• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Persiapan Kebijakan “Paten” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) Di Kota Padangsidimpuan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Persiapan Kebijakan “Paten” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) Di Kota Padangsidimpuan Chapter III V"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Bagian metode penelitian akan menguraikan tentang perangkat-perangkat penelitian mulai dari pemilihan lokasi penelitian, jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

3.1. Lokasi Penelitian

Adapun Lokasi penelitian berada di Kota Padangsidimpuan, Provinsi Sumatera Utara. Penulis memilih Kota Padangsidimpuan sebagai lokasi penelitian karena penulis melihat bahwa Kota Padangsidimpuan sedang dalam mempersiapkan diri untuk melakukan program kebijakan PATEN Kecamatan di Kota Padangsidimpuan dan memiliki akses yang mudah dan luas terhadap data dan instrumen penelitian yang dibutuhkan pada penelitian ini.

3.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus sebagai strategi penelitian.Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara utuh.

“penggunaan setiap metode penelitian tergantung pada tiga hal, yaitu : pertama, tipe pertanyaan penelitiannya; kedua, kontrol yang dimiliki peneliti terhadap peristiwa perilaku yang akan ditelitinya; dan ketiga fokus terhadap fenomena penelitiannya menyangkut fenomena masa kini atau fenomena historis. Studi kasus lebih cocok jika pertanyaan penelitian berkenaan dengan how atau why” (Yin,2000;1).

Metode penelitian bukan hanya merupakan sekumpulan metode atau teknik penelitian semata, melainkan juga merupakan landasan nilai-nilai, asumsi-asumsi, etika dan norma yang menjadi aturan standard yang dipergunakan untuk menafsirkan serta menyimpulkan data penelitian. Jenis penelitian yang dipakai didalam penelitian ini memakai pendekatan kualitatif, karena hanya

(2)

menggambarkan apa adanya dari suatu variabel, gejala atau keadaan dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesis(Arikunto,2005;234).

Ada beberapa pertimbangan mengapa digunakan metode pendekatan kualitatif, yakni: pertama, bila peneliti berhadapan dengan kenyataan ganda mudah disesuaikan; kedua, menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden; ketiga, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan pola-pola nilai yang dihadapi(Moelong,2006;3-4). Hasil data yang diperoleh dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitis.

Metode deskriptif analitis juga merupakan pemecahan masalah yang diselediki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (sesorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain), pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak datau sebagaimana adanya. Ada dua cirri metode deskriptif yakni: pertama, memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah-masalah yang bersifat actual; kedua, menggambarkan fakta-fakta tentang masalah-masalah yang diselediki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang mencukupi.

(3)

Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan atau di daerah penelitian. Data primer merupakan data yang belum diolah atau data mentah berupa hasil wawancara dan pengumpulan dokumen terkait yang relevan dengan penelitian.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dengan cara membaca buku, literatur-literatur, jurnal, koran dan berbagai informasi lainya yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Data sekunder ini dimaksudkan sebagai data penunjang guna melengkapi data primer.

3.4. Informan Wawancara

Untuk mendapatkan data dan informasi yang berhubungan dengan penelitian, maka penulis akan mencari data dan informasi dari informan berikut :

1. Assisten I Pemerintahan Kota Padangsidimpuan; 2. Kepala Bagian Pemerintahan Kota Padangsidimpuan; 3. Tokoh Masyarakat Kota Padangsidimpuan;

4. Salah seorang Camat di Kota Padangsidimpuan

5. Salah Seorang Kasi Pemerintahan Kecamatan Kota Padangsidimpuan 6. Salah Seorang Petugas Informasi/Loket/Operator Komputer dan

(4)

9. Salah Seorang Masyarakat Pengguna Jasa PATEN Padangsidimpuan 10. Akademisi

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Lofland dan Lofland (1971;112), sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan.Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio, pengambilan foto atau film.Dalam penelitian ini, sumber data utama yang digunakan adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati dan diwawancarai dari para pejabat terkait dengan penerapan kebijakan PATEN di Kota Padangsidimpuan.

Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu, pertama, dokumentasi digunakan untuk menelaan data-data yang telah ada, baik berupa dokumen kebijakan, makah, jurnal, atau buku-buku hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penerapan kebijakan PATEN di Kota Padangsidimpuan. Kedua, wawancara mendalam. Data juga diuraikan dan dianalisis melalui teknik wawancara mendalam (depth interview) dengan sejumlah informan yang merupakan pelaku langsung terhadap kebijakan PATEN, Walikota, Sekda, Komisi terkait di DPRD Kota Padangsidimpuan, Tata Pemerintahan, Camat, Lurah dan Juga Tokoh Agama/Masyarakat/Pemuda.

3.6. Teknik Analisis Data

(5)

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun terucapkan dari pelaku yang diamati.Analisis kualitatif dalam strategi tipologi merupakan usaha mengambil kesimpulan berdasarkan pemikiran logis atas berbagai data yang diperoleh.Data-data dikumpulkan dan diseleksi, lalu disederhanakan dengan mengambil intisarinya hingga ditemukan tema pokok, fokus masalah dan pola-polanya Lofland (1971;112).

(6)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kota Padangsidimpuan

Gambar 4.1: Peta Kota Padangsidimpuan

(7)

wilayah 14,09 km2., Kecamatan Padangsidimpuan Selatan dengan luas wilayah 15,81 km2, Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua dengan luas wilayah 38,74 km2 , Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru dengan luas 22,34 km2 , Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dengan luas wilayah 27,69 km2 dan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu dengan luas wilayah yaitu 28,18 km2..

Nama kota ini berasal dari "Padang na dimpu" (padang=hamparan luas,

na=di, dan dimpu=tinggi) yang berarti "hamparan rumput yang luas yang berada

di tempat yang tinggi."Pada zaman dahulu daerah ini merupakan tempat

persinggahan para pedagang dari berbagai daerah, pedangan ikan dan garam dari

Sibolga-Padangsidimpuan-Panyabungan, Padang Bolak (paluta)-

Padangsidimpuan-Sibolga.

Seiring perkembangan zaman, tempat persinggahan ini semakin ramai dan

kemudian menjadi kota. Kota ini dibangun pertama kali sebagai

1821 oleh pasukan membentang dari peninggala dengan baik. Dan pengaruh pasukan Paderi ini berdampak pada agama yang dianut oleh mayoritas penduduk kota ini beragama Islam.

Pada zaman penjajahan Belanda, Kota Padangsidimpuan dijadikan pusat

pemerintahan oleh penjajah Belanda di daerah Tapanuli. Peninggalan bangunan

Belanda disana masih dapat dijumpai berupa kantor pos polisi pusat kota

Padangsidimpuan. Sehingga tidak heran, kalau ingin melihat sejarah kota

Padangsidimpuan, tersimpan foto-foto zaman dahulu kota Padangsidimpuan di

(8)

Melalui aspirasi masyarakat dan pemerintah tingkat II Kabupaten Tapanuli

Selatan serta Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1982 tentang Pembentukan

Kota Administratif Padang Sidempuan dan melalui rekomendasi DPRD Tapanuli

Selatan Nomor 15/KPTS/1992 dan Nomor 16/KPTS/1992 kota Administratif

Padangsidimpuan diusulkan menjadi Kota Madya Tk.II, maka melalui :

1. Surat Bupati Tapanuli Selatan No. 135/1078/2000 tanggal 30 nopember

2000.

2. Kep. DPRD Tapanuli Selatan No. 01/PIMP/2001 tanggal 25 Januari 2001,

3. Surat Gubernur Sumatera Utara No. 135/1595/2001 tanggal 5 Pebruari 2001

maka diusulkan pembentukan Kota Padangsidimpuan yang menghasilkan

diterbitkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan

Kota Padangsidimpuan tanggal 17 Oktober 2001 oleh Menteri Dalam

Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia.

Administrasi Pemerintahan Kota Padangsidimpuan sendiri terdiri atas 6 kecamatan.Wilayah administrasi dibawah kecamatan adalah desa/kelurahan yang terdiri dari 42 desa dan 37 kelurahan.Selanjutnya wilayah administrasi paling rendah adalah lingkungan dan dusun.Secara keseluruhan, jumlah lingkungan/dusun di Kota Padangsidimpuan mencapai 265 lingkungan/dusun.

4.1.1. Letak Geografis

(9)

ditempuh dengan waktu ± 3 jam melalui jalan darat. Sedangkan jarak Kota Padangsidimpuan dengan Medan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara adalah 389 Km dan dapat ditempuh dalam waktu ± 10 jam melalui jalan darat. Kota Padangsidimpuan terletak antara 260-1100 meter diatas permukaan laut (DPL).Kota Padangsidimpuan berbatasan dengan kabupaten lain yaitu:

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.

Sebelah Timur : berbatasandengan Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan.

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan.

Secara geografis, Kota Padangsidimpuan secara keseluruhan dikelilingi

oleh Kabupaten Tapanuli Selatan yang dulunya merupakan kabupaten induknya.

Kota ini merupakan persimpangan jalur darat untuk menuju kota Medan, Sibolga,

dan Kota Padang (Sumatera Barat) di jalur lintas barat Sumatera.

4.1.2. Topografi, Iklim dan Hidrologi

Kondisi fisik Topografi, Hidrologi dan Klimatologi Kota Padangsidimpuan sangat beragam mulai dari datar, bergelombang hingga curam. Secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

(10)

Wilayah ini pada umumnya terdapat pada bagian tengah Kota, seperti Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Padangsidimpuan Selatan.

B. Wilayah bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar antara 8 – 15 % terdapat 2.706,56 Ha atau 18 % dari luas total Wilayah Kota, yang terdapat di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.

C. Wilayah yang curam dengan kemiringan lereng berkisar antara 15 – 25 % terdapat3 .174,76 Ha atau 22 % dari luas total Wilayah Kota, yang terdapat pada bagian Utara Kota, seperti Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru dan Padangsidimpuan Angkola Julu.

D. Wilayah yang sangat curam dengan kemiringan 25 – 40 % terdapat seluas 2.424 Ha atau 17 % dari luas total Kota. Daerah ini umumnya terdapat pada bagian Timur dan Selatan Kota, seperti Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua dan Padangsidimpuan Tenggara.

E. Wilayah yang terjal dengan kemiringan di atas 40 % terdapat seluas 1.464,66 Ha atau 10 % dari luas total Wilayah Kota. Daerah ini merupakan gunung – gunung yang terdapat pada pinggiran dan tengah Kota.

(11)

diselingi oleh musim pancaroba (BPS Kota Padangsidimpuan, Padangsidimpuan Dalam Angka Tahun 2012).

Disamping itu di Kota Padangsidimpuan terdapat 11 (sebelas) sungai dan anak sungai yang tergolong sedang. Masyarakat di Kota Padangsidimpuan masih banyak yang menggunakan sungai-sungai tersebut sebagai pemenuhan kebutuhan air bersih sehari-hari, selain itu digunakan juga untuk pengairan sawah dan perikanan, yaitu : Sungai Batang Angkoladengan panjang 25 Km, Sungai Batang Kumal dengan panjang 11 Km, Sungai Batang Ayumi dengan panjang 16 Km, SungaiBatang Aek Rokkare dengan panjang 5 Km. Sungai Aek Sipogas dengan panjang 6 Km, Sungai Aek Tolping dengan panjang 3 Km, Sungai Aek Silangkitang dengan panjang 2 Km, Sungai Aek Ratta dengan panjang 4 Km, Sungai Aek Silandit dengan panjang 3 Km, Sungai Aek Tuhul dengan panjang 4 Km, Sungai Aek Mompang dengan panjang 6 Km.

4.1.3. Kondisi Demografis

(12)

Padangsidimpuan Angkola Julu memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu 8.632 Jiwa (3,5%).

Tabel 4.1. Jumlah penduduk menurut Kecamatan dan jenis kelamin, Kota Padangsidimpuan, Tahun 2013

Kecamatan

Laki-laki Perempuan L+P n

(jiwa) %

n

(jiwa) %

n

(jiwa) %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Padangsidimpuan

Utara 36.521 29,7 37.081 30,0 73.602 29,8 Padangsidimpuan

Selatan 40.311 32,8 40.347 32,6 80.658 32,7 Padangsidimpuan

Batunadua 13.726 11,2 13.690 11,1 27.416 11,1 Padangsidimpuan

Hutaimbaru 10.001 8,1 10.195 8,2 20.196 8,2 Padangsidimpuan

Tenggara 18.047 14,7 18.164 14,7 36.211 14,7 Padangsidimpuan

Angkola Julu 4.365 3,5 4.267 3,4 8.632 3,5

Total 122.971 100,00 123.744 100,00 246.715 100,00

(13)

Jika diperhatikan menurut jenis kelamin nampak bahwa penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Sedangkan jika dilihat dari perbandingan jumlah penduduk dengan jumlah kepala keluarga yang ada, dapat dilihat dari table di bawah ini;

Tabel 4.2: Jumlah penduduk, jumlah keluarga dan rata-rata jumlah anggota keluarga Kota Padangsidimpuan, Tahun 2013

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kota Padangsidimpuan, Tahun 2013

(14)

Kota Padangsidimpuan merupakan daerah otonom dari Kabupaten Tapanuli Selatan yang dibentuk berdasarkan Undang Undang Nomor 4 tahun 2001 Tentang Pembentukan Kota Padangsidimpuan tanggal 17 Oktober tahun 2001 oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republk Indonesia. Kemudian pada tanggal 9 Nopember 2001 diresmikan Padangsidimpuan menjadi kota oleh Gubernur Sumatera Utara dengan menunjuk Drs. Zulkarnain Nasution sebagai pejabat Walikota Padangsidimpuan.

Melalui hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Padangsidimpuan tahun 2012, maka pemerintahan kota Padangsidimpuan berada di bawah kepemimpinan Walikota dan Wakil walikota Padangsidimpuan periode 2013-2018, yaitu Andar Amin Harahap, S.STP dan Muhammad Isnandar Nasution, S.Sos, dengan membawa Visi dan Misi Kota Padangsidimpuan 2013-2018 adalah Terwujudnya Kota Padangsidimpuan Sebagai Kota Yang Sehat, Maju dan Sejahtera. Visi Pembangunan Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 – 2018 ini menjadi arah cita-cita bagi pembangunan yang secara sistematis bagi penyelenggara pemerintahan daerah dan segenap pemangku kepentingan pembangunan Kota Padangsidimpuan. Penjelasan dari visi tersebut adalah sebagai berikut :

(15)

lingkungan yang terjaga (kebersihan di semua tempat), tingkat polusi yang rendah, dan petugas pelayanan yang handal. Sehat jasmani juga membutuhkan sarana dan prasarana kesehatan yang mendukung sehingga menjamin pelayanan kesehatan masyarakat yang terjangkau, tenaga medis yang credible, jaminan kesehatan Ibu dan anak serta Ibu menyusui. Sehat mental adalah suatu kondisi dimana SDM dan masyarakat Kota Padangsidimpuan mampu berkompetisi secara objektif di segala bidang, mampu mengendalikan emosi, dan memiliki standard ukuran kinerja yang jelas.

Sehat lingkungan yaitu bermakna sehatnya lingkungan pergaulan yang tumbuh secara kondusif antara lembaga dan antar kelompok masyarakat sehingga semakin memupuk dan mempertinggi rasa kekeluargaan sesama warga kota. Sehat lingkungan juga bermakna pengelolaan pemerintahan Kota Padangsidimpuan berlangsung secara good and clean government. Pemerintahan Kota Padangsidimpuan yang berlangsung secara good and clean government tercermin dalam beberapa indikator yaitu pertama, adanya keseimbangan antara angaran untuk belajan rutin dan anggaran belanja pembangunan, terus meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara signifikan. Kedua, lahirnya aparat birokrasi yang profesional, proporsional, bersih, memiliki mental melayani, amanah, serta memiliki produktifitas yang tinggi.

(16)

Suatu daerah dikatakan makin maju apabila kualitas sumberdaya manusianya semakin meningkat dan berkualitas. Tingginya kualitas pendidikan penduduk dapat ditandai dengan semakin menurunnya tingkat pendidikan terendah serta meningkatnya jumlah penduduk yang berpendidikan menangah atas dan tinggi. Ditinjau dari tingkat perkembangan ekonomi kemajuan suatu daerah dapat diukur dari meningkatnya tingkat kemakmuran masyarakat yang tercermin dalam berkurangnya jumlah pengangguran dan kemiskinan, meningkatnya pendapatan rata-rata, terdistribusinya sumber-sumber ekonomi secara maksimal, serta semakin berkembangnya sektor industri dan jasa.

(17)

Sementara itu dalam mewujudkan visi pembangunan Kota Padangsidimpuan tahun 2013 – 2018 tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan sebagai berikut :

1. Memperkuat daya jangkau masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terpadu.

2. Menciptakan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa. 3. Mengoptimalisasi sumber-sumber pendapatan asli daerah. 4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur.

5. Memajukan sektor pendidikan. 6. Pembenahan tata ruang kota.

7. Menekan angka pengangguran, mengurangi jumlah dan persebaran penduduk miskin.

8. Meningkatkan daya saing daerah.

Secara umum Secara kewilayahan, Kota Padangsidimpuan dibagi menjadi 6 Kecamatan yang terdiri dari 42 Desa dan 37 Kelurahan.Pembagian wilayah tersebut secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.berikut ini :

Tabel 4.3. Banyaknya desa/kelurahan dan satuan lingkungan setempat (SLS) menurut kecamatan

Kecamatan Banyaknya

Desa/Kelurahan

Banyaknya Satuan Lingkungan Setempat

(SLS) 1. Padangsidimpuan

Tenggara 18 38

2. Padangsidimpuan

(18)

3. Padangsidimpuan

Batunadua 15 44

4. Padangsidimpuan

Utara 16 51

5. Padangsidimpuan

Hutaimbaru 10 41

6. Padangsidimpuan

Angkola Julu 8 29

Total 79 265

Sumber: Padangsidimpuan Dalam Angka 2013

4.1.5. Perekonomian Kota Padangsidimpuan

Berbicara tentang perekonomian sebuah kota maka akan bersinggungan dengan beberapa aspek ekonomi diantarannya adalah pembahasan tentang kondisi produksi yang ada. Secara garis besar aspek produksi di Kota Padangsidimpuan berkenaan dengan aktivitas industri, perdagangan, dan pertanian. Selain aspek produksi, perekonomian kota juga dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakat yang berkenaan dengan besaran biaya konsumsi yang dikeluarkan serta jumlah penerimaan dan pengeluaran anggaran kota pada kurun waktu tertentu.

Tabel. 4.4. Banyaknya Industri Besar dan Sedang menurut Kecamatan Tahun 2012

Kecamatan 2010 2011 2012

1. Padangsidimpuan Tenggara 3 3 3

2. Padangsidimpuan Selatan 1 1 1

3. Padangsidimpuan Batunadua 0 0 0

(19)

5. Padangsidimpuan Hutaimbaru 0 0 0 6. Padangsidimpuan Angkola Julu 0 0 0

Jumlah/Total 4 4 4

Sumber: Dinas Koperasi, UKM, Perindag dan Pasar Kota Padangsidimpuan

Dalam hal pertumbuhan Industri besar hampir tidak ada perubahan dari tahun ke tahun. Dinas Koperasi, UKM, Perindag dan pasar Padangsidimpuan mencatat belum ada pertambahan industri besar yang ada di kota Padangsidimpuan dari mulai tahun 2010 sampai tahun 2012. Industri besar di Kota Padangsidimpuan hanya ada pada Padangsidimpuan Tenggara dan Padangsidimpuan Selatan sedangkan di kecamatan lain belum ada pertambahan untuk industri besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecamatan-kecamatan yang belum memiliki industri haruslah berbenah dan sangat memerlukan peran aktif pemerintah kota Padangsidimpuan dalam mendukung dan memaksimalkan potensi dari setiap kecamatan dalam menunjang peningkatan perekonomian di masing-masing kecamatan. Sehingga arus investasi terutama dalam hal perkembangan industri dalam juga masuk ke dalam kecamatan-kecamatan yang memiliki potensi untuk perindustrian.

Tabel. 4.5. Jumlah tenaga kerja industri besar dan sedang menurut kecamatan tahun 2012

Kecamatan 2010 2011 2012

1. Padangsidimpuan Tenggara 240 240 240 2. Padangsidimpuan Selatan 233 233 233

3. Padangsidimpuan Batunadua 0 0 0

(20)

5. Padangsidimpuan Hutaimbaru 0 0 0 6. Padangsidimpuan Angkola Julu 0 0 0

Jumlah/Total 473 473 473

Sumber: Padangsidimpuan Dalam Angka 2013

Industri besar yang terdapat di kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dan Selatan dapat menyerap 473 orang tenaga kerja. Hal ini tentu merupakan nilai positif dengan adanya industri besar dan sedang yang ada di Kota Padangsidimpuan . Dengan semakin banyaknya industri yang ada di kota Padangsidimpuan maka akan semakin banyak tenaga kerja yang dapat diserap oleh perusahaan sehingga tentu berimbas positif terhadap pengurangan pengangguran di kota Padangsidimpuan.

Selain aspek perindustrian, aspek perdagangan juga bersinggungan langsung dengan perekonomian suatu wilayah. Kemajuan Aspek perdagangan di Kota Padangsidimpuan dapat dilihat dari pertumbuhan perizinan. Dari data yang ada bahwa pada tahun 2012 telah dikeluarkan sejumlah tanda daftar perusahaan.

(21)

Jumlah/Total 2012 24 36 0 2 187 0 249

2011 16 68 0 12 201 0 297

2010 23 74 0 5 208 0 310

2009 9 48 0 3 166 0 226

Sumber: Bappeda Kota Padangsidimpuan 2013

Apsek penerimaan dan pendapatan belanja daerah Kota Padangsidimpuan memperlihatkan kondisi yang bervariasi dari masing-masing sektor. Dilihat dari perbandingan pendapatan dan pengeluaran diketahui kondisinya sebagai berikut: Tabel. 4.7. Perbandingan pendapatan dan pengeluaran Kota Padangsidimpuan

tahun 2012

Tahun Penerimaan Pengeluaran Pembiayaan 2012 540.468.368 527.246.070 20.430.522 2011 477.210.918 463.524.730 15.291.221 2010 375.676.077 356.260.243 5.737.346 2009 385.970.485 374.024.132 2.044.791 2008 369.632.712 371.128.329 9.200.331

Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota Padangsidimpuan

Aspek Penerimaan dan Belanja Daerah kota Padangsidimpuan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang menjadi modal dalam pengembangan perekonomian yang ada di kota Padangsidimpuan. Penerimaan itu di dapat dari berbagai sektor seperti pendapatan asli daerah, pajak dan lain sebagainya.

(22)

Jenis Penerimaan 2010 2011 2012 Pendapatan Asli Daerah 14.602.384 21.614.811 23.682.308 Bagian Dana Perimbangan 317.219.703 357.577.097 421.732.104 Bagi Hasil Pajak/ Bukan Pajak 26.428.985 23.994.090 32.822.220

Dana Alokasi Umum (DAU) 270.129.118 308.014.507 364.923.284

Dana Alokasi Khusus (DAK) 20.661.600 25.568.500 23.986.606

Lain-lain Pendapatan yang sah 43.853.989 98.019.010 95.053.956 Jumlah/Total 375.676.076 477.210.918 540.468.368 Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota Padangsidimpuan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah/daerah.Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tersebut menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki.Oleh karena itu besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang mampu dihasilkan sangat tergantung pada faktor tersebut.Adanya keterbatasan tersebut menyebabkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) bervariasi antar daerah.Dari sini dapat dilihat besaran nilai tambah dari masing-masing sektor ekonomi.Selain itu juga dapat dilihat sektor sektor yang berperan dalam pembentukan perekonomian daerah.

(23)

dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup bagus. Hampir 40% Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kota Padangsidimpuan dikuasai oleh kedua sektor ini. Hal ini menandakan konsernnya pemerintah kota Padangsidimpuan dalam meningkatkan pendapatan dari kedua sektor yang dapat dikatakan sebagai sektor strategis di kota Padangsidimpuan.

Tabel. 4.9. Produk domestik regional bruto Kota Padangsidimpuan menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2012

Lapangan Usaha 2012

1. Pertanian 406.579,26

2. Pertambangan & Penggalian/ 8.699,21

3. Industri Pengolahan 302.331,09

4. Listrik, Gas & Air Minum 15.010,23

5. Bangunan 133.780,95

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 582.684,20 7. Pengangkutan & Komunikasi 305.650,93 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 319.891,19

9. Jasa-Jasa 487.216,79

PDRB/GRDP 2 561 844,14

Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota Padangsidimpuan

4.2. Sekilas Lahirnya Program PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan)

(24)

karena itu, Camat diharapkan mampu melakukan inovasi untuk meningkatkan kinerjanya.Sejalan dengan hal tersebut, diterbitkanlah Permendagri No. 4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Terpadu Administrasi Kecamatan (PATEN).

Di dalam Kepmendagri No. 138-270 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, yang dimaksud dengan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) adalah penyelenggaraan pelayanan publik di kecamatan yang proses pengelolaannya mulai darai permohonan sampai kepada tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat. Satu tempat di sini berarti cukup satu meja atau loket pelayanan, sehingga sistem ini memposisikan warga masyarakat hanya berhubungan dengan petugas meja/loket pelayanan yang ada di kecamatan.

Maksud diselenggarakannya PATEN adalah untuk menjadikan kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat, sekaligus simpul pelayanan bagi badan/kantor pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di kabupaten/kota bagi kecamatan yang secara kondisi geografis daerah, akan lebih efektif dan efisien jika dilayani melalui kecamatan. Tujuan diselenggarakannya PATEN adalah untuk meningkatkan kualitas pelayan publik dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.Peningkatan kualitas pelayanan ini terutama dilihat dari aspek waktu dan biaya pelayanan.Melalui PATEN ini, warga dapat menerima pelayanan yang lebih cepat dan terukur dengan jelas.

(25)

Guna mendukung penyelenggaraan PATEN sebagai simpul badan/kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), koordinasi dan kesepahaman antara kecamatan dengan Badan/kantor KPTSP menjadi urgen. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka syarat yang harus dipenuhi adalah adanya pelimpahan sebagian wewenang perizinan dan non perizinan dari Bupati/Walikota kepada Camat, khususnya untuk pelayanan masyarakat sesuai skala dan kriteria kecamatan yang selama ini dijalankan oleh lembaga di tingkat kabupaten/kota.

Di dalam Permendagri No. 4 tahun 2010 tentang Pedoman PATEN, terdapat tiga persyaratan yang harus dipenuhi sebelum kebijakan ini diimplementasikan, yaitu syarat substantif, syarat administratif, dan syarat teknis. Oleh karena itu, secara umum terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui, sebagaimana dijelaskan pada pembahasan berikut ini.

1. Tahapan pemenuhan syarat substantif, terdiri dari:

a. Bupati/walikota menetapkan Tim Teknis PATEN melalui Peraturan Bupati/Peraturan Walikota.

b. Tim teknis menginventarisasi dan memilah-milah kewenangan yang dapat dilimpahkan kepada camat dan menyiapkan rancangan kebijakan tentang pelimpahan sebagian kewenangan kepada camat. c. Bupati/walikota menerbitkan Peraturan Bupati/Peraturan Walikota

tentang pelimpahan sebagian kewenangan kepada camat. 2. Tahapan pemenuhan syarat Teknis, terdiri dari:

(26)

3. Tahapan pemenuhan syarat Administratif, terdiri dari: a. Penyusunan visi, misi, dan motto pelayanan.

b. Penerbitan peraturan bupati/walikota tentang uraian tugas kecamatan

c. Penerbitan Peraturan Bupati/Walikota tentang standar pelayanan 4. Penetapan kecamatan sebagai penyelenggara PATEN yang ditetapkan

melalui Keputusan Bupati/Walikota.

5. Peresmian dan sosialisasi kecamatan sebagai penyelenggara PATEN 6. Penerapan PATEN di kecamatan

7. Pembinaan dan pengawasan PATEN

4.3. Kerangka Kerja Program PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan

Didasarkan oleh tuntutan Permendagri No. 4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN), maka Pemerintah Kota Padangsidimpuan melakukan berbagai upaya untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut di daerahnya. Tujuan diimplementasikannya kebijakan ini adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik serta memperpendek rentang kendali birokrasi sehingga memudahkan penyelenggaraan pelayanan di Kota Padangsidimpuan.

(27)

dan kuantitas pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat, sehingga dapat terciptanya pelayanan prima yang efektif dan effisien.

Dalam kerangka mempersiapkan diri sebagai sebuah kota yang akan menerapkan kebijakan PATEN, pemerintahan kota Padangsidimpuan sudah memulai mempersiapkan langkah-langkah menuju penerapan kebijakan PATEN tersebut mulai tahun 2013 dengan beberapa agenda kegiatan yang diharapkan dapat menunjang dan mendukung kegiatan tersebut.

Pada tahun 2013, pemerintah kota Padangsidimpuan melakukan study banding ke Kabupaten Serdang Bedagai dalam kerangka melihat dan mempelajari implementasi kebijakan PATEN yang telah di terapkan di Kabupaten Serdang Bedagai. Di ambilnya kabupaten Serdang Bedagai sebagai lokasi study banding, dikarenakan di Sumatera Utara ini, baru kabupaten Serdang Bedagai yang menerapkan kebijakan tersebut. Selain karena factor geografis yang deket, Kabupaten Serdang Bedagai juga termasuk salah satu Kabupaten/Kota yang di nilai berhasil dalam mengimplementasikan kebijakan PATEN tersebut.

(28)

Sedangkan dalam hal persiapan teknis pelaksanaan kebijakan PATEN ini, pemerintah kota Padangsidimpuan melakukan rapat-rapat antar lintas sector dalam rangka penetapan standar operasional prosedur penerapan program PATEN dan kebijakan-kebijakan lainnya yang berkaitan dengan program PATEN tersebut.

Secara operasional, Kota Padangsidimpuan berkomitmen untuk meningkatkan peran pelayanannya, hal tersebut ditandai dengan adanya Peraturan Walikota Padangsidimpuan No 2 tahun 2014 mengenai PATEN. Setelah lahirnya Perwal tersebut kemudian dibuat Perwal no.3 tahun 2014 tentang pendelegasian kepada pejabat terkait untuk pelaksanaan PATEN selanjutnya kedua Peraturan Walikota tersebut di dukung dengan Surat Keputusan Walikota Padangsidimpuan No. 63/KPTS/2014 tentang Penyelenggara Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan di Kota Padangsidimpuan Tahun 2014. Sementara itu untuk melaksanakan aktifitas kegiatan Program PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan, Walikota Padangsidimpuan juga mengeluarkan Peraturan Walikota No. 38 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan di Lingkungan Pemerintah Kota Padangsidimpuan.

Berdasarkan Perwal No. 3 tahun 2014 tentang pendelegasian kepada pejabat terkait untuk pelaksanaan PATEN, terdapat beberapa kewenangan yang didelegasikan terdiri dari:

(29)

4. Kewenangan pembinaan : 16 aspek 5. Kewenangan pengawasan : 25 aspek 6. Kewenangan fasilitasi : 34 aspek 7. Kewenangan penetapan : 4 aspek

8. Kewenangan penyelenggaraan : 18 aspek

Selain itu juga, Peraturan Walikota Padangsidimpuan No. 02/PW/2014 juga mencantumkan tentang pejabat penyelenggara Program PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan, yang terdiri dari:

1. Camat

2. Sekretaris Kecamatan

3. Kepala Seksi Pemerintahan, Ketenteraman dan Ketertiban Umum. Di dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa Camat merupakan penanggung jawab penyelenggara PATEN yang bertugas untuk:

a. Memimpin, mengkoordinasikan, dan mengendalikan penyelenggaraan PATEN.

b. Menyiapkan rencana anggaran dan biaya. c. Menetapkan pelaksanaan teknis.

d. Mempertanggungjawabkan kinerja PATEN kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengemban delegasi, maka camat berwenang menandatangani perizinan yang didelegasikan atas nama Walikota. Selanjutnya, Sekretaris Kecamatan mempunyai tugas:

(30)

b. Menjadi penanggung jawab kesekretariatan/ketatausahaan penyelenggaraan PATEN. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekcam mengoreksi dan memaraf surat dari Kasi, yang selanjutnya diserahkan ke Camat untuk ditandatangani.

c. Dalam melaksanakan tugasnya, Sekcam bertanggung jawab kepada Camat.

Tugas Kepala Seksi Kepala Seksi Pemerintahan, Ketenteraman dan Ketertiban Umum adalah:

a. Melaksanakan teknis pelayanan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kasi mempelajari berkas dan melakukan validasi yang selanjutnya diserahkan kepada operator untuk diketik. Setelah selesai, Kasi tersebut mengoreksi dan memaraf surat yang selanjutnya dinaikkan kepada Sekcam.

b. Dalam melaksanakan tugasnya, Kasi bertanggung jawab kepada Camat.

Perwal tersebut juga memutuskan Uraian tugas personil kecamatan yang mengurusi Program PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan. Pelaksana Teknis PATEN terdiri dari:

a. Petugas informasi

b. Petugas loket/ penerima berkas. c. Petugas operator computer d. Petugas pemegang kas

(31)

a. Menyapa warga dan memberikan informasi kepada warga masyarakat.

b. Meminta warga mengisi buku tamu.

c. Mempersilahkan warga akan mengurus surat, ke loket/ meja pelayanan.

d. Mengantar warga yang akan bertemu Camat, Sekretaris Kecamatan, Kepala Seksi atau pegawai lainnya untuk konsultasi khusus, ke ruangan/meja kerja yang bersangkutan. Apabila yang bersangkutan tidak ada di tempat atau sibuk dipersilahkan menunggu di ruang tunggu.

e. Membawa surat yang telah diproses di loket/ meja pelayanan untuk diparaf oleh Kepala Seksi dan Sekretaris Kecamatan serta membawa ke Camat untuk ditandatangani. Setelah semuanya selesai dikembalikan ke loket/ meja pelayanan.

f. Memperbaharui semua informasi di papan informasi. Kemudian, uraian tugas petugas loket/ penerima berkas adalah:

a. Menyapa warga dan memeriksa berkas persyaratan pelayanan yang diajukan warga masyarakat.

b. Menyampaikan penjelasan kepada warga masyarakat bila ada berkas yang belum lengkap.

c. Menyerahkan hasil pengurusan ke masyarakat yang telah selesai diproses

d. Mengagendakan surat masuk dan keluar.

(32)

f. Bertanggung jawab terhadap arsip PATEN. Uraian tugas dari petugas operator komputer adalah :

a. Memasukkan (melakukan input) data warga pengguna pelayanan dan jenis pelayanan yang dimohonkan.

b. Mencetak surat atau rekomendasi yang dimohonkan oleh warga masyarakat.

c. Mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam database kecamatan.

d. Memasukkan data-data yang diperlukan dalam format database PATEN.

e. Memperbaharui perkembangan data kecamatan dan pelayanan publik

f. Mengamankan data yang sudah terkumpul (back-up) database ke dalam media penyimpanan atau komputer lainnya secara berkala. Selanjutnya, uraian tugas pemegang kas adalah:

a. Berperan sebagi kasir di loket/ meja pelayanan.

b. Menerima pembayaran tarif pelayanan dan memberikan tanda terima pembayaran kepada warga masyarakat penerima pelayanan. c. Membukukan setiap uang yang masuk dan keluar dari loket/ meja

pelayanan.

d. Menyusun laporan keuangan secara berkala.

(33)

pelayanan yang sesuai dengan urusan masyarakat tersebut. Setelah itu, diproses oleh operator, kemudian dinaikkan ke Kasi yang membidangi.Setelah benar dan syaratnya terpenuhi, maka kasi memaraf berkas tersebut, kemudian dinaikkan ke Sekcam. Jika butuh tandatangan Camat, maka Sekcam akan memaraf berkas tersebut dan dinaikkan kepada Camat. Setelah selesai, berkas tersebut langsung diturunkan kepada petugas yang berwenang untuk diagendakan.Selanjutnya berkas yang sudah selasai tersebut dikembalikan kepada petugas loket untuk menyerahkannya kepada masyarakat.

4.4. Analisis Persiapan Program PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan

Berdasarkan hasil penelitian lapangan, peneliti menemukan beberapa factor yang mempengaruhi Persiapan Program PATEN di Kota Padangsidimpuan, diantara lainnya adalah:

4.4.1. Pihak yang Kepentingannya Dipengaruhi

Suatu kebijakan tentunya akan mempengaruhi berbagai pihak. Siapa-siapa saja yang menjadi stakeholders dalam implementasi kebijakan disesuaikan dengan bidang yang akan dilaksanakan, yang secara tertulis telah menjadi ketetapan melalui adanya kebijakan atau peraturan yang diuraikan berdasarkan tujuan program, prioritas program, dan rincian program ke dalam berbagai kegiatan. Melalui uraian ketiga hal tersebut, maka secara jelas akan terlihat siapa saja pihak yang terkait di dalamnya termasuk bagaimana tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan kegiatan yang ditangani tersebut.

(34)

substantif, syarat administratif, dan syarat teknis. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, ternyata diantara ketiga syarat tersebut, syarat substantif merupakan syarat yang menunjukkan bagaimana interaksi dari berbagai pihak yang kepentingannya terpengaruhi oleh adanya kebijakan PATEN ini, karena selain dikarenakan penyusunannya dilakukan secara bersama-sama melalui Tim Teknis PATEN, ternyata dalam proses pemenuhan syarat tersebut juga terjadi penambahan kewenangan instansi tertentu sekaligus mengurangi kewenangan instansi lain yang memang tidak mungkin dilakukan secara sepihak. Hal tersebut sejalan dengan yang disebutkan oleh salah satu informan yang menyatakan bahwa:

Pihak yang terpengaruhi oleh PATEN ini ya tentu saja Walikota sebagai pengambil kebijakan, dan Camat sebagai pelaksana kebijakan, tapi itu kan gak serta-merta terjadi pendelegasian wewenangnya, karena kewenangan yang didelegasikan itu kan sebenarnya kewenangan yang semula ada di Dinas, kemudian di delegasikan kepada kecamatan. Dalam hal ini, seluruh SKPD dilibatkan dalam rangka mewujudkan program PATEN ini sendiri sehingga para SKPD mengetahui wewenang apa saja yang didelegasikan kepada Kecamatan dan kita juga tahu bagaimana pandangan mereka terhadap sebagian wewenang yang didelegasikan itu (Hasil wawancara dengan Kabag Adm Pemerintahan Umum Kota. Padangsidimpuan, 19 Januari 2015).

(35)

dampak positif dalam memaksimalkan program PATEN ini sendiri, sehingga kebijakan ini dapat berjalan lancar pelaksanaanya guna meningkatan pendapatan asli daerah demi kemajuan masyarakat kota Padangsidimpuan dan agar pihak kecamatan juga berperan aktif dalam meningkatkan pembangunan di kecamatannya (wawancara dengan Bapak A.R. Marjoni pada 19 Januari 2015).

Dari penjelasan tersebut, dapat di pahami bahwa pihak-pihak yang kepentingannya dipengaruhi tersebut sangat menentukan dalam implementasi PATEN di Kota Padangsidimpuan. Apabila pihak-pihak tersebut tidak melaksanakan tugasnya sebagai bagian dari Tim Teknis PATEN secara sungguh-sungguh dan tidak legawa kewenangannya ditarik dan didelegasikan kepada kecamatan, maka penyelenggaraan pelayanan di kecamatan khususnya dalam hal perumusan peraturan tentang pendelegasian kewenangan dari Walikota kepada Camat akan terhambat.

(36)

itu, kepentingan masyarakat yang terpengaruhi tampak pada output dan kebermanfaatan dari adanya PATEN tersebut.

4.4.2. Jenis Manfaat yang Dihasilkan dari Implementasi Kebijakan PATEN Menurut Andi Pitono, suatu kebijakan yang baik tentunya memberi manfaat kepada seluruh stakeholder dari kebijakan tersebut. Manfaat implementasi ini perlu memperhatikan ruang lingkup, kepentingan instansi pelaksana maupun kepentingan masyarakat (Jurnal Pamong Praja, 2011, h. 46). Sementara itu, menurut Sadu Wasistiono, Ismail Nurdin, dan M. Fahrurozi (2009, h. 51), dalam konteks pelimpahan kewenangan dari Bupati/Walikota kepada Camat, beberapa manfaat yang dapat diperoleh adalah:

1. Mempercepat pengambilan keputusan berkaitan dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat setempat.

2. Mendekatkan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat.

3. Mempersempit rentang kendali dari Bupati/Walikota kepada Kepala Desa dan Lurah.

4. Kaderisasi kepemimpinan pemerintahan.

Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil observasi di lapangan, terdapat berbagai manfaat yang telah sangat dirasakan dari diimplementasikannya kebijakan PATEN di Kota Padangsidimpuan. Hasil wawancara dengan Camat Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua mengatakan bahwa :

(37)

pekerjaannya pun menjadi lebih mudah. Selain itu, yang saya amati dalam perjalanan program PATEN ini sendiri, staf kita juga belajar lebih professional dalam melayanai karena lebih memahami apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab mereka. (Wawancara di laksanakan pada 19 Januari 2015)

Sementara itu, menurut salah satu petugas loket di kantor Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua yang diwawancarai oleh peneliti mengatakan bahwa: Senanglah masyarakat itu bang.Mereka itu menyambut baik PATEN ini, karena pelayanan lebih cepat, lebih singkat, apalagi sifatnya gratis. Sebelum PATEN dulu, untuk urusan HO kita hanya memberi rekomendasi dari kecamatan, kemudian dilanjutkan ke Instansi berkaitan. Nah, setelah PATEN, yah paling tidak waktu mereka sangat di hemat, karena tidak perlu datang ke Instansi Kota. (Hasil wawancara dengan Hendra Sakti Harahap di kantor Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, 21 Januari 2015).

Di sisi lain, dari perspektif masyarakat yang disampaikan oleh seorang informan dalam penelitian ini bahwa :

Pelayanan di Kota Padangsidimpuan sekarang ini sudah lumayan baguslah bang. Kalau kita ke Kecamatan, sekilas udah seperti di bank. Ada TV, dispenser, koran, dan brosur2 informasi. Pelayanannya juga jelas berapa lama dan biaya yang diperlukan. Kita kan jadi tahu ngatur waktu (Hasil wawancara dengan Bapak AR. Aritonang, salah seorang masyarakat yang sedang mengurus perizinan IMB di Kantor Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua pada tanggal 21 Januari 2015).

(38)

bang, lebih terarahlah jadinya. Dengan kondisi ini, kita juga jadi belajar disiplin dan merasakan bagaimana bekerja di bawah aturan yang jelas dengan adanya standar pelayanan. Dari diri saya pribadi, ada kepuasan bathin bang kalau melihat masyarakat itu tersenyum keluar dari kantor kita ini (Hasil wawancara dengan Hendra Sakti Harahap di kantor Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, 21 Januari 2015).

Dari beberapa hasil wawancara tersebut terlihat bahwa manfaat dari kebijakan PATEN itu bersifat multiplier effect. Di lihat dari perspektif masyarakat, maka manfaat dari kebijakan ini adalah pelayanan menjadi lebih dekat sehingga lebih cepat, lebih transparan dan murah. Sementara itu, manfaat bagi staf kecamatan adalah pekerjaan yang mereka kerjakan menjadi jelas dan terarah, lebih disiplin, lebih professional, lebih nyaman dalam bekerja, sertta pembagian pekerjaan menjadi lebih jelas lagi.

4.4.3. Perubahan yang Diharapkan dari Kebijakan PATEN

Perubahan yang diharapkan dari diimplementasikannya kebijakan PATEN ini adalah untuk meningkatkan kualitas dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat melalui penyelenggaraan pelayanan yang efektif dan efisien yang dilakukan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat, khususnya di tingkat kecamatan.

(39)

keseriusan Pemerintah Kota Padangsidimpuan dalam mempermudah pelayanan kepada masyarakat, karena PATEN merupakan salah satu solusi yang menjawab keluhan masyarakat selama ini terhadap proses birokrasi yang panjang dan berbelit-belit seperti yang telah terjadi selama ini, sehingga konsep ini diharapkan akan mengubah mindset selama ini di birokrasi yang identik dengan Kalau bisa dipersulit, mengapa harus dipermudah menjadi Kalau bisa dipermudah, mengapa harus dipersulit.

Sementara itu, menurut salah satu informan dalam penelitian ini mengatakan bahwa sebagai program baru pastinya ada kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam menjalankan program tersebut, namun dalam isi dari program paten ini akan mempermudah bagi masyarakat dalam urusan-urusan yang terkait perizinan pembangunan dan tugas terpenting adalah bagaimana pihak kecamatan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakatnya terkait program paten ini. Sehingga feedback yang diharapkan dari kebijakan PATEN ini adalah terwujudnya pelayanan prima kepada masyarakat di tingkat kecamatan khususnya, dan di tingkat Kota umumnya. Sehingga sesuai dengan visi dan misi Walikota Padangsidimpuan 2013-2018, yaitu menjadikan Kota Padangsidimpuan yang Sehat, Maju dan Sejahtera (Hasil wawancara dengan Dr. Ali Pada Harahap, salah seorang akademisi di Kota Padangsidimpuan, 19 Januari 2015).

(40)

dengan memperpendek rentang kendali birokrasi. Selain itu, dengan adanya standar pelayanan dan pembagian kerja yang jelas, maka perubahan yang terjadi adalah pemberdayaan aparatur kecamatan secara merata dalam penyelenggaraan pelayanan karena masing-masing staf yang ada di kecamatan memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam penyelenggaraan PATEN.

4.4.4. Sumber Daya yang Tersedia dalam Penerapan Kebijakan PATEN Dalam pengimplementasian suatu kebijakan publik, sumber daya (resources) haruslah terpenuhi baik dari segi kualitas maupun kuantitas, karena hal ini merupakan salah satu aspek yang menentukan baik tidaknya implementasi suatu kebijakan di lapangan. Sumber daya ini mencakup sumber daya manusia, dana yang dibutuhkan, serta sarana dan prasarana penunjang. Salah satu syarat agar pelaksanaan pendelegasian kewenangan dapat dilaksanakan adalah adanya dukungan anggaran dan personil untuk menjalankan kewenangan yang telah didelegasikan kepada Camat (Wasistiono, Nurdin, danFahrurozi, 2009, h. 55).

Sejalan dengan hal tersebut, Kabag Administrasi Pemerintahan Umum Padangsidimpuan dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 21 Januari 2015, menyatakan bahwa:

(41)

kepada Badan Kepegawaian Daerah, yang selanjutnya apabila memungkinkan, maka akan dipenuhi.

Sementara itu, informan lainnya menerangkan bahwa:

Terus terang, kecamatan kita tidak menemui kendala yang berarti terutama dalam hal jumlah personil, tetapi dalam hal keterampilan dan peralatan, hampir sama dengan kecamatan lain, kita masih memiliki kekurangan di sanasini. Meskipun masih mengalami berbagai kendala, namun hal tersebut tidak lantas menghambat proses pelaksanaan gerakan PATEN ini sendiri. Dimana jika kekurangan tersebut berkaitan dengan sarana prasarana, maka dengan segera kita akan inventarisir dan selanjutnya kita sampaikan kepada pimpinan, sedangkan untuk peningkatan mutu dan kualitas pelayanan, kita senantiasa mengikuti berbagai program pelatihan yang dinamakan lokalatih, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kecakapan dan kapasitas staf kita terutama yang menjadi operator dan frontliner kita (Hasil wawancara dengan Sallim Siagian, S.Sos selaku Camat Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, pada tanggal 21 Januari 2015).

(42)

Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa, dalam pengimplementasian program PATEN ini, masih banyak terdapat kekurangan baik yang berasal dari personil petugas pelayanan PATEN maupun sarana prasarana penunjang kebijakan tersebut. Meskipun petugas loket sering melaksanakan kegiatan loka latih dalam rangka meningkatkan kapasitas dan ketrampilan petugas loket, akan tetapi dalam hal pelatihan seperti seminar maupun loka karya, kegiatan tersebut belum dilaksanakan. Padahal menurut hemat peneliti, kegiatan seminar dan loka karya seharusnya segera dilaksanakan guna menjawab kekurangan dan kelemahan petugas loket dalam melaksanakan aktifitas kegiatan kerjanya sehari-hari.

Dalam mengatasi permasalahan tersebut, Kota Padangsidimpuan memang sudah melakukan beberapa alternatif guna meningkatkan kualitas dan kuantitas personil yang ada di kecamatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu informan yang mengatakan bahwa:

(43)

menarik (Hasil wawancara dengan Bapak Syafaruddin Harahap, S.Sos Kabag Administrasi Pemerintahan Umum Padangsidimpuan pada tanggal 21 Januari 2015).

Dari hasil wawancara tersebut, diperoleh informasi bahwa terdapat dua alternatif yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Padangsidimpuan dalam mengatasi permasalahan personil. Guna mengatasi kekurangan dari segi jumlah, maka Camat dimungkinkan untuk meminta penambahan personil kepada BKD. Sejalan dengan hal tersebut, dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa di setiap kecamatan yang ada di Kota Padangsidimpuan ditempatkan sejumlah pegawai honorer yang dibiayai oleh APBD Kota Padangsidimpuan.

Kedua, sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya bahwa dalam hal peningkatan kapasitas dan kualitas aparatur, maka Pemerintah Kota Padangsidimpuan telah melakukan lokalatih.Kegiatan lokalatih tersebut diikuti oleh seluruh aparatur pelaksana PATEN yang dilakukan secara bertahap. Meskipun hasilnya belum maksimal, tetapi setidaknya sudah memenuhi syarat untuk diimplementasikannya PATEN di Kota Padangsidimpuan.Oleh karena itu, kegiatan lokalatih ini masih perlu dilakukan terutama untuk menjaga keberlarlanjutan kondisi yang sudah ada saat ini.

(44)

4.4.5. Kekuasaan, Kepentingan dan Strategi Pelaksana dalam Kebijakan PATEN Kota Padangsidimpuan

Pada dasarnya, suatu implementai kebijakan melibatkan berbagai aktor dalam proses pengambilan keputusan. Masing-masing aktor mempunyai posisi dan kepentingan tertentu (khusus) yang dapat menyebabkan konflik kepentingan melalui strategi-strategi yang digunakan, namun sedemokratis apa pun formulasi kebijakan publik, pada akhirnya yang memutuskan adalah pemimpin (Nugroho, 2011, h. 257).

Walikota Padangsidimpuan sebagai pimpinan tertinggi di Kota Padangsidimpuan memiliki tanggung jawab moral dalam memenuhi janjinya kepada konstituennya dan kepada masyarakat Kota Padangsidimpuan pada umumnya, yang tertuang dalam visi dan misi Kota Padangsidimpuan. Sehingga untuk mencapainya, meskipun sebenarnya merupakan amanat peraturan dari Pemerintah Pusat, ternyata penyelenggaraan PATEN ini juga dijadikan sebagai salah satu alat pemenuhan janji tersebut. Oleh karena itu, Walikota Padangsidimpuan terus mengawal pelaksanaan PATEN ini

(45)

dengan apa yang dikatakan oleh Kabag Adminpum Padangsidimpuan yang mengatakan bahwa:

Implementasi PATEN ini secara tidak langsung juga dapat kita gunakan untuk melihat kapasitas dan loyalitas aparatur kita terhadap komitmen pimpinan dan hal ini tidak hanya berlaku kepada kecamatan, tetapi juga kepada pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah lainnya. Kalau ada yang tidak menjalankan perannya secara maksimal, barangkali ini menjadi suatu bahan telaahan kepada Walikota pada saat akan dilakukan mutasi jabatan (Hasil wawancara dengan Bapak Syafaruddin Harahap, S.Sos pada 21 Januari 2015).

Selanjutnya, sebagai aktor utama dalam pelaksanaan teknis kebijakan PATEN di Kota Padangsidimpuan, Camat telah dihadapkan pada sejumlah prosedur. Namun, meskipun tugas dan tanggung jawabnya bertambah seiring dengan kewenangan yang didelegasikan kepadanya, pekerjaannya tetap tidak menumpuk atau setidaknya tidak mengganggu pekerjaan utama yaitu melaksanakan kewenangan atributif dikarenakan adanya strategi pembagian kerja yang jelas sebab didasari oleh prosedur dan peraturan yang jelas.

Di sisi lain, masyarakat merupakan kelompok sasaran dari kebijakan PATEN ini. Oleh karena itu, agar masyarakat mengetahui dan menyadari bahwa telah terjadi suatu mekanisme baru yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat, diperlukan sosialisasi yang rutin dan lebih mendalam.

Jika melihat dari teori evaluasi kebijakan yang disampaikan Finsterbuch dan Motz sebagaimana terdapat dalam Subarsono (2005 : 128), peneliti menggunakan evaluasi single program before-after. Evaluasi single program before-after digunakan untuk mengukur bagaimana sebuah kebijakan atau

(46)

sebelum kebijakan atau program dilaksanakan. Evaluasi single program before-after, yakni dilakukan dengan membandingkan kebijakan program sebelum dan sesudah kebijakan program dilaksanakan. dan dengan menggunakan data periode tertentu dalam kebijakan program untuk mengukur/melihat dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kebijakan atau program tertentu.

Jika berkaca pada teori di atas, peneliti melihat bahwa implementasi yang dilaksanakan dalam penerapan kebijakan PATEN ini, telah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pembangunan di kota Padangsidimpuan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat antusias masyarakat yang tidak saja melakukan urusan pada program PATEN ini, tetapi juga masyarakat yang hanya sekedar ingin tahu dan mencari informasi tentang kegiatan tersebut.

Karena sebelum program PATEN ini di terapkan, segala sesuatu yang berkaitan dengan perijinan harus mengurus ke Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Padangsidimpuan yang secara geografis terletak agak jauh dari beberapa kelurahan/ desa yang ada di kota Padangsidimpuan, akan tetapi setelah program PATEN ini diterapkan, masyarakat menjadi lebih mudah dan dekat untuk dapat memperoleh informasi berkaitan dengan perijinan dan lain hal sebagainya.

4.4.6. Peran Camat dalam Persiapan Kebijakan PATEN (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan

(47)

kewenangan yang dijalankan oleh camat serta hubungan kerja camat dengan instansi dinas berkaitan lainnya serta dengan kelurahan/desa.

4.4.6.1. Kewenangan camat

Salah satu institusi yang mengalami dampak yang cukup besar dari ditetapkannya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah kecamatan. Peraturan ini menegaskan bahwa kecamatan bukan merupakan wilayah kekuasaan pemerintahan, tetapi sebagai wilayah kerja atau pelayanan. Namun, dalam menjalankan tugasnya, disamping menjalankan kewenangan atributif sebagaimana disebutkan pada pasal 126 ayat (3) Undang Undang No. 32 Tahun 2004, kecamatan juga diberi amanat untuk menjalankan kewenangan delegatif dari Walikota/Walikota berdasarkan eksternalitas dan efisiensi.

Kewenangan atributif yang dioperasionalisasikan dalam bentuk tugas umum pemerintahan terdiri dari:

a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

b. Menggkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum.

c. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundangundangan.

d. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.

e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan tingkat kecamatan.

(48)

g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan Desa atau Kelurahan.

Sementara itu, kewenangan delegatif dalam bentuk pelaksanaan sebagian urusan otonomi daerah yang dilimpahkan oleh Walikota, sebelumnya sudah diatur di dalam Peraturan Walikota No. 03/PW/2014 tentang Pendelegasian Sebagian Kewenangan Walikota kepada Camat.

Diterbitkannya Permendagri No. 4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) merupakan penegasan bahwa peran kecamatan sangat dibutuhkan dan memiliki posisi yang strategis dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Sebagaimana dengan yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, implementasi kebijakan PATEN di daerah harus didahului oleh adanya aturan yang mengatur tentang pelimpahan kewenangan dari Walikota kepada Camat. Sejalan dengan itu, Kota Padangsidimpuan menerbitkan Peraturan Walikota No. 03/PW/2014 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan Walikota kepada Camat Untuk Melaksanakan Urusan Pemerintahan Daerah.Dari peraturan tersebut, terlihat bahwa kewenangan yang dijalankan oleh Camat bertambah secara signifikan serta lebih jelas dan terarah karena dilengkapi dengan standar pelayanan.

(49)

Secara jumlah, kewenangan kita memang bertambah besar, tetapi kita kanpunya Kasi dan staf, sementara SPM PATEN sudah jelas mekanismenya. Oleh karena itu, saya melihat yang terjadi adalah fenomena pemberdayaan aparatur di kecamatan dan hal ini turut mempercepat proses pengambilan keputusan. Misalnya dalam hal tanda tangan, ketika suatu urusan sudah lengkap persyaratannya, maka tinggal diproses, dan kita tinggal menandatangani saja (Hasil wawancara dengan Bapak Sallim Siagian, S.Sos, pada tanggal 21 Januari 2015).

Sementara itu, informan lain menyatakan bahwa:

Berbicara kewenangan seorang Camat, ketika kecamatan disamakan dengan SKPD, secara administratif memang memungkinkan, tapi dari sisi pengendalian kemasyarakatan atau administrasi kewilayahan, kondisi yang dihadapi sudah berbeda. Misalnya, jika diperkotaan, mungkin masyarakat bisa cuek dan bersantai, sebab jika terjadi masalah, masih ada dinas yang lain yang dapat mengatasinya. Sementara jika di perkampungan, barangkali disinilah peran vital seorang camat sebagai tempat pengaduan masyarakat … Jadi, esensi penting dari Permendagri No. 4 Tahun 2010 tentang Pedoman PATEN, salah satunya adalah penguatan kecamatan dan pemberdayaan aparatur kecamatan. Oleh karena itu, peran seorang Camat ini sangat dibutuhkan di Indonesia, terutama bagi daerah yang akses dan kompleksitas yang tinggi pada level grass-root (Hasil wawancara dengan Bapak Syafaruddin Harahap, S.Sos pada 21 Januari 2015).

(50)

yang dijalankannya, dari sisi pelaksanaan tugas pelayanan dan volume pekerjaan, maka yang terjadi di kecamatan adalah pemberdayaan aparatur kecamatan melalui mekanisme pembagian kerja.

4.4.6.2. Hubungan kerja camat

Kecamatan yang dimanifestasikan oleh Camat tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya, terutama unit-unit pemerintahan lainnya yang berada di kecamatan. Selain bertanggung jawab kepada Walikota/Bupati melalui Sekretaris Daerah, menurut Pasal 127 PP No. 19 Tahun 2008, Camat juga melakukan koordinasi dengan kecamatan di sekitarnya dan mengoordinasikan unit kerja di wilayah kecamatan dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pemerintahan untuk meningkatkan kinerja kecamatan termasuk berkoordinasi dengan desa. Selain itu, Camat juga melakukan koordinasi dengan instansi vertikal yang ada di kecamatan serta Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan pemerintah Kota/kota dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di kecamatan.

4.4.6.2.1. Hubungan kerja camat dengan instansi terkait lainnya

(51)

maka dalam hal koordinasi dan pengawasan seharusnya mengalami perubahan yang cukup signifikan.

Berbicara mengenai hubungan kerja instansi dinas terkait lainnya dengan kecamatan, salah seorang informan menyatakan bahwa: Secara garis besar, kita tidak menemui adanya permasalahan apalagi conflict of interest. Yang ada malah kita memberi laporan per-bulan serta berkoordinasi dengan mereka, apabila ada hal-hal yang perlu didiskusikan. Karena hal ini adalah amanat Permendagri No. 4 tahun 2010 yaitu menjadikan kecamatan sebagai simpul instansi dinas terkait lainnya, jadi tidak ada yang perlu dipermasalahkan (Hasil wawancara dengan Bapak Sallim Siagian, S.Sos, pada tanggal 21 Januari 2015).

Ternyata, berdasarkan hasil observasi dilapangan, terjadinya pengurangan jumlah kewenangan yang dijalankan oleh instansi dinas terkait lainnya memang tidak menimbulkan permasalahan yang mengganggu jalannya mekanisme pelayanan perizinan maupun rekomendasi perizinan diantara kedua instansi, akan tetapi dari hasil pengamatan pada daftar laporan penyelenggaraan PATEN yang diterima dan dikelola instansi dinas terkait lainnya Kota Padangsidimpuan, menunjukkan bahwa apa yang dikatakan oleh Camat Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua dalam wawancara tersebut belum sesuai dengan fakta di lapangan.

(52)

sebenarnya menjadi titik berat bagi Permendagri tersebut. Jadi, perannya sangat berbeda dengan dulu yang hanya menjalankan tugas-tugas umum pemerintahan di wilayah kecamatan, maka sekarang lebih diberdayakan dengan adanya fungsi pelayanan… Maka dari itu, peran kecamatan sangat urgen disini, dengan catatan porsinya tetap berimbang (Hasil wawancara dengan Assisten Pemerintah Bapak A.R. Marjoni pada 19 Januari 2015). Dari hasil wawancara tersebut dapat dipahami bahwa, dengan diimplementasikannya kebijakan PATEN di Kota Padangsidimpuan, selain dengan bertambahnya sejumlah kewenangan yang dijalankan dan semakin diberdayakannya aparatur kecamatan, ternyata kebijakan ini juga berdampak pada peran kecamatan yang kembali vital di dalam pemerintahan daerah, khususnya dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

4.4.6.2.2. Hubungan kerja camat dengan kelurahan/desa

Menurut Undang Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, hubungan kerja kecamatan dengan kelurahan/desa bersifat koordinatif, karena kewenangan yang dijalankan oleh lurah berasal dari kewenangan yang didelegasikan oleh Walikota/Walikota, sehingga lurah bertanggung jawab kepada Walikota/Walikota melalui Camat.

(53)

wawancara dengan Lurah Panyanggar, Bapak Khairul Saleh, 21 Januari 2015).

Di sisi lain, terkait dengan bertambahnya volume pekerjaan di kelurahan/desa, informan lain mengungkapkan bahwa:

Volume pekerjaan tergantung pada masyarakat yang memerlukan pelayanan, namun dari sisi kewenangan yang kita jalankan, tidak ada perubahan, karena di dalam PATEN itu kan, kewenangan yang banyak dilimpahkan hanya sampai pada kecamatan saja, sehingga pengaruhnya terhadap kelurahan saya lihat tidak ada perubahan yang drastis…Yang jelas, kami hanya mengikut arus dari kecamatan saja (Hasil wawancara dengan Kepala desa Borgot Topong, Bapak Amrizal Harahap , 21 Januari 2015).

Dari hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa hubungan kerja antara kecamatan dan kelurahan/desa tidak mengalami perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah penyelenggaraan PATEN, baik dalam bentuk volume pekerjaan maupun jenis kewenangan.Hal ini terjadi karena penyelenggaraan pelayanan yang ada di kelurahan/desa dalam konteks mendukung penyelenggaraan PATEN, sebenarnya hanya bersifat rekomendasi saja.

Sehingga dalam aktifitas kegiatan rutin keseharian, kelurahan/desa tidak terbentur oleh segala peraturan yang berkaitan dengan penerapan PATEN di Kota Padangsidimpuan.

(54)

Padangsidimpuan di saat peneliti mewawancarai beliau. Beliau menyatakan bahwa :

Saya tidak mengerti tentang apa sebenarnya PATEN itu sendiri, jikalau memang untuk mempermudah urusan surat menyurat masyarakat, ya setidaknya pemerintah harus lebih banyak melakukan pengumuman ke masyarakat. Karena tidak semua masyarakat mengerti bagaiaman cara mengurus surat menyurat. Ketika kami datang ke desa untuk mengambil surat pengantar , kami saja masih harus mengeluarkan biaya yang katanya sesuka hati. Padahal sepengetahuan saya ada beberapa surat yang gratis tetapi karena informasinya tidak di pampangkan di pengumuman desaq, yam au tidak mau kita juga harus membayarnya. (wawancara dengan salah seorang masyarakat, Ibu Nursanah Nasution, 21 Januari 2015)

(55)
(56)

Tabel 4.10. Matrix hasil penelitian persiapan kebijakan “PATEN” Kota Padangsidimpuan

Hasil Penelitian Kesimpulan Saran

1. Sekilas Lahirnya Program PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan)

Maksud diselenggarakannya PATEN adalah untuk menjadikan kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat, sekaligus simpul pelayanan bagi badan/kantor pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di kabupaten/kota bagi kecamatan yang secara kondisi geografis daerah, akan lebih efektif dan efisien jika dilayani melalui kecamatan. Tujuan diselenggarakannya PATEN adalah untuk meningkatkan kualitas pelayan publik dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan kualitas pelayanan ini terutama dilihat dari aspek waktu dan biaya pelayanan.Melalui PATEN ini, warga dapat menerima pelayanan yang lebih cepat dan terukur dengan jelas.

Tujuan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat berarti masyarakat dapat menerima pelayanan publik yang lebih

Dari hasil penelitian tentang Analisis Persiapan Kebijakan bulan saja, akan tetapi segala aspek pendukung dan prosedur yang berlaku senantiasa mengikuti beberapa hal berikut :

(57)

dekat baik secara jarak maupun waktu, karena lokasi kecamatan tentu lebih dekat dan relatif mudah dijangkau, bila dibandingkan dengan ibukota kabupaten/kota.

2. Kerangka KerjaProgram PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan

Dalam kerangka mempersiapkan diri sebagai sebuah kota yang akan menerapkan kebijakan PATEN, pemerintahan kota Padangsidimpuan sudah memulai mempersiapkan langkah-langkah menuju penerapan kebijakan PATEN tersebut mulai tahun 2013 dengan beberapa agenda kegiatan yang diharapkan dapat menunjang dan mendukung kegiatan tersebut.

Pada tahun 2013, pemerintah kota Padangsidimpuan melakukan study banding ke Kabupaten Serdang Bedagai dalam kerangka melihat dan mempelajari implementasi kebijakan PATEN yang telah di terapkan di Kabupaten Serdang Bedagai. Di ambilnya kabupaten Serdang Bedagai sebagai lokasi study banding, dikarenakan di Sumatera Utara ini, baru kabupaten Serdang Bedagai yang menerapkan kebijakan tersebut. Selain

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 138-270 Tahun 2010 tentang Petunjuk permasalahan dalam

pelaksanaan Pelayanan

b) Kualitas dan kuantitas aparatur kecamatan

3. Pemerintah Kota Padangsidimpuan Hal ini penting untuk meningkatkan

partisipasi

(58)

karena factor geografis yang deket, Kabupaten Serdang Bedagai juga termasuk salah satu Kabupaten/Kota yang di nilai berhasil dalam mengimplementasikan kebijakan PATEN tersebut.

Selain melaksanakan kegiatan study banding, pemerintah kota Padangsidimpuan juga mempersiapkan anggaran untuk upaya persiapan kecamatan dalam melaksanakan kebijakan PATEN tersebut. Hal ini dengan dianggarkannya alokasi dana sebesar RP. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) pada tiap kecamatan di Kota Padangsidimpuan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan sarana dan prasarana penunjang kegiatan PATEN ini, pemerintah Kota Padangsidimpuan juga melakukan proses pengadaan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam mengimplementasikan kebijakan PATEN.

Sedangkan dalam hal persiapan teknis pelaksanaan kebijakan PATEN ini, pemerintah kota Padangsidimpuan melakukan rapat-rapat antar lintas sector dalam rangka penetapan standar operasional prosedur penerapan program PATEN dan kebijakan-kebijakan lainnya yang berkaitan dengan program PATEN tersebut.

dalam penyelenggaraan hingga kepada para staf (frontliner) yang ada di kecamatan, karena masih ditemukan

penyimpangan-penyimpangan dalam bentuk pungutan liar. d) Munculnya masalah baru

yang ditandai dengan

(59)

Secara operasional, Kota Padangsidimpuan berkomitmen untuk meningkatkan peran pelayanannya, hal tersebut ditandai dengan adanya Peraturan Walikota Padangsidimpuan No 2 tahun 2014 mengenai PATEN. Setelah lahirnya Perwal tersebut kemudian dibuat Perwal no.3 tahun 2014 tentang pendelegasian kepada pejabat terkait untuk pelaksanaan PATEN selanjutnya kedua Peraturan Walikota tersebut di dukung dengan Surat Keputusan Walikota Padangsidimpuan No. 63/KPTS/2014 tentang Penyelenggara Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan di Kota Padangsidimpuan Tahun 2014. Sementara itu untuk melaksanakan aktifitas kegiatan Program PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan, Walikota Padangsidimpuan juga mengeluarkan Peraturan Walikota No. 38 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan di Lingkungan Pemerintah Kota Padangsidimpuan.

meningkatkan

kesadaran masyarakat 2. .Jika dilihat dari context dan

content of policy, maka faktor-faktor yang paling

dipengaruhi dalam implementasi

PATEN,yang dalam hal ini adalah Walikota Padangsidimpuan,

(60)

3. Analisis Persiapan Program PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan

Berdasarkan hasil penelitian lapangan, peneliti menemukan beberapa factor yang mempengaruhi Persiapan Program PATEN di Kota Padangsidimpuan, diantara lainnya adalah:

3.1. Pihak Yang Kepentingannya Dipengaruhi

Dari hasil dapat di pahami bahwa pihak-pihak yang kepentingannya dipengaruhi tersebut sangat menentukan dalam implementasi PATEN di Kota Padangsidimpuan. Apabila pihak-pihak tersebut tidak melaksanakan tugasnya sebagai bagian dari Tim Teknis PATEN secara sungguh-sungguh dan tidak legawa kewenangannya ditarik dan didelegasikan kepada kecamatan, maka penyelenggaraan pelayanan di kecamatan khususnya dalam hal perumusan peraturan tentang pendelegasian kewenangan dari Walikota kepada Camat akan terhambat.

Selain jajaran pemerintah Kota Padangsidimpuan sebagai

adanya Political will

dan komitmen Walikota

Padangsidimpuan

dalam mengawal implementasi PATEN.

c) Sumber daya yang tersedia. Dari sisi dana, Kota Padangsidimpuan ada di kecamatan, Kota Padangsidimpuan masih harus berbenah karena personil yang ada saat ini belum memadai.

(61)

penyedia layanan, maka sebagai penerima layanan PATEN, masyarakat juga merupakan pihak yang kepentingannya terpengaruhi. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu masyarakat yang pernah mengurus Rekomendasi Lokasi Pelaksanaan Proyek Pembangunan di Kantor Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, beliau mengatakan bahwa meski masih merepotkan dalam hal pemenuhan persyaratan, tetapi dikarenakan dapat langsung terselesaikan di kecamatan, maka paling tidak dengan adanya PATEN ini, sudah menghemat waktu dan biaya (Hasil wawancara dengan seorang kontraktor yang tidak bersedia disebutkan namanya, pada tanggal 20 Januari 2015 di Kantor Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua). Oleh karena itu, kepentingan masyarakat yang terpengaruhi tampak pada output dan kebermanfaatan dari adanya PATEN tersebut.

dilapangan, masih ditemui berbagai kekurangan.

(62)

3.2. Jenis Manfaat yang dihasilkan dari Implementasi Kebijakan PATEN

Dari beberapa hasil wawancara tersebut terlihat bahwa manfaat dari kebijakan PATEN itu bersifat multiplier effect. Di lihat dari perspektif masyarakat, maka manfaat dari kebijakan ini adalah pelayanan menjadi lebih dekat sehingga lebih cepat, lebih transparan dan murah. Sementara itu, manfaat bagi staf kecamatan adalah pekerjaan yang mereka kerjakan menjadi jelas dan terarah, lebih disiplin, lebih professional, lebih nyaman dalam bekerja, sertta pembagian pekerjaan menjadi lebih jelas lagi.

3.3. Perubahan yang di harapkan dari Kebijakan PATEN

Perubahan yang diharapkan dari diimplementasikannya kebijakan PATEN ini adalah untuk meningkatkan kualitas dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat melalui

Gambar

Gambar 4.1: Peta Kota Padangsidimpuan
Tabel 4.1. Jumlah penduduk menurut  Kecamatan dan jenis kelamin, Kota
Tabel 4.2: Jumlah penduduk, jumlah keluarga dan rata-rata jumlah anggota keluarga Kota Padangsidimpuan, Tahun 2013
Tabel. 4.4. Banyaknya Industri Besar dan Sedang menurut Kecamatan Tahun
+6

Referensi

Dokumen terkait

identifikazioa erabili dezakegu Arkeologiaren barneko joera hauek identifikatzeko, izan ere, generoarekin zer ikusia duten lanak biltzen dira ekimen horretan: emakumearen egoera eta

Salah satu metode yang dapat digunakan dalam penjadwalan mata pelajaran adalah dengan menggunakan hibridisasi algoritme genetika dan simulated annealing (GA-SA)

Untuk mengetahui nilai rata-rata kuesioner dari 10 responden diselesaikan pada tahapan preproses, lalu untuk mengetahui bobot tiap kriteria dan subkriteria yang

Dari hasil kuesioner didapatkan bahwa mahasiswa setuju dengan memanfaatkan e-learning sangat membantu mahasiswa dalam memperoleh informasi seputar perkuliahan,

Gambar 4.8 Grafik garis regresi waktu dan konsumsi bahan bakar briket tempurung kelapa pada penggorengan buah melon

[r]

Information dissemination encompasses all information distribution carried out by the government to its people such as disaster information, health

Eva Yulianti, 2015, Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mobil Dengan Metoda Simple Multy Attribute Rating (SMART) , Institut Teknologi Padang, Vol.17 No.1.. Jogiyanto, 2005,