• Tidak ada hasil yang ditemukan

State of The Art Membangun Intensi Ber (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "State of The Art Membangun Intensi Ber (1)"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

1

TUGAS MATA KULIAH

PENGANTAR FILSAFAT ILMU (PPS 702)

STATE OF THE ART

MEMBANGUN INTENSI BERWIRAUSAHA PEDAGANG KAKI LIMA UNTUK KETAHANAN PANGAN

DISUSUN OLEH :

Mumuh Mulyana

H463140021

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

2 MEMBANGUN INTENSI BERWIRAUSAHA PEDAGANG KAKI

LIMA UNTUK KETAHANAN PANGAN

1. Latar Belakang

Membicarakan masalah pangan dapat dikatakan “tidak ada matinya”. Sebagai

negara agraris, Indonesia ternyata belum mampu mencapai derajat ketahanan pangan

sebagaimana yang direkomendasikan FAO. Upaya mencapai ketahanan pangan

ditelaah mulai dari tingkat petani, pedagang sampai pasar internasional. Peran

pemasar yang tidak ditata dengan baik dapat mengarah kepada persaingan yang tidak

sehat, sehingga dapat merugikan konsumen, sekaligus tidak memperbaiki

transformasi nilai tambah akhir ke produsen/petani. (Firdaus, 2013)

Dewasa ini, telah banyak para akademisi dan pengambil kebijakan di

negara-negara berkembang yang memfokuskan diri pada dampak pasar ritel modern terhadap

petani kecil. Hal ini terjadi karena para petani kecil di negara berkembang merupakan

kelompok yang termarjinalkan secara ekonomi yang mempunyai posisi tawar paling

rendah dalam suatu rantai pasok produk pertanian (Boselie et al., 2003).

Penelaahan lebih lanjut, menunjukkan bahwa Petani merupakan pihak yang

berperan besar dalam mewujudkan ketahanan pangan suatu negeri.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas para

petani adalah meningkatkan daya serap produk pertanian oleh konsumen. Keberadaan

pasar ritel modern telah mempengaruhi rantai pasok produk pertanian (Sahara, 2013).

Peningkatan konsumsi oleh end user dapat dipengaruhi oleh ketersediaan produk

pertanian di pasar ritel yang dapat diakses setiap saat. Dengan demikian, peran serta

para peritel, salah satunya adalah para Pedagang Kaki Lima, memegang peranan

penting dalam perwujudan ketahanan pangan.

Permasalahan yang kemudian muncul adalah tidak semua peritel atau pedagang

kaki lima berkinerja optimal. Kinerja para pedagang kaki lima dipengaruhi oleh ada

tidaknya intensi berwirausaha pada diri mereka (Mulyana, 2012). Intensi

berwirausaha (entrepreneurial intentions) menurut Katz dan Gartner (Indarti &

(3)

3 mencapai tujuan pembentukan suatu usaha. Seseorang dengan intensi untuk memulai

usaha akan memiliki keyakinan diri (efikasi diri), kesiapan dan kemajuan yang lebih

baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk

memulai usaha. Intensi telah terbukti menjadi prediktor yang terbaik bagi perilaku

kewirausahaan. Oleh karena itu, intensi dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar

yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi wirausaha (Choo

dan Wong dalam Indarti & Rostiani, 2008).

Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah bagaimana meningkatkan intensi

berwirausaha para pedagang kaki lima yang telah menjadi bagian dari suatu rantai

pasok produk pertanian. Dibutuhkan model pengembangan intensi berwirausaha yang

memasukkan berbagai aspek yang mempengaruhi terbentuknya intensi berwirausaha

para pedagang kaki lima.

2. Rumusan Masalah

Mewujudkan ketahanan pangan membutuhkan peran serta semua pihak. Mulai

dari petani sampai dengan pelaku pemasar produk pertanian. Kinerja Pedagang Kaki

Lima sebagai bagian dari rantai pasok produk pertanian akan mempengaruhi kinerja

para petani dalam menghasilkan produk pertanian. Peningkatan kinerja Pedagang

Kaki Lima dipengaruhi oleh intensi berwirausaha yang dimilikinya. Meningkatkan

intensi berwirausaha para PKL dapat meningkatkan kinerja penjualan produk hasil

pertanian. Banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan intensi berwirausaha.

Melalui pendekatan partial least square, dapat diidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi terbentuknya intensi berwirausaha para pedagang kaki lima.

Identifikasi masalah pembahasan ini adalah :

a. Faktor apa saja yang membentuk Intensi Berwirausaha para Pedagang Kaki

Lima?

b. Bagaimana Karakteristik Individu mempengaruhi Intensi Berwirausaha?

3. Studi Empiris Teori Intensi Berwirausaha

Tarmudji (2006) menyatakan bahwa minat/intensi adalah perasaan tertarik atau

berkaitan pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang meminta/menyuruh.

(4)

4 yang menunjukkan seorang lebih tertarik pada suatu obyek lain dan melalui

partisipasi dalam suatu aktivitas.

Hurlock dalam Riyanti (2003) menjelaskan bahwa minat adalah sumber

motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan bila

seseorang bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat,

maka akan terbentuk minat yang kemudian hal tersebut akan mendatangkan

kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun sehingga

minat tidak bersifat permanen, tetapi bersifat sementara atau dapat berubah-ubah.

Wijaya (2008), memberikan gambaran yang jelas dalam hasil penelitiannya,

bahwa intensi berwirausaha berkontribusi nyata terhadap perilaku berwirausaha para

pedagang kecil / UKM. Intensi merupakan sumber motivasi yang mendorong

seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan bila seseorang bebas memilih.

Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan terbentuk

intensi yang kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan

menurun maka intensinya juga akan menurun sehingga intensi tidak bersifat

permanen, tetapi bersifat sementara atau dapat berubah-ubah.

Dalam Enterpreneur.s Handbook seperti yang dikutip oleh Wirasasmita dalam

Suryana (2006) dikemukakan beberapa alasan yang menumbuhkan intensi seseorang

menjadi wirausaha yakni:

1. Alasan keuangan. Untuk mencari nafkah, menjadi kaya, mencari pendapatan

tambahan dan sebagai jaminan stabilitas keuangan.

2. Alasan sosial. Memperoleh gengsi/status agar dikenal dan dihormati banyak

orang, menjadi teladan untuk ditiru orang lain dan agar dapat bertemu banyak

orang.

3. Alasan pelayanan. Agar bisa membuka lapangan pekerjaan dan membantu

meningkatkan perekonomian masyarakat.

4. Alasan pemenuhan diri. Untuk bisa menjadi seorang atasan, mencapai sesuatu

yang diinginkan, menghindari ketergantungan kepada orang lain, menjadi lebih

(5)

5 Mudjiarto dkk (2005) menyatakan bahwa bahwa umumnya orang berminat

membuka usaha sendiri karena beberapa alasan berikut ini:

a. Mempunyai kesempatan untuk memperoleh keuntungan.

b. Memenuhi minat dan keinginan pribadi.

c. Membuka diri untuk berkesempatan menjadi bos bagi diri sendiri.

d. Adanya kebebasan dalam manajemen.

4. Studi Empiris Penelitian Intensi Berwirausaha

Indarti dkk (2008) meneliti minat mahasiswa Indonesia, Jepang dan Norwegia

selama 2002 – 2006 dengan judul “Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi

Perbandingan Antara Indonesia, Jepang dan Norwegia”. Sampel penelitian berjumlah

332 orang mahasiswa dengan rincian 130 orang mahasiswa Indonesia, 81 orang

mahasiswa Jepang dan 121 orang mahasiswa Norwegia. Sampel penelitian ini adalah

mahasiswa sarjana (S-1) dari Universitas Gadjah Mada-Indonesia, Agder University

College-Norwegia dan Hiroshima University of Economics (HUE)-Jepang. Lebih

dari 50% responden dari ketiga negara adalah laki-laki (66% responden Indonesia,

79% responden Jepang, 62,8% responden Norwegia). Dari segi usia, lebih dari 50%

responden berusia di bawah 25 tahun (84% responden Indonesia, 97,5% responden

Jepang, 50,4% responden Norwegia). Lebih dari 50% responden Indonesia belum

pernah memiliki pengalaman kerja, 96,3% mahasiswa Jepang tidak memiliki

pengalaman kerja, hanya 19,8% mahasiswa Norwegia yang belum pernah bekerja.

Sampel diambil dengan teknik judgement atau purposive sampling. Seluruh butir

pertanyaan diukur dengan menggunakan skala Likert 7-poin. Data dikumpulkan

dengan wawancara dan daftar pertanyaan (kuesioner).

Basu dkk (2009) meneliti minat mahasiswa terhadap kewirausahaan dengan

judul “Assessing Entrepreneurial Intentions Among Students: A Comparative Study”

di Universitas San Jose State terhadap mahasiswa dari berbagai fakultas. Sampel

penelitian sebesar 122 orang dengan usia rata-rata responden sebesar 23,4 tahun, 12

orang mahasiswa (9,80%) telah pernah mengikuti mata kuliah kewirausahaan.

(6)

6 teknik, 2,4% jurusan keuangan, 1,6% jurusan hukum dan sisanya 1,6% jurusan bisnis

internasional. 65,6% responden adalah mahasiswa dan sisanya 34,4% adalah

mahasiswi. 77% dari responden telah bekerja dan memiliki pengalaman kerja

rata-rata empat tahun. 17% responden berasal dari keluarga pebisnis dan 26 orang

mahasiswa telah memulai usahanya di masa lalu. 28% dari responden memiliki ayah

yang bekerja sendiri (self employed) dan 21% ibu yang bekerja sendiri (self

employed). Data dikumpulkan melalui kuesioner. Metode analisa data menggunakan regresi berganda. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa 1) pendidikan

kewirausahaan mempunyai pengaruh positif terhadap minat kewirausahaan

mahasiswa, 2) mahasiswa yang memiliki ayah yang bekerja sendiri (self employed)

mempunyai sikap yang lebih positif terhadap kewirausahaan, 3) mahasiswa yang

memiliki pengalaman berwirausaha memiliki sikap yang lebih positif terhadap

kewirausahaan.

Riyanti (2004) melakukan penelitian terhadap 200 usaha kecil yang terletak di

Jakarta dan Yogjakarta. Ada dua bagian dalam kuesioner, bagian pertama adalah

daftar item tentang usia responden, tingkat pendidikan, pengalaman dalam

manajemen bisnis serta informasi tentang akumulasi modal dan proses bisnis internal.

Bagian kedua terdiri dari pengukuran kepuasan kerja, sifat - sifat kewirausahaan, tipe

kepribadian, kesulitan tipe kepribadian, dan perilaku inovatif. Model terbaik dalam

menjelaskan faktor yang mempengaruhi keberhasilan bisnis karena hubungan antara

semua parameter yang ada adalah signifikan, variabel mencapai tingkat signifikan

secara statistik yaitu Umur memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap

kesuksesan bisnis. Sifat-sifat kewirausahaan variabel menunjukkan pengaruh positif

dan signifikan terhadap perilaku inovatif. Variabel sifat kewirausahaan tidak

memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap prestasi bisnis, tetapi melalui

perilaku inovatif ini memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap kesuksesan

bisnis. Variabel tipe kepribadian Miner memiliki pengaruh langsung dan signifikan

terhadap pembentukan perilaku inovatif. Variabel tipe kepribadian Miner tidak

memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap kesuksesan bisnis. Namun,

(7)

7 prestasi bisnis. Variabel perilaku inovatif pengusaha memiliki pengaruh langsung dan

signifikan terhadap prestasi bisnis.

Ranto (2007) melakukan penelitian yang berjudul “Korelasi antara Motivasi,

Knowledge of Entrepreneurship dan Independensi dan The Entrepreneur’s

Performance pada Kawasan Industri Kecil Pulo Gadung”. Varibel bebas dalam

penelitian ini adalah Motivasi Berusaha, Pengetahuan Kewirausahaan, dan

Kemandirian Usaha. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kinerja

Usha. Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan positif

antara Motivasi berusaha, Pengetahuan Kewirausahaan dan Kemandirian Usaha

secara bersama dengan Kinerja Usaha Industri Kecil.

Dari berbagai hasil penelitian dan pendapat para ahli di atas terlihat bahwa

intensi berwirausaha dipengaruhi oleh faktor personal dan lingkungan. Faktor

Personal dimaksud meliputi faktor kepribadian dan faktor demografis.

Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penelitian Intensi Berwirausaha

DEM OGRAFIS

KEPRIBADIAN

LINGKUNGAN

M inat

Berw irausaha Kebut uhan Akan Prest asi

(8)

8 Tabel 1 Variabel-variabel yang digunakan dalam Penelitian Intensi Berwirausaha

N

o Variabel Variabel Manifest (Indikator) Rujukan

1 Kebutuhan

Bisa mengambil pelajaran dari kegagalan Tidak suka mencari kambing hitam Berorientasi sukses

Kreatif

Mclelland (Alma 2005); Oosterbeek (2008); Faisol (Mudjiarto, 2006); Scapinello (Indarti, 2008);

2 Efikasi Diri E1 E2 E3 E4

Kepercayaan akan kemampuan diri sendiri

Mampu mencapai cita-cita Mampu mencapai prestasi tinggi Mampu mencapai prestasi seperti oranglain

Bandura (1977); Chowdhury (2009); Cromi (Indarti, 2008); Betz and Hacket (Indarti, 2008); Oosterbeek (2008);

3 Kepribadian K1 Keyakinan besar bisa sukses Mampu menghadapi hambatan Mampu menghadapi kritik

Fromm (Alma, 2005); Scarborough and Zimmerer (Suryana, 2006); Cuningham (Riyanti, 2003); Harris (Suryana, 2006); Miner (Riyanto, 2003); Stoltz (Riyanti, 2003); Manfaat pengetahuan dan pendidikan kewirausahaan

Pengalaman kerja Pengalaman usaha sendiri

Pengalaman menjalankan usaha keluarga Etnisitas / Faktor Keturunan

Usia

Jender / Jenis Kelamin

Bogue (Yasin, 2007); Barclay (Yasin, 2007); Riyanti (2003); Mazzarol (Indarti, 2008); Crant (Saud, 2009); Shapero (Basu, 2009); Sinha (Indarti, 2008); Jones (2009); Charney (2000); Reitan (Frazier, 2009).

5 Ketersediaan

Pelatihan, seminar & kuliah kewirausahaan

Informasi positif tentang kewirausahaan

Mujianto (2009); Muhyi (2007)

6 Kepemilikan

Menjadi anggota perkumpulan atau organisasi

Jaringan sosial yang luas

Mazzarol (Indarti dkk, 2008); Gregoier dkk (Gadar dan Yunus, 2009); Gadar dan Yunus (2009); Rosenblatt, de Mik, Anderson dan Johnson (Greeve, 2003); McClelland (Muhandri, 2002); Crant (Saud et al, 2009); Mathews dan Moser (Cotleur, 2009); Davidson and Honig (Marshall, 2005); Staw (Riyanti, 2003); Duchesneau (Riyanti, 2003); Aldrich dan Zimmer (Greeve, 2003); Hansen (Greeve, 2003); Chrisman, Chua dan Steier (Marshall, 2005)

Relasi yang baik dengan pemilik modal Pengetahuan tentang sumber modal Memiliki modal sendiri

Pengetahuan cara mendapatkan modal

Kristiansen (Indarti dkk, 2008); Indarti dkk (2008); Kasmir (2007); Manurung (2008)

Lupiyoadi (2007); Indart et al (2008); Dewanti (2008); Mazzarol et al (Saud, 2009); Zimmerer (2004)

9 Intensi Ingin penghasilan yang tinggi

Ingin bisa mengatur waktu dan diri sendiri Suka membuat sesuatu untuk Dijual Suka Kegiatan Menjual Sesuatu

Tarmudji (2006); Hurlock (Riyanti, 2003); Crow & Crow (Yuwono, 2008); Masrun (Yuwono dkk, 2008);

Wirasasmita (Suryana, 2006); Mudjiarto dkk (2005); Zimmerer (2004). 10 Kinerja

(9)

9

Tindakan Nyata telah menjalankan bisnis Keputusan Berwirausaha

Pernyataan Dukungan pengembangan Usaha yang Ada

Crow & Crow (Yuwono, 2008); Masrun (Yuwono dkk, 2008); Wirasasmita (Suryana, 2006); Mudjiarto dkk (2005); Zimmerer (2004).

Ajzen (2008), Toni Wijaya (2008). Sumber: Mulyana, 2012

5. Menentukan Faktor Pembentuk Intensi Berwirausaha

Partial Least Square (PLS) dapat dijadikan sebagai metode untuk menanganalisis faktor-faktor yang menentukan Intensi Berwirausaha. PLS, menurut

Wold merupakan metode analisis yang powerful oleh karena tidak didasarkan banyak

asumsi. Metode PLS mempunyai keunggulan tersendiri diantaranya : data tidak harus

berdistribusi normal multivariate (indikator dengan skala kategori, ordinal, interval

sampai rasio dapat digunakan pada model yang sama) dan ukuran sampel tidak harus

besar. Walaupun PLS digunakan untuk menkonfirmasi teori, tetapi dapat juga

digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antara variabel laten. PLS

dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan indikator refleksif dan

indikator formatif dan hal ini tidak mungkin dijalankan dalam SEM karena akan

terjadi unidentified model.

Tabel 2 Keunggulan PLS

Kriteria PLS

Tujuan Orientasi prediksi Pendekatan Berdasarkan variance

Asumsi Spesifikasi prediktor (non parametrik)

Estimasi parameter Konsisten sebagai indikator dan jumlah sampel meningkat Skore variabel laten Secara eksplisit di estimasi

Hubungan variabel laten – indikatornya

Dapat dalam bentuk reflective maupun formative indikator Implikasi Optimal untuk ketepatan prediksi

Kompleksitas model Kompleksitas besar (100 konstruk dan 1000 indikator) Besar sample Kekuatan analisis didasarkan pada porsi dari model yang

memiliki jumlah prediktor terbesar. Minimal

direkomendasikan berkisar dari 30 sampai 100 kasus Sumber : Ghazali, 2008.

6. Penerapan PLS pada Penelitian Intensi Berwirausaha

Untuk memperjelas pembahasan, akan diuraikan tentang salah satu hasil

penelitian ini dilakukan di Kota Bogor terhadap 122 PKL di sepanjang jalan

(10)

10 Dengan menggunakan Software SmartPLS 2.0M diperoleh model Intensi

Berwirausaha PKL sebagaimana disajikan dalam Gambar 3.

Gambar 2 : Tampilan Hasil PLS Algorithm pada Model Awal Intensi Berwirausaha

Pedagang Kaki Lima Kota Bogor

Di samping Model, melalui SmartPLS 2.0M dapat diperoleh pula hasil

pengukuran-pengukuran berikut ini :

1. Perbedaan antara Model Awal dan Model Final Intensi Berwirausaha yang

mengharuskan dilakukannya trimming dengan mengeluarkan indikator-indikator

yang tidak valid dan reliable dari model

2. Validitas model dilakukan melalui dua cara yaitu convergent validity dan

discriminant vadilidity menggunakan nilai loading factor indikator

masing-masing

3. Uji reliabilitas dilakukan melalui composite reliability serta membandingkan niai

AVE dan Akar AVE

4. Besarnya kemampuan konstruk menjelaskan variability konstruk utamanya

(11)

11 5. Nilai Effect Size f-square digunakan untuk melihat efek konstruk laten eksogen

terhadap level struktural ketika ada atau tidak ada di dalam model

6. Nilai Q square digunakan pula untuk mengukur relevansi kemampuan

memprediksi konstruk utama

7. Result for inner weight digunakan untuk mengetahui hasil uji hipotesis dengan

menggunakan nilai t-statistics,

8. Persamaan regresi untuk masing-masing variabel pun dapat dibentuk dengan

memperhatikan nilai original sample dan standart error.

9. Dikaitkan dengan Karakteristik PKL, diperoleh model intensi beriwirausaha yang

berbeda-beda

Tabel 3 Indikator-indikator Pembentuk Intensi Berwirausaha Menurut Karakteristik

Pedagang Kaki Lima di Kota Bogor

Karakteristik Intensi Berwirausaha Variabel yang

dikeluarkan

PKL Non Makanan & Minuman √ √ √ √ Efikdi&Kebpres

PKL Milik Sendiri √ √ √ √

PKL Berpendidikan SD & Tidak

Sekolah √ √ √ √

PKL Berpendidikan SMP √ √ √ √

PKL Berpendidikan SMA & Sarjana √ √ √ √ √

PKL Berpengalaman < 5 Tahun √ √ √ √

PKL Berpengalaman 5-10 tahun √

PKL Berpengalaman > 10 tahun √ √ √ √

PKL Beroperasi <6,5 jam perhari √ √ √ √ √

PKL Beroperasi 6,5-9 jam perhari √ √ √ √

PKL Beroperasi > 9 jam perhari √ √ √ √ √

(12)

12 Keterangan: M1 (senang berwirausaha tanpa keterpaksaan)

M2 (ingin penghasilan yang tinggi)

M3 (ingin bisa mengatur waktu dan diri sendiri) M4 (suka membuat sesuatu untuk dijual)

M5 (suka kegiatan menjual sesuatu)

6. Sumber Rujukan

Bandura, Albert, 1977. Self-Efficacy: Toward a Unifying Theroy of Behavioral Change, Phsycological Review, 84 (2), 191 - 215.

Basu, Anurudha and Meghna Virick, 2009. Assessing Entrepreneurial Intentions Amongst Students: A Comparative Study, San Jose State University. http://nciia.org.

Coutleur, Catherine Ashley dan Sandra King, 2009. Parental and Gender Influences on Entrepreneurial Intentions, Motivations and Attitudes, Frostburg State University dan California State Polytechnic University,. http://usasbe.org.

Esposito Vinzi, V., Chin, W.W., Henseler, J., dan Wang, H., 2010, Handbook of Partial Least Squares Concepts, Methods and Applications, Springer, Heidelberg.

Ferdinan, 2006, Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Firdaus, Muhammad, 2013. Ekonomi dan Manajemen Ketahanan Pangan. Book Orange. IPB Press Bogor

Frazier, Barbara J. dan Linda S. Niehm, 2009. Predicting The Entrepreneurial Intentions Of Non-Business Majors: A Preliminary Investigation, Western Michigan University dan Iowa State University.

Gadar, Kamisan dan Nek Kamal Yeop Yunus, 2009. The Influence of Personality and Socio-Economic Factors on Female Enterpreneurship Motivations in Malaysia, International Review of Business Research Papers, January, 5 (1), 149 - 162

Ghozali, Imam. 2008. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square Edisi 2, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Greve, Arentdan Janet W. Salaff, 2003. Social Networks and Entrepreneurship, Entrepreneurship, Theory & Practice, 28(1): 1-22.

Indarti, Nurul dan Rokhima Rostianti, 2008. Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan Antara Indonesia, Jepang dan Norwegia, Ekonomika dan Bisnis Indonesia, Oktober, 23 No. 4.

Lupiyoadi, Rambat, 2007. Entrepreneurship From Mindset To Strategy, Cetakan Ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Mc. Clelland, C. Davit. 1987. Memacu Masyarakat Berprestasi, Mempercepat Laju Pertumbuhan Ekonomi melalui Peningkatan Motif Berprestasi, Jakarta.

(13)

13 Muhandri, Tjahja, 2002. Strategi Penciptaan Wirausaha (Pengusaha) Kecil Menengah yang

Tangguh, Program Pasca Sarjana S3, Institut Pertanian Bogor

Muhyi, Abdul, 2007. Menumbuhkan jiwa dan kompetensi kewirausahaan, jurusan Ilmu Administrasi Niaga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Bandung : Universitas Padjadjaran\

Ranto, Basuki, 2007. Korelasi antara Motivasi, Knowledge of Entrepreneurship dan Indpendensi dan The Entrepreneur’s Performance pada Kawasan Industri Kecil. Jurnal Usahawan No. 10 Tahun XXXVI Oktober 2007.

Riyanti, Benedicta Prihatin Dwi, 2003. Kewirausahaan Dipandang dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian, Cetakan Pertama, Penerbit PT Grasindo, Jakarta.

---, 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dari Pengusaha Kecil di Indonesia.

http://ebooks.iaccp.org/ongoing_themes/chapters/riyanti/riyanti.php?file=riyanti&outp ut=screen. (Tanggal akses 31 Maret 2012)

Ruhiyana, Dadang, 2010. Strategi Penataan Pedagang Kaki Lima di Kota Bogor. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Verheul, Ingrid, Roy Thurik dan Isabel Grilo, 2009. Explaining Preferences and Actual Involvement in Self-Employment: New Insights into the Role of Gender. Erasmus Research Institute of Management, Holland.

Wijaya, Tony, 2008. Kajian Model Empiris Perilaku Berwirausaha UKM DIY dan Jawa Tengah, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, September, 10 (2), 93 . 104.

Yamin, Sofyan. 2011. Generasi Baru Mengolah Data Penelitian dengan Partial Least Sqaure Path Modeling, Penerbit Salemba Infotek, Jakarta.

(14)

14 Lampiran 1

(15)
(16)
(17)

17 Lampiran 13 Model Final Intensi Berwirausaha PKL Asal Kota Bogor di Kota Bogor

(18)

18 Lampiran 14 Model Final Intensi Berwirausaha PKL Asal Luar Bogor di Kota Bogor

(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)

Gambar

Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penelitian Intensi Berwirausaha
Tabel 1 Variabel-variabel yang digunakan dalam Penelitian Intensi Berwirausaha
Tabel 2 Keunggulan PLS
Gambar 2 : Tampilan Hasil PLS Algorithm pada Model Awal Intensi Berwirausaha
+2

Referensi

Dokumen terkait

This thesis under the title “AN ERROR ANALYSIS OF STUDENTS’ SPEAKING ON DRAMA PERFORMANCE AT MA’HAD AL- JAMIA’H IAIN SYEKH NURJATI is submitted to fulfill one of

Sejauh ini peran yang dilakukan UNHCR sudah berjalan baik, selain itu juga pemerintah Jerman mendukung dan membantu UNHCR dalam penanganan pengungsi di negara tersebut..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan kemasan selama penyimpanan terhadap perubahan kadar air kopi bubuk, menentukan permeabilitas kemasan pada

[r]

Simulator: re-calculates the values of the chip’s internal and output pins (i.e. applies the chip logic to the new input values).. To continue interactive testing,

Dalam kegiatan perusahaan untuk meningkatkan penjualan sudah melakukan input data konsumen dan penjualan dengan cara online, hanya saja itu terpaku pada mobil baru,

Penampilan sangat di perlukan untuk melakukan pelayan prima kepada para pemustaka, karena dengan penampilan yang baik dapat meyakinkan pemustaka saat memberikan

Seluruh populasi kelelawar anggota Subordo Microchiroptera di gua Lawa Temandang terdiri dari 5.747 individu, artinya populasi kelelawar di dalam gua Lawa Temandang mampu memangsa