• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS IMPLEMENTASI PENGAMPUNAN PAJAK (9)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS IMPLEMENTASI PENGAMPUNAN PAJAK (9)"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

(Polemik di balik pembahasan RUU No. 11 Tahun 2016)

Dosen Pengajar : Dr. H. Ardiyan Saptawan, M.Si

OLEH :

NAMA : Sumar Kendi N P M : 07012681620011

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI NEGARA(MAP) UNIVERSITAS SRIWIJAYA

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur kehadirat Allah SWT , yang telah

melimpahkan taufik dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam selalu

tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah

menyampaikan amanah menuju mardhotillah, sehingga saya dapat

menyelesaikan paper ini yang berjudul “ Analisis Implementasi Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) di Indonesia (Polemik dibalik pembahasan RUU No. 11 tahun 2016 tentang Tax Amnesty.

Makalah disusun sebagai tugas mata pelajaran Prinsip Administrasi

Publik Tahun Ajaran 2016.

Dalam proses penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapat

bantuan dari berbagai pihak, baik materi maupun moril. Untuk itu, dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan banyak terima kasih

kepada semua pihak yang turut membantu.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih jauh dari

sempurna, begitu banyak kekurangan dan kekeliruan. Karena itu, kritik

dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya,

semoga makalah ini dapat berguna baik bagi penulis pribadi, pembaca,

serta pihak-pihak yang berkepentingan.

Demikianlah makalah ini di buat semoga dapat menambah

pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Palembang, September 2016

Penulis

(3)

COVER i

KATA PENGANTAR ii

DSFTAR ISI iii

ABSTRAK iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1

1.2. RUMUSAN MASALAH ... 4

1.3. TUJUAN 4 1.4. METODELOGI 5

1.5. TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II PEMBAHASAN 2.1. IMPLEMENTASI PENGAMPUANAN PAJAK (tax amnesty)... 9

2.1.1 Langkah Penerapan tax amnesty ...11

2.1.2 Penerapan tax amnesty sebagai alternatif... 13

2.1.3 Peluang dan tantangan tax amnesty ... 14

2.1.4 Analisis SWOT Implementasi tax amnesty... 15

2.2. POLEMIK DIBALIK PEMBAHASAN RUU NO. 11 TAHUN 2016 TENTANG TAX AMNESTY ... 19

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN... 23

3.2 SARAN...22

DAFTAR PUSTAKA

(4)

ANALISIS IMPLEMENTASI PENGAMPUNAN

PAJAK (

TAX AMNESTY

) DI INDONESIA

(Polemik di balik Pembahasan RUU No. 11

Tahun 2016 Tentang

Tax Amnesty

)

Abstrak

Dalam upaya meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak serta terus meningkatkan tax ratio sebesar 13,11 persen melalui intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan, salah satu diantaranya adalah upaya alternatif implementasi pengampunan pajak (tax amnesty). Penerapan tax amnesty di Indonesia masih merupakan wacana yang pro dan kontra. Pada dasarnya penerapan kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah wajib pajak, subyek dan obyek pajak sekaligus meningkatkan penerimaan negara dari dana-dana yang di “parkir” di luar negeri.

APBN tahun 2015 Rp. 1.491,5 triliun dari target APBN-P Rp. 1.793,6 triliun atau Rp. 84,7% . Target Pendapatan Negara dalam APBN-P tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp 1.822,5 triliun tetapi mengalami penurunan Rp 25,6 triliun lebih rendah dari yang diusulkan dalam RAPBN Tahun Anggaran 2016 yang hanya mencapai Rp. 1.796,9 Triliun.

Untuk itu pemerintah melakukan upaya tax amnesty untuk meningkatkan APBN 2016 yang bisa mencapai Rp 1.822,5 triliun atau Rp 2,35% dari Produk Domestik Bruto.

(5)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan nasional yang berlangsung secara

terus-menerus dan berkesinambungan selama ini, bertujuan

meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil dan spiritual.

Untuk merealisasikan tujuan tersebut diperlukan anggaran

pembangunan yang cukup besar. Salah satu usaha untuk

mewujudkan peningkatan penerimaan untuk pembangunan

tersebut adalah dengan menggali sumber dana yang berasal

dari dalam negeri, yaitu pajak. Secara ekonomi, pemungutan

pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk

meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. (Mulyo Agung, 2007).

Taraf hidup masyarakat akan meningkat diperlukan anggaran yang

selalu meningkat pula. Hal ini dapat dilihat dari memperbesar

anggaran Negara. APBN tahun 2015 Rp. 1.491,5 triliun dari target

APBN-P Rp. 1.793,6 triliun atau Rp. 84,7% . Target Pendapatan

Negara dalam APBN tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp 1.822,5

triliun, atau Rp 25,6 triliun lebih rendah dari yang diusulkan dalam

RAPBN Tahun Anggaran 2016 yang hanya mencapai Rp. 1.796,9

Triliun. Target Pendapatan Negara tersebut bersumber dari

Penerimaan Perpajakan sebesar Rp 1.546,7 triliun dan Penerimaan

Negara Bukan Pajak sebesar Rp 273,8 triliun (rasio penerimaan

negara terhadap PDB atau tax ratio dalam tahun 2016 sebesar

13,11 persen). Rp 1.822,5 triliun atau Rp 2,35% dari Produk

Domestik Bruto. Melalui UU Tax Amnesty, diharapkan pendapatan

negara akan meningkat dan para wajib pajak yang bersedia

memindahkan asetnya dari luar negeri akan diberikan tarif tebusan

(6)

sebesar 2% sampai 5%. Adapun wajib pajak yang mendeklarasikan

asetnya di luar negeri tanpa memindahkan aset akan dikenai tarif

4% hingga 10%.

Untuk menggali penerimaan negara dari sektor perpajakan

dibutuhkan upaya-upaya nyata, serta di implementasikan dalam

bentuk kebijakan pemerintah. Upaya-upaya tersebut dapat berupa

intensifikasi maupun ekstensifikasi perpajakan. Intensifikasi pajak

dapat berupa peningkatan jumlah Wajib Pajak (WP) maupun

peningkatan penerimaan pajak itu sendiri. Upaya ekstensifikasi

dapat berupa perluasan objek pajak yang selama in belum

tergarap.

Untuk mengejar penerimaan pajak, perlu didukung situasi

sosial ekonomi politik yang stabil, sehingga masyarakat juga bisa

dengan sukarela membayar pajaknya. Pemerintah tentu

diharapkan dapat mempertimbangkan kembali kebijakan

perpajakan yang bisa menarik minat masyarakat menjadi wajib

pajak seperti sunset policy. Demikian juga, salah satu kebijakan

yang perlu dipertimbangkan adalah diberikannya tax amnesty atau

pengampunan pajak. Kebijakan ini diharapkan dapat

meningkatkan subyek pajak maupun obyek pajak. Subyek

pajak dapat berupa kembalinya dana-dana yang berada di luar

negeri, sedangkan dari sisi obyek pajak berupa penambahan

jumlah wajib pajak.

Indonesia pernah menerapkan amnesti pajak pada 1984.

Namun pelaksanaannya tidak efektif karena wajib pajak kurang

merespons dan tidak diikuti dengan reformasi sistem administrasi

perpajakan secara menyeluruh. Disamping itu peranan sektor

pajak dalam sistem APBN masih berfungsi sebagai pelengkap

saja sehingga pemerintah tidak mengupayakan lebih serius.

(7)

dalam struktur APBN Pemerintah Indonesia.

Saat ini, sebagai bentuk reformasi perpajakan salah

satu agendanya adalah menerapkan Pengampunan Pajak atau

Tax Amnesty. Namun dikalangan masyarakat menimbulkan

polemik ditambah lagi dalam pelaksanaannya, implementasi

perpajakan di Indonesia masih mempunyai beberapa

permasalahan. Pertama, kepatuhan wajib pajak masih rendah.

Kedua, masih rendahnya kepercayaan kepada aparat pajak.

Ketiga, proses administrasi pengajuan tax amnesty yang cukup

menyusahkan dan panjang. Keempat, Dalam draf RUU tax

amnesty tidak menyebutkan asal-usul hartanya. "Sehingga ini

berpotensi menarik banyak uang haram dalam APBN dan

pereknomian indonesia.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan

menganilis implementasi pengampunan pajak (tax amnesty) di

Indonesiadi balik polemik Pembahasan RUU No. 11 Tahun 2016

Tentang Tax Amnesty.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengimplementasikan pengampunan pajak (tax

amnesty) dibalik polemik pembahasan RUU No. 11 tahun

2016 tentang Tax Amnesty ?

2. Apa saja polemik dibalik pembahasan RUU No. 11 tahun

2016 tentang Tax Amnesty ?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi

pengampunan pajak (tax amnesty) dibalik polemik

(8)

satunya melihat beberapa negara yang telah berhasil (best

practice) menerapkan pengampunan pajak (tax amnesty),

sehingga Pemerintah Indonesia dalam hal ini Dirjen

Pajak dapat mencontoh kebijakan tersebut. Demikian juga dapat

diketahui tantangan, peluang, kelemahan dan keunggulan

,serta strategi dan langkah-langkah kebijakan yang dapat

dilakukan pemerintah bila kebijakan ini diterapkan.

Metodologi Penelitian

Untuk menganalisis implementasi tax amnesty di

Indonesia digunakan metode kualitatif dengan pendekatan

eksploratif deskriptif. Pendekatan eksploratif (Philip, Kotler &

Kevin L. Keller, 2006) adalah metode penelitian yang bertujuan

menghimpun informasi awal yang akan membantu upaya

menetapkan masalah dan merumuskan hipotesis. Sedangkan

pendekatan deskriptif adalah metode penelitian yang

bertujuan memaparkan (mendeskripsikan) sesuatu hal. Jadi pendekatan ini bertujuan untuk mendalami mengenai

wacana implementasi tax amnesty di Indonesia..

Untuk memperjelas gambaran mengenai peluang,

tantangan, hambatan dan kelemahan penerapan tax amnesty di

Indonesia digunakan SWOT analysis (Strenghts, Weaknesses,

Opportunities dan Threats). Dari analisis ini dapat ditentukan

strategi dan langkah-langkah kebijakan yang dapat diambil.

(Suwarsono Muhammad, 2000)

Bahan-bahan dan informasi berasal dari data sekunder

yang didapat dari penggalian informasi dari berbagai sumber,

bahan seminar, media masa, media elektronik, dan lain-lain serta

(9)

TINJAUAN PUSTAKA

Makna dan Fungsi Pajak

Pembangunan nasional yang selama ini dilaksanakan

adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

berkesinambungan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan

rakyat baik materiil dan spiritual. Untuk dapat merealisasikan

tujuan tersebut harus memperhatikan masalah pembiayaan

pembangunan.

Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian bangsa

atau negara dalam hal pembiayaan pembangunan adalah

menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa

pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang

berguna bagi kepentingan bersama.

Beberapa ahli memberikan batasan tentang pajak,

diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh P.J.A.

Andriani dalam (Brotodihardjo R. Santoso, 1998). Menyebutkan

bahwa :

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.”

Pengertian pajak menurut Edwin R.A Slegman dalam buku Essay in Taxation menyatakan bahwa “Tax is compulsory contribution from the person to the government to defray the expenses incurred in the common interest of all, without reference to special benefit conferred”.

Pajak mempunyai 2 fungsi utama, yaitu fungsi penerimaan

(budgetair) dan fungsi mengatur (reguler). Fungsi budgetair

dimaksudkan bahwa pajak berfungsi sebagai sumber dana yang

(10)

pemerintah. Sedangkan fungsi reguler dimaksudkan sebagai alat

untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial

ekonomi.

Tax Amnesty

Menurut "UU No 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan

Pajak" Tax Amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya

terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi

pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta

dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini.

Secara umum Pengertian Tax Amnesty adalah kebijakan

pemerintah yang diberikan kepada pembayar pajak tentang

forgiveness / pengampunan pajak, dan sebagai ganti atas

pengampunan tersebut pembayar pajak diharuskan untuk

membayar uang tebusan. Mendapatkan pengampunan pajak

artinya data laporan yang ada selama ini dianggap telah

diputihkan dan atas beberapa utang pajak juga dihapuskan.

Tujuan Tax Amnesty

1. Repatriasi atau menarik dana warga negara Indonesia yang

ada di luar negeri;

2. Meningkatkan penerimaan pajak dalam jangka pendek;

3. Menambah jumlah wajib pajak;

4. Mengintegrasikan sektor informal ke dalam sistem

perekonomian;

5. Memanfaatkan dana yang tidak terpakai;

6. Langkah awal kebijakan rezim baru untuk menerapkan sanksi

yang lebih besar;

(11)

8. Meningkatkan basis perpajakan nasional, yaitu aset yang

disampaikan dalam permohonan pengampunan pajak dapat

dimanfaatkan untuk pemajakan yang akan datang.

Subjek Tax Amney

Subjek Tax Amnesty adalah warga negara Indonesia baik

yang ber NPWP maupun tidak yang memiliki harta lain selain yang

telah dilaporkan dalam SPT Tahunan Pajak (warga negara yang

pembayaran pajaknya selama ini masih belum sesuai dengan

kondisi nyata)

Objek Tax Amnesty

Objek Tax Amnesty adalah Harta yang dimiliki oleh Subjek

Tax Amnesty, artinya yang menjadi sasaran dari pembayaran uang

tebusan adalah atas Harta baik itu yang berada di dalam negeri

(12)

PEMBAHASAN

Implementasi pengampunan pajak (tax amnesty) dibalik polemik pembahasan RUU No. 11 tahun 2016 tentang Tax Amnesty.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 1 Juli 2016 lalu

telah mengesahkan Undang-Undang tentang Pengampunan

Pajak atau Tax Amnesty, yang telah disahkan dalam Rapat

Paripurna DPR-RI sebagai Undang-Undang (UU) Nomor 11

Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak. Kebijakan tersebut

mulai berlaku hari Senin (18/7/2016).

Dalam UU itu ditegaskan, bahwa Pengampunan

Pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang,

tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi

pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta

dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini. Menurut PP ini, setiap Wajib Pajak

berhak mendapatkan Pengampunan Pajak, yang diberikan

melalui pengungkapan Harta yang dimilikinya dalam Surat

Pernyataan. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana

dimaksud, yaitu Wajib Pajak yang sedang: a. dilakukan

penyidikan dan berkas penyidikannya telah dinyatakan

lengkap oleh Kejaksaan; b. dalam proses peradilan; atau c.

menjalani hukuman pidana, atas Tindak Pidana di Bidang

Perpajakan.

“Pengampunan Pajak sebagaimana dimaksud

meliputi pengampunan atas kewajiban perpajakan sampai

dengan akhir Tahun Pajak Terakhir, yang belum atau belum

sepenuhnya diselesaikan oleh Wajib Pajak,” bunyi Pasal 3

ayat (4) UU ini seperti dilansir laman Setkab. Sementara tarif

(13)

Uang Tebusan atas Harta yang berada di dalam wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia atau Harta yang berada

di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

dialihkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan diinvestasikan di dalam wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu paling

singkat 3 (tiga) tahun terhitung sejak dialihkan, adalah

sebesar: 2% (dua persen) untuk periode penyampaian Surat

Pernyataan pada bulan pertama sampai dengan akhir bulan

ketiga terhitung sejak Undang-Undang ini mulai berlaku; 3%

(tiga persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan

pada bulan keempat terhitung sejak UndangUndang ini mulai

berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2016; dan5%

(lima persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan

terhitung sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan tanggal

31 Maret 2017.

Adapun tarif Uang Tebusan atas Harta yang berada

di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak

dialihkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia adalah sebesar: 4% (empat persen) untuk periode

penyampaian Surat Pernyataan pada bulan pertama sampai

dengan akhir bulan ketiga terhitung sejak Undang-Undang ini

mulai berlaku; 6% (enam persen) untuk periode penyampaian

Surat Pernyataan pada bulan keempat terhitung sejak

UndangUndang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31

Desember 2016; dan c. 10% (sepuluh persen) untuk periode

penyampaian Surat Pernyataan terhitung sejak tanggal 1

Januari 2017 sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.

Tarif Uang Tebusan bagi Wajib Pajak yang

peredaran usahanya sampai dengan Rp 4.800.000.000,00

(14)

Terakhir, menurut UU Nomor 11 Tahun 2016 ini, adalah

sebesar: a. 0,5% (nol koma lima persen) bagi Wajib Pajak

yang mengungkapkan nilai Harta sampai dengan

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dalam Surat

Pernyataan; atau b. 2% (dua persen) bagi Wajib Pajak yang

mengungkapkan nilai Harta lebih dari Rp 10.000.000.000,00

(sepuluh miliar rupiah) dalam Surat Pernyataan, untuk periode

penyampaian Surat Pernyataan pada bulan pertama sejak

Undang-Undang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31

Maret 2017.

Langkah Penerapan Tax Amnesty

Beberapa hal penting yang menjadi acuan atau

langkah –langkah implementasi program tax amnesty, antara

lain :

1. Penelitian dan pengumpulan data sebelum pelaksanaan

program pengampunan pajak sangat diperlukan.

2. Optimalisasi strategi ”pull and push

3. Mendefinisikan dan mengkomunikasikan, maksud dan

tujuan dari program secara tepat dengan baik.

4. Mendapatkan persetujuan dan komitmen yang kuat dari

seluruh jajaran organisasi.

5. Mendapatkan persetujuan dan dukungan yang kuat dari parlemen.

6. Tidak melakukan perubahan persyaratan administrasi di

tengah jalan, misalnya perubahan bentuk dan isi

formulir, setelah program diumumkan.

7. Pastikan bahwa program amnesti memberi manfaat

sekaligus kenyamaanan bagi yang berpartisipasi, sebaliknya

menimbulkan rasa was-was yang tinggi bila tidak

(15)

8. Meminimalisasi persyaratan yang sifatnya kurang jelas.

9. Melibatkan kalangan profesional sebanyak mungkin

seperti akuntan, pengacara, konsultan pajak, dunia

perbankan, kalangan akademisi, pengamat, Lembaga

Swadaya Masyarakat dan lain-lain.

10. Segera umumkan ke masyarakat luas jika pemerintah

dan parlemen telah memutuskan untuk melaksanakan

program amnesti ini.

11. Lakukan program sosialisasi ke seluruh lapisan

masyarakat luas dengan strategi yang tepat dan terarah.

12.Seharusnya konsep amnesti pajak perlu dipikirkan secara

mendalam karena didalamnya tidak termasuk kewajiban

membayar denda atau sanksi. Yang dipersoalkan hanya

harta kekayaan (assets) yang belum dilaporkan di Surat

Pemberitahuan Tahunan (SPT) WP baik yang berada di

dalam negeri maupun di luar negeri. Namun catatan

mengenai besarnya pajak yang belum dibayarkan atau

masih kurang bayar tetap harus di bayar oleh WP.

13.Rencana pemberian pengampunan pajak juga memiliki

konsekuensi akan hilangnya hukuman sandera badan

(gijzeling) bagi penunggak pajak, sehingga perlu kajian

mendalam aspek yuridis berkaitan dengan wajib pajak

bermasalah khususnya penunggak pajak besar.

14.Kelemahan lain dari pengampunan pajak ini bisa

menjadi motivator bagi wajib pajak untuk tidak

membayar pajak (menunda melunasi utang pajaknya).

Karena yang bersangkutan berpandangan akan mendapat

pengampunan pajak lagi.

15. Penerapan pengampunan pajak ini harus menjadi bagian

(16)

(komprehensif), yang dapat berdampak pada

kontraproduktif.

16. Diwaspadai dalam penerapan pengampunan pajak ini,

adanya kepentingan tertentu dari segelintir pengusaha

besar (yang bermasalah dengan tax voluntary rendah).

Idealnya tax amnesty ini dapat berlaku untuk semua

orang tanpa diskriminasi, bukan hanya untuk segelintir

pengusaha saja.

Penerapan Tax Amnesty Sebagai Alternatif

Bagi banyak negara, pengampunan pajak (tax

amnesty) seringkali dijadikan alat untuk menghimpun

penerimaan negara dari sektor pajak (tax revenue) secara

cepat dalam jangka waktu yang relatif singkat. Program tax

amnesty ini dilaksanakan karena semakin parahnya upaya

penghindaran pajak. Kebijakan ini dapat memperoleh

manfaat perolehan dana, terutama kembalinya dana yang

disimpan di luar negeri, dan kebijakan ini dalam mempunyai

kelemahan dalam jangka panjang dapat berakibat buruk

berupa menurunnya kepatuhan sukarela (voluntary

compliance) dari wajib pajak patuh, bilamana tax amnesty

dilaksanakan dengan program yang tidak tepat. Penelitian ini

memberikan gambaran mengenai pelaksanaan tax amnesty

di beberapa negara yang relatif lebih berhasil dalam

melaksanakan kebijakan pengampunan pajak seperti di

Afrika Selatan, Irlandia dan India, dengan maksud untuk

mempelajari kebijakan dari masing-masing negara serta

menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan program ini

dapat berhasil dan mencapai target yang ditetapkan, serta

(17)

Berdasarkan penelitian (Enste & Schneider,

2002), bahwa besarnya persentase kegiatan ekonomi

bawah tanah (underground economy), di negara maju dapat

mencapai 14 – 16 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB),

sedangkan di negara berkembang dapat mencapai 35 – 44

persen dari PDB. Kegiatan ekonomi bawah tanah ini tidak

pernah dilaporkan sebagai penghasilan dalam formulir surat

pemberitahuan tahunan (SPT) Pajak Penghasilan, sehingga

masuk dalam kriteria penyelundupan pajak (tax evasion).

Penyelundupan pajak mengakibatkan beban pajak yang

harus dipikul oleh para wajib pajak yang jujur membayar

pajak menjadi lebih berat, dan hal ini mengakibatkan

ketidakadilan yang tinggi. Peningkatan kegiatan ekonomi

bawah tanah yang dibarengi dengan penyelundupan pajak ini

sangat merugikan negara karena berarti hilangnya

penerimaan pajak yang sangat dibutuhkan untuk membiayaai

program pendidikan, kesehatan dan program-program

pengentasan kemiskinan lainnya. Oleh sebab itu timbul

pemikiran untuk mengenakan kembali pajak yang belum

dibayar dari kegiatan ekonomi bawah tanah tersebut melalui

program khusus yakni pengampunan pajak (tax amnesty).

Peluang dan Tantangan Implementasi Tax Amnesty di Indonesia

Ada beberapa langkah yang ditempuh pemerintah

Indonesia khususnya kementrian keuangan guna meningkatkan

penerimaan negara dari sektor pajak, antara lain

melaksanakan program Sensus Pajak Nasional. Selain itu

melakukan penyempurnaan peraturan untuk menangani

(18)

penggelapan pajak melalui transfer pricing, dan pengenaan pajak

final.

Langkah lainnya adalah pembenahan internal aparatur dan

sistem perpajakan. Demikian juga akan dilakukan kenaikan tarif

cukai tembakau mulai tahun 2015 yang rata-rata sebesar 12,2

persen. Upaya berikutnya adalah akan dilakukan peningkatan

akurasi penelitian nilai pabean dan klasifikasi barang impor

serta peningkatan efektivitas pemeriksaan fisik barang.

Termasuk penyempurnaan implementasi Indonesia National

Single Windows (INSW) serta pengembangan otomatisasi

pelayanan di bidang kepabeanan dan cukai.

Selain itu salah satu bentuk upaya atau inovasi lain dalam

sistem perpajakan yang berguna meningkatkan penerimaan pajak

tanpa menambah beban baik jenis pajak baru maupun

persentase pajak yang sudah ada kepada masyarakat, dunia

usaha dan para pekerja adalah melalui program tax amnesty.

Salah satu tujuan pengampunan pajak ini diharapkan dapat

mengurangi citra negatif pada aparat perpajakan yang selalu

dipersepsikan selalu bersikap sewenang-wenang dan harus

selalu dihindari, berubah menjadi hubungan yang lebih “friendly.”

Pada dasarnya inovasi atau upaya ini dapat diterapkan di

Indonesia.

Keunggulan yang diharapkan bila kebijakan tax amnesty

diimplementasikan yaitu akan dapat mendorong masuknya

dana-dana dari luar negeri yang dalam jangka panjang dapat

digunakan sebagai pendorong investasi yang pada gilirannya

bermanfaat untuk menstimulasi perekonomian nasional.

Di sisi lain kelemahannya bila diterapkan pengampunan

pajak adalah tidak serta merta menjamin peningkatan kinerja

setoran pajak ke kas negara. Hal ini bisa sebaliknya berpotensi

(19)

lainnya. Para pengusaha yang memperoleh pemutihan pajak akan

melakukan penggelapan kewajiban pajaknya. Kecuali bila

diberlakukan pengampunan pajak bersyarat. Contohnya

pengampunan pajak bersyarat, wajib pajak harus transparan

terhadap aset-aset dan penghasilan mereka. Hal ini guna

menghindari kekeliruan yang sama tahun 1984 tidak terulang

kembali yaitu minimnya akses informasi terhadap masyarakat dan

minimnya keterbukaan/transparansi serta sosialisasi kebijakan ini.

Analisis SWOT Implementasi Tax Amnesty

Bila digunakan analisis SWOT, terutama dilihat dari sisi

kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan implementasi

penerapan Tax Amnesty, dapat dijelaskan sebagai berikut :

Strength (Kekuatan)

1. Sumber daya yang dimiliki pada instansi aparatur pajak saat

ini sudah memadai yang dapat mendukung diberlakukannya

penerapan tax amnesty. Demikian juga infrastruktur pendukung

lainnya. Tercatat pegawai Ditjen Pajak saat ini adalah sebesar

32.000 orang, sehingga bila wajib pajak saat ini berjumlah 20

juta orang berarti rationya adalah 1 : 625. Walaupun ke

depan sangat perlu untuk ditambah lagi mengingat wajib

pajak setiap tahunnya mempunyai tren meningkat.

2. Bila kebijakan perpajakan seperti tax amnesty diterapkan

maka akan menciptakan kerelaan masyarakat untuk

mendaftarkan diri menjadi Wajib Pajak dan menunaikan

kewajiban perpajakannya seperti yang dilakukan pemerintah

sebelumnya dengan sunset policy maupun pemebebasan pajak

fiskal bagi warga negara Indonesia yang hendak bepergian ke

(20)

3. Dengan diadakannya sensus pajak tahun 2015 maka dapat

diketahui gambaran mengenai kondisi wajib pajak, potensi

maupun karakteristik wajib pajak yang dapat meberikan masukan

bagi pengambil keputusan guna menentukan ya atau tidak

implementasi tax amnesty dilakukan.

4. Telah disahkannya UU No. 11 Tahun 2016 tentang tax

amnesty

Opportunity (Peluang)

1. Program ini diharapkan dapat meningkatkan dana-dana

masuk ke Indonesia yang cukup banyak di simpan di luar

negeri. Di samping itu, dana-dana yang selama ini diparkir di

luar negeri dapat kembali masuk ke tanah air bila

pemerintah secepatnya menerapkan pengampunan pajak.

2. Sejumlah negara telah sukses memberlakukan tax amnesty,

salah satu diantaranya adalah Afrika Selatan, Korea Selatan

dan India;

3.Tingkat kepercayaan masyarakat yang masih tinggi

merupakan salah satu peluang untuk mewujudkan tujuan akhir

guna mengamankan penerimaan negara dari sektor pajak;

4. Kondisi ekonomi Indonesia selama ini yang selalu

membaik memberikan kesempatan untuk dapat diterapkannnya

kebijakan tax amnesty;

5. Tax amnesty dapat berpengaruh positif bagi pasar uang

pada Bursa Efek Indonesia. Bila kebijakan ini diterapkan maka

mempunyai potensi terjadi penambahan emiten baru karena

perusahaan-perusahaan tidak perlu khawatir atas

permasalahan pajak yang telah lewat. Karena masalah

perpajakan merupakan salah satu faktor yang dianggap

memberatkan bagi calon emiten untuk mengubah status

(21)

6. Bila program tax amnesty berhasil diimplementasikan maka

pemerintah mempunyai beberapa keuntungan antara lain

pemerintah dapat mengkonsentrasikan atau memfokuskan

pada upaya pemberantasan korupsi. Demikian juga dengan

diimplementasikan tax amnesty maka asset recoverynya lebih

mudah karena tidak perlu melakukan penyelidikan, penyidikan,

penuntutan dan proses hukum lainnya untuk mengambil asset

koruptor. Asset recovery adalah perbandingan antara jumlah

kerugian negara yang didakwakan dengan penyitaan asset

atau pengembalian asset korupsi. Selama ini persentase

asset recovery masih relatif kecil. Persentase asset

recovery dapat dijadikan acuan penentuan tarif tax amnesty.

Treat (Tantangan )

1. Salah satu tantangan yang dihadapi pemerintah adalah

antara lain terus dikembangkan hubungan kerja sama

internasional baik dengan institusi negara-negara lain

maupun lembaga keuangan internasional untuk dapat saling

tukar menukar data dan informasi perpajakan.

2. Beberapa peristiwa penyimpangan di Ditjen Pajak seperti

”Kasus Gayus” berakibat pada penggiringan opini wajib pajak untuk memboikot pembayaran pajak dengan melakukan

penghindaran pajak (tax avoidance).

3. Banyaknya permasalahan yang timbul terkait

pengampunan pajak sehingga aturannyapun menjadi semakin

kompleks oleh karenanya diperlukan aturan yang jelas yang

tidak menimbulkan persepsi yang berbeda serta berbagai

kepentingan.

4. Saat ini Indonesia masih memiliki permasalahan lain

(22)

Tax ratio Indonesia sampai saat ini masih rendah berkisar 13

persen bila dibandingkan dengan beberapa negara tetangga,

sehingga kebijakan tax amnesty adalah salah satu upaya

alternatif guna meningkatkan minat pembayaran pajak di

kalangan masyarakat.

Polemik dibalik pembahasan RUU No. 11 tahun 2016 tentang Tax Amnesty

Ketua Yayasan Satu Keadilan (YSK) Sugeng bersama

Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI) berencana

mengajukan gugatan atas Undang-Undang Pengampunan Pajak

atau Tax Amnesty (TA). Pengajuan judicial riview atau uji materi ke

Mahkamah Konstitusi akan dilayangkan saat UU TA berlaku

mengikat. Sugeng mengatakan pihaknya memiliki 21 alasan untuk

menggugat Undang-undang yang baru disahkan pada 28 Juli 2016

tersebut. Menurut dia, Undang-undang Tax Amnesty patut digugat

lantaran:

1. Merupakan praktek legal pencucian uang.

2. Merupakan karpet merah bagi pengemplang pajak

3. Merupakan prioritas terhadap penjahat kerah putih

4. Memberikan diskon habis-habisan terhadap pengemplang

pajak

5. Menggagalkan program whistleblower

6. Menabrak prinsip keterbukaan informasi

7. Dimanfaatkan oleh penjahat perpajakan

8. Tidak akan efektif seperti pengampunan pajak yang berlaku

pada 1964 dan 1986

9. Menghilangkan potensi penerimaan negara

10. Merupakan penghianatan terhadap warga miskin

11. Mengajarkan rakyat untuk tidak taat pajak

(23)

13. Pajak bersifat memaksa

14. Aneh bin ajaib karena hanya berlaku satu tahun

15. Pengesahan UU Tax Amnesty memposisikan Presiden dan

DPR sebagai pelanggar konstitusi

16. Menabrak prinsip kesetaraan di hadapan hukum

17. Mengintervensi San menghancurkan proses penegakan hukum

18. Cermin kelemahan pemerintah terhadap pengemplang pajak

19. Melumpuhkan institusi penegak hukum

20. Diduga sebagai pesanan pengemplang pajak karena

memberikan hak eksklusif bagi pengemplang pajak

21. Membuat proses hukum pajak ak yang berjalan menjadi

tertunda.

Disamping itu masyarakat yang mengeluhkan seperti

laporan harta kekayaan yang dimiliki baik rumah, tanah, mobil,

diposito atau lainnya yang terkena pajak 2 % menjadi beban berat

dikarenakan bilamana masyarakat yang punya usaha yang

dianggap lumayan bisa membayarnya, namun bagi masyarakat

yang sehari-hari bekerja dengan gaji sekitar Rp. 3juta atau lebih

atau usaha dagang kecil-kecilan untuk makan sehari-hari sudah

pas-pasan bagaimana membayar pajak hartanya seperti rumah

dan tanah sudah puluhan tahun dibeli dengan harganya hanya

puluhan juta rupiah, karena perubahan wilayah begitu pesat

sehingga rumah dan tanah tersebut menjadi ratusan juta hingga

milliaran harus membayar 2 % dari harga NJOP Pajak Bumi dan

Bangunan rumah dan tanah tersebut mana mungkin terbayar, ada

juga masyarakat yang tadinya punya rumah dan dibangun sejak

orang tuanya diatas tanah pihak lain dengan istilah sewa tanah

dengan tuan tanah banyak terjadi di Jakarta, rumah tersebut di

kota harga naik ikut nilai NJOP Pajak Bumi dan Bangunan

(24)

sedangkan rumah tersebut tidak bisa dimiliki karena tanah bukan

miliknya dan mau membeli tanah pemiliknya tidak tahu dimana

lagi, rumah tersebut tidak bisa di jual,begitu juga bagi pengusaha

yang baru merintis belum ada modal kadang modal boleh hutang

dengan menggadaikan hartanya seperti rumah mobil dan lainnya

(25)
(26)

PENUTUP

Simpulan

Dari pembahasan di atas ada beberapa hal yang dapat di

simpulkan antara lain sebagai berikut :

1. Tax amnesty dapat diimplementasikan di Indonesia bisa

berhasil apabila semua pihak saling memiliki kepercayaan;

2. Meskipun terdapat polemik dalam pembahasan Undang undang

tax amnesty. Namun terdapat Keunggulan yang diharapkan bila

kebijakan tax amnesty diimplementasikan yaitu akan dapat

mendorong masuknya dana-dana dari luar negeri yang dalam

jangka panjang dapat digunakan sebagai pendorong investasi

yang pada gilirannya bermanfaat untuk menstimulasi

perekonomian nasional dan akan menciptakan kerelaan

masyarakat untuk mendaftarkan diri menjadi Wajib Pajak

(WP);

3. Disamping Kelebihan terdapat juga salah satu kelemahan Tax

amnesty adalah ketidak adilan pemerintah antara pengusaha

kecil, menengah dan besar. Bila pengusaha besar yang

tunggakan pajaknya besar, cuma diwajibkan membayar 2%,

sedangkan pengusaha kecil yang keuangannya pas-pasan juga

dikenakan 2%.

(27)

Saran

Ada beberapa saran yang dapat disampaikan terkait implementasi tax amnesty di Indonesia, antara lain sebagai berikut :

1. Penerapan Tax Amnesty harusnya dibedakan antara wajib pajak

yang berpenghasilan besar, menengah dan kecil supaya tidak

akan menimbulkan polemik kedepannya;

2. Untuk proses administrasi pengajuan tax amnesty jangan terlalu

panjang dan menyusahkan buatlah sesimpel mungkin supaya

masyarakat dapat mengisi SPT dengan lancar;

3. Pemberian kebijakan pengampunan pajak semestinya tidak

hanya menghapus hak tagih atas wajib pajak (WP) tetapi yang

lebih penting lagi adalah memperbaiki kepatuhan WP, sehingga

pada jangka panjang dapat meningkatkan penerimaan pajak. 5. Implementasi Tax Amnesty dapat diterapkan bila

syarat-syarat keterbukaan dan akses informasi terhadap masyarakat

terpenuhi oleh karena itu apabila tax amnesty akan diterapkan

harus menggunakan tax amnesty bersyarat.

6. Tax amnesty dapat diterapkan terutama pada bidang-bidang atau

sektor- sektor industri tertentu saja yang dapat memberikan

pengaruh terhadap peningkatan tax ratio dengan syarat

(28)

Daftar Pustaka

Agung, Mulyo, Teori dan Aplikasi Perpajakan Indonesia, Penerbit

Dinamika Ilmu, Jakarta, 2007

Brotodihardjo R. Santoso, Pengantar Hukum Pajak, Refika Aditama,

Bandung, 1998

Enste, H. Dominik & Schendik, Frederick, Shadow Economies: Size, Causes and Consequences, Journal of Economic Literature, Vol. XXXVIII March 2000, pp 77-114

Forum Diskusi Ilmiah Perpajakan, berjudul Amnesti Pajak Perlu Prasarat Tax Reform,

(http://groups.yahoo.com/group/forum- pajak/message/10744)

Ilyas, B. Wirawan, Suhartono Rudy, Panduan Komprehensif dan Praktis

Pajak Penghasilan, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2007

Kotler, Philip dan Keller L. Kevin, Metodologi Penelitian:Aplikasi

DalamPemasaran, Indeks, Jakarta, 2006

Muhammad, Suwarsono, Manajemen Stratejik: Konsep dan Kasus, Penerbit AMP. YKPN, Yogyakarta 2000

Santoso, Urip & Justina, Setiawan. Tax amnesty dan Pelaksanaanya di Beberapa Negara : Perspektif Bagi Pebisnis Indonesia, Kopertis, Volume 11 No. 2 Juli 2009

Silitonga, Erwin, Makalah berjudul: Ekonomi bawah Tanah, Pengampunan Pajak dan Referandum, 2006

Slegman, R.A. Edwin, Essays in Taxation, New York, 1925

Subiyantoro, Heru dan Riphat, Singgih, Kebijakan, Fiskal, Pemikiran Konsep dan Implementasi, Penerbit Buku Kompas, 2004

Sukirno. Sadono, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Edisi ke-2, PT. Raja grafindo Persada, Jakarta, 1997

Tambunan, Tulus, Perdagangan Internasional dan Neraca

Pembayaran, Teori dan temuan Empiris, LP3ES, Jakarta, 2000

(29)

LAMPIRAN

Tanya Jawab Umum Terkait Pengertian Tax Amnesty

Berikut ini kumpulan FAQ (Frequently Asked Question) Terkait Pengertian Tax Amnesty, Subjek Tax Amnesty dan Objek Tax Amnesty.

1. Apa yang dimaksud dengan Tax Amnesty / Pengampunan Pajak?

Jawaban:

Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Dasar hukum : Pasal 1 angka 1 UU No 11 Tahun 2016

2. Apa yang dimaksud dengan uang tebusan?

Jawaban:

Sejumlah uang yang dibayarkan ke kas negara untuk mendapatkan Tax Amnesty / Pengampunan Pajak. Dasar hukum : Pasal 1 angka 7 UU No 11 Tahun 2016

3. Sampai kapan periode penyampaian Surat Pernyataan Pengampunan Pajak ini berlangsung?

Jawaban:

Periode penyampaian Surat Pernyataan Pengampunan Pajak berlangsung sejak Undang-Undang Pengampunan Pajak diundangkan sampai dengan 31 Maret 2017. Dasar hukum : Pasal 4 UU No 11 Tahun 2016

4. Syarat apa saja yang harus dipenuhi Wajib Pajak untuk mengajukan Tax Amnesty / Pengampunan Pajak?

Jawaban:

Syarat yang harus dipenuhi oleh wajib pajak apabila hendak mengajukan pengampunan pajak atau tax amnesty adalah sebagai berikut :

 memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;

(30)

 melunasi seluruh Tunggakan Pajak;

 melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar atau melunasi pajak yang seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/atau penyidikan;

 menyampaikan SPT PPh Terakhir bagi Wajib Pajak yang telah memiliki kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan; dan

 mencabut permohonan:

o pengembalian kelebihan pembayaran pajak;

o pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dalam

Surat Ketetapan Pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak yang di dalamnya terdapat pokok pajak yang terutang;

o pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak

benar;

o keberatan;

o pembetulan atas surat ketetapan pajak dan surat keputusan; o banding;

o gugatan; dan/atau

o peninjauan kembali, dalam hal Wajib Pajak sedang

mengajukan permohonan dan belum diterbitkan surat keputusan atau putusan.

 Dalam hal Wajib Pajak bermaksud mengalihkan Harta ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Repatriasi), Wajib Pajak juga harus memenuhi persyaratan yaitu mengalihkan Harta ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menginvestasikan Harta dimaksud di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat selama 3 (tiga) tahun:

o sebelum 31 Desember 2016 bagi Wajib Pajak yang

menyampaikan Surat Pernyataan pada periode setelah Undang-Undang Pengampunan Pajak berlaku sampai dengan 31 Desember 2016;

o sebelum 31 Maret 2017 yang menyampaikan Surat

Pernyataan pada periode sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan 31 Maret 2017.

(31)

Keterangan. Dasar hukum : Pasal 8 ayat (3), (6), dan (7) 5. Dalam hal Wajib Pajak bermaksud mengalihkan Harta ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Wajib Pajak harus mengalihkan Harta ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menginvestasikan Harta dimaksud di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat selama jangka waktu 3 (tiga) tahun, jangka waktu 3 tahun ini terhitung sejak kapan?

Jawaban:

Jangka waktu 3 (tiga) tahun dihitung sejak Harta dialihkan ke dalam wilayah NKRI. Dalam hal Wajib Pajak melakukan pengalihan melalui cabang Bank Persepsi yang berada di luar negeri, jangka waktu 3 tahun dihitung sejak WP mengalihkan Harta melalui Cabang Bank Persepsi dimaksud. Dasar hukum: Penjelasan Pasal 8 ayat (6)UU No 11 Tahun 2016.

6. Kemana Wajib Pajak dapat menyampaikan surat pernyataan untuk memperoleh Tax Amnesty / Pengampunan Pajak?

Jawaban:

Untuk memperoleh Tax Amnesty / Pengampunan Pajak, Wajib Pajak harus menyampaikan Surat Pernyataan ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau tempat lain yang ditentukan oleh Menteri. Dasar hukum : Pasal 10 ayat (1) UU No 11 Tahun 2016

7. Berapa kali surat pernyataan untuk memperoleh Tax Amnesty / pengampunan pajak dapat diajukan?

Jawaban:

(32)

8. Apakah boleh mengajukan Tax Amnesty / Pengampunan Pajak kembali dalam periode pengenaan tarif yang sama?

Jawaban:

Boleh, Pengajuan Tax Amnesty / Pengampunan Pajak dapat dilakukan dalam periode pengenaan tarif yang sama asalkan tidak melebihi 3 (kali) dalam periode Pengampunan Pajak (sejak Undang-Undang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2017). Dasar hukum : Pasal 10 ayat (7) UU No 11 Tahun 2016

9. Apakah surat pernyataan kedua atau ketiga harus diajukan setelah terbit Surat Keterangan Pengampunan Pajak atas pengajuan pengampunan sebelumnya?

Jawaban:

Tidak, Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pernyataan kedua atau ketiga sebelum atau setelah Surat Keterangan atas Surat Pernyataan yang pertama atau kedua diterbitkan. Dasar hukum : Pasal 10 ayat (8) UU No 11 Tahun 2016

10. Apakah SPT Tahunan Tahun Pajak 2015 wajib disampaikan sebelum mengajukan permohonan Tax Amnesty / pengampunan pajak?

Jawaban:

Ya, Wajib Pajak harus terlebih dahulu menyampaikan SPT Tahunan untuk tahun pajak 2015, kecuali: a. Wajib Pajak yang baru memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak pada tahun 2016 dan 2017; atau b. Wajib Pajak yang akhir tahun bukunya berakhir pada periode 1 Januari 2015 sampai dengan 30 Juni 2015, karena yang wajib disampaikan adalah SPT Tahunan Tahun Pajak 2014 Dasar hukum : Pasal 8 ayat (3) dan Pasal 1 angka 12 UU No 11 Tahun 2016

(33)

Jawaban:

Tidak, surat pernyataan harus disampaikan langsung ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar. Dasar hukum: Pasal 10 ayat (1) UU No 11 Tahun 2016

12. Apakah penandatanganan surat pernyataan untuk memperoleh pengampunan pajak boleh diwakilkan?

Jawaban:

Tidak boleh Bagi Wajib Pajak orang pribadi, tetapi boleh bagi Wajib Pajak badan dalam hal pemimpin tertinggi berdasarkan akta pendirian badan atau dokumen lain yang dipersamakan berhalangan Dasar hukum Pasal 8 ayat (2) UU No 11 Tahun 2016

13. Apakah penyampaian Surat Pernyataan untuk memperoleh pengampunan pajak boleh diwakilkan?

Jawaban:

Penyampaian Surat Pernyataan boleh diwakilkan dengan membawa surat penunjukan

14. Dalam hal penandatangan surat pernyataan dilakukan oleh kuasa Wajib Pajak Badan, haruskah dengan surat kuasa khusus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-perundangan perpajakan?

Jawaban:

(34)
(35)

Referensi

Dokumen terkait

Penempatan atas Harta tambahan yang diungkapkan dalam Surat Pernyataan untuk Harta tambahan yang berada di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, bagi Wajib Pajak

(3) Dalam hal Wajib Pjak yang bermaksud mengalihkan Harta tambahan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

(3) Dalam hal Wajib Pajak yang dalam Surat Keterangannya terdapat informasi Harta tambahan yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta tidak dialihkan dan

Dalam hal terdapat Harta yang berada di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang belum diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pernyataan pertama dan Wjib

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 123/PMK.08/2016 tentang Tata Cara Pengalihan Harta Wajib pajak Ke Dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan

Dalam hal ini yang menjadi permasalahan adalah sebagian dari harta yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia tersebut belum dilaporkan oleh pemilik harta

bahwa dalam rangka mengakomodir ketentuan mengenai pengalihan harta Wajib Pajak selain berupa dana ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, pengalihan harta berupa dana

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.08/2016 tentang Tata Cara Pengalihan Harta Wajib Pajak ke Dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesi dan Penempatan pada