• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Padi Sawah

Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman semusim yang sangat bermanfaat di Indonesia karena menjadi bahan makanan pokok. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Bila di dataran tinggi kita mengenal padi gogo, maka didataran rendah kita mengenalnya dengan padi sawah. Umumnya padi dapat dibudidayakan sampai pada ketinggian 1.200 m dpl. (Nabilussalam, 2011).

Di Indonesia dikenal lebih dari 1000 jenis padi. Jumlah yang banyak itu disebabkan adanya perkawinan silang dari beberapa jenis padi dalam rangka peningkatan hasil. Secara garis besar tanaman padi dibedakan dalam 2 jenis sebagai berikut:

1. Padi beras, yaitu tanaman padi yg dijadikanan beras. Beras dapat ditanak menjadi nasi dan sebagai makanan pokok.

2. Padi ketan, setelah dijadikan beras tidak digunakan sebagai makanan pokok, tetapi diolah menjadi bermacam-macam makanan ringan, misal jadah, jenang, tape ketan.

Menurut cara bertanamnya, padi beras dapat dibedakan atas 2 macam sebagaiberikut:

a. Padi sawah, yaitu padi yang dalam pertumbuhannya memerlukan air. Padi ini ditanam di tanah persawahan.

(2)

2.2. Tingkat Adopsi

Pengertian adopsi sering rancu dengan "adaptasi" yang berarti penyesuaian. Di dalam proses adopsi, dapat juga berlangsung proses penyesuaian, tetapi adaptasi itu sendiri lebih merupakan proses yang berlangsung secara alami untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan. Sedang adopsi, benar-benar merupakan proses penerimaan sesuatu yang "baru" (inovasi), yaitu menerima sesuatu yang "baru" yang ditawarkan dan diupayakan oleh pihak lain (penyuluh).

Tingkat adopsi dapat diartikan sebagai tingkat penerapan atau penggunaan suatu ide atau alat teknologi baru yang disampaikan lewat pesan komunikasi umumnya adalah penyuluhan. Adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap sesuatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat, menilai sampai menerapkan inovasi yang diterima (Levis, 1996).

Terdapat 5 tahapan proses penerimaan inovasi yang dilalui sebelum bersedia menerapkan inovasi yang diperkenalkan kepadanya, yaitu :

1. Sadar adalah seseorang belajar tentang ide baru. Dia hanya mempunyai pengetahuan umum mengenai ide tersebut, tidak mengetahui kualitasnya dan pemanfaatannya secara khusus akan ide yang akan diterapkannya tersebut. 2. Tertarik adalah tidak puas hanya mengetahui keberadaan ide baru itu, ingin

mendapatkan informasi yang lebih banyakdan lebih detail.

(3)

4. Mencoba, apabila seseorang sekali dia putuskan bahwa dia menyukai ide tersebut, dia akan mengadakan percobaan. Hal ini mungkin terlaksana dalam kurun waktu yang lama atau dalam skala yang terbatas.

5. Adopsi adalah tahap seseorang meyakini akan kebenaran atau keunggulan ide baru tersebut sehingga menerapkannya dan mungkin juga mendorong penerapan oleh orang lain, dan inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena:

a. Memiliki keuntungan bagi petani

b. Sesuai dengan nilai-nilai sosial atau adat di daerah setempat c. Tidak sulit dan rumit

d. Dapat di coba dalam skala kecil e. Mudah diamati (Ginting, 2002).

Lamanya waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat menerima inovasi tidaklah sama, hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pengalaman pribadi, tekanan dalam kelompoknya serta sikap dan kondisi petani pada saat inovasi terssebut diperkenalkan. Menurut para pakar sosiologi menurut kerangka waktu penerimaannya, maka penerimaan inovasi dapat digolongkan menjadi 5 macam yaitu :

1. Inovator adalah orang yang berpikir menerapkan inovasi dalam berusahataninya.

2. Penerap Dini (early adopters) adalah sejumlah petani yang mengikuti inovator. 3. Penerap mayoritas awal (early majority) adalah petani lebih cepat menerima

inovasi

(4)

5. Kelompok Penentang (laggard) adalah sekelompok petani yang tidak mau menerima inovasi/teknologi atau praktek-praktek yang baru (Suhardiyono, 1992).

Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan dan sikap mental itu sendiri. Hal ini pada umumnya karena tingkat kesejahteraan hidupnya dan keadaan lingkungan dimana mereka tinggal, dapat dikatakan masih menyedihkan sehingga menyebabkan pengetahuan dan kecakapannya tetap berada dalam tingkatan rendah dan keadaan seperti ini tentu akan menekan sikap mentalnya. Perubahan perilaku dapat dilakukan melalui penarikan minat, mudah dan dapat dipercaya, peragaan disertai dengan sarana, serta saat dan tempatnya harus tepat (Sastraadmadja, 1993).

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara keberhasilan agen pembahuruan mempengaruhi petani dalam menerima inovasi dengan kerja usaha yang akan ia lakukan dalam memperkenalkan suatu inovasi baru. Semakin rajin penyuluh menawarkan inovasi maka proses adopsinya juga akan semakin cepat (Sastria Negara, 2000).

(5)

2.3. Teknologi Budidaya Padi Sawah

Teknologi merupakan sumber daya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan yang cepat. Penggunaan teknologi akan mengubah input menjadi output yang diinginkan (Husodo, 2004).

Suatu paket teknologi pertanian akan tidak ada manfaatnya bagi petani di perdesaan jika teknologi tersebut tidak dikomunikasikan pada masyarakat perdesaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan struktur komunikasi informasi di perdesaan menjadi sangat kompleks sehingga dapat dikatakan bahwa akan ada perubahan secara terus menerus dalam cara kerja (teknik kerja) pada petani jika kepada mereka dilakukan komunikasi teknologi yang baik dan tepat (Gultom, 2004).

Adapun teknologi budidaya padi sawah masih mengandalkan sawah irigasi, namun ke depan bila hanya mengandalkan padi sawah irigasi akan menghadapi banyak kendala. Hal tersebut disebabkan banyaknya lahan sawah irigasi subur yang beralih fungsi ke penggunaan lahan non pertanian, tingginya biaya pencetakan lahan sawah baru dan berkurangnya debit air.

Salah satu strategi dalam upaya pencapaian produktivitas usahatani padi adalah penerapan inovasi teknologi yang sesuai dengan sumberdaya pertanian disuatu tempat (spesifik lokasi). Teknologi usahatani padi spesifik lokasi tersebut dirakit dengan menggunakan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).

(6)

menunjang dan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman.

Penerapan PTT didasarkan pada empat prinsip, yaitu:

a. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.

b. Sinergis: PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi. c. Spesifik lokasi: PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan

fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat.

d. Partisipatif: berarti petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan.

(7)

Komponen teknologi dasar dalam PTT yaitu:

1. Penggunaan varietas padi unggul atau varietas padi berdaya hasil tinggi dan atau

bernilai ekonomi tinggi.

2. Benih bermutu dan berlabel.

3. Pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah

(spesifik lokasi).

4. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT).

Komponen teknologi pilihan dalam PTT yaitu:

1. Penanaman bibit umur muda dengan jumlah bibit terbatas yaitu antara 1-3 bibit

per lubang.

2. Peningkatan populasi tanaman.

3. Penggunaan kompos bahan organik dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan

pembenah tanah.

4. Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang,

5. Pengendalian gulma 6. Panen tepat waktu,

7. Perontokan gabah sesegera mungkin.

2.4. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi terhadap Tingkat Adopsi Teknolologi

Budidaya

(8)

yang dilandasi oleh situasi intern orang tersebut misalnya pendidikan, pengalaman, umur dan sebagainya.

Faktor intern yaitu yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang dating dari luar. Sehubungan dengan golongan masyarakat yang ditinjau dari kecepatan mengadopsi inovasi, beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi antara lain:

2.4.1. Umur Petani

Makin tua petani, biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang mereka belum ketahui sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat mengetahui dan melaksanakan inovasi tersebut walaupun sebenarnya mereka belum berpengalaman.Umur produktif seorang petani adalah antara 22-55 tahun.

Menurut Hasyim(2006), umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melakukan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam meliha aktvitas seseorang bekerja bilamana kondisi umur masih prokduktif maka kemungkinan seseorang dapat bekerja secara maksimal.

(9)

2.4.2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana belajar, selanjutnya akan menanamkan pengertian dan sikap yang menguntungkan menuju pengguna praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan adopsi (Arifin, 2005).

Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.

Menurut Mardikanto (1994), bahwa di dalam proses adopsi teknologi baru akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan petani dan masyarakat pedesaan pada umumnya. Hal ini disebabkan karena adopsi teknologi akan dapat berkembang dengan cepat bila petani mempunyai dasar pendidikan dan ketrampilan yang memadai. Pendidikan formal petani dapat diperoleh melalui sekolah-sekolah

formal yang pernah dialami petani.

(10)

2.4.3. Lama Berusahatani

Pengalaman bertani juga sangat mempengaruhi pengambilan keputusan berinovasi. Petani yang sudah lebih lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan inovasi dibandingkan dengan yang masih pemula dalam berusahatani.

Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula atau petani baru. Petani yang sudah lama akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluh, demikian pula penerapan teknologi.

Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda-beda, oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal-hal yang lebih baik di waktu mendatang (Hasyim, 2006).

2.4.4. Luas Lahan

(11)

2.4.5. Jumlah Tanggungan Keluarga

Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin sulit dalam menerapkan teknologi karena biaya untuk mencukupi kebutuhan keluarga relatif juga akan tinggi. Mereka sulit menerima resiko yang besar jika nantinya inovasi yang diterapkan tersebut tidak berhasil.

Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya (Hasyim, 2006). Aktivitas yang dimaksud adalah perubahan cara berusahatani yaitu dengan mengadopsi teknologi yang dianjurkan dan meninggalkan kebiasaan sebelumnya.

(12)

2.5. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:

N

Rumusan Masalah Variabel

Pengamatan Jagung dan Faktor-faktor yang

Mempeng- aruhinya

1. Bagaimanatingkat adopsi di daerah penelitian.

2. Bagaimana pengaruh fakor sosial ekonomi terhdap tingkat adopsi terhadap teknologi anjuran?

Faktor sosial ekonomi yaitu faktor umur, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan

Tingkat adopsi di daerah penelitian dikategorikan tinggi, dan tidak ada pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya anjuran. kelompok tani dalam

peningkatan pendapatan usaha tani padi sawah (oryza sativa) (kasus : kelompok tani Desa Sei Percut,

Kecamatan Sei Tuan,

Kabupaten Deli Serdang).

1. Seberapa besar peranan kelompok tani dalam usahatani padi sawah di Desa Percut,Kecamatan, Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang? 2. Berapa besar

pendapatan usaha tani padi sawah di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang? 3. Bagaimana

hubungan antara peranan kelompok tani dengan pendapatan

1.Pendapatan petani

2. Usahatani padi sawah.

1.Deskriptif

2. Teori Pendapatan

Tingkat peranan kelompok tani di daerah penelitian yaitu desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Kabupaten Deli Serdang adalah sedang/cukup berperan dalam peningkatan pendapatan petani padi sawah.

N Nama Judul

(13)

o Peneliti Penelitian Masalah Pengamatan Analisis

padi sawah di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang? Adopsi Petani terhadap Teknologi Budidaya Jagung dan Hubungannya dengan Faktor Sosial

Skonomi (kasus : Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir)

1. Bagaimana tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung yang dianjurkan di daerah penelitian?

2. Bagaimana hubungan faktor sosial ekonomi yang meliputi umur petani, tingkat pendidikan,

pengalaman bertani, kosmopolitan, status lahan, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, sumber modal usahatani, dan partisipasi dalam kegiatan penyuluhan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya jagung di daerah penelitian?

Aspek Sosial Ekonomi

1. Deskriptif

2. Chi - Square

1. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung di daerah

penelitian adalah tinggi.

2. Faktor-faktor sosial ekonomi yaitu tingkat pendidikan, status lahan, tingkat kosmopolitan, sumber modal, dan partisipasi dalam kegiatan penyuluhan secara parsial memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi

budidaya jagung, sedangkan umur, pengalaman bertani, luas lahan, dan jumlah

tanggungan keluarga tidak memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi baru

N

(14)

4 .

Erwinsyah Putra (2012)

Hubungan karasteristuk sosial ekonomi petani dengan penggunaan pupuk

anorganik dan pupuk

campuran pada usahatani padi sawah

1. Bagaimana tingkat pengunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah.

2. .Bagaimana hubungan

karasteristik sosial ekonomi petani dengan penggunaan pupuk anoganik dan pupuk campuran pada usaha tani padi sawah.

3. Bagaimana hubungan faktor pribadi dan fakto lingkungan petani terhadap

pengggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah.

Karasteristik sosial ekonomi petani

1. Analisis Rank anorganik dan campuran tiak sesuai dengan anjuran pemerintah

2. Ada hubungan nyata antara lama bertani, luas lahan, dan produksi terhadap

penggunaan pupuk anorganik dan campuran pada usaha tani padi swah.

3.Ada hubungan nyata antara krtesedian komunikasi petani, faktor-faktor alam, pengambilan keputusan enggan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah.

5 Ahmad petani dengan pengambilan keputusan

1. Apakah ada hubungan

karasteristik sosial ekonomi petani terhada pengambilan keputusan

Aspek sosial ekonomi

Metode Analisis Rank-Spearmen

1. Ada hubungan nyata anatara umur ,lama berusaha tani dengan difersifikasi dan monokultur

2.Upaya yang

diversifikasi agar

(15)

diserfikasi Desa Batangkuis, kabupaten Deli Serdang.

2. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah yang dihadapi petani di daerah penelitian?

petani dapat membandingkan secara langsung usaha apa yang cocok untuk diterapkan.

2.6. Kerangka Pemikiran

(16)

Secara ringkas kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar2.1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya dengan Faktor Sosial Ekonomi

Keterangan :

Petani

Penyuluh

Faktor sosial ekonomi :

1. Umur

2. Tingkat pendidikan 3. Lama bertani 4. Luas lahan 5. Jumlah

tanggungan keluarga Paket Teknologi:

1. Persiapan lahan 2. Pembibitan 3. Penanaman 4. Pemupukan 5. Pemeliharaan 6. Pasca panen

Usahatani padi

Tingkat Adopsi

Sedang

(17)

2.6. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan Skema Kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan bahwa hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

1. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi di daerah penelitian tinggi.

Referensi

Dokumen terkait

SPT Masa Bulan Juni, Juli dan Agustus dan SKF yang terbit di Tahun 2012 atau bisa bisa diganti dengan SKF yang Terbit di Bulan September.. 7

[r]

Penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi apabila syarat-syarat yang diminta berdasarkan dokumen pengadaan penyedia barang beserta

Terkadang kita pernah mengalami atau bahkan sering mengalami kesulitan dalam mencari sebuah file atau beberapa file pada komputer kita yang didalamnya telah tersimpan begitu

Perihal Penetapan Perusahaan yang lulus dalam evaluasi daftar pendek Seleksi Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk pekerjaan Sistem Informasi Manajemen Pencegahan dan

Playback multimedia audio-video yang dibangun dan dibuat oleh para programmer pada umumnya menggunakan bahasa yang sulit pada setiap komponen dan button yang digunakan, maka dari

Panitia Pengadaan Bar ang/ Jasa pada Direktorat Pencegahan dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Indu strial, Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan

Penulisan Ilmiah ini bertujuan untuk memberikan tambahan informasi mengenai beberapa objek wisata di Jawa Barat khususnya di kota Kuningan yang memliki fasilitas-fasilitas