• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Terhadap Materi Ajar Sejarah Ke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tinjauan Terhadap Materi Ajar Sejarah Ke"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN PENELITIAN DOSEN

PENELITI MUDA

TINJAUAN TERHADAP MATERI AJAR SEJARAH KEBUDAYAAN

ISLAM PADA MADRASAH TSANAWIYAH

DI KABUPATEN TANAH DATAR

OLEH :

DRA. FATMAWATI, M.AG.

DOSEN SEJARAH PERADABAN ISLAM

STAIN BATUSANGKAR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

STAIN BATUSANGKAR

(2)

2

LEMBARAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Tinjauan Terhadap Materi Ajar Sejarah Kebudayaan Islam Pada Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Tanah Datar. 2. Jenis Penelitian : Penelitian Lapangan

3. Bentuk Penelitian : Penelitian Muda

4. Bidang Keilmuan : Sejarah Kebudayaan Islam 5. Pelaksana :

a. Nama Lengkap : Dra. Fatmawati, M.Ag b. NIP : 19610405 199203 2 001 c. Pangkat / Golongan : Pembina (IV/a)

d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

6. Lokasi Penelitian : MTsN di Kabupaten Tanah Datar 7. Waktu Penelitian : 6 bulan

8. Biaya Penelitian : Rp. 7.500.000 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah)

Batusangkar, Desember 2014 Mengetahui Peneliti

Kepala P3M STAIN Batusangkar

= Ulya Atsani, S.H, M.Hum = = Dra. Fatmawati, M.Ag = NIP : 19750303 199903 1 004

(3)

3

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan mengucapkan rasa syukur yang setinggi-tingginya kepada Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan hidayat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan salam penulis kirmkan untuk arwah Nabi Muhammad SAW yang telah berjasa besar dalam menyebar-luaskan ajaran Islam dan menata kehdupan masyarakat secara Islami, yang merupakan awal terbentuknya Kebudayaan Islam.

Penelitian ini berjudul Tinjauan Terhadap Materi Sejarah Kebudayaan Islam Pada Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Tanah Datar, dan telah melalui tahapan-tahapan kegiatan sesuai dengan prosedur penelitian ilmiah yang berlaku. Selama pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan, penulis banyak mendapatkan bantuan, dorongan dan kritikan yang konstruktif dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Ketua STAIN Batusangkar, yang dengan Surat Keputusan Ketua STAIN Batusangkar Nomor : STI.02/I/TL.00/998/2014 tanggal 7 Agustus 2014 tentang Penetapan Penelitian Bagi Peneliti Muda Pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Batusangkar Tahun 2014, telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.

2. Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) STAIN Batusangkar yang telah membantu dan memberikan fasilitas dalam rangka terwujudnya laporan penelitian ini. 3. Para Kepala Sekolah dan Guru-Guru yang mengajar SKI pada Madrasah Tsanawiyah di

Kabupaten Tanah Datar, yang telah memberikan data yang diperlukan kepada penulis dalam penelitian ini.

4. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis, sejak dari pelaksanaan penelitian sampai tersusunnya laporan ini.

(4)

4

Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan laporan ini banyak terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga saran dan kritikan yang membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Akhirnya penulis berharap, semoga karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu Sejarah Kebudayaan Islam.

Batusangkar, Desember 2014 Penulis

(5)

5

ABSTRAK

Peneliti : Fatmawati, NIP : 19610405 199203 2 001, Jabatan : Lektor Kepala , Dosen sejarah Peradaban Islam STAIN Batusangkar, Judul Penelitian : Tinjauan Terhadap Materi Sejarah Kebudayaan Islam Pada Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Tanah Datar.

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana materi ajar SKI pada Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Tanah Datar. Tujuan penelitian penulis adalah untuk menggambarkan materi ajar SKI pada Madrasah Tsanawiyah di Kelas VII dan Kelas VIII.

Jenis penelitian yang penulis laksanakan adalah penelitian lapangan (field research), yaitu menggunakan metode survey dengan pendekatan kualitatif, untuk mengetahui dan memahami suatu fenomena yang terjadi pada objek penelitian yang diarahkan kepada latar individu secara holistik (menyeluruh) tidak untuk melakukan generalisasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu pemilihan sumber data berdasarkan pertimbangan dan tujuan tertentu, dalam artian, orang tersebut dianggap lebih mengetahui tentang apa yang kita harapkan di fokus penelitian, sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek yang diteliti

Yang menjadi sumber data penulis dalam penelitian ini adalah guru-guru yang mengajar SKI pada Madrasah Tsanawsiyah di Kabupaten Tanah Datar. Teknik pengumpulan datanya dengan melakukan observasi dan wawancara secara mendalam (in deph interview), sehingga susunan pertanyaan atau kata-kata dapat dirubah saat interview, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya, seperti pertimbangan usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan informan yang sedang dihadapi oleh peneliti.

Pengolahan data dilakukan dengan mengkategorisasikan data yang terkait dengan permasalahan penelitian. Data tersebut dikelompokkan sesuai dengan topik permasalahannya, kemudian disusun dalam bentuk narasi, sehingga data itu berbentuk rangkaian infprmasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian. Data itu kemudian diinterpretasikan dan dianalisa sesuai dengan fakta sejarah yang dikemukakan oleh para ahli sejarah, lalu ditarik kesimpulan dari uraian-uraian yang tersusun itu, sehingga dapat memberikan jawaban terhadap masalah penelitian.

(6)

6

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Sasaran dan Tujuan Penelitian ... 5

D. Definisi Operasional ... 6

E. Kajian Riset Sebelumnya ... 6

BAB II : KAJIAN TEORI A. Prinsip Dasar Penyusunan Materi Ajar ... 8

B. Materi Pelajaran SKI di Madrasah Tsanawiyah ... 9

1. Ruang Lingkup Materi SKI di Madrasah Tsanawiyah ... 9

2. Materi SKI di Madrasah Tsanawiyah ... 11

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 94

B. Metode Penelitian ... 94

C. Tempat Penelitian ... 94

D. Instrumen Penelitian ... 94

E. Sumber Data ... 94

F. Teknik Pengumpulan Data ... 95

G. Teknik Analisis Data ... 95

H. Pengujian Keabsahan Data ... 95

BAB IV: HASIL PENELITIAN A. Temuan Umum ... 96

(7)

7

1. Materi ajar SKI untuk Kelas VII Semester I di MTs ... 98 2. Materi ajar SKI untuk Kelas VII Semester II di MTs ... 101 3. Materi ajar SKI untuk Kelas VIII Semester I di MTs ... 107

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 108 B. Saran-Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA

(8)

8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah Kebudayaan Islam sebagaimana disebutkan pada lampiran 3b bab VII Permenag No 2 tahun 2008, merupakan salah satu mata pelajaran di MTs yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW, al Khulafa; al Rasyidun, Bani Umayyah, Dawlah „Abbasiyah, Ayyubiyah sampai perkembangan Islam di Indonesia. Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.

Mata pelajaran SKI di MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah Saw dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

2. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.

3. Melatih daya kristis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

4. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.

(9)

9

Berdasarkan uraian tersebut, penyusunan materi mata pelajaran SKI dapat dikembangkan menjadi beberapa komponen yang bertujuan untuk :

a. Meningkatkan pengenalan dan kemampuan mengambil ibrah terhadap peristiwa penting sejarah kebudayaan Islam, mulai dari perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan para khulafaurrasyidin, Bani Umaiyah, Abbasiyah, Al-Ayyubiyah sampai dengan perkembangan Islam di Indonesia.

b. Mengapresiasi fakta dan makna peristiwa-peristiwa bersejarah dan mengaitkannya dengan fenomena kehidupan sosial, budaya, politik, pemerintahan, ekonomi, iptek, bahasa dan seni.

c. Meneladani nilai-nilai dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam peristiwa bersejarah. Mahmud Yunus dalam bukunya Metode Khusus Pendidikan Agama (1980 : 76) menyebutkan bahwa pembelajaran sejarah kebudayaan Islam setidaknya memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut :

a. Peserta didik yang membaca sejarah dapat menyerap unsur-unsur keutamaan dari padanya agar mereka dengan senang hati mengikuti tingkah laku para Nabi dan orang-orang shaleh dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pelajaran sejarah merupakan contoh teladan baik bagi umat Islam yang meyakininya dan merupakan sumber syariah yang besar.

c. Studi sejarah dapat mengembangkan iman, mensucikan moral, membangkitkan patriotisme dan mendorong untuk berpegang pada kebenaran serta setia kepadanya.

d. Pembelajaran sejarah akan memberikan contoh teladan yang sempurna kepada pembinaan tingkah laku manusia yang ideal dalam kehidupan pribadi dan sosial anak-anak dan mendorong mereka untuk mengikuti teladan yang baik, dan bertingkah laku seperti Rasul. e. Untuk pendidikan akhlak, selain mengetahui perkembangan agama Islam seluruh dunia.

Prinsip Dasar Pengembangan Materi Pembelajaran :

(10)

10

besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Materi pembelajaran menempati posisi yang sagat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indicator.

Jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut, fakta, konsep, prinsip, prosedur dan sikap atau nilai.

Fakta adalah segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya.

Konsep adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang b i s a t i m b u l s e b a g a i h a s i l p e m i k i r a n , m e l i p u t i d e f i n i s i , p e n g e r t i a n , c i r i khusus, hakikat, inti /isi dan sebagainya.

Prinsip adalah berupa hal-hal utama, pokok dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat , paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.

Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. Dengan demikian materi SKI termasuk kepada jenis materi fakta karena menjelaskan peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya

Sikap atau Nilai merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar,dan bekerja, dsb. Contoh, aplikasi sosiologi dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk sikap toleransi dalam menghadapi fenomena sosial yang bervariasi.

(11)

11

jika peserta didik dan sekolah berlokasi bertempat di daerah pantai, maka pengembangan materi pembelajaran diupayakan agar selaras dengan kondisi masyarakat pantai. 3). Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spritual peserta didik; 4) Kebermanfaatan bagi peserta didik; pengembangan materi pembelajaran diupayakan agar manfaatnya dapat dirasakan peserta didik dalam waktu yang relatif singkat, setelah suatu materi pembelajaran tuntas dilaksanakan. 5) Struktur keilmuan; mengembangkan materi pembelajaran harus didasarkan pada struktur keilmuan.

Menurut kurikulum sekarang, materi SKI untuk Kelas VII Semester I adalah ruang lingkup Sejarah Kebudayaan Islam, Sejarah Nabi Muhammad SAW pada Periode Makkah dan Periode Madinah, sedangkan untuk Semester II adalah sejarah perkembangan Islam pada masa al Khulafa al Rasyidun dan sejarah perkembangan Islam pada masa Dawlah Bani Umayyah. Untuk Kelas VIII Semester I adalah sejarah perkembangan Islam pada masa Dawlah 'Abbasiyah, sedangkan untuk Semester II adalah sejarah perkembangan Islam pada masa Dinasti Ayyubiyah. Untuk Kelas IX Semester I adalah perkembangan Islam di Indonesia, mulai dari proses masuknya Islam ke Nusantara sampai kepada peneladanan semangat para tokoh pengembang Islam tersebut, sedangkan untuk Semester II adalah sejarah tradisi Islam di Nusantara.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di MTs, guru sudah membuat bahan ajar sesuai dengan standar isi dan kurikulum sekarang. Akan tetapi, setelah penulis melakukan penjajakan ke lapangan, ditemukan bahan ajar yang sudah disusun oleh guru, berdasarkan hasil observasi awal dan studi dokumentasi terhadap bahan ajar tersebut mengenai ruang lingkup sejarah kebudayaan Islam belum terdapat dari uraian indikator tentang dasar-dasar kebudayaan Islam dan peradaban Islam dan unsur-unsur kebudayaan Islam itu sendiri serta belum adanya indicator tentang periodesasi perkembangan kebudayaan Islam. Pada masa pemerintahan al Khulafa; al Rasyidun, masa pemerintahan Abu Bakr dia mengemukakan ada Phase Makkah dan Phase Madinah.

(12)

12

buku paket, seharusnya guru juga merujuk kepada sumber yang lainnya selain dari buku paket.

Dengan demikian, dalam penelitian ini penulis memberi judul Tinjauan Terhadap Materi Ajar SKI Pada Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Tanah Datar.

B. Perumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana materi ajar SKI pada Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Tanah Datar ?.

Karena terlalu luasnya ruang lingkup materi SKI di tingkat Tsanawiyah dan keterbatasan waktu penelitian yang akan dilakukan, maka di sini penulis perlu memfokuskan permasalahannya. Adapun fokus masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Keadaan Materi ajar SKI pada Madrasah Tsanawiyah di Kelas VII Semester I dan II.

2. Keadaan Materi ajar SKI pada Madrasah Tsanawiyah di Kelas VIII Semester I.

C. Sasaran dan Tujuan Penelitian

Yang menjadi sasaran penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui keadaan Materi ajar SKI pada Madrasah Tsanawiyah di Kelas VII Semester I dan II.

2. Untuk mengetahui keadaan Materi ajar SKI pada Madrasah Tsanawiyah di Kelas VIII Semester I.

Adapun yang menjadi tujuan penelitian penulis adalah :

1. Untuk menggambarkan materi ajar SKI pada Madrasah Tsanawiyah di Kelas VII Semester I dan II.

(13)

13

D. Definisi Operasional

Judul penelitian ini adalah “Tinjauan Terhadap Materi Ajar SKI Pada Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Tanah Datar”. Di sini penulis akan mengemukakan definisi operasional sebagai berikut :

Tinjauan terhadap Materi Ajar SKI, yang penulis maksudkan adalah melihat dan mengamati bagaimana keadaan materi ajar SKI yang dipelajari oleh siswa pada Kelas VII dan Kelas VIII Semester I.

Madrasah Tsanawiyah, yang penulis maksud adalah Madrasah Tsanawiyah Negeri maupun Swasta yang terdapat di dua kecamatan dalam Kabupaten Tanah Datar, yakni Madrasah Tsanawiyah yang terdapat di Kecamatan Lima Kaum dan Kecamatan Tanjuang Ameh Kabupaten Tanah Datar.

Yang penulis maksud dari judul penelitian ini secara keseluruhan adalah melihat dan mengamati materi ajar yang disusun oleh guru SKI untuk Madrasah Tsanawiyah baik dari pengembangan indikator yang terdapat pada standar isi SK dan KD yang terdapat pada materi Sejarah Kebudayaan Islam yang dipelajari oleh siswa Kelas VII dan VIII yang berhubungan dengan ruang likup Sejarah Kebudayaan Islam, Sejarah Nabi Muhammad SAW pada Pase Makkah, Sejarah Nabi Muhammad SAW pada Pase Madinah, Pemerintahan Islam Masa Khulafa Al-Rasyiddin, Pemerintahan Islam Masa Daulah Bani Umayyah di Timur, dan pemerintahan Islam pada masa Daulah „Abbasiyah.

E. Kajian Riset Sebelumnya

Dari hasil tinjauan penulis belum ditemukan hasil penelitian baik penelitian individu, maupun penelitian kelompok yang membahas judul yang sama dengan yang penulis angkatkan yaitu Tinjauan Terhadap Materi Ajar Sejarah Kebudayaan Islam pada Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Tanah Datar. Dari kajian riset yang penulis lakukan sebelumnya penulis baru menemukan Sirat Al Nabiy yang disusun oleh Ibn Hisyam, Sejarah Hidup Muhammad SAW yang dikarang oleh Husayn Haekal, al Rahiq al Makhtum yang disusun oleh al Mubarakfuriy, Muhammad SAW Rasul Tera khir yang disusun oleh Majid Ali Khan,

kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW oleh Munawar Khalil, al Khulafa Al-Rasyidun

(14)

14

(15)

15

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Prinsip Dasar Penyusunan Materi Ajar

Salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan adalah kemampuan dan keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Materi pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tidak terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat Kegiatan Pembelajaran. Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indicator.

Jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut, fakta, konsep, prinsip, prosedur dan sikap atau nilai. Fakta adalah segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya.

Konsep adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi defisini, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti dan sebagainya.

(16)

16

Sikap atau Nilai merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar,dan bekerja, dsb. Contoh, aplikasi sosiologi dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk sikap toleransi dalam menghadapi fenomena sosial yang bervariasi.

Dalam pengembangan materi pembelajaran, guru harus mampu mengidentifikasi dan mempertimbangkan hal-hal berikut : 1). Potensi peserta didik; meliputi potensi intelektual, emosional, spiritual, sosial, dan potensi vokasional. 2). Relevansi dengan karakteristik daerah; jika peserta didik dan sekolah berlokasi bertempat di daerah pantai, maka pengembangan materi pembelajaran diupayakan agar selaras dengan kondisi masyarakat pantai. 3). Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spritual peserta didik; 4) Kebermanfaatan bagi peserta didik; pengembangan materi pembelajaran diupayakan agar manfaatnya dapat dirasakan peserta didik dalam waktu yang relatif singkat, setelah suatu materi pembelajaran tuntas dilaksanakan. 5) Struktur keilmuan; mengembangkan materi pembelajaran harus didasarkan pada struktur keilmuan.

B. Materi Pelajaran SKI di Madrasah Tsanawiyah

1. Ruang Lingkup Materi SKI di Madrasah Tsanawiyah

Berdasarkan kurikulum yang dipakai sekarang, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ini diberikan pada masing-masing semester untuk setiap kelasnya, yakni Semester I dan II dari Kelas VII sampai Kelas IX.

Untuk Semester I Kelas VII, materinya adalah ruang lingkup Sejarah Kebudayaan Islam serta Sejarah Nabi Muhammad SAW pada Periode Makkah dan pada Periode Madinah. Materi yang pertama, yakni ruang lingkup SKI, mencakup pengertian kebudayaan Islam, manfaat dan tujuan mempelajari SKI serta mengidentifikasikan wujud kebudayaan bentuk / wujud kebudayaan Islam.

(17)

17

untuk masa kini dan yang akan datang. Yang ketiga adalah meneladani perjuangan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat dalam menghadapi masyarakat Makkah.

Materi yang ketiga, yakni Sejarah Nabi Muhammad SAW pada Periode Madinah, juga mencakup tiga kompetensi dasar. Yang pertama adalah deskripsi sejarah Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan. Yang kedua adalah mengambil 'ibrah dari misi Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan untuk masa kini dan masa yang akan datang. Yang ketiga adalah meneladani semangat perjuangan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat di Madinah.

Untuk Semester II Kelas VII, materinya adalah sejarah perkembangan Islam pada masa al Khulafa al Rasyidun dan sejarah perkembangan Islam pada masa Dawlah Bani Umayyah. Materi yang pertama, yakni sejarah perkembangan Islam pada masa al Khulafa al Rasyidun mencakup tiga kompetensi dasar. Yang pertama adalah menceritakan berbagai prestasi yang dicapai oleh al Khulafa al Rasyidun. Yang kedua adalah mengambil 'ibrah dari prestasi yang dicapai oleh al Khulafa al Rasyidun untuk masa kini dan yang akan datang. Yang ketiga adalah meneladani gaya kepemimpinan al Khulafa al Rasyidun.

Materi yang kedua, yakni perkembangan Islam pada masa Dawlah Bani Umayyah, mencakup lima kompetensi dasar, yaitu sejarah berdirinya Dawlah Bani Umayyah, deskripsi perkembangan kebudayaan / peradaban Islam pada masa Dawlah Bani Umayyah, mengidentifikasi tokoh ilmuan muslim dan perannya dalam kemajuan kebudayaan dan peradaban Islam pada masa Dawlah Bani Umayyah, mengambil 'ibrah dari perkembangan kebudayaan / peradaban Islam pada masa Dawlah Bani Umayyah untuk masa kini dan yang akan datang, serta meneladani kesederhanaan dan kesalihan Khalifah 'Umar ibn 'Abd al 'Aziz.

(18)

18

2. Materi SKI di Madrasah Tsanawiyah

a. Gambaran Umum Sejarah Kebudayaan Islam

1). Pengertian Sejarah

Sejarah adalah kisah dan peristiwa masa lampau umat manusia. Kata „Sejarah‟ berasal dari bahasa arab Syajarah yang berarti pohon kehidupan. Dalam bahasa asing lainnya, disebut

histore (Prancis), history (Inggris). Akar kata history itu sendiri berasal dari historia (Yunani) yang berarti pengetahuan tentang gejala-gejala alam terutama mengenai umat manusia yang bersifat kronologis, sedangkan yang tidak bersifat kronologis dipakai kata scientia atau

science. Demikian dijelaskan oleh Alvian (1984 : 3), yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman (1999 : 2). Dalam perkembangannya, sejarah hanya terbatas pada aktivitas manusia yang berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang disusun secara kronologis. Sementara menurut Sidi Gazalba (1981 : 2), ilmu sejarah adalah ilmu yang berusaha menentukan pengetahuan tentang masa lalu suatu masyarakat tertentu.

Selain definisi di atas, ada lagi pengertian tentang sejarah yang dikemukakan oleh Ibnu Khaldun dalam bukunya Muqaddamah (1981 : 56), Sejarah ialah peristiwa-peristiwa penting dan istimewa pada waktu atau bangsa tertentu. Pengertian yang sederhana di antaranya sebagai berikut, yaitu sejarah adalah peristiwa masa lalu yang tidak hanya sekedar memberi informasi tentang terjadinya peristiwa tersebut, tetapi juga memberikan interpretasi yang terjadi dengan melihat hukum sebab-akibat.

Menurut Tamburaka dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah (1999 : 5) yang dikutip oleh Maidir Harun (2001 : 9), suatu peristiwa atau kejadian yang telah terjadi dapat tergolong sebagai sejarah, bila dapat menjelaskan 3 aspek di bawah ini:

1. Bagaimana deskripsi peristiwanya 2. Mengapa peristiwa itu terjadi

3. Ke mana arah peristiwa itu akan terjadi selanjutnya

(19)

19

yang lahir dalam wilayah kekuasaan pemerintahan Islam yang sudah dilakukan analisis dan interpretasi (Maidir Harun, 2001 : 9).

Sejarah dalam pengertiannya sebagai cerita tentang peristiwa di masa lampau sangatlah naratif, yakni gambaran masa lalu yang tersusun secara lengkap yang meliputi urutan fakta dengan penjelasan serta ulasan atas kenyataan-kenyataan yang ada. Laporan tentang apa yang telah berlalu itu disebut sejarah naratif, yang bercirikan sebagai berikut :

1. Sejarah merupakan uraian logis mengenai suatu proses perkembangan terjadinya peristiwa.

2. Berdasarkan akal sehat, imajinasi, keterampilan ekspresi bahasa dan pengetahuan 3. Proses terjadinya secara genesis (dari awal sampai akhir)

4. Dilengkapi dengan keterangan mengenai sebab-sebab terjadinya (kausalitas) secara deskriptif

5. Ditulis tanpa memakai teori dan metodologi

Kegunaan sejarah sebagaimana dikemukakan Alvian (1985 : 3), Pertama, adalah untuk kelestarian identitas kelompok dan memperkuat daya tahan kelompok itu guna untuk kelangsungan hidup. Kedua, Sejarah berguna sebagai pengambilan pelajaran dan tauladan dari kejadian-kejadian masa lalu sehingga dapat memberikan manfaat demi kelangsungan hidup. Ketiga, Sejarah berfungsi sebagai sarana pemahaman mengenai makna hidup dan mati. Demikian pula misalnya dalam karya-karya sejarah tradisional seperti babat, hikayat, dan tambo yang berisi mitos, lagenda, dan cerita-cerita pahlawan telah berfungsi untuk memperkokoh identitas kelompok dan memperkuat solidaritas umat, juga berfungsi sebagai pelajaran yang harus diambil oleh bangsa Indonesia dewasa ini. Atas kegunaan sejarah seperti itulah bahwa pengetahuan serta pelajaran sejarah merupakan alat penting untuk membentuk umat dan bangsa yang baik serta untuk mengembangkan rasa cinta dan kesetiaan terhadap agama, bangsa dan negara (Dudung Abdurrahman, 1999: 3 - 4).

2). Ruang Lingkup Sejarah Sebagai Ilmu Sosial

(20)

20

sosial, karena pembahasannya mencakup golongan sosial yang berperan, jenis hubungan sosial, konflik berdasarkan peranan dan status sosial.

Secara metodologis, penggunaan sosiologi dalam kajian sejarah adalah bertujuan memahami arti subjektif dari perilaku sosial, bukan semata-mata menyelidiki arti objektifnya. Dari sini akan tampaklah bahwa fungsionalisasi sosiologi mengarahkan pengkaji sejarah kepada pencarian arti yang dituju oleh tindakan individual berkenaan dengan peristiw-peristiwa kolektif, sehingga pengetahuan teoritislah yang akan mampu membimbing sejarawan dalam menemukan motif-motif dari suatu tindakan, atau faktor-faktor penyebab dari suatu peristiwa. Oleh karena itu, pemahaman sejarawan dengan pendekatan ini lebih bersifat subjektif.

Dalam karya-karya sejarah, sejarah sosial itu sendiri banyak identik dengan sejarah berbagai pergerakan sosial. Misalnya, gerakan petani, gerakan demo, gerakan keagamaan, gerakan kebangsaan dan gerakan aliran teologi atau politik. Karena itu, dalam memahami sejarah diperlukan beberapa pendekatan ilmu sosial

3). Pengertian Kebudayaan dan Peradaban Islam

Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat, yang dalam Bahasa Arab disebut al tsaqafah dan culture dalam Bahasa Inggeris, sedangkan manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban yang dalam Bahasa Arab disebut al hadharah atau civilization dalam Bahasa Inggeris. Kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi (agama non Islam), dan moral, sedangkan peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan teknologi. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan mempunyai tiga wujud, yakni wujud ideal, wujud kelakuan dan wujud benda. Wujud Ideal adalah wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Wujud Kelakuan adalah wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud Benda adalah wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.

(21)

21

istilah peradaban biasanya dipakai untuk bagian-bagian dari unsur-unsur kebudayaan yang halus dan indah. Peradaban sering juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks (Badri Yatim, 2000 : 1 – 2). Jadi, peradaban adalah puncak-puncak dari suatu kebudayaan. Dengan demikian, Sejarah Peradaban Islam adalah adalah puncak-puncak dari kebudayaan Islam masa lalu yang sudah dianalisis dengan teliti yang mencakup seni, sastra, kepercayaan atau agama, masalah ekonomi, politik dan teknologi.

4). Sejarah Peradaban Islam sebagai Ilmu Pengetahuan

Secara sederhana ilmu adalah upaya manusia dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai gejala (alam dan manusia) dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah bukanlah suatu proses pemikiran biasa sebagaimana yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, melainkan suatu proses berfikir dan cara kerja yang sistematik dan berdisiplin tinggi.

Dilihat dari sudut objek yang dibahas, ilmu (science) terbagi atas:

1. Ilmu-ilmu alam (Natural Sciences), yaitu ilmu-ilmu yang mempelajari benda-benda yang memiliki sifat-sifat yang umum dan tetap, seperti besi, tanah, hewan dan sebagainya.

2. Ilmu-ilmu sosial (Social Sciences), yaitu ilmu-ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan manusia dan kemanusiaan. Yang dicari dalam ilmu-ilmu sosial ialah gejala-gejala yang bersifat umum, tetapi berubah-ubah.

(22)

22

5). Dasar-Dasar Kebudayaan Islam dan Peradaban Islam

serta Perbedaannya

Landasan Peradaban Islam adalah Kebudayaan Islam, terutama wujud idealnya, sedangkan landasan Kebudayaan Islam adalah Agama Islam. Karena itu, dalam Islam, tidak seperti pada masyarakat yang menganut agama "bumi", agama bukanlah kebudayaan tetapi adalah sumber yang melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia, maka Agama Islam adalah wahyu dari Allah SWT, bukannya hasil cipta, rasa ataupun karsa manusia.

Oleh karena itu, yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah agama Islam, kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan Islam atau peradaban Islam. Dengan demikian, kebudayaan dan peradaban Islam harus sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, sebagaimana yang terkandung dalam al-Qur'an dan Hadits.

6). Periodesasi Perkembangan Sejarah Kebudayaan Islam dan Peradaban

Islam

Sejarah Perkembangan Peradaban Islam dibagi menjadi tiga periode, yakni : pertama, Periode Klasik (650 - 1250 M), kedua, Periode Pertengahan (1250 - 1800 M), dan ketiga, Periode Modern (1800 M sampai sekarang). Sebelum Periode Klasik dinamakan dengan Masa Rasulullah SAW (611 - 632 M), yang terdiri dari Fase Mekkah (611 - 622 M) dan Fase Madinah (622 - 632 M / 1 - 11 H) serta Fase Pertumbuhan Islam, yakni pada masa awal Khulafa al-Rasyidin (632 - 650 M / 11 - 28 H).

Periode Klasik mencakup Masa Kemajuan Islam I (650 - 1000 M / 28 – 390 H) dan Masa Desintegrasi (1000 - 1250 M / 390 - 648 H). Masa Kemajuan Islam I terdiri dari Masa Pertengahan dan Akhir Pemerintahan Khulafa al-Rasyidin (650 - 661 M / 28 - 40 H), Dawlah Bani Umayyah (661-750 M / 40 - 132 H) dan Dawlah 'Abbasiyah (750 - 1000 M / 132 - 390 H).

(23)

23

(935 - 969 M / 322 - 357 H), Dinasti Bani Hamdan (944 - 1003 M / 332 – 393 H) dan lain-lainnya, sedangkan di Timur muncul pula berbagai dinasti, seperti Dinasti Thahiriyah (820 - 872 M / 204 - 258 H), Dinasti Shaffariyah (870 - 908 M / 256 - 295 H), Dinasti Sammaniyah (874 - 999 M / 260 - 390 H), Dinasti Buwaihiyah (932 - 1062 M / 319 - 453 H), Dinasti Ghaznawiyah (977 - 1186 M / 367 - 584 H), Dinasti Saljuk (1038 - 1194 M / 429 - 590 H) dan lain-lain sampai hancurnya Dawlah 'Abbasiyah tahun 1258 M / 656 H.

Periode Pertengahan mencakup Masa Kemunduran Islam I (1250 - 1500 M / 648 - 905 H) dan Masa Tiga Kerajaan Besar (1500 - 1800 M / 905 - 1215 H). Masa Kemunduran Islam I ditandai dengan terjadinya serangan Bangsa Mongol terhadap dinasti-dinasti Islam, seperti yang dilakukan oleh Jengis Khan, Hulagu Khan, dan Timur Lank. Pada masa ini muncullah dinasti-dinasti kecil, seperti Dinasti Ilkhaniyah (1256 - 1353 M / 654 - 754 H), Dinasti Jalayiriyah (1336 - 1432 M / 737 - 836 H), Dinasti Muzhaffariyah (1354 - 1393 M / 755 - 795 H), Dinasti Timuriyah (1370 - 1506 M / 771 - 911 H), Dinasti Qara Qoyunlu (1380 - 1468 M / 781 - 871 H), dan Dinasti Aqqoyunlu (1378 - 1508 M / 779 913 H).

Masa Tiga Kerajaan Besar adalah masa pemerintahan tiga kerajaan besar Islam, yakni Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Shafawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India. Masa ini terdiri dari Masa Kemajuan II (1500 - 1700 M / 905 - 1111 H) dan Masa Kemunduran II. Masa Kemajuan II adalah masa Kerajaan Turki Usmani sampai dengan Sultan Musthafa II (1282 - 1695 M / 680 - 1105 H), Dinasti Shafawi sampai pemerintahan Sultan 'Abbas I (1501 - 1732 M / 906 - 1143 H) dan Dinasti Mughal sampai dengan Sultan Awrangzeb (1526 - 1707 M / 931 - 1117 H). Fase Kemunduran II (1700 - 1800 M / 1111 - 1203 H) adalah setelah masa Sultan Musthafa II dari Turki Usmani serta hancurnya Dinasti Shafawi tahun 1732 M / 1143 H dan Dinasti Mughal tahun 1858 M / 1263 H).

(24)

24

b. Arab Pra Islam

1). Asal Usul Bangsa Arab

Asal usul bangsa Arab dari rumpun bangsa Semit. Menurut Hasan Ibrahim Hasan, perkembangan bangsa Arab terbagi kepada dua kelompok besar, yaitu:

a. Arab Ba'idah yaitu kelompok yang telah punah. Sejarah mereka telah terhenti bersama dengan punahnya mereka di permukaan bumi, seperti bangsa 'Ad dan Tsamud.

b. Arab Baqiyah yaitu kelompok yang bisa bertahan sampai sekarang, yang terdiri dari dua golongan :

1. Arab 'Aribah (Arab Asli) yang berasal dari suku Qahthan. Mereka umumya tinggal di Yaman dan arab Selatan.

2. Arab Musta'rabah (Arab Campuran ), yaitu keturunan suku 'Adnan, yang umumnya tinggal di Hijaz. Mereka adalah keturunan Nabi Ismail as.

Kehidupan orang-orang Arab sebelum Islam sering disebut dengan kehidupan Jahiliyah. Jahiliyah bukan berarti kebodohan, akan tetapi jahiliyah dalam pengertian suatu tata kehidupan yang telah terlepas dari nilai-nilai ajaran agama, walaupun masyarakatnya menganut agama.

2). Politik dan Pemerintahan

(25)

25

AS datang ke Makkah dengan membawa isterinya Hajir dan bayinya Isma'il, yang kemudian ditinggalkannya di sana. Ibrahim dan puteranya Isma'il kemudian mendirikan Bayt al Haram, sebagai pusat peribadatan kepada Allah SWT. Dari keturunan Isma'il inilah lahir Fihr ibn Malik, yang bergelar Quraysy, orang yang paling berpengaruh dan paling dihormati di Arab Utara pada awal abad ketiga Masehi (Madjid 'Ali Khan, 1985 : 12).

Namun sepeninggal Fihr, kekuasaan atas Makkah direbut oleh Suku Khuza'ah yang beraliansi dengan Suku Haritsah yang dipimpin oleh 'Amr ibn Luhayy. 'Amr ibn Luhayy ini membuat bermacam-macam bid'ah dan khurafat, bahkan dialah yang pertama kali memperkenalkan penyembahan berhala kepada penduduk Makkah. Kekuasaan Bani Khuza'ah atas kota Makkah ini berlanjut terus selama beratus tahun (Ibn Katsir, II : 174).

Pada abad kelima Masehi, muncullah Qushayy ibn Kilab yang merupakan keturunan Fihr ibn Malik. Dia berhasil merebut kekuasaan dari Suku Khuza'ah dan mempersatukan seluruh suku-suku Quraysy, sehingga dia menjadi penguasa Makkah dan daerah-daerah sekitar Hijaz. Qushayy tidak saja menjadi penguasa, tetapi sekaligus juga seorang administrator dan pembangun yang handal. Dia menyediakan makanan dan air untuk keperluan jama'ah hajji, bahkan mendirikan sejumlah lembaga untuk memperbaiki kehidupan sosial dan politik di Makkah, di antaranya adalah Dar al Nadwah, yakni Majelis Pertemuan yang akan memutuskan setiap permasalahan yang terjadi (Madjid 'Ali Khan, 1985 : 40). Dia juga membagi urusan-urusan yang berkaitan dengan kota Makkah dan Ka'bah menjadi empat bagian, yakni al Siqayah yang berkaitan dengan penyediaan air minum, al Rifadhah yang berkaitan dengan penyediaan makanan, al Liwa; yang berkaitan dengan bendera peperangan, dan al Hijabah yang merupakan penjaga dan pemegang kunci Ka'bah (Syalabi, I, 1990 : 48 – 49).

Setelah Qushayy wafat tahun 480 M, kepemimpinan kota Makkah dipegang oleh anaknya 'Abd Manaf. 'Abd Manaf kemudian mempercayakan urusan al Siqayah dan al Rifadhah kepada puteraya 'Abd Syams, sedangkan urusan al Liwa; dan al Hijabah

(26)

26

('Ali Khan, 1985 : 41). Hal inilah yang menjadi awal perselisihan antara keturunan Umayyah dengan keturunan Hasyim, yang berlanjut terus sampai diangkatnya Muhammad menjadi Rasul, sehingga akhirnya terbentuklah Dawlah Bani Umayyah, Dawlah 'Abbasiyah dan lahirnya kelompok-kelompok Syi'ah.

Hasyim adalah tokoh yang bijaksana dan paling dermawan. Dia mengorganisir perdagangan Quraysy ke Yaman di Selatan, ke Syria di Utara serta ke Mesopotamia dan Najd di Timur, sehingga Makkah menjadi pasar terbesar di Arabia. Sayangnya Hasyim ini tidak lama memimpin Makkah, karena dia meninggal dalam usia muda di Ghazzah, sewaktu dalam perjalanan niaga ke Syria. Namun sewaktu beristirahat di Yatsrib, dia sempat menikah dengan Salima, seorang wanita Yatsrib dari Suku Najjar. Sepeninggal Hasyim, kepemimpinan Makkah dipegang oleh Muthallib, saudara Hasyim. Muthallib inilah yang mengasuh dan mendidik Syaybah, putera Hasyim yang lahir dari perkawinannya dengan Salima, sehingga Syaybah ibn Hasyim itu lebih terkenal dengan sebutan 'Abd al Muthallib ('Ali Khan, 1985 : 41).

Setelah Muthallib wafat, Syaybah yang lebih terkenal dengan nama 'Abd al Muthallib itu menjadi pemimpin Makkah. Seperti ayahnya Hasyim, 'Abd al Muthallib ini juga memperoleh posisi yang tidak diperselisihkan lagi di antara suku-suku Quraysy, karena sifatnya yang dermawan dan tidak buruk sangka. Kedudukannya menjadi makin kuat setelah dia berhasil menghidupkan kembali Sumur Zamzam yang telah lama tertutup. Karena itu, sewaktu Harb ibn Umayyah mencoba merongrong kekuasaan 'Abd al Muthallib, dia juga mengalami nasib yang sama dengan apa yang dialami ayahnya Umayyah terdahulu. 'Abd al Muthallib ini lebih setengah abad memimpin Makkah, sampai akhirnya dia wafat dalam usia 82 tahun, sewaktu cucunya Muhammad ibn 'Abdillah telah berusia 8 tahun. Dengan wafatnya 'Abd al Muthallib, berakhirlah dominasi Bani Hasyim di tengah-tengah Suku Quraysy. Kepemimpinan Suku Quraysy dipegang oleh Harb ibn Umayyah, sedangkan Bani Hasyim hanya memegang urusan Siqayah saja, yang kemudian dipercayakan kepada al 'Abbas ibn 'Abd al Muthallib (Ali Khan, 1985 : 41 – 47).

3). Sosial dan Kemasyarakatan

(27)

27

masyarakat. Bahkan tidak jarang apabila mereka melahirkan anak perempuan, mereka merasa malu dan hina, sehingga anak itu akan mereka kuburkan hidup-hidup. Hal ini disebutkan di dalam Al Qur-an pada Surat al Nahl ayat 57 – 58 : hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.

59. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.

Akan tetapi perlu ditegaskan, kebiasaan membunuh anak perempuan ini tidaklah menjadi adat bagi seluruh kabilah Arab. Kebiasaan ini hanya terdapat pada kabilah-kabilah kecil, seperti kelompok Bani Asad dan Bani Tamim. Kabilah-kabilah yang besar, seperti Bani Hasyim, Bani Umayyah, Bani Makhzum, Bani Zuhrah dan lainnya tidak pernah melakukan tindakan itu.

Dengan demikian, akhlak masyarakat telah merosot sekali, sehingga sering berlaku hukum rimba, siapa yang perkasa ialah yang berkuasa, yang bodoh diperas oleh yang pandai, siapa yang miskin dihisap oleh yang kaya. Masa inilah yang disebut dengan masa Jahiliyah.

4). Ekonomi dan Perdagangan

Perekonomian orang Arab sebelum Islam bersumber dari kegiatan perdagangan dan peternakan. Terkenallah beberapa kota di Hijaz sebagai pusat perdagangan, seperti Mekkah, Medinah, Yaman dan lain-lainnya. Mekkah tumbuh menjadi kota dagang antar suku bangsa yang terdapat di sekitar Jazirah Arab.

(28)

28

peternak selalu berpindah-pindah, sesuai dengan lahan tempat mereka mengembalakan ternak. Kadang-kadang terjadi perselisihan atau peperangan antara satu suku dengan yang lain, disebabkan karena memperebutkan lahan yang memiliki padang rumput dan air, demi mempertahankan kehidupan.

5). Agama dan Kepercayaan

Mayoritas bangsa Arab sebelum Islam menganut kepercayaan yang menyembah berhala atau patung atau benda-benda lain yang dianggap mempunyai kekuatan gaib, seperti batu, pohon kayu, binatang dan sebagainya. Di kalangan mereka terdapat beberapa nama tuhan yang disembah seperti 'Uzza, Mana, Lata, dan Hubal. Hubal adalah tuhan orang-orang keturunan suku Quraisy, yang diperkenalkan pertama kalinya oleh 'Amr ibn Luhayy sewaktu dia menjadi pemimpin kota Makkah. Berhala ini berbentuk manusia. Di samping agama menyembah berhala di atas, terdapat pula sebahagian kecil penduduk Mekkah dan sekitarnya yang menganut agama Hanifiyah, yaitu agama monotheisme yang dibawa oleh Nabi Ibrahim AS.

Namun demikian, perlu ditegaskan bahwa orang-orang Arab pada masa itu bukannya tidak mengenal Allah sama sekali. Mereka tetap mengakui bahwa Allah SWT adalah pencipta dan pengatur alam semesta ini, sebagaimana disebutkan di dalam Surat al 'Ankabut ayat 61 dan 63 berikut ini :

61. Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi serta menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka akan menjawab: "Allah", Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).

63. Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" tentu mereka akan menjawab: "Allah", Katakanlah: "Segala puji bagi Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).

(29)

29 menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya".

6). Kesenian

Cabang kesenian yang paling populer dan paling disenangi oleh masyarakat Arab sebelum Islam adalah sya'ir. Sya'ir-sya'ir mereka biasanya berisi tentang cinta, wanita, khamar, kemegahan suku dan sebagainya. Di sekitar kota Mekkah diadakan pusat keramaian bagi penyair-penyair Arab, yaitu 'Ukaz dan Zul Majaz. Terkenallah beberapa orang penyair sebelum Islam, seperti 'Amr al Qais, Qis ibn Sa'adah, Umaiyah ibn Abi al Shalt dan lain-lainnya.

7). Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Di kalangan bangsa Arab sebelum Islam berkembang ilmu Nujum, ilmu falaq dan sebagainya. Ilmu falaq amat berguna bagi mereka untuk menentukan cuaca. Ilmu arsitek hanya berkembang pada umumnya di Yaman. Di sini terdapat kerajaan Saba' yang memiliki bendungan Sadd al-Ma'arib, yang merupakan peninggalan kerajaan Saba' yang membuktikan kemajuan seni bangunan pada masa tersebut.

c. Masa Nabi Muhammad Saw

(30)

30

2). Periode Makkah

Periode Makkah ini diawali dengan Bi'tsat al Rasul sampai hijrahnya Rasulullah SAW dari kota Makkah ke Yatsrib. Bi'tsat al Rasul (Pengangkatan Muhammad menjadi Rasul) adalah turunnya wahyu yang pertama kepada Muhammad sewaktu dia melakukan tahannuts

(meditasi) di Gua Hirak. Muhammad sejak usianya 40 tahun memang sering ber-tahannuts di Gua Hirak tersebut, terutama pada bulan Rajab dan Ramadhan.

Dalam materi ini dikemukakan tentang bagaimana proses turunnya wahyu yang pertama kepada Muhammad Saw, proses pelaksanaan dakwah di Makkah, tantangan ataupun rintangan yang diterima Nabi Muhammad Saw dalam berdakwah, hijrahnya sebahagian sahabat ke Habsyi, pembinaan akidah dan ibadah umat yang dilaksanakan Nabi Muhammad di Makkah, sampai akhirnya Nabi Muhammad Saw hijrah dari Makkah ke Yatsrib.

3). Periode Madinah

Dalam Periode Madinah ini dikemukakan tentang sebab-sebab orang Yatsrib mau beriman kepada Nabi Muhammad Saw, persiapan Abu Bakr untuk pelaksanaan hijrah, keputusan kaum Quraysy untuk membunuh Muhammad Saw, perjalanan hijrah Nabi Saw dari Makkah ke Yatsrib, serta usaha-usaha yang dilaksanakan Nabi Muhammad Saw setelah berada di Madinah, baik dalam menata kehidupan sosial politik, pemerintahan, kemasyarakatan, perekonomian, kemiliteran, pendidikan dan sumber keuangan negara, maupun dalam membina kehidupan keagamaan umat, baik dari segi akidah, ibadah maupun mu‟amalahnya.

Kemudian juga dibicarakan tentang keadaan Nabi Saw yang sakit pada akhir hayatnya, sampai akhirnya dia wafat pada petang Senin tanggal 12 Rabi' al Awwal 11 H / 07 Juni 632 M.

4). Perkembangan Kebudayaan Islam

(31)

31

a). Bahasa

Turunnya al Qur-an dalam Bahasa Arab memang sangat menguntungkan untuk perkembangan Bahasa Arab, karena Bahasa Arab tidak lagi terbatas untuk orang-orang Arab saja, tetapi telah dikenal oleh seluruh orang-orang muslim. Sebab, untuk bisa memahami ajaran Islam dengan baik, orang harus merujuk ke sumber aslinya, yakni al Qur-an dan Sunnah Nabi SAW, yang kedua-duanya itu memang berbahasa Arab.

Selain itu, Nabi SAW sendiri juga seorang ahli bahasa yang sangat menguasai seluk-beluk Bahasa Arab dengan segala macam dialeknya. Kemampuan Nabi SAW ini sempat membuat Ali ibn Abi Thalib bertanya :"Ya Rasulallah, kita ini saudara sepupu, sama-sama cucu 'Abd al Muthallib, namun engkau kadang-kadang berbicara dalam dialek yang aku sendiri tidak mengerti". Nabi SAW menjawab :"Aku menguasai Bahasa Arab dengan segala macam dialeknya" (Ibn al Atsir, 1979, I : 10). Nabi pun menyuruh sebagian sahabatnya untuk mempelajari bahasa asing, di antaranya Zayd ibn Tsabit yang disuruh untuk mendalami Bahasa Ibrani (al Dzahabiy, II, 1990 :430).

b). Sistim Perekonomian

(1). Sumber Perekonomian Masyarakat

Perekonomian masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam suatu pemerintahan. Maju mundurnya suatu pemerintahan juga tergantung kepada keberhasilannya dalam bidang perekonomian ini. Lebih dari itu, menguat ataupun melemahnya keimanan seseorang bisa dipengaruhi oleh faktor ekonominya, sehingga Nabi SAW mengingatkan dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (II : ) dari Anas ibn Malik RA, yang berbunyi :

مـ ـسو هي ع هـ ـ ا ى ص هـ ـ اا وـسر اق سـنأ نـع

:

ارـفـك نوـ ـي نأ رـقـف ا داك

Artinya : Dari Anas, dia mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda :"Hampir saja kemiskinan itu menyebabkan kekafiran".

(32)

prinsip-32

prinsip dasar yang harus ditaati umat, sehingga kegiatan perekonomian itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Pada masa Nabi SAW, baik pada Phase Makkah ataupun Phase Madinah, kegiatan perekoomian masyarakat bertumpu pada tiga macam bidang usaha, yakni usaha perdagangan, pertanian dan peternakan.

(a). Perdagangan

Perdagangan adalah usaha yang telah lama dikenal oleh bangsa Arab. Kaum Qurays adalah kaum pedagang dan kota Makkah telah menjadi kota dagang di Arabia jauh sebelum Muhammad lahir, bahkan sebelum menjadi nabi, Muhammad adalah seorang pedagang. Karena itu, Islam hanya memberikan tuntunan supaya usaha tersebut tidak saja mendatangkan keuntungan di dunia, namun juga membawa keberkatan untuk akhirat. Untuk itu, Islam terlebih dahulu membersihkan perdagangan dari riba, seperti ditegaskan di dalam al Qur-an pada Surat al Baqarah ayat 275 yang artinya seebagai berikut :

275. Orang-orang yang memakan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat) bahwa sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu dia berhenti dari mengambil riba, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datangnya larangan); dan urusannya terserah kepada Allah. Namun orang yang kembali mengambil riba setelah datangnya larangan, maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Selanjutnya Islam menganjurkan supaya perdagangan itu dilakukan secara jujur dan melarang keras setiap kecurangan, seperti ditegaskan dalam Surat al Tathfif ayat 1 – 3

1. Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang,

(33)

33 (b). Pertanian

Usaha pertanian juga telah lama dikenal oleh bangsa Arab, terutama oleh suku-suku yang mendiami daerah yang subur, seperti Madinah, Tha-if dan lainnya. Usaha pertanian ini malah dijadikan sebagai tamsilan dari berlipat gandanya pahala bagi orang yang menginfakkan hartanya pada jalan Allah, sebagaimana tersebut dalam Surat al Baqarah ayat 261 yang berbunyi sebagai berikut :

261. Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir (tangkai), pada tiap-tiap bulir itu terdapat seratus biji. Allah akan melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

(c). Peternakan

Peternakan juga menjadi salah satu sumber perekonomian bagi bangsa Arab, dengan ternak utamanya domba, kuda dan onta. Usaha peternakan ini dapat dikatakan bersifat merata di setiap daerah, berbeda dengan pertanian dan perdagangan yang lebih berpusat pada suatu wilayah tertentu. Muhammad sendiri sewaktu kecilnya adalah seorang penggembala, yang menerima upahan dari peternak Makkah.

Usaha peternakan ini dipuji oleh al Qur-an sebagai usaha yang amat bermanfaat, sebagaimana tersebut dalam Surat Yasin ayat 71 – 73 berikut ini :

71. Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka sebagai bagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya?.

72. Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka; sehingga sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya lagi mereka makan.

(34)

34 (2). Sumber Keuangan Negara

Suatu pemerintahan dan negara tidak akan dapat berjalan dengan baik, bila tidak didukung oleh sumber keuangan yang memadai. Sumber keuangan negara pada masa Nabi SAW di Madinah adalah zakat, jiz-yah dan harta rampasan perang.

(a). Zakat

Zakat adalah kewajiban material yang dibebankan kepada orang yang memiliki harta yang telah mencapai batasan tertentu untuk mengeluarkan sebagian dari hartanya itu. Masalah zakat ini telah dibicarakan al Qur-an sejak dari Periode Makkah, seperti terdapat dalam berbagai ayat pada Surat-Surat Makkiyah, di antaranya pada Surat Luqman ayat 1 – 5 yang berbunyi sebagai berikut

1. Alif laam Miim, 2. Inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmat,3. Menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan, 4. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat, 5. Mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Kewajiban zakat ini menjadi sempurna pada tahun 9 H dengan turunnya ayat-ayat dalam Surat al Tawbah yang mengatur masalah tersebut, baik yang memerintahkan pemungutannya maupun yang menentukan orang-orang yang berhak menerimanya.

(b). Jiz-yah

Jiz-yah adalah pajak jiwa yang dikenakan kepada setiap orang non muslim yang mendiami daerah kekuasaan Islam. Ketentuan ini mulai berlaku sejak tahun 9 H, dengan turunnya Surat al Tawbah ayat 29 yang berbunyi :

29. Kalian perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, orang-orang yang tidak mengharamkan apa-apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya, dan orang-orang yang tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah) dari kalangan orang-orang yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka itu membayar jizyah dengan patuh dan mereka dalam keadaan tunduk.

(c). Harta Rampasan Perang

(35)

35 -. Al Ghanimah

Ghanimah adalah harta rampasan perang yang diperoleh setelah musuh kalah dalam peperangan. Bahagian terbesar dari ghanimah ini, yakni 80 %, menjadi hak bagi setiap anggota pasukan, sedangkan yang 20 % lagi diserahkan kepada Rasulullah SAW. Ketentuan ini terdapat dalam Surat al Anfal ayat 41 yang berbunyi :

41. Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kalian peroleh sebagai rampasan perang maka sesungguhnya seperlimanya untuk Allah, rasul, kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnus-sabil, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di Hari al Furqan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatunya. -. Al Fa-iy

Al Fa-iy adalah harta rampasan perang yang diperoleh dari musuh yang langsung menyerah kalah sebelum terjadinya peperangan, seperti Bani Nadhir tahun 4 H dan penduduk Fadak tahun 7 H. Al Fa-iy ini seluruhnya diserahkan kepada Rasulullah SAW, seperti tersebut dalam Surat al Hasyr ayat 6 – 7 yang berbunyi :

6. Dan apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya dari harta benda mereka, yang untuk mendapatkannya itu kalian tidak mengerahkan seekor kudapun dan tidak pula seekor untapun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada RasulNya terhadap apa saja yang dikehendakiNya. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

7. Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya dari harta benda penduduk kota-kota, maka semuanya adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kalian. Apa saja yang diberikan Rasul kepada kalian, maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.

-. Al Salab

(36)

36

م ـسو هيـ ـع هـ ـ ا ى ص هـ ـ ا وـسر اق ك ام نـب سـنأ نـع

:

نـم

هبـ ـس هـ ـف اـيـتـق ـتـق

Artinya : Dari Anas ibn Malik, Rasulullah SAW telah bersabda :"Barangsiapa yang membunuh seorang musuh, maka dialah yang berhak untuk mendapatkan salabnya".

Dengan demikian, dari tiga macam harta rampasan perang tersebut, yang memberikan konstribusi untuk kas negara adalah al ghanimah dan al fa-iy, sedangkan al salab langsung menjadi insentif bagi prajurit yang membunuh musuh dalam perang.

4. Masa al Khulafa al Rasyidun

a. Khalifah Abu Bakr al Shiddiq

Dalam materi ini harus diungkapkan tentang bioghrafi ringkas Abu Bakr al Shiddiq, proses pengangkatannya menjadi khalifah, pelaksanaan pemerintahan Khalifah Abu Bakr al Shiddiq dan kebijaksanaannya, yang mencakup pengiriman pasukan Usamah ke wilayah Romawi, penanggulangan kemurtadan orang-orang Arab di sekeliling Madinah, penumpasan nabi-nabi palsu, serta penanggulangan terhadap ancaman dari Kerajaan Romawi dan Persia yang merupakan dua kerajaan besar dunia pada waktu itu, dan tentu saja tentang pembukuan mushhaf al Qur-an untuk pertama kalinya.

(37)

37

Oleh karena itu, ‟Umar mengusulkan kepada Abu Bakr supaya al Qur‟an ini dibukukan, bukan hanya bertebaran pada berbagai lembaran tulisan itu saja. Usul ‟Umar ini pada mulanya ditolak oleh Abu Bakr, karena hal itu sama sekali tidak pernah dibuat oleh RasulullahSAW dan juga tidak pernah diamanatkannya. Namun ‟Umar berulang kali mendesaknya, sehingga Abu Bakr akhirnya menerima usulan tersebut.

Abu Bakr kemudian memanggil Zayd ibn Tsabit, salah seorang penulis wahyu di masa Nabi SAW, dan memintanya untuk membukukan al Qur-an. Zayd pun pada mulanya berkeberatan. Namun setelah dijelaskan oleh Abu Bakr dan ‟Umar, dia akhirnya menerima tugas itu. Mulailah Zayd mengumpulkan al Qur-an dari hafalan para sahabat, dan dari tulisan-tulisan yang ada pada daun, pelepah korma, batu, tanah keras,tulang unta dan tulang kambing, yang memang telah ditulis sebelumnya oleh para sahabat di masa Nabi SAW.

Dalam mengumpulkan ayat-ayat al Qur‟an ini Zayd bekerja dengan sangat teliti. Walaupun dia hafal seluruh ayat, namun dia tetap meminta kesaksian dua orang shahabat untuk setiap ayat yang dituliskannya. Ayat-ayat al Qur-an itu ditulis oleh Zayd pada lembaran-lembaran yang sama, menurut urutan ayat-ayat seperti yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW dahulu, lalu diikatnya dengan benang, sehingga menjadi sebuah buku. Buku ini terkenal dengan nama Mushshaf, dan disimpan oleh Abu Bakar. Setelah beliau wafat, musshaf itu lalu disimpan ‟Umar, dan kemudian disimpan oleh Hafshah binti ‟Umar. Mushaf inilah yang kemudian disalin ulang kembali di masa ‟Utsman ibn ‟Affan, sewaktu beliau memerintahkan pembukuan al Qur-an ini secara resmi (Departemen Agama RI 1974 : 22 - 24)

(38)

38

b. Khalifah 'Umar ibn al Khaththab

Dalam membahas tentang Khalifah ‟Umar ibn al Khaththab, harus dikemukakan tentang bioghrafi ringkas ‟Umar ibn al Khaththab, pengangkatannya menjadi khalifah penerus Abu Bakr, tugas-tugas yang menjadi tanggung-jawabnya, baik yang berhubungan dengan masalah dalam negeri (internal) maupun yang berkaitan dengan masalah luar negeri (eksternal). Kesulitan yang dihadapinyapun jauh lebih rumit dan berat dari masa-masa sebelumnya, karena seperti dijelaskan oleh Syalaby (1990 : 263), sewaktu umat Islam berbenturan dengan bangsa Mesir, Syiria dan Persia, merekapun harus berhadapan dengan hal-hal baru, sehingga timbullah berbagai macam kesulitan dan persoalan yang belum pernah dikenal dan dijumpai selama ini.

Untuk itu perlu diungkapkan bagaimana kebijaksanaan Khalifah 'Umar ibn al Khaththab pada masa pemerintahannya, baik dalam hal yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal serta keteladanan dan relevansi kebijaksanaan pemerintahannya dengan pemerintahan zaman modern. Yang bersifat internal adalah usaha dan kebijaksanaan Khalifah 'Umar dalam memelihara sumber ajaran Islam, dalam mengatur pemerintahan, dalam bidang pembangunan dan penataan wilayah, dalam bidang sosial kemasyarakatan, dalam bidang kemiliteran, dalam bidang pengawasan dan dalam bidang pendidikan. Yang bersifat eksternal adalah usaha dan kebijaksanaan Khalifah 'Umar yang berkaitan dengan masalah luar negeri, terutama hubungannya dengan Kerajaan Romawi (Bizantium) dan Persia.

Pengidentifikasian kebijaksanaan Khalifah 'Umar dalam pemerintahannya ini sangat penting sekali untuk dikemukakan, dengan tujuan supaya dapat diteladani dan dicontoh oleh generasi berikutnya sampai zaman modern sekarang dalam memimpin masyarakat dan negara, terutama dari sikapnya yang sangat sederhana, teguh dan tegas dalam menegakkan keadilan dan amanah, serta meletakkan sistim musyawarah pada proporsi yang sebenarnya.

(39)

39

dikelompokkan menjadi usaha untuk menjaga kemurnian sumber ajaran Agama Islam serta usaha-usahanya dalam bidang pemerintahan, dalam bidang pembangunan dan tata kota, dalam bidang kemilietran, dalam bidang sosial kemasyarakatan, dan dalam bidang pengawasan.

Khalifah 'Umar menaruh perhatian besar dalam bidang sosial kemasyarakatan, baik yang menyangkut masalah ekonomi, administrasi, kesejahteraan masyrakat dan lain sebagainya. Beliau juga sangat memperhatikan keadaan dan kebutuhan masyarakat, baik pada masa kemakmuran maupun sewaktu terjadinya masa kesusahan.

Untuk menjaga kestabilan ekonomi, Khalifah 'Umar menempa mata uang sebagai uang resmi yang berlaku di tengah-tengah masyarakat. 'Umar juga mendirikan Bayt al Mal, suatu badan keuangan yang bertugas mengurus pemasukan dan pengeluaran uang negara. Sumber-sumber pemasukan bagi Bayt al Mal ini, seperti disebutkan A. Hasymi (1993 : 67) adalah :

a. Al Kharraj, yaitu kadar tertentu dari harta kekayaan atau penghasilan yang ditetapkan atas tanah yang ditaklukkan oleh Tentara Islam dengan kekuatan senjata, yang kemudian terkenal dengan nama pajak hasil bumi.

b. Al 'Usyur, yaitu jumlah sepuluh persen yang diambil dari perdagangan dan kapal-kapal orang kafir yang datang ke negeri Islam.

c. Al Zakat, yaitu penetapan sekurang-kurangnya 2,50 % dari harta kekayaan dan hasil bumi orang kaya yang sampai senisab.

d. Al Jizyah, yang diambil dari orang yang bukan Islam dalam satu jumlah yang ditentukan, yang dapat disamakan dengan pajak jiwa.

e. Al Fa-iy dan Ghanimah, yaitu harta rampasan dari orang-orang kafir yang kalah dalam peperangan.

Untuk memperlancar administrasi, Khalifah 'Umar mendirikan dinas pos, yang dikenal dengan nama Diwan al Barid. Walaupun keadaannya pada masa itu masih sangat sederhana, namun inilah badan pos yang pertama dalam sejarah Islam. Bahkan, untuk ketertiban dan keseragaman administrasi, 'Umar menetapkan penanggalan resmi, yang penghitungannya dimulai dari hijrahnya Nabi SAW ke Madinah, sehingga terkenal dengan nama Tahun Hijriyah.

(40)

40

yang surplus, bahkan dia sendiri ikut memikulnya bersama orang-orang lain, lalu membagikannya kepada orang-orang yang menderita kelaparan itu (al 'Aqqad, 1978 : 173).

Khalifah 'Umar juga menetapkan hakim yang khusus membawahi suatu wilayah tertentu, yang bertanggung-jawab penuh mengenai pelaksanaan peradilan di wilayah itu. Untuk itu, beliau menetapkan dustur (peraturan dasar) khusus untuk para hakim, dan beliaulah khalifah pertama dalam sejarah Islam yang mengatur masalah peradilan ini (A. Hasymi, 1993 : 69).

Khalifah 'Umar adalah seorang pemimpin yang sangat ketat dan berdisiplin dalam melakukan pengawasan, baik terhadap anggota masyarakat maupun terhadap para pejabat dan petugas pemerintahan. Dalam melakukan pengawasan kepada masyarakat, Khalifah „Umar tidak ragu-ragu untuk terjun langsung ke tengah-tengah masyarakat sendirian saja, sehingga orang yang bertemu dengan beliau tidak mengetahui bahwa beliau adalah Amir al Mukminin. Bahkan beliau sering pula ronda keliling kota di malam hari, sehingga bisa melihat dan mengetahui secara langsung bagaimana keadaan masyarakatnya yang sebenarnya, bukan hanya sekedar menerima laporan dari para petugas saja.

Pengawasan yang lebih ketat dan keras diberlakukannya terhadap para pejabat dan petugas pemerintahan. Untuk itu, Khalifah 'Umar telah memperkenalkan beberapa macam cara pengawasan yang sangat efektif, yakni :

1). Mendaftarkan kekayaan seorang pejabat sebelum dia memangku suatu jabatan, dan menghitungnya kembali setelah dia menyelesaikan masa jabatannya itu. Tujuannya adalah untuk mengetahui pertambahan harta pejabat tersebut, yang mungkin saja diperolehnya melalui cara-cara yang tidak sah selama dia memegang jabatannya. Kalau ada pejabat yang terbukti menyeleweng, 'Umar langsung memecatnya dan seluruh hartanya itu disita untuk Bayt al Mal. Kalau pejabat itu terbukti tidak menyeleweng, namun jumlah kekayaannya dipandang tidak rasional; maka dia tidak dipecat, hanya harta kekayaannya itu dibagi dua, separoh dikembalikan kepadanya dan yang separohnya lagi dimasukkan ke Bayt al Mal.

(41)

41

3). Memerintahkan seluruh pejabat daerah untuk datang berkumpul di Makkah pada setiap musim hajji, guna memberikan pertanggung-jawaban tugasnya.

4). Memerintahkan setiap pejabat dan petugas untuk pulang siang hari dari tempat tugasnya, sehingga kedatangannya itu dapat diketahui oleh orang banyak dan sekaligus orang banyak dapat pula melihat barang bawaannya.

Dari segi urusan eksternal, Khalifah „Umar menghadapi peperangan dengan dua kerajaan besar dunia pada waktu itu, yakni Kerajaan Romawi (Byzantium) dan Kerajaan Persi.

Setelah memenangkan pertempuran menentukan di Lembah Yarmuk melawan tentara Romawi, sebagian pasukan Islam yang dipimpin oleh „Amr ibn al „Ash bergerak ke Mesir, sedangkan pasukan Islam yang berada di Syiria juga terus berjuang untuk membebaskan seluruh Syiria dari kekuasaan Romawi. Ketika itu, di Syiria terdapat lima kota besar yang menjadi basis kekuatan Romawi, yakni Damaskus, Yordania, Yerussalem, Humsh dan Anthiokia. Satu persatu kota ini direbut oleh tentara Islam, sehingga pada tahun 20 H (641 M), seluruh wilayah Syiria dari utara sampai ke selatan telah berada dalam kekuasaan tentara Islam. Dari pangkalan di Syiria ini, tentara Islam pun melakukan gerakan maju ke Armenia, Mesopotamia Utara, Georgia dan Azerbayjan (Mahmudunnasir, 1993 : 174).

Dalam menghadapi Kerajaan Persia, pada mulanya „Khalifah „Umar mengirim pasukan di bawah komando Abu „Ubayd al Tsaqafi untuk membantu pasukan al Mutsanna yang telah dikirim khalifah Abu Bakr terdahulu. Namun dalam pertempuran yang terjadi pada bulan Sya'ban 13 H (September-Oktober 634 M) di atas Jembatan Sungai Tigris, karena kekeliruan Abu 'Ubayd ibn Mas'ud al Tsaqafiy yang memimpin pasukan bantuan dari Madinah, tentara Islam mendapat kekalahan besar. Lebih dari empat ribu (4.000) orang tentara Islam yang syahid dalam Pertempuran Jembatan tersebut, termasuk Abu 'Ubayd sendiri tewas di sana, sedangkan al Mutsanna menderita luka parah. (Ibn Katsir, VII : 29).

Referensi

Dokumen terkait