29 BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Sejarah Berdirinya Harian Suara Merdeka
Suara Merdeka lahir pada 11 Februari 1950, pendirinya adalah H. Hetami. Angkutan tradisional becak dapat dikatakan memiliki andil besar
terhadap Suara Merdeka, karena di atas becak yang berputar-putar keliling kota itulah H Hetami menemukan ide untuk mendirikan koran. Menjelang akhir tahun 1950 H Hetami sering berputar-putar kota menaiki becak. Hal itu biasanya dilakukan pada malam hari tanpa tujuan pasti. Orang tua H Hetami
adalah juragan batik dari Sala namun ia lebih memilih mendirikan koran.1 H Hetami mendirikan koran berlandaskan rasa nasionalisme karena ia merasa prihatin di Semarang sebagai pusat pemerintahan Jawa Tengah belum ada koran Indonesia yang mewakili aspirasi rakyat. Sebagai seorang nasionalis, ia mempunyai ide perlu segera ada koran Indonesia, maka lahirlah Suara Merdeka.
Awalnya, dengan modal Rp 250.000 dari orang tuanya, H Hetami mendirikan Suara Merdeka. Kantornya pun masih harus berada di emper percetakan. Percetakannya masih menumpang harian De Locomotief, yaitu koran Belanda dan percetakan itu milik Belanda, di Jl. Kepodang. Tiras awal 5.000 eksemplar dengan terbit 4 halaman/hari. Saat itu Hetami berasumsi bahwa masyarakat sangat haus berita-berita yang berbau nasional dan kemerdekaan. Maklumlah sudah 350 tahun dijajah Belanda dan baru saja bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Dari 5.000 tiras tersebut
30
hanya sedikit sekali yang kembali dan ini sangat menggembirakan. Untuk tahap awal pasar Suara Merdeka diarahkan khusus Semarang dan Sala.
Semarang sebagai basis pemasaran karena koran ini digarap dan berpusat di kota pesisir utara yang sarat dinamika masyarakat. Sala dijadikan sasaran pasar kedua setelah Semarang, karena secara historis H Hetami sebagai orang Sala asli mengetahui persis karakter masyarakat yang masih
kental dengan feodalismenya, sekaligus sebagian penduduknya suka berdagang. Perkembangan selanjutnya, pasar meluas sampai ke daerah Kudus. Tampaknya wilayah ini tertarik terhadap berita Suara Merdeka karena tipe dagangnya sangat tinggi. Ini juga sesuai dengan isi koran yang banyak memberikan tentang ekonomi, politik, kriminal dan sebagainya.
Sasaran kedua adalah masyarakat Tionghoa yang di Semarang jumlahnya cukup banyak. Karena itu, harian ini yang semula hanya punya dua wartawan, yaitu HR Wahjoedi dan Soelaiman, kemudian ditambah tenaga baru yaitu, Tjan Thwan Soen. Strategi ini untuk menghadapi harian Sin Min yang pangsa pasarnya jelas-jelas masyarakat Tionghoa. Harian ini sama-sama dicetak di Jl. Kepodang. Sejalan dengan kemajuan dan perkembangan tiras, akhirnya jumlah wartawan ditambah dan tenaga-tenaga kerja baru direkrut. Tenaga kerja tesebut diantaranya Soewarno SH, Mochtar Hidayat, Moeljono (ketiganya sudah almarhum), Hanapi dan L Pudjisrijono, Soetanto (untuk TU) dan Wagiman sebagai copy boy. Dalam akta pendirian koran ini terdapat dua nama yaitu H Hetami dan H Abdoelkadir dari Pekalongan. Operasional ditanganinya langsung, dibantu oleh beberapa orang. Jadi, H Hetami sebagai Pemimpin Umum, Pemimpin Perusahaan, sekaligus Pemimpin Redaksi.
Pada tahun 1952 Suara Merdeka mendapat bantuan Pemerintah berupa
31
Merdeka dengan 4 halaman bisa dicetak 6.000 eksemplar per jam. Sekitar tahun 1962 percetakan tidak lagi menumpang di percetakan De Locomotief, tapi pindah ke Jalan Merak 11A, yaitu Percetakan Dagang Milik Sendiri. Dengan mesin Duplex dan mesin penyusunan huruf linotype serta intertype atau lebih dikenal dengan hot metal alias timah panas. Gambar-gambar foto masih harus mempergunakan klise maupun matrija buatan luar negeri. Waktu itu mesin Duplex ini satu-satunya termodern di Jawa Tengah, sebab mesinnya mencetak sekaligus bisa memotong dan melipat. Naskah berita masih dipotong dalam beberapa bagian, untuk dibagikan kepada tukang mengeset
(setter), dengan masing-masing potong diberi nomor serta judul berita.
Dengan peralatan sedemikian sederhananya, Suara Merdeka terus merangkak maju.
Ruangan untuk redaksi sangat sederhana, hanya terdapat beberapa meja tulis, meja besar untuk koreksi dan tiga lemari. Jumlah mesin ketik sangat terbatas sehingga untuk membuat berita wartawan harus bergantian menunggu mesin ketik menganggur. Saat itu berita yang diproduksi sendiri hanya untuk berita kota dan daerah, selebihnya memanfaatkan bahan berita dari Kantor Berita Antara terutama untuk berskala nasional dari Jakarta. Untuk berita luar negeri memanfaatkan siaran radio luar negeri, sehingga harus aktif mendengarkan radio dan mencatat hal-hal penting karena belum ada alat rekam dan televisi pun belum ada. Pada awalnya Suara Merdeka terbit sore. Tahun 1970 Suara Merdeka membeli mesin cetak offset buatan Inggris bermerek Pacer 36. Saat itulah menata timah tidak diperlukan lagi. Dengan empat unit mesin baru, bisa mencetak koran 16 halaman dengan kecepatan 22.000 eksemplar per jam.
32
Bagian Langganan (Sirkulasi) lebih kurang berjumlah 10 orang. Di Bagian Redaksi pun lebih kurang 10 orang.
Pada 11 Februari 1982, kantor redaksi pindah ke Jalan Raya Kaligawe Km 5. Dioperasikan pula mesin offset baru dengan merek Goss Community yang mempunyai kecepatan lebih tinggi dan bisa mencetak berwarna. Tahun 1988, komputer mulai dikenal para wartawan dan jajaran Redaksi. Memasuki
tahun 1990-an Suara Merdeka melangkah ke era komputerisasi. awal tahun 1990, wartawan mulai bekerja dengan menggunakan disket, bukan lagi kertas. Tahun 1992, awal dilakukan lay out langsung pada layar. Kemudian pada tahun 1996, tepatnya bulan Juli, sudah berlangsung jaringan on line di jajaran
Redaksi. Sistem on line ini mempersingkat waktu kerja, juga mengurangi risiko error karena disket rusak.
Untuk mendukung kerja wartawan, perangkat teknologi pun dilengkapi. Selain itu, dibentuk pula Departemen Pracetak yang langsung mengoordinasi proses setelah naskah wartawan siap siar oleh redaktur sampai proses mesin cetak sebelum plate dipasang ke mesin cetak, tanggung jawab ada di Departemen Percetakan, kemudian setelah itu baru di bawah tanggung jawab kepala percetakan. Alat penerima dan pengirim foto pertama kali dipunyai Suara Merdeka pada tahun 1982, sejak kantor redaksi pindah ke Kaligawe. Teknologi tercanggih pada masa itu adalah peralatan yang bernama radiofoto, keluaran United Press International (UPI). Teknologi pengiriman gambar melalui sinya-sinyal udara. Untuk mengefisienkan biaya, pengiriman dari luar kota, terutama Jakarta yang frekuensi pengiriman fotonya sangat tinggi dipergunakanperangkat radio SSB (Single Side Band).
Pada tahun 1993, Suara Merdeka membeli alat pengirim foto yang
33
Pada tahun 1996, selangkah lebih maju, Suara Merdeka mempunyai peralatan
scanning foto. Dengan alat ini pengiriman dilakukan dengan data elektronik,
sehingga bisa langsung di-lay out komputer.
Saat perkembangan teknologi di dekade terakhir milenium kedua, keluarlah mesin faksimile dan dengan alat ini pengiriman berita menjadi lebih praktis. Kemudian dengan teknologi modem, pengiriman berita pun menjadi
makin praktis. Kemudian setelah berkembang teknologi internet, pengiriman berita menjadi makin cepat dan murah. Kini dari luar kota dan luar negeri, berita bisa dikirim dengan fasilitas e-mail (elektronic mail). Penggunaan internet baru bisa dilakukan mulai tahun 1998. Pada tahun ini pula, Suara
Merdeka sudah melakukan globalisasi distribusi, karena sudah mengikuti teknologi siber internet system.
34 4.2 Profil Harian Suara Merdeka
Pada usia 50 tahun Suara Merdeka, dengan label “Korannya Jawa Tengah”, Suara Merdeka telah bulat membidik segmen psikografis, yakni masyarakat Jawa Tengah. Sebagai koran orang Jawa Tengah, Suara Merdeka punya karakteristik tersendiri. Prinsip yang ditekankan yakni Suara Merdeka bisa berperan sebagai moderator dan komunikator untuk menjaga
keharmonisan antarkelompok masyarakat. Peran sebagai moderator terasa menjadi lebih penting pada era reformasi sekarang, ketika dinamika masyarakat meningkat. Suara Merdeka adalah alat komunikasi bagi satu kelompok masyarakat yang punya persamaan kebutuhan informasi dan titik
singgung di bidang budaya, sebagai basis budaya Jawa Tengah. Koran ini mengemban tugas merangsang daya pikir, nalar masyarakat, sehingga menghidupkan kekerabatan fungsional antarkelompok. Suara Merdeka selalu berusaha hadir dengan bahasa yang lugas, mudah dimengerti serta dicintai pembaca.
Moto “Independen, Objektif, Tanpa Prasangka” bukan sekedar
semboyan asal pasang, melainkan dasar idealisme pengelolaan redaksional sehari-hari. Independen: menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan kelompok. Objektif: pemberitaan tidak diwarnai oleh pamrih dan harus seimbang. Tanpa Prasangka: setiap wartawan dalam membuat berita harus bebas opini pribadi.
Suara Merdeka yang tidak bisa lepas dari nama pendirinya, H Hetami, menjadi seperti sawah bagi pengasuhnya, mulai dari tingkat pimpinan sampai tingkat paling bawah. Karena itu, suasana kerja pun selalu dipenuhi dengan iklim kekeluargaan, tanpa meninggalkan prinsip-prinsip manajemen modern.
35
makan bersama sambil diberi pengarahan hal-hal yang berkaitan dengan berita.
Pada usia ke-60 tahun, Suara Merdeka mengubah label menjadi
“Perekat Komunitas Jawa Tengah”. Label tersebut sesungguhnya merupakan 2pernyataan posisi (positioning statement). Dalam teori pemasaran
(marketing) positioning menunjukan persepsi konsumen terhadap suatu
produk. Suara Merdeka menetapkan label “Perekat Komunitas Jawa Tengah”
karena ingin dipersepsi oleh konsumen (masyarakat) sebagai perekat komunitas di masyarakat Jawa Tengah. Begitu pula dengan moto
“Independen, Objektif, Tanpa Prasangka” maka koran ini berkehendak
dipersepsikan oleh masyarakat sebagai koran yang independen, objektif dan tidak berprasangka dalam melakukan praktik-praktik jurnalisme. Oleh karena itu bagi Suara Merdeka, independensi, objektivitas dan tanpa prasangka tetap menjadi kiblat pemberitaan meskipun mustahil untuk tercapai seratus persen, dengan menggeser positioning-nya menjadi “Perekat Komunitas Jawa
Tengah”. Koran ini ingin dipersepsi sebagai kekuatan yang hidup,
berkembang dan ikut mempersatukan berbagai komunitas di wilayah Jawa Tengah, seiring dengan era otonomi daerah sejak tahun 1999. Tagline itu antara lain diwujudkan dengan model penerbitan edisi-edisi lokal Semarang Metro, Solo Metro, Suara Pantura, Suara Muria, dan Suara Kedu yang melekat pada edisi nasional atau regional Suara Merdeka.
4.3 Profil Portal Berita siber SuaraMerdeka.com
SuaraMerdeka.com adalah divisi usaha dari Suara Merdeka Group yang bergerak di bidang pemberitaan siber. ``Didirikan pada tanggal 14
September 1996 oleh H. Tommy Hetami (alm), media siber ini di dunia maya (Internet) dengan alamat website www.SuaraMerdeka.com . Pada awalnya,
36
website SuaraMerdeka.com ini hanya berisikan berita edisi cetak yang diambil dari media cetak Harian Suara Merdeka. Website SuaraMerdeka.com ini hanya berisikan berita edisi cetak yang diambil dari media cetak Harian Suara Merdeka.
Pada 11 Pebruari 2000, SuaraMerdeka.com menambahkan pemberitaannya dengan edisi News Aktual beserta kanal-kanal lainnya. News
Aktual ini dimaksudkan agar SuaraMerdeka.com tidak tertinggal dalam memberitakan sesuatu (up to date). Melihat pesatnya industri mobile, SuaraMerdeka.com menyediakan konten yang dapat diakses melalui perangkat mobile yang akan memberi kemudahan pembaca untuk
mendapatkan informasi Aktual SuaraMerdeka.com . SM Epaper di-siber-kan pada 11 Pebruari 2010. SM Epaper merupakan jawaban Suara Merdeka dalam menyikapi perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat. Anak muda sekarang lebih banyak memperoleh informasi dari media Internet. Dengan adanya SM Epaper diharapkan para pembaca dapat mengakses berita cetak Harian Suara Merdeka secara utuh lewat media siber tersebut. Seiring dengan perkembangan secara multimedia tersebut, SuaraMerdeka.com menambahkan fitur SuaraMerdeka.tv.
Setiap portal berita siber lebih terfokus pada produk utamanya, yaitu Breaking News. Breaking News mampu menambah rating pembaca portal berita media cetak. Kecepatan unggah berita sangat ditunggu oleh pembaca. Breaking news (Berita terkini) yang disajikan oleh SuaraMerdeka.com terdiri dari Nasional, Semarang Metro, Solo Metro, Suara Muria, Suara Pantura, Suara Banyumas, Suara Kedu, Ekonomi dan Bisnis, dan Internasional.
37 4.4 Regenerasi SuaraMerdeka.com
Bagan 4.1
Pemimpin Redaksi Suara Merdeka
AULIA MUHAMMAD (2002-2009) PEMIMPIN REDAKSI
ZAINAL ABIDIN (2009-2010) PEMIMPIN REDAKSI
PRIE GS (2000- 2002) PEMIMPIN REDAKSI
AULIA MUHAMMAD (2002-2009) PEMIMPIN REDAKSI
SARA ARIANA FIESTRI (2007-SEKARANG) PEMIMPIN UMUM
SETIAWAN HENDRA KELANA (2010-SEKARANG) PEMIMPIN REDAKSI
38 4.5 Lokasi Harian Suara Merdeka
Kantor Suara Merdeka Semarang bertempat di tiga lokasi, diantaranya adalah:
1) Jalan Pandanaran 30, Semarang
Terdiri dari kantor Direksi dan Manajemen, Kantor Biro Semarang, Departemen Iklan, Pemasaran, TU, Keuangan, R&D, Akutansi, PR, Suara Merdeka, CyberNews, Merdeka Suryatama, Merdeka Jati Perkasa.
2) Jalan Raya Kaligawe, Semarang
Terdiri dari Redaksi Suara Merdeka, PT. Masscomm Graphy, PT. Masscomm Media.
3) Jalan Merak 11A, Semarang
39 1.6 Desain SuaraMerdeka.com
Gambar 1
40 Gambar 2
41 Gambar 3
42 Gambar 4