seg konfigurasi geogarfisnya merupakan wilayah perariran yang ditaburi ulau besar dan kecil. Wilayah daratan dan perairan Indonesia yamg membentang di cakrawala khatulistia memiliki bentangan terpanjang diantara negara-negara di dunia, menempati posisi silang antar benua Asia dan Australia, serta berada di antara dua Samudera yaitu Samudera Hindia dan Pasifik. Sebaian besar wilayah Indonesia merupakan tepi beau aktif sebagai perwujudan adanya interaksi antara tiga lempeng litosfera seperti yang dijelaskan diatas.

Topografi wilayah daratan Indonesia merupakan peginingan denga gunung berapi, memiliki garis pantai terpanjang (hamper dua kali panjang lingkaran bumi), serta memiliki iklim tropis monsoon dengan musim hujan dan musim kemarau. Daratan wilayah Indoneia memiliki aneka ragam flora dan fauna yang terhimpun di dalam hutan tropis yang sangat luas.

Wilayah daratan dan perairan Indonesia mengandung kekayaan yang beraneka ragam, baik yang berada di dalam maupun di permukaan bumi. Wilayah Indonesia dihuni oleh pendududk yang jumlahnya akan mencapai 250 juta jiwa pada tahun 2020 serta terdiri dari beberapa suku yang memilki budaya tradisi dan pola kehidupan yang beranekaragam.

Bila dilihat dari luas wilayah, topografi geologi, sumber daya alam, dan keanekaragaman suku bangsa, serta budaya dan adat isiadatnya, pendayagunaan BMI sebagai media tranportasi atau perhubungan memiliki wilayah yang strategis dalam menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya guna meningkatkan kesejahteraan, integritas bangsa dan pertahanan keamanan negara.

(8)

tropis yang luas,, maka wilayah BMI merupakan satu lokasi yang mempengaruhi iklim global, termassuk pemanasan global (global warming).

2. Dimensi Kehidupan Nasional

BMI sebagai aktualisasi wawasan nusantara dalam dimensi kehidupan nasional mencakup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Aktualisasinya dalam kehidupan bermasyarakat adalah kehidupan bersama yang saling berinteraksi antara orang-orang dalm satu kelompok, dimana setiap orang atau pihak yang berkepentingan kepada pihak lainnya saling mempunyai kewajiban berbangsa adalah kehidupan yang berkaitan dengan penyaluran aspirasi dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur bangsa. Pemerintah negara sesuai dengan tugasnya mempunyai kwenaangan untuk mengatur seluruh warga negara dan penyelenggaraan negara. Oleh karena itu, kehidupan bernegara merupakan kehidupan yang iddasari oleh keharusan atau kesadaran untuk menaati secara konsekuen aturan-aturan yang dikeluarkan oleh negara.

BMI sebagai aktualisasi wawasan nusantara tentunya mengandung tiga unsure pokok seperti yang dimiliki oleh unsure wawasan nusantara, yaitu wadah, isi dan tata laku.

Wadah konsepsi BMI berbentuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi daratan, lautan dan udara yang di dalamnya mencakup wilayah laut nusantara, wilayah laut territorial, serta wilayah laut landas benua dan ZEE sebagai sebagai hak kedaulatan dan yuridiksi nasional.

Unsure isi BMI mencakup cita-cita bangsa Indonesia yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan dan keamanan bagi seluruh bangsa Indonesia, serta turut mewujudkan kebahagiaan dan perdamaian bagi seluruh umat manusai. Konsepsi BMI juga bertujuan mewujudkan kesatuan di dalam aspek kehidupan nasional, baik alamiah maupun social. Tujuan tersebut relevan dengan isi pembukaan UUD 1945.

Bangsa Indonesia dalam pendayagunaan BMI bercita-cita mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, modern, mandiri, dan unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi kebumian, teknologi kelautan dan teknlogi kedirgantaraan. Denga demikan hal terpenting dari isi BMI adalah pendayagunaan BMI didasarkan pada persaatuan dan kesatuan, kesejahteraan dan keamanan, serta konsultasi dan kerjasama.

(9)

bangsa yang luhur dan terpuji. Tatalaku lahiriah tercermin dalam tata pencernaan, tata pelaksanaan dan tata pengawasan peyelenggaraan dan pengaturan BMI yang berdasarkan kesejahteraan dan keamanan, konsultasi dan kerjasama.

Tata laku selain mempengaruhi pembentukan aspirasi masyarakat dalam pendayagunaan BMI, juga merupakan perwujudan segenap potensi, sumberdaya dan sarana, baik kemapuan fisik maupun nonfisik yang dimilki bangsa. Untuk itu geopolitik BMI harus senantiasa memperhatikan cirri-ciri dan kondisi serta konstalasi geografi dan geologisnya, serta perkembangan lingkungan strategis, baik lingkup nasional maupun internasional.

Pendayagunaan BMI merupakan wahana untuk menampung, menyalurkan, memproses dan mengaktualisaasikan tuntutan aspirasi seluruh bangsa Indonesia. Kebijaksanaan yang merupakan cerminan aspirasi bangsa, selain diarahkan pada pencapaian tujuan dan perwujudan cita-cita bersama, juga di arahkan untuk makin memperkuat pendayagunaan BMI dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan serta meningkatkan ketahanan nasional bangsa Indonesia.

D. Batas-batas Yuridiksi Wilayah Laut dan Udara Indonesia 1. Wilayah Laut

Sesuai dengan konveksi hokum laut 1982, Indonesia memiliki rejim laut yang dibedakan berdasarkan derajat dan tingkat kewenangan dalam kaitannya dengan pegelolaan sumberdaya kelautan, baik bagi Indonesia sendiri Mupun dengan negara tenagga. Secaraa prinsip rejim laut tersebut meliputi empat bagian yaitu:

a. Wilayah laut dengan hak penuh bagi Indonesia atau dikenal sebagai wilayah kedaulatan Indonesia yang meliputi Laut Pedalaman, Laut Nusantara, dan Laut Territorial.

b. Wilayah laut dengan hak berdaulat atas kekayaan alam yang terkandung serta memilki kewenangan untuk mengatur hal-hal tertentu yang meliputi wilayah perairan Zona Tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan landas kontinen. c. Wilayah laut dimana Indonesia memilki kepentingan namun tidak memiliki

kedaulatan wilayah maupun kewenangan dan hak berdaulat atas laut tersebut, meliputi wilayah perairan laut lepas dan dasar laut internasional di uar landas kontinen Indonesia.

d. Wilayah laut dengan hak kedaulatan penuh berarti di wilayah Indonesia memiliki kedaulatan mutlak atas ruang udara dan dasar laut serta tanah dibawahnya, yang meliputi:

(10)

Merupakan bagian dari wilayah perairan nusantara, pada wilayah ini Indonesia memilki kedaulatan mutlak dan kapal-kapal asing tidak mempunyai hak lintas. Ketentuan mengenai penetapan perairan pedaalaman telah diatur dalam konvensi hokum laut 1982, namun hingga saat ini Indonesia belum menetapkan perairan pedalaman tersebut.

 Perairan nusantara

Bagian luar perairan pedalaman adalah perairan kepulauan (nusantara). Wilayah perairan ini dapat dipahami sebagai laut yang terletaj di antara pulau, dibatasi atau dikelilingi oleh garis pangkal, tanpa memperhatikan kedalaman dan lebar laut tersebut. Pada wilayah perairan nusantara ini, kapal asing memiliki hak lintas berdasarkan prinsip lintas damai dan bagi kepentingan pelayaran internasional kapal asing juga mempunyai hak lintas melalui sea lanes atau lebih dikenal sebagai Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Indonesia telah menetapkan 3 ALKI berdasaarka PP No. 37 Tahun 2002. Adanya hak lintas kapal asing berdasarkan prinsip lintas damai dan lintas ALKI ini, membedakn antara hak dan kewenagan antara perairan pedalaman dengan perairan nusantara.

 Perairan territorial

Adalah wilayah perairan di luar perairan nusantara yang lebarnya tidak lebih dari 12 mil laut diukur dari garis pangkal. Di wilayah laut ini, Indonesia memilki hak kedaulatan penuh. Seperti halnya yang berlaku pada perairan nusantara, kapal-kapal asing memilki hak lintas damai dan hak lintas melalui ALKI yang merupakan kelanjutan ALKI yang telah ditetapkan pada perairan nusantara.

Jenis wilayah yang lain bagi sebuah negara kepulauan meliputi wilayah laut dengan hak berdaulat atas kekayaan alam yang terkandung serta memiliki kewenangan unutn mengatur hal-hal tertentu yang mencakup:

a. Zona Tambahan

(11)

b. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)

Konvensi Hukum Laut 1982 pasal 55 dan 56 ayat 1a menyebutkan bahwa ZEE adalah suatu daerah di luar dan berdampingan dengan laut territorial, lebar zona ini tidak lebih dari 200 mil laut dari garis pangkal. Di perairan ZEE, Indonesia memilki hak berdaulat atas eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan pegelolaan sumberdaya alam, baik hayati maupun nonhayati yang terdapat di kolom air. Hak berdaulat lainnya adalah berkenan dengan kegiatan untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi ekonomi pada zona tersebut, seperti produk energy dari air, arus dan angin. Disamping itu Indonesia juag memilki kewenangan untuk memelihara lingkungan laut, mengatur dan mengizinkan penelitian ilmiah kelautan, serta memberikan izin pembanguna pulau buatan, instalasi dan bangunan laut lainnya.

c. Landas Kontinen

Konvensi hokum laut 1982 telah menetapkan baha landa kontinen dangan penegrtian yurudis adalah kewenangan suatu negara pantai atau kekayaan alam yang terkandung di dasar laut dan tanah di bawahnya dari daerah di bawah permukaan yang terletak di luar laut territorial, sepanjang kelanjutan alamiah daratannya hingga pinggiran luar tepian kontinen tidak mencapai jarak tersebut (pasal 76 ayat 1). Selanjutnya negara pantai memiliki kesmpatan untuk menetapkan batasan luar landas kontinen lebih dari 200 mil di ukur dari garis pangkal dengan ketentuan sebagai berikut

1) Lebar maksimum tidak boleh lebih dari 350 laut diukur dari garis pangkal 2) Tidak melebihi 100 mil laut diukur dari garis kedalaman 2.500 m.

3) Tidak melebihi lebar 60 mil laut dari kaki lereng kontinen.

4) Garis terluar dengan titik ketebalan batu endapan adalah paling sedikit 1% dari jarak terdekat antara titik-titik terluar dari kaki lereng kontinen.

Ketetntuan di atas mengisyaratkan bahwa dalam penetapan batas landas kontinen, Indonesia memiliki kepentingan menyangkut.

 Batas landas kontinen dengan negara tetangga yang berhadapan atau berdamping yang dilakukan dengan persetujuan atas dasar hokum internasional

 Batas landas kontinen hingga 200 mil dari garis pangkal

 Kemungkinan data di ajukannya batas landas kontinen di luar 200 hingga maksimal 350 mil laut dari garis pangkal 100 mil laut dari garis kedalaman 2.500 m.

(12)

Di wilayah perairan laut lepas di luar batas ZEE Indonesia memilikin dua kepentingan. Pertama, di kolom air dalam kaitannya dengan penhelolaan sumberdaya hayati dan untuk menjaga kelestarian sumberdaya tersebut. Pasal 63 dan 64 Konvensi Hukum Laut 1982 menetapkan adanya keterkaitan yang erat antara penegeloalaan dan eksploitasi kekayaan hayati di ZEE dan di laut lepas luarnya.

Pengaturan ini khususnya menyangkut jenis perikanan mengembara dan berimigrasi secar jauh sperti Tuna. Dalam kaintannya ini, Indonesia memiliki kepentingan /secar pro aktif dalam mengelola perikanan di laut lepas terutama di kawasan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Kedua, di daerah dasar laut dan tanh di bawahnya di luar batsa landas kontinen, terdapat daerah dasar laut internasional yang penegeloalaannya dilakukan oleh Badan Otorita Dasar Laut Internasional yang berkantor di Kingston, Jamaica. Indonesia memiliki kepentingan untuk aktif memantau perkembangan iptek penambahan dan prosesing mineral di dasar laut di luar landa kontinen.

2. Wilayah Udara

Seperti halnya wilayah laut, wilayah udara Indonesia memilik ruang dirgantaranya yang luas, apalagi berada di bawah khatulistiwa yang memilik jalur Geostationary Orbit (GSO) dan batas ruang udara dan ruang antariksa ditetapkan 100/110 km.

Tentang batas wilayah udara suatu negara yang menyangkut pula kedaulatan udaranya hingga saat ini masih belum ada kesepakatan. Walaupun demikian sebagai pegangan adalah dua tentang kedaulatan udara sebagai berikut

a. Teori udara bebas

Teori udara bebas terbagi atas dua aliran yaitu:

1) Kebebasan ruang udara tanpa batas, ruang udara dapat digunakan siapapun dan tak satupun negara berdaulat terhadapnya

2) Kebebasan udara terbatas, yang dalam hal ini terbagi dua juga yakni

 Negara kolong atau negara bawah yang berhak mengambil tindakan tertentu dalam memelihara keamanan

 Negara kolong hanya mempunyai hak terhadap wilayah udara zona territorial tertentu.

b. Teori negara berdaulat di udara

Mengenai penentuan ketinggian wilayah udara suatu negara dijelaskan oleh beberap teori sebagai berikut.

(13)

b. Teori Cooper yang menyatakan bahwa ketinggian wilayah udara suatu negara ditentukan oleh kemapuan teknologi negara itu menguasai wilayah udara yang ada di atas wilayahnya.

c. Teori Schachter yang menyatakan bahwa batas ketinggian wilayah udara sautu negara adalah 30 km atau sampai dengan balon dan pesawat dapat mengapung dan diterbangkan

Cara mengukur batas wilayah udara secara vertical adalah dengan menarik garis lurus dari puasat bumi menyinggung garis batas wilayah negara terus ke angkasa. Dengan cara ini menjadikan wilayah udara semakin ke atas semakin luas berbentuk kerucut terbalik.

Wilayah udara Indonesia merupakan sumberdaya alam terbatas yang domanfaatkan untuk kepentingan manusia pada umumnya dan kepentingan bangsa Indonesia sendiri pada khususnya. Terutama bahwa Indonesia adalah negara khatulistiwa, dengan demikian wilayah ruang aangkasa Indonesia memiliki GSO untuk meletakkan satelit komunikasi agar satelit tersebut berada pada posisi tetap di ruang angkasa terhadpa bumi. Berdasarkan deklarasi Bogota pada tahun1976 telah diidentifikasi panjang garis khatulistiwa Indonesia adalah 6.110 km, GSO Indonesia 9.997 km atau 12,5% keliling GSO.

Tapi untuk memperoleh aktualisasi BMI seperti yang dijelaskan di atas secara umum masih ada tiga kendala utamanya, yaitu

(14)

dunia yang sedang bergulat dalam persaingan ekonomi dan menggunakan segala cara untuk unggul dan memenangkan persaingan itu.

b. Meskipun segala perairan yang ada di Benua Maritim Indonesia merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia, namun dalam kenyataan mayoritas bangsa Indonesia lebih berorientasi kepada daratan saja dan kurang dekat kepada lautan. Itu dapat dilihat pada rakyat di pulau Jawa yang merupakan lebih dari 70 persen penduduk Indonesia. Tidak ada titik di pulau Jawa yang melebihi 100 kilometer dari lautan. Dalam zaman dulu sampai masa kerajaan Majapahit dan Demak mayoritas rakyat Jawa adalah pelaut. Akan tetapi sejak sirnanya kerajaan Majapahit dan Demak rakyat Jawa telah menjadi manusia daratan belaka yang mengabaikan lautan yang ada di sekitar pulaunya. Titik berat kehidupan adalah sebagai petani tanpa ada perimbangan sebagai pelaut. Juga dalam konsumsi makanannya ikan dan hasil laut lainnya tidak mempunyai peran penting. Gambaran rakyat Jawa itu juga terlihat pada keseluruhan rakyat Indonesia, yaitu orientasi ke daratan jauh lebih besar ketimbang ke lautan. Untung sekali masih ada perkecualian, yaitu rakyat Bugis, Buton dan Madura dan beberapa yang lain, yang dapat memberikan perhatian sama besar kepada daratan dan lautan. Menghasilkan tidak saja petani tetapi juga pelaut yang tangguh. Gambaran keadaan umum rakyat Indonesia amat bertentangan dengan kenyataan bahwa luas daratan nasional adalah sekitar 1,9 juta kilometer persegi, sedangkan wilayah perairan adalah sekitar 3 juta kilometer persegi. Apalagi kalau ditambah dengan zone ekonomi eksklusif yang masuk wewenang Indonesia. Selama pandangan mayoritas rakyat Indonesia terhadap lautan belum berubah, bagian amat besar dari potensi nasional tidak terjamah dan karena itu kurang sekali berperan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa. Malahan yang lebih banyak memanfaatkan adalah bangsa lain yang memasuki wilayah lautan Indonesia untuk mengambil kekayaannya.

(15)

yang memungkinkan komunikasi yang makin canggih dengan memanfaatkan ruang angkasa yang terbentang di atas wilayah Nusantara.. Ini sangat penting untuk pembangunan dan pemantapan kebudayaan nasional, khususnya melalui televisi. Namun untuk itu diperlukan biaya yang memadai.

E. Pembangunan Benua Maritim Indonesia

Pembangunan Benua Maritim Indonesia pada hakekatnya adalah pembangunan nasional yang lebih menekankan pemanfaatan unsur maritim dan dirgantara. Pengertian ini lahir Tahun 1966 setelah dicanangkan sebagai Tahun Bahari dan Dirgantara oleh Presiden Republik Indonesia. Pembangunan Maritim Indonesia pada dasarnya adalah bagian Integral dari pembangunan Nasional dalam pendayagunaan dan pemanfaatan lautan Indonesia untuk mencapai cita – cita nasional.

Pembangunan Benua Maritim Indonesia memandang daratan, lautan dan dirgantara, serta segala sumberdaya di dalamnya dalam suatu konsep pengembangan sehingga hal ini merupakan salah satu wujud aktualisasi Wawasan Nusantara yang telah menjadi cara pandang bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang – undang Dasar 1945.

Pemikiran pembangunan Maritim Indonesia dilandasi oleh kenyataan bahwa:

1. Lautan merupakan bagian terbesar wilayah RI dan merupakan factor utama yang harus dikelola dengan baik guna mewujudkan cita – cita nasional.

2. Pengelolaan aktivitas pembangunan laut harus bersifat integral.

Dalam menyusun rencana dalam melaksanakan pembangunan maritime kita menghadapai empat kendala utama, berikut :

1. Mental attitude dan semangat cinta bahari masih lemah.

2. Techno structure dan struktur nasional ekonomi maritime belum siap. 3. Peraturan dan perundangan belum mendukung.

4. Kelembagaan yang juga belum mendukung.

F. Keadaan dan Masalah Maritim Indonesia

(16)

sehingga berbagai kendala tak pernah dapat diatasi secara tuntas, terutama yang menyangkut upaya memelihara langkah dan keterpaduan pembangunan.

Pembanguunan maritim memerlukan sistem pengelolaan terpadu, yaitu sistem pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan lautan. Dalam pengelolaan ini berbagai masalah akan muncul, berbagai konflik akan terjadi yang disebabkan oleh adanya degradasi mutu dan fungsi lingkungan hidup yang antara lain disebabkan karena musnahnya hutan bakau, rusaknya terumbu karang, abrsi pantai, intrusi air laut, pencemaran lingkungan pesisir dan laut serta perubahan iklim global. Berbagai masalah tersebut berakar dari :

1. Masing–masing pelaku pembangunan dalam menyusun perencanaanya sangat terikat pada sektornya sendiri tanpa adanya sistem koordinasi baku lintas sektor. 2. Belum adanya lembaga yang berwenang penuh baik di pusat maupun di daerah yang

memepunyai wewenang penentu dalam pembangunan maritim secara utuh.

3. Belum lengkapnya peraturan perundang–undangan yang mengatur kewenangan pengelolaan sumberdaya maritime.

4. Belum lengkapnya tata ruang yang mencakup wilayah pesisir laut dan laut nasional yang dapat dijadikan sebagai induk perencanaan bagi daerah.

Untuk dapat menjamin efektifitas pembangunan maritime berbagai masalah tersebut harus dapat diatasi secara tuntas, paling tidak yang terkait dengan ;

1. Penataan perundang – undangan dalam pengelolaan pembangunan maritim yang bersifat lintas sektoral

2. Pembentukan wadah untuk penyusunan dan penerapan mekanisme perencanaan dan pengawasan terpadu, pengelolaan yang dikoordinasikan serta pengendalian yang sinkron

3. Penciptaan dan peningkatan sumberdaya maritim yang handal dan professional 4. Penataan perundang – undangan disertai upaya penegakan peraturan hukum yang

konsisten

5. Penetapan tata ruang maritim diserta pola pengelolaan, pemanfatan dan pendaya gunaanya

6. Sistem pengumpulan dan pengolahan informasi maritime yang dapat diakses secara luas

(17)

8. Pembentukan wadah untuk menyuburkan upaya penelitian dan pengembangan maritime untuk dapat mempermudah penerapan ilmu dan teknologi kelautan, utamanya bagi nelayan tradisional.

Berbagai kendala umum yang muncul dalam rangka pemanfaatan laut wilayah nusantara untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, terkait dengan fungsi dan kedudukan laut berikut :

1. Lautan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan dasar manusia, pemanfaatn laut terutama sebagai sumber pangan belum optimal. Pemanfaatan perikanan baru sekitar 35% dari potensi yang ada. Masalah yang dihadapi adalah kualitas tenaga kerja dalam eksploitasi dan budidaya laut masih kurang. Jumlah dan tingkat tekhnologi saraana penangkapan dan pengolahan masih perlu ditingkatkan

2. Lautan dan dasar laut sebagai sumber bahan dasar sumber energy. Berbagai mineral dan baahan baku industry letaknya pada laut yang kedalamannya lebih dari 200 m. Masalah yang dihadapai dalam memanfaatkan laut sebagai sumber bahan baku dan sumber energy adalah kurangnya tenaga ahli dan terampil yang mampu mengeksplorasi dan mengeksploitai sumber – sumber tersebut di laut dalam, disamping permaslahan permodalannya.

3. Lautan sebagai medan kegiatan industri. Pemanfataan laut sebagai medan kegiatan industri belum efektif dan efisien. Masalahnya anatara lain adalah belum meratanya kegiatan industri

4. Laut sebagai tempat bermukim dan bermain. Pemanfaatan laut sebagai tempat bermukim bagi sebagian suku laut seperti suku badjo, suku anak-laut, belumlah diatur dan dikelola dengan baik, Demikian halnya laut sebagai tempat bermain/olah raga sperti selancar, diving, ddsb.

5. Laut sebagai badan Hankanmas. Bidang Hankanmas sangat dominan pada laut sebagai media penting dalam kegiatan Hankanmas. Permasalahan yang dihadapi adalah terbatasnya sarana untuk pertahanan yang dihadapi adalah terbatasnya sarana untuk pertahanan dan keamana di laut.

(18)

Saat ini dapat didefiniskan bahwa sedikitnya terdapat 12 unsur pembangunan maritime yang terdiri dari ; perikanan, perhubungan laut, industri maritime, pertambangan dan energy, pariwisata bahari, tenaga kerja kelautan, pendidikan kelautan, masyarakat bahari dan desa pantai, hukum tata kelautan, penerangan bahari, survei-pemetaan dan iptek kelautan, dan sumber daya alam dan lingkungan hidup laut dan pantai. Namun didasarkan pada asas maksimal, lestari, daya saing, prioritas, bertahap, berlanjut dan konsisten, maka terdapat lima elemen utama yang keadaan dan masalah masing – masing adalah sebagai berikut ;

1. Perikanan. Diperkirakan potensi perikanan laut Indonesia mencapai 6,7 juta ton/th namun baru bisa dimanfaatkan 2,3 juta ton/tahun (~45%) dan di berberapa tempat terjadi overfishing. Sementara ini belum ada manajemen sumber daya yang jelas dan pembangunan perikanan belum didasarkan pada system agribisnis.

2. Perhubungan laut. Saat ini tenaga kerja yang terserap dalam perhubungan laut sekitar 2,5 juta (~2% dari jumlah penduduk Indonesia) yang tersebar dalam aspek angkutan laut, kepelabuhan dan keselamatan pelayaran, keadaan terakhir menunjukkan adanya peningkatan hasil pembangunan yang dapat diangkut melalui laut, Smeentara itu asa cabotage tidak bisa berjalan dengan baik karena berbagai alasan. Karena berbagai sebab daya saing pelayaran nasional sangat rendah dan peranannya semakin tahun terus menerus. Kemampuan manajemen pelabuhan juga sangat terbatas sehingga menimbulkan biaya tambahan.

3. Industri maritim. Industri maritim bersifat padat modal, bertekhnologi tinggi dan padat karya, namun di pihak lain jangka waktu kembali modalnya lama. Kondisi global tidak memungkinkan industri maritime berkembang, dan dalam batas – batas tertentu kita belum menguasai teknologi untuk meningkatkan daya saing. Pembeli dalam negeri masih langka mengingat tingkat suku bunga yang itnggi dan belum adanya rangsangan berupa insentif khusus. Dukungan industri penunjang sangat penting namun masih lemah

(19)

besi, emas, perak, timah, nikel, tembaga clan zink telah diketahui keberadaanya di pasar perairan RI. Tenaga ahli, iptek dan permodalan masih kurang. Kekayaan tambang adan energi juga memiliki oleh negara lain yang mungkin akan menjadi pesaing kita.

5. Pariwisata bahari. Secara umum kepariwisataan RI maju pesat, namun khusus pariwisata bahari masih sangat tertinggal. Sesuangguhnya potensi pariwisata bahari yang belum tergali sangat tinggi. Kendala umum dalam pengembangan pariwisata bahari adalah ketidak jelasan peraturan dan perundangan yang menimbulkan hambatan biokratis dan sementara ini SDM dan modal masih dangat terbatas.

G. Pembangunan Maritim Indonesia Jangka Panjang

Tujuan pembangunan maritim Indonesia pada hakekeatnya adalah bagian integral dari tujuan pembangunan nasional dengan lebih memanfaatkan unsur maritim. Sedangkan sasaran pembangunan Maritim Indonesia adalah terciptanya kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang mandiri serta mamapu mentransformasikan potensi maritim menjadi kekuatan maritim nasional melalui serangkaian pembangunan nasional yang dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.

Dalam PJP II Pembangunan Maritim Indoneisa dilakukan secara bertahap, dengan waktu yang masih tersisa 4 pelita (20 tahun) pertahapannya dilakukan sebagai berikut : 1. Pelita VII penekanan dilakukan pada perikanan dan pariwisata bahari dengan tanpa

mengesampingkan pengembangan sumberdaya manusia dan iptek maritim yang sesuai,

2. Pelita VIII penekanan diletakkan pada perikanan, perhubungan laut dan pariwisata bahari sering dengan pengembangan Iptek dan SDM yang diperlukan.

3. Pelita IX penekanannya diletakkan pada perhubungan laut, pariwisata bahari seiring dengan peningkatan iptek dan SDM

4. Pelita X penekanan diletakkan pada pertambangan dan energy seiring dengan pengembangan SDM dan iptek yang diperlukan

Khusus dalam pelita VII, kelima elemen pembangunan Maritim Indonesia diarahkan pada :

(20)

dan petani ikan tradisional. Pemeliharaan dan perbaikan kualitas lingkungan yang menjadi tempat hidup ikan terus dilakukan agar dicapai kelestarian dan peningkatan produksi ikan dan budidaya laut. Kualitas SDM dan iptek terus ditingkatkan agar memiliki daya saing yang tinggi dalam era globalisasi.

2. Saran dan prasarana perikanan yang antara lain terdiri dari pelabuhan pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan terus ditingkatkan. Pembangunan perikanan harus dapat mengupayakan terjalinannya kemitraan besar-kecil-koperasi. Kelembagaan dan perundangan perlu ditata dan diatur ulang. Perlu dikembangkan Pusat data dan infromasi Kelautan Nasional yang dapat memberikan data dan informasi secara terus menerus kepada para penggunan baik nelayan kecil maupun perusahan besar.

3. Perhubungan laut. Dibidang angkutan laut diperlukan minimal 900 buah kapal 3500 DWT untuk pelayaran domestic, sedang untuk pelayaran luar negeri diperlukan 36 unit kapal masing-masing 48.000 DWT. Dibidang kepelabuhan diupayakan pembangunan dan peningkatan pelabuhan peti kemas, dermaga pelayaran rakyat dan pelayaran perintis seiring dengan perkembangan muatan. Dibidang keselamatan pelayaran dilakukan pembangunan fasilitas bantu pelayaran, vessel traffic, kapal navigasi, stasiun radio pantai, kesyahbandaran, pengerukan alur, SAR dan sebagainya. Sistem baku navigasi dan komunikasi maritime ditingkatkan dan dikembangkan untuk meningkatkan keselamatan pelayaran.

4. Industri maritim. Kemampuan beli perusahaan pelayaran nasional terhadap produksi industri maritime dalam negeri terus ditingkatkan anatara lain dengan pemberian insentif atau tax holiday. Sementara itu, lembaga koordinasi yang mampu menyelesaikan problematic antar instansi terkait terus dikembangkan.

5. Pertambangan dan Energi. Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi mineral, minyak dan gas kepas pantai terus ditingkatkan hingga diperolehnya cadangan – cadangan baru migas dan bahan tambang serta energy alternative dari laut. Kandungan local dalam kegiatan pertambangan baik yang berupa modal, SDM, iptek, sarana litbang dan piranti lunak terus ditingkatakan. Koordinasi antar instansi terkait terus dikembangkan.

(21)

Pemberian muatan bahari dalam program pendidikan dan pelatihan pariwisata terus diupayakan, dan perarian swasta dalam pariwisata bahari terus diitngkatkan.

(22)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

a. Benua Maritim Indonesia (BMI) adalah wilayah perairan dengan hamparan pulau – pulau didalamnya, sebagai satu kesatuan alamiah antara darat, laut dan udara di atasnya tertata unik dengan sudut pandang iklim dan cuaca keadaan airnya, tatanan kerak bumi, keragaman biota serta tatanan sosial budaya.

b. BMI mempunyai kempleksitas dalam karakteristik cuaca dan iklim, keadaan perairan laut, serta tatanan kerak bumi yang menyebabkan perbedaan potensi sumberdaya alam hayati dan nonhayati dengan massa (bneua) lainnya.

c. Dimensi Benua Maritim Indonesia terbagi atas: a) Dimensi Kewilayahan

b) Dimensi Kehidupan Nasional d. Batas-batas yuridiksi terbagi atas:

a) Wilayah Laut b) Wilayah Darat

e. Pembangunan Benua Maritim Indonesia memandang daratan, lautan dan dirgantara, serta segala sumberdaya di dalamnya dalam suatu konsep pengembangan sehingga hal ini merupakan salah satu wujud aktualisasi Wawasan Nusantara yang telah menjadi cara pandang bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang – undang Dasar 1945.

f. Pembangunan Maritim Indonesia harus dapat menggali potensi maritim untuk membulatkan akselarasi pembangunan nasional yang diselenggarakan. Kenyataanya selama ini potensi maritim belum mendapatkan prioritas penangan secara proporsional sehingga berbagai kendala tak pernah dapat diatasi secara tuntas, terutama yang menyangkut upaya memelihara langkah dan keterpaduan pembangunan.

(23)

manusia dan masyarakat Indonesia yang mandiri serta mamapu

mentransformasikan potensi maritim menjadi kekuatan maritim nasional melalui serangkaian pembangunan nasional yang dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.

B. Saran

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Kemaritiman Indonesia. http://sayidiman.suryohadiprojo.com/. Diakses pada tanggal 8 Oktober 2014 pukul 22.00 wita

Anonim. 2011. Kendala Pengelolaan Kelautan.Http://wahyuan.wordpress.com

Diakses pada tanggal 8 Oktober 2014 pukul 22.00 wita

Dahuri, Rokhmin dan Jacob Rais. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Guan, John. 1997. Keahlian Pelaut dan Ilmu Pelayaran. Bandung : Tarsito

(25)

MAKALAH WAWASAN SOSIAL

BUDAYA MARITIM

PEMBANGUNAN BENUA MARITIM INDONESIA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

M11114303 Asri Yushari Yahya

M11114304 Nurlaela Burhanuddin

M11114305 Fatwa Fathurachmat

M11114306 Ratu. M. Sandabunga

M11114307 Rina Yanti Payangan

M11114308 Sukriati Andesti Lamanda

M11114309 Icuk Sugiarto Sesa A

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

(26)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Benua Maritim Indonesia”

Terselesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak yang telah memberikan kepada penulis berupa motivasi, baik materi maupun moril. Oleh karena itu, penulis bermaksud mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang tak dapat saya sebutkan satu persatu, semua yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum mencapai kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 8 Oktober 2014

Referensi

Dokumen terkait