• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA dengan Model Pembelajaran NHT Berbantuan Media Teka-Teki Silang Kelas 5 SDN Asemrudung 2 Semester II Kecamatan Geyer Tahun 2014 / 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA dengan Model Pembelajaran NHT Berbantuan Media Teka-Teki Silang Kelas 5 SDN Asemrudung 2 Semester II Kecamatan Geyer Tahun 2014 / 2015"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Mata pelajaran IPA diharapkan bisa menjadi sarana penemuan fakta-fakta dan konsep-konsep yang berhubungan dengan alam sekitar dan kehidupan sehari-hari secara sistematis. Sesuai dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pembelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa mampu mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari, mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain, juga ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Alexa, 2012).

(2)

pembelajaran. Dari 20 siswa sebanyak 12 siswa terlihat kurang antusias, tidak memperhatikan pelajaran dengan baik, 1 diantaranya adalah siswa yang di kelas suka mengganggu siwa yang lain bahkan saat pembelajaran berlangsung. Sebanyak 5 siswa terlihat bosan dan mengantuk dengan meletakkan kepalanya di atas meja sedangkan 6 siswa asyik berbicara dengan teman sebangku dan saling mengganggu teman lain sehingga keadaan kelas terlihat gaduh. Terdapat 8 siswa yang antusias dengan pelajaran dikarenakan mereka duduk pada barisan depan. Saat kelas terlihat gaduh sesekali guru mengingatkan para siswa namun hanya bertahan 5 menit mereka diam dan memperhatikan. Keadaan kelas menjadi gaduh di sebabkan proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan dan membosankan, keadaan tersebut berimbas pada nilai hasil belajar siswa yang nilainya dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Saat dilakukan evaluasi pada akhir pembelajaran sebanyak 14 siswa nilainya masih dibawah KKM dengan nilai ≤ 70, sedangkan KKM yang ditentukan ≥ 75. Rendahnya hasil belajar disebabkan guru kurang tepat dalam menggunakan model pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai sesaui dengan kompetensi. Seperti yang dikemukakan Hisyam Zaini (Alexa, 2012) pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan progam pengajaran tahunan, semester dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut persiapan perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasinya. Oleh karena itu sebelum mengajar guru hendaknya memperhatikan materi dan menyipkan kelengkapan-kelengkapan untuk menunjang tercapainya kompetensi dan tujuan pembelajaran.

(3)

dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. Untuk itu sebagai seorang guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang melibatkan siswa untuk aktif dan mengembangkan kemampuan berfikir siswa salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran NHT

(Numbered Head Together). Anita Lie (Inna Naiza, 2013) mengatakan bahwa

Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) atau kepala bernomor adalah suatu tipe dari pengajaran kooperatif pendekatan struktural yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Model pembelajaran NHT

(Numbered Heads Together) juga mendorong siswa untuk meningkatkan

(4)

Berdasarkan uraian di atas akan dilakukan penelitian mengenai Perbedaan Hasil Belajar IPA Dengan Model Pembelajaran NHT Berbantuan Media Teka-Teki Silang Kelas 5 SDN Asemrudung 2 Semester II Kecamatan Geyer Tahun 2014 / 2015.

1.2Indentifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat di identifikasi beberapa masalah di SDN Asemrudung 2 yaitu:

1. Kurangnya antusias siswa saat pembelajaran pada mata pelajaran IPA sehingga nilai KKM rendah ≤ 70 atau hasil belajar IPA masih rendah 2. Guru kurang tepat dalam menggunakan model pembelajaran sehingga

tujuan pembelajaran belum tercapai sesaui dengan kompetensi

3. Guru belum menyajikan pembelajaran yang lebih kreatif dengan menggunakan media pembelajaran yang sederhana untuk memaksimalkan proses pembelajaran

4. Proses pembelajaran yang masih bersifat konvensional yaitu ceramah dan tanya jawab, menjadikan siswa bosan dan kurang antusias serta belum adanya penggunaan model pembelajaran dan penggunaan media yang mampu melibatkan siswa aktif selama proses pembelajaran

5. Siswa dalam proses pembelajaran keterlibatannya belum maksimal sehingga bosan dan ngantuk

1.3Rumusan Masalah

(5)

1.4Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan adannya “Perbedaan Hasil Belajar IPA Dengan Model Pembelajaran NHT Berbantuan Media Teka-Teki Silang Kelas 5 SDN Asemrudung 2 Semester II Kecamatan Geyer Tahun 2014 / 2015”.

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Manfaat akademis

a. Menambah wawasan keilmuan terhadap penerapan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) dengan menggunakan media teka-teki silang.

b. Memperoleh teori mengenai ada tidaknya pengaruh penggunaan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan media teka-teki silang. 2. Manfaat praktis

a. Bagi Siswa

Dengan menerapkan model pembelajaran NHT (Numbered Head

Together) dengan media teka-teki silang pada proses pembelajaran

dapat menumbuhkan semangat kerjasama antar siswa, meningkatkan keaktifan, kreatifitas, meningkatkan antusias dan daya tarik siswa terhadap pembelajaran pada mata pelajaran IPA b. Bagi Guru

Menambah pengalaman bagi guru dengan diterapkannya model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) dengan media teka-teki silang yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Bagi Sekolah

Diperolehnya masukan bagi sekolah dalam usaha perbaikan proses pembelajaran terkait dengan penerapan model pembelajaran NHT

(Numbered Head Together) dengan media teka-teki silang sehingga

(6)

d. Bagi Peneliti

Referensi

Dokumen terkait

bersabda : : Masanya Masanya akan akan tiba tiba apabila. apabila tidak tidak ada ada apa apa pun yang pun yang

Dari hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: penerapan pembelajaran Fisika dengan model kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas

Ilmu komputer dan Teknik Komputer yang mempelajari tentang pemrosesan, pengaksesan, penyebarluasan dan apapun yang berhubungan dengan teknologi informasi sehingga

Begitu juga dengan ayat terakhir diturunkan oleh Allah kepada rasulNya sebelum wafat, semestinya peringatan untuk menjauhi amalan riba merupakan satu perkara yang

Sedangkan, data kualitatif yang diperoleh pada penelitian ini adalah data dari validator yang berupa penelaahan instrumen penilaian produk, hasil observasi lapangan pada tahap

Dari hasil percobaan yang telah didapatkan bisa dibandingan dengan hasil hipotesa yang terdapat pada bab II , dimana jika luas permukaan bahan semakin besar, maka

1) Mengelola data pustaka. 2) Mencatat pengadaan buku dari berbagai sumber, seperti pembelian, sumbangan, kerjasama. 3) Mengelola data anggota, seperti registrasi, dan

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Riyanto (2008) menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan perilaku menyusui adalah dukungan tenaga kesehatan, sehingga