• Tidak ada hasil yang ditemukan

Booklet Bazaar JFFF 2016 bahasa Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Booklet Bazaar JFFF 2016 bahasa Indonesia"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

BONUS BAZAAR SEPTEMBER 2016 TIDAK DIJUAL TERPISAH

Kreativitas

Menuju

Pasar Global

Wine &

Cheese

expo:

Pertemuan

Dua Budaya

tren

terkini

dari

50

(2)

THANK YOU

2 0 0 4 - 2 0 1 6

For your great support

and continuous contributions

GOVERNMENT: Menteri Pariwisata Republik Indonesia Kepala Badan Ekonomi Kreatif Republik IndonesiaGubernur Provinsi DKI Jakarta Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar RI Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar RI Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kemenpar RIDeputi Pemasaran Bekraf RI Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Deputi Gubernur Bidang Budaya dan Pariwisata Provinsi DKI Jakarta Deputi Gubernur Bidang Industri Perdagangan dan Transportasi Provinsi DKI JakartaAsisten Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Provinsi DKI JakartaAsisten Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi DKI JakartaKepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provisi DKI Jakarta Walikota Jakarta UtaraBadan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi DKI Jakarta KepalaDinas Pelayanan Pajak Provinsi DKI JakartaKepala Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan Provinsi DKI Jakarta Direktur Edukasi Ekonomi Kreatif Bekraf RIKepala Biro Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Kepala Biro Umum Provinsi DKI JakartaKepala Biro KDH & KLN Provinsi DKI Jakarta Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI JakartaKepala Dinas Perhubungan dan Transportasi Provinsi DKI Jakarta Kepala Satpol PP Provinsi DKI Jakarta Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ketua PMI Provinsi DKI JakartaForkopinda Provinsi DKI Jakarta Forum Kordinasi Pimpinan Wilayah Jakarta Utara Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan Kelapa Gading Kementerian

Luar Negeri Republik IndonesiaDekranas Republik Indonesia Dekranasda Provinsi DKI JakartaDekranasda Korwil Kota Adminitrasi Jakarta Utara Abang None Jakarta UtaraSuku Dinas Pariwisata Jakarta Utara Dekranasda Kabupaten Lebak PT Transportasi Jakarta EMBASSY: Kedutaan Besar Ceko Kedutaan Besar Hungaria Kedutaan Besar Kroasia Kedutaan Besar SlovakiaA SPECIAL THANK YOU TO: Adrian Gan and Palantaloom collaboration in presenting the ‘Eloquence of the Eighties’ Show for JFFF Awards Chossy Latu Didi Budiardjo Ghea Panggabean Hian Tjen Itang Yunasz Priyo Oktaviano collaboration in presenting the ‘Kain Negeri Indonesia Barat’ Show MAIN SHOW DESIGNERS: Albert Yanuar Handy Hartono Hengki Kawilarang Ivan Gunawan Mayaratih Couture Musa Widyatmodjo Yogie Pratama PARADE SHOW DESIGNERS: Alfons Lee Andina Rizky Amelia Asky Ferbrianti Auguste Soesastro Carmanita Chintami Atmanagara Defrico AudyDenny WirawanEridaniFelisa ApriliaHastariena Josephine Nyoman Lanny HewijantoLulu Luti LabibiMartha EllenMayang IdbarizaMel AhyarMelia WijayaMonalisa LambangNina Natadipura Rasyid SalimRudy ChandraSiti Mahmudah Sugeng WaskitoSuryanti YokoTertia EndaTri HandokoWina PurnamaYenty TanYongki Budisutisna INDONESIAN FASHION BRAND PARTICIPANTS: Alda JP Design Ansy Savitri Artina Danjyo Hiyoji DIVI Diniira Happa Hikmat Hunting Fields I.K.Y.K IMAJI Studio Indonesia Creative Designerby Anthony Bachtiar & Ellyhan Jil by Gloria Agatha Java Batik Kamea Danella Kle Lima @ LAISON by Aurellia Santoso LMT LOTUZ Mahadevi My Size Norma Hauri Nita Seno Adji NOKI Sarinah Dept Store Sav Lavin Setio Utomo Batik Tanda Mata TANGAN Winod YSASejauh Mata Memandang Galeri Batik Jawa NES [bi] Gendhis FASHION TENANT PARTICIPANTS: Adelle Jewellery Barbie Kidz Station Optik Seis Sogo Dept. Store STAR Dept. Store FASHION SCHOOL PARTICIPANTS: ESMOD Jakarta Imelda Sparks Fashion Academy LaSalle College Phalie Studio UNJCHOREOGRAPHER: Edwan Handoko Hotma Hutagalung Leksi Unkle B Wawan Soeharto ARTISTS: 5 Romeo Ayushita Alyssa Soebandono Ayla Dimitri Chelsea Olivia Elvira Devinamira (Miss Universe Indonesia 2014) Ichsan Akbar Sissy Prescillia The Overtunes MODELS: Advina Anast Ayu Fa Bunga Jelitha Chloe Christina Borris Dhining Dominique Drina Ciputra Emmy Chaniago Gisella Grace Ilmira Jenny Zhang Julia Kotuleva Katharina Kharisma Kelly Tandiono Kezia Warouw Laura Muljadi Marcella Tanaya Michele Agnes Meiyola Paula Verhoeven Patricia Gow Rhesa Putri Senk Lotta Whulandary Herman Widika Wita SUPPORTING MEDIA PARTNERS: Ada Diskon Antara TV Antarafoto.com Antaranews.com Bobobo.com Brava Radio Cleo CNN Indonesia Cosmogirl Cosmopolitan CosmopolitanFM Esquire Femina Fimela.com Fitness For Men Gadis Global Radio Gohitzz Guo Ji Ri Bao Halo Jepang Harian Indonesia Harper’s Bazaar Her World Hitz FM Hard Rock FM i News TV i Radio Indika FM Jak FM Jakarta Shimbun JAX.co.id Kantor Berita Antara Katalogpromosi.com Kompas.com Koran Sindo Life Inspired Channel Asia (Li TV) Media Kawasan Media Kelapa Gading - Pluit Kapuk Men’s Health Indonesia MNC Channel Fashion MNC Channel Food & Travel MNC Channel Lifestyle MNC Play Noor Nyata Okezone. com Pesona Puan Pertiwi Rasamasa.com Rimanews.com Shang Bao Sindonews.com TRAX FM U FM Vemale.com V-Radio Weddingku Whatwelike.co Women’s Health Indonesia Yuk Makan SPONSORS: American Standard Avia Tour BCA Caiyida Dettol Grohe Harris Hotel & Conventions Kelapa Gading King Koil King Rabbit Lady Americana PAC Martha Tilaar Pepsodent Teh Gelas Telkomsel Toto TupperwareFOOD FESTIVAL PARTICIPANT: Bukit Baros Cempaka Chef Adhika Maxi Chef Alicia Tivey Chef Gilles Marx Chef Hiroki Takai Chef Stefu Santoso Coolant Hatten Wines I make the Pies Indonesia Sommelier Association (ISA) Marguerite NougatPandan Café by Klub Kelapa GadingPT. Danisa Texindo PT. Gawih JayaPT. Handal Inti Boga PT. Karunia Sukses Gemilang PT. Kaybee Interindo PT. Koin Bumi PT. Masuya Graha Trikencana PT. Nirwana Lestari PT. Saranakulina Intisejahtera PT. Sewu Segar Nusantara PT. Yuliana Lestari Indonesia PT. Yummy Food UtamaThe BarrelsThe Wine Cellar CARNIVAL PARTICIPANT: Abe Studio Bob Saputra Febrizal Hasto Nugroho Jember Fashion Carnaval Lukmansyah Misha Maska Studio PT Bola Fireworks Yohanes Sunyi OTHERS: CV. Akustik Multipro Komunika CV. Dwi Tunggal Teknik CV. Pelita Anugrah Langgeng (PAL) Cinema XXI Emiliana Dimas Roslita Manunggal Media Progresif Sukses PT. Astha Kirana Batara (TRIWARNA) PT. Melodia Semut Production Spoon Inc The Hermitage Hotel Toko Merah (PT Perusahaan Perdagangan Indonesia) Warna Warni Advertising Seluruh karyawan Grup Summarecon serta semua pihak yang turut mendukung terselenggaranya acara ini

w w w . j f f f . i n f o

Jakarta Fashion Food Festival

@JFFF_Info

(3)

3. Editor's Letter

4. Di Dalam Negeri Impian

7. Opening Fashion News

10. Cerita Jakarta

11. Injeksi Kebudayaan

12. Presentasi Terkini

13. Geliat Perancang Muda

14. Binar Kreator Muda

15. Rona Kontemporer

16. Kontemplasi Hijab

18. Manifestasi Talenta

20. Muda dan Berjaya

21. Kreasi Mode Anak Negeri

22. Goresan Glamor

23. Perjalanan

Penuh Prestasi

24. Selebrasi dan

Apresiasi Mode

26. Restorasi Helai Tradisi

28. Art at Heart

29. Bidikan Mode

30. Arti Sebuah Dedikasi

32. Irama Indigo

34. Memuja Merak

34. Irama Sang Dewi

38. Berpadu Biru

40. Hikayat Layang-Layang

42. Imajinasi Terindah

44. Pertautan Dinamis

46. Imajinasi Terindah

48. Pertautan Dinamis

50. Warisan Wastra

52. Kilas Preservasi Budaya

54. Bahasa Wastra Barat

56 Animo Kecantikan

58. Subtle Glamour

67. Nouvelle Vague

72. Warisan Sejarah

73. Kenduri Kuliner

74. Sepenggal Rasa

Nusantara

75. Berbagi Talenta

76. The Fantastic Evening

78. Pelengkap Kesempurnaan

80. Lari Penuh Aksi

82. Party People

COVER

Cover Design:Ifni Isauria

Fotografi oleh Hendra Kusuma

Busana: Adrian Gan

Anting dan gelang: Rinaldy A. Yunardi

Model: Ayu Fa (Wynn Models)

Makeup: Priscilla Rasjid menggunakan PAC Martha Tilaar

Hair: Prastita Pontjo

Editor fashion: Gusti Aditya

Stylist Assistant: Michelle Othman

T

ahun ini Summarecon bekerjasama dengan Dinas Pariwisata & Kebudayaan Prov. DKI Jakarta kembali membuktikan komitmen mereka dalam mendukung industri kreatif lokal dengan menggelar Jakarta Fashion & Food Festival yang ke-13. Acara yang diadakan selama sebulan penuh, dari tanggal 22 Mei – 22 April 2016, ini juga menjadi event pembuka perayaan hari ulang tahun DKI Jakarta, dengan tiga perhelatan utama yaitu Gading Nite Carnival, Fashion Festival, dan Food Festival.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Gading Nite Carnival berlangsung dengan meriah dan gegap gempita. Parade karnaval dan mobil hias kali ini diikuti oleh 400 orang penari yang mengenakan kostum festive nan penuh warna. Kreativitas para peserta semakin patut diacungi jempol dan Anda dapat melihatnya di halaman-halaman berikut ini.

Di ranah fashion, karya-karya desainer senior maupun desainer muda tampil dinamis dan sinergis. Lewat berbagai

parade show yang diadakan, terlihat bahwa apresiasi mereka terhadap kain Indonesia semakin tinggi. Juga semakin kreatif dalam menggarap warisan budaya bangsa. Di tengah rangkaian

fashion event ini JFFF juga tetap konsisten dalam memberikan penghargaan bagi para pelaku dan pendukung industri mode Indonesia lewat Fashion Icon Awards. Istimewanya lagi, acara pemberian penghargaan tersebut ditutup dengan fashion show desainer Adrian Gan, yang karyanya sangat dinantikan oleh dunia fashion Indonesia. Ini adalah yang kedua kalinya Adrian Gan menggelar karya full collection di JFFF, yang dalam kesempatan ini berkolaborasi dengan Palantaloom.

Gelaran Kampoeng Tempo Doeloe (KTD) dan Wine & Cheese Expo pun tidak kalah meriah. Tema yang diangkat kali ini untuk KTD adalah Aneka Mie Nusantara dengan dekorasi bertema Pecinan. Sementara Wine & Cheese Expo kembali menghadirkan produk wine berkualitas serta menampilkan karya para chef bertaraf internasional dalam perhelatan Wine Dinner.

Seluruh perhelatan dirangkum dalam 90 halaman ke depan dengan gambar-gambar dan laporan komprehensif yang akan menjadi sumber inspirasi Anda. Selamat menikmati!

Salam,

Redaksi

(4)

4

FOTO:

COURTESY

OF

EDDY

SOFYAN,

COURTESY

OF

RICHARD

GARTODUS,

COURTESY

OF

JFFF

2016

carnivaL

night

Tantangan untuk menciptakan acara pembukaan dramatis

lebih baik dari tahun sebelumnya dijawab JFFF

dengan Gading Nite Carnival 2016.

Oleh Verra Kusumamenggala

D i D a L a m

negeri

imPian

(5)

a

nda mungkin masih mengingat gempita perayaan Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF) di tahun 2015. Berbagai program menarik hadir di kawasan Kelapa Gading selama satu bulan penuh. Bulan April hingga Mei lalu, serangkaian acara istimewa yang selalu ditunggu ini kembali hadir di tengah masyarakat. Mulai dari peragaan busana dari desainer-desainer ternama Tanah Air, bazaar mode untuk mendukung usaha kecil dan menengah masyarakat, festival makanan, hingga ekshibisi wine dan keju dunia yang dilaksanakan pada tiga lokasi besar yakni La Piazza, Mal Kelapa Gading, dan

ballroom Harris Hotel and Conventions. Namun, parade pembukaan JFFF yang biasa disebut Gading Nite Carnival tidak dapat dipungkiri menjadi salah satu primadona dalam perhelatan akbar ini.

Setelah tahun lalu mengangkat cerita

petualangan Mat Gading mengelilingi semesta Nusantara, kali ini pesona keindahan Indonesia dalam keragaman etnis dan budayalah yang diangkat dalam pertunjukan Gading Nite Carnival. Suasana menyenangkan sekaligus damai dalam kemajemukan tradisi digambarkan dengan

penggunaan wastra atau kain tradisional sebagai pemanis kostum ratusan penari yang bergantian berlenggak-lenggok di sepanjang jalan Boulevard Raya. Tidak seperti tahun lalu, parade yang mengusung tajuk Negeri Impian ini mengetengahkan delapan jenis rangkaian tema yang menjadi impian umat manusia, yang berarti empat tema lebih banyak dari perhelatan sebelumnya. Tema-tema ini adalah

Universe, Toyland, Candyland, Esmod, Avantasia, Negeri di Awan, Jember Fashion Carnaval, dan Love and Harmony.

Pertama-tama, para penari datang melakukan gerakan senam ritmik dengan menggunakan kostum unik dan modern bertema Universe yang terinspirasi dari pakaian adat masyarakat Dayak, Kalimantan. Mereka menjadi lambang keragaman budaya serta suku di Indonesia yang membaur dalam kehidupan masyarakat modern. Ditambah lagi kehadiran sang Face Icon 2016, Ayu Faradilla, melambai anggun di atas

Foto kiri dan kanan: Salah satu penari menggunakan kostum dari Jember Fashion Carnaval; Kereta kencana dalam

tema Love and

Harmony.

Para penari dalam tema Candyland

(6)

FOTO: COURTESY OF JFFF 2016, EDDY SOFYAN, RICHARD GARTODUS Kemeriahan kostum penari Gading Nite Carnival

kereta kencana berlambang bola dunia. Mengikuti dari belakang, puluhan penari yang merepresentasikan tema Toyland. Di sini, para penari menjadi lambang kemampuan masyarakat untuk membuat mainan khas lokal yang kualitasnya sebanding dengan kreasi luar negeri. Terlihat juga para penari mengenakan kostum mirip seperti busana prajurit Keraton Yogyakarta mengiringi parade mainan ini dari belakang. Selanjutnya, berbagai macam bentuk mainan yang dimiliki hampir setiap anak-anak di seluruh penjuru dunia yakni boneka, melenggang menggambarkan akulturasi kebudayaan dalam kostum meriah berwarna-warni.

Tidak selesai di situ, budaya Indonesia juga dapat digambarkan dengan ragam kuliner lezat yang telah dikenal hingga kancah mancanegara. Berbagai jenis jajanan lokal seperti kembang gula, gulali, dan permen menjadi inspirasi utama rangkaian pawai Candyland yang dibarengi koreografi macam-macam tarian. Memasuki rangkaian selanjutnya, JFFF menyorot

kesuksesan para desainer berbakat Tanah Air yang telah mewujudkan mimpi mereka untuk membagikan budaya bangsa ke hadapan mata dunia. Parade ESMOD ini mewakili keberhasilan dunia kreatif yang kini telah meramaikan tren mode dunia. Masih merayakan keindahan mimpi, karnaval

Negeri di Awan menggambarkan suasana kehidupan di negeri atas awan yang damai dan penuh suka cita. Terlebih saat sesosok

naga berwarna emas berukuran raksasa hadir menjadi pusat tarian. Seolah menjaga keseimbangan semesta yang dilambangkan oleh para penari.

Semarak kemeriahan berlanjut dengan parade kostum yang dibawakan grup penari dari Jember Fashion Carnaval yang gaungnya telah terdengar hingga luar negeri. Aura festival yang semarak akan sentuhan tradisi begitu kental dirasakan dalam kostum apik para penari. Ditambah dengan kehadiran tema Avantasia yang menggambarkan hiburan kesenian wayang khas Jawa yang begitu populer. Wayang tidak hanya menggambarkan ciri kultur Indonesia, namun juga akulturasi budaya karena beberapa ceritanya juga dapat ditemukan pada kisah Mahabarata. Kemeriahan kemudian ditutup dengan tema Love and Harmony yang menggambarkan cinta serta keselarasan alam dalam pesona Nusantara, untuk mengantarkan perjalanan impian umat manusia ke dalam kesempurnaan. Rangkaian megah ini semakin istimewa karena ditutup dengan parade kembang api spektakuler di langit Kelapa Gading. Memikat hati para pengunjung sehingga tertarik berkontribusi dalam JFFF ke-13 ini. n

(7)

TEKS:

ARINTA

WIRASTO;

FOTO:

COURTESY

OF

JFFF;

MAKEUP

&

HAIR:

PAC

MARTHA

TILAAR

Translasi autentisitas budaya bangsa dikemas melalui

integrasi elemen kontemporer ke dalam tampilan tradisional

dengan sentuhan konvensional.

(8)

EKSPRESI

MUSIM PANAS

news

fashion

Panggung Jakarta Fashion & Food Festival 2016 pada awal Mei silam diwarnai oleh keceriaan seiring berjalannya peragaan busana dari Kidz Station Indonesia. Model-model berusia balita hingga remaja berparade mengelilingi panggung dengan pakaian kasual bernuansa playful serta dinamis lansiran sejumlah label yang ada di bawah naungan toko mainan yang telah beroperasi di Indonesia selama lebih dari satu dekade ini. AW

PLAYFUL INTERPRETATION

Semburat palet vibran mewarnai panggung presentasi The Catwalk Fashion Gallery yang mengusung

The Catwalk Colouration sebagai tema utama. Delapan desainer yang tergabung dalam peragaan busana ini berhasil mengajak audiens untuk melihat sisi lain dari pakaian tradisional yang tidak melulu tentang batik dan songket. Mereka adalah YSA, Winod, Kamea Danella, Melia Wijaya, Alfons Lee, Mahadevi, Martha Ellen, dan Hikmat. Aksen modern pun diimplementasikan pada koleksi siap pakai pria, wanita, dan

hijabwear, meski tanpa meninggalkan ciri khas kental Indonesia. AW

The CaTwalk ColouraTion

Makna kalimat “diamonds are a girl's best friend”

menjadi inspirasi utama untuk koleksi baru Adelle Jewellery yang bertajuk Rose D'Amour. Dilansir sebagai perhiasan pertama di Indonesia yang menggunakan konfigurasi glory setting, berlian pada koleksi ini mampu memberi impresi lebih besar dari ukuran aslinya. Sejumlah busana dari Hengki Kawilarang Couture mengiringi presentasi dari berlian yang mengusung fitur F color dan VVS Clarity ini. Michael Surya, General Manager Adelle Jewellery, dan Elvira Deminamira, Putri Indonesia 2014, turut hadir untuk meramaikan sesi

talkshow yang dipandu oleh Kanty Widjaja ini. AW

Shine on

FOTO : COURTESY OF JFFF 2016; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

Kasual menjadi kata kunci utama pada presentasi Sogo yang mengambil tema besar

Summer Travel. Impresi dinamis pun dicerminkan oleh rangkai tampilan berpalet meriah untuk pelanggan berusia muda, remaja, hingga dewasa. Pakaian serta aksesori bernuansa playful yang kerap digunakan untuk aktivitas musim panas turut menghiasi peragaan yang didukung oleh label-label di dalam

department store

tersebut. AW

atraksi moDe

(9)

Kembali meramaikan pergelaran JFFF 2016, Optik Seis menghadirkan 10 brand

andalannya di atas panggung runway. Mulai dari Dolce & Gabbana dan Prada hingga Bvlgari, Coach, dan Ray-Ban. Sebanyak 48 kacamata termasuk sunglasses diperagakan oleh para model di dalam balutan busana monokromatis Tities Sapoetra. Kehadiran label kacamata yang beragam, tidak hanya menunjukkan ciri khas desain dari masing-masing brand, tapi juga sebagai referensi para pencinta kacamata dan sunglasses.SM

REFERENSI BINGKAI MATA

Semarak panggung yang bertempat di Mal Kelapa Gading kali ini disponsori

oleh penampilan koleksi pakaian anak-anak dari

dua label kenamaan dunia, Barbie dan Hot Wheels. Dengan

membawa boneka cantik maupun mainan mobil-mobilan sebagai aksesori dan atribut dari

kedua label tersebut, para model berusia belia tersebut berjalan dengan

ceria, menimbulkan suara meriah dari para

penonton. AW

kidS abouT

Town

Sebagai salah satu penyedia pakaian berukuran besar di Indonesia, My Size akhirnya unjuk diri untuk pertama kalinya pada ajang Jakarta Fashion & Food Festival 2016. Koleksi ini terbagi dalam tiga tema besar yaitu Beach Resort, Maroko, dan Paris. Masing-masing merupakan proyeksi akan keindahan alam atau nuansa yang menginspirasi sejumlah busana siap pakai pria dan wanita ini. Keseluruhan tampilan pada koleksi bertajuk Travel In Style tersebut dikemas dalam potongan kasual serta nyaman, tanpa mengurangi esensi

stylish pada koleksinya. AW

ProyekSi dinamiS

Turut berpartisipasi untuk

meramaikan rangkaian acara Jakarta Fashion & Food Festival 2016 adalah label yang populer sebagai penyedia peranti makan bermaterial plastik, Tupperware. Jajaran model berparade mengenakan baju hitam untuk memberi atensi tersendiri pada jinjingan yang terdiri dari palet cerah dan terdapat pada koleksi teranyar lansiran label multinasional asal Amerika ini. AW

(10)

10 TEKS: ARDANI SESOTYASARI; FOTO: DOK. JFFF; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

news

fashion

cerita jakarta

Kesibukan kehidupan urban di ibukota negara

Indonesia rupanya tidak menghalangi para

desainer lokal untuk memperlihatkan sisi

keriangan kota ini.

j

akarta yang merupakan jantung kehidupan negara ini, tersohor sebagai meltingpot beragam budaya dan etnis yang tersebar di seluruh nusantara. Selain ciri metropolisnya, kekayaan alamnya pun menjadi inspirasi Dekranasda Provinsi DKI Jakarta untuk menyuguhkan peragaan busana bertajuk

Spring Summer Flora & Fauna of Jakarta dalam perhelatan JFFF 2016, menampilkan tujuh desainer yang masing-masing unjuk kebolehan melalui konsep desain busananya.

Pertunjukan diawali oleh koleksi kain selendang karya Jetty Prabatasari dengan merek Alda JP Design yang memamerkan keelokan flora Jakarta. Kemudian sederet rancangan Nita Seno Adji tampil memukau melalui rancangan busananya yang kental dengan taburan beragam bordiran bunga dan

kupu-kupu berwarna vibran di atas kain putih dan merah. Selain itu, masih dengan motif flora dan fauna, Nita juga

menyuguhkan pakaian namun dalam bentuk lukisan yang tercetak dengan apik. Selanjutnya beralih kepada Tri Setio

Utomo, menampilkan koleksi batiknya dengan mengangkat tema Kibasan Burung Menapak Dara, memperlihatkan

kepiawaiannya dalam mewujudkan desain batik modern menggunakan warna-warna yang berbeda dibandingkan

(11)

k

ontribusi yang dilakukan secara konsisten oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) bagi kesejahteraan m a s y a r a k a t Kabupaten Lebak kali ini membawa mereka ke panggung Jakarta Fashion & Food Festival 2016. Lewat rancangan Divi dan Wina Purnama, penonton diperlihatkan akan kekayaan budaya Lebak, lewat koleksi yang terinpirasi dari leuit atau lumbung padi khas Baduy. Salah satu kearifan lokal ditranslasikan menjadi motif batik Lebak yang diimplementasikan pada koleksi tersebut dan dirintis dalam dua warna, yaitu biru dan hitam.

Motif batik tersebut kemudian diaplikasikan juga pada palet warna lain yang terdapat pada masing-masing tampilan, seperti cokelat, merah, kuning, dan putih. Hj. Iti Octavia Jayabaya, selaku Bupati Lebak, berharap kehadiran batik Lebak di kancah nasional dapat memperkaya khazanah perbatikan di Indonesia. Ia juga berharap bahwa koleksi ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kehadiran UKM (Usaha Kecil dan Menengah), terutama dalam menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN. Meskipun inkorporasi elemen modern kerap terlihat pada koleksi wanita dan pria yang terdiri dari terusan serta atasan dan bawahan dengan variasi potongan berbeda, koleksi ini tetap konsisten pada prinsip awalnya, yaitu melestarikan budaya Kabupaten Lebak. n

injeksi

kebuDayaan

TEKS:

ARINTA

WIRASTO;

FOTO:

COURTESY

OF

JFFF

2016;

MAKEUP

&

HAIR:

PAC

MARTHA

TILAAR

(12)

12

TEKS: BUNGBUNG MANGARAJA. FOTO: ANDREW; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

B

anyak stereotip yang beranggapan bahwa sebagian besar department store kurang memberi suguhan berbeda untuk setiap opsi busananya. Sebagai contoh busana kasual atau pilihan

office wear yang kerap tampil konvensional atau itu-itu saja. Menjawab anggapan tersebut, Star Department Store menampilkan koleksi terbaru dalam format berbeda-beda, tak hanya busana kasual namun juga office wear hingga gaun malam.

Dalam tajuk New In, beberapa lini busana dalam department store yang berada di Mal Kelapa Gading 1 tersebut mempresentasikan koleksi terbarunya, seperti Young Style, Le’ Rosetz, Farabona, Kent, Twang² hingga koleksi untuk si kecil, Pierre Cardin Kids. Koleksi yang ditampilkan dimulai dari format kasual yang sarat akan hasrat berlibur, baik bagi wanita maupun pria. Setelahnya, deretan busana kerja yang tak hanya terbagi menjadi kategori suit namun juga gaun mini. Yang tak kalah mencuri perhatian adalah suguhan warna-warni cerah lewat busana anak yang berhasil menampilkan spirit ceria, baik bagi puteri maupun putera Anda.

Sementara Twang², lini busana asal Korea Selatan besutan oleh duo Lily Kim dan Jung A Kim, menyuguhkan sebuah akulturasi budaya antara Negeri Ginseng dan Indonesia. Kedua desainer menggabungkan batik di setiap rancangan mereka yang hasil akhirnya memberi impresi modern tanpa menghilangkan nilai budaya yang khas dari kedua negeri. Koleksi Twang² kali ini dapat dijumpai dalam format yang lebih segar, mulai dari jumpsuit hingga gaun panjang. n

P R E S E N T A S I

T E R K INI

Format kasual, bisnis hingga

akulturasi budaya dalam

persembahan teranyar

Star Department Store.

REPORT

(13)

TEKS:

BUNGBUNG

MANGARAJA.

FOTO:

ANDREW;

MAKEUP

&

HAIR:

PAC

MARTHA

TILAAR

geLiat

Perancang muDa

Finalis Next Young Promising Designers unjuk talenta

dengan karya memukau

.

b

anyak jalan menuju Roma. Sepenggal pepatah inilah yang terkadang membuat kita tak henti mengejar mimpi. Seperti para finalis Next Young Promising Designers pada Jakarta Fashion & Food Festival kali ini. Bermula dari angan-angan sebuah perhelatan fashion, lalu persiapan yang tentu menguras tenaga dan waktu hingga akhirnya mengundang decak kagum ratusan pasang mata, sejumlah finalis berhasil bersaing ketat dan menyajikan rancangan yang kompetitif.

Seperti namanya, Next Young Promising Designers memang memilih perancang-perancang muda berbakat yang tidak hanya bertalenta namun juga tak main-main dengan label ‘promising’.

Tentu jejak profesional baik di dalam negeri maupun luas hingga internasional menjadi satu harapan besar lewat ajang bergengsi tersebut. Dan setelah penjurian yang cukup rumit dari sejumlah rancangan para finalis, terpilihlah tiga pemenang yang masing-masing memperoleh hadiah dan kesempatan tampil pada

opening fashion show di Ballroom Harris Hotel & Conventions pada JFFF kali ini. Merekalah Anny Sukmawati, Farhanah Yunus Baraba, dan Tiara Zahra Fitria yang meraih penilaian tertinggi dari juri-juri kompeten, sebut saja desainer kenamaan Chossy Latu, juga Pengurus Cita Tenun Indonesia, yakni Dhanny Dahlan dan Sandrina Satar, serta Haryo Raharjo Putro selaku Fashion Committee JFFF. n

Anny Sukmawati

Farhanah Yunus Baraba

(14)

binar

kreator

muDa

14

s

Sebanyak lima desainer muda tampil pada pergelaran bertajuk OOTD

yang digawangi oleh festival mode tahunan, Jakarta Fashion & Food Festival. Mereka adalah Ansy Savitri, JII by Gloria Agatha, Imaji Studio, LMT, dan Noki. Eksistensi kelimanya menawarkan karakter-karakter beragam berkat konsep yang kuat di balik koleksinya. Nampaknya, para desainer yang terbilang masih hijau ini paham betul bahwa tak sekadar hasil jahitan indah yang menjadi hal esensial, melainkan juga kuatnya cerita dan sumber inspirasi pada sebuah rangkaian busana.

Misalnya pada Ansy Savitri, ia mempresentasikan ragam gaun maxi, atasan dan bawahan asimetris, kulot, jaket, dan rompi yang mampu mewadahi definisi modern bercampur quirky berkat band

inspirasinya, The Smiths. Kemudian JII by Gloria Agatha mengetengahkan koleksi Zebra Cross, sebuah rangkaian warna hitam putih bergaris dengan sentuhan fuchsia. Gloria berujar, “Saya terinspirasi oleh persiapan untuk berlibur di musim gugur, namun tak rela kehilangan spirit musim panas. Saya percaya print yang tegas merupakan kunci dalam

dressing game.” Lain lagi dengan Imaji Studio, label yang didirikan oleh Shari Susilo, Lyris Alvina, dan Gina Levina ini mengangkat tradisi dengan berfokus pada desain yang terinspirasi oleh metode batik yang memakai pewarna alami tanaman khas Indonesia. Tema yang cukup provokatif datang dari LMT dengan tajuk koleksi Equalite. Narasi isu hak asasi, khususnya orientasi seksual menyeruak di atas panggung berusaha untuk menyingkirkan pengkotak-kotakkan. Dominasi katun baby terry dan aplikasi eksperimental menjadi saksi mata karyanya dengan sentuhan quotes yang ‘berteriak’. Tema Indonesia juga disajikan oleh Noki melalui koleksi Catra, label ini berusaha menunjukkan bahwa motif etnik Tanah

Air jauh dari kesan kuno dan ketinggalan zaman.n TEKS:

GUSTI ADITYA, FOTO: SAEFFIE ADJIE BADAS; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

Karakter yang apik menjadi benang

merah pada desain lima desainer

di panggung

ootD.

Ansy Savitri

show

Parade

LMT

Jll by Gloria Agatha Imaji

Studio

(15)

rona

kontemPorer

s

alah satu parade mode di panggung Jakarta Fashion & Food Festival yang patut diantisipasi adalah Trendology. Karena di bawah tajuk ini, selalu hadir para desainer fashion dengan kurasi apik. Pada tahun ini, mereka yang didaulat untuk menampilkan koleksinya adalah Lulu Lutfi Labibi, Lotuz, Tangan, Sav Lavin, Laison, dan Diniira. Kelimanya dinilai sedang menjadi sorot perhatian di industri fashion Tanah Air. Misalnya Lulu Lutfi Labibi yang mengolah kain tradisional, lurik, menjadi lebih kontemporer. Pada koleksi Renjana, sang desainer menarasikan sebuah pengalaman dalam perjalanannya berkarya. Karya yang terinspirasi dari perempuan Indonesia mandiri, disertai kerendahan hati dalam perjalanan hidupnya, pada akhirnya dipertemukan di satu titik spiritual. Anda pun akan berinteraksi dengan material batik motif kontemporer, tenun kupang, dan motif bunga yang nampak klasik.

Kemudian Lotuz mengangkat tema Luci yang dianggap mampu merefleksikan pesona era renaissance dan gotik, salah satu kota di Praha. Palet hitam, merah, hijau, biru, dan putih tampil di atas bahan sutra dan satin dengan sentuhan embellishment. Sedangkan Tangan membawa tema Sex dalam kemasan subtil, melalui 16 karya yang hadir dengan fitur unfinished hemlines, straight necklines, linen organik, dan potongan yang dapat dikenakan variatif. Sedangkan Sav Lavin mengangkat figur ubur-ubur di danau Kakaban yang menjadi sumber inspirasinya, dan juga buku karangan Thomas More berjudul Utopia. Maka tajuk Eunoia ini merepresentasikan lembutnya ubur-ubur dan laser-cut rubber ke teknik baru. Sebuah tragedi juga dibuktikan Laison bahwa ia dapat menjadi inspirasi indah. Kejadian sejarah di kota Pompeii diterjemahkan Aurelia Santoso ke format busana yang sangat urban. Tak kalah menarik, tema budaya muncul dari label Diniira, tepatnya ukiran dari Tana Toraja. Ragam motif atraktif tersebut dituangkan ke dalam teknik print dan cut-out embroidery. n

Laison

Sav Lavin

TEKS:

GUSTI

ADITYA,

FOTO:

SAEFFIE

ADJIE

BADAS;

MAKEUP

&

HAIR:

PAC

MARTHA

TILAAR

Sebuah pengembaraan imajinasi dan histori berujung

koleksi-koleksi impresif.

Tangan Lotuz Lulu Lutfi Labibi

(16)

FOTO:

ANDREW;

MAKEUP

&

HAIR:

PAC

MARTHA

TILAAR

show

Parade

a

rena fashion Tanah Air menjadi wadah bagi sejumlah perancang busana dalam melakoni hobi dan talentanya di dunia tekstil. Begitu pula bagi para penganut garis rancang

modest wear khususnya ranah hijab. Sebagai salah satu tuan rumah untuk

kontemPLasi

hijab

Tiga perancang mengusung

tema

modest wear

dengan

padanan yang lebih kini

tanpa menghilangkan unsur

kesakralan.

Oleh Bungbung Mangaraja

(17)

perhelatan fashion di Indonesia, JFFF pun membuka pintunya bagi para kreator busana muslim tersebut.

Salah satu yang menghiasi panggung JFFF 2016 adalah lini fashion Aira yang digawangi oleh desainer Nina Natadipura. Ia menghadirkan deretan busana perpaduan tunik yang mengingatkan kita akan item klasik khas masyarakat Romawi masa lampau. Seperti tema yang diangkat, yaitu Tunic Black Glamorous, Aira menggarisbawahi nuansa glamor pada tak kurang dari 15 koleksi terbarunya. Tunik yang terkesan sederhana tersebut diberi padanan lain, seperti outer panjang, celana palazzo, hingga dress sebagai manifestasi busana muslim yang lebih modern. Seluruhnya bernuansa hitam, namun Nina mengombinasi warna lain semisal fuchsia, magenta dan lembayung yang membuat koleksinya lebih hidup. Selain itu, tema glamor yang diusung pun hadir lewat pemilihan material crepe satin, chiffon, juga embroidery lace

bahkan kain Nusantara seperti batik. Berbeda dengan desain Id.Entity, di mana Andinara menghadirkan garis rancang minimalis yang menyuarakan sisi elegan dan klasik namun lekat dengan gaya berbusana kini. Sejumlah koleksi terbarunya diberi sentuhan warna bumi seperti cokelat yang menjadi prime color.

Material utama yang dipilih berwujud

cotton toyobo dan linen dengan perpaduan bahan suede serta scuba

yang memberi kesan trendi.

Sementara itu, Chintami Atmanagara mengeksplorasi keindahan bunga pada koleksi pertamanya. Meskipun terbilang baru di dunia fashion Tanah Air, ia tak main-main dalam hal rancangan dan material. Ragam busana muslim dihadirkan dengan warna-warna cerah berpadu bordir serta payet-payet dan bebatuan mengilap yang mampu mengelevasi penampilan berhijab. Mengambil tajuk The Flower of Summer, ia ingin membuktikan bahwa eksotisme musim panas belum berakhir. n

(18)

FOTO: COURTESY OF JAKARTA FASHION & FOOD FESTIVAL; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

manifestasi

taLenta

s

eperti tahun-tahun

sebelumnya, tahun ini empat sekolah fashion ternama di Jakarta kembali hadir untuk meramaikan ajang Jakarta Fashion & Food Festival 2016. Partisipasi mereka dalam salah satu festival fashion dan gaya hidup yang paling diantisipasi oleh masyarakat Jakarta ini merupakan sebuah angin segar bagi para pengamat industri mode Indonesia. Pasalnya, para desainer berusia belia ini berhasil memaparkan proyeksi mereka tentang fashion melalui sudut pandang yang berbeda dari para pendahulunya, sehingga mampu menginspirasi para pelaku fashion lainnya.

ESMOD JAKARTA

Lewat tema Indonesian Journey, ESMOD Jakarta yang telah berdiri selama lebih dari satu dekade di Indonesia menampilkan koleksi besutan para muridnya. Unsur kekayaan alam Indonesia merupakan inspirasi utama bagi lima desainer muda ini. Di samping tema besarnya, Hastariena, Suryanti Yoko, Mayang Idbariza, Monalisa Lambang, dan Siti Mahmudah (alumni yang menampilkan koleksi) juga memiliki sub tema masing-masing. Kelima tema tersebut (secara berurutan sesuai nama desainer) adalah

Summer Kiss, Mystical Enchanted, Particular Shore, Memories, serta Inflorescence. Elemen yang merepresentasikan keindahan budaya Tanah Air turut ditampilkan pada presentasi ini, di antaranya corak burung merak dan cenderawasih serta batik Jember. Elemen tersebut pun diaplikasikan pada ragam tampilan yang mengusung potongan kontemporer dan variasi material seperti

duchess, brocade, poly silk fabric, cantilly, dan bahan kulit, menghiasi koleksi dengan variasi palet warna ini.

Ajang bergengsi ini merupakan sebuah wadah yang tepat

bagi para insan muda di industri mode Indonesia untuk

(19)

LASALLE COLLEGE

Tahun ini menandai kehadiran kembali LaSalle College di ajang JFFF. Murid dari jurusan

fashion design unjuk diri menampilkan hasil karya mereka dalam pagelaran bertajuk

Bali Paradise. Terinspirasi dari kultur Bali kuno, koleksi ini merupakan penyatuan antara sejumlah unsur kebudayaan dengan elemen modern. Mereka sempat berangkat ke beberapa area di Bali untuk melakukan observasi yang meliputi kain tradisional, hingga palet warna yang sesuai untuk diaplikasikan ke dalam koleksi mereka. Hasil observasi tersebut kemudian diterjemahkan pada tampilan yang didominasi oleh palet gelap, seperti hijau dan biru, serta aplikasi motif batik pada material geringsing yang merupakan kain khas Bali. Sejumlah tampilan ini dikemas dalam terusan berpotongan panjang nan elegan yang dibesut dengan aksen tier atau layer (menumpuk). Riasan minimalis pada wajah model pun terasa tepat untuk mengiringi berjalannya presentasi.

IMELDA SPARKS FASHION ACADEMY

Dalam rangka menggali kekayaan budaya Indonesia Imelda Sparks Fashion Academy mengadakan kompetisi dalam membuat kolase fashion bagi mereka yang tertarik untuk mengembangkan kreativitas. Para partisipan kompetisi diminta untuk membuat kolase dari media tertentu dan menerapkan tema Neoteric Heritage pada kreasi mereka. Kompetisi yang dimulai dalam workshop

keliling ke berbagai tempat ini berujung pada momen grand final yang diadakan di ajang JFFF 2016. Momen grand final tersebut turut diramaikan oleh presentasi koleksi bertajuk sama, serta sebuah koleksi lain yang bertajuk

Black On Black. Seluruhnya digarap oleh murid sekolah yang bertempat di bilangan selatan Jakarta tersebut. Koleksi Neoteric Heritage terdiri dari unsur seni tradisional, seperti kain tenun asal Nusa Tenggara Timur, kuluk atau penutup kepala Aceh, serta batik parang yang diaplikasikan ke dalam sejumlah tampilan berbasis warna hitam.

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Bukan pertama kalinya Universitas Negeri Jakarta berpartisipasi pada festival yang telah diadakan untuk keberapa belas kalinya ini. Kali ini, jurusan fashion design universitas tersebut hadir untuk menampilkan koleksi bertajuk Geofashionmetric. Geofashionmetric sendiri merupakan penggabungan dari kata Geo yang berarti bumi, Fashion, serta Metric yang berarti bangun ruang. Unsur Geo pada koleksi tersebut direpresentasikan pada palet warna yang digunakan, layaknya ilmu petrology

maupun minerology. Sedangkan, unsur

(20)

20 TEKS: DANIAR CIKITA, BUNGBUNG MANGARAJA; FOTO: COURTESY OF JFFF 2016; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

muDa Dan berjaya

Penuh dengan talenta berusia muda,

inilah generasi terbaru yang akan maju

di panggung mode Indonesia.

SemangaT muda

Gejolak dunia mode Indonesia saat ini juga menciptakan kebutuhan akan deretan model baru yang penuh talenta dan profesional. Sebagai salah satu kompetisi modeling terbaik di Indonesia yang secara rutin melahirkan wajah-wajah baru yang menghias runway dan halaman majalah mode, Gading Model Search (GMS) hadir kembali di tahun 2016 dan semakin kompetitif. Didukung oleh kehadiran dewan juri yang merupakan insan-insan kompeten di dunia fashion, seperti Hari Samsidin, perwakilan dari PAC Martha Tilaar, Erica Arifianda selaku Beauty Editor dari Harper’s Bazaar Indonesia, desainer Era Soekamto, Musa Widyatmodjo sebagai fashion designer, dan Farid Dermawan sebagai representatif dari JFFF dan Summarecon sebagai penyelenggara.

Dari tiga lokasi, yaitu La Piazza Summarecon Kelapa Gading, Summarecon Mal Serpong, dan Summarecon Mal Bekasi, terjaring ratusan bakat-bakat baru, yang kemudian tampil di panggung grand final di The Forum Mal Kelapa Gading 3. Dari 20 orang finalis yang terdiri dari pria dan wanita, terpilihlah Riswanda Dipo Andaru sebagai juara pertama kategori pria dan Nur Amalina Hayati sebagai juara pertama kategori wanita, serta Rafa Mutiara Putri sebagai juara favorit.

Full oF CheerS

Bersamaan dengan Gading Model Search, spirit riang pun kembali menghiasi panggung The Forum Mal Kelapa Gading 3 di JFFF tahun ini lewat kategori Kids. Sebanyak 20 pasang finalis tampak percaya diri layaknya model profesional sore itu. Keseluruhan finalis berasal dari usia beragam, mulai dari 5 tahun hingga 10 tahun yang tampil apik dengan balutan busana bernuansa Oriental.

Terlihat wajah-wajah antusias namun tak sedikit yang tampak menyimpan rasa penasaran menunggu hasil penjurian. Tak lama setelah para model cilik bergantian menunjukkan talenta modeling

mereka, nama-nama pemenang pun resmi dinyatakan. Berawal dari juara favorit, yaitu Mitchel Surjadi hingga Adli Umar yang meraih juara pertama kategori putera dan Kadek Natalie Ingrid Stanovsky yang meraih juara pertama untuk kategori puteri.

Melalui GMS Kids ini, pihak penyelenggara menaruh harapan besar pada generasi muda mulai dari anak-anak, untuk berkompetisi secara sehat dengan talenta terbaik sebagai bekal dalam

melangkah di dunia modeling profesional di masa mendatang. n

(21)

kreasi moDe anak negeri

TEKS:

ARDANI

SESOTYASARI;

FOTO:

ADI

SETYO

Selain menjadi ajang transaksi mode, Fashion Village merupakan

sebuah presentasi kemajuan dunia tren busana Indonesia yang dapat dijadikan

panduan dalam bergaya.

peragaan busana di Fashion Festival yang tersebar di sepanjang koridor Mal Kelapa Gading 3 dan 5. Bahkan tidak ketinggalan, beragam produk aksesori kualitas terbaik produksi UKM, Dekranasda, sekolah mode seperti La Salle dan ESMOD, dan merek lokal juga turut berpartisipasi memperlihatkan kepiawaian anak bangsa dalam berkreasi.

Siapa sajakah mereka yang meramaikan agenda Fashion Village? Sebut saja Kain Negeri by Ghea Panggabean, M by Musa, Jajaka by Ivan Gunawan, Oemah Etnik, Batik Tembayat, dan Cita Tenun Indonesia. Tentu saja ditambah puluhan partisipan lainnya yang tidak kalah memukau.

Antusiasme para pengunjung terhadap produksi lokal terlihat dari keramaian di sepanjang koridor Fashion Village yang terdiri dari beragam usia. Tidak hanya terjadi transaksi jual beli, namun banyak juga yang mengagumi deretan produk dan saling bertukar cerita tentang selera terhadap keapikan karya-karya anak negeri yang patut disandingkan dengan desainer asing. Setiap tahunnya, pekan mode ini selalu menjadi pedoman para insan dalam mengikuti tren yang bergulir dalam dunia busana Tanah Air. n Ragam

booth yang menawarkan pilihan produk dalam negeri dalam ajang

JFFF 2016

D

alam rangka meramaikan pagelaran JFFF 2016, Fashion Village setiap tahunnya selalu hadir untuk menawarkan puluhan opsi mode. Untuk mendukung selebrasi keragaman tradisi Indonesia, seluruh koleksi yang dihadirkan memiliki kesatuan komitmen, yaitu menonjolkan berbagai unsur kekayaan budaya bangsa yang tertuang dalam produk mode lokal berkualitas internasional. Demi memuaskan para pengunjung, mereka dimanjakan oleh 91 booth yang berisi deretan koleksi kain Nusantara dan rancangan baru

(22)

P

eragaan Supreme Style di Jakarta Fashion & Food Festival tahun i n i m e n g h a d i r k a n empat desainer yang m e n g e k s p l o r a s i keglamoran sebagai benang merah. Bagaimana tidak, referensi gaun baik dalam format pendek, midi, sampai p o t o n g a n p a n j a n g , m e n d o m i n a s i pandangan dalam ragam figur.

Yenty Tan terinspirasi dari karakter dewi kecemerlangan hingga membangun koleksi bertema Splendor. Rupa gaun m e n g a n g k a t n u a n s a k e m e w a h a n , kemegahan, dan keanggunan yang sudah selayaknya hadir pada sosok dewi. Pengerjaan garmen melibatkan ragam teknik seperti laser cut dan bordir untuk membangun unsur dekorasi di permukaan pakaian.

Mendaulat rona hitam dan keemasan pada pakaian adalah tumpuan utama berkreasi Josephine Nyoman yang terpikat arsitektur gereja St. Peter's Basilica di Vatikan. Dengan demikian ekspresi siluet dibangun dari referensi bentuk kubah dan plafon gereja lewat aplikasi garis lengkung serta bangun segitiga yang menonjol pada gubahannya.

Menawarkan koleksi yang lebih 'teduh', Asky Febrianti untuk musim panas 2016 menampilkan sisi feminin meski berkesan tegas. Detail pada ornamentasi dibangun dari teknik bordir, aplikasi manik-manik, dan penggunaan efek gradasi warna permukaan pakaian. Koleksinya menyimpan spirit romantis dengan dominasi pastel yang lirih menjamu mata.

Konsentrasi pada opsi warna monoton, Tertia Enda lewat label Tertia menampilkan koleksi siap pakai yang menawarkan kesederhanaan. Dekorasi tak lantas menjadi raja, namun potongan juga senantiasa diperhatikan. Aksentuasi berupa teknik lipit di lingkar dada hingga potongan peplum asimetris bertakhta di lingkar pinggul. n

TEKS: ARDHANA UTAMA; FOTO : MICHAEL ANDREW; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

rePort

fashion

goresan

gLamor

Sebuah penafsiran tema glamor

dari empat desainer mode.

Asky Febrianti

Tertia Yenny Tan

(23)

P

erhelatan Jakarta Fashion & Food Festival tidaklah lengkap tanpa kehadiran Face Icon yang mewarnai agenda tahunan nan meriah ini. Kali ini, model bernama Ayu Faradilla atau yang akrab disapa Ayu Fa dinobatkan sebagai perwakilan

JFFF 2016. Perempuan kelahiran 25 tahun lalu yang berhasil mendapatkan predikat prestisius tersebut tak hanya bermodalkan prestasi di dunia modeling saja, namun juga dianggap mampu mewakili citra JFFF yang selalu konsisten mengangkat dan mempromosikan kekayaan budaya Indonesia.

Kompetisi modeling yang diselenggarakan oleh sebuah majalah remaja menjadi awal mula seorang Ayu Fa memutuskan untuk berkecimpung di dunia modeling di umur yang muda belia, yakni 16 tahun. Mengaku memiliki pribadi yang pemalu, keputusan ini dibuatnya sebagai bentuk self-challenge untuk mencoba dan menekuni sebuah hal yang benar-benar baru. Dari sanalah Ayu Fa kemudian menyadari kompetensi yang dimilikinya sebagai seorang model, seiring dengan berdatangannya tawaran-tawaran menarik untuk mewarnai peragaan busana desainer papan atas baik lokal maupun internasional, serta berpose di lembaran-lembaran mode majalah ternama. Pengalamannya ini berhasil membuatnya lebih percaya diri untuk tampil di hadapan khalayak ramai.

Terpilihnya Ayu Fa sebagai Face Icon Jakarta Fashion & Food Festival 2016 menjadi sebuah prestasi baru yang berhasil dicetaknya. Proses terpilihnya Ayu Fa sebagai Face Icon yang meliputi video interview, sesi pemotretan kampanye JFFF 2016, hingga acara Gading Nite Carnival, diakui oleh Ayu Fa sebagai salah satu pengalaman hidup yang tak terlupakan.

Prestasi dan perjuangan Ayu Fa tentunya tidak berhenti di situ saja. Model keturunan Padang dan Manado ini juga bercita-cita untuk dapat menembus dunia modeling di Eropa dan Amerika. Selain itu,

perempuan yang sangat menyukai olahraga seperti spinning class dan pilates, serta pandai bermain piano ini juga telah menyelesaikan pendidikannya di fakultas hukum dan berhasil mengantongi gelar pengacara. n

PerjaLanan

Penuh Prestasi

TEKS:

CHEKKA

RIESCA;

FOTO:

DOK.

BAZAAR;

MAKEUP

&

HAIR:

PAC

MARTHA

TILAAR

icon

face

Serangkaian prestasi di dunia modeling berhasil tercetak

setelah Ayu Faradilla menantang dirinya sendiri untuk keluar

(24)

24

FOTO:

HADI

CAHYONO;

MAKEUP

&

HAIR:

PAC

MARTHA

TILAAR

night

awarding

Berangkat dari penghargaan terhadap pada para praktisi

mode senior, sebuah pijakan untuk terus menyemangati

perkembangan industri fashion Tanah Air hadir terbentang.

Oleh Gusti Aditya

s e L e b r a s i &

aPresiasi

(25)

s

elepas parade mode desainer Tanah Air yang menyemarakkan Fashion Festival - JFFF 2016 sejak 27 April hingga 15 Mei silam, akhirnya tibalah pada puncak agenda, sebuah malam penghargaan terhadap tiga tokoh mode Indonesia dalam kategori

Fashion Industry and Support, Fashion Designer, dan Lifetime Achievement

yang digelar pada tanggal 12 Mei lalu. Para tokoh tersebut diberikan apresiasi akan jasa mereka dalam memberikan sumbangsih, menjadi sumber inspirasi, dan senantiasa berkomitmen dalam memajukan industri fashion Indonesia. Wujud apresiasi bertajuk Fashion Icon Awards ini rutin digelar di setiap penghujung acara JFFF untuk terus memicu semangat di kalangan mode Indonesia yang kali ini mencapai

Kiri - kanan:

Liliawati Rahardjo, Direktur Summarecon; MC Aditya Herpavi dan Ersa Mayori

pemberian penghargaan ke-11. Sebelum acara pemberian penghargaan, agenda penganugerahan yang dipandu oleh MC Aditya Herpavi dan Ersa Mayori ini, juga diisi pidato oleh Liliawati Rahardjo, yang merupakan Direktur Summarecon, yang kemudian dilanjutkan parade mode penutup oleh rangkaian koleksi perancang busana Adrian Gan.

Pergelaran JFFF membuktikan bahwa tak sekadar pesta kuliner dan ragam busana kreasi perancang lokal, festival ini juga tak lupa untuk terus menyemangati para aktor di industri kreatif Indonesia, khususnya di bidang fashion. Setelah melalui rangkaian diskusi dari tim yang terdiri dari para pemerhati, pelaku mode, dan jurnalis mode yang dianggap memiliki kredibilitas tinggi untuk mempertimbangkan dan menilai para tokoh untuk diberikan penghargaan, akhirnya muncullah tiga nama terpilih. Untuk kategori

(26)

FOTO:

HADI

CAHYONO;

MAKEUP

&

HAIR:

PAC

MARTHA

TILAAR

ceremony

closing

Tiga kombinasi antara periode waktu lampau,

kain warisan Nusantara, dan kemasan internasional menjadi esensi

transformasi cita rasa.

Oleh Gusti Aditya

restorasi

(27)

P

erpaduan dekade lampau dan elemen tradisional, disertai budaya oriental sukses disajikan Adrian Gan dalam glamorama yang intens. Melalui usungan era 1980-an yang disinyalir tengah menjadi tren mode secara global menapaskan rangkaian koleksi yang bertajuk Eloquence of the Eighties untuk pergelaran mode penutup panggung Jakarta Fashion & Food Festival di tahun ini. Sedangkan, elemen tradisional diwakili oleh songket dengan tenunan benang emas dan mewah. Untuk mempresentasikan pesona wastra Nusantara tersebut, Adrian Gan bekerja sama dengan label Palantaloom, yakni industri kreatif yang digawangi oleh pasangan suami istri asal Swiss, Bernhard Bart dan Erika Dubler, bersama partner Trini Tambu. Eksistensi label tersebut mengusung visi untuk mendidik penenun-penenun muda, para pengrajin di Bukittinggi hingga mampu melestarikan teknik tenun di Sumatera Barat berkat pengembangan teknik produksi yang lebih efektif dan efisien.

Pilihan pada tenun songket Sumatera Barat tentu saja bukan tanpa alasan. Sebab konservasi terhadap warisan tradisi Indonesia menjadi sebuah urgensi, apalagi semenjak awal Perang Dunia ke-2 banyak rumah tenun yang berangsur-angsur mundur akibat sulitnya menemukan bahan baku. Kini, Palantaloom mengambil peran untuk melakukan pembudidayaan

songket, tidak hanya terbatas di Sumatera Barat, tetapi juga di Indonesia, hingga mancanegara. Komitmen yang kuat tersebut, jelas diiringi oleh prinsip yang dipegang teguh, misalnya karya Palantaloom dibuat tanpa mesin modern, hanya menggunakan tangan penenun dan alat tenun tradisional. Songketnya pun ditenun dengan sutra ulat, dan dicelup dengan menggunakan natural dye, dan benang logam emas dan perak, atau pesanan spesial bisa mengaplikasikan benang emas dan perak asli.

Alhasil, koleksi Adrian Gan yang hadir dalam 15 busana cocktail dan 11 busana malam tersebut sukses menawarkan transformasi kearifan lokal ke cita rasa global. Cara yang ditempuhnya yakni dengan menggarisbawahi songket dalam nuansa internasional, yaitu Jepang. Model busana pun mengembuskan nuansa simpel dan struktural yang memang menjadi kekuatan kultur Jepang, sehingga presentasi paduan stitching, obi, origami, dan kimono neckline

berinteraksi dengan para penikmat mode di malam itu. Suguhan jukstaposisi berbagai elemen itu melangkah bersama secara harmonis dengan spirit nan edgy. Terlihat jelas kepiawaian Adrian dalam padu padan material,

yakni songket dengan taffeta, beludru

organza, dan juga ornamen-ornamen antik bernuansa perak, disertai kombinasi kain-kain tua yang biasanya digunakan sebagai penutup ranjang pengantin sebagai aksen, atau bahkan merupakan bagian dari busana itu sendiri. n

(28)

s

ebagai tradisi dari gelaran Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF) yang menganugerahi insan-insan fashion Tanah Air dengan gelar Fashion Icon, maka untuk penyelenggaraan di tahun ini terpilih tiga sosok sebagai bentuk apresiasi untuk para pegiat mode di Indonesia. Salah satunya adalah Adi Teguh Prabawa atau yang lebih dikenal dengan Didi Budiardjo. Pria kelahiran Malang dengan segudang talenta ini memang semenjak kecil sudah suka menggambar. Walaupun darah artistik itu tak mengalir langsung dari kedua orangtuanya, keduanya sangat mendukung Didi kecil sehingga naluri dan kecintaannya terhadap segala hal berbau kesenian semakin tajam.

Saat remaja, ia memutuskan untuk mendaftar ke sekolah desain Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo. Pada masa ini ia belajar menjahit. Seusai pendidikan di sana, ia melanjutkan perjalanannya mendalami fashion ke Paris, saat itu ia mengambil kursus di

Atelier Fleuri Delaporte, dan sepanjang waktunya di Paris, ia mulai terbiasa dengan karya-karya desainer besar dunia seperti Jean Paul Gaultier, Thierry Mugler, dan Claude Montana.

Sepulangnya dari musim panas di Paris, Didi Budiardjo kemudian perlahan masuk dalam fashion scene di Indonesia. Saat itu negeri ini baru memiliki segelintir nama besar dalam industri mode misalnya Prajudi Atmodirdjo, Biyan Wanaatmadja, dan Ghea Panggabean. Tahun 1990, Didi Budiardjo menggelar

show pertamanya, namun saat itu ia masih memilih nama Anonymous untuk mengatasnamakan sederet karyanya ini. Baru tujuh tahun kemudian, ia melansir koleksi debutnya dengan label namanya sendiri, Didi Budiardjo. Di antara rentang kariernya sebagai fashion

desainer, ia sempat menjabat sebagai creative director

untuk rumah mode Prajudi (hingga tahun 2006). Semuanya berawal ketika dirinya sempat membuat koleksi tribute untuk figur panutannya yang sekaligus salah satu desainer mode kebanggaan Indonesia, Prajudi Atmodirdjo.

Garis rancangan Didi Budiardjo terkenal edgy

dan merujuk pada futuristis, namun seiring dengan pengembangan keahliannya, ia mulai memperlihatkan sisi romantis dalam setiap garis desainnya. Bahkan ia mendapat julukan King of Romantic. Didi Budiardjo juga sangat eksploratif terhadap kekayaan wastra

negeri ini. Corak dan motif dari kain tradisional hampir pasti terlihat setiap kali ia menggelar show tunggal. Begitu juga dengan partisipasinya di gelaran JFFF, setelah menggelar show puncak tahun lalu, kali ini ia tergabung dalam peragaan busana kolektif dengan tema Kain Negeri Indonesia Barat bersama Hian Tjen, Priyo Oktaviano, Chossy Latu, Ghea Panggabean, dan Itang Yunasz. Dedikasinya demi kemajuan mode negeri ini serta konsistensi dirinya untuk terus mengekspos kekayaan budaya Indonesia akhirnya mengantarkan Didi Budiardjo sebagaimana sosoknya sekarang. Untuk itulah, penghargaan Fashion Icon Award ini terasa layak diberikan bagi dirinya sebagai bentuk apresiasi para penikmat mode, khususnya kita yang selalu mengagumi karyanya. n

art at heart

28 TEKS: ANINDYA HARAHAP; FOTO: DOK. BAZAAR

Determinasi seorang Didi Budiardjo demi mode Indonesia.

Rosalis R. Ardenan, Direktur Hubungan Antar Lembaga Luar Negeri BEKRAF RI dan Didi Budiardjo

(29)

mewarnai halaman-halaman majalah mode maupun kampanye iklan, serta pasar yang seolah selalu haus akan fashion.

Kemahiran Firman Ichsan dalam menangkap momen dan angle terbaik, meski dengan berbekal kamera analog dan belum dipersenjatai dengan teknik digital imaging, menjadikan namanya kian melambung di masa itu. Ia pun kemudian dikenal sebagai salah satu fotografer mode terbaik yang dimiliki oleh Indonesia. Saat ini Firman Ichsan juga dikenal sebagai kurator sekaligus penyelenggara pameran seni maupun fotografi, juri lomba fotografi maupun modelling, pelukis, serta akademisi di bidang kesenian. Firman Ichsan terus berdedikasi pada kemajuan dunia seni Indonesia pada umumnya.

Prestasinya dalam dunia fotografi serta kontribusinya yang besar pada industri mode Indonesia membawanya pada penghargaan Fashion Icon Awards di gelaran Jakarta Fashion & Food Festival 2016. Trofi dalam kategori Fashion Industry & Support ini diberikan pada Firman Ichsan sebagai bentuk apresiasi, sekaligus mengingatkan pada generasi muda akan sosok fotografer senior yang prominen, yang turut berperan dalam perkembangan dunia fashion Tanah Air. n

e

ksistensi industri fashion Tanah Air tidaklah lengkap tanpa kehadiran para fotografer mode yang mengabadikan hasil karya pelakon dan penggerak industri mode itu sendiri. Mulai dari para desainer yang telah melahirkan berbagai rancangan yang indah, kepiawaian penata rias menyulap tampilan seseorang menjadi lebih elok dan rupawan, hingga pesona keanggunan para model dalam membawakan karya-karya anak bangsa. Dan tersebutlah nama Firman Ichsan sebagai salah satu fotografer yang berjasa dalam perkembangan dunia fashion Indonesia.

Firman Ichsan mengawali kariernya di dunia fotografi sebagai fotografer jurnalistik pada akhir era ‘70-an, setelah menempuh pendidikan di Belanda. Ketertarikannya akan fashion photography pun bermula pada era ‘90-an, ketika ia menyadari bahwa ruang lingkup gaya hidup kaum perempuan merupakan hal yang menarik untuk ditelusuri dan dinarasikan melalui lembaran-lembaran foto. Di masa itu pula, industri mode Indonesia tengah berkembang secara nyata seiring dengan munculnya berbagai desainer dengan karya-karyanya yang distingtif, model-model lokal yang

TEKS: CHEKKA RIESCA; FOTO: DOK. BAZAAR

Catur Laswanto, Kepala Dinas Pariwisata & Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan Firman Ichsan

biDikan moDe

Dunia fotografi fashion Indonesia memang telah berkembang pesat,

namun industri ini tak boleh melupakan nama besar Firman Ichsan sebagai

(30)

serupa, bedanya kali ini penghargaan itu ditujukan untuk dirinya. Kategori Lifetime Achievement ini memang diberikan untuk mereka yang telah mendedikasikan hidupnya untuk keberlangsungan mode di Tanah Air, dan Rima Melati yang mengawali kariernya sebagai model untuk baju-baju karya sang ibu telah memantapkan dirinya sebagai deretan tokoh mode tersebut. Walaupun beberapa dekade ke belakang Rima Melati lebih dikenal sebagai pemain film (bahkan profesinya ini telah menghasilkan enam piala Citra), ia kerap kembali melenggang di atas runway. Seperti saat ia berjalan untuk peragaan busana memperingati 36 tahun Ramli (Alm.) berkarya pada tahun 2011. Saat itu, Rima Melati yang merintis karier modelling bersamaan dengan Titi Qadarsih, meramaikan fashion show dengan beberapa model senior lainnya seperti Dhanny Dahlan, Henidar Amroe, Enny Soekamto, dan lain-lain.

Dalam acara penganugerahan Fashion Icon Awards, Rima mengungkapkan bahwa dedikasinya terhadap pergerakan mode di Indonesia tak pernah lepas dari peran sang ibu. Ia juga menuturkan sebuah harapan besar untuk industri fashion di Tanah Air berkat keberagaman kain yang dapat diolah tanpa ada habisnya. Wanita kelahiran tahun 1939 ini lalu menunjukkan rasa hormatnya kepada para perancang busana Indonesia yang telah mengoptimalkan kain-kain warisan negeri. Seperti batik atau tenun yang menurutnya merupakan sebuah nilai plus bagi fashion khas Indonesia yang tak kalah dengan busana karya perancang internasional. n

g

e n e r a s i muda saat ini mungkin l e b i h m e n g e n a l d i r i n y a sebagai seorang aktris senior. Padahal wanita bernama asli Marjolien Tambayong yang lahir di Tondano, Sulawesi Utara mengawali kariernya sebagai model saat masih belia. Kala itu usianya masih 17 tahun saat sang ibu mengizinkannya ‘jalan’ untuk pertama kalinya. Hal inilah yang makin mendekatkannya dengan dunia mode di Indonesia, walaupun pengaruh itu sebagian besar berasal dari sang ibu, Non Kawilarang (Adriana Paula Kawilarang) yang merupakan salah satu pelopor industri

fashion di negeri ini.

Tiga tahun silam Rima Melati naik ke panggung yang sama. Kala itu di ajang Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF) 2013 ia mewakili sang ibu yang mendapat penghargaan Fashion Icon Awards untuk kategori Lifetime Achievement atas kontribusinya untuk dunia mode Indonesia. Bagaimana tidak, setelah mengemban pendidikan mode di Rotterdam, Belanda, sang ibu kembali ke Tanah Air untuk membagi ilmunya. Beberapa perancang busana kebanggaan negeri turut menjadi ‘muridnya’ seperti Ramli (Alm.), Poppy Dharsono, dan Iwan Tirta. Bukan itu saja, beliau juga mendirikan International Modelling Agency, sebuah agensi model pertama di Indonesia yang menitikberatkan tak hanya tentang seluk beluk menjadi seorang peragawati dan peragawan namun juga nilai estetika berpakaian dalam konteks mode.

Pada ajang JFFF 2016 ini Rima Melati kembali naik ke panggung itu untuk menerima penghargaan

arti sebuah DeDikasi

30 TEKS: ANINDYA HARAHAP; FOTO: DOK. BAZAAR

icon awarDs

fashion

Bagai sebuah napak tilas perjalanan hidup sang ibu, Rima Melati dianugerahi

penghargaan Lifetime Achievement sebagai salah satu ikon mode Tanah Air.

Soegianto Nagaria,

(31)

FOTO

:

MICHAEL

ANDREW

Reportase

lengkap dari

presentasi

panggung mode

pekan Jakarta

Fashion &

Food Festival

2016 yang

dikemas secara

ringkas oleh tim

harper’s bazaar

indonesia.

moDis

struktur

Keseluruhan busana, Adrian Gan

Anting, Rinaldy A.Yunardi

Fotografi oleh Hendra Kusuma

Editor Fashion: Gusti Aditya

Model: Ayu Fa (Wynn Models)

Makeup:Priscilla Rasjid

menggunakan PAC Martha Tilaar

Hair:Prastita Pontjo

(32)

32

FOTO

:

MICHAEL

ANDREW;

MAKEUP

&

HAIR:

PAC

MARTHA

TILAAR

e

ksplorasi kain Nusantara menjadi tumpuan Yogie Pratama ketika berkreasi untuk Jakarta Fashion & Food Festival tahun ini. Melalui kerjasama dengan Dekranasda Kabupaten Lebak, ia mengangkat kain suku Baduy lewat koleksi bertajuk Indigo. Sesuai dengan tema, rona biru terpilih untuk kain tenun dan menghadirkan nuansa tersendiri

pada perhelatan tersebut. Hadir kesan tegas namun elegan dan teduh dalam rangkaian baju gubahannya.

Mayoritas koleksi Yogie merupakan deretan gaun malam dengan kesan kandungan elemen asimetris. Ketika berbicara mengenai siluet, kreasi Yogie mengemukakan tampilan modern. Sejumlah pakaian dengan siluet

H-Line, semi-mermaid, dan bell & long sleeve membungkus tubuh model lewat ilusi

body conscious. Baik dalam potongan mini maupun maksi, lautan biru dalam sejumlah gradasi konsisten silih berganti.

Di antara dominasi kain tenun tradisional, hadir pula aplikasi material berbeda. Sehingga visual terkadang dibangun dari pembauran bahan yang ikut meningkatkan keindahan tenun Baduy sebagai daya tarik utama. Semisal, dengan hadirnya material brokat, sifon, dan renda yang ditempatkan pada posisi bahu

irama

inDigo

Berikut formula

Yogie Pratama untuk

mempersiapkan wanita

Indonesia bercita rasa global.

Oleh Ardhana Utama

(33)

maupun daerah sekitar paha. Selain bentuk gaun feminin, nuansa tailored dengan material tenun yang sama hadir lewat setelan blazer ditemani celana panjang berpotongan pipa. Yogie berusaha menonjolkan kesan boxy

pada ruas bahu untuk menggambarkan karakter wanita masa kini yang tinggal di kota besar. Dengan demikian, pantas untuk menyatakan bahwa tenun mampu diaplikasikan untuk

gaya hidup masa kini.

(34)

FOTO:

HANAFI;

MAKEUP

&

HAIR:

PAC

MARTHA

TILAAR

P

otret kontras tampak dari gerbang merak yang berlokasi di Jaipur, India. B a n g u n a n n y a sangat kokoh bersama elemen pahat yang sangat mendetail membentuk simbol burung merak. Sosok hewan yang terlihat agung, namun sesaat juga dapat dikatakan beraura anggun. Simbol tersebut lantas

menginspirasi Albert Yanuar untuk mengadopsi keunikannya ke dalam koleksi bertajuk Peacock Palace.

Malam itu pun terasa layaknya sebuah perayaan dedikasi Albert Yanuar di arena mode Tanah Air selama sepuluh tahun terakhir, lewat perjumpaan lima lini fashion pribadinya dalam satu panggung nan megah. Lini-lini tersebut adalah Albert Yanuar Couture, Algarry by Albert Yanuar, Albert Yanuar Men, serta dua label barunya, Albert Yanuar Kids dan Albert

Esensi peacock gate India berhasil diolah Albert Yanuar untuk

menelurkan desain motif yang berkarakter eksotis.

Oleh Erica Arifianda

(35)

Yanuar Bags yang sukses menyajikan koleksi secara komplet.

Lewat rancangan terbarunya, Albert ingin mempertegas napas ketimuran lewat pencampuran budaya yang berbeda. Sejumlah ciri khas budaya timur berpadu menjadi satu rancangan seperti basis motif India, potongan Oriental, namun tetap berakar pada pola tenun serta batik Indonesia. Berbicara tentang warna, sajian palet cerah pun tak luput dari pandangan mata, antara lain cokelat, kuning, semburat

fuchsia, biru, sampai hijau.

Soal siluet, desainer lulusan ESMOD ini tak lepas dari ciri khas sederhana namun mampu mengelevasi lekuk tubuh wanita dan memberi ilusi untuk menutupi kekurangannya. Sebagai contoh, Albert merancang busana pesta seperti bodycon dress, tube dress

berpotongan A-line, off-shoulder dress, hingga gaun asimetris. Sedangkan pada lini siap pakainya, ia menawarkan outfit nyaman

berkonsep feminin serupa rok pensil, kemeja kasual, plaited midi dress, dan rok maxi.

Efek lembut semakin terasa dari pemilihan kain peachskin dan sifon yang dipadukan secara berlapis dengan

tulle, organdi, dan duchesse. Ada juga penekanan pada desain permukaan yang diaplikasikan lewat sentuhan digital

printing dan bordir.

Serupa pada lini Albert Yanuar Men, rancangan busana yang dibuat juga sederhana dan tidak berlebihan. Ornamen

peacock masih terasa namun hanya menyimbul pada area tertentu, begitupun pemilihan warna yang tidak jauh dari palet netral. Dan sebagai pemanis koleksi, lini baru Albert Yanuar Bags unjuk gigi dalam wujud aksesori tas feminin berjenis clutch

(36)

FOTO:

ADI

SETYO;

MAKEUP

&

HAIR:

PAC

MARTHA

TILAAR

irama sang Dewi

Pesona keanggunan wanita menjadi inspirasi

Hengki Kawilarang dalam mengolah busana

malam rancangannya.

Oleh Veronica Arviana

s

ebanyak 61 gaun panjang dengan siluet yang menyanjung lekuk tubuh perempuan, dihadirkan di atas panggung drama milik Hengki Kawilarang untuk parade mode JFFF 2016. Bertajuk utama

Dewi, koleksinya dikemas dalam nuansa elegan dan mewah. Adapun pemilihan kata dewi

merujuk kepada sosok wanita yang kerap disanjung posisi dan keberadaannya dalam strata sosial seperti dewi Yunani, Mesir, dan Persia.

(37)

Elemen Timur Tengah diaplikasikan dalam detail dramatis berupa aplikasi bordiran timbul. Sedangkan penggunaan warna emas dan perak merupakan simbol masa kejayaan, dan berkombinasi dengan palet lembut seperti merah muda, jingga, hijau, dan abu-abu, demi memperkuat karakter feminin. Hengki Kawilarang dengan sengaja mengawinkan unsur barat dengan unsur kebudayaan yang menjadi ciri khas desainnya yaitu kebaya. Sebagai hasil akhir, ragam potongan bustier

dikemas dalam siluet A-line maupun siluet

ball nan megah, dengan aksentuasi trail

(38)

38

FOTO:

ADI

SETYO;

MAKEUP

&

HAIR:

PAC

MARTHA

TILAAR

s

etiap tahunnya, Handy H a r t o n o s e c a r a konsisten menghadirkan olahan kain Nusantara dengan karakter muda dan modis. Dengan ciri khas utama menggunakan teknik tie-dye, kali ini teknik pencelupan kain

shibori Jepang turut berkontribusi terhadap koleksinya. Dengan koleksi

berjudul Dream, Handy Hartono membawakan barisan busana kasual untuk pria maupun wanita yang terbagi dalam beberapa sekuens utama.

Kemeja yang dipasangkan bersama celana jodpur dan jaket bomber, mini dress lurus bergaya sixties, hingga

dress maksi dan outerwear longgar, yang diperuntukkan bagi esensi gaya musim tropis. Sebagai pelengkap, Handy Hartono menghadirkan aksesori tas jinjing berukuran sedang, tas selempang, dan koper tarik, dengan lapisan material senada. Sedangkan untuk pria, material jersey atau kemeja batik dan denim hadir mendominasi hampir sebagian besar tampilan yang dibawakan.

Adapun tema Dream merupakan

Lini siap pakai berbasis

etnik rancangan

Handy Hartono.

Oleh Veronica Arviana

berPaDu

(39)

impian sang desainer yang kemudian dituangkan dalam rupa motif dan pola, di atas kain katun atau batik bercorak garis, kotak, dan bunga sebagai dasarnya. Kemudian digabungkan bersama material denim dan tenun NTT bernuansa biru gelap. Salah satu ciri khas utama lininya yaitu penggunaan warna biru yang dihasilkan dari pewarna alam atau indigo. Bagi Handy Hartono, warna biru memiliki karakter yang unisex

(40)

40

FOTO:

ANDREW;

MAKEUP

&

HAIR:

PAC

MARTHA

TILAAR

hikayat

Layang-Layang

Keindahan motif tradisional ditransformasi

oleh Ivan Gunawan ke dalam format modern yang

fun

.

(41)

t

idak lepas dari ingatan saat pertama kali Ivan Gunawan melansir lini busananya dalam label Jajaka. Penuh warna dan imajinasi grafik lewat tumpukan pola

Referensi

Dokumen terkait