• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEKALAMASI DAN PEMENTASAN KARYA SASTRA ANAK-ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DEKALAMASI DAN PEMENTASAN KARYA SASTRA ANAK-ANAK"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

DEKALAMASI DAN PEMENTASAN

KARYA SASTRA ANAK-ANAK

Abd. Halik

endeklamasikan dan mementaskan sasra anak-anak merupakan unit IX mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia di SD. Unit ini terdiri atas 2

subunit yaitu: (1) Mendeklamasikan puisi-anak-anak, dan (2) mementaskan drama anak-anak. Dengan memahami materi ini, diharapkan Anda mampu

mendeklamsikan dan mementaskan drama anak-anak dengan baik. Secara khusus setelah mempelajari unit ini diharapkan Anda dapat:

1. Menjelaskan pengertian baca puisi dan perbedaannya dengan deklamasi

puisi;

2. Syarat-syarat menjadi deklamator puisi;

3. Mengemukakan unsur penilaian deklamasi sastra anak-anak;

4. Menjelaskan pengertian drama;

5. Menjelaskan teknik-teknik mementaskan drama anak-anak;

6. Mengemukakan dasar-dasar penguasaan pementasan drama anak-anak.

Materi ini menjadi modal awal bagi Anda yang ingin menjadi pengajar bahasa Indonesia yang baik di SD, karena dengan dikuasainya materi ini Anda telah memiliki kemampuan yang dapat mendukung tugasnya dalam

membimbing anak didiknya sehingga semakin mahir mengapresiasi sastra anak-anak seara produktif. Selain itu, Anda akan semakin luas wawasannya tentang nilai-nilai pengalaman kemanusiaannya dan semakin tumbuh sikap

positifnya terhadap sastra anak-anak.

Setelah memahami tujuan mempelajari unit ini, ikutilah bagian-bagian bahan ajar ini secara bertahap-berkesinambungan. Pelajari setiap bagian secara

cermat dan saksama. Mulailah dengan membaca konsep, uraian, dan

contoh-M

(2)

contoh yang terdapat di dalamnya. Untuk menambah pemahaman dan wawasan

Anda, pelengkap materi unit ini juga terdapat di web-site. Bukalah web-site.

Masih ingat kan, caranya? Jangan lupa mengerjakan latihan/tugas. Setiap latihan/tugas disertai dengan rambu pengerjaan atau jawaban latihan.

Rambu-rambu tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada Anda tentang bagaimana latihan dikerjakan dan seperti apa hasil pengerjaan latihan yang dianggap benar. Tapi ingat, jangan terburu-buru membuka rambu-rambu atau kunci jawaban. Karena, bila hal itu Anda lakukan, Anda akan terbiasa tidak

akan pernah belajar.

Jangan lupa pula membaca rangkuman. Pahamilah rangkuman dengan

baik. Bila Anda mendapat kesulitan dalam memahami kata atau istilah yang

terdapat pada unit ini, lihatlah glosarium dalam unit ini atau manfaatkanlah

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Setelah melakukan kegiatan secara bertahap-berkelanjutan seperti disebutkan di atas, dan merasa telah menguasai materi unit ini, sekarang kerjakan soal-soal tes formatif. Setelah itu, cocokkan jawaban tes formati Anda

dengan kunci jawaban yang tersedia di akhir unit ini sehingga dapat mengetahui kemampuan Anda yang sesungguhnya. Analisislah materi mana yang telah Anda kuasai dengan baik dan materi mana yang belum Anda kuasai. Untuk

materi yang belum Anda kuasai, bacalah kembali konsep, uraian, contoh-contoh, dan rangkuman yang ada.

Selamat berlatih mendeklamasi dan mementaskan sastra anak-anak

(3)

Subunit 1

Deklamasi Karya Sastra Anak-Anak

pakah Anda ingin menjadi deklamator/pembaca puisi yang hebat? Tentu, karena menjadi pemabca puisi yang baik, di samping dapat menyenangkan

bagi diri sendiri juga dapat menghibur orang lain. Namun permasalahannya, sekarang sudahkah Anda memahami perbedaan antara deklamasi puisi dan baca puisi, serta aspek-aspek apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam

mendeklamasikan puisi dengan baik. Untuk memperoleh pemahaman tentang deklamasi puisi dan aspek yang perlu diperhatikan agar pada saat mendeklamasikan puisi supaya dapat terasa indah bagi penikmat, ikuti dengan

sungguh-sungguh uraian berikut.

Pengertian Deklamasi

Kata “deklamasi“ berasal dari bahasa Inggris “declamation” yang

berarti penyuaraan sesuatu lewat suara. Secara umum, deklamasi merupakan suatu kegiatan membawakan atau menyampaikan puisi atau prosa secara lisan

disertai mimik, intonasi, dan gerak jasmaniah yang wajar sesuai konteks makna larik atau yang dituturkan. Aspek-aspek tersebut harus saling menunjang dan atau saling melengkapi dalam menciptakan suasana deklamasi yang dapat

memukau para penonton.

Secara umum saat ini, yang membedakan dengan deklamasi adalah baca

puisi “poetry reading” disampaikan dengan memegang naskah, sedangkan

deklamasi dilaksanakan dengan menghafal sajak yang akan dideklamasikan tersebut. Selanjutnya, Junaedi (1989) mengemukakan beberapa perbedaan antara baca puisi dan deklamasi dari berbagai segi: (1) baca puisi sipembaca

memegang naskah puisi sedang deklamasi tidak memegang naskah puisi sehingga dapat berkonsentrasi dengan baik melakukan gerak jasmaniah secara

bervariasi, (2) pada baca puisi, jumlah dan panjang puisi yang dibaca lebih banyak dan panjang daripada deklamasi, (3) pada baca puisi faktor suara/intonasi banyak berperan, sedang deklamasi disamping intonasi juga

faktor mimik dan gestur atau gerak jasmaniah, (4) baca puisi relatif untuk diri sendiri dan orang lain, sedang deklamasi semata-mata untuk orang lain.

(4)

Meskipun banyak segi yang membedakan deklamasi dan baca puisi, tak perlu ditonjolkan, seperti yang dikatakan oleh Ali (1982) bahwa perbedaan

tersebut tidak merupakan suatu ketentuan yang definitif dan bersifat mengikat. Kalau deklamator menghafal sajak, tidak lain hanyalah persoalan teknis,

sekedar untuk memberikan kekebasan kepada si deklamator untuk berimprovisasi. Dengan kata lain, deklamasi dan baca puisi, pada hakikatnya sama, yakni keduanya menyampaikan puisi secara lisan kepada khalayak penonton untuk dinikmati nilai-nilai estetis dan nilai-nilai humanistik puisi

tersebut.

Syarat Mendeklamasikan Puisi

Menjadi pendeklamasi puisi yang baik ada sejumlah syarat yang perlu dipenuhi. Syarat-syarat tersebut sifatnya saling menunjang. Salah satu syarat

yang kurang dipenuhi akan berpengaruh secara totalitas terhadap taraf kemenarikan deklamasi puisi yang ditampilkan. Menurut Ali (1982) syarat yang harus dipenuhi seorang pembaca/deklamasi pusi adalahsebagaia berikut.

a.Mempunyai kemampuan teknis

Kemampuan teknis yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang

pem-baca atau deklamator puisi yang baik adalah suara yang jelas, vokal yang sempurna, mahir membentuk irama, mamp mengubah warna suara secara teat dan menarik.

b. Penguasaan mimik

Seorang deklamator harus memiliki kemampuan mengubah-ubah raut

muka yang alamiah dan wajar sesuai makna larik atau bait puisi yang dideklamasikan, mimik marah, mimik takut, mimik terharu, mimik sedih, mimik.heran, dan sebagainya

c. Penguasaan gestur

Seorang pembaca atau deklamator puisi harus memiliki penguasan gerak anggota tubuh (gestur) secara reflek dan pantas sesuai isi larik puisi

yang dideklamasikan. Fungsinya sebagai komplementer bagi pelafalan dan intonasi larik/baik yang dilantunkan.

d. Penguasaan memahami puisi dengan tepat

Salah memahami isi suatu sajak yang dideklamasikan akan

(5)

ditampilkan. Karena itu, seorag pembaca/deklamator puisi harus memiliki kemampuan memahami isi, suasana, sikap pengarang yang tersembunyi

dalam puisi yang dideklamasikan.

Deklamsi dan Unsur Penilaiannya

Menilai dan menentukan suatu deklamasi yang baik perlu memperhatikan berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut, menurut Ali (1984)

meliputi aspek interpretasi dan presentasi. Interpretasi meliputi: visi, artikulasi, dan intonasi, sedang presentasi meliputi: vokal, gestur atau gerak, tekanan, volume suara, ekspresi mimik. Sedangkan menuurut Aminuddin (2004) bahwa

aspek-aspek yang diiperhatikan dalam menilai suatu deklamasi adalah (1) aspek pemahaman dan penghayatan tentang makna, suasana penuturan, sikap pengarang, dan intensi pengarang, (2) aspek pemaparan yang meliputi: kualitas

ujaran, tempo, durasi, pelafalan, ekspresi wajah., kelenturan tubuh, dan konversasi.

Sasaran penilaian deklamasi di atas adalah untuk orang dewasa. Yang

diperlukan adalah aspek penilaian untuk keperluan deklamasi anak usia Sekolah Dasar. Namun demikian, aspek penilaian di atas tetap dijadikan acuan, hanya saja mengalami penyederhanaan. Penilaian deklamsi puisi untuk keperluan

anak usia Sekolah Dasar adalah terdiri atas lima aspek.

Kelima aspek tersebut dapat dilihat secara utuh pada skema berikut.

a. Pelafalan

Pelafalan yang dimaksud adalah pelafalan bunyi vokal, konsonan secara

tepat, misalnya makan tidak diucapkan makang tetapi makan, cepat tidak

dilafalkan cepa’ tetapi cepat, kemana tidak dilafalkan kEmana tetapi kemana,

kiri tidak dilafalkan keri tetapi kiri dan sebagainya. Di samping itu, pelafalan

menyangkut pula dengan masalah kejelasan, yakni pelafalan bunyi vokal,

Penilaian deklamasi

di SD

pelafalan

Intonasi

Mimik

Gestur

(6)

konsonan, dengan volume suara yang jelas dan sempurna, misalanya vokal /o/ dilafalkan denga suara yang keras atau jelas serta dengan bentuk mulut yang

tidak setenga bundar.

b. Intonasi

Intonasi yang dimaksud kaitannya dengan deklamasi puisi bukan hanya berkaitan dengan aspek panjang pendeknya suara (tempo), tinggi rendahnya

suara (nada) melainkan juga termasuk keras lembutnya suara (tekanan) dan perhentian suara sejenak (jeda) pada saat mendeklamasikan larik atau bait puisi. Keseluruhan aspek tersebut tentu nampak secara keseluruha sebagai suatu

komponen yang saling berhubungan secara utuh.

Intonasi yang dimaksud di atas beranjak dari pengertian yang dikemukakan oleh Keraf (1980:43) “bahwa intonasi adalah kerjasama antara

tekanan, nada, tekanan waktu, dan perhentian (jeda) yang menyertai suatu tutur dari awal hingga akhir. Pengertian tersebut sejalan dengan pengertian intonasi yang disampaikan oleh Asmara (1981:26) dengan istilah “lagu tutur, yang

meliputi: aksen, nada, irama, timbre, tempo, dan jeda.”

Pemaparan intonasi yang tepat dan sesuai pada saat mendek-lamasikan suatu puisi tentu mencerminkan kualitas pemahaman dan penghayatan

deklamator tentang makna, suasana penuturan, dan sikap pengarang. Puisi yang bersuasana sedih seperti puisi doa dan puisi yang berisi penderitaan, intonasinya adalah nada rendah, tekanan lembut, tempo lambat. Puisi yang

bersuasana marah atau tegas seperti puisi kepahlawanan, intonasinya: nada tinggi, tempo cepat, dan tekanan keras. Sedangkan puisi yang bersuasana gembira seperti puisi yang mendeskripsikan keindahan alam, intonasinya: nada

sedang (tidak tinggi dan tidak rendah, tempo sedang, dan tekanan sedang). Berdasarkan hal tersebut, puisi yang berjudul “Doa” jika dibaca dengan intonasi tegas/marah seperti puisi kepahlawanan, tentu hilang nilai estetisnya

dan maknanya Demikian pula sebaliknya, puisi kepahlawan dibaca dengan intonasi sedih tentu hilang pula nilai estetis dan makna yang dikandungnya. Bahkan lebih dari itu akan menimbulkan kelucuan atau bahan tertawaan bagi

pendengar

(7)

Mimik adalah perubahan raut wajah sesuai konteks makna dan suasana puisi atau prosa yang dibaca. Penampakan mimik yang tepat merupakan

cerminan dari tingkat pemahaman dan penghayatan makna dan suasana penuturan, dan sikap pengarang karya sastra tersebut.

Ekspresi wajah (mimik) dalam deklamasi sastra dapat terdiri atas

beberapa macam, antara lain, mimik sedih, mimik marahh/tegas, mimik gembira, dan sebagainya. Menurut Remelan, (1982) mengungkapkan berbagai ciri mimik sebagai berikut.

“Mimik sedih: wajah tampak muram, pandangan mata

kelihatan sayu , bibir mengatup rapat. Mimik marah: mata membelalak , tampak galak, dahi berkerut. Mimik gembira: pandangan mata bercahaya, muka berbinar-binar, bibir

merekah tersenyum.”

Kemampuan seorang pemain dalam menunjukkan mimik yang sesuai

tuntutan peran dalam naskah merupakan suatu hal yang turut menentukan taraf keberhasilan suatu pementasan; kapan mimik atau ekspresi wajah pemain khususnya pemain utama kurang sesuai, penonton akan memberi penilaian

kurang menyenangkan.

d. Gestur (kelenturan tubuh)

Yakni kemampuan pembaca menguasai anggota tubuh dalam menggerakkannya secara lentur, refleks namun kelihatan wajar dan alamiah sebagai sarana penunjang. Gestur atau gerak jasmaniah harus selalu sejalan

dengan pemaparan intonasi dan perasaan pembaca, misalnya saat membaca larik puisi gunung yang tinggi, tangan menunjuk ke atas secara lentur dan refleks,

pada saat membaca larik /sungai yang berkelok-kelok/ tangan bergerak

berkelok-kelok secara lentur dan refleks dan sebagainya

e. Konversasi

Berdeklamasi di hadapan khalayak penonton secara langsung menurut Aminuddin (2004) pada hakikatnya sedang berkomunikasi dengan penikmat itu sendiri. Olehnya itu, deklamator selayaknya memperhatikan sikap yang dapat

(8)

deklamator yang gampang demam panggung, pemalu, dan tidak percaya diri, tentu sulit menampilkan kesan yang simpati yang dapat memukau bagi khalayak

penonton. Kompersasi mengindikasikan bahwa deklamator mampu tampil di atas pentas dengan sikap dan penampilan yang komunikatif dan menarik bagi

penonton.

Anda telah mencermati kelima aspek penilaian deklamasi puisi di

atas, bukan! Bagaimana mendeklamasikan puisi yang berjudul “Di Kala

Kuberdoa” berikut ini?

Di Kala Kuberdoa

Elviani

Dikala kuberdoa

Ada rasa damai di hati Di kala kuberdoa Air mata ini jatuh

Satu-satu di pipi Di kala kuberdoa Kusadari siapa diriku

Tidak putih, Tuhan Ketika kuberdoa

Kudengar bisikanmu menyejukkan

Sekan menghapus keresahan hatiku Terima kasih Tuhan

Atas kasih sayang-Mu padaku

Dengan memperhatikan secara kritis puisi di atas, maka berikut dipaparkan hal hal yang perlu diperhatikan saat membaca puisi di atas,

khususnya dari segi intonasi, mimik, gestut tubuh, dan konversasi.

- Pembacaan puisi “Di Kala Keberdoa” dominan menggunakan intonasi

.sedih: tempo lambat, nada rendah, dan tekanan dinamik yang lembut

- Pembacaan puisi “Di Kala Kuberdoa” menggunakan mimik sedih pada

bait kedua, ketiga, keempat, dan mimik gembira pada bait pertama dan larik kedua bait ke-4 .

- Gerak refleks anggota tubuh saat mendeklamasikan puisi di atas

(9)

- Saat membaca bait II, kedua tangan diangkat seperti berdoa lalu telunjuk menunjuk ke mata lalu ke pipi secara berulang-ulang

- Saat membaca bait III, kedua tangan diangkat seperti saat berdoa lalu

tangan diletakkan di kening lalu telapak digerakkan ke kiri-kanan tanda menolak.

- Saat membaca bait IV, kedua tangan diangkat ke atas seperti saat berdoa

lalu tangan kanan didekatkan ke telinga selanjutnya tangan disilangkan lalu digerakan kedepan simbol menghapus.

- Saat membaa bait V, tangan kanan diangkat keatas lalu badan

membungkuk tanda hormat.

- Konversasi deklamator saat menampilkan puisi di atas tidak banyak

bergerak ke sana kemari secara cepat. Namun boleh juga pindah dari depan ke belakang atau kiri ke kanan secara perlahan.

Anda telah perhatikan penjelasan di atas, bukan? Bagaimana? Sudah memahami tentang deklamasi dan baca puisi serta unsur penilaiannya? Apakah

sudah bisa mendeklamasikan puisi dengan baik? Kalau ya, silakan kerjakan latihan berikut!

(1) Jelaskan perbedaan antara baca puisi dan deklamasi puisi!

(2) Unsur apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam deklamasi puisi dan bagaimana perbedan antara unsur penilaian tersebut?

(3) Pilihlah salah satu puisi yang Anda senangi berikut ini untuk dideklamasikan!

Alam Indonesia

Karina Kencana

Alangkah indah alam Indonesia

Gunung-gung menjulang tinggi Sungainya tampak berliku-liku Sawah dan ladang luas membentang

Nyiur melambai di pantai Angin bertiup sepoi-spoi

Hawa pun terasa sejuk

Ombak memecah di tengah laut Matahariari terbit di lereng gunung

(10)

Burung-burung berkicau merdu mengasyikkan

Seakan memberi salam pada-Nya.

Harian Pedoman Rakyat , 22 April 2004

Engkau Yang Berjasa

S. Pebriani

Kupuji tugasmu

Kuhormati dirimu Kukagumi ketabahanmu Kuhargai pengabdianmu

Hidupmu yang penuh kesederhanaan Hatimu yang penuh keikhlasan

Kata-katamu yang berisi nasihat dan saran

Bagaikan pelita di dalam kegelapan Engkaulah pahawan tanpa tanda jasa Engkaulah penunjang kemajuan bangsa

Engkau sumbangkan jiwa dan raga Untuk tanah air tercinta

Guru….

Betapa mulia tugasmu Tanpa keikutsertaanm Tak mungkin negaraku maju

Rambu-rambu pengerjaan latihan

(1) Untuk mengerjakan latihan bagian pertama perlu Anda memiliki

pemahaman berbagai aspek terkait kedua hal tersebut dengan baik, yakni memahami arti dasar kedua kata tersebut!

(2) Sebelum Anda mengerjakan latihan bagian kedua, Anda perlu mencermati

dan membayangkan dirinya sedang mengikuti atau menonton perlombaan baca puisi di suatu tempat!

(3) Kalau Anda akan mendeklamasikan puisi di atas, baca secara

berlang-ulang lalu berkonsentrasi dengan sungguh-sungguh. Pahami dengan baik makna kata demi kata dan suasana penuturannya. Selanjutnya, perhatikan

(11)

Rangkuman

Deklamasi puisi atau prosa anak-anak merupakan suatu kegiatan penyampaian sajak atau prosa melalui suara secara langsung atau secara lisan di depan khalayak.

Syarat yang perlu dipenuhi untuk menjadi pembaca puisi yang baik adalah kemampuan teknis, gestur tubuh yang wajar, pengugasaan mimik,

dan pemahaman isi sajak.

Unsur-unsur yang dinilai dalam deklamasi puisi adalag aspek

pelafalan atau volume suara yang sempurna, (2) intonasi yakni penuturan

suatu larik atau kalimat yang di dalamnya merangkaikan secara harmonis antara tempo, nada, tekanan sesuai konteks makna kalimat/larik yang

dilafalkan, (3) mimik yakni perubahan raut wajah atau ekspresi wajah sesuai

konteks makna larik/kalimat yang mendukung intonasi yang dituturkan, (4)

gestur yakni gerak tubuh secara refleks dan wajar sesuai konteks makna

larik/kalimat untuk mendukung mimik yang dipaparkan, (5) konversasi

(12)

Tes Formatif 1

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan!

1. Deklamasi berasal kata...

A. deklamation

B. declamation

C. declamatio

D. declamatisation

2. Saat deklamator membaca larik puisi /lari ke kiri ke kanan/ lalu tangannya

bergerak kiri ke kanan. Gerak deklamator tersebut dinilai dari segi...

A. ekspresi

B. gestur

C. konversasi

D. intonasi

3. Mimik sedih ditandai dengan dengan ciri-ciri...

A. Muka bercahaya, pandangan mata bercahaya, mulut tersenyum

B. Muka tanpak muram, mulut terbuka, dan pandang mata sayu

C. muka tanpak muram, pandangan mata sayu, mulut tertutup

D. Mata terbelalak/melotot, muka kemerah-merah, dan kening berkerut.

4. Indahnya negeriku Alanya hijau

Bertaburan bunga mewangi

...

Saat membaca penggalan puisi diatas sebaiknya dengan intonasi. yang ...

A. Tempo cepat, nada tinggi, tekanan lembut

B. Tempo sedang, tekanan sedang, nada sedang

C. Tempo lambat, nada rendah. tekanan lembut

D. Tempo cepat, nada tinggi, tekanan dinamik keras

5. Matanya membelalak-melotot, mukanya kemerah-merahan, dan keningnya

berkerut adalah ciri-ciri....

A. Mimik marah

B. Mimik humor

C. Mimik sedih

(13)

6. Pada saat membaca larik puisi / Aku sedih/ , /Ibu telah tiada/ raut wajahnya kelihatan muram, pandangan matanya sayu dan mulutnya tertutup, peristiwa

deklamasi puisi tersebut dinilai dari segi

A. Mimik

B. Gestur

C. Konversasi

D. Intonasi

7. Untuk kepeluan baca puisi anak SD, unsur yang dinilai dalam baca puisi

terdiri atas

A. Dua unsur

B. Tiga unsur

C. Empat unsur

D. Lima unsur

8. Berikut ini adalah aspek yang membedakan deklamasi puisi dan baca puisi,

KECUALI ....

A. Baca puisi pegang naskah sedang deklamasi puisi hapal naskah

B. Baca puisi relatif lebih panjang/banyak , deklamasi puisi terbatas

C. Intonasi merupakan penekanan dalam baca puisi , penekanan deklamsi

puisi adalah intonasi, mimik, dan gestur

D. Baca puisi lebih mudah dan menyenangkan , deklamasi puisi lebih sulit

dan kurang menyenangkan.

9. Unsur-unsur yang dinilai saat deklamasi sastra (prosa – puisi) anak-anak

adalah....

A. Pelafalan – mimik – artikulasi – pengayatan - gestur

B. Pelafalan – intonasi – mimik – ekspresi - konversasi

C. Pelafalan - tempo - artikulasi - intonasi - mimik

D. Pelafalan – intonasi - mimik – gestur - konversasi

10.Kerja secara proporsional antara nada, tempo tekanan dinamik, jeda yang

menyertai suatu tutur disebut ....

A. Intonasi

B. mimik

C. Gestur

(14)

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Apakah semua soal sudah Anda kerjakan dengan baik? Sudah, kan!.

Kalau sudah, sekarang cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif subunit 1 ini yang terdapat pada bagian akhir Unit 1 ini. Hitunglah

jawaban Anda yang benar, kemudian gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi subunit 1.

Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar

Tingkat penguasaan = x 100%

10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90 – 100% = baik sekali

80 – 89% = baik

70 – 79% = cukup

< 70% = kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, selamat! Anda sukses! Anda dapat terus mempelajari subunit berikutnya. Bila tingkat

(15)

Subunit 2

Pementasan Drama

iasa Anda mementaskan drama? Atau, sering menoton pementasan drama? Anda sangat menikmatinya sekaligus memperoleh pengalaman yang dapat

memperkaya kepribadian Anda, bukan! Yah, oleh karena itu, mungkin Anda bertanya dalam hati, apa itu drama dan teknik pementasannya, teknik-teknik apa saja yang perlu dipahami sebagai pemain drama, serta adakah dasar-dasar

apresiasi drama anak-anak yang perlu dikuasai? Untuk memahami hal tersebut ikuti uraian berikut dengan teliti dan saksama.

Pengertian Drama

Apakah yang disebut drama? Drama adalah suatu genre sastra yang

ditulis dalam bentuk dialog yang tujuannya bukan untuk dibaca melainkan untuk

dipertunjukkan oleh aktor di atas pentas. Hal tersebut sejalan dengan Hermawan (1988:2) bahwa “drama merupakan cerita konflik manusia dalam bentuk dialog

yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action

di hadapan penonton.” Sehubungan dengan drama sebagai salah satu karya sastra, oleh Sumardjo (1984) memiliki unsur-unsur: tema, plot, latar, karakter, dialog, pembagian waktu, efek, dan retorika. Unsur-unsur tersebut saling

mendukung dalam membentuk suatu sistem yang kompak. Namun demikian Japi Tambojang (dalam Tjahyono dan Setiawan, 1998: 6.3) menyatakan bahwa secara teknis naskah drama dibangun dua komponen penting yaitu wawancang

dan kramaagung.

Wawancang adalah suatu percakapan yang harus dihapal oleh aktor yang

disertai pemahaman intonasi yang tepat. Dalam wawancang atau dialog tentu harus dipahami suasana emotif yang menyertainya sepoerti jengkel, terharu,

marah, sedih, bangga, bimbang, dan sebagainya. Sedangkan kramagung

merupakan instruksi yang membantu aktor untuk berakting di atas panggung dengan tepat sekaligus sebagai rambu-rambu atau petunjuk bagi penata panggung mempersiapkan tempat pementasan yang sesuai latar adegan atau

babak yang akan dipentaskan. Misalnya:

(16)

LISWATY DUDUK DI KURSI BELAKANG. IA ADALAH GADIS JELITA, BERUSIA SEKITAR 20 TAHUN, MENGENAKAN PAKAIAN DAN

DANAN MUTKHIR. TAS DAN SATU EKS BUKU DIKTAT YANG DIBAWA, RTERLETAK DI KURSI KIRI. SEKARANG IA SEDANG

MEMBACA KORAN SAMBIL SESEKALI MENOLEHH ARAH PINTU BELAKANG.

KEMUDIAN SAPARI MUNCUL DAR IP INTU BELAKANG DENGAN TERSENYUM. IA BERUSIA SEKITAR 27 TAHUN UMURNYA...

Lisawaty

Sapari

Lisawaty

Sapari :

:

:

:

“Bagaimana si Orok. Tak perlu bantuanku, bukan?”

“O, tidak Dsudah beres. Tidur pulas ia sekarang. Jadinya lega aku.”

“Tak kusangka engkau seterampil itu.”

(MELANGKAH KE KURSI DEKAT MEJA) “Ucapan orang bijaksana memang selalu benar.”

(Drama Pendek“Tanpa Pembantu”, oleh A.Adjib Hamzah, 1985)

Naskah yang ditulis dengan huruf kapital dan dalam kurung disebut

kramagung sedangkan yang bagimana naskah yang ditulis dengan huruf kecil disertai tanda petik adalah contoh wawancang atau dialog.

Teknik Mementaskan Drama

Dalam mementaskan atau bermain drama perlu memahami berbagai teknik. Menurut Rendra (1978) ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan

(17)

1.Teknik Muncul

Cara pemain memunculkan diri pada saat tampil pertama kalinya di atas pentas dalam satu drama babak, atau adegan. Pemunculan tersebut

memberi kesan pada para penonton sesuai peran yang dimainkan. Jika memerankan seorang ustadz, dia harus memperlihat diri sebagaimana layaknya ustadz, berpakaian muslim dengan tutur kata yang lemah lembut

sesuai dan prilaku kelihatan sopan dan santun kepada siapa pun.

2.Teknik memmberi Isi

Pengucapan suatu kalimat dengan penekanan makna tertentu melalui tempo, nada, dinamik, misalnya :

DIA sangat baik padaku (bukan saya atau mereka)

Dia SANGAT baik padaku (bukan kurang atau cukup) Dia sagat BAIK padaku ( bukan tidak baik )

Dia sangat baik PADAKU (bukan orang lain tapi padaku)

Teknik ini harus terpadu dengan teknik jasmaniah seperti mimik, sikap,

gerak anggota badan lainnya (gestur)

TEKNIK BERMAIN

DRAMA

Teknik Muncul

Teknik Pengembangan

Teknik Memberi Isi

Teknik Pengembangan

Teknik Timing

(18)

3. Teknik Pengembangan

Teknik membuat drama bergerak dinamis menuju klimas atau drama

tidak datar. Teknik terbagi atas beberapa teknik yang intinya menyangkut penggunan pengucapan dan jasmaniah,

(a) Teknik pengembangan pengucapan: seperti menaikkan volume suara

atau sebaliknya, menaikkan tinggi nada suara atau sebaliknya, menaikkan kecepatan tempo suara atau sebaliknya

(b) Teknik pengembangan jasmaniah, yakni

- Menaikkan posisi jasmaniah, dari duduk menjadi berdiri lalu

berjongkok dan seterusnya

-

Dengan cara memalingkan kepala, tubuh atau seluruh tubuh

-

Dengan cara berpindah tempat dari kiri ke kanan , dari belakang ke

depan, dan sebagainya.

-

Dengan cara menggerakan anggota badan tanpa berubah tempat

seperti menggerakkan kaki atau jari

-

Dengan ekspresi wajah (mimik) untuk mencerminkan emosi

tertentu, misalnya mata sendu, muram untuk mengekspresikan

kesedihan dan sebagainya.

4. Teknik Timing

Tekni ini merupakan ketepatan hubungan antara gerakan jasmaniah dengan kata-kata atau kalimat yang diucapkan dalam waktu yang singkat atau sekejap, misalnya:

- Bergerak sebelum mengucapkan kata-kata tertentu, seperti menepuk

kepala “aku lupa, maaf!’

- Bergerak sambil mengucapkan sesuatu seperti menepuk kepala sambil

mengucapkan “Aku lupa, maaf!”

- Bergerak setelah mengucapkan sesuatu seperti “Aku lupa, maaf!” lalu

menepuk kepala.

5. Teknik Penonjolan

Penonjolan isi merupakan teknik dimana seorang pemain harus

memahami pada bagian mana suatu kalimat yang perlu ditonjolkan pada saat diucapkan. Seterusnya pada bagian mana dalam suatu adegan/babak yang perlu ditonjokan. Hal ini agar penonton dapat menikmati pementasan

(19)

Dasar-dasar Pementasan Drama Anak-anak

Sebelum bermain drama anak-anak, Junaedi (1989) dan Ramelan (1982)

mengemukakan beberapa dasar-dasar pementasan yang perlu dikuasai dengan baik supaya pemntasan dapat menarik simpati penonton. Dasar-dasar tersebut sebagai berikut.

(1) Penguasaan Vokal

Seorang calon pemain drama harus menguasai pelafalan bunyi konsonandan vokal sesuai artikulasinya secara tepat dan sempurna. Disertai suara yang jelas dan keras.. Penguasaan vokal ini biasanya di tempat

terbuka untuk mengulang-ulang vokal tertentu sampai sempurna pengucapannya.

(2) Penguasaan Mimik.-Intonasi Dasar

Seorang calon pemin harus menguasai mimik dasar seperti mimik sedih, gembira, marah. Mimik marah biasa ditandai dengan mata melotot,

muka kemerah-merahan, kening berkerut, mimik sedih ditandai dengan wajah muram, pandangan mata sayu, dan mulut tertutup, sedang mimik gembira ditandai muka yang bercahaya, mata bersinar, dan mulut

terseyum.. Di samping mimik harus pula menguasai intonasi dasar sedih (tempo lambat-nada rendah- tekanan lembut) intonasi marah (tempo cepat- nada tinggi- tekanan keras) dan intonasi gembira (tempo-nada-tekanan

bersifat sedang).Mimik dan intonasi sangat mendukung peran yang dimainkan.

(3) Penguasan Kelenturan Tubuh

Tubuh seorang pemain drama harus lentur atau elastis sehingga dalam memainkan peran tertentu tidak kelihatan kaku. Untuk mencapai

penguasaai tubuh yang elastis, perlu melakukan serangkaian gerakan seperti berlari cepat dalam jarak dekat, bolak balik ke utara, selatan, timur, barat, ke segala penjuru. Berjalan dengan menggambarkan perasaan sedih,

jalan kepayahan membayangkan berjalan di padang pasir hingga jatuh bergulingan, dan seterusnya.

(4) Penguasaan Pemahaman Watak Peran

(20)

pemahaman watak peran yang tepat, perlu mengadakan analisis peran berdasarkan naskah, seperti memahami alur cerita, pengenalan, permasalahan,

klimaks , dan penyelesaian lalu mencatat peran yang akan dimainkan. Selanjutnya, mencatat secara lengkap tentang umur, pekerjaan, ligkungan

keseharan, latar belakang keluarga, tingkat pendidikan dan kepribadian peran yang akan dimainkan. Watak tersebut dibayangkan sedalam-dalamnya sehingga pda saat memainkan peran tersebut, watak pribadi aktor terganti dengan watak peran yang semestinya diperankan.

(5) Penguasaan pemanggungan

Penuguasaan pemanggungan sebagai suatu yang harus dimiliki oleh setiap pemain dama, antara lain berkaitan dengan:

(a) teknik muncul pada saat pertama kali aktor tampil di panggung

sesuai peran yang dimainkan Pemunculan itu befungsi memberi kesan simpati bagi penonton;

(b) bloking, yakni penguasaan masing-masing aktor tentang daerah

gerakannya di atas panggung sehingga panggung kelihatan tak berat sebelah;

(c) penguasaan cahaya dan bunyi, yakni aktor perlu penguasaan

menyesuaikan diri dengan perubahan cahaya dan bunyi (sound

system) di atas panggung.

Sebelum mementaskan drama tentu harus membaca dan menelaah

naskah secara cermat supaya bisa beracting sesuai peran yang ditugaskan oleh sutradara. Namun demikian, agar kita mampu memainkan peran diberikan perlu mengetahui langkah-langkah mementaskan drama, yakni

sebagai berikut.

(a) Menganalisis dan menyimpulkan bentuk tindakan pokok yang akan

diperankan dalam pementasan di atas panggung, misalnya

menendang kaki seseorang hingga terjatuh, menangis tersedu-sedu saat menyaksikan ibunda tercinta di rumah sakit sedang diopename dan kaget saat melihat suatu peristiwa tertentu, sebagainya.

(b) Menganalisis dan menyimpulkan sifat atau watak yang akan diperan

dalam pementasan misalnya sebagai ibu yang lembut atau ibu yang keras dalam mendidik anaknya, atau bapak yang penuh perhatian

(21)

(c) Mencari dalam naskah atau adegan/babak tentang bagian-bagian yang perlu yang ditonjolkan, baik dalam bentuk penonjolan

pengucapan maupun dalam bentuk penonjolan jasmaniah.

(d) Menciptakan ekspresi wajah atau mimik muka, atau sikap yang

mendukung watak peran yang dimainkan sehingga peranan yang

dibawakan memukau penonton.

(e) Menganalisis naskah untuk menciptakan timing (berbicara sebelum

bergerak, bergerak sambil, bicara, atau bergerak lalu berbicara) yang

tepat dan sempurna saat pementasan. Sehinga penonton dapat menikmati keindahan pementasan yang di dalamnya terkandung pesan

yang dapat memperkaya rokhaninya.

Tata Artistik Pementasan Drama

Pementasaan drama memerlukan tata artistik agar nampak memakau penonton. Tata artistik menurut Tjokroatmojo dkk (1984) yang perlu diperhatikan dalam pementasan drama ada lima macam. Kelima jenis tata

artistik tersebut dapat dilihat secara utuh dan jelas pada skema berikut.

(a) Tata artistik rias wajah

Tata rias merupakan salah satu bagian yang menunjang pemain dalam memerankan suatu peran. Dengan tata rias wajah, membantu

mengubah aktor muda memerankan aktor yang kelihatan tua sekali , aktor yang sehat kelihatan sakit, atau aktor muda kelihatan sangat tampan atau sangat cantik sehingga semakin menarik perhatian

penonton TATA ARTISTIK PEMENTASAN

DRAMA

Tata rias wajah

Tata rias wajah

Tata rias wajah Tata rias wajah

(22)

(b) Tata artisitik busana

Dengan tata busana yang relevan dengan peran yang

dimainkan, secara tak langung mencerminkan karakter atau pribadi pemain bersangkutan. Melalui tata busana yang tepat, seorang aktor

diketahui kepribadian atau karakternya, profesi, pendidikan, kegemaran, umur dan sebagainya. Di samping itu, tata busana akan semakin memberikan nilai keindahan, efek visual yang menarik saat pementasan.

(c) Tata artistik musik

Apa yang dimaksud dengan tata musik? Tata musik merupakan

iringan musik atau ilustrasi seni suara yang mengantar suatu adegan / babak sehingga peristiwa yang digambarkan semakin hidup, jelas dan menarik. Misalnya, drama yang mengisahkan kepahlawanan akan

lebih menarik jika diringi dengan lagu-lagu kepahlawan, drama yang berkisah tentang percintaan akan lebih menarik jika diiringi lagu-lagu percintaan, atau drama yang mengisahkan nilai-nilai spiritual

penonton akan lebih tertarik jika diiringi lagu yang bersyahdu rebana atau keagamaan.

(d) Tata artistik sinar /cahaya

Suatu drama yang menggunakan tata artisitik sinar yang berwarna-warni akan memberikan efek estetis yang memukau dibanding drama tanpa penataan cahaya. Melalui tata cahaya

membantu permainan dalam menggambarkan peristiwa tertentu, seperti malam, pagi, sore. Selain itu, atata cahaya dapat membantu pada saat menjelang memasuki pembukaan, lampu di panggung

padam sambil layar tertutup. Bersamaan layar terbuka, lampu menyala diiringi suara musik yang sesuai serta munculnya pelaku yang berdialog/ monolog .

(e) Tata artistik suara (sound system)

Seni artistik suara (sound system) juga perlu dipersiapkan

dengan cermat. Dengan seni artistik suara yang baik, suara musik,

dialog atau -monolog pemain akan terdengar jernih, jelas, dan menarik, baik penonton yang berada di depan maupun yang ada di belakang.

(23)

terganggu akan menimbulkan bebagai efek sampingan, bahkan akan menyebabkan gagalnya suatu pementasan secara total.

Sutradara dan Pementasan Drama

Tak dapat dipungkiri bahwa peran sutradara dalam pementasan drama sangat penting. Keberhasilan suatu pementasan drama tak lepas dari kreatifitas sutradara. Mengapa demikian? Menurut Tambojan (1981) sutradara

bertang-gungjawab atas beberapa peran vital yang menentukan taraf keberhasilan suatu pementasan drama. Peran sutradara tersebut adalah sebagai beikut.

(1) Memilih naskah bermutu

Sutradara memilih naskah bermutu dengan berlandas pada nilai filsafati yakni naskah tersebut mengandung perenungan yang hakiki, segi

artistik yakni naskah tersebut memiliki nilai estetis yang tinggi, segi

etis-humanistik, yakni naskah tersebut memiliki nilai moral yang dapat

memperkaya rokhani penonton, segi komersil yakni naskah itu memiliki

daya minat yang mampu memacing penonton.

(2) Menentukan penafsiran naskah

Naskah yang akan dipentaskan harus sesuai keinginan penafsiran sutradara berdasarkan naskah. meskipun penafsiran itu kadangkala

merupakan hasil diskusi bersama dengan para aktor. Semua akting dan

dialog merupakan anjuran atau persetujuan sutradara karena berhasil atau gagalnya banyak ditentukan oleh kreativitas, etos kerja, dan

tangungjawabnya.

(3) Memilih aktor

Berdasarkan hasil penafsiran terhadap naskah, sutradara memilih

dan menentuan aktor esuai postur tubuh, umur, dan jenis kelamin dan keahlian tokoh yang dinginkan dalam naskah.

(4) Melatih aktor

Setelah memilih aktor, tugas sutradara adalah menentukan jadwal latihan untuk melatih aktor kepiawian aktor dalam memainkan peran yang diembannya sebagai prapementasan final. Hal ini agar pagelaran drama

berjalan dengan tepat dan menarik.

(5) Bekerjasama dengan tim

Sutradara juga harus mampu menentukan tim yang dapat

(24)

Anda sudah mempelajari dengan baik materi di atas? Terntu sudah! Kalau sudah, untuk lebih memantapkan pemahaman Anda terhadap

materi subunit 2 ini cobalah kerjakan latihan berikut.

1. Ada berapa macam teknik yang perlu dikuasai sebelum tampil di atas

pentas? Sebutkan dan jelaskan satu demi satu !

2. Jelaskan 4 jenis dasar-dasar penguasaan panggung yang harus dimiliki oleh seorang pemain drama!

3. Pementasan drama didukukung oleh berabagai tata artistik: musik, rias wajah, busana, dan cahayasuara (sound system). Jelaskan tata artistik tersebut menurut pemahaman Anda.

4. Sutradara memiliki peran vital terhada keberhasilan suatu pementasan drama. Kemukakan peran sutradara tersebut

5. Bentuklah kelompok di kelasnya lalu Anda pentaskan drama tiga

babak secara kelompok berikut ini

.

Penyesalan RIO

Tokoh:

- Rio sebagai adik,

- Raka (aku dalam cerita sebagai kakak)

- Bibi, Ibu, dan Ayah

Babak I

Disebuah ruangan di rumah sakit, tampak Rio tidur pada sebuah tempat tidur yang diberi seperei berwarna putih, dan selimut berwarna hijau. Di sebelah kiri atas tempat tidur terdapat meja kecil yang berhias bunga. Di

sebelah kanan atas tempat tidur terdapat sebuah meja kecil yang berisi sekeranjang buah-buahan. Ruang tersebut disekat dengan kain berwarna hijau .

Rio terbaring di tempat tidur. Di sampingnya berdiri seorang perawat yang baru saja selesai mengukur suhu tubuhnya. Dari pintu, masuk bibi dan Raka dengan membawa bungkusan buat RIO.

Bibi : “Hai Rio! Bagaimana, sudah makin baik?” (tangannya mengusap tangan Rio)

Rio : “Lumayan Bi!”

Raka : “Wah, kamu kelihatan sudah sehat! Sebentar lagi bisa pulang, ya! Nih, kakak bawakan sankis buah kesukaan kamu! (Raka menuju

(25)

Rio : “Iya, kak! Terimakasih!”

Rio : “Bi, maafkan Rio ya!” (memelas)

Bibi : “Lho, memang mengapa? Sudah, kamu jangan punya pikiran yang bukan-bukan, biar cepat sembuh!”

Rio : “Iya, Bi! Tapi Bibi mememaafkan Rio, kan?”

Bibi : “Bibi sangat sayang kepadamu, sebelum kau minta bibi sudah memaafkanmu!”

Raka : “Bagaimana ? Apa sekarang masih akan tidur dengan kucing?”

Rio : “No way!” (sambil menggerakkan telapak tangannya menyata- kan tidak).

Raka : “Bagus, kamu memang anak yang baik!” (Bibi tersenyum meman-dang dua kakak beradik itu dengan penuh sayang)

Raka : “Kucingmu boleh tetap dipelihara, asalkna tidak diajak bermain di

dalam dan diajak tidur”.

Rio : “Walaupun aku tetap sayang sama kuccing tapi sekarang kucingku harus tidur di rumah-rumahannya. Dan bibi tak usah segan

mengepruknya ke luar, jika kucing itu masuk rumah kita” (sambil memandang ke arah bibi).

Bibi :”Iya, sayang! Sekarang, Rio tidur, ya! Bibi dan Raka harus segera

pulang supaya tidak kemalaman”. (mengusap kepala Rio).

Raka : “Ayo, (tangannya melakukan salam tepuk dengan adiknya) kak pulang dulu , ya!”

Rio : “Ya,...”Terima kasih ,Bi, Kak!”

Babak II

Di sebuah ruang tengah seorang ayah dan seorang ibu sedang duduk

beristirahat. Ayah tampak membaca. Di atas meja terhidang te hangat dan kue. Ayah :“Bagaimana belajar anak-anak, Bu?”

Ibu :“Bagus, Pk! Malah sekarang juga mereka sedang (Rio datang

mengam-piri orang tuanya, sambil mengelus sekor kucing).

Rio :“Bibi nakal, bu! Kucing Rio selalu dipukul sapu lidi, dan tak boleh ke dalam”. (Ayah melihat ke arah bibi menggerakan tangannya)

Ayah : “Ada apa lagi, sudah ke sana! (mengibaskan tangannya). Bibi :“Kak, sekarang kucing itu berak, mengotori rumah ini!” Ayah :“Apa! Berak?” (Ayah melihat ke arah Rio)

(26)

Rio :“O, iya ada kotorannya di tanganku”. (Rio meninggalkan kembali orang tuanya).

Ayah :“Nin, dimana beraknya kucing itu?”

Bibi :“Disana! Di kamar Rio dan koridor, lihatlah!”

Ibu :“Kucing berak, malah nyuruh kakakmu melihatnya! Gimana kamu ini?” (marah)

Ayah :“Bersihkan kotoran itu!” (bangkit,meninggalkan ruangan diikuti dan bibi)

____________________________________________

Babak III

Di sebuah ruangan di rumah sakit. Dekorasi sama dengan babak satu. Ditambah kopor kecil yang diletakkan di atas tempat tidur. Rio duduk bersama Ibu, disaksikan Raka dan Bibi.

Raka :”Wah sekarang sudah siap untuk tidur dengan si Meng lagi nihh!” (tersenyum sambil melihat Rio)

Rio :”Jangan gitu, Kak. Rio kan sudah janji pada Bibi, kaka, dan diriku

sendiri. Tidur sama kucing. No way! No way! (semua tertawa) Raka :”Benar kamu sdah janji dan sampai dalam hati?

Rio :“Kak jangan ragu, insyaallah akan saya buktikan nanti!”

Rio :“Terima kasih, kalau adik sudah sadar!”

Ayah :“Mari ita pulang ke rumah, nak!” (wajah mereka tanpa bahagia )

(Karya Mien R. dalam Apresiasi Drama anak-anak, 2000)

Rambu-rambu pengerjaan latihan subunit 2.

1. Untuk mengerjakan latihan bagian pertama perlu Anda memahami secara mendalam arti dasar setiap jenis teknik bermain drama.

2. Sebelum Anda mengerjakan latihan bagian kedua pahami dahulu satu

demi satu dasar-dasar pemanggungan tersebut dengan ccara membuat skema. Dengan skema tersebut memudahkan Anda memahami materi tersebut.

(27)

Anda jangan lupa melatih dasar-dasar penguasaan vokal, mimik, gestur

dan, pemahaman watak peran, dan penguasaan pemanggungan.

Rangkuman

Drama adalah suatu cerita konflik tentang kehidupan manusia yang ditulis dfalambntuk dialog. Secara teknis unsur r drama meliputi wawancang

atau dialo dan kramagung yang merupakan pentunjuk bagi aktor , penata panggung, dan sutradara melaksanakan tugasnya dengan baik

Beberapa teknik yang perlu dipahami setiap calon aktor agar dapat

tampil di pentas dengan baik, yakni: teknik timing, teknik muncul, teknik penonjolan isi, dan teknik pengembangan. Di samping itu, seorang calon aktor perlu pula memiliki penguasaan vokal, penguasaan mimik, penguasaan gestur

atau kelenturan tubuh, dan penguasan peanggungan yang meliputi blocking,

cahaya dan bunyi atau sound system.

Tata artistik pementasan drama meliputi tata artistik rias wajah, tata

artistik busana, tata artistik cahaya atau lampu, tata artistik musik, dan tata

artistik suara (sound system).

Peran vital seorang sutradara terhada keberasila suatu pementasan

(28)

Tes Formatif 2

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang

disediakan!

1 Suatu cerita konflik tentang kehidupan manusia yangn ditulis dalam bentuk dialog untuk dipertunjukkan disebut

A. Esay

B. Drama

C. Puisi

D. Prosa.

2. Berikut ini berkaitan erat dengan kramagung KECUALI...

A. Petunjuk bagi aktor untuk berakting dengan tepat

B. Petunjuk bagi penata panggung mempersiapkan panggung yang sesuai

C. Petunjuk bagi sutradara mengarahkan para aktor bermain dengan baik

D. Petumjuk bagi penonton memberi tanggapan yang tepat kepada

sutradara.

3. Cara simpati menampilkan diri pada saat pertama kali tampil di panggung

adalah...

A. Teknik memberi isi

B. Teknik muncul

C. Teknik pengembangan

D. Teknik timing

4. Menurut Japi Tambojan, drama secara teknis terdiri atas...

A. dua unsur

B. tiga unsur

C. empat unsur

D. lima unsur

5. Teknik yang mengarahkan agar terjadi hubungan yang tepat antara gerak dengan kalimat yang diucapkan dalam waktu sepintas adalah...

A. teknik Pengembangan

B. teknik penonjolan

C. teknik timing

D. Teknik muncul

6. Penguasaan blocking berkaitan dengan....

A. Agar setiap pemain memahami daerah geraknya di panggung

B. Agar setiap pemain memahami peran yang dibawakan

C. Agar setiap pemain menguasai pengaturan cahaya saat acting

(29)

7. Teknik yang mengarahkan drama bergerak menuju klimaks, tidak monoton adalah....

A. Teknik muncul

B. Teknik pengembangan

C. Teknik timing

D. Teknik penonjolan isi

8 . Artikulasi merupakan salah satu aspek yang perlu dikuasai oleh calon aktor, yang intinya tentang

A. Melafalkan vokal-konsonan secara jelas dan sempurna

B. Memahami jiwa dan arti setiap kata yang diucapkan

C. Memahami bentuk perubahan raut muka sesuai kalimat yang diucapkan

D. Memahami gestur tubuh secara tepat sesuai kalimat yang dilafalkan

9. Aktor yang mampu menunjukkan perubahan raut muka muram, sedih,

gembira berkaitan dengan...

A. Penguasaan mimik

B. Penguasaan artikulasi

C. Penguasaan pemanggungan

D. Penguasaan gestur tubuh

10. Unsur yang membangun suatu drama sebagai suatu kesatuan utuh

adalah...

A. Tema, latar, alur penokohan, amanat

B. Tema. latar, penokohan, sudut pandang

C. Tema, plot alur, penokohan, gaya bahasa

(30)

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Saya yakin Anda telah mengerjakan semua soal di atas dengan baik.

Anda memang pebelajar yang tekun dan cerdas. Jika demikian halnya, sekarang cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif subunit 2 ini yang terdapat pada bagian akhir Unit 2 ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar,

kemudian gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi subunit 2.

Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar

Tingkat penguasaan = x 100%

10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90 – 100% = baik sekali

80 – 89% = baik

70 – 79% = cukup

< 70% = kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, selamat dan sukses! Hal itu menunjukkan bahwa Anda telah mempelajari materi dengan saksama sehingga pemahamannya optimal, khususnya subunit 2 dari Unit

terakhir modul ini. Sekali lagi, Anda patut mendapat pujian. Namun demikian, bilamana tingkat penguasaan Anda ternyata masih di bawah 80%, tidak apa-apa, masih ada kesempatan mengulang-ulangi materi itu sampai Anda kuasai

(31)

Kunci Jawaban Tes Formatif

Dari segi struktur fonetis bahasa Inggris, istilah yang benar

declamation

Salah keahlian yang perlu dikuasai pembaca puisi adalahpenguasan

gerak jasmaniah atau disebut juga gestur.

Saat marah muka merah dan mata melotot; sedang saat sedih mata sayu dan muka muram; saat gembira muka bercahaya dan mata

bersinar

Puisi itu harus dibacadengan suasana gembira. Jad,i tempo, nada, tekanan harus sadang; bukan tempo cepat/lambat, nada tinggi atau

rendah, tekanan keras atau lembut.

Mimik marah mata melotot, muka agak kemerah-merahan, dan kening berkerut. Sedangkan mimik sedih wajah kelihatan murung.

Adapun mimik gembira, wajah kelihatan bersinar.

Mimik atau ekspresi wajah berkaitan perubahan raut wajah sesuai makna larik/bait yang dibaca, apakah mimik sedih, marah atau

gembira

Untuk kebutuhan anak SD, unsur yang dinilai adalah pelafalan, intonasi, mimik, gestur, dan konversasi/sikap

Baca puisi atau deklamasi puisi keduanya dapat menyenangkan bagi khalayak penonton

Yang dinilai saat deklamasi puisi untuk kepeluan anak sekolah dasar

meliputi aspek: pelafalan, intonasi, mimik, gestur dan konversasi Intonasi adalah kerja secara harmonis antara nada, tempo tekanan

(32)

Tes Formatif 2

Aspek menonjol yang membedakan puisi, prosa, dengan drama adalah dari karya itu bukan untuk dibaca tetapi untuk dipentaskan di atas panggung.

Kramagung tak ada hubngannya dengan penonton; hanya berkaitan dengan sutradara, aktor, penata artistik rias wajah, sinar,

musik, dan penata pangung.

Teknik yang mengarahkan pemain agar pada saat petama tampil berkesan simpati bagi penonton adalah teknik muncul.

Drama secara teknis terdiri atas dua komponen utama yakni wawancang dan kramagung. Wawancang berkaitaan dengan dialog sedang kramagung berkaitan dengan petunjuk pelaksanaan

pementasan.

Teknik yang mengarahkan agar terjadi hubungan yang tepat antara gerak dengan kalimat yang diucapkan dalam waktu sepintas

adalah teknik timing.

Latihan Bloking mengarahkan para pemain memanfaatkan panggung secara berimbang saat pentas; panggung tidak tidak

berat sebelah.

Agar para pemain dapat mengembangkan lakon secara klimaks dan menarik, aktor perlu memiliki penguasaan teknik pnonjolan

Kemampuan melafalkan bunyi vokal dan konsonan secara sempurna disebut kemampuan artikulasi.

Aktor yang mampu mengubah-ubah ekspresi wajah atau raut muka

sesuai makna dialog/monolog yang ditampilkan adalah kemampuan berkaitan dengan penguasaan mimik.

Unsur utama yang membedakan genre sastra drama dengan puisi

(33)

Glosarium

gerak yang secara refleks saat mengucapkan seuatu

dalam pentas tanpa persiapan sebelumnya secara matang

pencapaian sesuatu secara maksimal

orang banyak pada suatu kegiatan tertentu percakapan atau komunikasi dengan orang lain.

secara seimbang

gerak tubuh yang lentur baris puisi dalam bait

beberapa larik membentuk suatu kesatuan makna dalam suatu puisi

panjang pendeknya suara saat mengucapkan susuatu

berkaitan tinggi rendahnya suara saat pengucapan sesuatu

tekanan keras lembutnya suara saat mengucapkan

sesuatu

berkaitan dengan pakaian

tanda atau petunjuk tentang sesuatu

peselisihan tentang sesuatu pengaruh negatif atau positif watak atau prilaku seseorang

saling melengapi atau menunjang perasaan tertentu

tekanan suara yang keras

rasa suka atau suka kepada

karangan yang masih ditulis denga tangan masalah sikap atau kepribadian

penting

(34)

Daftar Pustaka

Ali, Muhammad. 1982. Teknik Berklamasi dan Baca Puisi. Surabaya: CV.

Warga

Aminuddin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru

Algesindo

Asmara, Adhy.1982. Apresiasi Puisi bagi Pemula. Yogyakarta: CV Nur Cahaya

Hamzah, A.Ajib. 1985. Pengantar Bermain Drama. Bandung: Rosda Karya

Hermawan. 1988. Dramaturgi. Bandung:Rosda Karya

Junaedi, Moha. 1982. Apresiasi Sastra II. Ujung Pandang: FPBS IKIP Press

Mien, Rukmieni..2000. Apresiasi Drama Secara Produktif. Jakarta: Depdikbud

Keraf, Gorys. 1980. Tatabahasa Indonesia. Ende Flores:Nusa Indah

Ramelan, Kastoyo. 1980. Seni Drama. Jakarta: Tiga Serangkai

Rendra, W.S. 1978. Tentang Bermain Drama. Jakarta: Pustaka Jaya.

Tambojan, Japi. 1981. Dasar-dasar Dramatugi. Bandung: Putaka Prima

Tjahjono, T. dan Setiawan, W. 1998. Sanggar Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jakarta: Depdikbud

Tjokroatmodjo dkk. 1985. Pendidikan Seni Drama Suatu Pengantar. Surabaya:

Usaha Nasional

Referensi

Dokumen terkait