• Tidak ada hasil yang ditemukan

POK 1 TREND DAN ISSUE KOMUNIKASI KEPERAW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POK 1 TREND DAN ISSUE KOMUNIKASI KEPERAW"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

TREND DAN

(2)

Disusun oleh

Yosina (45) Melva (32)

Rhidayanti (29) Angel (33)

Chintya (14) Sinta (41)

Intan (28) Rini (51)

Nopia (10) Niko (52)

Chorry (37) Merry (03)

Natalia (27) Desi (43)

Cresdiana (31) Maura (25) Haryanto (36)

Yosina (45) Melva (32)

Rhidayanti (29) Angel (33)

Chintya (14) Sinta (41)

Intan (28) Rini (51)

Nopia (10) Niko (52)

Chorry (37) Merry (03)

Natalia (27) Desi (43)

(3)

Trend

Saat ini

an semua

Dibicarak

orang

(4)

Abad ke -21

pasar bebas

Memasuki

ASEAN

Masyarat

tradisonal

berubah

menjadi

masyarakat

maju

Dampak pada

berbagai

aspek

Aspek

(5)

Tuntutan bagi perawat untuk memenuhi

keperawatan

Peningkatan

mutu

pelayanan

keperawatan

Profesional

Peka budaya

Berwawasan

luas dan

menguasai

IPTEK

Masyarakat menuju modernisasi

Pendidikan

yang lebih

tinggi

Peningkatan

(6)

What

happe

n

today?

Kelalaian

Kepuasan

klien

minimal

Tidak

kenal

body of

knowledg

e

Malprakt

ek

Gaptek

(7)
(8)

APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK

Secara umum masyarakat mengenal produk teknologi informasi dalam bentuk perangkat keras, perangkat lunak dan infrastruktur. Perangkat keras meliputi perangkat input (keyboard, monitor, touch screen, scanner, mike, camera digital, perekam video, barcode reader, maupun alat digitasi lain dari bentuk analog ke digital). Perangkat keras ini bertujuan untuk menerima masukan data/informasi ke dalam bentuk digital agar dapat diolah melalui perangkat komputer. Selanjutnya, terdapat perangkat keras pemroses lebih dikenal sebagai CPU (central procesing unit) dan memori komputer. Perangkat keras ini berfungsi untuk mengolah serta mengelola sistem komputer dengan dikendalikan oleh sistem operasi komputer. Selain itu, terdapat juga perangkat keras penyimpan data baik yang bersifat tetap (hard disk) maupun portabel (removable disk). Perangkat keras berikutnya adalah perangkat outuput yang menampilkan hasil olahan komputer kepada pengguna melalui monitor, printer, speaker, LCD maupun bentuk respon lainnya.

Selanjutnya dalam perangkat lunak dibedakan sistem operasi (misalnya Windows, Linux atau Mac) yang bertugas untuk mengelola hidup

(9)

Pada aspek infrastruktur, kita mengenal ada istilah jaringan komputer baik yang bersifat terbatas dan dalam kawasan tertentu (misalnya satu gedung) yang dikenal dengan nama Local Area Network maupun jaringan yang lebih luas, bahkan bisa meliputi satu kabupaten atau negara atau yang dikenal sebagai Wide Area Network (WAN). Saat ini, aspek infrastruktur dalam teknologi informasi seringkali disatukan dengan perkembangan teknologi komunikasi. Sehingga muncul istilah konvergensi teknologi informasi dan komunikasi. Perangkat PDA (personal digital assistant) yang berperan sebagai komputer genggam tetapi sarat dengan fungsi komunikasi (baik Wi-Fi, bluetooth maupun GSM) merupakan salah satu contoh diantaranya.

Perangkat keras (baik input, pemroses, penyimpan, maupun output), perangkat lunak serta infrastruktur, ketiga-tiganya memiliki potensi besar untuk meningkatkan efektivitas maupun efisiensi manajemen informasi

kesehatan.

Dengan sistem manajemen informasi ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk mengakses rekam medispasien, seperti obat yang tengah dikonsumsi, riwayat medis, dan lain-lain. Selain itu, informasi medis tersebut dapat pula diakses secara virtual di mana pun kapan pun, Di samping itu data pasien atau gambar kondisi/penyakit pasien dapat didokumentasikan, untuk tujuan pengajaran atau riset, demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Perawat dapat mengakses secara cepat informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi obat atau perhitungan cairan IV fluid/infus; perawat dapat menyimpan data pasien, membuat grafik/table,

mengefisiensikan data dan menyebarluaskannya; perawat dapat mengorganisasikan data, mendokumentasikan intervensi keperawatan dan membuat rencana asuhan keperawatan.

(10)

Konseptual model dalam sistem informasi keperawatan berdasarkan 4 fungsi utama dalam praktik

keperawatan klinik dan administratif :

Proses perawatan pasien

Proses adalah apa yang telah dilakukan oleh perawat

kepada pasien yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, jadwal perawatan dan pengobatan, catatan

keperawatan, pola makan, prospektif, beban kerja , administrasi pasien.

Proses managemen bangsal

Aktivitas yang berhubungan dengan fungsi bangsal untuk

secara efektif menggunakan  menggunakan sumber dalam merencanakan objek secara spesifik.

Mentransformasikan informasi pada manajemen  yang berorientasi informasi dalam pengambilan keputusan:

jaminan kualitas, sudut pandang aktivitas di bangsal keperawatan, jadwal dinas karyawan, manajemen

perseorangan, perencanaan keperawatan, manajemen inventarisasi dan penyediaan sarana dan prasarana,

manajemen finansial, kontroling terhadap infeksi.

Proses Komunikasi

Seluruh aktivitas dikonsentrasikan pada komunikasi

pada pasien dan subjek lain yang memiliki hubungan dengan subjek pengobatan, perjanjian dan penjadwalan,

review data, transformasi data, dan segala bentuk pesan.

(11)

Keuntungan

Menggunaka

n Sistem

Informasi

Keperawatan

Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan

Penghematan ruangan karena tidak dibutuhkan tempat yang besar

dalam penyimpanan arsip.

Penyimpanan data pasien menjadi lebih lama.

Pendokumentasian keperawatan berbasis komputer yang dirancang

dengan baik akan mendukung otonomi yang dapat dipertanggung

jawabkan.

Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat

membantu pengambilan keputusan secara cepat

Meningkatkan produktivitas kerja.

Mengurangi kesalahan dalam menginterppretasikan pencatatan

(

Gurley L, Advantages and Disadvantages of Electronic Medical Record,

Sedangkan menurut Holmes (2003,dalam Sitorus 2006), terdapat

keuntungan utama dari dokumentasi berbasis komputer yaitu:

Standarisisasi: terdapat pelaporan data klinik yang standar, mudah dan

cepat diketahui.

Kualitas: meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus

(12)

Penerapan

Dokumentasi perawatan merupakan bagian penting dari dokumentasi klinis. Namun, dokumentasi proses keperawatan sering kurang berkualitas. Untuk meningkatkan dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat maka perlu diterapkan sistem infomasi keperawatan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Ada harapan tinggi bahwa komputer dapat mendukung dalam dokumentasi keperawatan akan

membantu meningkatkan kualitas dokumentasi. Namun dengan diterapkannya komputerisasi di rumah sakit juga perlu diimbangi oleh kemampuan perawat dalam mengoperasionalkan komputer.

Untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam penggunaan komputer maka perawat telah menyoroti kebutuhan untuk pelatihan dalam penggunaan teknologi informasi, dan penilaian kritis penting untuk profesional perawat. (Docker, et all.,2003)

Dokumentasi keperawatan yang ada sekarang ini adalah dokumentasi keperawtan yang berbasis kertas. Namun pada kenyataannya sering ditemukan bahwa proses tersebut tidak terintegrasi ke dalam dokumentasi keperawatan.Sering kita menemukan dokumentasi yang kurang lengkap, alasannya antara lain perlu waktu yang banyak, kualitas catatan berbasis kertas masih rendah dan pemanfaatan dokumentasi masih terbatas dari proses keperawatan. Masalah-masalah ini menyebabkan upaya untuk mendukung proses

keperawatan dengan sistem berbasis komputer untuk mengurangi beban perawat dalam dokumentasi.Penerapan sistem informasi keperawatan dalam dokumentasi asuhan keperawatan bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan. Dokumentasi yang berbasis komputer selain meningkatkan kualitas juga memungkinkan penggunaan kembali data keperawatan untuk manajemen keperawatan dan penelitian keperawatan. Hal ini seperti yang terdapat dalam hasil penelitian dari Mueller, et all.2006 yang menyatakan bahwa kualitas dokumentasi keperawatan semakin meningkat dengan diterapkannya Quality of Nursing Diagnoses, Interventions, and

(13)

Telenursing

  

 

Telenursing 

didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh menggunakan

teknologi telekomunikasi (National Council of State Boards of Nursing, 2011).

Teknologi informasi dibidang keperawatan adalah teknologi informasi yang

mengintegrasikan ilmu keperawatan, komputer, ilmu pengetahuan, dan ilmu

informasi untuk mengelola dan mengkomunikasikan data, informasi, dan

pengetahuan

dalam

praktek

keperawatan.

Informatika

keperawatan

memfasilitasi integrasi data, informasi, dan pengetahuan untuk dukungan klien,

perawat, dan penyedia lainnya dalam pengambilan keputusan mereka dalam

semua peran dan pengaturan. (Terhuyung & Bagley-Thompson, 2002 dalam

Salim, 2010).

Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan

tehnologi komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan

kepada klien. Yang menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang

magnetik, radio dan optik) dalam menstransmisikan signal komunikasi suara,

data dan video. Atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh,

menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau

komputer.Dengan penerapan telenursing dalam memberikan pelayanan

keperawatan akan meningkatkan kepuasan klien dan peningkatan parstisipasi

aktif keluarga.

Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan

kebijakan umum dari pemerintah untuk mengatur praktek, SOP/standar

operasional prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien

dan

jaminan

informasi

yang

diberikan.

(14)

 Kelebihan dan

kekurangan 

Telenursing

  Kelebihan Telenursing

 Telenursing 

dapat diartikan sebagai pemakaian teknologi informasi dibidang pelayanan keperawatan untuk

memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak

jauh. Model pelayanan ini memberikan keuntungan antara lain :

1.      Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu,

2.      Mempersingkat hari rawat dan mengurangi biaya perawatan,

3.      Membantu memenuhi kebutuhan kesehatan,

4.      Memudahkan akses petugas kesehatan yang berada di daerah yang terisolasi,

5.      Berguna dalam kasus-kasus kronis atau kasus geriatik yang perlu perawatan di rumah dengan jarah yang jauh

dari pelayanan kesehatan, dan

6.       Mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang terlayani untuk mengakses penyedia layanan melalui

mekanisme seperti : konferensi video dan internet

(American Nurse Assosiation, 1999).

(15)

8.      Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan dan meningkatkan

kepuasan perawat dan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan serta meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care).

9.      Meningkatkan rasa aman (safety) perawat dan klien, karena dengan diterapkannya telenursing  semakin  meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga dan meningkatkan kepatuhan. Telenursing telah menyediakan sarana bagi konsumen untuk memanggil perawat agar mendapatkan saran kesehatan. seorang perawat dengan pelatihan khusus  dapat menawarkan pendidikan dan dukungan, sehingga ini  bermanfaat karena klien membutuhkan dukungan yang  tidak mungkin didapatkan dengan kontak langsung.

▪ Kekurangan dan hambatan dalam telenursing

Menurut Amy Peck (2005) ada tiga ketegori dasar hambatan dalamtelenursing, meliputi: perilaku, legislatif, dan teknologi. Hambatan

perilaku, ada ketakutan bahwa perawat akan mendelegasikan tugas ke mesin. Pada awalnya perawat akan resisten terhadap telenursing akibat kurangnya penguasaan terhadap teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi. Namun dengan adanya pelatihan dan adanya support system,  perawat bisa

merasakan manfaat telenursing untuk dirinya dan pasien. Legislasi, telenursingmuncul sebagai issue kebijakan public secara mayor, belum adanya kepastian lisensi tentang telenursing. Secara teknologi, Elektronik Health Record (EHR)dan standar data mendukung perkembangan telenursing.

Tanpa EHR telehealthtidak  bisa bekerja.

Ketersediaan system penyimpanan data pasien kapanpun dan dimanapun provider membutuhkannya. Sumber lain menyebutkan, antara lain :

▪ Tidak adanya interaksi langsung perawat dengan klien yang akan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan. Kekawatiran ini muncul karena anggapan bahwa kontak langsung dengan pasien sangat penting terutama untuk dukungan emosional dan sentuhan terapeutik.

(16)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Implementasi 

Telenursing

(17)

Aplikasi  telenursing

Aplikasi 

telenursing

 dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat

telenursing dan melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang

sangat pesat dalam aplikasi telenursing. Di dalam home care perawat

menggunakan system memonitor parameter fisiologi seperti tekanan darah,

glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui internet. Melalui system

interaktif video, pasien 

contact on-call

 perawat setiap waktu untuk menyusun

video konsultasi ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh

bagaimana mengganti baju, memberikan injeksi insulin atau diskusi tentang

sesak nafas. Secara khusus sangat membantu untuk anak kecil dan dewasa

dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya dengan penyakit

kardiopulmoner. Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk

berpartisipasi aktif di dalam perawatan, khususnya dalam management

(18)

Walaupun di Indonesia masih belum teraplikasikannya

telenursing ini dengan optimal namun telenursing

sebenarnya sangat memudahkan akses ke pelayanan

kesehatan yang berkenaan dengan populasi yang jauh

dari pelayanan (under-serviced) seperti halnya

memudahkan monitoring pelayanan di rumah atau

individu dengan permasalahan kesehatan kronis.

Melihat uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

telenursing merupakan salah satu alternative yang bisa

digunakan dalam layanan kesehatan dan keperawatan

pada saat pasien tidak mungkin untuk datang langsung

menemui layanan kesehatan dan keperawatan baik untuk

alasan jarak yang jauh ataupun ingin mengefesien dan

(19)
(20)

Robot nurse (robot perawat)

Tujuan dari penggunaan robot sebagai alat bantu untuk tugas rutinitas

dalam ruangan menjadi mimpi manusia diawal penciptaannya.Pada

periode delapan dekade setelah manusia bermimpi pertama kali

tentang robot,sekarang sudah banyak diciptakan robot yang bisa

dipekerjakan dibeberapa tempat khusus seperti rumah, departement

stores dan rumah sakit (Ali meghdari et.al, 2004).

 Seiring dengan perkembangan jaman, peningkatan kualitas

hidup menjadi salah satu hal yang esensial buat manusia.

Meningkatnya kualitas sistem dalam dunia kedokteran,

menjadikan populasi lansia juga bertambah karena angka

harapan hidup menjadi lebih tinggi. Namun dilain pihak,

populasi yang mendukung kehidupan para lansia ini terus

(21)

Awal mula penciptaan robot nurse tidak langsung

menyerupai manusia,namun lebih dikembangkan pada

bentuk hewan sebagai teman setia untuk mengurangi

kesepian dan depresi yang dialami oleh para lansia

seperti PARO (robot binatang laut),TAMA (robot kucing).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Shibata (2004) untuk

menguji reaksi manusia terhadap robot interaktif (dalam

penelitian ini digunakan robot PARO) terhadap lansia,

anak anak dan orang yang menderita autis dan down

syndrome didapatkan hasil bahwa 1) wanita lebih tertarik

terhadap PARO dibanding laki laki 2) Orang yang

(22)

Model 

Robot Nurse 

dan Fungsinya

Secara garis besar robot nurse terbagi menjadi 3 (tiga) kategori yaitu:

a)      

Assistive robotic (AR) 

sebagian besar diasosiasikan sebagai robot yang membantu orang

dengan keterbatasan fisik melalui interaksi fisik.Contoh dari AR antara lain adalah 

wheelcahir

robot 

dan alat bantu gerak yang lain,robot companion, 

manipulation arms 

dan robot edukasi.

AR banyak digunakan di lingkungan sekolah,rumah dan hospital (David Feil-Seifer and Maja J

Matari´,2005)

b)      

Socially Interactive Robotics (SIR) 

adalah robot yang mempunyai beberapa pola

interaksi.Istilah SIR digunakan untuk membedakan fungsi interaksi dengan robot yang

dioperasikan secara jarak jauh oleh manusia pada robot dengan sistem

human robot

interaction (HRI).

SIR memiliki semacam pola interaksi sendiri melalui suara dan gesture yang

mereka gunakan (David Feil-Seifer and Maja J Matari´,2005).

c)      

SAR (Socially Assistive Robotics) 

adalah gabungan dari bentuk AR dan SIR. SAR adalah

robot yang menyediakan bantuan pada 

user 

, tetapi bantuan tersebut spesifik bisa didapatkan

apabila terjadi interaksi sosial antara SAR dan

user

. SAR hampir sama dengan SIR, bedanya SIR

bertujuan untuk mengembangkan interaksi yang dekat dan efektif seperti hubungan

pertemanan antara robot dan 

user

, sedangkan SAR bertujuan membina hubungan yang dekat

dan efektif untuk pemberian bantuan dan pencapaian progres yang terukur pada masa

(23)

Penggunaan Robot Perawat dalam

Asuhan Keperawatan

 Penggunaan robot perawat dalam asuhan keperawatan membawa beberapa telah dikaji oleh beberapa peneliti dengan

hasil beragam. Seperti yang sudah dibahas dalam latar belakang bahwa robot nurse pertama kali diciptakan karena

adanya peningkatan angka harapan hidup dan penurunan angka pertumbuhan penduduk yang menyebabkan para lansia

menjadi kesepian dan depresi. Robot nurse diciptakan tidak langsung berbentuk manusia nanum awalnya berbentuk

hewan seperti kucing dan anjing karena asumsi bahwa binatang tersebut adalah teman setia dari manusia. (Will Tagart

2006). Penggunaan tenagan robot perawat juga dicetuskan karena kurangnya sikap caring pada perawat terhadap pasien

yang dirawat (Jane Tenking,2010).

      Dari penelitian awal yang dilakukan Shibata (2004) didapatkan hasil bahwa robot nurse berbentuk binatang laut PARO

membawa beberapa aspek positif pada responden yang meliputi lansia,anak anak dan orang dengan autis dan down

syndrome yaitu 1) wanita lebih tertarik terhadap PARO dibanding laki laki 2) Orang yang menyukai hewan melihat PARO

dengan sisi positif 3) anak anak lebih suka bermain dengan PARO 4) PARO mampu memberikan efek positif terhadap

depresi yang dialami lansia.Namun pada penelitan lanjut yang dilakukan oleh Will Tagart (2006) terhadap para lansia

didapatkan hasil bahwa walaupun para lansia memberikan reaksi yang beragam terhadap PARO,namun mereka tetap

memilih untuk berinteraksi dengan manusia dibanding robot.

      Penggunaan robot nurse kemudian berkembang bukan lagi menjadi sekedar teman atau mainan untuk mengatasi

kesepian,namun menjadi asisten yang membantu tugas perawat seperti robot nurse yang bisa mengangkat pasien

(RIBA), robot nurse yang membantu pasien untuk mobilisasi dalam ruangan (DO-U-MI),robot nurse untuk melayani pasien

yang tidak bisa bepergian jauh namun butuh konsultasi (Companion) dan beberapa contoh penggunaan robot nurse untuk

membantu perawat dalam manajemen asuhan keperawatan.  Penggunaan robot nurse dalam proses rehabilitasi

(24)

Robot  vs Perawat

Penggunaan robot perawat akan memberikan dampak yang sangat besar pada dunia keperawatan antara lain apabila terjadi pergeseran fungsi perawat oleh para robot perawat ini akan membuat tenaga perawat menjadi murah sehingga penghasilan perawat menjadi turun. Bahkan disebutkan di Jepang sudah mulai dilakukan standarisasi untuk para robot perawat ini supaya lebih aman dan efektif (www.detiknet.com. 29 Maret 2009) serta untuk mengurangi kebutuhan tenaga kerja perawat dari luar negeri,dalam hal ini berarti permasalahan dalam dunia keperawatan menjadilebih bertambah yaitu masalah lapangan kerja yang akan semakin sempit karena tergeser oleh penggunaan robot.

Kemudian pemikiran lebih lanjut bahwa penggunaan robot perawat ini akan banyak memakan tempat, berapa centimeter space yang diperlukan oleh robot perawat ini untuk masuk kerungan pasien,berdiri disamping tempat tidur pasien dan robot perawat ini juga bisa saja meluncur tanpa kendali pada lantai yang licin. (Roger Napthine,1997).Namun robot tetaplah robot,bukan manusia. Walaupun dirancang dengan sesempurna mungkin untuk dapat dipergunakan dengan aman,murah dan efesien tetaplah robot memiliki banyak kekurangan antara lain:

a)      System error: terjadinya gangguan pada sistem yang mengatur perilaku robot mengakibatkan robot menjadi liar seperti yang terjadi pada Waldo (robot perawat di California ang bertugas mendistribusikan obat obatan dari lantai ke lantai). Waldo tiba tiba bertingkah liar sejak keluar dari ruang farmasi dan melukai seorang dokter yang sedang memeriksa pasien di radiasi

onkologi (Nursing standard vol 24 no 8,2009)

b)      Robot tidak memiliki sense of caring seperti layaknya manusia. Sebuah robot yang bertugas memberi makan pasien hanya akan memberikan makanan pada pasien secara sabar sembari menunggu sampai 20 kunyahan, namun robot tidak bisa

menanyakan apakah rasa makanan enak,apakah ada kesulitan menelan dll (Roger Napthine,1997)

c)      Robot tidak mempunyai “sense of humor”. Robot disetting dengan tugas terntentu dan bereaksi terhadap sensor tertentu sehingga robot tidak bisa membedakan antara instruksi dengan candaan. (Roger Napthine,1997)

(25)

Profesional nurse

Komitmen moral

Konsep Menyeluruh

Kode Etik Keperawatan

Otonomi

Mandiri

Tanggung jawab

Tanggung Gugat

Nilai intelektual

Body of knowledge

Pendidikan berkelanjutan

(26)

Issue

Belum

jelas

faktanya

Saat ini

Dibicarak

an

banyak

(27)

Seleksi mahasiswa keperawatan

Menjamurnya STIKES tanpa standarisasi

Gap antara teori di kelas dan praktek di klinik

Lack of qualified Lecturer

Program pendidikan kesehatan belum adekuat

Kurang mampu dalam tim work

(28)

Globalisasi keperawatan

Teknologi

Komunikasi

Perubahan

kesehatan

yang

massive

Budaya

dan

fashion

Peran

keluarga /

orangtua

Kehidupan

sosial anak

Express

Moving

Penyebara

n penyakit

Menyentuh

banyak

(29)
(30)

Tantangan internal dan eksternal

Kurangnya

pengetahua

n

Ketakutan

dan

kepercayaa

n

Rasisme

Bias dan

etnosentris

me

Stereotipe,

perilaku

Ritual

Hambatan

bahasa

Perbedaan

dalam

persepsi

dan harapan

(31)

Kesimpulan

Hubungan kolaborasi dokter dan perawat merupakan hal yang sangat penting. Perspektif yang berbeda dari

dokter dan perawat dalam memandang pasien, dalam prakteknya menyebabkan munculnya hambatan-hambatan

teknik dalam melakukan proses kolaborasi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang

dapat timbul jika hubungan kolaborasi dokter dengan perawat berlangsung baik. American Nurses Credentialing

Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit melaporkan bahwa hubungan dokter dengan perawat

bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga berlangsung pada hasil yang dialami pasien.

Inti sesungghnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka

terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.Dari hasil observasi penulis di Rumah Sakit

nampaknya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi

khususnya dengan dokter. Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan instruksi medis

yang juga didokumentasikan secara baik, sementara dokumentasi asuhan keperawatan meliputi proses

keperawatan

Disamping itu hasil wawancara seorang penulis dengan beberapa perawat Rumah Sakit Pemerintah dan

swasta, mereka menyatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kolaborasi, diantaranya

pandangan dokter yang selalu menganggap bahwa perawat merupakan tenaga vokasional, perawat sebagai

asistennya, serta kebijakan Rumah Sakit yang kurang mendukung.

Isu-isu tersebut jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan dapat menghambat

upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat yang membutuhkan jasa pelayang kesehatan, serta

menghambat upaya pengembangan dari keperawatan sebagai profesi (Muharamiatul, 2012). Dan

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatnya penggunaan kemasan plastik seiring dengan semakin meningkatnya konsumsi dan daya beli masyarakat terutama disebabkan oleh sifat bahan plastik yang

Proses pelarutan bauksit asal Tayan, Kalimantan Barat, dengan NaOH pada kapasitas 100 kg umpan/ batch pada suhu sekitar 140 o C dan tekanan 4 atm, menunjukkan bahwa semakin

Martani, Nastiti, dan Wicaksono (2014) Y : Pengungkapan informasi pada publik X : Tingkat pendidikan, Jumlah penduduk, Kemampuan keuangan Stakeholder Theory dan

Selain itu sistem ini dapat juga mencegah serangan hama helopeltis dan tikus.; (5) Menggunakan pestisida organic OrgaNeem dan Siori dengan dosis 3 – 5 ml/l setiap 2 minggu. -

Berdasarkan pengamatan dan data hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, disimpulkan bahwa penerapan strategi KWL dapat meningkatkan keterampilan membaca

Pi’il pesenggiri merupakan pandangan hidup atau pedoman hidup masyarakat suku Lampung, konsep dan arti pi’il pesenggiri tersebut antara individu yang satu dengan yang

Dokumen RENOP memuat rumusan rencana dan target pencapaian yang bersifat kuantitatif dan operasional dari masing-masing indikator kinerja pencapaian tujuan dan sasaran

Dalam beberapa upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lansia tidak potensial sebagaimana telah disebutkan di atas, BAZNAS kabupaten Tulungagung hanya