TREND DAN
Disusun oleh
Yosina (45) Melva (32)
Rhidayanti (29) Angel (33)
Chintya (14) Sinta (41)
Intan (28) Rini (51)
Nopia (10) Niko (52)
Chorry (37) Merry (03)
Natalia (27) Desi (43)
Cresdiana (31) Maura (25) Haryanto (36)
Yosina (45) Melva (32)
Rhidayanti (29) Angel (33)
Chintya (14) Sinta (41)
Intan (28) Rini (51)
Nopia (10) Niko (52)
Chorry (37) Merry (03)
Natalia (27) Desi (43)
Trend
Saat ini
an semua
Dibicarak
orang
Abad ke -21
pasar bebas
Memasuki
ASEAN
Masyarat
tradisonal
berubah
menjadi
masyarakat
maju
Dampak pada
berbagai
aspek
Aspek
Tuntutan bagi perawat untuk memenuhi
keperawatan
Peningkatan
mutu
pelayanan
keperawatan
Profesional
Peka budaya
Berwawasan
luas dan
menguasai
IPTEK
Masyarakat menuju modernisasi
Pendidikan
yang lebih
tinggi
Peningkatan
What
happe
n
today?
Kelalaian
Kepuasan
klien
minimal
Tidak
kenal
body of
knowledg
e
Malprakt
ek
Gaptek
APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK
Secara umum masyarakat mengenal produk teknologi informasi dalam bentuk perangkat keras, perangkat lunak dan infrastruktur. Perangkat keras meliputi perangkat input (keyboard, monitor, touch screen, scanner, mike, camera digital, perekam video, barcode reader, maupun alat digitasi lain dari bentuk analog ke digital). Perangkat keras ini bertujuan untuk menerima masukan data/informasi ke dalam bentuk digital agar dapat diolah melalui perangkat komputer. Selanjutnya, terdapat perangkat keras pemroses lebih dikenal sebagai CPU (central procesing unit) dan memori komputer. Perangkat keras ini berfungsi untuk mengolah serta mengelola sistem komputer dengan dikendalikan oleh sistem operasi komputer. Selain itu, terdapat juga perangkat keras penyimpan data baik yang bersifat tetap (hard disk) maupun portabel (removable disk). Perangkat keras berikutnya adalah perangkat outuput yang menampilkan hasil olahan komputer kepada pengguna melalui monitor, printer, speaker, LCD maupun bentuk respon lainnya.
Selanjutnya dalam perangkat lunak dibedakan sistem operasi (misalnya Windows, Linux atau Mac) yang bertugas untuk mengelola hidup
Pada aspek infrastruktur, kita mengenal ada istilah jaringan komputer baik yang bersifat terbatas dan dalam kawasan tertentu (misalnya satu gedung) yang dikenal dengan nama Local Area Network maupun jaringan yang lebih luas, bahkan bisa meliputi satu kabupaten atau negara atau yang dikenal sebagai Wide Area Network (WAN). Saat ini, aspek infrastruktur dalam teknologi informasi seringkali disatukan dengan perkembangan teknologi komunikasi. Sehingga muncul istilah konvergensi teknologi informasi dan komunikasi. Perangkat PDA (personal digital assistant) yang berperan sebagai komputer genggam tetapi sarat dengan fungsi komunikasi (baik Wi-Fi, bluetooth maupun GSM) merupakan salah satu contoh diantaranya.
Perangkat keras (baik input, pemroses, penyimpan, maupun output), perangkat lunak serta infrastruktur, ketiga-tiganya memiliki potensi besar untuk meningkatkan efektivitas maupun efisiensi manajemen informasi
kesehatan.
Dengan sistem manajemen informasi ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk mengakses rekam medispasien, seperti obat yang tengah dikonsumsi, riwayat medis, dan lain-lain. Selain itu, informasi medis tersebut dapat pula diakses secara virtual di mana pun kapan pun, Di samping itu data pasien atau gambar kondisi/penyakit pasien dapat didokumentasikan, untuk tujuan pengajaran atau riset, demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Perawat dapat mengakses secara cepat informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi obat atau perhitungan cairan IV fluid/infus; perawat dapat menyimpan data pasien, membuat grafik/table,
mengefisiensikan data dan menyebarluaskannya; perawat dapat mengorganisasikan data, mendokumentasikan intervensi keperawatan dan membuat rencana asuhan keperawatan.
Konseptual model dalam sistem informasi keperawatan berdasarkan 4 fungsi utama dalam praktik
keperawatan klinik dan administratif :
▪
Proses perawatan pasien
Proses adalah apa yang telah dilakukan oleh perawat
kepada pasien yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, jadwal perawatan dan pengobatan, catatan
keperawatan, pola makan, prospektif, beban kerja , administrasi pasien.
▪
Proses managemen bangsal
Aktivitas yang berhubungan dengan fungsi bangsal untuk
secara efektif menggunakan menggunakan sumber dalam merencanakan objek secara spesifik.
Mentransformasikan informasi pada manajemen yang berorientasi informasi dalam pengambilan keputusan:
jaminan kualitas, sudut pandang aktivitas di bangsal keperawatan, jadwal dinas karyawan, manajemen
perseorangan, perencanaan keperawatan, manajemen inventarisasi dan penyediaan sarana dan prasarana,
manajemen finansial, kontroling terhadap infeksi.
▪
Proses Komunikasi
Seluruh aktivitas dikonsentrasikan pada komunikasi
pada pasien dan subjek lain yang memiliki hubungan dengan subjek pengobatan, perjanjian dan penjadwalan,
review data, transformasi data, dan segala bentuk pesan.
Keuntungan
Menggunaka
n Sistem
Informasi
Keperawatan
Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan
Penghematan ruangan karena tidak dibutuhkan tempat yang besar
dalam penyimpanan arsip.
Penyimpanan data pasien menjadi lebih lama.
Pendokumentasian keperawatan berbasis komputer yang dirancang
dengan baik akan mendukung otonomi yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat
membantu pengambilan keputusan secara cepat
Meningkatkan produktivitas kerja.
Mengurangi kesalahan dalam menginterppretasikan pencatatan
(
Gurley L, Advantages and Disadvantages of Electronic Medical Record,
Sedangkan menurut Holmes (2003,dalam Sitorus 2006), terdapat
keuntungan utama dari dokumentasi berbasis komputer yaitu:
Standarisisasi: terdapat pelaporan data klinik yang standar, mudah dan
cepat diketahui.
Kualitas: meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus
Penerapan
Dokumentasi perawatan merupakan bagian penting dari dokumentasi klinis. Namun, dokumentasi proses keperawatan sering kurang berkualitas. Untuk meningkatkan dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat maka perlu diterapkan sistem infomasi keperawatan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Ada harapan tinggi bahwa komputer dapat mendukung dalam dokumentasi keperawatan akan
membantu meningkatkan kualitas dokumentasi. Namun dengan diterapkannya komputerisasi di rumah sakit juga perlu diimbangi oleh kemampuan perawat dalam mengoperasionalkan komputer.
Untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam penggunaan komputer maka perawat telah menyoroti kebutuhan untuk pelatihan dalam penggunaan teknologi informasi, dan penilaian kritis penting untuk profesional perawat. (Docker, et all.,2003)
Dokumentasi keperawatan yang ada sekarang ini adalah dokumentasi keperawtan yang berbasis kertas. Namun pada kenyataannya sering ditemukan bahwa proses tersebut tidak terintegrasi ke dalam dokumentasi keperawatan.Sering kita menemukan dokumentasi yang kurang lengkap, alasannya antara lain perlu waktu yang banyak, kualitas catatan berbasis kertas masih rendah dan pemanfaatan dokumentasi masih terbatas dari proses keperawatan. Masalah-masalah ini menyebabkan upaya untuk mendukung proses
keperawatan dengan sistem berbasis komputer untuk mengurangi beban perawat dalam dokumentasi.Penerapan sistem informasi keperawatan dalam dokumentasi asuhan keperawatan bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan. Dokumentasi yang berbasis komputer selain meningkatkan kualitas juga memungkinkan penggunaan kembali data keperawatan untuk manajemen keperawatan dan penelitian keperawatan. Hal ini seperti yang terdapat dalam hasil penelitian dari Mueller, et all.2006 yang menyatakan bahwa kualitas dokumentasi keperawatan semakin meningkat dengan diterapkannya Quality of Nursing Diagnoses, Interventions, and
Telenursing
Telenursing
didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh menggunakan
teknologi telekomunikasi (National Council of State Boards of Nursing, 2011).
Teknologi informasi dibidang keperawatan adalah teknologi informasi yang
mengintegrasikan ilmu keperawatan, komputer, ilmu pengetahuan, dan ilmu
informasi untuk mengelola dan mengkomunikasikan data, informasi, dan
pengetahuan
dalam
praktek
keperawatan.
Informatika
keperawatan
memfasilitasi integrasi data, informasi, dan pengetahuan untuk dukungan klien,
perawat, dan penyedia lainnya dalam pengambilan keputusan mereka dalam
semua peran dan pengaturan. (Terhuyung & Bagley-Thompson, 2002 dalam
Salim, 2010).
Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan
tehnologi komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan
kepada klien. Yang menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang
magnetik, radio dan optik) dalam menstransmisikan signal komunikasi suara,
data dan video. Atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh,
menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau
komputer.Dengan penerapan telenursing dalam memberikan pelayanan
keperawatan akan meningkatkan kepuasan klien dan peningkatan parstisipasi
aktif keluarga.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan
kebijakan umum dari pemerintah untuk mengatur praktek, SOP/standar
operasional prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien
dan
jaminan
informasi
yang
diberikan.
Kelebihan dan
kekurangan
Telenursing
Kelebihan Telenursing
Telenursing
dapat diartikan sebagai pemakaian teknologi informasi dibidang pelayanan keperawatan untuk
memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak
jauh. Model pelayanan ini memberikan keuntungan antara lain :
1. Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu,
2. Mempersingkat hari rawat dan mengurangi biaya perawatan,
3. Membantu memenuhi kebutuhan kesehatan,
4. Memudahkan akses petugas kesehatan yang berada di daerah yang terisolasi,
5. Berguna dalam kasus-kasus kronis atau kasus geriatik yang perlu perawatan di rumah dengan jarah yang jauh
dari pelayanan kesehatan, dan
6. Mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang terlayani untuk mengakses penyedia layanan melalui
mekanisme seperti : konferensi video dan internet
(American Nurse Assosiation, 1999).
8. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan dan meningkatkan
kepuasan perawat dan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan serta meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care).
9. Meningkatkan rasa aman (safety) perawat dan klien, karena dengan diterapkannya telenursing semakin meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga dan meningkatkan kepatuhan. Telenursing telah menyediakan sarana bagi konsumen untuk memanggil perawat agar mendapatkan saran kesehatan. seorang perawat dengan pelatihan khusus dapat menawarkan pendidikan dan dukungan, sehingga ini bermanfaat karena klien membutuhkan dukungan yang tidak mungkin didapatkan dengan kontak langsung.
▪ Kekurangan dan hambatan dalam telenursing
Menurut Amy Peck (2005) ada tiga ketegori dasar hambatan dalamtelenursing, meliputi: perilaku, legislatif, dan teknologi. Hambatan
perilaku, ada ketakutan bahwa perawat akan mendelegasikan tugas ke mesin. Pada awalnya perawat akan resisten terhadap telenursing akibat kurangnya penguasaan terhadap teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi. Namun dengan adanya pelatihan dan adanya support system, perawat bisa
merasakan manfaat telenursing untuk dirinya dan pasien. Legislasi, telenursingmuncul sebagai issue kebijakan public secara mayor, belum adanya kepastian lisensi tentang telenursing. Secara teknologi, Elektronik Health Record (EHR)dan standar data mendukung perkembangan telenursing.
Tanpa EHR telehealthtidak bisa bekerja.
Ketersediaan system penyimpanan data pasien kapanpun dan dimanapun provider membutuhkannya. Sumber lain menyebutkan, antara lain :
▪ Tidak adanya interaksi langsung perawat dengan klien yang akan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan. Kekawatiran ini muncul karena anggapan bahwa kontak langsung dengan pasien sangat penting terutama untuk dukungan emosional dan sentuhan terapeutik.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Implementasi
Telenursing
Aplikasi telenursing
Aplikasi
telenursing
dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat
telenursing dan melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang
sangat pesat dalam aplikasi telenursing. Di dalam home care perawat
menggunakan system memonitor parameter fisiologi seperti tekanan darah,
glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui internet. Melalui system
interaktif video, pasien
contact on-call
perawat setiap waktu untuk menyusun
video konsultasi ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh
bagaimana mengganti baju, memberikan injeksi insulin atau diskusi tentang
sesak nafas. Secara khusus sangat membantu untuk anak kecil dan dewasa
dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya dengan penyakit
kardiopulmoner. Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk
berpartisipasi aktif di dalam perawatan, khususnya dalam management
▪
Walaupun di Indonesia masih belum teraplikasikannya
telenursing ini dengan optimal namun telenursing
sebenarnya sangat memudahkan akses ke pelayanan
kesehatan yang berkenaan dengan populasi yang jauh
dari pelayanan (under-serviced) seperti halnya
memudahkan monitoring pelayanan di rumah atau
individu dengan permasalahan kesehatan kronis.
▪
Melihat uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
telenursing merupakan salah satu alternative yang bisa
digunakan dalam layanan kesehatan dan keperawatan
pada saat pasien tidak mungkin untuk datang langsung
menemui layanan kesehatan dan keperawatan baik untuk
alasan jarak yang jauh ataupun ingin mengefesien dan
Robot nurse (robot perawat)
Tujuan dari penggunaan robot sebagai alat bantu untuk tugas rutinitas
dalam ruangan menjadi mimpi manusia diawal penciptaannya.Pada
periode delapan dekade setelah manusia bermimpi pertama kali
tentang robot,sekarang sudah banyak diciptakan robot yang bisa
dipekerjakan dibeberapa tempat khusus seperti rumah, departement
stores dan rumah sakit (Ali meghdari et.al, 2004).
Seiring dengan perkembangan jaman, peningkatan kualitas
hidup menjadi salah satu hal yang esensial buat manusia.
Meningkatnya kualitas sistem dalam dunia kedokteran,
menjadikan populasi lansia juga bertambah karena angka
harapan hidup menjadi lebih tinggi. Namun dilain pihak,
populasi yang mendukung kehidupan para lansia ini terus
Awal mula penciptaan robot nurse tidak langsung
menyerupai manusia,namun lebih dikembangkan pada
bentuk hewan sebagai teman setia untuk mengurangi
kesepian dan depresi yang dialami oleh para lansia
seperti PARO (robot binatang laut),TAMA (robot kucing).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Shibata (2004) untuk
menguji reaksi manusia terhadap robot interaktif (dalam
penelitian ini digunakan robot PARO) terhadap lansia,
anak anak dan orang yang menderita autis dan down
syndrome didapatkan hasil bahwa 1) wanita lebih tertarik
terhadap PARO dibanding laki laki 2) Orang yang
Model
Robot Nurse
dan Fungsinya
Secara garis besar robot nurse terbagi menjadi 3 (tiga) kategori yaitu:
a)
Assistive robotic (AR)
sebagian besar diasosiasikan sebagai robot yang membantu orang
dengan keterbatasan fisik melalui interaksi fisik.Contoh dari AR antara lain adalah
wheelcahir
robot
dan alat bantu gerak yang lain,robot companion,
manipulation arms
dan robot edukasi.
AR banyak digunakan di lingkungan sekolah,rumah dan hospital (David Feil-Seifer and Maja J
Matari´,2005)
b)
Socially Interactive Robotics (SIR)
adalah robot yang mempunyai beberapa pola
interaksi.Istilah SIR digunakan untuk membedakan fungsi interaksi dengan robot yang
dioperasikan secara jarak jauh oleh manusia pada robot dengan sistem
human robot
interaction (HRI).
SIR memiliki semacam pola interaksi sendiri melalui suara dan gesture yang
mereka gunakan (David Feil-Seifer and Maja J Matari´,2005).
c)
SAR (Socially Assistive Robotics)
adalah gabungan dari bentuk AR dan SIR. SAR adalah
robot yang menyediakan bantuan pada
user
, tetapi bantuan tersebut spesifik bisa didapatkan
apabila terjadi interaksi sosial antara SAR dan
user
. SAR hampir sama dengan SIR, bedanya SIR
bertujuan untuk mengembangkan interaksi yang dekat dan efektif seperti hubungan
pertemanan antara robot dan
user
, sedangkan SAR bertujuan membina hubungan yang dekat
dan efektif untuk pemberian bantuan dan pencapaian progres yang terukur pada masa
Penggunaan Robot Perawat dalam
Asuhan Keperawatan
▪
Penggunaan robot perawat dalam asuhan keperawatan membawa beberapa telah dikaji oleh beberapa peneliti dengan
hasil beragam. Seperti yang sudah dibahas dalam latar belakang bahwa robot nurse pertama kali diciptakan karena
adanya peningkatan angka harapan hidup dan penurunan angka pertumbuhan penduduk yang menyebabkan para lansia
menjadi kesepian dan depresi. Robot nurse diciptakan tidak langsung berbentuk manusia nanum awalnya berbentuk
hewan seperti kucing dan anjing karena asumsi bahwa binatang tersebut adalah teman setia dari manusia. (Will Tagart
2006). Penggunaan tenagan robot perawat juga dicetuskan karena kurangnya sikap caring pada perawat terhadap pasien
yang dirawat (Jane Tenking,2010).
▪
Dari penelitian awal yang dilakukan Shibata (2004) didapatkan hasil bahwa robot nurse berbentuk binatang laut PARO
membawa beberapa aspek positif pada responden yang meliputi lansia,anak anak dan orang dengan autis dan down
syndrome yaitu 1) wanita lebih tertarik terhadap PARO dibanding laki laki 2) Orang yang menyukai hewan melihat PARO
dengan sisi positif 3) anak anak lebih suka bermain dengan PARO 4) PARO mampu memberikan efek positif terhadap
depresi yang dialami lansia.Namun pada penelitan lanjut yang dilakukan oleh Will Tagart (2006) terhadap para lansia
didapatkan hasil bahwa walaupun para lansia memberikan reaksi yang beragam terhadap PARO,namun mereka tetap
memilih untuk berinteraksi dengan manusia dibanding robot.
▪
Penggunaan robot nurse kemudian berkembang bukan lagi menjadi sekedar teman atau mainan untuk mengatasi
kesepian,namun menjadi asisten yang membantu tugas perawat seperti robot nurse yang bisa mengangkat pasien
(RIBA), robot nurse yang membantu pasien untuk mobilisasi dalam ruangan (DO-U-MI),robot nurse untuk melayani pasien
yang tidak bisa bepergian jauh namun butuh konsultasi (Companion) dan beberapa contoh penggunaan robot nurse untuk
membantu perawat dalam manajemen asuhan keperawatan. Penggunaan robot nurse dalam proses rehabilitasi
Robot vs Perawat
Penggunaan robot perawat akan memberikan dampak yang sangat besar pada dunia keperawatan antara lain apabila terjadi pergeseran fungsi perawat oleh para robot perawat ini akan membuat tenaga perawat menjadi murah sehingga penghasilan perawat menjadi turun. Bahkan disebutkan di Jepang sudah mulai dilakukan standarisasi untuk para robot perawat ini supaya lebih aman dan efektif (www.detiknet.com. 29 Maret 2009) serta untuk mengurangi kebutuhan tenaga kerja perawat dari luar negeri,dalam hal ini berarti permasalahan dalam dunia keperawatan menjadilebih bertambah yaitu masalah lapangan kerja yang akan semakin sempit karena tergeser oleh penggunaan robot.
Kemudian pemikiran lebih lanjut bahwa penggunaan robot perawat ini akan banyak memakan tempat, berapa centimeter space yang diperlukan oleh robot perawat ini untuk masuk kerungan pasien,berdiri disamping tempat tidur pasien dan robot perawat ini juga bisa saja meluncur tanpa kendali pada lantai yang licin. (Roger Napthine,1997).Namun robot tetaplah robot,bukan manusia. Walaupun dirancang dengan sesempurna mungkin untuk dapat dipergunakan dengan aman,murah dan efesien tetaplah robot memiliki banyak kekurangan antara lain:
a) System error: terjadinya gangguan pada sistem yang mengatur perilaku robot mengakibatkan robot menjadi liar seperti yang terjadi pada Waldo (robot perawat di California ang bertugas mendistribusikan obat obatan dari lantai ke lantai). Waldo tiba tiba bertingkah liar sejak keluar dari ruang farmasi dan melukai seorang dokter yang sedang memeriksa pasien di radiasi
onkologi (Nursing standard vol 24 no 8,2009)
b) Robot tidak memiliki sense of caring seperti layaknya manusia. Sebuah robot yang bertugas memberi makan pasien hanya akan memberikan makanan pada pasien secara sabar sembari menunggu sampai 20 kunyahan, namun robot tidak bisa
menanyakan apakah rasa makanan enak,apakah ada kesulitan menelan dll (Roger Napthine,1997)
c) Robot tidak mempunyai “sense of humor”. Robot disetting dengan tugas terntentu dan bereaksi terhadap sensor tertentu sehingga robot tidak bisa membedakan antara instruksi dengan candaan. (Roger Napthine,1997)