PENDAHULUAN Latar Belakang
Dewasa ini, tanaman kelapa sawit sangat banyak dikembangkan di
Indonesia. Pengembangan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun pihak
swasta sangat menentukan produksi yang akan dicapai oleh perkebunan.
Indonesia menempati urutan kedua setelah Malaysia sebagai penghasil kelapa
sawit dunia.
PT. PD. PATI berdiri pada tahun 1983 dengan luas areal perkebunan
kelapa sawit sebesar 780, 75 Ha. Perkebunan kelapa sawit ini merupakan
perkebunan yang sudah melewati 2 generasi kepemimpinan dengan 2 kali
replanting. Replanting pertama dilakukan pada tahun 1990-an dan replanting
kedua dilakukan pada tahun 2005. Perkebunan tersebut terdiri atas 2 afdelling
yang sering disebut dengan nama Pantai Kiara Estate (PKE) 1 dan 2.
Pertumbuhan kelapa sawit tidak terlepas dari serangan penyakit. Salah
satu penyakit yang menyerang adalah penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB)
(Semangun, 2000). Saat ini penyakit BPB merupakan penyakit yang penting,
terutama pada kebun-kebun kelapa sawit yang telah mengalami peremajaan.
Semakin sering suatu kebun mengalami peremajaan maka semakin tinggi
persentase kejadian penyakit BPB. Hal ini terjadi karena setelah cendawan
menginfeksi tanaman, areal pertanaman akan terus terkontaminasi dan inokulum
patogen akan terakumulasi sejalan dengan semakin seringnya penanaman kelapa
sawit (Susanto dkk, 2005).
Di Indonesia, penyakit busuk pangkal batang sudah menyerang tanaman
kelapa sawit di Sumatera Utara, Riau dan Lampung dengan tingkat serangan
mencapai 20%-30%. Akibatnya, tanaman yang sakit akan mengurangi jumlah
Tandan Buah Segar (TBS) dan menurunkan rendemen (Nadiah, 2013).
Penyebab penyakit ini adalah Ganoderma boninense Pat. yang merupakan cendawan patogen tular tanah. Seperti umumnya patogen tular tanah,
keberadaannya dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang sangat kompleks, apalagi
penyakit busuk pangkal batang bersifat sistemik dan monosiklik (Susanto, 2002;
Sinaga dkk, 2003). Patogen tular tanah mempunyai kemampuan saprofitik yang
tinggi dan parasitik fakultatif dengan kisaran inang yang luas, memiliki beberapa
macamstuktur patogen untuk bertahan dalam keadaan lingkungan.
Kalium merupakan salah satu hara utama dalam elemen kesuburan..
Kalium terdapat pada lapisan luar (epidermis) semua organ tanaman (akar, batang,
daun dan bunga) dan secara tidak langsung mempengaruhi kekebalan tubuh
tanaman. Pada lahan yang terserang Ganoderma biasanya kadar kalium dalam tanahnya rendah
Pemetaan suatu unsur hara diharapkan dapat menjadi panduan untuk
mengetahui persebaran hara sehingga memudahkan dalam hal perawatan.
Menurut Sutanto (2005) survei dan pemetaan tanah merupakan satu kesatuan
kerja saling melengkapi dan saling memberi manfaat bagi peningkatan
penggunaannya seperti keadaan fisik dan lingkungan lokasi survei, keadaan tanah,
klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk
mengetahui persebaran hara K pada tanaman kelapa sawit yang terserang
Ganoderma.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan sebaran hara K terhadap intensitas serangan
penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp.) di PT. PD PATI Kabupaten Aceh Tamiang.
Kegunaan Penulisan
Sebagai salah satu syarat untuk dapat membuat skripsi di program studi
Agroteknologi minat Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.