• Tidak ada hasil yang ditemukan

INFORMASI KEPADA PARA PEMEGANG SAHAM DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM TERBATAS II UNTUK PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INFORMASI KEPADA PARA PEMEGANG SAHAM DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM TERBATAS II UNTUK PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

INFORMASI KEPADA PARA PEMEGANG SAHAM DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM TERBATAS II UNTUK PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU

OTORITAS JASA KEUANGAN (”OJK”) TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN MENYETUJUI ATAU TIDAK MENYETUJUI EFEK INI, TIDAK JUGA MENYATAKAN KEBENARAN ATAU KECUKUPAN ISI INFORMASI PUT II INI. SETIAP PERNYATAAN YANG BERTENTANGAN DENGAN HAL-HAL TERSEBUT ADALAH PERBUATAN MELANGGAR HUKUM.

INFORMASI PUT II INI PENTING DAN PERLU MENDAPAT PERHATIAN SEGERA, APABILA TERDAPAT KERAGUAN PADA TINDAKAN YANG AKAN DI AMBIL, SEBAIKNYA BERKONSULTASI DENGAN PIHAK YANG KOMPETEN.

PT BANK OKE INDONESIA TBK (”PERSEROAN”) BERTANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA ATAS KEBENARAN SEMUA INFORMASI, FAKTA, DATA, ATAU LAPORAN DAN KEJUJURAN PENDAPAT YANG TERCANTUM DALAM PROSPEKTUS INI..

PT Bank Oke Indonesia Tbk Kegiatan Usaha Utama : Bergerak Dalam Bidang Usaha Jasa Perbankan

Berkedudukan di Jakarta Pusat, Indonesia Perseroan memiliki jaringan kerja yang terdiri dari:

1 (satu) Kantor Pusat Non-Operasional, 4 (empat) Kantor Cabang dan 15 (lima belas) Kantor Cabang Pembantu yang tersebar di wilayah Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Pulau Bali

Kantor Pusat Jl. Ir. H. Juanda No. 12

Jakarta Pusat 10120 Telepon: +62 21 231 2633 Faksimili: +62 021 231 3479 E-mail: corporate.secretary @okbank.co.id

PENAWARAN UMUM TERBATAS II (PUT II) KEPADA PARA PEMEGANG SAHAM DALAM RANGKA HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU (HMETD)

Sebanyak 2.686.443.983 (dua miliar enam ratus delapan puluh enam juta empat ratus empat puluh tiga ribu sembilan ratus delapan puluh tiga) saham baru atas nama dengan nilai nominal Rp100,- (seratus Rupiah) setiap saham, yang ditawarkan dengan Harga Pelaksanaan Rp186,- (seratus delapan puluh enam Rupiah) setiap saham sehingga seluruhnya berjumlah sebesar Rp499.678.580.838,- (empat ratus sembilan puluh sembilan miliar enam ratus tujuh puluh delapan juta lima ratus delapan puluh ribu delapan ratus tiga puluh delapan Rupiah) yang berasal dari saham portepel Perseroan dan akan dicatatkan di PT Bursa Efek Indonesia (“BEI”).

Setiap pemegang saham yang memiliki 13 (tiga belas) saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan pada tanggal 26 Oktober 2020 pukul 16.00 WIB mempunyai 4 (empat) HMETD dimana setiap 1 (satu) HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1 (satu) saham baru yang ditawarkan dengan Harga Pelaksanaan Rp186,- (seratus delapan puluh enam Rupiah) setiap saham yang harus dibayarkan penuh pada saat mengajukan pemesanan pelaksanaan HMETD.

APRO Financial Co. Ltd. selaku Pemegang Saham Utama Perseroan telah menyatakan kesanggupannya untuk melaksanakan seluruh hak untuk membeli saham baru yang diterbitkan dalam rangka PUT II

Jika saham baru yang ditawarkan dalam PUT II ini tidak seluruhnya diambil bagian atau dibeli oleh pemegang saham Perseroan atau Pemegang HMETD, maka sisanya akan dialokasikan kepada Pemegang HMETD lainnya yang melakukan pemesanan lebih besar dari haknya secara proporsional berdasarkan atas jumlah HMETD yang telah dilaksanakan oleh masing-masing pemegang saham yang meminta penambahan efek berdasarkan Harga Pelaksanaan.

Apabila setelah alokasi tersebut masih terdapat sisa HMETD yang tidak dilaksanakan, maka, APRO Financial Co. Ltd. berdasarkan Akta Perjanjian Kesanggupan Pembelian Sisa Saham PUT II No. 19 tanggal 19 Agustus 2020 yang telah diubah dengan Addendum I Perjanjian Kesanggupan Pembelian Sisa Saham PUT II No. 13 tanggal 15 September 2020 (“Perjanjian Pembeli Siaga”) yang keduanya dibuat di hadapan Dr. Agung Iriantoro, S.H., M.H., Notaris berkedudukan di Jakarta Selatan, APRO Financial Co. Ltd. selaku Pembeli Siaga akan membeli seluruh sisa saham yang ditawarkan dan tidak diambil bagian oleh Pemegang HMETD dalam PUT II dengan harga pelaksanaan sebesar Rp186,- (seratus delapan puluh enam Rupiah) setiap saham. Saham Hasil Pelaksanaan HMETD yang dikeluarkan dalam rangka PUT II ini memiliki hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan saham yang telah dikeluarkan sebelumnya oleh Perseroan, termasuk hak atas dividen. Setiap HMETD dalam bentuk pecahan akan dibulatkan kebawah (round down). Dalam hal pemegang saham mempunyai HMETD dalam bentuk pecahan, maka hak atas pecahan Efek tersebut wajib dijual oleh Perseroan dan hasil penjualannya dimasukkan ke dalam rekening Perseroan.

Informasi PUT II ini diterbitkan di Jakarta pada 15 Oktober 2020

PENTING UNTUK DIPERHATIKAN OLEH PARA PEMEGANG SAHAM

PEMEGANG SAHAM LAMA YANG TIDAK MELAKSANAKAN HAKNYA UNTUK MEMBELI SAHAM BARU YANG DITAWARKAN DALAM PUT II SESUAI DENGAN HMETD YANG DIMILIKINYA AKAN MENGALAMI PENURUNAN PERSENTASE KEPEMILIKAN SAHAMNYA (DILUSI) DALAM JUMLAH YANG CUKUP MATERIAL YAITU SEBESAR 23,23% SETELAH HMETD DILAKSANAKAN.

RISIKO USAHA UTAMA YANG DIHADAPI PERSEROAN ADALAH RISIKO KREDIT MENGINGAT SEBAGIAN BESAR ASET PERSEROAN ADALAH BERUPA KREDIT YANG DIBERIKAN KEPADA NASABAH. KEGAGALAN PERSEROAN DALAM MENGANTISIPASI DAN/ATAU MENCERMATI RISIKO TERSEBUT DI ATAS DAPAT BERDAMPAK MATERIAL DAN MERUGIKAN TERHADAP KEGIATAN USAHA, KONDISI, HASIL OPERASI DAN LIKUIDITAS PERSEROAN. RISIKO USAHA LAINNYA DAPAT DILIHAT PADA BAB VI TENTANG FAKTOR RISIKO DALAM PROSPEKTUS.

RISIKO YANG DIHADAPI INVESTOR ADALAH TIDAK LIKUIDNYA SAHAM YANG DITAWARKAN PADA PUT II INI YANG ANTARA LAIN DISEBABKAN OLEH TERBATASNYA JUMLAH PEMEGANG SAHAM PERSEROAN.

PERSEROAN TIDAK MENERBITKAN SAHAM HASIL PUT II INI DALAM BENTUK SURAT KOLEKTIF SAHAM, TETAPI SAHAM TERSEBUT AKAN DIDISTRIBUSIKAN DALAM

(2)

JADWAL PUT II

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa : 8 Mei 2020

Tanggal Efektif : 14 Oktober 2020

Tanggal Terakhir Perdagangan Saham dengan HMETD di:

- Pasar Reguler dan Negosiasi : 22 Oktober 2020

- Pasar Tunai : 26 Oktober 2020

Tanggal Mulai Perdagangan Saham Tanpa HMETD di :

- Pasar Reguler dan Negosiasi : 23 Oktober 2020

- Pasar Tunai : 27 Oktober 2020

Tanggal Pencatatan dalam Daftar Pemegang Saham yang berhak atas HMETD (Recording Date) : 26 Oktober 2020

Tanggal Distribusi HMETD : 27 Oktober 2020

Tanggal Pencatatan HMETD di BEI : 2 November 2020 Periode Perdagangan HMETD : 2 – 6 November 2020 Periode Pembayaran Pelaksanaan HMETD : 2 – 6 November 2020 Periode Penyerahan Saham Hasil Pelaksanaan HMETD : 4 – 10 November 2020 Tanggal Terakhir Pembayaran Pemesanan Saham Tambahan : 10 November 2020 Tanggal Penjatahan Pemesanan Saham Tambahan : 11 November 2020 Tanggal Penyerahan Saham Hasil Pemesanan Saham Tambahan : 12 November 2020 Tanggal Pengembalian Kelebihan Uang Pemesanan Saham Tambahan : 13 November 2020 Tanggal Pembayaran Penuh oleh Pembeli Siaga : 13 November 2020

PUT II

Struktur permodalan dan pemegang saham terakhir Perseroan sebagaimana tercantum dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. Bank Oke Indonesia Tbk No. 12 tanggal 07 Oktober 2019 yang dibuat di hadapan Dr. Agung Iriantoro, SH, MH, Notaris di Jakarta Selatan jis. Akta Pernyataan Penambahan Modal Disetor PT. Bank Oke Indonesia Tbk No. 10 tanggal 04 Januari 2020 yang dibuat di hadapan Dr. Agung Iriantoro, SH, MH, Notaris di Jakarta Selatan dan Daftar Pemegang Saham Perseroan per-tanggal 30 Juli 2020 yang dikeluarkan oleh PT. Ficomindo Buana Registrar selaku Biro Administrasi Efek Perseroan , adalah sebagai berikut:

Nama Pemegang Saham Jumlah Saham Nilai Saham (Rp) @Rp100,- (%)

Modal Dasar 25.000.000.000 2.500.000.000.000

Modal Ditempatkan dan Modal Disetor

1. APRO Financial Co. Ltd 8.210.618.230 821.061.823.000 92,50

2. Masyarakat* 520.324.714 52.032.471.400 5,86

Jumlah Saham Beredar 8.730.942.944 873.094.294.300

3. Saham Treasury 145.401.089 14.540.108.900 1,64

Jumlah Modal Ditempatkan dan Modal Disetor 8.876.344.033 887.634.403.300 100,00

Saham Dalam Portepel 16.123.655.967 1.612.365.596.700

* kepemilikan masing-masing dibawah 5%

Berdasarkan keputusan RUPSLB Perseroan tanggal 8 Mei 2020 yang dimuat dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. Bank Oke Indonesia Tbk No. 7 tanggal 08 Mei 2020 yang dibuat di hadapan Dr. Agung Iriantoro, SH, MH, Notaris di Jakarta Selatan, Perseroan telah mendapatkan persetujuan RUPSLB untuk mengeluarkan saham dalam simpanan/portepel dengan cara PUT II dengan jumlah sebanyak-banyaknya 5.000.000.000 saham, atau senilai Rp500.000.000.000 dengan menggunakan asumsi harga penawaran dan nilai nominal adalah sama yaitu Rp100 per saham.

Struktur Permodalan dan Komposisi Pemegang Saham Perseroan Sebelum dan Setelah PUT II

Jika seluruh pemegang saham melaksakan seluruh HMETD mereka, maka struktur permodalan dan susunan pemegang saham Perseroan sebelum dan setelah PUT II secara proforma adalah sebagai berikut:

Keterangan Nilai Nominal Rp100,- per lembar saham

Sebelum HMETD Setelah HMETD

Jumlah Saham Jumlah Nominal (Rp) % Jumlah Saham Jumlah Nominal (Rp) % Modal Dasar 25.000.000.000 2.500.000.000.000 25.000.000.000 2.500.000.000.000 Modal Ditempatkan dan

Disetor Penuh

1. APRO Financial Co. Ltd 8.210.618.230 821.061.823.000 92,50 10.736.962.301 1.073.696.230.100 92,86

2.Masyarakat* 520.324.714 52.032.471.400 5,86 680.424.626 68.042.462.600 5,88

Jumlah Saham Beredar 8.730.942.944 873.094.294.300 11.417.386.927 1.141.738.692.700

(3)

Keterangan Nilai Nominal Rp100,- per lembar saham

Sebelum HMETD Setelah HMETD

Jumlah Saham Jumlah Nominal (Rp) % Jumlah Saham Jumlah Nominal (Rp) % Total Modal Ditempatkan

dan Disetor Penuh 8.876.344.033 887.634.403.300 100,00 11.562.788.016 1.156.278.801.600 100,00 Saham Dalam Portepel 16.123.655.967 1.612.365.596.700 13.437.211.984 1.343.721.198.400

*kepemilikan masing-masing dibawah 5%

**Sehubungan dengan 145.401.089 saham yang dikuasai Perseroan, saham treasury tersebut dikecualikan atau tidak termasuk sebagai pemegang saham yang mendapatkan HMETD dalam rangka Rencana PUT II Perseroan.

Apabila seluruh HMETD yang ditawarkan dalam rangka PUT II ini hanya dilaksanakan oleh pemegang saham Perseroan yaitu APRO Financial Co. Ltd maka terhadap seluruh HMETD tersebut akan dibeli oleh APRO Financial Co. Ltd. sebagai Pembeli Siaga, maka struktur permodalan dan susunan pemegang saham Perseroan sebelum dan setelah PUT II secara proforma adalah sebagai berikut:

Keterangan Nilai Nominal Rp100,- per lembar saham

Sebelum HMETD Setelah HMETD

Jumlah Saham Jumlah Nominal (Rp) % Jumlah Saham Jumlah Nominal (Rp) % Modal Dasar 25.000.000.000 2.500.000.000.000 25.000.000.000 2.500.000.000.000 Modal Ditempatkan dan

Disetor Penuh

1. APRO Financial Co. Ltd 8.210.618.230 821.061.823.000 92,50 10.897.062.213 1.089.706.221.300 94,24

2.Masyarakat* 520.324.714 52.032.471.400 5,86 520.324.714 52.032.471.400 4,50

Jumlah Saham Beredar 8.730.942.944 873.094.294.300 11.417.386.927 1.141.738.692.700

3.Saham Treasury** 145.401.089 14.540.108.900 1,64 145.401.089 14.540.108.900 1,26

Total Modal Ditempatkan

dan Disetor Penuh 8.876.344.033 887.634.403.300 100,00 11.562.788.016 1.156.278.801.600 100,00 Saham Dalam Portepel 16.123.655.967 1.612.365.596.700 13.437.211.984 1.343.721.198.400

*kepemilikan masing-masing dibawah 5%

**Sehubungan dengan 145.401.089 saham yang dikuasai Perseroan, saham treasury tersebut dikecualikan atau tidak termasuk sebagai pemegang saham yang mendapatkan HMETD dalam rangka Rencana PUT II Perseroan.

Saham Hasil Pelaksanaan HMETD yang berasal dari PUT II ini akan dicatatkan di BEI bersama dengan saham-saham yang telah dicatatkan sebelumnya oleh Perseroan dengan memperhatikan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1999 tentang Pembelian Saham Bank Umum (“PP No. 29/1999”). Berdasarkan PP No. 29/1999, bank hanya dapat mencatatkan sahamnya di bursa efek sebanyak-banyaknya 99% (sembilan puluh sembilan persen) dari jumlah modal disetor bank yang bersangkutan dan seluruh saham yang dicatatkan tersebut dapat dibeli oleh investor asing. Sisanya sebesar 1% (satu persen) harus dimiliki oleh pemegang saham Warga Negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia serta tidak dicatatkan di bursa efek.

Berdasarkan Surat Pernyataan I Wayan Gatha tanggal 31 Agustus 2020, selaku pemegang saham Perseroan saat ini sebanyak 108.350.601 saham dengan nilai nominal Rp.100,- per saham atau senilai Rp.10.835.060.100,- atau dengan kepemilikan sebesar 1,22% dalam Perseroan, maka guna memenuhi ketentuan pasal 4 ayat (3) PP No. 29/1999 tentang Pembelian Saham Bank Umum, yang bersangkutan bersedia untuk tidak mencatatkan kepemilikan sahamnya pada PT Bursa Efek Indonesia sebanyak 27.000.000 lembar saham dalam rangka PUT II.

Dengan demikian, setelah PUT II, Perseroan telah memenuhi ketentuan Pasal 4 ayat (3) PP No. 29/1999 dimana Nio Yantony, Reza Rhenaldi Syaiful, Dewi Monita dan I Wayan Gatha selaku Pemegang Saham Perseroan yang memiliki saham Perseroan sejumlah 115.781.758 (seratus lima belas juta tujuh ratus delapan puluh satu ribu tujuh ratus lima puluh delapan) saham atau setara dengan 1,001% (satu koma nol nol satu persen) dari seluruh saham yang ditempatkan dan disetor dalam Perseroan, menyatakan untuk tidak mencatatkan sejumlah saham tersebut di PT Bursa Efek Indonesia.

Berikut adalah rincian dari Pemegang Saham Perseroan dan jumlah saham yang tidak dicatatkan::

Nama Jumlah Saham Persentase terhadap total modal disetor

Nio Yantony 25.366.216 0,22%

Reza Rhenaldi Syaiful 31.707.771 0,27%

Dewi Monita 31.707.771 0,27%

I Wayan Gatha 27.000.000 0,23%

(4)

Perseroan mempunyai rencana untuk mengeluarkan saham melalui Penawaran Umum Terbatas Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pernyataan pendaftaran PUT II menjadi efektif.

RENCANA PENGGUNAAN DANA HASIL PUT II

Dana yang diperoleh dari hasil PUT II, setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan seluruhnya untuk pengembangan usaha Perseroan, yaitu disalurkan dalam bentuk pemberian kredit.

Perseroan akan melaporkan realisasi penggunaan dana hasil PUT II ini kepada para pemegang saham Perseroan dalam RUPS Tahunan Perseroan dan melaporkannya secara periodik kepada OJK sesuai dengan Peraturan OJK No. 30 /POJK.04/2015 tanggal 16 Desember 2015 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum.

Dalam hal penggunaan dana hasil PUT II memenuhi transaksi material dan/atau transaksi afiliasi dan/atau transaksi benturan kepentingan, maka Perseroan akan memenuhi prosedur sesuai dengan peraturan yang berlaku di bidang pasar modal.

Dalam penggunaan dana hasil PUT II ini, Perseroan akan mengikuti ketentuan yang berlaku. Apabila Perseroan bermaksud mengubah penggunaan dana dari hasil PUT II ini, maka rencana tersebut harus dilaporkan terlebih dahulu kepada OJK dengan mengemukakan alasan beserta pertimbangannya dan harus mendapat persetujuan dari Pemegang Saham dalam RUPS.

RINGKASAN ANALISIS DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN 1. Umum

Perseroan memasuki industri perbankan Indonesia sejak tanggal 15 Agustus 1990 berdasarkan akta notaris James Herman Rahardjo, SH, No. 99. Bank memperoleh ijin usaha untuk beroperasi sebagai Bank Umum berdasarkan surat keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 1098/KMK.013/1991 tanggal 9 November 1991. Perseroan memulai operasi komersialnya pada tahun 1991. Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan, diantaranya akta No. 23 tanggal 22 Juli 2019 dari Dewi Kusumawati, SH, notaris di Jakarta mengenai perubahan nama Perseroan dari PT Bank Dinar Indonesia Tbk menjadi PT Bank Oke Indonesia Tbk yang efektif 22 Agustus 2019. Perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan No.AHU-0040123.AH.01.02.Tahun 2019

Perseroan mempunyai visi untuk menjadi bank yang memberikan layanan tercepat dan terbaik dalam pengembangan usaha perdagangan kecil dan menengah.

Kegiatan usaha Perseroan adalah melakukan penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan, deposito berjangka dan sertifikat deposito yang kemudian disalurkan dalam bentuk pemberian kredit baik kepada individu maupun korporasi, transaksi antar perbankan dan melakukan investasi melalui penempatan pada jenis investasi yang aman dan menguntungkan. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Perseroan berusaha untuk senantiasa memperhatikan ketentuan-ketentuan umum dan perbankan yang berlaku.

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan usaha dan hasil usaha perseroan Kondisi Perekonomian Indonesia

Situasi ekonomi

Kondisi Perekonomian dunia saat ini sedang berada dalam tekanan dan ancaman resesi. Hal ini terkait dengan pandemi Covid-19, dimana Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksi pertumbuhan ekonomi dunia akan mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 4,9 persen tahun 2020 ini. Secara berturut-turut, IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi kelompok negara maju sebagai berikut; Amerika Serikat -8 persen, Jepang -5,8 persen, Inggris -10,2 persen, Jerman -7,8 persen, Prancis, -12,5 persen, sementara Italia dan Spanyol tumbuh -12,8 persen. Kontraksi perekonomian global berlanjut dan pemulihan ekonomi dunia lebih lama dari prakiraan sebelumnya. Kondisi tersebut didorong oleh peningkatan kembali penyebaran COVID-19 di beberapa negara serta mobilitas pelaku ekonomi yang belum kembali normal sejalan penerapan protokol kesehatan. Perkembangan ini menyebabkan efektivitas berbagai stimulus kebijakan yang ditempuh dalam mendorong pemulihan ekonomi di banyak negara menjadi terbatas. Sejalan dengan permintaan global yang lebih lemah tersebut, volume perdagangan dan harga komoditas dunia juga lebih rendah dari perkiraan semula dan menurunkan tekanan inflasi global. Selain itu, ketidakpastian pasar keuangan global juga meningkat didorong oleh lambatnya pemulihan ekonomi global serta kembali meningkatnya tensi geopolitik AS – Tiongkok. (sumber: bi.go.id)

Penurunan ekonomi di Tiongkok berdampak cukup besar pada perekonomian di Indonesia khususnya jalur wisata, ekspor, investasi dan membuat terbatasnya kegiatan ekonomi dalam terbatasnya pasokan barang dari negara lain untuk keperluan produksi. Hal tersebut telah terbukti, dimana Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2020 mengalami kontraksi mencapai -5.3% (yoy) (sumber: bi.go.id) dipimpin oleh berkurangnya secara signifikan permintaan domestik, terutama konsumsi dan investasi swasta, mencerminkan dampak

(5)

wabah COVID-19. Namun demikian, Penurunan konsumsi rumah tangga dan investasi sebagai dampak PSBB diprakirakan telah mencapai titik terendah pada Mei 2020 sebagaimana dikonfirmasi oleh indikator dini permintaan domestik yang telah berada di level terendah pada Mei 2020 dan mulai meningkat pada Juni 2020. Penjualan eceran mulai menunjukkan arah perbaikan, terutama pada kelompok makanan, minuman dan tembakau, didukung oleh mulai pulihnya mobilitas ke grocery dan retail store. (sumber: bi.go.id) Defisit transaksi berjalan diprakirakan rendah. Neraca perdagangan Indonesia Juni 2020 kembali mencatat surplus 1,27 miliar dolar AS, setelah pada bulan sebelumnya juga mencatat surplus 2,02 miliar dolar AS. Dengan perkembangan tersebut, secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Juni 2020 mencatat surplus 5,50 miliar dolar

AS, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami defisit 1,87 miliar dolar AS. Perkembangan tersebut didukung oleh surplus neraca perdagangan nonmigas dan penurunan defisit neraca perdagangan migas. Neraca perdagangan nonmigas Juni 2020 mencatat surplus 1,36 miliar dolar AS. Perkembangan ini dipengaruhi oleh ekspor beberapa komoditas yang tetap baik seperti minyak kelapa sawit, kopi, dan biji tembaga, meskipun impor nonmigas meningkat sejalan dengan kembali membaiknya aktivitas ekonomi pasca relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas menurun dari 96,9 juta dolar AS pada Mei 2020 menjadi sebesar 95,2 juta dolar AS, dipengaruhi oleh peningkatan ekspor migas khususnya industri pengolahan hasil minyak dan minyak mentah .

Aliran modal asing dalam bentuk investasi portofolio pada triwulan II 2020 mencatat net inflows sebesar 10,2 miliar dolar AS. Bank Indonesia memprakirakan aliran masuk modal asing kembali berlanjut, meskipun pada awal Juli 2020 sempat menurun akibat kenaikan ketidakpastian pasar keuangan global. Prospek berlanjutnya aliran masuk modal asing dipengaruhi likuiditas global yang besar sejalan pelonggaran kebijakan moneter negara maju serta daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi dan keyakinan investor terhadap prospek perekonomian domestik yang terjaga .

Posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2020 sebesar 131,7 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi Mei 2020 sebesar 130,5 miliar dolar AS. Peningkatan cadangan devisa pada Juni 2020 terutama dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global pemerintah. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,4 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Perseroan memandang, dengan posisi cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan fiskal oleh pemerintah, akan mampu mendorong pemulihan ekonomi lebih cepat.

Nilai tukar Rupiah menguat pada triwulan II 2020, namun sedikit tertekan pada awal Juli 2020. Rupiah secara point to point pada triwulan II 2020 mengalami apresiasi 14,42%, dipengaruhi aliran masuk modal asing yang cukup besar pada Mei dan Juni 2020, meskipun secara rerata mencatat depresiasi 4,53% akibat level yang masih lemah pada April 2020. Pada awal Juli 2020, Rupiah dan mata uang regional sedikit tertekan seiring ketidakpastian global, termasuk akibat kembali meningkatnya risiko geopolitik AS-Tiongkok. Hingga 15 Juli 2020, Rupiah terdepresiasi 2,28%, baik secara point to point maupun secara rerata dibandingkan dengan level Juni 2020. Nilai tukar Rupiah juga masih terdepresiasi 4,83% (ytd), dibandingkan dengan level nilai tukar pada akhir tahun 2019.

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Juni 2020 tercatat 0,18% (mtm) atau 1,96% (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,19% (yoy). Dengan perkembangan ini, inflasi IHK sampai Juni 2020 tercatat masih rendah yakni 1,09% (ytd). Berdasarkan komponennya, inflasi inti menurun utamanya dipengaruhi melambatnya permintaan domestik akibat kebijakan PSBB terkait pandemi Covid-19.

Prospek Usaha Perseroan

Dari sudut pandang industri perbankan, kondisi per Mei 2020, pertumbuhan pinjaman sektor perbankan melambat menjadi +3,1% YoY / -0,6% YTD, dimana pinjaman investasi mencatat pertumbuhan tertinggi pada +6,8% YoY, diikuti oleh pinjaman konsumsi di +2.2% YoY dan pinjaman modal kerja di +1.5% YoY. Dari klasifikasi usahanya, pinjaman pertanian

tumbuh +3,8% YoY, manufaktur +5,4% YoY, konstruksi + 5,2% YoY, dan kepemilikan rumah / rumah tapak sebesar +3,6% YoY, sementara grosir dan perdagangan ritel melanjutkan tren penurunan di -2,7% YoY karena meningkatnya Non Performing Loan (NPL). Sementara itu pertumbuhan DPK per Mei 2020 terus meningkat sebesar +8,9% YoY / +2,9% YTD. DPK pada bank BUKU IV tumbuh tertinggi sebesar +15,3% YoY, diikuti oleh BUKU II di +6,9% YoY. Namun DPK di BUKU I terkontraksi sebesar -42.6% YoY dan BUKU III sedikit menurun -1,2% YoY. Pertumbuhan simpanan di bank syariah pun meningkat +11,3% YoY.

Dari sisi kualitas aset, NPL meningkat menjadi 3,00% dari 2,89% di bulan April yang sebagian berasal dari Special Mentioned Loan (SML/ kategori 2), yang turun menjadi 6,43% dari 7,16% di bulan April. Secara total NPL meningkat +18.5% YoY / + 3.3% MoM, sementara pinjaman dalam perhatian khusus meningkat sebesar + 25.9% YoY / -10.6% MoM, seiring dengan banyaknya peminjam yang memulai terkena wabah COVID-19 dan kebijakan restrukurisasi kredit.

Net Interest Margin (NIM) industri turun menjadi 4,50% dari 4,57% di bulan April karena meningkatnya pinjaman yang direstrukturisasi, dan diperkirakan NIM yang lebih rendah akan berlanjut dalam beberapa bulan mendatang, sejalan dengan penurunan Repo/ BI rate. Hanya bank BUKU I yang mengalami peningkatan NIM menjadi 4,80% dari 4,72% pada April. Sedangkan NIM BUKU IV turun menjadi 4,95% dari 5,09%, BUKU III menjadi 3,59% dari 3,65% dan di BUKU II menjadi 4,65% dari 4,67%.

(6)

Namun demikian, Perseroan memperkirakan bahwa prospek usaha di tahun 2021 akan semakin membaik dibandingkan tahun 2020 dengan pulihnnya kondisi perekonomian dan aktifitas masyarakat. Sebagaimana diperkirakan oleh Pemerintah, pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 2020 akan berada pada kisaran -0.4% sampai 1%, dan dan membaik pada tahun 2021 dengan kisaran 4,5% - 5,5%. Optimisme terhadap perbaikan pertumbuhan ekonomi di tahun 2021 tersebut ditunjang oleh permintaan domestik yang mulai terlihat pulih pada kuartal II 2020, dimana titik terendah IHK pada bulan Mei telah dilewati, dan sejak Juni 2020 telah terjadi peningkatan belanja konsumsi, investasi dan belanja modal pemerintah sebagai dampak dari peluncuran paket kebijakan Ekonomi dan stimulus fiskal serta subsidi Pemerintah yang mulai digelontorkan untuk meningkatkan konsumsi masyarakat.

Aktivitas Pemasaran

Sesuai dengan skala usahanya, aktivitas pemasaran Perseroan lebih ke arah retail marketing. Para tenaga pemasar yang ada di kantor cabang/capem Perseroan secara aktif melakukan pemasaran produk dan layanan dengan melakukan kunjungan langsung ke tempat nasabah. Untuk meningkatkan skill dan product knowledge dalam kegiatan pemasarannya, para tenaga pemasar dibekali dengan program pendidikan, sehingga pada akhirnya dapat memberikan career path bagi mereka.

Perseroan akan terus mengembangkan produk dan aktivitas yang mampu mendorong pertumbuhan usaha dan pendapatan bagi bank dengan menyempurnakan fitur-fitur produk tabungan yang dikemas dengan program promosi serta pemasaran yang lebih atraktif dan menarik.

Kemampuan Untuk Mendapatkan Pendanaan Dengan Harga Yang Menarik

Strategi bank dalam penghimpunan dana pihak ketiga dilakukan dengan dua mekanisme, yaitu dengan mekanisme penetapan suku bunga dan mekanisme peningkatan kualitas layanan. Untuk tujuannya ini maka setiap bulannya diadakan pertemuan Asset Liabilities Committee yang membahas kondisi ekonomi dan rata-rata suku bunga yang ditawarkan oleh bank – bank pesaing di pasar.Kemampuan Perseroan untuk mendapatkan pendanaan dengan harga yang menarik dan bersaing terbukti dari pendanaan Bank yang dihimpun dari masyarakat mampu mendukung penyaluran kredit dari tahun ketahun tanpa ada gangguan dari aspek likuiditas. Produk pendanaan yang ada di Perseroan terdiri dari giro, tabungan dan deposito.Untuk meningkatkan pendanaan, Perseroan selalu melengkapi fitur-fitur dari produk pendanaan yang ada, melakukan program promosi serta meningkatkan kualitas layanan kepada para nasabah. Kemampuan Perseroan untuk mendapatkan pendanaan dengan harga yang menarik dapat dilihat dari penghimpunan dana yang terus meningkat. Berikut adalah posisi penghimpunan dana Perseroan pada tanggal 31 Juli 2020, 31 Desember 2019 dan 2018: (dalam ribuan Rupiah)

Keterangan 31 Juli 2020 31 Desember 2019 2018

Giro 117.463.633 162.112.069 102.970.416

Tabungan 328.448.786 330.561.648 186.263.467

Deposito 2.090.410.003 1.844.495.206 1.566.411.178

Deposito on call - - 71.000.000

Jumlah 2.536.322.422 2.337.168.923 1.926.645.061

Perubahan Perilaku Konsumen

Secara umum konsumen atau nasabah Perseroan dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu: a. Kebutuhan akan pelayanan

Bagi konsumen (nasabah) yang mengutamakan pelayanan, hal terpenting adalah kenyamanan dan keamanan dalam melakukan transaksi perbankan.Oleh karena itu Perseroan menyediakan berbagai produk dan layanan sesuai dengan kebutuhan nasabah.Terkait hal itu, Perseroan berusaha meningkatkan layanan dengan melengkapi produk – produk yang dimiliki dengan menyediakan fasilitas ATM.

b. Kebutuhan akan nilai investasi

Bagi konsumen yang menjadi nasabah Perseroan untuk berinvestasi, maka tingkat hasil investasi menarik yang ditawarkan Perseroan merupakan hal yang penting.Perseroan berpendapat bahwa produk-produk simpanan yang dimiliki Perseroan relatif bersaing seperti terlihat dari simpanan nasabah yang terus mengalami pertumbuhan. Atas dasar kondisi tersebut Perseroan berkeyakinan bahwa konsumen yang terkait dengan kebutuhan investasi akan meningkat sejalan dengan inovasi produk baru yang akan tetap dikembangkan oleh Perseroan.

(7)

Dengan kondisi persaingan yang ketat dan semakin baiknya pelayanan oleh kompetitor, menuntut Perseroan untuk mampu memberikan peningkatan dan kemudahan layanan kepada nasabah/ calon nasabah. Hal ini dibuktikan dengan adanya fasilitas ATM yang diberikan Perseroan pada akhir tahun 2014, dimana hingga saat ini ATM yang tersedia adalah sebanyak 6 ATM.

Pengaruh perubahan dalam tingkat suku bunga, nilai tukar valuta asing, nilai efek yang dimiliki

Pendapatan Perseroan sangat dipengaruhi oleh perubahan tingkat suku bunga, nilai efek yang dimiliki.Perubahan suku bunga memiliki pengaruh yang paling besar dan nilai efek hal ini disebabkan posisi keuangan Perseroan dalam valuta asing dan efek sangat kecil. Sebagaimana permasalahan Bank Nasional lainnya posisi keuangan Perseroan sebagian besar simpanan mempunyai jangka waktu yang pendek kurang dari 1 (satu) tahun sedangkan kredit yang diberikan rata-rata berjangka waktu di atas 1 (satu) tahun. Untuk mengantisipasi kesenjangan tersebut, sebagian besar kredit yang diberikan mempunyai suku bunga mengambang, sehingga apabila terjadi perubahan tingkat suku bunga tidak berpengaruh terlalu signifikan terhadap pendapatan Perseroan.

Keadaan atau kemampuan keuangan Perseroan masih cukup baik dalam situasi menghadapi fluktuasi (perubahan) suku bunga, mengingat net interest margin Perseroan sampai dengan posisi 31 Juli 2020 masih cukup tebal, yaitu dalam kisaran 5,47%. Likuiditas Perseroan juga masih dalam kondisi yang likuid, jumlah treasury assets Bank posisi 31 Juli 2020 sebesar Rp697.929 juta, sedangkan Giro BI sebesar Rp97.147 juta.

Faktor Lainnya Yang Mempengaruhi Kondisi Keuangan Perseroan

Kondisi keuangan Perseroan akan dipengaruhi oleh indikator-indikator makro ekonomi terutama suku bunga dan tingkat pertumbuhan ekonomi. perubahan negatif indikator makro ekonomi juga akan menyebabkan perubahan nilai surat berharga. Perubahan-perubahan tersebut akan mempengaruhi kondisi laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif dan pertumbuhan bisnis Perseroan karena bisnis penghimpunan dana, penyaluran kredit dan jasa transaksional perbankan akan sangat dipengaruhi terutama oleh nilai tukar dan suku bunga. Disisi lain pertumbuhan ekonomi juga akan mempengaruhi transaksi keuangan dan daya beli masyarakat luas yang juga akan mempengaruhi pertumbuhan bisnis Perseroan. Untuk meminimalkan dampak negatif dari perubahan kondisi perekonomian nasional terhadap kondisi keuangan Perseroan, Perseroan secara berkesinambungan menjalankan dan meningkatkan kemampuan manajemen risiko secara menyeluruh. Fungsi dari sistem manajemen risiko adalah untuk mencermati, menganalisis dan mengantisipasi perubahan-perubahan makro ekonomi.

Terkait dengan kebijakan Pemerintah di bidang Fiskal dan Moneter, pada tahun 2020 terdapat perubahan tariff pajak PPh 25 atas pajak badan usaha dari 25% menjadi 22% dikarenakan situasi pandemic COVID-19. Dengan penurunan tarif Pajak tersebut akan dapat mengurangi besarnya nilai pajak yang dibayarkan sehingga dapat memperbaiki profitabilitas Perseroan.

2. Keuangan

2.1 Pertumbuhan Pendapatan Bunga - Bersih Pendapatan Bunga

Periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 dibandingkan dengan periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2019

Pendapatan bunga Perseroan untuk periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 adalah sebesar Rp247.201.409,- ribu mengalami kenaikan sebesar Rp16.754.208,- ribu atau 7,27% bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019 yang sebesar Rp230.447.201,- ribu. Kenaikan tersebut terutama disebabkan karena naiknya kredit yang diberikan oleh Perseroan sebesar Rp17.513.098,-ribu atau naik 8,8% dimana untuk periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2019 hanya sebesar Rp198.948.326,- ribu menjadi Rp216.461.424,- ribu untuk periode yang sama pada tahun 2020 dan naiknya efek-efek yang naik sebesar Rp85.403.855,- ribu atau naik 44,76% dimana untuk periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2019 hanya sebesar Rp12.074.297,- ribu menjadi Rp17.478.152,- ribu untuk periode yang sama pada tahun 2019.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 Pendapatan bunga Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp403.755.063,- ribu, atau meningkat sebesar 0,38%, atau sebesar Rp1.551.316,- ribu dibanding tahun tahun yang berakhir pada tangga 31 Desember 2018 yang sebesar Rp402.203.737,- ribu. Penerimaan bunga terbesar pada tahun 2019 adalah dari kredit, sementara penerimaan bunga lainnya adalah dari penempatan pada Bank lain, dan surat berharga lainnya. Penyebab peningkatan tersebut utamanya diakibatkan naiknya pendapatan bunga kredit sebesar Rp11.969.005,- ribu namun diiringi turunnya pendapatan bunga atas penempatan BI dan Bank lain Rp9.237.201,- ribu.

Beban Bunga

Periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 dibandingkan dengan periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2019

(8)

Beban bunga Perseroan untuk periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 adalah sebesar Rp105.858.572,- ribu mengalami penurunan sebesar Rp5.959.389,- ribu atau turun 5,33% bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019 yang sebesar Rp111.817.961,- ribu. Penurunan beban bunga terutama disebabkan turunnya simpanan dari bank lain berupa deposito berjangka yang turun sebesar Rp9.894.880,- ribu atau turun 44,33% dari Rp22.319.200,- ribu untuk periode selama 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2019 menjadi Rp12.424.320,- ribu untuk periode selama 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020. Penurunan beban bunga juga disebabkan karena turunnya simpanan dari bank lain berupa giro yang turun sebesar Rp1.961.317,- ribu atau turun 44,77% dari Rp4.380.762,- ribu untuk periode selama 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2019 menjadi Rp2.419.445,- ribu untuk periode selama 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 Beban bunga untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp194.788.150,- ribu, beban ini meningkat 11,67% atau Rp20.350.627,- ribu dibanding beban bunga untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 yang sebesar Rp174.437.523,- ribu. Hal ini disebabkan oleh peningkatan signifikan pada Deposito Berjangka baik dari nasabah maupun penempatan bank Lain.

Pendapatan Bunga – Neto

Periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 dibandingkan dengan periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2019

Pendapatan bunga – bersih Perseroan untuk periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 adalah sebesar Rp141.342.837,- ribu mengalami kenaikan sebesar Rp22.713.597,- ribu atau naik 19,15% bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019 yang sebesar Rp118.629.240,- ribu. Kenaikan tersebut terutama disebabkan karena naiknya pendapatan bunga Perseroan sebesar Rp16.754.208,- ribu atau naik 7,27%.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 Pendapatan bunga bersih untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp208.966.913,- ribu, sedangkan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 sebesar Rp227.766.224,- ribu. hal ini disebabkan oleh meningkatnya beban bunga pada tahun 2019, sehingga pendapatan bunga bersih pada tahun berjalan menurun sebesar 8,25% atau sebesar Rp18.799.311,- ribu.

2.2. Pertumbuhan Laba Komprehensif Pendapatan Operasional Lainnya

Periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 dibandingkan dengan periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2019

Pendapatan operasional lainnya Perseroan untuk periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 adalah sebesar Rp16.344.510,- ribu mengalami kenaikan sebesar Rp13.301.134,- ribu atau 437,05% bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019 yang sebesar Rp3.043.376,- ribu. Kenaikan tersebut disebabkan naiknya laba modifikasian sebesar Rp7.698.795,- ribu atau naik 100% dari Rp0,- ribu untuk periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2019 menjadi Rp7.698.795,- ribu untuk periode yang sama yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020. Selain itu terdapat juga kenaikan dari laba penjualan efek sebesar Rp4.731.447,- ribu atau naik 3369,74% dari Rp140.410,- ribu menjadi Rp4.871.857,- ribu.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 Pendapatan operasional lainnya Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp5.948.756,- ribu mengalami kenaikan sebesar Rp69.038,- ribu atau 1,17% bila dibandingkan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 yang sebesar Rp5.879.718,- ribu. Kenaikan tersebut disebabkan naiknya komisi asuransi dan notaris sebesar Rp660.189,- ribu atau naik 307,40% menjadi Rp874.955,- ribu dari sebelumnya Rp214.766,- ribu. Namun hal tersebut diiringi penurunan signifikan pada Penalti dan Denda sebesar Rp962.420,- ribu atau turun 32,95% menjadi Rp1.958.381,- ribu dari sebelumnya Rp2.920.801,- ribu. Beban Operasional Lainnya

Periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 dibandingkan dengan periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2019

Beban operasional lainnya Perseroan untuk periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 adalah sebesar Rp144.64.430,- ribu mengalami kenaikan sebesar Rp11.134.210,- ribu atau naik 8,34% bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019 yang sebesar Rp133.514.220,- ribu. Kenaikan tersebut karena naiknya beban administrasi dan umum sebesar Rp7.428.113,- ribu atau naik 13,13% dari Rp55.586.127,- ribu menjadi Rp64.014.240,- ribu. Selain itu juga terdapat kenaikan beban pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp3.487.492,- ribu atau 77,57% dari Rp4.496.022,- ribu menjadi Rp7.983.514,- ribu.

(9)

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 Beban operasional lainnya Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp224.017.515,- ribu mengalami penurunan sebesar Rp1.549.479,- ribu atau turun 0,69% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp225.566.994,- ribu. Penurunan tersebut karena berkurangnya secara signifikan nilai penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset keuangan sebesar Rp22.739.037,- ribu atau turun 96,24% dimana pada tahun sebelumnya sebesar Rp23.627.128,- ribu menjadi Rp888.091,- ribu.

Laba (Rugi) Operasional

Periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 dibandingkan dengan periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2019

Untuk periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 Perseroan mengalami laba operasional sebesar Rp13.038.917,- ribu mengalami peningkatan sebesar Rp24.880.521,- atau naik 210,11% bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019 dimana Perseroan mengalami rugi operasional sebesar Rp11.841.604,- ribu. Penurunan tersebut terutama karena naiknya pendapatan operasional lainnya dibanding kenaikan pada beban operasional lainnya, dimana kenaikan pendapatan operasional hanya sebesar Rp13.301.143,- ribu sedangkan beban operasional lainnya mengalami kenaikan sebesar Rp11.134.210,- ribu.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 Rugi operasional Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp9.101.846,- ribu mengalami penurunan sebesar Rp17.180.794,- ribu atau turun 212,66% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang memiliki laba operasional sebesar Rp8.078.948,- ribu. Penurunan laba operasional tersebut disebabkan hal-hal berikut yang antara lain, terjadinya peningkatan beban bunga sebesar Rp20.350.627,- ribu diiringi peningkatan beban operasional lain seperti tenaga kerja dan umum administrasi yang masing-masing meningkat sebesar Rp12.601.452,- ribu dan Rp8.588.106,- ribu sehingga berpengaruh pada kinerja operasional Perseroan.

Laba (Rugi) Komprehensif Tahun Berjalan

Periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 dibandingkan dengan periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2019

Untuk periode 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 Perseroan mengalami laba komprehensif tahun berjalan sebesar Rp8.069.941,- ribu mengalami kenaikan sebesar Rp22.513.513,- ribu atau turun 155,87% bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019 dimana Perseroan mengalami rugi komprehensif tahun berjalan sebesar Rp14.443.572,- ribu. Kenaikan tersebut terutama dikarenakan naiknya pendapatan operasional lainnya sebesar Rp13.301.134- ribu.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 Rugi komprehensif Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp14.371.434,- ribu mengalami penurunan sebesar Rp35.948.611,- ribu atau turun 166,60% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang memiliki laba komprehensif sebesar Rp21.577.177,- ribu. Penurunan laba komprehensif tersebut selain disebabkan terjadinya peningkatan beban bunga dan beban operasional lain, juga diakibatkan adanya penjualan agunan yang diambil alih (AYDA) yang dilakukan pada tahun 2018.

2.3. Pertumbuhan Aset, Kewajiban Dan Ekuitas 2.3.1 Pertumbuhan Aset

Pertumbuhan Jumlah Aset

Total aset Perseroan pada periode tujuh bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 adalah sebesar Ro5.049.806.224,- ribu mengalami penurunan sebesar Rp59.041.803,- ribu atau turun 1,16% dibanding pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 sebesar Rp5.108.848.027,- ribu. Penurunan ini disebabkan oleh Giro pada Bank Indonesia sebesar Rp42.841.760,-ribu atau turun 30.60% dari posisi akhir tahun sebelumnya, penempatan pada BI dan bank lain sebesar Rp125.238,-ribu atau turun 31.44% dari posisi akhir tahun sebelumnya, penurunan ini diimbangi juga dengan naiknya surat berharga sebesar Rp131.802.001 atau 98.83% dari posisi akhir tahun sebelumnya dan kenaikan kredit sebesar Rp 562.883.953 atau 14.74% dari posisi akhir tahun sebelumnya.

Total aset Perseroan pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp5.108.848.027,- ribu mengalami penurunan sebesar Rp572.977.964,- ribu atau turun sebesar 12,63% dari Rp4.535.870.063,- ribu pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2018. Penurunan ini terutama disebabkan karena penurunan penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain sebesar Rp282.425.969,- ribu atau 40,257% dari Rp701.268.098,- ribu pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2018 menjadi Rp419.295.279,- ribu pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 yang diimbangi dengan naiknya surat berharga sebesar Rp485.176.456,- ribu atau sebesar 121,48% dari Rp399.377.677,- ribu pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2018 menjadi Rp884.554.133,- ribu pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 dan peningkatan pada pinjaman yang diberikan – bersih

(10)

sebesar Rp354.775.741,- ribu atau 12,22% dari Rp2.902.192.229,- ribu pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2018 menjadi Rp3.256.967.970,- ribu pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019.

Giro pada Bank Lain

Giro pada Bank Lain Perseroan pada periode tujuh bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 adalah sebesar Rp664.164,- ribu mengalami penurunan sebesar Rp304.588,- ribu atau turun 31,44% dibanding pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 sebesar Rp968.752,- ribu. Penurunan ini disebabkan oleh adanya penurunan saldo giro pada beberapa bank, seperti Bank Maybank dan BPD Bali.

Giro pada Bank Lain Perseroan pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp968.752,- ribu mengalami penurunan sebesar Rp2.746.151,- ribu atau turun sebesar 73,92% dari Rp3.714.903,- ribu pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2018. Penurunan ini terutama disebabkan adanya penarikan Giro dan menurunnya saldo Giro pada beberapa bank diantaranya Bank Mandiri, Bank JTrust Indonesia, dan Bank Central Asia.

Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain

Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain Perseroan pada periode tujuh bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 adalah sebesar Rp294.056.931,- ribu mengalami penurunan sebesar Rp125.238.348 atau turun 29,87% dibanding pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 sebesar Rp419.295.279,- ribu. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya deposito berjangk dan call money yang masing-masing sebesar Rp53.700.000.-ribu dan Rp200.000.000.-ribu .

Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain Perseroan pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp419.295.279,- ribu mengalami penurunan sebesar Rp282.425.969,- ribu atau turun sebesar 40,25% dari Rp701.721.248,- ribu pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2018. Penurunan ini terutama disebabkan menurunnya deposit facility, deposito berjangka dan call money masing-masing sebesar Rp103.475.969,- ribu, Rp108.950.000,- ribu dan Rp70.000.000,- ribu dan juga merupakan bagian dari manajemen likuiditas Bank.

Efek yang dibeli dengan janji dijual kembali

Efek yang dibeli dengan janji dijual kembali Perseroan pada periode tujuh bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 adalah sebesar Rp138.046.699,- ribu mengalami penurunan sebesar Rp613.147.987,- ribu atau turun 81,62% dibanding pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 sebesar Rp751.194.686,- ribu. Penurunan ini disebabkan oleh telah terjualnya beberapa efek dari Bank Indonesia sebesar Rp751.194.686,- ribu .

Efek yang dibeli dengan janji dijual kembali Perseroan pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp751.194.686,- ribu mengalami peningkatan sebesar Rp625.169.961,- ribu atau naik sebesar 496,07% dibandingkan pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2018 yaitu sebesar Rp126.024.725,- ribu. Penigkatan ini disebabkan diterbitkannya beberapa efek baru seperti 4 jenis efek dari Bank Indonesia dengan total nilai sebesar Rp609.920.717,- ribu.

Efek-efek

Saldo efek Perseroan pada periode tujuh bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 adalah sebesar Rp265.161.449,- ribu mengalami peningkatan sebesar Rp131.802.002,- ribu atau naik 98,83% dibanding pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 sebesar Rp133.359.447,- ribu. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya pertambahan efek-efek dari Bank Indonesia seperti Obligasi Retail Indonesia naik sebesar Rp88.000.000,-ribu atau sebesar 176% dari posisi akhir tahun sebelumnya, Surat Utang Negara naik sebesar Rp44.000.000,- ribu atau sebesar 110% dari posisi akhir tahun sbelumnya dan pertambahan Medium Term Notes sebesar Rp2.000.000,- ribu.

Saldo efek Perseroan pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp133.359.447,- ribu mengalami penurunan sebesar Rp139.993.505,- ribu atau turun sebesar 51,21% dibandingkan pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2018 yaitu sebesar Rp273.352.952,- ribu. Penurunan ini terutama disebabkan karena telah jatuh temponya Negotiable certificates of deposits dan Sukuk ritel Negara dengan masing-masing sebesar Rp91.000.000,- ribu dan Rp50.000.000,- ribu.

Pinjaman yang diberikan

Pinjaman yang diberikan Perseroan pada periode tujuh bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 adalah sebesar Rp3.819.851.923,- ribu mengalami peningkatan sebesar Rp562.883.953,- ribu atau naik 17,28% dibanding pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 sebesar Rp3.256.967.970,- ribu. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah kredit modal kerja sebesar Rp212.018.317.-ribu atau 8.94% dari posisi akhir tahun sebelumnya dan peningkatan jumlah kredit investasi sebesar Rp310.505.103,-ribu atau sebesar 40.60% dari posisi akhir tahun sebelumnya.

Pinjaman yang diberikan Perseroan pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp3.256.967.970,- ribu mengalami peningkatan sebesar Rp354.775.741,- ribu atau naik sebesar 12,22% dibandingkan pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2018 yaitu sebesar Rp2.902.192.229,- ribu. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya ekspansi kredit terutama di

(11)

segmen SME, selain itu terdapat peningkatan jumlah pinjaman investasi sebesar Rp283.576.659,- ribu atau 58,93% dari Rp481.214.530,- ribu pada tanggal 31 Desember 2018 menjadi Rp764.791.189,- ribu pada tanggal 31 Desember 2019.

Aset pajak tangguhan - bersih

Saldo aset pajak tangguhan - bersih Perseroan pada periode tujuh bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 adalah sebesar Rp2.269.032,- ribu mengalami penurunan sebesar Rp864.470,- ribu atau turun 8,85% dibanding pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 sebesar Rp3.133.502,- ribu. Penurunan ini disebabkan oleh akumulasi rugi fiskal.

Saldo aset pajak tangguhan - bersih Perseroan pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp3.133.502,- ribu mengalami penurunan sebesar Rp4.229.046,- ribu atau turun sebesar 57,44% dibandingkan pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2018 yaitu sebesar Rp7.362.548,- ribu. Penurunan ini berasal dari pajak tangguhan atas akumulasi laba/rugi karena efek merger berdasarkan Peraturan yang berlaku.

2.3.2 Pertumbuhan Liabilitas Pertumbuhan Jumlah Liabilitas

Jumlah liabilitas Perseroan pada periode tujuh bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 adalah sebesar Rp3.031.043.699,- ribu mengalami penurunan sebesar Rp55.975.910,- ribu atau turun 1,81% dibanding pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 sebesar Rp3.087.019.609,- ribu. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan simpanan dari bank lain sebesar Rp272.006.215.-ribu atau turun 46.62% dari akhir tahun sebelumnya dan diimbangi dengan kenaikan jumlah simpanan nasabah sebesar Rp199.153.499,- ribu atau naik 8,52% dari akhir tahun sebelumnya.

Jumlah liabilitas Perseroan pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp3.087.019.609,- ribu mengalami kenaikan sebesar Rp142.039.231,- ribu atau naik sebesar 4,82% dari Rp2.944.980.378,- ribu pada tanggal 31 Desember 2018. Peningkatan ini disebabkan meningkatnya saldo simpanan dari nasabah sebesar Rp410.523.862,- ribu atau 21,31% dari Rp1.926.645.061,- ribu pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2018 menjadi Rp2.337.168.923,- ribu pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 diimbangi dengan adanya penurunan pada simpanan dari Bank Lain sebesar Rp261.037.689,- ribu atau sebesar 27,16% dari Rp960.950.40,- ribu pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2018 menjadi Rp699.912.715,- ribu pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019.

Simpanan dari Nasabah

Simpanan dari nasabah Perseroan pada periode tujuh bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 adalah sebesar Rp2.536.322.422,- ribu mengalami peningkatan sebesar Rp199.153.499,- ribu atau naik 8,52% dibanding pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 sebesar Rp2.337.168.923,- ribu. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan pada deposito sebesar Rp.245.914.797.-ribu atau 12.76% dari akhir tahun sebelumnya.

Simpanan dari nasabah Perseroan pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp2.337.168.923,- ribu mengalami peningkatan sebesar Rp410.523.862,- ribu atau naik sebesar 21,31% dibandingkan pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2018 yaitu sebesar Rp1.926.645.061,- ribu. Peningkatan ini disebabkan peningkatan pada simpanan dana pihak ketiga sebesar Rp483.094.395,- ribu atau sebesar 27,03% dari Rp1.787.016.502,- ribu pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2018 menjadi Rp2.270.110.897,- ribu pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 yang terdiri atas giro, tabungan, dan deposito. Simpanan dari Bank Lain

Simpanan dari Bank Lain Perseroan pada periode tujuh bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 adalah sebesar Rp403.914.909,- ribu mengalami penurunan sebesar Rp295.997.806,- ribu atau turun 42,29% dibanding pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 sebesar Rp699.912.715,- ribu. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan deposito berjangka sebesar Rp272.006.215 atau turun 38.86% dari posisi tahun sebelumnya.

Simpanan dari Bank lain Perseroan pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp699.912.715,- ribu mengalami penurunan sebesar Rp261.037.689,- ribu atau turun sebesar 27,16% dibandingkan pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2018 yaitu sebesar Rp960.950.404,- ribu. Penurunan ini disebabkan menurunnya saldo interbank call money sebesar 100% dari Rp201.000.000,- ribu pada tanggal 31 Desember 2018.

2.3.3 Pertumbuhan Ekuitas

Jumlah ekuitas Perseroan pada periode tujuh bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2020 adalah sebesar Rp2.018.765.525,- ribu mengalami penurunan sebesar Rp3.065.893 atau turun 0,15% dibanding pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 sebesar Rp2.021.828.418,- ribu. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan tambahan modal disetor sebesar Rp637.649,-ribu dari posisi akhir tahun sebelumnya.

Jumlah ekuitas Perseroan pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp2.021.828.418,- ribu mengalami peningkatan sebesar Rp430.938.733,- ribu atau naik sebesar 27,09% dibandingkan pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember

(12)

2018 yaitu sebesar Rp1.590.889.685,- ribu. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh penambahan modal disetor sebesar Rp500.000.000,- ribu pada Desember 2019.

2.4. Rasio Keuangan Perseroan

Berikut tabel yang menunjukkan rasio keuangan Perseroan pada tanggal 31 Juli 2020, 31 Desember 2019 dan 2018

(dalam %)

*) disajikan kembali

**) tidak termasuk antar bank

2.5. RBBR (RISK BASED BANK RATING)

2.5.1 Profil Risiko

Berdasarkan hasil penilaian (self assessment) profil risiko Perseroan untuk periode penilaian yang berakhir pada 30 Juni 2020, peringkat risiko komposit bank dinilai low to Moderate dengan risiko inheren dinilai Moderate dan kualitas penerapan manajemen risiko dinilai fair pergerakan arah risiko secara komposit cenderung stabil.

Secara keseluruhan peringkat profil risiko Bank memiliki karakteristik sebagai berikut :

31 Juli 2020* 31 Desember

2019** Pertumbuhan

Pendapatan bunga 7,27 0,38

Pendapatan operasional selain bunga 437,05 1,17

Laba operasional 210,11 (212,66)

Laba tahun berjalan (155.87) (166,60)

Aset (1,16) 12,63

Liabilitas (1,81) 4,82

Ekuitas (0,15) 27,09

*) 31 Juli 2020 dibandingkan dengan 31 Juli 2019

**) 31 Desember 2019 dibandingkan dengan 31 Desember 2018

(dalam %) Keterangan 31 Juli 2020 31 Desember 2019 31 Desember 2018* Solvabilitas

Liabilitas terhadap Aset (Debt to Asset Ratio) 0,60 0,60 0,65

Liabilitas terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) 1,50 1,53 1,85 Permodalan

Rasio Kecukupan Modal 45,49 41,27 51,28

Aset Produktif

Aset Produktif Bermasalah terhadap total aset 2,50 1,81 1,51

NPL (nett) 3,19 2,60 2,31

NPL (gross) 3,52 2,95 2,76

PPAP terhadap aset produktif Profitabilitas

Return on Assets (ROA) 0,45 (0,27) 0,65

Return on Equity (ROE) 1,20 (1,17) 1,77

Net Interest Margin (NIM) 5,47 5,47 6,04

Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional 95,50 102,21 98,03 Likuiditas

Loan to Funding Ratio (LFR)* 132,75 115,57 114,92

Giro Wajib Minimum Primer 3,97 6,44 7,54

Giro Wajib Minimum Sekunder 16,61 43,99 15,02

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Ketentuan Bank Indonesia

Modal Inti 8,67 6,00 6,00

Modal Inti Utama 0,00 4,50 4,50

(13)

▪ Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari risiko inheren komposit tergolong rendah menuju sedang selama periode waktu 3 bulan mendatang.

▪ Kualitas penerapan manajemen risiko secara komposit dinilai Fair antara lain dikarenakan masih adanya beberapa keterbatasan terutama dalam hal pelaksanaan risk governance, kecukupan risk management framework dansistem pengendalian risiko serta dukungan ketersediaan sistem informasi teknologi.

Trend risiko kedepan diharapkan semakin lebih baik melalui upaya optimalisasi fungsi dari masing-masing aktivitas fungsional serta peningkatan kecukupan dan efektifitas pelaksanaan sistem pengendalian risiko.

Struktur Permodalan Bank per posisi 31 Juli 2020 tergolong cukup baik tercermin dari rasio kewajiban penyediaan modal minimum (CAR) sebesar 45,49% dengan rasio jumlah modal inti (Tier 1) terhadap ATMR sebesar 45,10%. Rasio CAR sebesar di atas, melebihi batas penyediaan modal minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yakni sebesar 9% (sembilan persen) sampai dengan kurang dari 10% (sepuluh persen) dari Aset tertimbang menurut risiko (ATMR), untuk Bank dengan profil risiko peringkat 2 (dua).

Rasio ekuitas di atas juga menunjukan bahwa Bank mempunyai potensi yang cukup dalam aktivitas penyaluran dana kepada semua sektor usaha. Ketersediaan cadangan modal yang cukup dapat mengcover risiko kerugian yang timbul sebagai dampak meningkatnya aktivitas bisnis di masa mendatang.

Dalam menghitung nilai rasio kewajiban penyediaan modal minimum (CAR) di atas, Bank berpedoman kepada peraturan Bank Indonesia yang mengatur tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, dimana Aset tertimbang menurut risiko (ATMR) yang digunakan dalam perhitungan modal minimum terdiri atas ATMR untuk Risiko Kredit, Risiko Operasional; dan Risiko Pasar. Selanjutnya dalam menentukan besarnya ATMR untuk Risiko Kredit, Bank menggunakan pendekatan Standar (Standardized Approach); dan untuk Risiko Operasional, menggunakan pendekatan Indikator Dasar (Basic Indicator Approach). Sementara itu untuk ATMR Risiko Pasar (trading book) Bank menggunakan pendekatan metode stand

Posisi CAR tanpa memperhitungkan risiko pasar Perseroan per tanggal 31 Juli 2020, 31 Desember 2019 dan 2018 masing-masing adalah 45,49%, 41,27% dan 51,28%.

Posisi CAR dengan memperhitungkan risiko Kredit, Operasional dan pasar Perseroan per tanggal 31 Juli 2020, 31 Desember 2019 dan 2018 masing-masing adalah 45,49%, 41,27% dan 51,28%.

Berdasarkan kriteria perbankan sesuai peraturan Bank Indonesia, rasio CAR Perseroan saat ini masih diatas ketentuan batas minimum yang dipersyaratkan Bank Indonesia sehingga Perseroan masih dapat meningkatkan aset produktif tanpa melanggar ketentuan CAR yang ditetapkan oleh peraturan Bank Indonesia.

2.5.2 Good Coorporate Governance (GCG)

Sebagai sebuah lembaga perbankan yang dipercaya oleh Pemerintah dalam mengelola dana masyarakat, Manajemen sadar bahwa kepercayaan publik terhadap Perseroan disamping tergantung pada kinerja dan kemampuan Bank dalam mengelola risiko, juga diperlukan adanya sikap profesionalisme, independensi, integritas dari para pengurus serta transparansi atas informasi yang berkaitan dengan kondisi keuangan maupun non keuangan kepada Publik, namun hal tersebut tentunya dengan tidak sama sekali mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan Bank sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Perwujudan dari pemikiran tersebut hanya dapat dilaksanakan apabila Bank dalam melakukan aktivitasnya senantiasa menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang meliputi lima prinsip dasar. Pertama,transparansi (transparency),yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan. Kedua, akuntabilitas (accountability)yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif. Ketiga, pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan perundang undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat. Keempat, independensi (independency)yaitu pengelolaan bank secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun. Kelima, kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penerapan prinsip-prinsip dasar GCG tersebut di atas telah diterapkan Perseroan sebagai bagian dari budaya perusahaan yang senantiasa dipelihara, dijaga dan terus ditingkatkan kualitasnya dalam rangka mewujudkan visi, misi dan nilai-nilai perusahaan, dengan komitmen untuk mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan serta menciptakan suatu nilai yang optimal bagi pemegang saham dan stakeholders pada umumnya.

Perseroan berkeyakinan bahwa implementasi GCG yang efektif akan mendukung pencapaian sasaran bisnis dalam jangka panjang dan memberikan keunggulan kompetitif dalam menghadapi persaingan. Sehubungan dengan hal tersebut, Perseroan secara terus menerus berupaya agar prinsip GCG dipraktekan dengan standar tertinggi dan secara berkala dilakukan pengukuran-pengukuran dan perbandingan dengan pihak luar.

(14)

Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tentang pelaksanaan GCG bagi Bank Umum, dengan ini kami sampaikan Laporan Pelaksanaan GCG, yang terdiri dari transparansi pelaksanaan GCG dan kesimpulan hasil pe (self assessment) pelaksanaan GCG di Perseroan.

Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia mengenai pelaksanaan GCG bagi bank umum, pada bulan Juni tahun 2020 Bank melakukan self assessment implementansi GCG untuk periode semester 1 tahun 2020.

Hasil penilaian pelaksanaan (self assessment) GCG yang dilakukan secara independen oleh Tim GCG Bank, menempatkan Bank pada peringkat 2 atau “Baik” dengan nilai (komposit) 2.

Kualitas Aset Produktif (KAP) Perseroan dapat dinilai berdasarkan:

• Rasio aset produktif bermasalah Perseroan dihitung atas total kolektibilitas kredit yang tergolong kurang lancar (kolektibilitas 3), diragukan (kolektibilitas 4) dan macet (kolektibilitas 5) dibandingkan dengan total aset produktif Perseroan, nilai per tanggal 31 Juli 2020, 31 Desember 2019, dan 2018 adalah masing-masing sebesar 2,50%, 1,81% dan 1,51%

• NPL – kotor Perseroan per tanggal 31 Juli 2020, 31 Desember 2019 dan 2018 adalah masing-masing sebesar 3,52%, 2,95% dan 2,76%. Kondisi di tahun 2019 menunjukkan bahwa Perseroan mampu mengelola rasio kredit bermasalah di bawah ketentuan Bank Indonesia yaitu sebesar 5%.

• NPL – bersih Perseroan per tanggal 31 Juli 2020, 31 Desember 2019 dan 2018 adalah masing-masing sebesar 3,19%, 2,60% dan 2,31%. Kondisi di tahun 2019 menunjukkan bahwa Perseroan mampu mengelola rasio kredit bermasalah dibawah ketentuan Bank Indonesia yaitu sebesar 5%.

Kenaikan dan penurunan NPL disebabkan karena adanya pergeseran tingkat kolektibilitas kredit yang disebabkan dari kemampuan debitur dalam melunasi pinjaman, baik pokok dan bunga, sampai dengan jatuh tempo.

Penanganan Kredit Bermasalah

Dalam penanggulangan kredit bermasalah, Perseroan telah membentuk unit kerja khusus yang menangani kredit yang bermasalah. Unit kerja dibentuk untuk menangani kredit bermasalah dan kredit yang mulai menunjukkan gejala bermasalah serta mengupayakan penyelesaian atas seluruh aset yang diambil alih.

Sasaran dari unit kerja penanganan kredit bermasalah adalah: a. Meningkatkan kualitas kredit

b. Menurunkan jumlah kredit bermasalah (non-performing loan)

c. Mengupayakan penjualan atas aset-aset yang diambil alih dalam rangka penyelesaian kredit bermasalah Pelimpahan Tanggung Jawab Penanganan Kredit Bermasalah

Apabila upaya penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan oleh unit kerja marketing tidak menghasilkan perbaikan kualitas kredit, maka penanganan selanjutnya akan diserahkan kepada eksternal lawyer yang sudah memiliki kerjasama dengan Perseroan. Adapun kriteria yang dipergunakan untuk menentukan peralihan dari unit kerja marketing ke unit kerja penanganan kredit bermasalah adalah debitur yang memenuhi satu atau lebih dari kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki kualitas kredit di luar Lancar dan atau akan dilakukan restrukturisasi kredit yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia. Khusus untuk debitur dengan kualitas kredit Dalam Perhatian Khusus yang belum ada rencana untuk direstrukturisasi, masih dapat ditangani oleh unit kerja marketing, dan atau.

2. Menunggak pembayaran angsuran pokok dan atau bunga kredit maksimal 9 (sembilan) kali angsuran berturut-turut atau kurang lebih 9 (sembilan) bulan namun menurut pertimbangan dan analisis Marketing, kolektibilitas account debitur tersebut cenderung akan memburuk, dan/atau.

3. Hasil usaha pada saat ini maupun proyeksi hasil usaha selama 9 (sembilan) bulan mendatang, tidak cukup untuk membayar kewajiban bunga ataupun kewajiban lainnya secara normal tanpa ada keringanan, dan/atau

4. Menunjukkan indikasi itikad yang tidak baik seperti sukar dihubungi, ada indikasi akan menutup usahanya ataupun melarikan diri, terlibat dalam kasus pelanggaran hukum, dan/atau

5. Dinyatakan dalam keadaan pailit oleh Pengadilan Niaga, baik atas permintaan sendiri ataupun oleh pihak kreditur. Pemantauan, Laporan Dan Evaluasi Penyelesaian Kredit Bermasalah

(15)

• Laporan bulanan yang dibuat secara rutin dari semua kredit bermasalah mengenai penyelesaian kredit bermasalah, perkembangan debitur bermasalah dan perkembangan dari setiap kredit yang direstrukturisasi.

• Kunjungan ke debitur dan membuat call report agar dapat ditindaklanjuti dengan lebih baik dan dapat mengetahui secara dini bila terdapat hal-hal yang meragukan/mencurigakan.

• Hubungan yang intensif dengan debitur melalui telepon maupun kunjungan langsung untuk memastikan bahwa debitur tidak menjumpai masalah-masalah yang serius.

• Evaluasi bulanan dan triwulan atas setiap kredit yang direstrukturisasi.

• Evaluasi terhadap efektifitas program penyelesaian kredit bermasalah yang telah dijalankan minimal setiap 9 (sembilan) bulan sekali.

Bila diperlukan, secara berkala akan dikeluarkan kebijakan tambahan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan penanganan kredit bermasalah.

Kebijakan Perseroan terhadap pengambilalihan jaminan kredit menjadi AYDA adalah merupakan langkah terakhir Perseroan dalam menyelamatkan atau memitigasi risiko kredit. Debitur tetap masih diberikan opsi untuk ikut menjual sendiri jaminannya sampai periode waktu tertentu yang telah disepakati walaupun jaminan yang bersangkutan telah dikuasai oleh Bank.

Dalam pelaksanaan likuidasi atas AYDA, Perseroan akan melakukan kerjasama dengan pihak ketiga (agen property), disamping Perseroan melakukan penjualan sendiri baik melalui iklan di media masa ataupun melalui peran aktif karyawan (dengan fee penjualan tertentu).

2.5.3 Rentabilitas

Perseroan pada 31 Juli 2020 mencatatkan laba sebesar Rp8.401,- juta. Pencapaian Laba bersih pada target 31 Juli 2020 masih dibawah target RBB Rp.10.207,- juta. Faktor utama pencapaian laba dikarenakan pertumbuhan kredit yang cukup signifikan dari sebesar Rp3.276.729,- juta menjadi Rp3.856.190,-juta yaitu sebesar 17,70%.

Selain itu Net Interest Margin Perseroan pada 31 Juli 2020 relatif stabil dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2019, sebesar 5,47%. Kualitas manajemen Perseroan tercermin dari cost to asset ratio yang menunjukkan tingkat efisiensi Perseroan. Cost to asset ratio per tanggal 31 Juli 2020, 31 Desember 2019 dan 2018 adalah masing-masing sebesar 2,86%, 4,38% dan 4,97% dimana biaya tersebut relative kecil dan terus menunjukan tren menurun..

Penerapan prinsip good corporate governance telah diterapkan dalam pelaksanaan operasional sesuai azas-azas transparansi, akuntabilitas, responsibility, indepedency dan fairness pelaporan keuangan sesuai Peraturan Bank Indonesia.

Seluruh stakeholder Perseroan mempunyai komitmen yang tinggi agar perusahaan dikelola dengan praktek penerapan tata kelola usaha yang sehat meliputi penerapan 5 prinsip Good Corporate Governance (GCG)

1. Keterbukaan (Transparancy) 2. Akuntabilitas (Accountability) 3. Tanggung Jawab (Responsibility) 4. Independensi (Independency) 5. Kewajaran (Fairness)

Dengan penerapan prinsip-prinsip tersebut maka bank harus berani mengungkapkan hal-hal yang memang harus diungkapkan kepada masyarakat namun tetap harus memperhatikan hal-hal yang wajib dirahasiakan sesuai ketentuan UU.

Adanya keterbatasan tanggung jawab yang jelas untuk masing-masing organisasi yang di kelola secara hati-hati dan bertanggung jawab terhindar dari dominasi tidak wajar dengan orang-orang terentu dan conflic of interest dan yang terakhir harus ada equal treatmnent untuk semua pihak

Dalam rangka penerapan manajemen risiko bagi bank umum sesuai POJK Nomor 18 / POJK.03 / 2016 Tanggal 22 Maret 2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Umum dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 34 / SEOJK.03 / 2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum serta Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14 / SEOJK.03 / 2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Sesuai hasil assesment per 30 Juni 2020 penerapan GCG dengan Peringkat Komposit 2 (Baik), Profil Risiko Perseroan Low to Moderate dengan peringkat 2. Rentabilitas Perseroan peringkat 2 (Baik) serta permodalan peringkat 2. Dengan kondisi 4 (empat) komponen penilaian tersebut, maka tingkat kesehatan Perseroan 30 Juni 2020 berada di peringkat 2.

Referensi

Dokumen terkait

Apabila saham yang ditawarkan dalam PUT I ini tidak seluruhnya diambil oleh pemegang saham atau pemegang bukti HMETD, maka sisanya akan dialokasikan kepada

Objek yang akan diteliti adalah mahasiswi Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadyah Sumatera Utara yang masih aktif mengikuti kegiatan perkuliahan dan

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa ability pegawai pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) dalam meningkatkan kinerja pegawai terdiri

PT SARANA MEDITAMA METROPOLITAN TBK (“PERSEROAN”) BERTANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA ATAS KEBENARAN SEMUA INFORMASI, FAKTA, DATA, ATAU LAPORAN DAN KEJUJURAN PENDAPAT

Jika Saham Baru yang ditawarkan dalam PUT I ini tidak seluruhnya diambil oleh pemegang HMETD porsi publik, maka sisanya akan dialokasikan kepada pemegang HMETD publik lainnya

nilai p>0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh resorpsi akar gigi molar bawah sulung fisiologis dan patologis terhadap tumbuh kembang gigi premolar satu

Adalah diharapkan perhimpunan ini bukan sahaja memberi peluang kepada kita semua untuk mengambil tempat dalam perjuangan tetapi dapat memperteguhkan lagi kedudukan UMNO

Memahami pola perubahan kalimat aktif dan pasif dalam percakapan sehari-hari KISI-KISI SOAL TAHUN PELAJARAN 2020/2021 Nama Sekolah Mata Pelajaran Kurikulum Acuan Bahan