• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Kartu Kredit Orang Lain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Kartu Kredit Orang Lain"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

A. Pengertian, Sejarah dan Perkembangan Kartu Kredit

1. Pengertian Kartu Kredit

Secara umum, pengertian kartu kredit adalah suatu kartu yang umumnya dibuat dari bahan plastik, dengan dibubuhkan identitas dari pemegang dan penerbitnya, yang memberikan hak terhadap siapa kartu kredit diisukan untuk menandatangani tanda pelunasan pembayaran harga dari jasa atau barang yang dibeli di tempat-tempat tertentu, seperti toko, hotel, restoran, penjualan tiket pengangkutan dan lain-lain. Selanjutnya membebankan kewajiban kepada pihak penerbit kartu kredit untuk melunasi harga barang atau jasa tersebut ketika ditagih oleh pihak penjual barang atau jasa. Kemudian kepada pihak penerbitnya diberikan hak untuk menagih kembali pelunasan harga tersebut dari pihak pemegang kartu kredit plus biaya-biaya lainnya, seperti bunga, biaya tahunan, uang pangkal, denda dan sebagainya.41

Kartu kredit yang lebih dikenal dengan credit card umumnya dibuat dari sebuah kartu plastik yang ukurannya sama dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP), atau Kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Kartu ini diterbitkan oleh suatu badan usaha (umumnya bank) untuk dipergunakan oleh pemegangnya (card

41

(2)

holder) sebagai alat pembayaran pengganti uang tunai kepada toko-toko, usaha-usaha lainnya yang ditunjuk (bisa dengan kerja sama) oleh penerbit kartu kredit.

Penerbitan kartu kredit merupakan pemberian fasilitas kredit oleh suatu bank penerbit kepada pemegang kartu tanpa melalui prosedur yang berbelit, dan tidak berdasarkan akta autentik, namun cukup dengan akta dibawah tangan, serta tidak mutlak harus ada jaminan dari pemegang kartu.

Namun demikian, penerbit kartu kredit tidak akan sembarangan memberikan kartu kredit ini kepada seseorang, melainkan hanya diberikan kepada seseorang yang memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya adalah bonafide pemegang kartu kredit sangat diperlukan agar pemakaian kartu tidak melampaui jumlah jaminan (deposit) yang ada pada bank penerbit.42

Dalam perkembangan penggunaan kartu plastik ini, sekilas dibahas oleh Dury (et.al) bahwa Edward Bellamy, seorang pengacara Amerika yang beralih profesi menjadi wartawan, menulis sebuah buku pada tahun 1887 dan diterbitkan setahun kemudian dengan judul Looking Backward yang menjadi salah satu buku terlaris pada masanya. Dalam buku tersebut Bellamy mengambil lokasi di Boston, Amerika Serikat untuk tahun 2000. Dalam percakapan disebutkan bahwa pada tahun 2000, yaitu seratus tiga belas tahun setelah penulisan buku dimaksud, uang sebagai alat pembayaran saat itu akan tergeser oleh kartu kredit, dimana pemegangnya dapat memenuhi seluruh kebutuhannya dengan menggunakan kartu dimaksud. Prediksi dari Bellamy membuktikan kebenarannya dan dimulai pada

42

(3)

tahun 1950 atau sekitar 63 tahun kemudian terdapat suatu kejadian di kota New York, dimana seorang wiraswastawan terkenal mengundang mitra bisnisnya untuk bersantap bersama dalam melakukan negosiasi bisnis. Setelah selesai dan akan melakukan pembayaran, wiraswastawan tersebut terkejut karena dompetnya tertinggal. Dengan perasaan malu ia memberikan kartu identitas kepada restoran yang bersangkutan sebagai jaminan untuk dapat ditagih di kantornya keesokan harinya. Kejadian tidak terduga dalam kasus di restoran yang kemudian dikenal dengan nama Frank Mc Namara, mengilhaminya untuk menciptakan mekanisme pembayaran dengan menggunakan kartu. Metode pembayaran tersebut dinilai lebih praktis dibandingkan dengan menggunakan uang tunai. Kartu plastik pertama yang dikeluarkan olehnya adalah Dinners Club.43

Keberhasilannya diikuti oleh berbagai industri penerbit lainnya, terutama dalam dekade tahun 1970-an dengan berbagai merek yang sangat populer, diantaranya Visacard yang dikeluarkan oleh Visa International dan Mastercard oleh Mastercard International.

Penggunaan kartu kredit di Indonesia mulai marak setelah deregulasi perbankan dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988, dimana bisnis kartu kredit digolongkan sebagai kelompok usaha jasa pembiayaan. Penerbit kartu kredit internasional yang mengembangkan jaringan di Indonesia, Visacard International dan Mastercard International bekerjasama dengan bank-bank nasional dalam

43

(4)

merebut pangsa pasar. Perkembangan yang pesat diikuti pula oleh penerbit lainnya, yaitu Amexcard, BCA Card, Procard, dan beberapa kartu lainnya yang diterbitkan oleh bank-bank.

2. Sejarah dan Perkembangan Kartu Kredit

Sejarah memang tidak mungkin kita lupakan. Maka apabila kita melihat sejenak kilas balik dalam sejarah, bentuk transaksi yang paling tua adalah bentuk tukar menukar atau barter. Model transaksi barter ini sudah ada sejak zaman dahulu. Karena model transaksi inilah yang paling simpel untuk dilakukan. Tanpa perlu suatu alat bayar apapun. Kemudian ketika manusia mengenal alat bayar dalam bentuk uang, maka mulailah berkembanng transaksi jual beli.

Akan tetapi, ternyata uang sebagai alat bayar pun tidak cukup aman bagi pemegangnya. Hal ini dikarenakan baik karena tidak praktis, ataupun karena sering terjadi perampokan atau kehilangan tanpa tersedia upaya pengamanan yang berarti. Maka kemudian berkembanglah bentuk-bentuk alat bayar lain. Misalnya penggunaan cek. Tetapi bentuk alat bayar cek tersebut juga ternyata tidak cukup comfortable bagi pemegang maupun penerimanya.

(5)

Untuk pembayaran yang bukan tingkat menengah, memang penggunaan kartu kredit masih belum populer. Karena, untuk transaksi kecil orang cenderung menggunakan uang cash, sementara untuk transaksi yang besar pilihannya jatuh pada alat bayar cek ataupun surat-surat berharga lainnya.44

Setelah Perang Dunia II, perdagangan antar pulau berkembang sangat pesat, terutama di negara-negara Eropa dan Amerika. Sejalan dengan perkembangan perdagangan, dunia perbankan juga mengalami perkembangan karena bank merupakan sarana yang utama dalam menyediakan fasilitas modal. Untuk dapat memperlancar arus perdagangan tersebut, maka dipergunakan pula bentuk lain selain uang tunai sebagai alat pembayaran yaitu cek, karena dirasa lebih aman dan praktis.

Sejalan dengan pesatnya perkembangan penggunaan cek sebagai alat pembayaran, timbul pula bermacam-macam manipulasi cek termasuk banyaknya cek kosong. Karena kekhawatiran di kalangan pedagang-pedagang di Amerika Serikat dan Eropa serta adanya keengganan untuk mempergunakan uang tunai dan cek, maka muncul gagasan dari kalangan pengusaha bank untuk menciptakan suatu alat pembayaran yang dirasa lebih praktis yaitu kartu kredit.

Pembayaran dengan menggunakan kartu kredit mulai dikenal pada awal tahun 1920-an di Amerika Serikat dimana pada saat itu kartu kredit hanya dapat dipergunakan untuk berbelanja di toko yang menerbitkan kartu kredit tersebut.45

44

Munir Fuady, Hukum tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal. 216.

45

(6)

Di USA, kartu kredit pertama sekali dipergunakan dalam dekade 1920-an, yang diberikan oleh Department-department Store besar kepada para pelanggannya. Tujuannya, untuk mengidentifikasi pelanggannya yang ingin berbelanja tetapi dengan pembayaran bulanan. Karena itu, kartu kredit seperti ini berbentuk kartu pembayaran lunas (charge card), yang dibayar bulanan setelah ditagih, dan tanpa kewajiban membayar bunga. Jadi para pihaknya hanya dua pihak saja, yaitu pihak pertama toko sebagai penerbit, sedangkan pihak kedua adalah pelanggan sebagai pemegang kartu kredit.46

Kemudian, di USA diawal dasawarsa 1950-an, Dinner’s Club mulai memperkenalkan kartu kredit tiga pihak yang mempunyai hubungan hukum segitiga antara penerbit, pemegang kartu kredit dan penjual barang/jasa, yang dibeli dengan memakai kartu kredit (tersebut).

Setelah Dinner’s Club, lembaga-lembaga lain yang menerbitkan kartu kredit adalah American Express Company dalam tahun 1958 dan Hilton Credit Corporation dalam tahun 1959.

Selanjutnya, di akhir dasawarsa 1950-an itu juga, Bank of America

menjadi pionir dengan memperkenalkan kartu kredit “antar bank”, yang kemudian

berkembang menjadi apa yang sekarang dikenal dengan kartu kredit “VISA”.

Demikian juga yang dilakukan oleh Chase Manhattan Bank. Dan, dalam tahun 1951, The First National Bank Long Island telah juga mengeluarkan kartu kreditnya. Demikian juga Barclays Bank di Inggris telah memperkenalkan kartu

46

(7)

kredit di tahun 1966. Dalam hal kartu kredit seperti VISA tersebut misalnya, bukan hanya dipergunakan oleh satu bank saja, tetapi dipergunakan secara keroyokan oleh beberapa bank dengan sistem franchise. Fungsi bank-bank tersebut dapat berupa (1) penerbit kartu kredit, atau dapat juga berupa (2) bank perantara bayar (Collection Bank) yakni yang bertugas untuk menerima slip penjualan dari penjual barang / jasa, dan membayarnya kepada penjual tersebut, dan meneruskan slip penjualan tersebut kepada bank penerbit untuk mendapat pembayaran kembali. Dan (3) dapat juga suatu bank bertindak sekaligus sebagai bank penerbit dan bank perantara bayar.47

Dari benua Amerika, kartu kredit berkembang pula sampai ke Inggris dan benua Eropa lain, yaitu yang dikeluarkan oleh Euro Cheque dan oleh Chargex. Di Eropa pun pasaran-pasaran kartu kredit cukup menonjol disamping alat pembayaran lain seperti cek. Dari benua Eropa dan Amerika, kartu kredit terus berkembang terus ke Asia terutama di Jepang yaitu dengan dikeluarkannya kartu kredit oleh Bank Sumitomo.

Di Indonesia tidak ketinggalan pula. Meskipun sudah sejak tahun 1964 Hotel Indonesia menerima pembayaran dengan kartu kredit, tetapi baru pada tahun 1970-an transaksi dengan menggunakan kartu kredit sebagai alat pembayaran mulai kelihatan menonjol. Kartu kredit yang pertama kali muncul di Indonesia adalah kartu kredit yang diterbitkan oleh American Exprees dan Dinners Club. Sedangkan bank nasional pertama yang menerbitkan kartu kredit adalah Bank BCA, namun kartu ini hanya dapat digunakan oleh nasabah BCA

47

(8)

saja (bersifat internal). Bank nasional yang pertama kali menerbitkan kartu kredit bekerja sama dengan Internasional adalah Bank Duta.48

Kejahatan merupakan perbuatan antisosial, tidak hanya terdapat pada masyarakat yang sedang berkembang, tetapi ada juga dalam masyarakat yang sudah maju (dengan peralatan teknologi yang lebih canggih). Kejahatan tidak hanya di dunia nyata (real) tetapi ada juga di dunia maya (virtual) dengan bentuk yang berbeda dengan wajah kejahatan yang konvensional karena telah diperhalus sedemikian rupa. Keberadaan suatu kejahatan identik dengan keberadaan manusia itu sendiri, meskipun ada kemungkinan bentuk atau tipe kejahatan dari tiap-tiap masyarakat berbeda.49

Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia saat ini sudah memasuki banyak bidang dan aspek kehidupan. Salah satu contohnya adalah dalam bidang perdagangan dimana sekarang dapat dilakukan bukan hanya secara langsung tetapi melalui media internet/komputer atau yang lebih sering disebut sebagai E-Commerce. Berbelanja lewat internet akan menggunakan kartu kredit dalam

melakukan transaksi pembayaran, dengan kata lain fungsi kartu kredit dewasa ini sangat penting dan banyak memberikan kemudahan bagi pemakainya. Semakin berkembangnya Teknologi Informasi dan E-Commerce tersebut juga melahirkan kejahatan - kejahatan baru di masyarakat, salah satu diantaranya adalah : penyalahgunaan kartu kredit (Credit Card Fraud).

48

http://www.pakarkartukredit.creditcard-revolution.com/sejarah-kartu-kredit/ 49

(9)

Kartu kredit adalah kartu yang dikeluarkan bank yang meminjami nasabah sejumlah uang dana tanpa harus memiliki dana atau tabungan di bank tersebut.50

Nasabah akan dikenakan iuran tahunan yang besarnya ditetapkan bank. Berbeda dengan charge card, dana yang bisa nasabah pergunakan baik untuk menarik uang tunai maupun berbelanja terbatas pada plafon pagu kredit (jumlah maksimal kredit yang diberikan) yang disetujui. Kelebihan kartu kredit ini, nasabah tidak harus membayar penuh jumlah tagihan ketika jatuh tempo. Nasabah boleh menyicil dengan jumlah minimal tertentu. Sisanya, termasuk bunga, ditagih kepada nasabah bulan berikutnya.

B. Prosedur Penerbitan dan Mekanisme Penggunaan Kartu Kredit

Kartu kredit sekarang sudah amat populer dan dikenal oleh masyarakat banyak, karena begitu banyaknya badan usaha yang melakukan pembiayaan untuk membeli barang dan jasa dengan menggunakan kartu kredit.

Kartu kredit yang lebih dikenal dengan Credit Card umumnya dibuat dari sebuah kartu plastik yang ukurannya sama dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) kartu ini diterbitkan oleh suatu badan usaha (umumnya bank) untuk dipergunakan oleh pemegangnya (card holder) sebagai alat pembayaran pengganti uang tunai kepada toko-toko,

50

(10)

usaha-usaha lainnya yang ditunjuk (bisa dengan kerja sama) oleh penerbit kartu kredit. 51

Perkataan “kredit” telah lazim digunakan pada praktik perbankan

dalam pemberian berbagai fasilitas yang berkaitan dengan pinjaman. Kata yang sama dijumpai pula dalam penerbitan kartu yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan, baik Bank atau Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB),

secara mandiri ataupun bekerjasama. Pengertian “kredit” dalam penggunaan

yang semakin meluas perlu untuk ditelusuri, sejauhmana relevansi penggunaannya dalam praktik bisnis umumnya dan perbankan khususnya.

Kata “kredit” berasal dari bahasa Romawi “credere” yang berarti

percaya atau “credo” atau “credium” yang berarti saya percaya.

Black’s Law Dictionary memberi pengertian bahwa kredit adalah :

“The ability of a businessman to borrow money, or obtain goods on

time, in consequence of the favourable opinion held by the particular lender, as to his solvency and reliability.” 52

Artinya :

“Kemampuan seorang pelaku usaha untuk meminjamkan uang, atau

memperoleh barang-barang secara tepat waktu, sebagai akibat dari argumentasi yang tepat dari pemberi pinjaman, seperti halnya

keandalan dan kemampuan membayarnya.”

51

Zaeni Asyhadie, S.H., M. Hum., Hukum Bisnis, Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008, hal. 125

52

(11)

Kredit terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut : 53

1. Kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari pihak Bank atas prestasi yang diberikannya kepada debitur yang akan dilunasinya sesuai jangka waktu yang diperjanjikan;

2. Waktu, yaitu adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan pelunasannya dan jangka waktu tersebut sebelumya terlebih dahulu telah disepakati bersama antara pihak Bank dan debitur; 3. Prestasi, yaitu adanya objek tertentu berupa prestasi dan kontra

prestasi pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pembelian kredit antara Bank dengan debitur berupa uang dan bunga atau imbalan;

4. Risiko, yaitu adanya risiko yang mungkin terjadi selama jangka waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya wan prestasi dari debitur, maka diadakan pengikatan jaminan atau agunan.

Empat hal dari unsur-unsur kredit, yaitu Kepercayaan, Waktu, Prestasi, dan Risiko, keseluruhannya merupakan hal yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Pemberian kredit tidak dapat dilakukan tanpa adanya kepercayaan. Dengan kepercayaan yang diberikan oleh pihak Bank, dijanjikan periode waktu tertentu yang disepakati bersama untuk penggunaan atau pelunasannya. Sebagai objek dari perjanjian kredit Bank, adanya prestasi yang secara timbal-balik

(12)

diberikan oleh masing-masing pihak, dimana Bank memberikan fasilitas kredit yang penarikannya disesuaikan dengan kebutuhan debitur dan sebaliknya debitur harus membayar berupa bunga atau imbalan. Dan terakhir bahwa, pemberian kredit tidak luput dari unsur risiko, dapat terjadi karena kondisi atau kebijaksanaan pemerintah berpengaruh terhadap aktifitas debitur ataupun debitur nakal alias tidak beritikad baik untuk memberikan kontra prestasi dengan membayar bunga atau imbalan.

H. Hadiwidjaja menyebutkan unsur-unsur kredit itu dalam 6 pokok bahasan yang penting, yaitu 54 :

1. Adanya orang/badan yang memiliki uang, barang atau jasa, dan bersedia untuk meminjamkannya kepada pihak lain. Orang ini disebut Kreditur;

2. Adanya orang/badan sebagai pihak yang memerlukan/meminjam uang, barang atau jasa. Orang ini disebut Debitur;

3. Adanya kepercayaan kreditur terhadap debitur;

4. Adanya janji dan kesanggupan membayar dari debitur kepada kreditur. Hal inilah yang nantinya akan dituangkan didalam perjanjian secara tertulis;

5. Adanya perbedaan waktu, yaitu perbedaan antara saat penyerahan uang, barang atau jasa, oleh kreditur dengan saat pembayaran kembali oleh debitur; dan,

54

(13)

Adanya resiko, sebagai akibat dari adanya perbedaan waktu, karena terbayang jelas ketidakpastian untuk masa yang akan datang. Maksudnya adalah kedua belah pihak tidak bisa menebak apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang sehingga berpengaruh terhadap isi kesepakatan.

Kartu kredit adalah suatu kartu yang memberikan hak kepada pemegangnya atas penunjukan dari kartu itu dan dengan menandatangani formulir rekening pada suatu perusahaan, dapat memperoleh barang atau jasa tanpa perlu membayar secara langsung.55

Timbulnya Kartu Kredit / Credit Card sebagai alat pembayaran jenis baru, adalah merupakan salah satu usaha perkembangan dari potensi, inisiatif dan daya kreasi di bidang alat-alat pembayaran yang ada di dalam masyarakat. Di Indonesia pengunaan Kartu Kredit mulai diperkenalkan tahun 1980-an oleh bank-bank tertentu di Amerika (Contoh : Bank of America). Perkembangan penggunaan Kartu Kredit boleh dikatakan sangat pesat. Perkembangan tersebut sebenarnya didorong oleh berbagai faktor yang berkenaan dengan penggunaan kemudahan, kepraktisan dan citra dari pemegang kartu.56

Sebagai salah satu alat/sarana pembayaran, Kartu Kredit relatif mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu dibandingkan dengan alat pembayaran

55

Dr. Hj. Endang Purwaningsih, S.H.,M.Hum., Hukum Bisnis, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hal. 16

56

(14)

tunai. Nilai lebih pengunaan Kartu Kredit dapat diperoleh untuk dua pihak sekaligus, yaitu :57

A. Keuntungan bagi para pemegang Kartu Kredit :

a. Membeli barang atau jasa dalam jumlah yang besar tanpa menggunakan uang tunai atau cek.

b. Menikmati fasilitas kredit dengan batas tertentu.

c. Berbagai ragam pembelian dengan jangka waktu 1 (satu) bulan baru dilunasi.

B. Keuntungan bagi para penerima Kartu Kredit

a. Kredit dapat diberikan tanpa kemungkinan risiko macet, mengingat bank sebagai penjaminnya.

b. Lebih aman daripada membawa uang tunai dalam jumlah yang besar.

c. Orang biasanya lebih senang berbelanja dengan mempergunakan Kartu Kredit.

Penggunaan kartu kredit untuk melakukan transaksi perdagangan jelas lebih efisien dan efektif jika dibandingkan dengan transaksi tunai secara konvensional. Pembayaran secara tunai mengandung beberapa kelemahan yang disebut ketidakefisienan, yaitu mengandung tindakan kriminal (perampokan) dan banyak kekurangan lainnya. Setiap bank menerbitkan kartu kredit yang

57

(15)

mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, namun secara umum, kelebihan kartu kredit dibandingkan dengan pembayaran tunai adalah : 58

a. Keamanan.

Membawa uang tunai, terutama dalam jumlah besar jelas tidak aman. Selain resiko hilang dan berat, sering kita saksikan perampokan justru terjadi pada mereka yang membawa uang tunai dalam jumlah besar. Kartu kredit juga bisa hilang, tetapi karena adanya fasilitas photocard dan digital signature dalam kartu kredit, jelas kartu kredit tersebut tidak bisa digunakan oleh orang yang menemukannya. Jadi, uang yang nasabah miliki tetap aman.

b. Efisien

Cukup dengan sehelai kartu plastik seukuran kartu telepon, nasabah sudah bisa memiliki dana hingga puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Dapat kita bandingkan dengan uang tunai ratusan juta rupiah yang mesti dibawa dalam kopor atau tas yang tentu akan sanggat merepotkan. Bagi nasabah yang tidak memiliki nilai tabungan sebesar itu juga memungkinkan karena dana kartu kredit merupakan dana siap pakai yang dipinjamkan bank.

58

(16)

c. Mendapatkan Bunga Bank

Maksud mendapatkan bunga disini adalah bunga yang nasabah terima, karena pada saat transaksi nasabah tidak menggunakan uang tunai sehingga uang tersebut masih tersimpan dalam tabungan nasabah di bank lain. Mulai dari hari transaksi hingga tanggal jatuh tempo nasabah memiliki waktu tenggang sekitar satu bulan. Berarti, uang yang disimpan di bank telah mendapatkan bunga. Untuk lebih jelasnya, kita lihat contoh sederhana berikut ini :

(17)

d. Asuransi Perlindungan Pembelian

Dengan contoh yang sama, misalnya pada saat Budi membeli TV secara tunai tanpa sengaja TV tersebut tersenggol jatuh dan pecah, maka Budi akan kehilangan TV dan uangnya. Tetapi jika ia menggunkan kartu kredit, TV tersebut dapat diganti karena adanya purchase protection yang diberikan card issue. Besarnya ditentukan oleh bank yang menerbitkan kartu kredit tersebut.

e. Asuransi Kecelakaan, Ketidaknyamanan Dan Fasilitas Ruang Tunggu

Untuk mereka yang sering bepergian dengan pesawat terbang, kartu kredit memiliki manfaat tersendiri. Setiap membeli tiket pesawat terbang dengan menggunakan kartu kredit, mereka otomatis mendapatkan asuransi perjalanan yang nilainya bisa mencapai Rp 3 miliar. Begitu juga terhadap beberapa pelayanan, jika terjadi penundaan keberangkatan akibat keterlambatan pesawat, penumpang akan memperoleh asuransi kerugian yang disebut dengan asuransi kenyamanan.

f. Reward Program

(18)

g. Terhindar Dari Resiko Uang Palsu

Kelebihan kartu kredit ini dapat dimanfaatkan oleh pemilik toko atau merchant. Dengan menerima pembayaran dengan kartu kredit, pemilik toko terhindar dari masalah uang palsu yang selalu mengancam. Selain itu, menghindarkan pemilik menerima uang yang rusak, jelek bahkan lusuh.

h. Diterima di Seluruh Dunia

Kartu kredit dapat diterima di seluruh dunia, berbeda dengan uang tunai yang harus ditukarkan dengan mata uang setempat agar bisa ditransaksikan. Kartu kredit diterima oleh lebih dari 15 juta tempat usaha di seluruh dunia.

(19)

1. APLIKASI PERMOHONAN KARTU KREDIT

Persyaratan dalam mengajukan permohonan kartu kredit harus mengisi dan menandatangani aplikasi kartu kredit sesuai yang dimohonkan oleh aplikan. Permohonan mengajukan penerbitan kartu kredit umumnya relatif sama.

Sistem kerja dalam mengajukan permohonan hingga disetujuinya penerbitan kartu kredit, dapat dijelaskan sebagai berikut : 59

a. Nasabah mengajukan permohonan sebagai pemegang kartu dengan memenuhi persyaratan yang tercantum dalam aplikasi atau formulir permohonan, memuat :

1) Data pribadi

Dicantumkan nama pribadi secara lengkap sesuai dengan identitas pemohon (KTP, paspor), nomor KTP, kewarganegaraan, tanggal lahir, alamat lengkap dari pemohon dan status kepemilikannya serta pendidikan terakhir dari pemohon.

2) Data pekerjaan

Yang dimaksud dengan pekerjaan, dapat wiraswasta atau pegawai swasta/kalangan profesional tertentu. Disebutkan nama perusahaannya, bidang usaha, lamanya berusaha, jabatan dan departemen, lamanya bekerja, alamat kantor, kota, dan jumlah karyawan. Dokumen-dokumen yang perlu dilengkapi bagi wiraswasta adalah seluruh data perusahaan yang mendukung beserta perijinannya, sedangkan bagi pegawai swasta / kalangan

59

(20)

profesional dapat berupa surat keterangan tentang penghasilan dari lembaga yang bersangkutan bertugas.

3) Data penghasilan dan referensi Bank

Penghasilan pemohon dihitung besarnya pertahun dari penghasilan pokok dan penghasilan tambahan. Aktivitas pemohon dalam menatabukukan penghasilan yang diperolehnya pada lembaga keuangan Bank dan bukan Bank disertai dengan dokumen-dokumen rekening koran, tabungan, deposito atau pendukung lainnya.

4) Data lainnya

Merupakan data pendukung sesuai dengan masing-masing pemohon. Misalnya pemohon telah berkeluarga, akan dimintakan keterangan tentang suami / istri, perusahaan atau pekerjaannya, dilengkapi dengan domisili lembaga dimaksud. Selain itu data lainnya berupa rekening bagi pendebetan transaksi.

5) Data kartu tambahan

Diisi bagi pemohon yang melengkapi dengan kartu tambahan. Untuk kartu tambahan dimintakan dokumen-dokumen pribadi yang dipersyaratkan.

6) Pernyataan pemohon

(21)

terhadap penolakan aplikasi penerbitan kartu kredit dan kesediaan untuk terikat dalam persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam perjanjian penerbitan kartu kredit. Pernyataan dari salah satu Bank penerbit, berbunyi :

“Semua informasi dalam formulir ini adalah lengkap dan benar.

Dengan menanda-tangani formulir ini saya / kami memberi kuasa kepada Bank untuk memeriksa semua kebenaran data adanya dengan cara bagaimanapun dan menghubungi sumber manapun yang layak menurut Bank. Saya/kami mengerti bahwa Bank berhak menolak permohonan ini tanpa harus memberikan alasan apapun pada saya/kami dan semua dokumen yang telah diserahkan tidak akan dikembalikan. Bila kartu saya/kami disetujui akan terikat oleh syarat-syarat dan ketentuan dari perjanjian pemegang kartu yang akan dikirim bersama dengan kartunya”.

b. Bank menganalisis permohonan dari nasabah berdasarkan data yang diterima. Analisis yang dilakukan oleh Bank penerbit seperti halnya permohonan yang diajukan bagi fasilitas kredit pada umumnya. Bank harus bersikap hati-hati dengan prinsip-prinsip penilaian kredit yang benar sesuai prosedur perkreditan.

c. Permohonan yang dinilai “layak” akan ditindak-lanjuti oleh pihak Bank

dengan menerbitkan “kartu kredit” atas nama pemohon beserta kartu

(22)

C. Modus Operandi Penyalahgunaan Kartu Kredit 60

1. Modus Operandi Fraud Application (Menggunakan kartu asli yang diperoleh dengan aplikasi / data palsu)

Pelaku memalsu biodata antara lain : KTP (alamat), pasport, rekening koran, surat keterangan penghasilan dan referensi lalu melamar kepada Penerbit untuk mendapatkan kartu kredit. Setelah berhasil diterima sebagai Pemegang kartu kredit, selanjutnya melakukan transaksi berkali-kali yang nilainya makin lama makin besar dan tiba-tiba melarikan diri atau menghilang tanpa memenuhi kewajibannya sebagai Pemegang kartu yaitu membayar pemakaian kartu kreditnya.

2. Modus Operandi Non Received Card (Menggunakan kartu asli yang tidak diterima oleh pemegang kartu sesungguhnya)

Modus ini terjadi karena peluang yang berkaitan dengan pengiriman kartu kredit, dimana kartu kredit yang dikirim oleh Penerbit tidak sampai pada Pemegang dan digunakan oleh orang yang tidak berhak. Dalam prakteknya Pelaku membubuhkan tandatangan di kolom tanda -tangan (signature panel) yang masih kosong dan melakukan transaksi di toko-toko dengan menandatangani sales draft dan bertindak seolah-olah sebagai Pemegang kartu yang salah.

60

(23)

Dalam pengiriman kartu kredit, semua Penerbit di Indonesia menggunakan kurir atau pihak ke tiga untuk mengirimkan kartu kreditnya. Di luar negeri, Amerika Serikat contohnya, pengiriman kartu dilakukan melalui Pos sehingga untuk menangani pencurian benda-benda pos dibentuk Polisi Khusus yaitu US Postal Service. Karena menyangkut pihak ketiga inilah, maka sering terjadi penyalahgunaan seperti hilang di jalan, diberikan pada orang yang tidak berhak atau salah pengiriman sehingga akhirnya digunakan oleh orang-orang yang mengerti cara menggunakan kartu kredit tersebut. Modus ini memungkinkan tidak melibatkan sama sekali orang dalam pihak Bank/Penerbit karena setelah kartu dicetak dan siap untuk dikirim maka beralihlah tanggung jawab kepada pihak kurir, kecuali untuk kasus di Amerika Serikat dimana pengirimannya dilakukan oleh Pos maka kerugian akan ditanggung oleh Penerbit.

3. Modus Operandi Lost/Stolen Card (Menggunakan kartu asli hasil curian / temuan)

(24)

tersebut telah diblokir sehingga bila diotorisasikan akan keluar perintah Pick up lost atau pick up stolen dimana pelaku harus ditahan.

4. Modus Operandi Altered Card (Menggunakan kartu asli yang diubah datanya)

Pelaku menggunakan kartu asli hasil curian atau penggelapan (lost/stolen/non received card) kemudian kartu tersebut reliefnya dipanasi lalu diratakan. Setelah rata kemudian relief tersebut dicetak ulang embossed) dengan data baru, sedangkan magnetic stripe diisi data baru (re-encoded), data tersebut didapat dari Point of Compromise (POC) antara lain oknum Pedagang, oknum bank, teman/orang-orang dekat di lingkungan Pemegang kartu yang sah. Setelah kartu itu jadi kemudian pelaku melakukan transaksi ke Pedagang dan biasanya jumlah transaksi besar serta kemungkinan oknum Pedagang terlibat.

5. Modus Operansi Totally Counterfeit (Menggunakan kartu kredit yang seluruhnya palsu)

(25)

Modus operandi ini dapat berhasil dilakukan karena kartu kredit palsu tersebut mutunya baik dan sangat sulit dibedakan dengan kartu kredit asli atau adanya kerjasama Pedagang kartu dengan oknum Pedagang.

6. Modus Operandi White Plastic Card (Menggunakan kartu kredit polos yang menggunakan data asli / valid)

Modusnya yaitu nomor-nomor yang tercetak timbul pada kartu kredit dicatat lalu dicetak pada kartu plastik polos seukuran kartu kredit asli, tanpa logo dan tanda-tanda visual lainnya, selain itu magnetic stripe di balik kartu ini diisi dengan data Pemegang kartu dengan cara encoding. Data pemegang kartu yang sah didapat dari Point of Compromise. Transaksi dengan menggunakan kartu ini bisa terjadi akibat kerjasama sepenuhnya dengan oknum Pedagang karena seharusnya kartu polos tersebut tidak dapat digunakan untuk bertransaksi dan selanjutnya sales draft-nya ditagihkan kepada Pengelola.

7. Modus Operandi Record of Charge Pumping atau Multiple Imprint (Penggandaan Sales Draft)

(26)

tangan Pemegang kartu yang sah baru setelah itu ditagihkan kepada Pengelola seolah-olah hasil transaksi yang sebenarnya.

8. Modus Operandi Alteref Amount (Mengubah / menambah nilai nominal pada sales draft)

Modus ini bisa terjadi dimana oknum Pedagang mengganti nilai nominal yang tercantum pada sales draft dari kartu yang digunakan dalam transaksi di tokonya. Misalnya transaksi yang terjadi sebesar Rp. 100.000 diubah menjadi Rp. 1.000.000 dan selanjutnya sales draft yang telah diubah ini ditagihkan kepada Pengelola.

9. Modus Operandi Mail Order / Telephone Order (Memesan barang melalui surat / telepon)

Pelaku melakukan pemesanan suatu barang melalui surat atau telepon dengan memberikan data kartu kredit Pemegang. Modus ini dapat terjadi karena pelaku mengetahui data Pemegang kartu (nama dan nomornya) kemudian pelaku bertindak seolah-olah Pemegang kartu tersebut memesan beberapa barang pada Pedagang yang melayani transaksi melalui telepon / surat termasuk pengiriman barangnya ke tempat pembeli / pemesan.

(27)

melarikan diri. Biasanya tempat penerimaan barang atau pesanan adalah alamat palsu.

10.Modus Operandi Mengubah atau Merusak Program EDC

Modus ini dapat terjadi karena oknum Pedagang mengubah dan merusak program alat otorisasi EDC milik Pengelola yang dititipkan dipinjamkan pada merchant. Alat ini direkayasa agar dapat dilakukan otorisasi atau dioperasikan tanpa perlu ada kartu kreditnya secara fisik.

Pelaku di sini bertindak seolah-olah ada transaksi normal yang dihadiri oleh Pemegang kartu disertai kartu kreditnya. Namun kenyataannya pelaku / oknum Pedagang melakukan sendiri dengan menggunakan kartu-kartu palsu atau langsung secara manual pada EDC dengan memasukkan data Pemegang kartu yang sah (tanpa ada kartunya) yang didapat dari POC atau sales draft kartu asli yang pernah dipergunakan. Setelah diotorisasikan maka keluarlah persetujuan yang ditandai dengan keluarnya sales draft secara otomatis yang kemudian ditandatangani sendiri dan disetorkan kepada Pengelola.

11.Modus Operandi Fictitious Merchant (Berpura-pura menjadi Pedagang)

(28)

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, studi lain yang dilakukan oleh Fatmah, menunjukkan hal yang sama yaitu selisih tinggi badan prediksi dari persamaan Chumlea I terhadap tinggi badan

ndonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) atau Insiatif Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan di Indonesia adalah suatu kebijakan yang diambil oleh Kementerian Pertanian dengan

The initial aim of the DKP system was to make it easier to obtain guarantee for timber legality for cultivation timbers from forest rights, both the logs and timbers processed

Pengolahan minyak pelumas bekas menggunakan lempung sebagai adsorben adalah salah satu cara yang dilakukan untuk mengendalikan limbah berbahaya di lingkungan, dengan

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membuktikan pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap risiko

Konsep akuntabilitas dalam pembangunan tahap II Jembatan Way Sekampung Kresnowidodo-Negara Saka Kabupaten Pesawaran dan juga merujuk pada penelitian terdahulu mengenai

untuk mengetahui Perbedaan Perilaku Sebelum dan Sesudah Penyuluhan CTPS dengan Metode Audiovisual Terhadap Siswa SDN 10 Lambung tahun 2016, penelitian ini dilakukan dengan

( soft skills ) dan manusia dengan memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak ( hard skills ) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi