PERANAN HUKUM DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
DI INDONESIA
A.
LATAR BELAKANG
Dalam menjalankan roda pemerintahan yang berbasis ekonomi kerakyatan maka sepatutnya kegiatan ekonomi kerakyatan harus dituntun oleh regulasi atau pengaturan yang baik sehingga menciptakan rasa adil dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Pengaturan hukum yang dimaksud adalah bagaimana pemerintah proaktif dalam melihat perkembangan ekonomi sedemikian pesatnya sehingga laju pertumbuhan ekonomi dapat terarah dan mempunyai rel yang pasti sehingga tidak terjadi ketimpangan dalam kegiatan ekonomi. Di sinilah peran pemerintah menciptakan regulasi sebagai check and balance, seperti membuat
kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung kegiatan ekonomi tetap terarah. Pembangunan ekonomi dilaksanakan untuk mencapai kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
Globalisasi membawa pengaruh dalam perkembangan hukum korporasi maupun hukum bisnis sebagai akibat berkembangnya pranata-pranata ekonomi dalam kegiatan bisnis yang mau tidak mau juga melahirkan suatu pranata hukum baru yang bersifat mengimpor hukum asing khususnya hukum yang berasal dari tradisi hukum Anglo saxon dengan sistem hukum common law.1
Pola pembangunan ekonomi yang serba cepat sekarang ini, menyebabkan terbentuknya pencapaian pemerataan kesejahteraan masyarakat menjadi tujuan yang utama.2
Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan adanya peranan hukum yang membawa pengaruh untuk menyusun tata kehidupan baru tersebut.
Ironisnya, ternyata arus investasi asing yang masuk ke Indonesia diikuti dengan arus keluar yang jauh lebih tinggi. Inilah yang biasa disebut sebagai net capital inflows yang
negatif. Data neraca pembayaran Indonesia, terutama pos investasi asing langsung, mencatat angka negatif sejak 1998, yang dari tahun ke tahun semakin membesar. Baru pada sejak
1 T. Mulya Lubis, ed. Peranan Hukum dalam Perekonomian di Negara Berkembang (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986), hal. 72.
tahun 2005 net capital inflows mulai mencatat angka positif, yang berarti mulai turning point.3
B.
RUMUSAN MASALAH
Bedasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini difokuskan
pada permasalahan mengkaji bagaimana peranan hukum dalam pembangunan ekonomi di
Indonesia.
C.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian hukum doktrinal yang menggunakan bahan hukum primer. Teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
D.
PEMBAHASAN
Hukum sebagai alat untuk mencapai tujuan negara, selain berpijak pada lima dasar (Pancasila), juga harus berfungsi dan selalu berpijak pada empat prinsip cita hukum (rechtsidee), yakni: (1) melindungi semua unsur bangsa (nation) demi keutuhan (integrasi);
(2) mewujudkan keadilan sosial dalam bidang ekonomi dan kemasyarakatan; (3) mewujudkan kedaulatan rakyat (demokrasi) dan negara hukum (nomokrasi); (4) menciptakan
toleransi atas dasar kemanusiaan dan berkeadaban dalam hidup beragama.4
Empat prinsip cita hukum tersebut haruslah selalu menjadi asas umum yang memandu terwujudnya cita-cita dan tujuan negara, sebab cita hukum adalah kerangka
keyakinan (belief framework) yang bersifat normatif dan konstitutif. Cita hukum itu bersifat
normatif karena berfungsi sebagai pangkal dan prasyarat ideal yang mendasari setiap hukum positif, dan bersifat konstitutif karena mengarahkan hukum dan tujuan yang hendak dicapai
oleh Negara.5
3 Mudrajad Kuncoro, Akhir Paceklik Investasi?, Guru Besar FE UGM, Koordinator Ahli Ekonomi Regional PSEKP UGM, dan Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi FE UGM.
4 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan CV. Sinar Bakti, 1988), hal. 86 – 100.
Berkaitan dengan pembangunan ekonomi perlu diciptakan hukum yang berperan mengatur perekonomian dengan memberikan pembatasan-pembatasan tertentu kepada pihak yang kuat dan memberikan peluang-peluang kepada pihak yang lemah dalam rangka mencapai keadilan. Dengan adanya regulasi hukum dalam kegiatan ekonomi dapat mencegah adanya tindakan sewenang-wenangan dari pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Dengan demikian diharapkan pembangunan ekonomi akan berjalan adil dan benar-benar dapat menunjang pembangunan ekonomi, karena melalui hukum yang ditegakkan dengan baik dan benar, masyarakat diarahkan untuk melakukan atau tidak melakukan hal-hal tertentu untuk mencapai tujuan ekonomi yang diinginkan.
Ketiadaan kelembagaan hukum ekonomi yang kuat diduga sebagai penyebab ekonomi pasar tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan, yaitu menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak. Kelembagaan hukum ekonomi yang kuat jika merujuk kepada pendapat dari Prof. Erman Radjagukguk ialah kelembagaan hukum ekonomi yang
lebih kurang mampu menciptakan "stability", "predictability" dan "fairness".6
Selanjutnya dua hal yang pertama adalah prasyarat bagi sistim ekonomi apa saja
untuk berfungsi. Termasuk dalam fungsi stabilitas (stability) adalah potensi hukum
menyeimbangkan dan mengakomodasi kepentingan-kepentingan yang saling bersaing.7
Kebutuhan fungsi hukum untuk dapat meramalkan (predictability) akibat dari suatu
langkah-langkah yang diambil khususnya penting bagi negeri yang sebagian besar rakyatnya untuk pertama kali memasuki hubungan-hubungan ekonomi melampaui lingkungan sosial yang
tradisional. Aspek keadilan (fairness), seperti, perlakuan yang sama dan standar pola tingkah
laku Pemerintah adalah perlu untuk menjaga mekanisme pasar dan mencegah birokrasi yang
berlebihan.8 Dan yang tidak kalah penting, jika sedikit mengutip pendapat Prof. Charles
Himawan bahwa adanya badan peradilan yang andal (reliable judiciary) juga sangat
menentukan bagi proses hukum terhadap sengketa-sengkata bisnis yang dihadapi oleh pelaku
ekonomi.9
Sedangkan kelembagaan hukum ekonomi yang ada pada waktu ketika Indonesia mulai menerapkan sistem ekonomi pasar, jika merujuk kepada pendapat dari Prof.
6 Erman Radjagukguk,
“Hukum Ekonomi Indonesia Memperkuat Persatuan Nasional, Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Memperluas Kesejahteraan Sosial,” Makalah disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Pembangunan Hukum
Nasional ke VIII yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Denpasar, 14-18 Juli 2003.
7 Ibid. 8 Ibid.
Hikmahanto Juwana, telah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada.10 Sehingga
perlu dilakukan penyesuaian kelembagaan hukum ekonomi yang ada agar dapat mendukung berkerjanya ekonomi pasar di Indonesia. Dan penyesuaian kelembagaan hukum ekonomi ini dilakukan dengan cara salah satunya melalui proses transplantasi hukum dari Amerika
Serikat dan Eropa11 ke dalam kelembagaan hukum ekonomi Indonesia.
Indonesia belum memiliki hukum persaingan usaha, sehingga akibat yang terjadi adalah sistem ekonomi pasar yang ada malahan menghasikan maraknya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat di dalam pasar, dan pasar yang diharapkan dapat menghasilkan pemanfaatan sumberdaya yang lebih maksimal dan efesien yang terjadi justru sebaliknya, perekonomian Indonesia menjadi begitu tidak efesien dan kehilangan daya saingnya dengan negara lain.
Dalam era globalisasi, masuknya investasi dalam suatu negara berkembang khususnya Indonesia merupakan salah satu peranan yang sangat signifikan dalam memacu pembangunan ekonomi. Karena di negara-negara berkembang kebutuhan akan modal
pembangunan yang besar selalu menjadi masalah utama dalam pembangunan ekonomi.12
Sehingga diantara negara-negara berkembang yang menjadi perhatian bagi investor adalah tidak hanya sumber daya alam yang kaya, namun yang paling penting adalah bagaimana hukum investasi di negara tersebut dapat memberikan kepastian hukum dan kepastian berusaha.
Disinilah hukum merupakan faktor yang sangat penting dalam kaitannya dengan perlindungan hukum yang diberikan suatu negara bagi kegiatan penanaman modal. Sebagaimana diungkapkan oleh Prof. Erman Radjagukguk, bahwa faktor yang utama bagi hukum untuk dapat berperanan dalam pembangunan ekonomi adalah apakah hukum mampu
menciptakan "stability", "predictability" dan "fairness". Dua hal yang pertama adalah
prasyarat bagi sistem ekonomi apa saja untuk berfungsi. Termasuk dalam fungsi stabilitas (stability) adalah potensi hukum menyeimbangkan dan mengakomodasi
kepentingan-kepentingan yang saling bersaing. Kebutuhan fungsi hukum untuk dapat meramalkan (predictability) akibat dari suatu langkah-langkah yang diambil khususnya penting bagi
negeri yang sebagian besar rakyatnya untuk pertama kali memasuki hubungan-hubungan
10 Hikmahanto Juwana, “Politik Hukum UU bidang Ekonomi di Indonesia.” bahan kuliah ke-2 Aspek Hukum dalam Kebijakan Ekonomi Angkatan XV PD Program Magister Perencanaan Kebijakan Publik-FEUI, hal.7.
11 Ibid. hal. 9.
ekonomi melampaui lingkungan sosial yang tradisional. Aspek keadilan (fairness), seperti,
perlakuan yang sama dan standar pola tingkah laku Pemerintah adalah perlu untuk menjaga
mekanisme pasar dan mencegah birokrasi yang berlebihan.13 Sehingga melalui sistem hukum
dan peraturan hukum yang dapat memberikan perlindungan, akan tercipta kepastian (predictability), keadilan (fairness) dan efisiensi (efficiency) bagi para investor untuk
menanamkan modalnya.
Sebagaimana pendapat Prof. Erman Radjagukguk, maka hukum investasi sebagai
bagian dari hukum ekonomi harus mempunyai fungsi stabilitas (stability), yaitu bagaimana
potensi hukum dapat menyeimbangkan dan mengakomodasi kepentingan-kepentingan yang saling bersaing dalam masyarakat. Sehingga hukum investasi dapat mengakomodasi kepentingan-kepentingan modal asing dan sekaligus dapat pula melindungi pengusaha-pengusaha lokal atau usaha kecil. Dalam kaitannya dengan hal ini, maka investasi akan
sangat dipengaruhi stabilitas politik.14 Investor mau datang ke suatu negara sangat
dipengaruhi faktor political stability. Terjadinya konflik elit politik atau konflik masyarakat
akan berpengaruh terhadap iklim investasi. Penanam modal asing akan datang dan mengembangkan usahanya jika negara yang bersangkutan terbangun proses stabilitas politik dan proses demokrasi yang konstitusional.
Yang Kedua, kebutuhan fungsi hukum investasi untuk dapat meramalkan (predictability), adalah mensyaratkan bahwa hukum tersebut mendatangkan kepastian.
Investor akan datang ke suatu negara bila ia yakin hukum akan melindungi investasi yang dilakukan. Kepastian hukum akan memberikan jaminan kepada investor untuk memperoleh
economic oppurtunity15 sehingga investasi mampu memberikan keuntungan secara ekonomis
bagi investor. Adanya kepastian hukum juga merupakan salah satu faktor utama untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi investor, karena dalam melakukan investasi selain tunduk kepada ketentuan hukum investasi, juga ketentuan lain yang terkait dan tidak bisa dilepaskan sebagai pertimbangan bagi investor untuk menanamkan modalnya. Dengan banyaknya peraturan-peraturan yang mengatur investasi dan yang terkait dengan investasi kadangkala menimbulkan kekaburan atau ketidakpastian mana hukum yang berlaku. Apabila dikaitkan dengan keberadaan hukum dengan masyarakat, maka perlunya wibawa hukum agar
13 Erman Radjagukguk, Hukum Ekonomi Indonesia: Memperkuat Persatuan Nasional, Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Dan Memperluas Kesejahteraan Sosial, Disampaikan dalam Seminar dan Lokakarya Pembangunan Hukum Nasional ke VIII, diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Denpasar 14-18 Juli 2003.
14 Erman Radjagukguk, Hukum Investasi di Indonesia, Cet. I (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia 2007), hal. 27-31.
dapat ditaati dan sebagai pegangan dalam menjalankan relasi satu dengan yang lain terlebih lagi dalam lalu lintas bisnis diperlukan adanya kepastian hukum yang berlaku. Hal ini
dikemukakan pula oleh Sentosa Sembiring,16 jika arti pentingnya hukum dikaitkan dengan
investasi, investor membutuhkan adanya kepastian hukum dalam menjalankan usahanya. Artinya, bagi para investor butuh ada satu ukuran yang menjadi pegangan dalam melakukan kegiatan investasinya. Ukuran inilah yang disebut aturan yang dibuat oleh yang mempunyai otoritas untuk itu. Aturan tersebut berlaku untuk semua pihak.
E. KESIMPULAN
Untuk menjaga kestabilan perekonomian bangsa, maka setiap regulasi hukum yang lahir sebagai bentuk kebijakan-kebijakan yang menunjang kegiatan ekonomi harus sinkron satu dengan yang lainnya dan harus memenuhi ketentuan asas yang berlaku, sehingga dalam pelaksanaannya tidak terjadi tumpang tindih dan dapat terarah dan terukur dengan tepat.
Hukum sangat berperan dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Hal ini dapat disaksikan dengan adanya kebijakan pemerintah yang lahir untuk mengatur kegiatan perekonomian. Hukum merupakan rel yang digunakan dalam menjalankan kegiatan ekonomi sehingga tidak terjadi adanya kecurangan-kecurangan dan diskriminasi bagi ekonomi kerakyatan. Di sini hukum juga dipandang sebagai ramalan, pandangan, dan jaminan kepastian hukum demi lancarnya suatu usaha. Dan juga sebagai media kreatif bagi pelaku usaha atau sebagai jaminan pelindung agar merasa aman dalam melakukan kegiatan ekonomi sehingga tercipta pembangunan ekonomi yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
Oleh sebab itu Pemerintah dalam mengeluarkan atau melahirkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi agar memperhatikan aspek pemerataan dan nondiskriminasi bagi seluruh rakyat Indonesia. Selanjutnya, untuk dapat mengefektifkan kebijakan yang ada agar semua pihak bersinergi dalam membangun perekonomian bangsa agar dapat terarah dengan baik.
Berdasarkan uraian diatas maka jelaslah bagi bangsa Indonesia, bahwa salah satu upaya untuk menggerakkan kembali perekonomian Nasional adalah bagaimana menciptakan iklim dunia usaha yang kondusif. Dengan penataan hukum ekonomi khususnya hukum investasi diharapkan mendorong investasi di Indonesia, baik penanaman modal dalam negeri
maupun asing. Kebijakan-kebijakan yang dirumuskan haruslah yang mampu membuat Indonesia bersaing dengan negara-negara di ASEAN khususnya, dalam menarik investasi asing.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Himawan, Charles. Hukum Sebagai Panglima. Cet.1. (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2003).
Kartadjoemena, H.S. Substansi Perjanjian GATT/WTO dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa (Jakarta: UI Press, 2000).
Kuncoro, Mudrajad. Akhir Paceklik Investasi?, Guru Besar FE UGM, Koordinator Ahli Ekonomi Regional PSEKP UGM, dan Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi FE UGM.
Kusnardi, Moh, dan Harmaily Ibrahim. Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan CV. Sinar Bakti, 1988).
Lubis, T. Mulya. Peranan Hukum dalam Perekonomian di Negara Berkembang (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 1986).
Mahfud MD, Moh. Politik Hukum Di Indonesia, (Jakarta : PT Pustaka LP3ES, 1998).
Radjagukguk, Erman. Hukum Investasi di Indonesia, Cet. I (Jakarta: Fakultas Hukum
Universitas Al-Azhar Indonesia 2007).
Sembiring, Sentosa. Hukum Investasi (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2007).
MAKALAH
Juwana, Hikmahanto. “Politik Hukum UU bidang Ekonomi di Indonesia.” bahan kuliah ke-2 Aspek Hukum dalam Kebijakan Ekonomi Angkatan XV PD Program Magister Perencanaan Kebijakan Publik-FEUI.
Radjagukguk, Erman. “Hukum Ekonomi Indonesia Memperkuat Persatuan Nasional,
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Memperluas Kesejahteraan Sosial,” Makalah
disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Pembangunan Hukum Nasional ke VIII yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen
---. Peranan Hukum Dalam Pembangunan Pada Era Globalisasi: Implikasinya Bagi Pendidikan Hukum di Indonesia. Pidato pengukuhan Guru Besar FH-UI, Jakarta:
4 Januari 1997.
---. Hukum Ekonomi Indonesia: Memperkuat Persatuan Nasional, Mendorong
Pertumbuhan Ekonomi Dan Memperluas Kesejahteraan Sosial, Disampaikan dalam