Pengelolaan Bencana
Kegunungapian Kelud pada
BUNGA RAMPAI PENELITIAN
Pengelolaan Bencana
Kegunungapian Kelud pada
Periode Krisis Erupsi 2014
Bunga Rampai Penelitian:
Pengelolaan Bencana pada Kegunungapian Kelud pada Periode Krisis Erupsi 2014
Editor: Junun Sartohadi dan Elok Surya Pratiwi All Rights reserved.
Edisi Indonesia diterbitkan Pustaka Pelajar © 2014 Edisi Indonesia
Cetakan I, Juli 2014
Desain Cover ● Amaryllis Graphic House Pemeriksa Aksara ● Priyati
Penata Aksara ● Amaryllis Penerbit:
PUSTAKA PELAJAR
Celeban Timur UH III/548 Yogyakarta 55167 Telp. (0274) 381542, Fax. (0274) 383083 E-mail: pustakapelajar@yahoo.com ISBN: 978-602-229-329-3
Pelaksanaan
Rehabilitasi-Rekonstruksi Fisik Pasca-Erupsi
Gunungapi Kelud 2014 di
Kabupaten Kediri
The Physical (Infrastructures and
Facilities) Rehabilitation-Reconstruction
after the 2014 Eruption of Kelud Volcano
in Kediri Regency
(Galih Aries Swastanto, Edwin Maulana, Puspita Indra Wardana, Evi Dwi Lestari)
Intisari
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan
rehabi-litasi-rekonstruksifisik (bangunan) pasca erupsi Gunungapi
Ke-lud 2014 di Kabupaten Kediri. Penelitian dilakukan di tiga keca-mat an terdampak paling parah yang meliputi Kecakeca-matan Puncu,
Kecamatan Kepung, dan Kecamatan Ploso Klaten. Metode
pene-litian yang digunakan adalah metode induktif kualitatif dengan pen dekatan phenomenology. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara survei lapangan, wawacara mendalam (in-depth inteview), dan informasi dari instansi terkait.
Pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi fisik dampak erupsi
Gu-nungapi Kelud di lokasi penelitian dilakukan dalam waktu tiga
minggu (24 Februari-14 Maret 2014) oleh Pemerintah Provinsi Ja-wa Timur. Fokus utama kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi
fi-sik adalah perbaikan rumah warga yang rusak. Pelaksanaan
re-habilitasi-rekonstruksi fisik dampak bencana erupsi Gunungapi
Kelud berbeda dengan pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi yang per nah dilakukan di wilayah lain di Indonesia. Peran masyarakat
da lam pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi fisik sangat minim
se-kali, sehingga menyebabkan proses rehabilitasi-rekonstruksi men-jadi terhambat.
Kata Kunci: Rehabilitasi, Rekonstruksi, Erupsi, Gunungapi Kelud Abstract
The aim of this research is to analyze the infrastructures and facilities rehabilitation and reconstruction after Kelud Volcano eruption on 2014 in the Kediri Regency. The research was conducted in the most affected sub-districs namely Puncu, Kepung and Ploso Klaten. The method used in this research was inductive qualitative method with phenomenology approach. The data was obtained through field survey, in-depth interview, and information from related institutions.
The implementation of housing rehabilitation-reconstruction was done within 3 weeks (24 February-14 March 2014). The government of East Java Province played a major role in the process. The primary focus in the rehabilitation-reconstruction process was repairing the damaged houses. The implementation of rehabilitation-reconstruction in the Kelud Volcano eruption’s case different from other rehabilitation – reconstruction processes which had been done in other places in Indonesia. The lack of community participation had slowed down the process.
Pendahuluan
G
unungapi Kelud merupakan gunungapi bertipe strato yangrelatif kecil dengan ketinggian 1731 m di atas muka laut atau 1650 m diatas Kota Kediri dan Blitar (Sahara et al, 2009). Gunungapi Kelud adalah salah satu gunungapi aktif di Jawa Timur yang sering bererupsi dengan tipe letusan eksplosif (Zaennudin 2009). Menurut catatan sejarah aktivitas Gunungapi Kelud pada tahun 1586 yang
mengakibatkan 10.000 orang meninggal dunia, dan erupsi tahun
1919 dengan korban jiwa mencapai 5160 merupakan erupsi terdah-syat yang pernah terjadi (Kusumadinata, 1979).
Erupsi Gunungapi Kelud terjadi pada tanggal 13 Februari 2014. Peristiwa erupsi Gunungapi Kelud ditandai dengan peningkatan sta tus Gunungapi Kelud oleh PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mi-tigasi Bencana Gunungapi) dari aktif normal ke waspada tanggal 2 Februari 2014. Pada status waspada, PVMBG merekomendasikan
agar masyarakat tidak mendekat ke kubah lava dalam radius 2 km.
Ka rena aktivitas Gunungapi Kelud terus mengalami peningkatan, status Gunungapi Kelud ditingkatkan menjadi siaga pada 10 Feb-ruari 2014. Pada tanggal 13 FebFeb-ruari 2014 pukul 21.15 WIB, PVMBG
menetapkan status awas dan diikuti dengan erupsi pada pukul
22.55 WIB.
Dampak erupsi Gunungapi Kelud paling besar dirasakan oleh
masyarakat di Kabupaten Kediri. Berdasarkan data dari Pusat
Ko-mando Rehabilitasi-rekonstruksiTNI tahun 2014, terdapat 10.740 rumah dan 108 fasilitas umum yang rusak karena erupsi Gunungapi
Ke lud. Kerusakan paling parah tersebar di tiga wilayah kecamatan di Kabupaten Kediri yaitu: Puncu, Kepung dan Plosoklaten (Tabel.
1).
Kerusakan bangunan permukiman harus menjadi prioritas
uta ma dalam tahap rehabilitasi-rekonstruksi. Hal ini disebabkan
kerusakan rumah karena bencana dapat menghambat usaha
Kegiatan perbaikan permukiman dimulai tanggal 24 Februari-9 Maret 2014 pada masa rehabilitasi-rekonstruksi dampak erupsi Gunungapi Kelud. Pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan KO-DAM V/Brawijaya dan POLDA Jawa Timur.
TABEL 1. Rekapitulasi Kerusakan Bangunan di Kabupaten Kediri
Kecamatan Desa Kerusakan Rumah Fasilitas Umum
Jmlh Berat Jmlh R. Ibadah Puncu Puncu 2165 433 0 1732 13 4 5 4 Asmorobangun 2260 505 0 1755 23 10 3 10 Satak 954 330 0 615 10 3 0 7 Kepung Wonorejo 0 0 0 0 6 2 1 3 Kebon Rojo 1400 280 0 1120 8 3 3 2 Kampung Baru 1504 404 0 1100 13 5 2 6 Besowo 2280 1475 0 805 5 3 2 0 Plosoklaten Sepawon 24 24 0 0 0 0 0 0 Sumber Agung 15 15 0 0 0 0 0 0 Pranggang 15 15 0 0 2 0 0 2 Trisulo 10 10 0 0 6 2 2 2 Punjol 10 10 0 0 3 1 2 Kawedusan 15 15 0 0 8 3 1 4 Klanderan 21 21 0 0 2 1 0 1 Brenggolo 14 14 0 0 0 0 0 0 Ploso Lor 15 15 0 0 1 0 0 1 Ploso Kidul 13 13 0 0 2 0 0 2 Jarak 17 17 0 0 2 0 1 1 Panjer 8 8 0 0 0 0 0 0 Gondang 0 0 0 0 4 2 1 1 Jumlah 3604 0 7127 108 38 22 48
Sumber: Pusat Komando Rehabilitasi-rekonstruksiTNI, 2014
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana proses rehabilitasi-rekonstruksi yang telah dilakukan oleh
pemerintah. Apakah pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksitelah me nyentuh semua aspek yang menjadi fokus dalam rekonstruksi-rehabilitasi untuk menciptakan kondisi yang lebih baik pascabencana (Build Back Better). Pengalaman pengelolaan bencana diharapkan
dapat menjadi pembelajaran dalam menghadapi bencana yang akan datang.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di tiga wilayah kecamatan di Kabupaten Kediri yaitu: Puncu, Kepung dan Plosoklaten. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan wilayah Kabupaten Kediri merupakan wilayah yang memiliki dampak pa ling besar dari erupsi Gunungapi Kelud 2014. Jarak Kecamatan Puncu, Kepung dan Plosoklaten berada diantara 3-25 km dari puncak Gunungapi Kelud atau berada diantara Kawasan Rawan Bencana III dan Kawasan Rawan Bencana II.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
induktif kualitatif serta menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi adalah untuk mencari unit-unit infor-masi yang ada di lapangan yaitu berupa pikiran-pikiran, pendapat, dan sesuatu yang sifatnya kegiatan atau aktivitas yang bisa diamati
(Muhadjir, 1996). Informan yang akan diteliti adalah masyarakat ter kait, yaitu penduduk desa/kelurahan, tokoh dalam masyarakat yaitu kepala dusun/kepala desa, pemerintah kecamatan, anggota TNI (Tentara Nasional Indonesia) yang terlibat dalam pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi dampak erupsi Gunungapi Kelud
un-tuk mendapatkan kualitas data yang memadai. Data dari di la-pangan berupa hasil wawancara mendalam, hasil observasi dan dokumentasi dianalisis menggunakan tahapan analisis yang
di-kemukakan oleh Sugiyono (2009 : 92-99), yaitu: Data Reduction
(Re-duksi Data), Data Display (Penyajian Data), dan Conclusion Drawing/ Verification (penarikan kesimpulan).
Hasil dan Pembahasan
Gambaran Umum Daerah Penelitian
Kecamatan Plosoklaten terletak di sisi timur Kabupaten Kediri
de-ngan luas wilayah 88,59 km2, yang terdiri dari 15 desa dengan jumlah
penduduk 66.896 jiwa. Masyarakat di Kecamatan Plosoklaten mayo-ritas bermatapencaharian sebagai petani (10.951 jiwa).
Kecamatan Puncu terletak di sebelah barat Kecamatan
Ploso-klaten. Luas wilayah Kecamatan Puncu adalah 68,25 km2 yang
ter-bagi menjadi 8 desa. Jumlah penduduk di Kecamatan Puncu se-banyak 57.506 jiwa yang bekerja di beberapa sektor antara lain: pertanian (14.319 jiwa), industri (1338 jiwa), konstruksi (479 jiwa), perdagangan (1106 jiwa), penggalian (158 jiwa), PNS/TNI/POLRI (620 jiwa).
Kecamatan Kepung terletak di sisi barat Kecamatan Puncu. Wilayah kecamatan Puncu terdiri dari 10 desa dengan total luas
wilayah 101,53 km2. Penduduk Kecamatan Kepung berjumlah 77.709
jiwa yang terdiri dari 38.446 laki-laki dan 39.263 perempuan.
Dampak Erupsi Gunungapi Kelud
Dampak erupsi Gunungapi Kelud tidak hanya dirasakan di wilayah
Kabupaten Kediri. Berdasarkan data dari BNPB (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana) sebagian besar wilayah di Provinsi Jawa Timur merasakan dampak erupsi Gunungapi Kelud antara lain Kabupaten Malang, Blitar, Surabaya, Ponorogo, Pacitan, Ngawi dan Madiun. Peristiwa erupsi Gunungapi Kelud memaksa 87.629 Jiwa dari 35 desa di sembilan kecamatan di Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang untuk mengungsi (BNPB, 2014). Ber-dasarkan dampak yang diakibatkan dari erupsi Gunungapi Kelud Gubernur Provinsi Jawa Timur menetapkan Provinsi Jawa Timur dalam situasi tanggap darurat erupsi Gunungapi Kelud.
Material erupsi yang dikeluarkan Gunungapi Kelud pada saat erupsi berupa hujan abu vulkanik, pasir, batuan dasit dan batuan pumice. Material erupsi berupa abu vulkanik menyebar luas hampir ke seluruh Pulau Jawa (Gambar 2). Persebaran material erupsi hingga mencapai jarak 200 Km disebabkan oleh semburan material erupsi Gunungapi Kelud mencapai Ketinggian 25 Km. Kabupaten Kediri merupakan wilayah yang merasakan dampak erupsi paling besar khususnya di wilayah Kecamatan Puncu, Kepung, dan Plosoklaten (Tabel 2).
TABEL 2. Perbandingan Jumlah Rumah dan Jumlah kerusakan akibat erupsi Gunungapi Kelud 2014
Kecamatan Jumlah Rumah Rumah Rusak Persentase
Plosoklaten 19252 177 1 Puncu 14547 5379 37 Kepung 18116 5184 29 Total 51915 10740 21
Sumber: Kecamatan Plosoklaten, Puncu, Kepung dalam angka 2013, Posko Rehabilitasi-rekonstruksiKabupaten Kediri 2014 dengan modifikasi
Pelaksanaan Rehabilitasi-Rekonstruksi
Rehabilitasi merupakan kegiatan perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang me-madai pada wilayah pascabencana. Sasaran utama kegiatan re-ha bilitasi adalah normalisasi semua aspek pemerintare-han dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelem-bagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat. Sasaran utama kegiatan rekonstruksi adalah tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran ser-ta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pa da wilayah pascabencana.
Pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi dampak bencana erupsi
Kegiatan rehabilitasi-rekonstruksi terbagi dalam tiga kluster utama
yaitu: Pengungsi, fisik (sarana dan prasarana), dan ketertiban/
ke a manan. Kluster pengungsi ditangani pemerintah Provinsi
Ja-wa Timur dibaJa-wah pimpinan Ja-wakil Gubernur Saifullah Yusuf. Kluster fisik (sarana dan prasarana) dibawah komando Pangdam V/Brawijaya Mayjend. Ediwan Prabowo. Kluster ketertiban dan
ke amanan di bawah komando Kapolda Jatim Irjen Pol Unggung Cahyono. Pembagian kluster dimaksudkan agar pelaksanaan reha-bilitasi-rekonstruksi dapat segera diselesaikan sehingga masyarakat dapat beraktivitas kembali.
Perbaikan fisik rumah warga menjadi fokus utama dalam pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi dampak bencana erupsi
Gu-nungapi Kelud. Perbaikan rumah warga menjadi prioritas utama karena sebagian besar masyarakat telah kembali ke rumah
masing-masing sejak satu hari pasca-erupsi. Kegiatan perbaikan fisik
di-mulai dengan pendataan kerusakan rumah yang dilakukan oleh Pemerintah bekerja sama dengan Universitas Brawijaya (Kompas,
2014). Pengerjaan perbaikan rumah warga dilakukan oleh anggota TNI dari KODAM V/Brawijaya yang berjumlah 14.000 personel.
Masyarakat kembali menempati rumah dengan kondisi mem-prihatinkan meskipun masih dalam masa tanggap darurat.
Ma-syarakat memilih untuk kembali dan tinggal di rumah masing-ma-sing karena pertama, masyarakat takut jika rumahnya tidak segera dibersihkan maka ada ancaman roboh, kedua, masyarakat merasa
tahu sifat erupsi Gunungapi Kelud.
Pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi dampak erupsi Gunung Kelud dilakukan dalam waktu tiga minggu (24 Februari-14 Maret 2014). Penyelesaian pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi yang cepat
mendapatkan apresiasi dari pemerintah pusat bahkan pemerintah
Swiss dan Kanada (Kompas, 2014). Berdasarkan wawancara dengan staff KODAM V/Brawijaya, TNI diberi waktu selama 3 minggu un-tuk memperbaiki kerusakan rumah warga saja. Masyarakat
karena lontaran material erupsi Gunungapi Kelud (Gambar 3).
Pelaksanaan perbaikan sarana umum dan pemerintah akan di-lakukan oleh pemerintah setelah masa rehabilitasi-rekonstruksi ru-mah warga selesai dilakukan.
GAMBAR 3. Rumah warga yang telah dipasang terpal. (Sumber: Peneliti, 2014)
Pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi dampak bencana erupsi
Gunungapi Kelud berbeda dengan pelaksanaan
rehabilitasi-re-konstruksi yang pernah dilakukan di Indonesia. Pemerintah Pro-vinsi Jawa Timur memberikan bantuan perbaikan rumah
war-ga tanpa melihat jarak rumah warwar-ga denwar-gan Gununwar-gapi Kelud. Sebagaimana yang terjadi Gunungapi Merapi Pascaerupsi peme-rintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui rencana aksi rehabilitasi-rekonstruksi pascabencana erupsi Gunungapi Merapi menetapkan Kawasan Rawan Bencana (KRB) III menjadi hutan lindung. Penetapan KRB III Merapi menjadi hutan lindung mendapat
penolakan dari banyak pihak khususnya masyarakat masyarakat
yang tinggal di KRB III (Ageng, 2012). Perdebatan terkait relokasi
tidak terjadi dalam pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi dampak
erupsi Gunungapi Kelud, sehingga pelaksanaan
rehabilitasi-re-konstruksi dapat selesai dengan cepat.
Namun demikian, peranan masyarakat dalam pelaksanaan
mi nim sekali. Berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan
pada tanggal 27 Februari-1 Maret 2014, pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi dilakukan sepenuhnya oleh anggota TNI. Masyarakat
setempat cenderung pasif dan hanya menunggu pelaksanaan reha-bilitasi-rekonstruksi. Partisipasi masyarakat justru datang dari ma-syarakat luar daerah rehabilitasi-rekonstruksi sebagai bentuk
em-pati terhadap korban erupsi Gunungapi Kelud.
Pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi sedikit terhambat karena
jenis kerusakan fisik yang sama. Akibat lontaran material vulkanik, atap (genting) rumah warga merupakan bagian yang mengalami kerusakan terbesar. Hal ini tentu saja menimbulkan kenaikan
kebu-tuhan genting untuk proses rehabilitasi-rekonstruksi, khusus di Kabupaten Kediri, kebutuhan genting mencapai 10 juta yang harus
dipenuhi dalam jangka waktu bersamaan (Kompas, 2014). Sebagian
warga memperbaiki rumah mereka secara mandiri khususnya rumah yang mengalami kerusakan ringan, sedangkan rumah warga yang mengalami rusak sedang hingga parah perbaikan dilakukan
oleh anggota TNI (Gambar 4 dan 5).
Pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi dampak erupsi
Gunung-api Kelud dinyatakan selesai setelah semua rumah warga selesai diperbaiki. Kerusakan fasilitas umum dan pemerintah akan di-la kukan oleh masing-masing instansi terkait. Pedi-laksanaan
reha-GAMBAR 4. Rumah warga yang rusak ringan perbaikan dilakukan secara mandiri
GAMBAR 5. Rumah warga yang rusak berat yang telah diperbaikan oleh anggota TNI
bilitasi-rekonstruksi lanjutan dilaksanakan melalui program-program pemerintah daerah dan pusat. Beberapa kebijakan terkait
rehabilitasi-rekonstruksi yang telah dikeluarkan pasca erupsi
Gu-nungapi Kelud antara lain:
1. Pemerintah tetap akan memberikan pasokan sembako, dan
menjamin ketersediaan air bersih selama 3 bulan setelah rehabilitasi-rekonstruksi selesai (Kompas,2014)
2. Bank Indonesia memberikan kebijakan relaksasi dalam bentuk rescheduling, restructuring dan reconditioning kredit kepada para debitur yang terkena dampak erupsi Gunung
Kelud (Tempo, 2014).
3. Pemerintah Jawa Timur memberikan jaminan terhadap agunan yang menjadi jaminan pinjaman petani kepada bank, melalui program Jamkrida.
Menurut UU No 24 tahun 2007, kegiatan rehabilitasi fisik
dila-kukan melalui kegiatan: perbaikan lingkungan daerah bencana; perbaikan prasarana dan sarana umum; pemberian bantuan per-baikan rumah masyarakat; pemulihan sosial psikologis; pelayanan kesehatan; rekonsiliasi dan resolusi konflik; pemulihan sosial eko-nomi budaya; pemulihan keamanan dan ketertiban; pemulihan fung si pemerintahan; pemulihan fungsi pelayanan publik. Namun
demikian, kegiatan rehabilitasi-rekonstruksi di Gunungapi Kelud
yang dilakukan hingga masa rehabilitasi-rekonstruksi dinyatakan selesai baru menyentuh aspek pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat; pemulihan sosial psikologis; pelayanan kesehatan.
Kegiatan rekonstruksi berdasarkan UU No 24 tahun 2007 me-liputi: pembangunan kembali bangunan fisik; penerapan rancang bangun yang tepat melalui penggunaan bahan tahan bencana;
mem bangkitkan kembali dan meningkatkan kehidupan sosial,
eko-nomi, budaya, pelayanan publik. Kegiatan rekonstruksi fisik untuk
menciptakan lingkungan yang lebih baik (Build Back Better) belum
Gunungapi Kelud. Kegiatan rekonstruksi fisik di daerah dampak
bencana seharusnya diusahakan untuk menciptakan lingkungan
yang lebih baik (tahan bencana).
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dikemukakan, dapat disim-pulkan bahwa:
1. Kegiatan rehabilitasi-rekonstruksi penting untuk dilakukan agar masyarakat segera pulih dan bangkit dari dampak
erupsi Gunungapi Kelud.
2. Kegiatan rehabilitasi-rekonstruksi lebih fokus pada perba-ikan rumah warga. Berbeda dengan pengelolaan bencana yang pernah dilakukan di Indonesia dimana rehabilitasi-re-konstruksi lebih mengutamakan perbaikan sarana dan pra-sarana umum.
3. Masyarakat terdampak erupsi Gunungapi Kelud masih
di pandang sebagai korban. Sudut pandang yang tersebut meng akibatkan minimnya partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan rehabilitasi-rekonstruksi dampak erupsi
Gu-nung api Kelud.
4. Kegiatan rehabilitasi-rekonstruksi dampak erupsi
Gu-nung api Kelud masih menyentuh aspek rehabilitasi sa ja, sedangkan aspek rekonstruksi untuk menciptakan ling-kung an yang lebih aman belum dilakukan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, saran yang dikemukakan pe-neliti antara lain:
1. Rehabilitasi rumah warga yang rusak akibat bencana alam harus mendapatkan prioritas utama dalam kegiatan
rehabilitasi-rekonstruksi agar masyarakat tidak terlalu la-ma tinggal di pengungsian. Kebijakan yang dilakukan Pe-merintah Provinsi Jawa Timur dapat menjadi pembelajaran dalam pengelolaan bencana di masa mendatang. Pemulihan sektor ekonomi sosial dan budaya akan lebih mudah ketika masyarakat telah kembali ke rumah masing-masing, karena berkaitan dengan kondisi psikologis masyarakat dimana rumah sebagai tempat perlindungan.
2. Kegiatan rehabiitasi-rekonstruksi dampak erupsi
Gunung-api Kelud harus dilanjutkan dengan kebijakan-kebijakan lan jutan untuk membangkitkan aspek sosial ekonomi dan budaya.
Daftar Pustaka
Anonim. 2014. European Space Agency. Diakses dari http://www.esa. int/ESA tanggal 18 April 2014 Pukul 15.36 WIB.
Anonim. 2011. Ringkasan Eksekutif Rencana Aksi Rehabilitasi-rekonstruksi Pascabencana Erupsi merapi Di Wilayah Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2013. BNPB dan BAPPENAS.
Badan Geologi Kementrian ESDM, 2014, Status Gunungapi Kelud.
Diakses dari http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/ gunungapi/aktivitas-gunungapi/informasi-g-kelud
tanggal 7 Maret 2014 pukul 12.30 WIB.
BPS Kabupaten Kediri, 2014, Kabupaten Kediri dalam Angka Tahun
2012/2013 diakses dari http://kedirikab.bps.go.id tanggal
11 Maret 2014 pukul 15.48 WIB.
Hakim, M.A.S. 2014. Dampak Letusan Kelud, Kediri Butuh 10 Juta Genting. Sabtu, 22 Februari 2014 | 16:44 WIB http://
regional.kompas.com (diakses 18 April 2014 10.58 WIB). Hakim, M.A.S. 2014. Selama 3 Bulan, Korban Kelud Tetap Mendapat
regional.kompas.com (diakses 18 April 2014 10.58 WIB).
Faizal. A. 2014. Soekarwo: Swiss dan Kanada Tertarik Penanganan Erupsi Kelud diakses dari http://regional.kompas.com
tanggal 14 April 2014 | 16.55 WIB.
Kadarsetia, E., Primulya, S.,Sitinjak, P., dan Saing, U.B. 2006. “Karakteristik Kimiawi Air Danau Kawah Gunungapi Kelut, Jawa Timur Pasca Letusan 1990”, Jurnal Geologi Indonesia, Volume I, No. 4, hal. 185-192.
Lindell, M.K. 2013. Recovery and Reconstruction After disaster.
Diakses dari
http://www.springer.com/978-90-481-8699-0 tanggal 16 April 2014 pukul 20.50 WIB.
Listyanti. A.S. Debitur Korban Letusan Kelud Dapat Kelonggaran diakses dari http://www.tempo.com tanggal 18 April 2014 pukul 16.13 WIB.
Sahara, D.P., Kusumo, A.W., Widiyantoro, S., Sule, R. 2009. Aplikasi
Metode Double Difference untuk Relokasi Hiposenter Gempa Vulkanik Gunung kelud Secara Akurat, JTM Volume XVI, No.1, hal 31-40.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Penerbit Alfabeta. Bandung
Kusumadinata. 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Penerbit
Departemen perkembangan dan energi.
Muhadjir, N. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif telaah Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik, Realisme Methaphisik. Penerbit Rake Sarasin. Yogyakarta.
Nugroho, S.P. 2014. Dampak Erupsi Gunung Kelud.
Undang-undang republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 Tentang
Penanggulangan bencana
Peraturan Kepala badan nasional penanggulangan bencana Nomor
11 tahun 2008 Tentang Pedoman Rehabilitasi dan
rekonstruksi Pasca bencana
Wibowo, A., Immanuel, H.P., Santana, P., Catra, A., Andreawan,
Pembangunan Desa Berbasis Mitigasi Bencana. The
World Bank Indonesia.
Zaenudin, A. 2009. “Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelut”,
Buletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4, No.