• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH SASTRA ARAB PADA MASA MODERN ASH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEJARAH SASTRA ARAB PADA MASA MODERN ASH"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH SASTRA ARAB PADA MASA MODERN

(‘ASHR AL

-HADITS)

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Tarikh Adab

yang dibina Oleh Bapak Ibnu Samsul Huda,S.S, M. A.

Disusun oleh:

Mufidatul Ilmi Muyassarah 110231415532 Amaria Ifada 110231415533 Syamsul Arifin 110231415538 Zaenal Baroza 110231415561 Nurul Hakimah 110231415565

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sastra Arab merupakan karya sastra yang penting dan menarik untuk dikaji baik secara historis ataupun kritik yang dapat memberikan pengetahuan bagi para pembacanya. Pada awal perkembangan sastra arab modern, marak terjadi gelombang migrasi orang-orang arab ke negara lain, seperti ke wilayah Amerika, Australia dan Eropa. Tidak hal itu cukup menimbulkan dilema seperti: apakah sastra arab itu identik dengan karya sastra orang arab saja, atau karya sastra arab yang dihasilkan oleh orang non-arab ataukah karya sastra orang arab yang tinggal di negara non arab (Ichsan:2012).

Sutiasumarga,(2001:114-117) mengatakan ”Kesusastraan arab modern bercermin pada suasana hidup yang kontemporer dalam semua aspeknya dan

manifestasinya yang beraneka ragam”. Adanya pengaruh barat yang menyebabkan

banyaknya penyair-penyair yang menganut aliran-aliran sastra, seperti romantisme, realisme, surealisme, simbolisme, analisis lirik, eksistensialisme, ekspresionalisme dan regionalisme dalam tingkat yang berbeda. Apakah pengaruh ini terletak pada subyek dan isinya ataukah dalam bentuk dan gayanya.

(3)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana asal muasal dan kondisi sastra arab pada masa modern? 2. Bagaimana keadaan bangsa arab pada masa modern?

3. Bagaimana karakteristik sastra arab pada masa modern? 4. Apakah pengertian sastra arab diaspora ?

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Asal Muasal dan Kondisi Sastra Arab pada Masa Modern

Sejarah kesusastraan Arab Modern dimulai dari akhir Perang Dunia Pertama, khususnya mulai dari tahun 1920, yaitu ketika lepasnya beberapa Negara Arab dari pemerintahan kolonialisme. Pertama-tama adalah Irak yang merdeka menjadi sebuah kerajaan pada tahun 1921, kemudian Mesir yang berhasil memproklamasikan sebuah konstitusi baru, yaitu pada tahun 1923, setelah pemerintah Inggris berakhir pada tahun 1922, lalu Libanon yang berhasil mendeklarasikan dirinya sebagai Negara Republik pada tahun 1926, dan setelah itu, negara-negara Arab lainnya (Sutiasumarga,2000:113).

Kesusastraan Arab pada masa Modern lebih kaya, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya dibandingkan dengan masa Kebangkitan.Tema-temanya lebih bervariasi dan pada masa Modern dan orang Arab lebih terbuka terhadap pengaruh-pengaruh eksternal, baik dari Timur maupun dari Barat. Terjemahan karya-karya sastra dari para pengarang dan penyair besar masa klasik dan modern dapat diperoleh orang-orang Arab dalam kemasan yang bagus dan kuat. Minat universitas-universitas di Eropa dan Amerika terhadap kesusastraan Arab modern sama baiknya dengan universitas-universitas Arab(Sutiasumarga,2002:113).

(5)

B. Keadaan Bangsa Arab pada Masa Modern

Kata "Arab" biasanya langsung mengingatkan kita pada orang-orang Badui berjubah putih yang mengarungi gurun dengan unta mereka. Bahasa Arab (ةيبرعلا ةغللا al-lughah al-‘Arabīyyah, atau secara ringkas يبرع‘Arabī) adalah salah satu bahasa Semitik Tengah, yang termasuk dalam rumpun bahasa Semitik dan berkerabat dengan bahasa Ibrani. Bahasa Arab memiliki lebih banyak penutur daripada bahasa-bahasa lainnya. Ia dituturkan oleh lebih dari 280 juta orang sebagai bahasa pertama, yang mana sebagian besar tinggal di Timur Tengah dan Afrika Utara. Bahasa ini adalah bahasa resmi dari 25 negara, dan merupakan bahasa peribadatan dalam agama Islam karena merupakan bahasa yang dipakai oleh Al-Qur'an(wikipedia:2012).

Terdapat dua ratus juta orang Arab yang mendominasi populasi di 22 negara. Negara yang termasuk kawasan Timur-Tengah secara harfiah adalah daerah-daerah negara berikut: Suriah, Lebanon, Palestina, Mesir, Arab Saudi, Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, Irak, Kuwait. Negara-negara kawasan Afrika Utara juga diikutsertakan, seperti: Maroko, Aljazair, Libya, Tunisia, Mauritania, Sahara Barat, Sudan, Ethiopia, Somalia, Iran, Pakistan dan Turki(wikipedia: 2012).

Salah satu karakteristik yang pasti adalah rasa bangga menjadi orang Arab. Semua aspek fisik, geografis, dan agama mereka sangat beraneka ragam; namun demikian, kefasihan dalam berbicara arab (atau dialek arab) dan kecintaan terhadap budaya warisan Arab mungkin adalah dua hal paling penting. Di zaman modern ini seseorang dianggap bangsa Arab jika memenuhi 3 syarat yaitu adanya hubungan genealogi, bahasa dan politik(Shofiq:Ahira_online:2012).

1. Kondisi Sosial Budaya

Di dunia Arab modern, nilai-nilai tradisional sudah berubah. Hal ini

disebabkan oleh urbanisasi, industrialisasi, dan berkurangnya suku-suku yang ada. Kini, hanya 5% dari orang Arab modern yang tinggal di gurun sebagai

(6)

masyarakat modern mengikuti pola kehidupan, cara, ukuran, dan konsep Barat, termasuk teori, partai, perspektif pemikiran ideologis, dan politiknya. Masyarakat modern merupakan cetak biru masyarakat Barat, sehingga pertumbuhan dan perkembangan mereka meninggalkan model masyarakat tradisional, bahkan berlawanan (Syofiq:Ahira_online: 2012).

2. Kondisi Ekonomi

Syofiq(Ahira_Online: 2011) berkata dalam artikelnya yang berjudul Tipologi Masyarakat Arab Konteporer bahwa terdapat dua komunitas pedagang, yaitu komunitas pedagang masyarakat tradisional dan komunitas pedagang masyarakat modern. Pada masing-masing komunitas tersebut, terdapat kelompok pedagang kecil, menengah, dan besar. Ada yang menempati bazar-bazar, pasar-pasar tradisional, gang-gang, dan perkampungan. Ada pula yang menempati kawasan elit. Sebagian besar Negara-negara Arab adalah Negara berpadang pasir, dan makmur. Negara-negara seperti Arab Saudi, Mesir, Iran penghasilan terbesar mereka adalah dari tambang minyak bumi.

Ahira berkata dalam artikelnya yang berjudul Perekonomian Arab Saudi, Seperti dapat diketahui Negara Arab Saudi adalah sebagai salah satu negara dengan kandungan minyak bumi terkaya di dunia yang diikuti oleh Iran. Tapi tidak semua Negara-negara Arab adalah Negara makmur, seperti yang dapat kita kethui Negara Irak adalah salah satu Negara arab yang nasibnya tidak seberuntung Arab Saudi dan Iran.

3. Kondisi Agama

(7)

Hubal, Manat,Uzza dan Latta. Sebagian bangsa Arab juga menganut agama Yahudi sebagai keyakinan mereka (NN:2012).

C. Karakteristik Sastra Arab pada Masa Modern

Tidak diragukan lagi bahwa kesusastraan pada masa modern ini lebih kaya, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya dibanding dengan masa

kebangkitan. Tema lebih bervariasi dan pada masa modern orang-orang arab lebih terbuka terhadap pengaruh eksternal, baik dari timur maupun barat. Di

universitas-universitas telah diselenggarakan kuliah-kuliah atau penelitian-penelitian dalam bahasa arab dan para sastrawan tidak terbatas dari golongan kelas atas tapi juga dari semua golongan di masyarakat(Sutiasumarga, 2002:114)

Kesusastraan modern bercermin pada suasana hidup yang kontemporer dalam semua aspeknya dan manifestasinya yang beraneka ragam. Sastra prosa berhasil mengekspresikan suasana yang kontemporer dan menyebarkan isu-isu individu, keluarga, dan masyarakat. Sastra anak-anak, novel, drama, cerpen dan cerita detektif melimpah. Esai sastra dan bentuk-bentuk sastra lainnya memegang peranan penting dalam pembentukan kembali masyarakat modern secara bertahap melalui media massa, khususnya pers, radio, televisi, dan video(Sutisumarga, 2002: 114).

1. Prosa

Menurut Sutisumarga,(2002:115) Perkembangan prosa dalam kesusastraan arab dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu :

a. Prosa pada tahap permulaan pembaruan

Unsur-unsur pembaruan dalam prosa arab ini berkembang secara bertahap pada masyarakat arab, dengan ciri bahwa para pengarang sudah mulai

memperhatikan aspek pemikiran dan makna dalam tulisannya, kebiasaan

(8)

b. Prosa pada tahap pembaruan

Ciri-ciri prosa pada masa ini adalah lebih memperhatikan unsur pemikiran dari pada unsur gayanya, tidak banyak menggunakan kata-kata retoris seperti saja‟, tibaq, seperti pada masa sebelumnya. Pemikirannya runtun dan sistematis, penulis tidak keluar dari satu gagasan ke gagasan yang lain, pendahuluannya tidak panjang-panjang, tema cenderung pada tema yang sedang terjadi pada masyarakat, seperti masalah politik, sosial dan agama.

2. Puisi

Menurut Sutisumarga(2002: 117) Pada masa ini, puisi bebas menjadi lebih populer, dengan panjang yang bervariasi dan rima yang tidak mengikuti pola tertentu. Lariknya semakin pendek hingga ada yang hanya menggunakan dua atau tiga suku kata. Dari segi temanya, puisi pada masa ini dapat dibagi menjadi tiga bagian :

a. Tema-tema lama yang masih dipakai dan semakin banyak digunakan

1) Wasf (deskripsi) : tema lebih banyak berdiri sendiri dan memberikan gambaran tentang masalah yang menyangkut perasaan atau jiwa.

2) Fakhr (membanggakan diri) : yang diagung-agungkan dalam tema ini adalah tokoh-tokoh sejarah, terutama tokoh islam, dan bangsa-bangsa yang dijadikan contoh untuk membangkitkan semangat perjuangan.

3) Madah (puji-pujian) : Ditujukan pada para pejuang kemerdekaan dan kebangsaan.

4) Religius : Berisi puji-pujian terhadap Nabi Muhammad SAW.

b. Tema-tema yang mengalami sedikit perubahan, seperti :

1) Kritikan (Naqa’id) : Kritikan lebih banyak ditujukan pada persoalan orang banyak dan bahkan terhadap persoalan negara.

(9)

3) Ritsa (ratapan) : Digunakan untuk meratapi para pejuang yang telah gugur di medan perang, para pemimpin bangsa yang telah mangkat, dan bahkan untuk bangsa dan negara yang telah hancur.

4) Ghasal (cinta) : Tema cinta tampaknya merupakan tema yang universal dan ada sepanjang masa. Tema ini lebih terfokus pada nyanyian-nyanyian cinta yang melukiskan gelora perasaan jiwa.

c. Tema-tema yang baru muncul pada masa modern antara lain :

1) Patriotik : Tema yang berisi tentang rasa cinta dan kasih terhadap negara, tema tentang kebebasan, kemerdekaan dan penyatuan. Tujuan dari tema ini adalah untuk membakar semangat rakyat, mencetuskan rasa cinta kepada tanah air dan berkorban segala-galanya untuk negara.

2) Kemasyarakatan : Sesuai dengan kondisi masyarakat pada waktu itu yang baru saja lepas dari penjajahan, permasalahan kemiskinan, buta huruf, kesehatan, anak yatim, anak terlantar, kaum wanita menjadi masalah sosial yang disorot oleh para penyair pada masa ini.

3) Kejiwaan : Tema ini biasanya ditulis oleh para penyair yang pengetahuannya banyak dipengaruhi oleh kebudayaan barat dan para penyair yang tinggal di perantauan.Tema ini adalah tentang rintihan, keluhan jiwa dan hati, penderitaan dan kesengsaraan, serta harapan dan cita-cita.

4) Puisi Drama : Pada masa ini muncul sebuah tema baru yang kemudian dapat dianggap sebagai genre baru dalam kesusastraan arab.

Sementara itu jika dilihat dari segi bentuknya, puisi pada masa ini dapat dilihat bahwa ada penyair yang masih tetap menggunakan metrum secara keseluruhan, ada yang menggunakan puisi bentuk Andalusi, yaitu muwashshah, dan ada yang menggunakan bentuk bebas, tanpa terkait dengan

(10)

D. Sastra Arab Diaspora

1. Pengertian sastra arab mahjar(diaspora)

Dalam perkembangan sastra arab modern muncul istilah sastra arab mahjar(diaspora). Mahjar berasal dari kata hajara, yang artinya berpindah ke tempat lain atau menetap. Menurut Atho‟illah (2008: 210-211) kata diaspora itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti penyebaran. Dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian sastra arab mahjar(diaspora) yaitu sastra arab yang muncul dari sekelompok orang yang telah melalukan penyebaran diluar tanah airnya/ sastra arab rantauan. Rantauan disini maksudnya adalah orang Arab imigran yang singgah atau menetap di negara non arab kemudian menciptakan karya sastra; contohnya seperti masyarakat Arab yang pindah ke wilayah Amerika.

Atho‟illah (2008: 211) menjelaskan penyebutan ini tidak terbatas pada orang-orang yang lahir dinegara berbahasa arab kemudian melakukan emigrasi ke wilayah Amerika tetapi termasuk juga warga keturunan imigran yang lahir dan besar di Amerika, baik kedua orangtuanya berasal dari wilayah berbahasa arab maupun salah satu dari keduanya saja.

2. Sejarah pertumbuhan dan perkembangan sastra arab mahjar(diaspora)

Boosahda(dalam Atho‟illah, 2008:203) menjelaskan bahwa puncak imigrasi orang Arab dari ke wilayah Amerika terjadi mulai tahun 1880-1924 an. Kebanyakan dari mereka berusia mulai dari kanak-kanak hingga tiga puluh lima tahun. Selain itu, mereka datang dari berbagai macam profesi, dari mulai pedagang, montir, petani, penulis dan ada juga yang pergi dengan berbekal spekulasi.

Sejak awal terjadinya penyebaran masyarakat Arab ke wilayah Amerika terbagi menjadi 2 gelombang utama, yaitu:

a. Gelombang pertama berlangsung dari tahun 1870-an hingga Perang Dunia II.

Para imigran dari gelombang ini kebanyakan berasal dai Suriah, Lebanon yang mayoritas beragama kristen.

(11)

Para Imigran yang datang dari berbagai penjuru Arab, terutama wilayah Palestina, Lebanon, Suriah, Mesir, Irak, dan Yaman yang mayoritas beragama muslim (Suleiman,1999:203).

3. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya diaspora arab

Menurut Abidin(2001:254) mengemukakan beberapa alasan terjadinya diaspora arab, diantaranya:

a. Membebaskan diri dari tekanan politik.

b. Berkomunikasi dengan para misionaris yang memberikan harapan baru dalam kehidupan.

c. Mencari penghidupan yang lebih baik.

d. Kecenderungan penduduk Arab Syam(Syiria)yang suka bermigrasi.

4. Sarana pengembangan sastra arab mahjar(diaspora)

Orang-orang Arab berusaha untuk selalu mengenang negeri, budaya, dan bahasanya melalui karya sastranya. Dengan latar belakang pengalaman sosial, spiritual, dan tercampurnya budaya timur dan budaya barat mereka mempunyai rasa tersendiri dalam menciptakan karyanya walaupun komunitas terbatas di negara rantauan. Momentum berbesar setelah PD I adalah munculnya kelompok-kelompok sastrawan diantaranya(Atho‟illah,2008: 214) :

a. Ar-Rabitah Al-Qolamiyah

Kelompok ini terbentuk tahun 1920 di New York yang dipelopori oleh Gibran Kahlil Gibran. Mereka mempunyai tujuan untuk mengkonstribusikan dalam pembaharuan karya sastra bagi imigran Arab di Amerika Utara. Sastrawan dalam kelompok ini diantaranya adalah Kahlil Gibran, Mikhail Naimy, Elia Abu Madi, Nasib „Arib, Amin Al-Rihani, Rasyid Ayyub, dan Ilyas „Attallah. Para sastrawan tersebut menerbitkan karya satra mereka di majalah “al-Sa‟ih” yang terbit setiap tahun. Abidin(2001:254) mengatakan “selain itu juga ada kelompok lain bernama “Jami‟ah Al-Adab Al-Araby‟‟.

b. Al-Ushbah Al-Andalusiah

(12)

mempertimbangkan aspek diksi dan penggunakan bahasa sesuai kaidahnya. Sastrawan dalam kelompok ini diantaranya Syukrullah al-Jarr, Mikhail al-Ma‟luf, Rasyid al-Khuri, Ilyas Farhat dan Najib Ya‟kub. Kelompok ini telah menerbitkan majalah yang terkenal dengan nama Majallah al-„Usbah(Abidin, 2001:254).

5. Karakteristik Karya Sastra Arab Mahjar(diaspora)

Karakteristik sastra arab mahjar tidak terlepas dari pengaruh pengalaman hidup para sastrawannya baik secara politis, religius, sosiologis bahkan psikologis yang banyak mempengaruhi karya sastra arab diapora. Diantaranya faktor-faktor yang mempengaruhi dan merupakan suatu realitas yang dialami mereka, yaitu: a. Budaya timur dengan berbagai tradisi, kebiasaan, pandangan hidup dan

obsesinya dimana ia hidup bermigrasi.

b. Pengetahuan dan kajiannya yang luas tentang karya klasik arab, serta pengalaman kulturnya.

c. Rasa rindu terhadap negerinya yang penuh dilema baik politik maupun sosial. d. Pemahaman, kemahiran, pengetahuan dan emosinya yang baik terhadap bahasa

asing.

e. Pengaruh kebebasan, kemajuan budaya, sosial, politik negeri yang baru ditempatinya(Hambali:2009).

E. Sastrawan pada masa modern dan hasil karyanya

Banyak sastrawan Arab yang berkontribusi dalam perkembangnya kasusastraan arab, baik dari sastrawan Mesir, Irak, Libanon, bahkan juga dari Indonesia. Mereka menganut berbagai aliran sastra yang mempengaruhi hasil karya sastra mereka. Diantaranya adalah:

1. Ali Ahmad Bakatsir al-Kindi

Lahir di Surabaya, Indonesia, tahun 1910 M. Ayah dan ibunya dari Hadramaut. Pada usia 8 tahun ia dikirim ayahnya ke Hadramaut untuk belajar ilmu agama dan bahasa Arab mulai dari tingkat Kuttab, kemudian melanjutkan ke Ma'had ad-Diny. Sejak usia 13 tahun ia sudah mulai menulis puisi. Setelah lulus

(13)

Kemudian masuk Ma'had Tarbiyyah Li al-Mu'allimim, tamat tahun 1940(Bahrudin:2002).

Tanggal 10 November 1969, Ali Ahmad Bakatsir wafat dan dimakamkan di Mesir. Karya-karya Ali Ahmad Bakatsir dilatari oleh berbagai pengalaman dan lawatan yang dilakukannya ditambah dengan bacaannya terhadap warisan-warisan sastra Arab dan Barat. Di antara novel-novelnya adalah: Salamah al-Qass, Wa Islamah, Lailah an-Nahr, asy-Sya'ir al-Ahmar, dan Sirah Syuja'. Di antara naskah-naskah dramanya adalah: Hamam au fi 'Ashimah, al-Ahqaf, ad-Duktur Hazim, dan ad-Dunya Faudla(Bahrudin:2002).

Di antara karya-karya Ba Katsir yang terkenal antara lain, Wa Islamah, sebuah novel yang menceritakan perjuangan umat Islam saat diserbu pasukan Mongol dan „Audat al-Firdaus [Kembalinya surga Firdaus] yang bercerita tentang perjuangan rakyat Indonesia merebut kemerdekaan.

ثيدحلا رصعلا يف ءارعش ةمئاق

ناربج ليلخ ناربج

يوا زلا يقدص ليمج

نارطم ليلخ

ينابق رازن

يقورافلا يرمعلا يقابلا دبع

ديلولا لضفلا وبأ

دادح مساق

يقوش دمحأ

يد فأا مي اربإ نسح

غئاصلا ناندع

يجزايلا فيصان ليلخ

رحبلا ت ب ةي از

يملاسلا ناخيش نبا

يضام وبأ ايليإ

يجزايلا مي اربا

مي اربا ظفاح

ينودربلا ها دبع

يفاصرلا فورعم

رطم دمحأ

يئابطابطلا مي اربإ

بدحأا مي اربإ

يسرم لامج

.

د

ميغدلا ديسلا دومحم

بايسلا ركاش ردب

ميكحلا حابص

اشاب يربص ليعامسإ

يولعلا باهش نبا

ةروق يماركإ

.

د

(14)

2. Taha Husen (1889-1975)

Ia lahir di Mughaghah, sebuah desa di Mesir, namun ia mengalami buta mata sejak umur 2 tahun. Taha husen adalah sastrawan terkenal pada era modern, ia dikenal sebagai tokoh modernis pada tahun 1920-an, sehingga diberi julukan “bapak kesusastraan Arab”. Ia belajar kesusastraan Arab di Universitas Mesir di bawah bimbingan seorang orientalis Nailino dan Littman. Ia menulis disertasinya tentang penyair buta abad 4, yaitu Abu al-Ala al-Ma‟arri di Alepo. Kemudian ia dikirim ke Sorbonne di Paris dan menulis disertasi keduanya tentang Ibn Kaldun antara tahun 1915-1919(Sutiasumarga, 2001: 123).

Sekembalinya dari Prancis, Taha Husein aktif memberi kuliah, menulis, menjadi redaktur sastra dan di organisasi. Sementara karya-karyanya pun bermunculan, di antaranya : Dzikro Abi 'Ula (desertasi di Jami'ah Al-Ahliyyah), Shuhuf Mukhtaroh min asy-Syi'ri at-Tamtsili Inda al-Yuunaan, Nidhoom al-Atiimyyim li Aristhothillis, Qoshosh Tamtsiliyah (1924), Ruuh at-Tarbiyyah (terjemahan, 1922), Qodah al-Fikr (1925), Fi asy-Syi 'ri al-Jaahih (1926) yang kemudian diterbitlan lagi dengan judul Fi al-Adah al-Jaahili. Gagasan Thaha Husein dalam pendidikan pada pokoknya mengacu pada dua sasaran, yaitu peningkatan sarana dan peningkatan intelektual. Sebagai realisasi dari gagasan-gagasan tersebut, terlihat antara lain ketika Thaha Husein diangkat menjadi Menteri Pendidikan (1950-1952), diantara program pokoknya adalah memberantas buta huruf dan memperbanyak jumlah sekolah dan perubahan kurikulum(Bahrudin:2002).

Taha husen menulis buku lebih dari 20 buku, seperti novel dan

autobiografi. Autobiografinya telah diterjemahkan sedikitnya 15 bahasa dan salah satunya dalam Bahasa Indonesia. Berikut ini contoh tulisan Taha Husen:

(15)

Dalam tulisan itu pengarang mengemukakan nasehatnya melalui dialog antara seorang murid muda dengan guru tua. Murid itu meminta pada gurunya agar menjelaskan sifat-sifat yang dapat membuatnya menjadi mudarat. Kemudian guru menjawabnya bahwa diantara sifat manusia yang dapat memberi mudarat adalah rasa putus asa, putus asa pada tanah air dan putus asa terhadap rahmat Allah, karena putus asa terhadap ridha Allah hanyalah orang-orang kafir.

Kemudian murid bertanya lagi pada gurunya agar memperjelas lagi apa saja sifat-sifat manusia yang dapat memberi mudarat, kemudian gurunya menjawabnya dengan sifat rasa (1) puas pada diri sendiri, karena hal itu akan membuatnya menjadi lemah (2) rasa kagum pada diri sendiri , yang akan menyebabkannya menjadi bodoh (3) rasa bangga pada diri sendiri , menyebabkan terlihatnya semua kekurangan yang ada pada dirinya(NN:2011).

3. Gibran Kahlil Gibran

Gibran Khalil Gibran dilahirkan dalam keluarga Kristiani pada tanggal 6 Desember 1883 di kota kecil Bisharri di kaki Gunung Cedar di Libanon Utara. Gibran sejak kecil sudah mengagumi karya Leonardo da Vinci pada usia enam tahun. Ketika ia berusia sebelas tahun, seluruh keluarganya kecuali ayahnya beremigrasi ke Amerika dan tinggal di komunitas ekspatriat asal Libanon di Boston. Kemudian ia bersekolah dan ejaan namanya diubah menjadi Kahlil Gibran. (Saputra, 2002:21).

Pada tahun 1898, Gibran kembali ke tanah kelahirannya untuk bersekolah di Al-Hikmat di Beirut, Libanon. Ia ingin memperdalam belajar literatur romantis Perancis dan literatur Arab. Pada tahun 1902 ia kembali ke Amerika dan mencari nafkah sebagai pelukis. Gibran menetap di New York, dan menghabiskan

sebahagian besar waktunya untuk menulis dan melukis(Bahrudin:2001).

Gibran memiliki gaya penulisan dan gaya ungkapan yang amat khas dan menarik yang disebut sebagai Jubraniyyah atau Gibranisme. Gaya Gibranisme memiliki tiga ciri khas, yakni:

(16)

b. Memakai gaya simbolis dan kiasan dalam membahas dan khususnya dalam mengkritik sesuatu.

c. Tidak terlalu terikat dengan aturan-aturan baku tata bahasa dalam mengungkapkan ide, sebagaimana ciri yang dimiliki oleh setiap para penyair(Bahrudin:2001).

Menurut Wolf (1985: 745), tulisan-tulisan Gibran dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni tulisannya yang berbahasa Arab dan tulisan yang berbahasa Inggris. Karya-karya Gibran antara lain adalah: Nabadzab fi Fan al-Musiiqa (1905), Al-'Arais al-Muruj (1906), Al-Arwaah al-Mutamarridah "Jiwa-Jiwa Pemberontak" (1908), Al-Ajnihah al-Mutakassirah "Sayap-Sayap Patah" (1912),

Dam’ah wa Ibtisamah "Air mata dan Senyuman" (1914) dan lain sebagainya.

Sungguh nelangsa, pria yang mengasihi seorang wanita dan

mengambilnya sebagai isteri, mencurahkan di kakinya keringat kulitnya dan darah tubuhnya dan kehidupan hatinya, dan meletakkannya di dalam tangannya buah kerja kerasnya pendapatan kerajinannya; sebab ketika ia perlahan-lahan bangun, ia temukan hati, yang dengan susah payah berusaha dibelinya, diberikan bebas serta tulus kepada pria lain demi kesenangan rahasia-rahasia tersembunyinya dan kasihnya yang terdalam(Saputra, 2003: 1).

4. Najib Mahfudz

(17)

berbagai bahasa dunia termasuk Indonesia. Karya pertama Mahfudz diterbitkan pada tahun 1932, diusia 21 tahun, dalam bentuk terjemahan berjudul Misr al-Qadimah. Sejak itu berturut-turut Mahfudz menulis; Hams al-Junun (1938,

Cerpen), Abats al-Akdar (1939), serta Redouvis (1943) dan kisah Kifah Thibah (1944) yang dianggap sebagai akhir dari periode aliran romantisme yang dianut Mahfudz(Zaini, 1993: 83).

Pada akhir tahun 50-an, dunia Arab, khususnya Mesir, diguncang oleh sebuah "tragedi" dalam bidang sastra. Novel Aulad Haratina (Anak-Anak Kampung Kita) karya Najib Mahfudz yang dimuat secara bersambung dalam Surat Kabar Harian al-Ahram mendapatkan reaksi dan protes yang sangat keras dari masyarakat Mesir. Aulad Haratina, karya Mahfudz mendapat reaksi keras dari masyarakat Mesir, khususnya kaum fundamentalis, karena telah melanggar etika agama serta menodai kesucian agama, khususnya Islam(Zaini, 1993: 83).

Salah satu novel Najib menggunakan gaya bahasa tasybih : (1) tasybih mursal mujmal dan (2) tasybih balig. Berikut contoh penggalan dalam novel Najib:

a. Tasybih mursal mujmal

#

بسيو نعلي و و ريدهل اك سيردإ توص

(sua ra idris bagai gemuruh. Ia mengutuk dan mencai maki jabalawi)

#

ردقلاو ءاضقلاك ا يب نولاتخي ةربكتسملا وجولا باحصأو

(dan[para pemuka kampung itu] adalah orang-orang sombong yang bersikap

angkuhkepada kami bagai qadha dan qadhar)

#

لظل اك ا عبتي توملاو

(kematian selalu mengikuti kita bagaikan bayangan)

b. Tasybih balig

(18)

#

ءاطخأ اهلك كتايح

(kehidupanmu seluruhnya adalah kekeliruan)

#

تاومأ ءا بأو تاومأ ا لك

(kita semua adalah kematian dan anak dari kematian)(NN:2011).

5. Nawal El-Sa‟dawi

Nawal dilahirkan pada tahun 1931 di desa Kafr Tahla di daerah Delta Mesir. Ia lahir dan tumbah di tengah-tengan keluarga yang terhormat dan berpendidikan. Nawal El-Sa'dawi adalah wanita berkebangsaan Mesir yang terkenal sebagai pejuang hak wanita, sarjana sosiologi, dokter umum, dan penulis militan tentang permasalahan wanita-wanita Arab. Dia merupakan seorang penulis yang handal. Tulisannya dikenal oleh banyak orang di berbagai negara, hingga banyak karyanya yang diterjemahkan ke dalam dua belas bahasa(Bahrudin:2002).

Obsesinya sebagai dokter merupakan konsekwensi logis tatkala Nawal lebih memilih kerja otak dalam menempuh hidup ini. Dalam keputusannya Nawal berkata :

"Telah kurencanakan jalan hidupku dengan jelas, yaitu melalui kerja otak. Aku juga telah menjatuhkan hukuman mati terhadap tubuhku, sehingga aku tak lagi merasakan keberadaannya”. Tahun 1958 ia terpilih untuk bekerja pada Departemen Kesehatan Mesir, namun pada tahun 1972 (setelah mengabdi 4 tahun) Nawal diberhentikan dari instansi tersebut, sekaligus dicopot dari posisinya sebagai Direktur Kesehatan Masyarakat. Pemberhentian itu lebih banyak disebabkan oleh pemikirannya yang blak-blakan yang dituangkan dalam bukunya Woman and Sex. Pada tahun 1981, Nawal El-Saadawy dipenjara oleh Presiden Mersir Anwar Sadat bersama-sama rekan intelektual Mesir lainnya.(Bahrudin:2002).

(19)

karya yang berbeda-beda, kadang lewat fiksi dan pada kesempatan lain lewat non-fiksi. Novelnya antaralain Mudhakkirati fi sijin an-nisa(Riwayat hidup seorang wanita dalam penjara) (1958), Imra’ah ‘inda nuqtat as-sifr(Perempuan di titik nol) (1973), Al-Mar’ah wa Al-Jins(Perempuan dan Seks), dan kumpulan cerpen: Taalamtu an al-hubb(Aku belajar mencintai)(1975)(Bahrudin:2002).

Ini adalah beberapa kutipan dari novel Mudhakkirati fi sijin an-nisa :

لوأا ءزجلا

:

ضبقلا

بابلا ىلع ةقد تعمس

.

يمون ةفرغ يف ريغصلا يبتكم ىلإ ةسلاج ت ك

,

ةباتك يف ةقرغتسم

ةديدج ةياور

.

دحأا موي رهظ دعب ةثلاثلا ىلإ ريشت ةعاسلا براقع

6

ربمتبس

1981

,

بابلا ىلع ةقدلا تل اجت

.

دحأ يأ وأ يجوكملا وأ نبللا عئاب وأ باوبلا نوكي امبر

,

و

دحأ حتفي مل اذإ ةجاودأ دوعي فوس

.

(20)

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Kasusastraan arab pada masa modern dimulai pada akhir Perang Dunia Pertama, khususnya mulai dari tahun 1920, yaitu ketika lepasnya beberapa negara Arab dari pemerintah kolonialisme. Banyaknya negara-negara Arab yang merdeka menjadi kerjaan, seperti Irak pada tahun 1921, kemudian ada negara yang berhasil memprokamirkan konstitusi baru, contohnya negara Mesir pada tahun 1922 lalu ada negara yang mendeklarasikan dirinya sebgai negara Republik, contohnya Libanon.

Pada masa modern ini kasusastraan arab mendapatkan banyak pengaruh dari Barat, dikarenakan adanya penduduk bangsa arab yang hijrah ke negara-negara Barat atau yang lebih terkenal dengan sebutan Sastra Arab

(21)

DAFTAR RUJUKAN

Achmad, Bahrudin. 2001. Sejarah & Tokoh Kesusastraan Arab Modern, (Online), (http://bahrudinblog.wordpress.com/) diakses 6 November 2012.

Aef, Ahmad.2012.Sajak-Sajak Apa Saja.(Online), (http://achmad-aef.blogspot.com/) diakses 9 November 2012.

Ahira, A. (Tanpa Tahun), Pedrodollar:Perekonomian Arab Saudi.(Online). (http://www.anneahira.com/) diakses 7 November 2012

Atho‟illah, Ahmad. 2008. Sejarah Perkembangan Masyarakat & Sastra Diaspora Arab-Amerika. Adabiyyat, 7 (2). (Online),

(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/7208201222.pdf), diakses 12 Oktober 2012.

Gibran, Kahlil. Tanpa Tahun. Roh Pemberontak(Spirits Rebellious). Terjemahan oleh Arvin Saputra. 2003. Batam Centre: Classic Press.

Gibran Kahlil. Tanpa tahun. Sang Nabi. Terjemahan oleh Arvin Saputra. 2002. Batam Centre: Classic Press

Hambali, Gufron. 2008. Perkembangan dan Karakteristik Adab Mahjar(Sastra Arab Diaspora). 1(2). (Online), (http://www.jurnallingua.com/edisi-2008/13-vol-

1-no-2/59-perkembangan-dan-karakteristik-adab-mahjar-sastra-arab-diaspora.html), diakses 6 November 2012.

Sutisumarga, Males. 2001. Kasusastraan Arab Asal Mula dan Perkembangannya. Jakarta: Zikrul Hakim.

Referensi

Dokumen terkait