• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARA PEMERINTAH DE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARA PEMERINTAH DE"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARA PEMERINTAH DESA

DENGAN BPD DALAM PELAKSANAAN

PEMERINTAHAN DESA

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 32 TAHUN 2004

TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Sucianah

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan fungsional antara Pemerintah Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa dan bagaimana pengaruh pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa dalam pelaksanaan Pemerintahan Desa berdasarkan Undang-undang Nomor

32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.Jenis penelitian ini ialah normatif dengan menggunakan pendekatan Perundang-undangan dan pendekatan konseptual yang bersumber pada bahan-bahan hukum.

Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa adalah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah desa yang mempunyai hubungan fungsional dan bersifat kemitraan atas proses pelaksanaan pemerintahan desa. Badan Permusyawaratan Desa merupakan unsur perwakilan masyarakat di desa yang menampung dan menyalurkan aspirasi yang ada, sedangkan pemerintah desa adalah unsur pelaksana atas urusan pemerintahan berdasarkan wewenang yang berpedoman pada Perdes dan APBdes yang telah ditetapakn secara bersama-sama.

Kata Kunci : Hubungan Fungsional, Pemerintah desa, BPD, UUD 32 Th.2014

Pendahuluan

Dalam sistem pemerintahan Indonesia juga dikenal pemerintahan desa dimana dalam perkembangannya desa kemudian tetap dikenal dalam tata pemerintahan di Indonesia sebagai tingkat pemerintahan yang paling rendah dan merupakan ujung tombak pemerintahan dan diatur dalam peraturan Perundang-undangan.

(2)

Dengan berlakunya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah yang di dalamnya mengatur tentang pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa serta dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa maka Peraturan Daerah yang mengatur tentang pedoman pembentukan Badan Permusyawaratan Desa disesuaikan pula dengan Peraturan Pemerintah. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan pada Pasal 200, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, yang menjelaskan bahwa : “Dalam pemerintahan daerah Kabupaten/Kota dibentuk pemerintahan Desa yang terdiri dari Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa”.

Sebagai unit lembaga pemerintahan yang paling berdekatan dengan masyarakat, maka Pemerintah Desa sangat diharapakan untuk menjalankan roda Pemerintahan Desa dengan sungguh-sungguh dan tentunya dapat diciptakannya kehidupan demokrasi dan memberikan pelayanan sosial secara maksimal bagi masyarakat serta yang terpenting juga dapat membawa masyarakat untuk memperoleh hidup sejahtera, adil, tentram, aman dan damai.

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan : Bagaimana hubungan fungsional antara pemerintah desa dengan BPD dalam pelaksanaan pemerintahan desa ?; 2) Bagaimana pengaruh pelaksanaan tugas dan fungsi BPD sebagai mitra kerja Pemerintah Desa terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa ?.

Tujuan dari penelitian ini antara lain : 1) Untuk mengetahui hubungan fungsional antara Pemerintah Desa dengan BPD; 2) Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan tugas dan fungsi BPD sebagai mitra kerja Pemerintah Desa terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

(3)

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004; 3) Segi praktis, Diharapakan penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pihak lain serta dapat dijadikan sumber acuan dan pedoman bagi para pihak pemegang dan pelaksana dari Pemerintahan Desa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian normatif dengan menggunakan pendekatan Perundang-undangan dan pendekatan konseptual dengan metode yuridis.Sumber bahan hukum dalam penelitian ini bersumber dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian pustaka, dengan studi dokumenter yakni dengan menelaah literatur seperti buku-buku dan karya ilmiah lainnya serta Peraturan Perundang-undangan.

Kerangka Dasar Teori

A. Hubungan fungsional antara pemerintah desa dengan BPD dalam pelaksanaan pemerintahan desa.

1. Pemerintahan Desa

Dengan pengesahan Undang-Undang yang baru tentang pemerintahan daerah dari Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 ini merukpakan perubahan yang terjadi dalam substansi pelaksanaan pemerintahan, termasuk pemerintahan desa.

Terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan desa, penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan “subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya”.

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, pasal 1 angka 6 menyebutkan bahwa:

(4)

adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Selanjutnya dalam angka 7 Dijelaskan pula bahwa yang dimaksud dengan “Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Sedangkan dalam angka 8 Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa”..

Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pemerintahan desa ada dua institusi yang mengendalikannya, yaitu Pemerintah Desa, dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).Pemerintah desa yang dimaksud disini Kepala Desa. Ini sebagai lembaga eksekutif pemerintah desa yang berfungsi sebagai kepala pemerintah di desa, kemudian dalam menjalankan tugasnya, Kepala desa di bantu oleh perangkat desa. Perangkat desa bertugas membantu kinerja kepala desa dalam melaksanakan tugas-tugas dan fungsi-fungsi pemerintah desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya, sedangkan sebagai lembaga legislatif, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa serta menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

2. Kepala Desa

(5)

Masa jabatan kepala desa adalah enam tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Masa jabatan kepala desa, bagi desa yang merupakan masayarakat hukum adat, yang keberadaannya masih hidup dan diakui, dapat di kecualikan dan hal ini diatur dengan perda”.

Lebih lanjut HAW. Widjaja mengungkapkan bahwa :

“Kepala desa pada dasarnya bertanggungjawab kepada rakyat desa yang dalam tata cara dan prosedurnya pertanggungjawabannya disampaikan kepada Bupati atau Walikota melalui camat. Kepala Badan Permusyawaratan Desa, kepala desa wajib memberikan keterangan laporan pertanggungjawabannya kepada rakyat, menyampaikan informasi pokok-pokok pertanggungjawabannya, namun harus tetap memberi peluang kepada masyarakat melalui Badan Permusyawaratan Desa untuk menanyakan dan/atau meminta keterangan lebih lanjut terhadap hal-hal yang bertalian dengan pertanggungjawaban yang dimaksud”.

Berdasarkan Peraturan-Pemerintah No. 72 Tahun 2005, dapat kita ketahui, tugas, wewenang dan kewajiban dari Kepala Desa adalah sebagai berikut :

Dalam melaksanakan tugas, Kepala Desa mempunyai Wewenang :

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD

b. Mengajukan rancangan Peraturan Desa.

c. Menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD d. Menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Desa mengenai APB Desa

untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD e. Membina kehidupan masyarakat desa f. Membina perekonomian desa

g. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;

h. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapatmenunjuk kuasa hokum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang- undangan; dan

i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perudang- undangan

(6)

a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

c. Memelihara ketentraman dan keterlibatan masyarakat; d. Melaksanakan kehidupan demokrasi;

e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme;

f. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa; g. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan;

h. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik

i. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa; j. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa;

k. Mendamaikan perselisihamn masyarakat di desa l. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa;

m. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat;

n. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa; serta

o. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.

Selain kewajiban sebagaimana dimaksud diatas, Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Bupati/walikota, memberikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban kepada BPD, serta menginformasikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada masyarakat.

.

3. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

(7)

kepala desa. Di desa dibentuk lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat desa”.

Rozali Abdullah menjelaskan bahwa :

“Badan Permusyawaratan Desa, selanjutnya disebut BPD, adalah suatu badan yang sebelumnya disebut Badan Perwakilan Desa, yang berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Anggota BPD adalah wakil dari dari penduduk desa yang bersangkutan, yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Wakil yang dimaksud dalam hal ini adalah penduduk desa yang memangku jabatan seperti ketua rukun warga, pemangku adat dan tokoh masyarakat lainnya”.

Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD. Masa jabatan anggota BPD adalah enam tahun, sama dengan masa jabatan kepala desa, dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Tata cara penetapan anggota dan pimpinan BPD diatur dalam perda yang berpedoman pada peraturan pemerintah. Anggota BPD yang sudah ada pada saat berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 tetap menjalankan tugas sebagaimana diatur dalam UU No. 32 Tahun

2004 ini, sampai berakhirnya masa jabatan”.

Menurut HAW. Widjaja Badan Permusyawaratan Desa (BPD) itu adalah sebagai berikut:

1. Badan Permusywaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. 2. a. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa yang bersangkutan

yang ditetapkan dengan musyawarah dan mufakat.

Dimaksud dengan wakil dalam ketentuan ini adalah penduduk desa yang memangku jabatan seperti ketua rukun warga, tetangga, pemangku adat, dan tokoh masyarakat lainnya.

b. Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD.

(8)

d. Syarat dan tata cara penetapan anggota BPD diatur dalam perda yang berpedoman pada peraturan pemerintah.

Fungsi BPD menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah antara lain:

1. Pasal 209, BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

2. Pasal 215 ayat (1), bersama Kepala Desa ikut serta dalam pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh Kabupaten/Kota dan atau pihak ketiga.

3. Hubungan Fungsional Pemerintah Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tidak secara eksplisit mengatur mengenai bentuk hubungan fungsional antara Pemerintah Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) , namun apabila dikaji lebih dalam, dalam pasal-pasal yang mengatur mengenai desa yakni pasal 200 sampai dengan pasal 216, maka secara implisit kita akan menemukan suatu bentuk hubungan yang terjalin antara Pemerintah desa dengan Badan Permusyawaratan.

Hal di atas sesuai dengan penjelasan pada Pasal 200, Undang- Undang No. 32 Tahun 2004, yang menjelaskan bahwa : “Dalam pemerintahan daerah Kabupaten/Kota dibentuk pemerintahan Desa yang terdiri dari pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)”. Sedangkan dalam pasal 209 lebih lanjut dinyatakan bahwa:

“Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan meyalurkan aspirasi masyarakat.Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan Desa yang demokratis yang mencerminkan kedaulatan rakyat”.

Dan Pasal 215 ayat (1), “Pembangunan kawasan perdesaan yang dilakukan oleh kabupaten/kota dan atau pihak ketiga mengikutsertakan Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa”.

(9)

skema berikut ini :

Berdasarkan skema tersebut diatas menunjukkan bahwa sebuah rancangan Perdes yang berasal dari Kepala Desa diajukan kepada BPD untuk dibahas guna memperoleh persetujuan bersama, demikian pula terhadap Rancangan Perdes yang berasal dari BPD. Apabila rancangan Perdes yang diajukan oleh Kepala Desa ataupun oleh BPD telah disetujui bersama maka rancangan Perdes dapat ditetapkan sebagai Perdes.

Adapun hubungan fungsional BPD dengan Kepala Desa terkait pelaksanaan fungsi untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat tergambar dalam skema dibawah ini :

atan

Badan Permusyawaratan

Desa

Kepala Desa Rancangan

Peraturan Desa

Persetujuan bersama

Penetapan Rancangan Perdes

Menjadi Perdes

Badan Permusyawaratan

Desa

Kepala Desa Majelis

(10)

Suatu aspirasi masyarakat dapat diajukan melalui Kepala Dusun kemudian Kepala Dusun akan menyampaikan aspirasi tersebut kepada Kepala Desa tentang suatu hal. Aspirasi yang sudah diterima oleh Kepala Desa selanjutnya disampaikan kepada BPD untuk dibahas dalam suatu rapat mejelis guna mendapatkan kesepakatan untuk dilaksanakan.

Selanjutnya suatu aspirasi yang berasal dari masyarakat dapat disampaikan melalui anggota BPD, anggota BPD tersebut menyampaikannya kepada Ketua BPD untuk mengadakan rapat pembahasan dengan mengundang Pemerintah desa (Kepala desa) dan/atau perangkatnya dalam suatu rapat mejelis untuk selanjutnya mendapatkan suatu kesepakatan untuk dilaksanakannya aspirasi tersebut.

Demikianlah bentuk-bentuk hubungan fungsional atau hubungan kerja sama antara Pemerintah Desa dengan Badan Permusyawaratan dalam pelaksanaan pemerintahan desa baik ditinjau dari peraturan perundang- undangan, maupun dari buku-buku yang berkenaan dengan fungsi pemerintah desa dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

B. Pengaruh pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai mitra kerja Pemerintah Desa terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

1. Pengaruh Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Eksistensi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) memberikan pengaruh yang sangat besar, terutama bagi pelaksanaan pemerintahan desa yang baik sesuai dengan yang diharapkan, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) masih

(11)

memerlukan peningkatan dalam pengembangan berbagai metode yang memungkinkan terdorongnya partisipasi masyarakat.

“Dengan hadirnya BPD atau yang disebut dengan nama lain. Dimana badan legislatif baru ini berperan sebagai pengayom adat-istiadat, membuat Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraaan pemerintahan desa.”

Selanjutnya dapat diketahui mengenai tugas dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa adalah sebagai berikut:

1. Tugas Pokok Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

BPD mempunyai tugas menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa dengan memusyawarahkan setiap rencana yang diajukan oleh kepala desa sebelum ditetapkan menjadi peraturan desa.

2. Adapun fungsi Badan Permusyawaratan Desa menurut PP NO. 72 Tahun 2005 adalah:

a. Menetapkan Peraturan desa bersama kepala desa; b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat;

Fungsi BPD menurut Peraturan Pemerintah yakni penetapkan peraturan desa bersama dengan kepala desa, disini BPD dan pemerintah desa (kepala desa beserta aparat) merupakan mitra, bekeja sama membangun kesejahteraan masyarakat sebagi ungkapan ide/gagasan untuk kehidupan yang lebih baik.

2. Pengaruh Dalam Penetapan Peraturan Desa

Dalam ketentuan Perundang-undangan salah satu fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah sebagai lembaga legislasi atau perangkat yang merumuskan suatu peraturan desa yang akan diimplementasikan kepada masyarakat desa.

(12)

memeperjuangkan hak-hak serta kepentingan rakyat dalam proses pelaksanaan pemerintahan desa

Kemudian dijelaskan pula dalam Peraturan-Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa Pasal 35 huruf a bahwa : “ kewenangan BPD membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa”. Dan dalam pasal 37 huruf a, anggota BPD mempunyai hak untuk mengajukan rancangan peraturan desa, huruf b “anggota BPD mempunyai hak untuk mengajukan pertanyaan”. Ini berarti sebuah legitimasi bagi BPD dalam melaksanakan tugasnya selaku lembaga legislatif di desa.

Metode Penelitian

Dalam merumuskan dan menetapkan peraturan desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dengan pemerintah Desa (Kepala Desa dan Perangkat Desa), melalui beberapa proses antara lain sebagai berikut :

a. Pemerintah Desa mengundang anggota BPD untuk menyampaikan maksudnya membentuk peraturan desa dengan menyampaikan pokok-pokok peraturan desa yang diajukan.

b. BPD terlebih dahulu mengajukan rancangan peraturan desa, demikian halnya dengan pemerintah desa yang juga mengajukan rancangan peraturan desa.

c. BPD memberikan masukan atau usul untuk melengkapi atau menyempurnakan rancangan peraturan desa.

d. Ketua BPD menyampaikan usulan tersebut kepada pemerintah desa untuk diagendakan

e. BPD mengadakan rapat dengan pemerintah desa kurang lebih satu sampai dua kali untuk memperoleh kesepakatan bersama

“Dalam menetapkan Peraturan Desa bersama-sama dengan Pemerintah Desa.Setelah diajukan rancangan Peraturan Desa kemudian akan dibahas bersama dalam rapat BPD dan setelah mengalami penambahan dan perubahan, kemudian rancangan Peraturan Desa tersebut disahkan dan disetujui serta ditetapkan sebagi Peraturan Desa. Dalam menetapkan peraturan desa, antara BPD dan Kepala Desa sama-sama memiliki peran yang sangat penting antara lain sebagai berikut :

(13)

c. BPD membuat berita acara tentang Peraturan Desa yang baru ditetapkan.

d. BPD mensosialisasikan Peraturan Desa yang telah disetujui pada masyarakat melalui kepala dusun ataupun mensosialisasikannya secara langsung untuk diketahui dan dipatuhi serta ditentukan pula tanggal mulai pelaksanaannya”

1. Pengaruh Dalam Menampung dan Menyalurkan Aspirasi Masyarakat

Salah satu bentuk tugas dan fungsi dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yaitu menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.Badan Permusyawartan Desa (BPD) sebagai wakil rakyat di desa merupakan tempat bagi masyarakat desa untuk menyampaikan aspirasinya dan untuk menampung segala keluhan-keluhan dan kemudian menindaklanjuti aspirasi tersebut untuk disampaikan kepada instansi atau lembaga terkait.Untuk itu dibutuhkan pengetahuan oleh masyarakat tentang keberadaan dan peranan BPD.

Oleh sebab itu, setiap anggota BPD juga harus mampu membaca kepentingan-kepentingan masyarakatnya. Menyalurkan aspirasi serta menjembatani apa yang menjadi kebutuhan masyarakat desa.

Selain itu juga Badan Permusyawaratan Desa (BPD) harus mampu menggerakkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan pemerintahan karena masyarakat memiliki hak untuk melakukan kontrol terhadap lembaga pemerintah.

Moch. Solekhan mengatakan bahwa :

(14)

Sementara keterlibatan organisasi sosial, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, organisasi keagamaan, organisasi petani, dan kelompok-kelompok pemuda masih sangat terbatas”.

Peran Badan Permusyawaratan Desa dalam Pemerintahan desa begitu penting dalam rangka penyelenggaraan kesejahteraan.Pemerintah memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat.Pemerintah harus berusaha secara optimal mewujudkan keinginan warganya, baik dalam bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.Ketiga bidang ini selalu berkaitan dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karenanya partisipasi masyarakat ini harus diakomodir dalam suatu institusi yang diharapkan sebagai kerja pemerintah khususnya pemerintah desa, yang dalam hal ini dilakukan melalui Badan Permusyawaratan Desa.

Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa dimaksudkan sebagai wadah organisasi masyarakat untuk ikut sertakan dalam memberikan pendapat dan masukan serta kritik yang ditujukan kepada pemerintah desa, dengan memberikan penilaian terhadap kinerja pemerintah desa baik dalam bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan serta masalah-masalah lainnya yang berhubungan dengan kepentingan atau kebutuhan masyarakat desa.

Dengan demikin pengaruh peran dari Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) sangat signifikan dan sangat menentukan bagi masyarakat di Desa terutama berkaitan dengan aspirasi yang berkaitan dengan kesejahteraan, dan keadilan masyarakat Desa selain itu juga diharapkan dapat meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan Desa yang demokratis yang mencerminkan kedaulatan rakyat.

Kesimpulan

(15)

fungsinya terkait dengan fungsi menetapkan Peraturan Desa dan fungsi untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat; 2) Keberadaan anggota Badan Permusyawaratan Desa sangat berpengaruh dalam menetapkan Peraturan Desa dan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) karena tanpa ada persetujuan dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD) maka PERDES dan APBDes tidak sah atau tidak dapat diberlakukan.

Saran

Berdasarkan uraian dan kesimpulan diatas, maka dapat disarankan hal sebagai berikut: 1) Dalam menyelenggarakan Pemerintahan Desa, Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desahendakanya tetap bisa mempertahankan hubungan kerja yang harmonis dan seimbang sesuai kedudukan dan fungsinya; 2) Dalam upaya mewujudkan pelaksanaan demokrasi, Badan Permusyawarat Desa diharapkan mampu meningkatkan perannya dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rozali. 2005. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung.Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Solekhan, Moch. 2012. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.Malang : Setara Press. Widjaja, H.A.W.2003.Otonomi Desa merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh. Jakarta: RajaGrafindo Persada..2005.Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia Dalam Rangka Sosialisasi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Melisa Fitra, Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Desa.” (Skripsi Sarjana Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan, 2009). Undang-Undang Tentang Pemerintah Pemerintahan Daerah, UU No.22 Tahun 1999 Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah. UU No.32 Tahun 2004

Referensi

Dokumen terkait

Sudjijo (1996) menyatakan bahwa besarnya unsur hara yang diserapkan tanaman bergantung pada pupuk yang diberikan, dimana hara yang diserap oleh tanaman akan

Hasil pemeliharaan ikan nila selama 60 hari dengan penambahan ekstrak enzim kasar papain dan bromelin yang masing-masing memiliki aktivitas protease sebesar 6,73

Proses evaluasi pembelajaran menggunakan metode Inquiry pada materi iman kepada rasul Allah kelas VIII MTs Al Hayatul Islamiyah Malang dilaksanakan dengan cara evaluasi

Risiko yang mungkin terjadi adalah koordinasi antara Mandiri Call dengan Sistem Bank Mandiri. Permasalahan yang pernah terjadi adalah pembobolan rekening nasabah oleh orang

Menurut   arm’s   length   principle ,  harga‐harga  transfer  seharusnya  ditetapkan  supaya  dapat  mencerminkan  harga  yang  disepakati  sebagaimana 

struktur achir dari suatu logam sangat dipengaruhi oreh riwajat perlakuan jang telah diterima oleh logam jang bersangkutan. Ilerhubung dengan har tersebut, maka didalam

Toksin Bt pada isolat yang diuji ini tidak hanya menyebabkan kematian larva, tetapi juga menurunkan berat tubuh dan panjang tubuh larva yang berhasil tetap hidup.. Hal ini

Selain membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, mahasiswa praktikan juga mempersiapkan media yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar di lapangan berkaitan