• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kembali Digelar, Ini Serangkaian Acara ISPhOA 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kembali Digelar, Ini Serangkaian Acara ISPhOA 2018"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Edisi 2 : Agustus 2018

Berita Utama

NEWSLETTER

Berita

Departemen Teknik Fisika ITS

Departemen Teknik Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopem-ber (ITS) Surabaya kembali menggelar International Seminar on Photonics, Optics, and its Application (ISPhOA). Seminar kelas dunia tersebut diadakan selama dua hari sejak Rabu, (1/8) di Bumi Surabaya City Resort.

Agus Muhammad Hatta, Ph.d , Kepala Departemen Teknik Fisika ITS menjelaskan, acara ini sebelumnya pernah dilak-sanakan di Pulau Dewata pada tahun 2016 dan 2014. Ia men-yampaikan, ISPhOA memang diadakan dengan tujuan me-menuhi kebutuhan para peneliti dibidang optik and fotonik untuk berbagi hasil riset dan berkolaborasi.

Karena memilih Surabaya sebagai tuan rumah tahun ini, IS-PhOA menampilkan Tari Remo pada pembukaan acara. Tari-an ini disajikTari-an dengTari-an maksud memperkenalkTari-an tariTari-an khas Jawa Timur kepada peserta seminar yang berasal dari penjuru dunia. “Selain seminar, ISPhOA juga menjadi media untuk mengenalkan budaya Indonesia, disini kami mengenalkan at-mosfer serta pesona Surabaya,” tuturnya.

Tidak hanya mengenalkan apa yang Indonesia punya sebagai negara berbudaya, Hatta menambahkan, peserta yang had-ir diharapkan dapat mengetahui ilmu pengetahuan terbaru di bidang ini. “ISPhOA ini adalah wadah untuk membangun koneksi (jaringan, red), berbagi pengetahuan antara peser-ta dan peser-tamu pembicara dari luar negeri,” sambung pria yang akrab disapa Hatta ini.

Intan Dwi Kurniawati, Sekretaris ISPhOA 2018 menerangkan, di awal, peserta berada di dalam satu ruangan untuk mengikuti plenary session yang dii-si oleh profesor yang diundang dari luar Indonedii-sia. Kemudian, peserta dibagi berdasarkan pokok baha-san abstrak yang dikirim menjadi tiga kelas yang disebut dengan paralel session. Ia menuturkan, ke-las pertama membahas Optical Engineering, keke-las kedua Biomedical and Optical Spectroscopy, dan terakhir Photonics Device and Material Processing.

Ia mengatakan, tahun ini terdapat 42 peserta de-ngan dede-ngan dua kategori yaitu oral presentation dan poster session. “Untuk kategori oral presenta-tion terdapat 30 peserta yang akan dinilai saat pe-ngadaan paralel session,” ungkapnya.

Penilaian presentasi ini dilakukan oleh moderator dan juga peserta melalui form penilaian yang telah disediakan panitia. “Penilaian kategori poster di-dasarkan suara peserta dengan sistem voting,” im-buh Intan. Ia juga menjelaskan, terlepas dari kedua kategori tersebut, semua paper peserta seminar akan diterbitkan sebagai kumpulan jurnal Interna-sional di SPIE Digital Library.

Selain di Hotel Bumi Surabaya, peserta ISPhOA juga disambut dengan gala dinner di Rumah Di-nas Walikota Surabaya. Acara ini berakhir dengan closing party, pada Kamis, (3/8) serta pengumu-man juara atas kategori yang ada. (sin/nov)

Kembali Digelar, Ini Serangkaian

Acara ISPhOA 2018

1

(2)

Mahasiswa Departemen Teknik Fisika Institut Te-knologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali berkarya melalui Program Kreativitas Mahasiswa-Karsa Cipta (PKM-KC). Viko Dian Nano, Aris Setiawan dan Ian Haikal Amir Akbar, tiga mahasiswa angkatan 2016 menciptakan alat Busticpray (Busway Automatic Spray). Alat semprot air otomatis ini ditujukan bagi pengendara motor yang melakukan pelanggaran lalu lintas diantaranya menerobos jalur bus.

Busticpray, Alat Semprot Air Otomatis

bagi Pelanggar Lalu Lintas

Ide untuk menciptakan perangkap semprotan air ini muncul dari acuhnya pengendara terhadap lara-ngan untuk melalui jalur khusus di kota-kota besar, contohnya jalur Trans Jakarta. Banyak pengendara mengabaikan peraturan tersebut dengan alasan untuk menghindari kemacetan lalu lintas. Dengan adanya kamera sebagai pendeteksi, sistem image processing (pemrosesan gambar) dari Busticpray akan menge-tahui bila ada pengendara yang melanggar peraturan tersebut dan secara otomatis menyemprotkan air un-tuk menimbulkan efek jera. Alat ini tentunya mening-katkan kesadaran pengendara untuk mematuhi aturan lalu lintas, walaupun sedang tidak dalam pengawasan polisi.

Busticpray terdiri atas beberapa komponen utama yai-tu kamera, mikrokontroller, modul relay, dan pompa. Kamera bertugas merekam jalan yang menjadi target perangkap, mikrokontroller bertugas menjalankan pemrosesan gambar sekaligus mengontrol kerja pom-pa. “Dari rekaman kamera tersebut, mikrokontroller Raspberry Pi yang kami gunakan akan memicu mo- dul relay, menyalakan pompa, dan menyemprotkan air.” terang mahasiswa asal Malang ini. Ia

menutur-Busticpray merupakan contoh nyata dari aplikasi ilmu Teknik Fisika untuk memecahkan permasala- han masyarakat. Terdapat komponen mekanik, elek-trik, serta pemrograman mikrokontroler dalam alat ini. Pengerjaan proyek inipun dibagi sesuai keahlian masing-masing anggota. Viko bertugas di mekanik, Ian Haikal di elektrik, dan Aris Setiawan sebagai programmer. “Saya sangat bersyukur bisa kuliah di Teknik Fisika, sebab dengan luasnya ilmu yang saya dapatkan, saya bisa mengombinasikan antara me-kanik elektrik dan programming tidak dengan susah payah karena memang 3 hal tersebut memang pada dasarnya dipelajari di TF.” Bersambung ke hal. 4

kan, selain berguna sebagai perangkap, gambar yang terekam kamera juga dapat membantu kepolisian untuk menindaklanjuti pelaku. “Plat nomor pelang-gar dapat tedeteksi, sehingga hukuman berupa tilang tetap bisa diberlakukan,” ungkap Viko lagi.

(3)

Melihat pentingnya tata suara (akustika) dalam suatu ruang, Dosen Teknik Fisika Institut Teknologi

Sepu-luh Nopember (ITS) Surabaya, Dr. Dhany Arifianto, S.T, M. Eng. kembali berinovasi dengan menciptakan

sumber suara (speaker) dua belas sisi atau dodekahedron. Alat ini merupakan penunjang penelitian dibidang akustika sebagai alat untuk evaluasi respon ruangan.

Ruangan yang baik adalah ruangan yang mampu memantulkan bunyi dengan penyebaran loud-ness yang sama. Karena speaker pada umumnya tidak berbentuk bulat layaknya persebaran bunyi, speaker dengan dua belas sisi mampu menjadi sumber titik yang sesuai dengan persebaran ge-lombang bunyi.

Dosen lulusan Jepang ini menjelaskan, speaker ini berawal dari keinginan untuk mewujudkan pengadaan alat di laboratorium vibrasi dan akus-tik Teknik Fisika ITS. "Dulu sempat meminjam ke perguruan tinggi lain dan ditarik ditengah- tengah penelitian, jadi tidak enak kalau tidak memiliki alat ini sendiri." papar dosen yang akrab disapa Pak Dhany ini.

Dengan bantuan dana dari direktorat inovasi ITS untuk pengembangan inovasi produk lab, Pak Dhany beserta tim berhasil menciptakan speaker yang belum diproduksi di Indonesia. Ia beker-jasama dengan beberapa pihak seperti perusa-haan di bidang akustik untuk pasokan speaker. ITS juga melibatkan Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai penguji juga Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) sebagai pemasok material.

Pak Dhany mengatakan, pembuatan Speaker Dodekahedron dilatarbelakangi oleh kebutu-han alat pengukur ruangan sebagai penunjang penelitian di bidang akustik. “Karena harga alat yang lumayan mahal dan dirasa tidak sulit untuk membuatnya, maka kami melakukan penelitian terhadap alat ini.” ujarnya.

Melihat market yang terbuka lebar, Pak Dhany beserta tim merencanakan adanya pemasaran produk yang telah mendapatkan hak paten ini. "Alat ini sudah lulus uji coba standar ISO." ung-kap Pak Dhany. Bersambung ke hal.7

Speaker Duabelas Sisi

Penunjang Penelitian Bidang Akustika

3 Riset

(4)

Selasa(31/07), Dr. Percival F. Almoro, Professor of National Institute of Physics (NIP), University of the Philippines Diliman, menginjakkan kaki di Departemen Teknik Fisika ITS guna membagikan ilmunya pada kuliah tamu yang diselenggarakan di Ruang Sidang Teknik Fisika ITS. Dr. Almoro mem-peroleh Ph.D. Fisika di NIP pada tahun 2004, dan menjadi ahli pada bidang interferometri,

holografi, dan pengujian non destruktif. Beli -au hadir dalam rangka OSA Travelling Lec-ture Program, suatu kegiatan yang disponsori oleh OSA (The Optical Society) untuk mem-bangun relasi dan menyebarkan ilmu optika dan fotonika ke seluruh dunia.

Pada kuliah tamu ini, Dr. Almoro memba-has tentang Statistical Fringe Processing yang notabene belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Fringe Processing me-rupakan ilmu yang berikatan erat dengan metrologi optik, yaitu upaya untuk

melaku-kan pengukuran berbagai besaran fisis

melalui metode yang berkaitan dengan ca-haya. “Pokok bahasanya sangat bermanfaat, me- ngingat bidang ini masih terbilang baru dan belum banyak dimanfaatkan sehingga kedepan bisa dikembangkan aplikasinya.” ucap salah satu peserta kuliah tamu, Nasir.

Selangkah Lebih Dekat

dengan Fringe Processing

Peserta yang terdiri dari dosen dan mahasiswa ITS baik S1 maupun S2 sangat antusias bertanya saat sesi tanya jawab ber-langsung. “Acara yang diadakan oleh Laboratorium Rekayasa Fotonika yang berlangsung selama kurang lebih dua jam ini memang dimaksudkan untuk membekali mahasiswa khusus-nya mahasiswa TF yang kurang menaruh minat pada bidang rekayasa fotonika agar tertarik pada bidang ini melalui kuliah tamu.” ungkap Selvy selaku panitia penyelenggara. “Harapan kedepanya TF ITS bisa menjalin kerjasama dengan Natio- nal Institute of Physics (NIP), University of the Philippines Diliman entah switch program atau lainya.” tambahnya.

Kuliah tamu ini termasuk salah satu rangkaian acara ISPhOA yang akan dilaksanakan pada 1-2 Agustus di Bumi Surabaya City Resort. ISPhOA (International Seminar on Photonics, Optics, and its Applications) 2018 adalah seminar ISPhOA ketiga yang diadakan oleh Departemen Teknik Fisika ITS dan mengundang tokoh-tokoh ilmiah yang bereputasi inter-nasional dalam penelitian bidang optik dan fotonik, termasuk Dr. Almoro.(sin)

Sekarang dengan metode haar cascade baru berhasil tapi masih ada kendala yaitu resolusi gambar terlalu besar sehingga delay waktu agak lama.

Pada mulanya, ide pembuatan Busticpray memang dikhususkan untuk mengawasi pelanggaran di jalur khusus bus Trans Jakarta. Akan tetapi, Busticpray buatan tim ini juga dapat diterapkan guna mengawasi jenis-jenis pelanggaran lain. Tim ini memberikan satu contoh yaitu di trotoar. “Melewati trotoar atau tidak memakai helm bisa saja terdeteksi, tinggal merubah programnya.” Harapannya, alat ini dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, walau masih bu tuh pembe- nahan di bagian kemasan. “Kami hanya membungkus mekanik yang ada dalam boks agar rapi, mungkin akan ada ide agar lebih praktis lagi,” pungkas Viko. (rfa)

Suka duka dialami tim ini dalam merancang dan membangun alat Busticpray. Sebagian besar penger-jaan elektrik dan mekanik dilakukan di Laboratorium Fisika Rekayasa. “Mengerjakan produk ini image processingnya hampir gagal terus saat mengklasifi -kasi objek kendaraan menggunakan metode HoG dan tensorflow. Sekarang dengan metode haar cas-cade baru berhasil tapi masih ada kendala yaitu resolusi gambar terlalu besar sehingga delay waktu agak lama. Merancang pemrograman sistem kontrol alat juga bukan pekerjaan mudah. Untuk bahasa pe- mrograman menggunakan phyton dan menggunakan library opencv untuk image processingnya.” Tutur Viko.

lanjutan dari hal. 2

4 Apa Kabar Teknik Fisika ?

Photo by: OSA-SPIE Student Chapter

(5)

Pembangunan kantin baru Teknik Fisika pada awalnya sedikit membuat terkejut para maha-siswa yang belum tahu tentang rencana tersebut. Banyak yang menerka-nerka soal bangunan baru ini.“Iya saya awalnya tidak tahu soal pemba- ngunan kantin baru ini, saya kira akan dibangun sesuatu yang lain. Ternyata kantin. Menurut saya bagus karena fasilitasnya lebih memadai dan co-cok untuk dipakai nugas.” tukas Vieri, maha-siswa Teknik Fisika.

Kelebihan lainnya dari penggunaan kartu RFID terse-but adalah meningkatnya keamanan bagi motor yang diparkir mengingat tidak semua orang bisa keluar- masuk tempat parkir ini. Kartu RFID ini juga dinilai le-bih praktis karena prosesnya hanya dengan meletakkan kartu di depan sensor lalu portal akan terbuka. Proses yang cepat ditambah pintu keluar dan pintu masuk yang dibedakan terbukti bisa meminimalkan antrian kenda-raan yang sebelumnya menjadi kendala di tempat parkir Teknik Fisika ini.

Wajah Baru Kantin dan Tempat

Parkir Teknik Fisika ITS

Kantin baru Teknik Fisika mengundang antu-siasme yang tinggi dari civitas akademik yang berada di Teknik Fisika. Hal ini terlihat pada saat kantin tersebut baru selesai dibangun, sudah banyak mahasiswa serta karyawan yang duduk disana, entah itu mengerjakan tugas, melepas le-lah atau sekedar bercengkerama dengan teman sehabis kuliah. Fasilitas yang disediakan oleh kantin baru ini juga terbilang sangat memadai, berbeda dengan kantin lama. Meja dan kursi yang disediakan lebih banyak, terdapat wastafel, serta penerangan yang didapat juga jauh lebih baik. Fasilitas ini sangat mendukung bagi ma-hasiswa yang ingin berkunjung sambil menger-jakan tugas. Di beberapa sudut juga disediakan stop kontak bagi pengguna laptop atau gadget.

Selain perbaikan di fasilitas pendukung, perbaikan fasi- litas juga dilakukan di fasilitas utama pembelajaran yai-tu ruang kelas, laboratorium, serta ruang baca Teknik Fisika. Tentunya kita berharap seluruh civitas akademik mampu turut merawat dan menggunakan berbagai fasi- litas utama maupun pendukung di departemen de-ngan bijak.(ath)

tempat parkir motor Teknik Fisika. Kini para mahasiswa yang membawa motor tidak perlu lagi khawatir soal keamanan atau kehabisan wilayah parkir karena telah tersedia portal keamanan yang hanya bisa dibuka den-gan RFID Card. RFID (Radio Frequency Identification) Card hanya dimiliki oleh masing-masing civitas akade-mik Teknik Fisika. Hal ini tentunya sangat membantu untuk memaksimalkan kapasitas parkir mengingat sebe- lumnya banyak mahasiswa departemen lain yang sering menumpang parkir di sana.

Kantin baru Teknik Fisika terletak di tengah kawasan departemen, tidak jauh dari mushola dan gedung utama. Lokasi ini lebih strategis dan terbuka dibanding kantin lama yang disebut Kantin Ijo (Kanjo). Kanjo ini sangat populer tidak hanya di dalam departemen tapi di kalan-gan mahasiswa departemen lain lantaran makanan yang dijual terbilang murah dan enak. Asal-usul disebut Kan-tin Ijo adalah karena warna hijau yang merupakan warna khas dari departemen Teknik Fisika.

(7/8) Ada yang berbeda dari penampakan gedung Teknik Fisika ITS sejak pertengahan semester genap tahun ini. Departemen yang telah berdiri sejak 1965 ini telah me- ngalami banyak perubahan dari masa ke masa. Seiring dengan upaya pengembangan departemen yang telah meraih akreditasi A dari BAN-PT dan sedang menuju akreditasi AUN-QA, dibangunlah kantin Teknik Fisika ITS yang baru serta penambahan fasilitas pada tempat parkir motor di Departemen Teknik Fisika ITS.

Tidak jauh dari euforia kantin baru, fasilitas baru lainnya dibangun oleh pihak departemen di

(6)

Selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tek- nologi, serta kebutuhan masyarakat, Perguran Tinggi diamanahi untuk selalu melakukan evaluasi kurikulum. Begitupun dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopem-ber yang memNopem-berlakukan kurikulum baru mulai tahun ajaran 2018/2019. Uniknya, kurikulum berbasis capaian pembelajaran ini memberi keleluasaan para mahasiswa untuk mengambil kelas di program studi (prodi) lain.

Melalui surat edaran Agustus 2016 lalu, Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menghimbau Perguran Tinggi untuk melakukan penyesuaian kuri-kulum dengan pendekatan kapabilitas dan transdispli- ner. Dalam himbauannya, terdapat pula beberapa mata kuliah yang harus disediakan Perguruan Tinggi bagi mahasiswa program Sarjana dan Diploma. Diantaranya yaitu Agama, Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia.

“Pada dasarnya ITS pun telah menyediakan kelas terse-but. Hanya saja berbeda judul. Contohnya mata kuli-ah Wawasan Kebangsaan di kurikulum lama, memuat Pancasila dan Kewarganegaraan,” ungkap Prof. Heru Setyawan Wakil Rektor ITS.

Guru besar yang membawahi bidang Akademik dan Ke-mahasiswaan ini juga mengungkapkan bahwa ITS sigap menanggapi himbauan tersebut. “Perubahan kurikulum

Selain itu, terdapat pula perubahan dalam mata kuliah Wawasan Teknologi dimana akan diadakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebobot 1 sks. Beliau menuturkan, program KKN ini bekerja sama de- ngan 31 kecamatan di Kota Surabaya. “Persetu-juan walikota pun sudah kami kantongi. Harapan-nya, selain belajar di kelas, dalam satu semester para mahasiswa dapat merancang suatu kontribusi yang aplikatif bagi masyarakat,” terang Guru Be-sar Teknik Kimia ini.

Untuk mencapai harapan tersebut, ITS kemudian merancang skema transdisipliner yang memung- kinkan para mahasiswa mengambil kelas lintas prodi. Dengan itu, para mahasiswa mampu mem-perkaya keilmuan dan kompetensi mereka. Melalui pembukaan kelas khusus tiap prodi diperkenankan mengirim dan menerima mahasiswa dari prodi lain. “Pembukaan kelas mata kuliah pengayaan dilimpahkan kepada departemen, yang pasti tidak boleh ada mata kuliah prasyarat. Departemen pun diperkenankan membuka kelas khusus yang ber-beda di semester depan,” lanjut beliau.

Kini Mahasiswa ITS Dibekali

Ilmu Lintas Jurusan

yang seharusnya berlangsung tahun depan apabila mengikuti skema lima tahun sekali, kami percepat menjadi tahun ini,” lanjutnya.

6 Apa Kabar Teknik Fisika ?

(7)

Menyukseskan perubahan kurikulum 2018-2023 ini, ekivalensi per mahasiwa mulai dilak-sanakan pekan ini, Senin (6/8). Bagitupun de-ngan Departemen Teknik Fisika. Hal ini dibe-narkan oleh Hendra Cordova, S.T, M.T, kepa-la Program Studi S1. “Tentu ini dimaksudkan agar tidak ada mahasiswa yang dirugikan baik dari sisi kredit semester maupun masa studi, sesuai prinsip ekivalensi,” imbuhnya ketika ditemui TF Media.

Disampaikan oleh pak Hendra, beberapa per-bedaan pada kurikulum baru ini mayoritas me- rupakan perubahan semester pengambilan mata kuliah tertentu. Selebihnya terdapat beberapa penggabungan mata kuliah. Contohnya mata kuliah Desain Instrumentasi dan Sistem Instru-mentasi dimerger menjadi Sistem IntruInstru-mentasi sebobot 4 sks.

“Selain itu ada juga penghapusan 10 mata kuliah yang terdapat di kurikulum sebelumnya,” lanjut beliau. Mata kuliah tersebut antara lain Metrologi Optik, Instrumen-tasi Industri, Sistem Pengendalian Bioreaktor,

Pencaha-yaan Buatan, Rekayasa Energi di Industri, Keberlanjutan Energi, Polimer dan Komposit, Ultrasonik, Pengendalian Bising Industri, serta Sistem Penyimpanan Energi.(saa)

Speaker besutannya ini berdiameter sekitar 55 cm be-ratnya 30 kg. Ia menganggap, alat ini kurang prak-tis. "Produksi generasi kedua kami adalah speaker dodekahedron dengan dimensi kecil yaitu 15 cm dengan berat sekitar 10 kg tanpa mengurangi fungsi kerja alat," papar pria berkacamata ini.

Ia mengatakan, rencananya, speaker ini akan dipas-arkan dengan harga 100 juta per unit dengan full sup-port. Ia menjelaskan bahwa harga tersebut sudah ter-masuk layanan purna jual selama satu tahun. Pembeli dapat memperbaiki alat atau ganti unit jika terdapat

"Sejauh ini, dedokahedron telah terjual oleh tiga orang dan dua orang yang meminta diperkecil di-mensinya sehingga pemakaian dapat lebih leluasa," terangnya. Tidak hanya untuk tujuan komersil, alat ini tentu sangat membantu mahasiswa dalam prak-tikum ataupun pengambilan data untuk tugas akhir. (sin/nov)

Sambungan dari hal.3

7 Apa Kabar Teknik Fisika ?

(8)

“Belajar matematika itu membangun logika.

Siste-matika berfikir, keruntutan, juga ketelitian akan

terbangun dengan sendirinya dalam belajar mate- matika. Matematika itu penting dalam segala aspek kehidupan,” ungkap Ir. Apriani Kusumawardhani, M.Sc. Dosen matematika legendaris dari Teknik Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Menekuni dan mengajar beberapa mata kuliah diantaranya Matematika Rekayasa, Rang-kaian Listrik, serta mata kuliah pilihan Image Pro-cessing, Ibu Apriani pensiun dari jabatannya sebagai dosen pada pertengahan 2018 ini.

Wanita kelahiran Probolinggo ini mengaku senang dengan mata pelajaran matematika sejak sekolah dasar. Bahkan, beliau adalah jawara tak terkalahkan dalam mata pelajaran yang dulu disebut berhitung.

“Matematika mengajak seseorang berfikir sangat

nyata, yakni mencari-cari kemungkinan-kemung- kinan yang bisa dilakukan manusia lewat angka- angka, titik, garis dan bidang,” terangnya.

Ibu Apriani habiskan masa kecilnya di kota dengan julukan kota santri ini. Menjelang sekolah mene-ngah pertama, beliau berpindah ke Blitar dan akhir-nya menetap di Surabaya. Lulus menengah atas, beliau melanjutkan pendidikannya di Fisika Teknik ITS. Beliau mengaku mendaftar secara diam-diam. Kedua orangtuanya menginginkannya menjadi se-orang guru dan mendaftar di Institut Keguruan dan

Ilmu Pendidikan (sekarang UNESA).

Ibu Apriani ternyata seorang petarung tangguh. Se-jak awal perkuliahan, beliau membiayai segala ke-butuhannya sendiri. Melalui beasiswa yang diterima serta kerja paruh waktu yang beliau kerjakan, peng-hasilannya sudah lebih dari cukup.

Berbicara mengenai dunia perkuliahan, dosen matematika ini menerangkan, pada zamannya ma-suk sebagai mahasiswa baru, tidak ada kaderisasi. “Ada gembor-gembor kekerasan di tahun sebelum-nya, jadi kegiatan kaderisasi mahasiswa ditiadakan saat saya maba,” papar Ibu Apri. “Kaderisasinya oleh dosen,” pungkasnya sambil tersenyum.(nov)

"Matematika Membangun

Sistematika Berfikir"

-

Ir Apriani Kusumawardhani M Sc.

Penanggung Jawab: Agus M. Hatta, Ph.D

Reporter: 1. Novita Amalia 2. Sinta Devi Listianah 3. Aathira Nur Hanifah 4. Saarah Savira M

[email protected]

Layout: Vedanta Agam

Redaksi

Redaktur:

Rima Fitria Adiati, S.T.

8 Profil

Referensi

Dokumen terkait