• Tidak ada hasil yang ditemukan

this PDF file PENGARUH GAYA HIDUP DAN MOTIVASI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (Survei pada Konsumen Starbucksota Malang) | Wijaya | Jurnal Administrasi Bisnis 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "this PDF file PENGARUH GAYA HIDUP DAN MOTIVASI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (Survei pada Konsumen Starbucksota Malang) | Wijaya | Jurnal Administrasi Bisnis 1 PB"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 2 Februari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

75

PENGARUH GAYA HIDUP DAN MOTIVASI TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN

(Survei pada Konsumen Starbucks, Kota Malang)

D Nata Wijaya

Sunarti

Edriana Pangestuti Fakultas Ilmu Administrasi

Univеrsitas Brawijaya Malang

natawijayaub@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to explain and determine the influence of Lifestyle and Motivation Against Purchase Decision done jointly or partially and to know the dominant variable affecting consumer purchasing decisions at Starbucks. The independent variables used in this research are Activity, Interest, Opinion, Rational Motivation, Emotional Motivation. And the dependent variable is Purchase Decision Component. This research was conducted at Starbucks Kota Malang. The population is Starbucks consumer of Malang City. The sample used in this study amounted to 135 people. Based on the results of Test F in this study showed sig. F 0,000< 0,05 so it can be concluded that the Purchase Decision variable can be significantly affected by Lifestyle and Motivation variables together. Based on t Test it can be seen that Purchase Decision can be influenced significantly by lifestyle and motivation. From the overall result it can be concluded that the independent variables (Lifestyle and Motivation) have significant influence on the dependent variable (Purchase Decision) T test results also show that in the Lifestyle Variable (X1) on the Indicator Opinion in Item (X1.3.1) which is stronger than the others. While in Motivation variable (X2) on Emotional Motivation Indicator (X2.1) Item (X2.1.3) has strong influence compared to others.

Kеywords: Compеtеncе, Motivation, Pеrformancе.

АBSTRАK

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan mengetahui pengaruh Gaya Hidup dan Motivasi Terhadap Keputusan Pembelian yang dilakukan secara bersama-sama maupun parsial serta untuk mengetahui variabel yang berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian konsumen di Starbucks. Variabel bebas yang di digunakan dalam penelitian ini adalah Aktivitas, Minat, Pendapat, Motivasi Rasional, Motivasi Emosional. Dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah Komponen Keputusan Pembelian. Penelitian ini dilakukan di Starbucks Kota Malang. Populasi sampel yang digunakan adalah konsumen Starbucks Kota Malang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 135 orang. Berdasarkan hasil Uji F pada penelitian ini menunjukan sig. F 0,000<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Keputusan Pembelian dapat dipengaruhi secara signifikan oleh variabel Gaya Hidup dan Motivasi secara bersama-sama. Berdasarkan Uji t dapat diketahui bahwa Keputusan Pembelian dapat di pengaruhi secara signifikan oleh gaya hidup dan motivasi. Dari hasil keseluruhan dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (Gaya Hidup dan Motivasi) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Keputusan Pembelian) hasil Uji t juga menunjukan bahwa dalam Variabel Gaya Hidup (X1) pada Indikator Pendapat dalam Item (X1.3.1) memiliki pengaruh yang kuat di bandingakan yang lainnya. Sedangkan dalam variabel Motivasi (X2) pada Indikator Motivasi Emosional (X2.1) Item (X2.1.3) memilik pengaruh yang kuat dibandingkan yang lainnya.

(2)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 2 Februari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

76 PЕNDAHULUAN

Para pakar ekonomi memperkirakan sektor pariwisata akan menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting pada abad ke 21. Dalam perekonomian suatu negara, bila dikembangkan secara berencana dan terpadu, peran sektor pariwisata akan melebihi sektor migas (minyak bumi dan gas) serta industri lainnya. Dengan demikian sektor pariwisata akan berfungsi mempercepat proses pembangunan itu sendiri. Yoeti, (1:2008).

Perkembangan pariwisata sudah sedemikian pesat dan terjadi suatu fenomena yang sangat global dengan melibatkan jutaan manusia, baik kalangan masyarakat, industri pariwisata maupun kalangan pemerintah dengan biaya yang tidak sedikit. Masyarakat maupun kalangan industri dan pengusaha pariwisata, keduanya mau tidak mau harus bergandengan tangan dalam menciptakaan kondisi yang baik dalam perkembangan industri pariwisata secara nasional. Perkembangan industri pariwisata telah mengalami berbagai perubahan baik perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, dorongan orang untuk melakukan perjalanan, cara berpikir, maupun sifat dan perkembangan pariwisata itu sendiri R.S Darmadjati, (1995: 2).

Banyak sekali wisata yang ada di indonesia salah satunya adalah wisata kuliner. Motivasi dalam jenis wisata kuliner tidak semata-mata hanya untuk menyenangkan dan memanjakan perut dengan aneka ragam masakan khas dari daerah tujuan wisata melainkan pengalaman menarik menjadi motivasinya. Ismayanti (2010) Oleh karena itu menjadikan wisata kuliner diminati wisatawan, belum lagi banyaknya bermunculan cafe, restoran terlebih coffee shop yang makin menarik wisatawan untuk mengeksplorasi kuliner yang mencerminkan gaya hidup di suatu daerah.

Gaya hidup menggambarkan seseorang secara keseluruhan yang berinteraksi dengan lingkungannya Kotler dan Keller, (2009:175). Di era sekarang coffee shop adalah sebuah rumah nyaman tempat menikmati kopi kesukaan. coffee shop dibuat dengan kenyamanan dan didesain dengan konsep menarik yang membuat pengunjung tak hanya menikmati kopi tetapi juga melebur dalam suasana yang melingkupinya (Majalah.Ottencoffee.co.id). Gaya hidup masyarakat mengalami perubahan dalam menikmati kopi, dahulu masyarakat menikmati kopi hanya di warung atau di rumah, namun saat ini masyarakat lebih memilih menikmati kopi di suatu tempat seperti di coffee shop. Kasali (2001:91) menyatakan bahwa gaya hidup mencerminkan

bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya yang dinyatakan dalam aktivitas-aktivitas, minat dan pendapat-pendapat. Gaya hidup baru dalam hal menikmati kopi di tempat yang menarik, mengubah motivasi konsumen dalam memilih coffee shop.

Motivasi konsumen adalah keadaan di dalam diri seseorang yang mendorong keinginan untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan Setiadi (2003). Motivasi yang ada pada diri seseorang mendorong atau mengarahkan sesorang tersebut melakukan suatu keputusan seperti memilih dimana seseorang akan melakukan kegiatan untuk mencapai keinginannya atau memutuskan pergi ke coffee shop ternama untuk aktualisasi diri di media sosial. Salah satu media berita elektronik (idntimes.com) mengatakan bahwa belakangan, bermunculan anak-anak muda yang mendadak mengaku suka dengan kopi. Bahkan, di media sosial, ramai diunggah foto-foto mereka menyatroni kedai kopi. Rasa-rasanya, anak muda kini belum hits kalau belum suka kopi. Hal itu beriringan dengan kemunculan beragam media sosial berbagai gambar dan orang mulai rajin mengunggah fotonya dan kedai kopi adalah salah satu 'sasaran' spot foto terbaik.

Mereka membagikan foto bersantai di kedai kopi yang menarik. Lantas hal itu menjadi motivasi anak-anak muda buat melakukan hal yang sama, datang ke kedai kopi, foto, lalu diunggah ke media sosial. Belum lagi banyaknya aplikasi terbaru sebagai ruang ekspresi diri misalnya sejak ada Path, banyak orang update sedang ngopi di café dan hal ini membuat yang lain ikut-ikutan (idntimes.com) hal tersebut menjadikan masyarakat termotivasi untuk melakukan keputusan pembelian ke suatu coffee shop.

Keputusan pembelian adalah suatu bentuk pikiran yang nyata dari refleksi rencana pembeli untuk membeli produk atau jasa yang tersedia dalam periode waktu tertentu Schiffman dan kanuk (2008:485). Keputusan pembelian konsumen untuk membeli dapat muncul akibat dari adanya rangsangan (stimulus) yang di tawarkan oleh perusahaan. Masing-masing stimulus tersebut dirancang untuk menghasilkan keputusan pembelian dari konsumen.Keputusan pembelian konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Setiadi, (2008:415).

(3)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 2 Februari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

77 menghabiskan waktu bersama teman atau keluarga.

Tempat tersebut bisa berupa restauran, cafe/kedai kopi, tempat wisata, dan sebagainya. Kedai kopi Starbucks yang berlokasi di Mall Malang City Point, adalah salah satu contoh tempat yang berpotensi mempengaruhi gaya hidup dan motivasi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian pada produk yang tersedia di Starbucks.

Gerai Starbucks akhirnya dibuka di Kota Malang. Berlokasi di Mall Malang City Point, gerai ke 240 di Kota Malang ini sekaligus menandakan ekspansi Starbucks ke-19 kota di Indonesia. Gerai Starbucks di Malang memiliki desain unik dibandingkan gerai lainnya. Area semi outdoor membuat pelanggan dapat menikmati secangkir kopi sambil menghirup udara segar Malang. Dinding mural dengan lukisan gambar-gunung di sudut gerai menggambarkan lokasi Starbucks yang berada di dekat gunung. Community table juga tersedia bagi pelanggan yang ingin merasakan kenyamanan bekerja dan berinteraksi dengan teman atau keluarga. Menurut Anthony Cottan, selaku Direktur Starbucks mengatakan bahwan antusiasme masyarakat Kota Malang terhadap kehadiran Starbucks terlihat dari banyaknya pertanyaan akan kehadiran Starbucks sehingga sangat tepat jika Starbucks berekspansi ke Kota Malang. (Malangtimes.com) Hal tersebut dapat memicu konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.

KAJIAN PUSTAKA Gaya Hidup

Pengamatan untuk megetahui gaya hidup seseorang dapat dilakukanmelalui penelitian terhadap kondisi psikografiknya. Psikografik memiliki pandangan yang berbeda menurut beberapa peneliti. Mowen dan Minor (2003:283) menyatakan bahwa istilah ini mengandung ide yang menggambarkan faktor-faktor psikologis yang membentuk konsumen. Psikografik adalah suatu instrument untuk mengukur gaya hidup seseorang, yang memberikan pengukuran kuantitatif dan dapat dipakai untuk menganalisa data yang sangat besar. Solomon (2007:216-217) mengemukakan bahwa studi psikografik dalam beberapa bentuk seperti:

1) A lifestyle prifile looks for item that differentiate between user and nonuser of a product

2) A product-specific profile identifies a target group and then profiles these consumers on product-relevant dimension.

3) A general lifestyle segmentation places a large sample of respondents inti homogenous groups

based on similiarites of their overall preferences.

4) A product-specific segmentation tailors question to product category.

Motivasi Konsumen

Schiffman dan Kanuk (2008:72) “motivation can be described as the driving force within individuals that impels them to action”. Artinya motivasi adalah kekuatan atau tenaga pendorong dalam diri seseorang yang memaksanya untuk melakukan suatu tindakan. Motivasi adalah suatu keadaan dalam pribadi yang medorong keinginan individu untuk melakukan keinginan tertentu guna mencapai tujuan .

Motivasi konsumen adalah keadaan di dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan (Setiadi 2003). Dengan adanya motivasi pada diri seseorang akan menunjukan suatu perilaku yang diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi muncul karena kebutuhan yang dirasakan konsumen. Kebutuhan sendiri muncul karena konsumen merasa ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan. Kebutuhan yang dirasakan tersebut mendorong sesorang untuk melakukan tindakan memenuhi kebutuhan tersebut.

Berdasarkan uraian pendapat dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang membuat seseorang melakukan pekerjaan yang diinginkannya dengan rela tanpa merasa terpaksa sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik atau menghasilkan sesuatu yang memuaskan. Beberapa pakar perilaku konsumen mendefinisikan motivasi yang terjadi pada konsumen dibedakan menjadi dua yaitu motivasi rasional dan emosional.

Keputusan Pembelian

(4)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 2 Februari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

78 b) Keputusan tentang bentuk produk, konsumen

dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk dengan bentuk tertentu.

c) Keputusan tentang merek, konsumen dapat mempengaruhi keputusan tentang merek mana yang akan dibeli.

d) Keputusan tentang penjualan, konsumen harus mengambil keputusan dimana produk tersebut akan dibeli, apakah di toko khusus atau di pengecer.

e) Keputusan tentang jumlah produk, konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat.

f) Keputusan tentang waktu pembelian, perusahaan harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam menentukan waktu pembelian.

g) Keputusan tentang cara pembayaran, konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara membayar produk yang akan dibeli, apakah secara tunai atau dengan cicilan.

Hipotеsis

Gambar 1. Modеl Hipotеsis

H1: Variabel Gaya Hidup berpengaruh secara parsial terhadap Keputusan Pembelian

H2: Variabel Motivasi berpengaruh secara parsial terhadap Keputusan Pembelian.

H3: Variabel Gaya Hidup dan Motivasi berpengaruh secara simultan terhadap Keputusan Pembelian.

MЕTODEPЕNЕLITIAN

Pеnеlitian ini mеrupakan pеnеlitian pеnjеlasan (еxplanatory rеsеarch) dеngan pеndеkatan kuantitatif. Pеnеlitian dilakukan di Starbucks Mall Malang City Point Jalan Raya Dieng 31, Pisang

Candi, Sukun, Kota Malang. Didapat sampеl 135 orang rеspondеn dеngan pеngumpulan data mеnggunakan kuеsionеr yang dianalisis mеnggunakan rеgrеsi liniеr bеrganda.

HASIL DAN PЕMBAHASAN

Tabеl 1. Hasil Analisis Rеgrеsi Liniеr Bеrganda Variabel Koefisien

regresi

t

Hitung Beta Sig

keterangan terhadap

Ho Terikat Bebas

Konstanta 3,051 3,483 0,001

Y

X1 0,199 5,365 0,509 0,000 Ditolak

X2 0,177 3,329 0,316 0,001 Ditolak

R 0,790

R

square 0,624 Ajusted

R Square 0,818 F

Hitung

109,3 81 Signifikan

si 0,000

N 135

Sumbеr : Data Primеr diolah, 2017

Pengaruh variabel gaya hidup berpengaruh secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian konsumen terhadap produk starbucks

Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya pengaruh antara variabel gaya hidup terhadap variabel Keputusan Pembelian. Hasil dari analisis jalur menunjukkan bahwa variabel gaya hidup memiliki pengaruh langsung sebesar 0,199. Dengan angka probabilitas yang dinyatakan signifikan terhadap variable. nilai koefisiensi gaya hidup yang di hasilkan adalah 0,509. Dengan hasil ini menunjukan bahwa adanya pengaruh gaya hidup terhadap keputusan pembelian yang terjadi jika dipersentasekan sebesar 50,9%.

Peneliti telah menentukan beberapa indikator variable. Mengahasilkan item yang memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu pada item membeli produk starbucks karena promo yang menarik (X1.3.1) yaitu sebesar 4,11. Hal ini menunjukkan bahwa item yang terdapat pada indikator promo yang menarik merupakan item yang paling berpengaruh dibandingkan dengan item-item lain yang terdapat pada variable gaya hidup. Didalam indikator variable promo yang menarik terlihat bahwa indikator ini berpengaruh cukup besar terhadap pemenuhan gaya hidup konsumen di Starbucks yaitu 46,67% menyatakan setuju dan 34,81% mengatakan sangat setuju. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pelanggan merasa senang ketika adanya promo yang di tawarkan Starbuck Gaya

Hidup (X1)

Motivasi (X2)

Keputusan Pembelian

(Y) H1

(5)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 2 Februari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

79 hal tersebut membuat konsumen tertarik untuk

membeli produk Starbuck.

Indikator yang memiliki pengaruh tinggi tidak hanya pada indikator promo yang menarik, akan tetapi juga terdapat pada indikator lain yaitu pada indikator Melakukan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan kantor atau tugas kuliah di Starbucks (X1.1.1). indikator ini memiliki nilai rata-rata indikator sebesar 3,28, indikator mengeluarkan sejumlah uang untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan diri sendiri di Starbucks (X1.1.2) dengan nilai rata-rata indikator sebesar 3,62, indikator Senang menghabiskan waktu di luar rumah untuk berkumpul bersama teman di Starbucks (X1.1.3) dengan nilai rata-rata indikator sebesar3,30, indikator Menyalurkan hobi sebgai pecinta kopi di Starbucks (X1.1.4) dengan rata-rata indikator sebesar 3,10. Melakukan kegiatan di starbucks dapat membuat diri merasa senang (X1.1.5) dengan nilai rata-rata 3,41, Tertarik dengan banyaknya pilihan menu yang ditawarkan di starbucks (X1.2.1) dengan rata-rata indikator sebesar 3,86, indikator variable Tertarik untuk membeli produk starbucks yang sedang populer saat ini (X1.2.2) dengan nilai rata-rata 3,56, indikator Tertarik mengunjungi starbucks karena produk yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan (X1.2.3) dengan rata-rata indikator 3,51, indikator Membeli produk starbucks karena promo yang menarik (X1.3.1) dengan rata-rata indikator 4,11, indikator Starbucks berperan dalam peningkatan citra kopi nasional (kopi sumatera) (X1.3.2) dengan rata-rata indikator sebesar 3,47, dan indikator Membeli produk starbucks yang berasal dari luar negeri menimbulkan perasaan bangga pada diri konsumen (X1.3.3) dengan rata-rata indikator terendah yaitu 2,97.

Terdapat sepuluh indikator inilah yang memiliki pengaruh terbesar didalam variabel gaya hidup karena memiliki nilai rata-rata indikator diatas 3,0 sedangkan pada satu indikator lain dalam gaya hidup Membeli produk Starbucks yang berasal dari luar negeri menimbulkan perasaan bangga pada diri konsumen yaitu dengan rata-rata indikator berada dibawah 3,0.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kotler dan Amstrong (2008:170) mengenai gaya hidup yang mencerminkan sesuatu di balik kelas sosial seseorang dan bagaimana mereka menghabiskan waktu dan uangnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Soleh (2012). Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh

peneliti berbeda dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Napitupulu (2014) dimana hasil penelitian terdahulu tersebut menunjukan variabel gaya hidup tidak signifikan secara parsial terhadap keputusan pembelian yang terdapat dalam variabel penelitian terdahulu. sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis menunjukan bahwa gaya hidup berpengaruh terhadap keputusan pembelian di Starbucks. anak muda pada masa sekarang telah mengalami pergeseran budaya yang mana mereka lebih senang menghabiskan waktu untuk melakukan aktivitas di tempat yang menurut mereka dapat memberikan rasa nyaman bagi diri mereka.

Item terbesar yang di pilih responden dalam variabel gaya hidup terdapat pada item Starbucks adalah tempat yang nyaman untuk dikunjungi. Terjadi pergeseran budaya dalam meluangkan waktu khususnya menikmati kopi. Dalam menjalankan aktivitasnya, masyarakat indonesia pada zaman dahulu lebih memilih menikmati kopi pada tempat yang biasa saja seperti warung kopi yang terjangkau atau bahkan menikmati kopi di rumah, namun berbeda pada zaman sekarang dimana banyak orang yang lebih memilih menghabiskan waktu dan uangnya di tempat yang dapat membuat mereka merasa senang. Hal tersebut dapat dilihat dari indikator pendapat pada item (X1.3.1) yang mana nilai terintinggi rata-rata terdapat pada item tersebut dengan nilai 4.11 dan sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Kasali (2001:91) gaya hidup mencerminkan bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya yang dinyatakan dalam aktivitas-aktivitas, minat dan pendapat-pendapat.

Pengaruh variabel Motivasi berpengaruh secara parsial Terhadap Keputusan pembelian produk starbucks

(6)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 2 Februari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

80 bahwa Starbucks ialah tempat yang nyaman untuk

dikunjungi dan mempunyai nilai rata-rata sebesar 4,22. Keputusan pembelian akan dipengaruhi sebesar 35,3% oleh motivasi sehingga sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak disebutkan dalam penelitian ini.

Berdasarkan temuan penelitian ini, maka dapat menunjukan bahwa motivasi kualitas, potongan harga, nyaman, harga terjangkau, mudah ditemukan, gaya hidup hedonis, iklan yang menarik dan bangga ketika berada di Starbucks. dalam kategori setuju dan tidak setuju akan meningkatkan keputusan pembelian di Starbucks. Motivasi tempat yang nyaman memperoleh nilai dari nilai rata-rata indikator tertinggi. Motivasi yang mendapat nilai tertinggi kedua adalah motivasi kualitas terjamin, ketiga adalah motivasi lokasi yang mudah ditemukan, keempat adalah motivasi potongan harga yang ditawarkan, kelima adalah motivasi membeli dikarenakan iklan yang menarik, keenam adalah motivasi rasa bangga ketika membeli produk Starbucks, ketujuh adalah motivasi produk yang terjangkau, kedelapan atau yang terhair adalah motivasi untuk memenuhi gaya hidup hedonis.

Pengaruh dari motivasi tersebut sebagian besar mempengaruhi keputusan pembelian, keputusan pembelian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan teori Swastha dan Irawan (2005) yang selanjutnya diterapkan sebagai indikator penelitian. Indikator penelitian keputusan pembelian Swastha dan Irawan (2005) setiap keputusan membeli mempunyai suatu struktur sebanyak tujuh komponen, meliputi: Keputusan tentang jenis produk, Keputusan tentang bentuk produk, Keputusan tentang merek, Keputusan tentang penjualan, Keputusan tentang jumlah produk, Keputusan tentang waktu pembelian, Keputusan tentang cara pembayaran.

Salah satu indikator dalam keputusan pembelian adalah tentang merek dan memperoleh nilai rata-rata 3,99. hal ini menunjukkan bahwa pembeli yang mengunjungi Starbucks selain dikarenakan beberapa motivasi namun juga dipengaruhi bahwa Starbucks merupakan produk terkenal dan banyak orang mengunjunginya bahkan hampir seluruh belahan dunia. Pada penelitian ini dapat dilihat keterkaitan antara motivasi dan keputusan pembelian berdasarkan nilai yang diperoleh, mean indikator tertinggi dari variabel motivasi adalah motivasi kenyamanan (X2.1.3) dan dari mean indikator tertinggi dari variabel keputusan pembelian adalah tentang merek (Y1.2).

Hal ini menunjukan bahwa jawaban responden mengenai kebutuhan kenyamanan yaitu untuk bersantai bersama teman keluarga atau pasangan di Starbucks ternyata berkaitan dengan tentang merek yang terkenal dari produk ini. Tentang merek, pembeli mendapatkan kesan gaya hidup modern yang tidak ketinggalan zaman yang mana ini didapat dengan mengujungi Starbucks.

Meskipun terdapat nilai mean tertinggi, masih terdapat nilai yang terkecil diantara indikator dalam variabel motivasi dan keputusan pembelian, mean item variabel motivasi terkecil terdapat pada item Starbucksmerupakan pemenuhan gaya hidup yang hedonis (X2.2.1) sedangkan dari variabel keputusan pembelian mean item terkecil terdapat pada item tentang cara pembayaran (Y1.4). hal tersebut membuktikan bahwa perpespi pembeli ke Starbucks adalah objek tersebut memang hanya melepas penat, mencari kenyamanaan bersantai bersama teman dan keluarga. Mengenai item tentang cara pembayaran ada sebagian kecil konsumen Starbucks yang kurang setuju dengan cara pembayaran yang diterapkan. Hal ini menyebabkan kurangnya keramahan dan unsur kepecayaan kepada konsumen. Karena pada umumnya tempat makan atau minum itu setelah menikamti baru kita membayar. Namun dilihat dari nilai rata-rata item yang masih dalam kategori sangat setuju, Starbuck merupakan objek untuk bersantai dan menikmati hidangan wisata yang baik dan bisa dipertimbangkan untuk dikunjungi.

(7)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 2 Februari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

81 tempat yang nyaman untuk dikunjungi (X2.1.3)

yang mana nilai terintinggi rata-rata terdapat pada item tersebut dengan nilai 4.22

KЕSIMPULAN DAN SARAN Kеsimpulan

1. Gaya hidup

a. Hasil analisis data pada penelitian ini, dapat diketahui bahwa variabel Gaya Hidup (X1) memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel Keputusan Pembelian (Y), hal tersebut dapat dilihat dari nilai Beta yaitu sebesar 0,199, artinya bahwa Motivasi memiliki pengaruh sebesar 0,199 dalam mempengaruhi konsumen untuk melakukan keputusan pembelian ke starbuck.

b. Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh yaitu sebesar 0,509, menunjukan bahwa 50,9% variabel Keputusan Pembelian (Y1) dipengaruhi oleh variabel Gaya Hidup (X1), sementara sisanya ada sebesar 49,1% yang dipengaruhi oleh variabel lain yang mana variable itu tidak dibahas dalam penelitian ini.

2. Motivasi

a. Hasil analisis data pada penelitian ini, dapat diketahui bahwa variabel Motivasi (X2) memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel Keputusan Pembelian (Y), hal tersebut dapat dilihat dari nilai B yaitu sebesar 0,177, artinya bahwa motivasi memiliki pengaruh sebesar 0,177 dalam mempengaruhi konsumen untuk melakukan keputusan pembelian ke Starbuck. b. Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2)

yang diperoleh yaitu sebesar 0,316, menunjukan bahwa 31,6% variabel Keputusan Pembelian (Y1) dipengaruhi oleh variabel Motivasi (X1), sementara sisanya sebesar 68,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

Saran

1. Di harapkan perusahaan Starbucks dapat membuat suatu strategi yang berhubungan dengan promo yang menarik untuk dapat meningkatkan pembelian. Hal tersebut dikarenakan pada penelitian ini menunjukan bahwa item (X1.3.1) membeli produk Starbucks karena promo yang menarik, memiliki nilai rata-rata yang lebih besar di bandingkan item lainnya dari variabel Gaya Hidup.

2. Di harapkan perusahaan Starbucks dapat meningkatkan kenyamanan outlet agar pengunjung merasa lebih nyaman ketika berada di Starbucks. Hal tersebut dikarenakan pada penelitian ini menunjukan bahwa item (X2.1.3) Starbucks tempat yang nyaman untuk dikunjungi, memiliki nilai rata-rata yang lebih besar di bandingkan item lainnya dari variabel Motivasi

3. Bagi peneliti selanjutnya yang meneliti mengenai judul yang sama, diharapkan dapat lebih mengeksplor item dan faktor yang tidak disebutkan dalam penelitian ini, sehingga bisa mengetahui hal-hal lain yang menjadi faktor dalam keputusan pembelian di Starbucks. 4. Dalam penelitian ini memiliki keterbatasan

dalam bidang pariwisata. Diharapkan penelitian selanjutnya lebih menonjolkan aspek pariwisata dalam setiap pemilihan variabel yang digunakan dalam melakukan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman Oemi. 1993. Dasar-Dasar Public Relations. Bina Aksara. Bandung

Ali Hasan. 2009. Marketing. Jakarta : Media Presindo

Amirullah. 2002. Perilaku Konsumen. Malang: Graha Ilmu.

Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta

Alma, Buchari, 2004, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Cetakan Keenam, Alfabeta Bimo Walgito 1981 Pengantar Psikologi Umum, diterbitkan oleh Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta.

C. Mowen, John. Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta. Erlangga

Engel,J.F.blackwell,R.D.Miniard,P.W.1995.Cons umer Behavior.8 thedition.forth worth,Texas:The Oryden Press

Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar: Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

(8)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 2 Februari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

82 Plummer, Joseph. “Journal of marketing”, January

1974

Kasali, Rehenaldi, 2001 Membidik Pasar Indonesia : Segmentation, Targeting and Positioning, Jakarta; Gramedia Pustaka Utama

Kasali, Rhenald. (2005). Membidik Pasar Indonesia (Segmentasi, Targeting, Positioning). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Kotler dan Amstrong 2003, Dasar-dasar Pemasaran, Jilid 1, Edisi Kesembilan, Penerbit PT. Indeks Gramedia, Jakarta

Kotler, Amstrong. 2001. Prinsip-prinsip pemasaran, Edisi keduabelas, Jilid 1.Jakarta: Erlangga

Kotler, Philip dan Keller. 2008. Manajemen Pemsaran. Edisi 13. Jilid 1. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip dan Gay Amastrong. 2008. Dasar-dasar pemasaran (edisi kesembilan), Prentince Hall. Inc, PT. Indeks Kelompok Gramedia,jakarta.

Kotler, Philip, dan Gay Amastrong. 2009. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 2. Edisi ke 8. Jakarta: Penerbit Erlngga

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller 2009. Manajemen Pemasaran Diterjemahkan oleh Benyamin Molan.Jilid 2.Edisi 12. Jakarta: Indeks.

Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13. Jakarta:

Erlangga

Laudon, Kenneth C., & Jane, P. Laudon. (2010). Manajemen Information System :Managing the Digital Firm. New Jersey: Prentice-Hall Laudon, Kenneth C. & Laudon, Jane P. (2008)

Sistem Informasi Manajemen. Palgrave: Basingstoke.

McIntosh, Goelder and Rithchin. 2004. World Tourism Organizatio. Tourism Barometer. Madrid: WTO

Mangkunegara,A.Prabu.2002. Perilaku Konsumen.Bandung PT.Repika Aditama. Marpaung, Happy dan Herman Bahar. (2000).

Pengantar Pariwisata. Bandung : Penerbit Alfabeta.

Marsum, WA. 1994. Restoran dan Segala Permasalahannya. Yogyakrta: Andi

Mowen, John, C dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid Kedua.

Jakarta: Erlangga.

Nugroho J. Setiadi, SE., MM. 2008. Perilaku Konsumen :Konsep dan Impilikasi Untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta : Kencana

Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar, 2000. 46-47. Pariwisata www.goggle.com di akses 27 oktober 2017

Utama, I Gusti Bagus Rai. 2014. Pengantar Industri Pariwisata. Edisi 1. Yogyakarta: Deepublish.

Salomon, Michel R. (2007) consumer bevhaur : buying and being, sixth edition, new jersey : pearson prentice hall

Schiffman dan Kanuk. 2008. Perilaku konsumen Edisi 7. Jakarta: Indeks.

J. Setiadi, Nugroho, SE., MM., 2003, ”Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi

untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran”. Jakarta: Kencana.

Setiadi, Nugroho, 2010. Perilaku Konsumen : Perspektif Kontemporer pada

Motif, Tujuan, dan Keingina Konsumen, Kencana Prenada Media, Jakarta.

Setadi, Nugroho J. 2013. Perilaku konsumen. Edisi Revisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sinaga, Supriono. 2010. Potensi dan Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Tapanuli Tengah. Kertas Karya. Program DIII Pariwisata. UniversitasSumatera utara

Silvya dalam jurnal pengaruh gaya hidup terhadap keputusan pembelian konsumen (2009:3), Vol 6 No. 1:92-100

Spillane, James J. 1987. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya.Yogyakarta: Kanisius

Sigit, Soehardi, 2002, Pemasaran Praktis, edisi ketiga, Yogyakarta, BPFE, Yogyakarta. Swastha, Basu dan Irawan, 2005, Asas-asas

(9)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 2 Februari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

83 Silvya L Mande (2009), JurnaL, Pengaruh factor

gaya hidup terhadap keputusan Pembelian konsumen membeli sepatu di kota menado. Suwantoro, G. 1997. Dasar-dasar Pariwisata.

Penerbit Andi. Yogyakarta.

Soenarjo, Djoenasih. 1997. Opini Publik. Yogyakarta : Liberty

Plummer, Joseph. “Journal of marketing”, January 1974

Prasetijo dan Ihalauw 2005 perilaku konsumen: edisi kesatu Yogyakarta penerbit, endi offset

Witherington. 1985. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru

Wiwoho, Ardjuno. 2008. Pengetahuan Tata Hidang. Penerbit Esensi.

Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Ed. Revisi. Bandung: Angkasa.

Publikasi Ilmiah :

Soleh (2012) Pengaruh gaya hidup terhadap keputusan pemebelian” (Survei pada Mahasiswa Jurusan Administrasi Bisnis Angkatan 2010Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang yang menggunakan Smartphone BlackBerry) Rizkyananda (2013) Analisis Pengaruh

MotivasiKonsumen, Persepsi Kualitas, dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda di Kota Malang.

Saputra (2013) Analisis Pengaruh Motivasi, Persepsi, Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Daihatsu Xenia di Sidoarjo

Napitupulu (2014) Pengaruh Gaya Hidup, Motivasi, dan Persepsi Konsumen Pria Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Pada Salon Tiara di Kota Malang

Huriartanto (2015) Pengaruh motivasi dan persepsi konsumen terhadap keputusan pembelian tiket pesawat (Survei pada Konsumen Terminal Tiket Malang)

Internet :

Makan di restoran semakin ngetren (Kompas)

http://travel.kompas.com/read/2014/04/0 4/1632122/Makan.di.Restoran.Se makin.Ngetren

Starbucks Hadiri di Kota Malang

https://www.malangtimes.com/amp/baca/ 12593/20160511/173648/starbucks-hadir-di-malang

Starbucks dan indonesia

https://issuu.com/majalahelshinta/docs/m ajels_juni_2011

Malang culinary, 2017 Strabuck coffee, (online). (www.malangculinary.com, diakses pada 12 desember 2017)

Otten Magazine, 2015 Evolusi Kedai Kopi, (online). (www.majalah.ottencoffee.co.id diakses pada tanggal 14 januari 2018) Idn times, 2016 Kenapa anak muda sekarang

belum merasa gaul kalau gak minum kopi, (online). (hype.idntimes.com, diakses pada 14 januari 2018)

Gambar

Gambar 1. ModH1: Variabel Gaya Hidup berpengaruh secara parsial terhadap Keputusan Pembelian2:  Variabel Motivasi berpengaruh secara parsial terhadap Keputusan Pembelian

Referensi

Dokumen terkait

Umur sangat berpengaruh pada kualitas semen sapi pejantan muda saat penampungan, karena perubahan fisiologis yang terjadi seperti dewasa kelamin, dewasa tubuh dan

Tabel 3 menunjukkan bahwa persentase abnormalitas spermatozoa yang dianalisis menggunakan analisis ragam (anova) dengan pengencer kombinasi sari kedelai dan Tris

Lahan sawah tadah hujan di kabupaten Gunungkidul pada umumnya hanya ditanami padi sekali dalam setahun, dan pada musim berikutnya atau Musim Tanam ke-2 hanya

lapang atau di pot dengan tanah tidak steril, sangat tergantung kepada kemampuan inokulum tersebut untuk hidup dan berkembang dalam lingkungan tumbuh yang baru serta

Tunjangan Jabatan Fungsional Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata Laboratorium Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keunggulan bersaing di Desa Banjasari dapat dilihat dari 4 dimensi yaitu cakupan segmen berupa kemasan besek dan mika, cakupan vertikal

Berdasarkan penelitian Simanjorang 2012 dan Briani 2014, maka dilakukan penelitian tentang “pengaruh pemberian enzim papain kasar crude papain dan lama fermentasi terhadap

Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi. Struktur diartikan sebagai hubungan yang relatif tetap sifatnya, merupakan cara suatu organisasi