PERAN YANG TERPISAH
ANTARA PERTUNJUKAN DAN PENONTON
TUGAS MAKALAH
MATA KULIAH DRAMATURGI 1
Dosen Pengampu :
Mujib Daus, S.Pd & Drs. Rusdi Zaki
Oleh : Hidayah Sumiyani
Mushafy
SEKOLAH TINGGI KESENIAN WILWATIKTA SURABAYA PROGRAM STRATA 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah yang Maha Kuasa yang dengan bantuan-Nya sehingga bisa menyelesaikan makalah ini. Ia-lah juga yang memberikan Rahmad kepada junjungan Nabi Muhammad yang membawa umat manusia dari dunia kegelapanke dunia yang lebih terang benderang.
Terimakasih penyusun ucapkan kepada
1. Orang tua yang sudah mulai menua, semoga sehat dalam lindungan-Nya meski jarang bertemu dan dilancarkan rizkinya untuk biaya kuliah kedepannya.
2. Bp. Mujib dan Bp. Rusdi yang selama setahun ini membimbing di mata kuliah dramaturgi.
3. Cak Fery, Akbar yang jarang masuk, duo madura lubed dan fendy serta teman-teman seangkatan yang mampu mengisi satu sama lain.
4. Bang Arung dan Dani Naison yang sudah menghabiskan berpuluh-puluh byte interet kampus dan waktu untuk latihan yang menyita waktu begitu banyak namun sangat menyenangkan.
5. Penyusun buku-buku referensi tentang dramaturgi khususnya pak Harymawan.
6. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini.
Sebelum mengakhiri kata pengantar ini, penulis hanya bisa menyampaikan pepatah bahwa “segala kebenaran adalah milik allah semata” dan kesalahan serta kekurangan dalam penulisan makalah ini, semata-mata itu karena kesalahan penulis. Akhirnya, penulis meminta maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan ini. Kritik dan saran dari pembaca untuk kemajuan kedepannya sangatlah penulis harapkan. Bisa berupa berdiskusi langsung dengan penulis. Atau melalui email penulis, hidayahsumiyani@gmail.com.
Surabaya, 8 Juli 2015
Peran yang Terpisah antara Pertunjukan dan Penonton
Hidayah dan Mushafy
Untuk menjabarkan peran yang terpisah antara pertunjukan dan penonton ini, mari kita lihat unsur pertunjukan terlebih dahulu, dimana unsurnya ada empat yaitu karya, pemain, panggung dan penonton. Maka pertunjukan tanpa pemain bukanlah apa-apa. Kalaupun ada pemain tapi tidak ada karya apa yang hendak mereka pamerkan kepada orang lain?. Jika pemain dan karya ada. Tapi tidak mendapatkan panggung untuk berpentas juga percuma saja. Aapalagi kalau tidak ada yang nonton, ini pentas atau apa?. Ini memiliki arti bahwa setiap unsur, berhak ada atau bahkan kita pertegas garis unsurnya hukumnya adalah wajib.
Dari asalkatanya pertunjukan berasal dari kata tunjuk yang dalam KBBI berarti sesuatu yang di pertunjukan; tontonan (bioskop, wayang, dsb). Tunjuk sendiri bisa diartikan sebagai memperlihatkan sesuatu. Seperti kata menunjukan, menunjuk, petunjuk, penunjuk, penunjukan dan lainnya.
Lalu, sebenarnya siapa penonton itu?
Menurut Soediro (2012: 83), para penonton adalah partisipan kreatifitas tertentu. Sedangkan dalam Dramaturgi R.M.A Harymawan menyatakan bahwa kelompok penonton pada suatu tontonan tertentu adalah suatu komposisi organisme kemanusiaan yang peka. Dapat di ambil suatu garis besar bahwa penonton pertunjukan adalah orang yang secara langsung berpartisipasi yang dengan kepekaannya mengartikan pertunjukan. Ketika penonton menghadiri sebuah pertunjukan teater, maka di dalam diri mereka terdapat sejumlah jaringan pengalaman yang mengantarkan pemahamanya pada pertunjukan yang disaksikan. Maka untuk memahami pertunjukan tidak dapat dipungkiri bahwa pengalaman penonton menonton amatlah penting sebagai modal kepekaan menerjemahkan bahasa panggung menjadi bahasa mereka sendiri itulah kepekaan yang dimaksudkan tadi.
opini tentang penonton. Entah itu dalil yang ia buat sendiri atau sekadar kutipan setelah ia membaca dari buku namun Ia menekankan sekali bahwa dirinya adalah seorang teaterwan yang berkecipung di dunia ini untuk memenuhi hasrat dirinya dan penonton. Opininya yaitu “Aku berteater untuk di tonton, kalau perlu di caci maki oleh penonton. Tanpa Penonton Teater tidak berarti apa-apa” .
Inilah kejelasan yang begitu gamblang di mengerti tanpa harus berbelit-belit untuk menyembunyikan tersirat dalam kata-kata bahwa pasalnya Putu sekali lagi mengangkat harkat martabat penonton sebagai penerima informasi teater-nya. Seorang Putu Wijaya merelakan untuk di caci-maki namun menurut hemat kami ialah sendiri yang membuat orang ingin memarahinya, namun entahlah.
Apabila teater adalah agen penjualan satu barang bernama karya dan bentuk barang itu di anggap sebagai ketidakbutuhan penonton selaku pembeli atau konsumen. Tapi agen penjualan alias agen teater ini mampu membuat pembeli terpengaruhi sehingga pertama-tama mereka “merasa” membutuhkan barang bernama teater ini. Sehingga mereka setidaknya mau melihat barangnya dulu. Keputusan untuk membeli atau menganut atau percaya pesan yang sudah direncanakan agar dibawa pulang oleh penonton dan di renungkan toh akhirnya di belakang mereka sendiri yang memilah, memilih dan menilai.
Barang bernama karya dan pemain yang lemah akan sangat mempengaruhi minat penonton pada pertunjukan, beberapa waktu ini aktor muda tanpa didukung popularitas aktor senior. Sedikit sekali kemungkinan akan di tonton kembali oleh kalayak kecuali namanya yang besar atau karena memang keaktorannya cukup bagus atau karena cantik atau memang mereka memiliki alasan sendiri yang lebih bersifat kekeabatan (teman, saudara, kolega atau lain sebagainya).
Daftar Pustaka
Harymawan, R.M.A, 1986, Dramaturgi. Yogyakarta: Konservatori Tari Indonesia. Departemen P & K