DAFTAR PUSTAKA
Bani Sudardi. 2003. Penggarapan Naskah. Surakarta: Badan Penerbit Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret
Behrend. T. E. 1990. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid I Museum Sonobudaya Yogyakarta. Jakarta: Djambatan.
____________. 1997a. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 3-A Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia ____________. 1997b. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 3-B
Fakultas Satra Universitas Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. ____________. 1998. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Budi Kristian. 2007. Kawruh Warnining Udheng-Udhengan. Skripsi s1. Universitas Sebelas Maret
Budiono Herusutoto. 2008. Simbolisme Jawa. Yogyakarta:Ombak
Danu Priyo Prabowo, et.al., Glosarium Istilah Sastra Daerah. Yogyakarta: Narasi
Derektorat Permusiuman. 1996. Gelar Busana dan Perlengkapan Upacara Pengantin Tradisional Se-Jawa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Darusuprapta, 1984. Naskah-naskah Nusantara Beberapa Gagasan Penanganannya. Yogyakarta: Javanologi
Edward Jamaris. 1977. “Filologi dan Cara Kerja Penelitian Filologi”. Bahasa dan Sastra Tahun III No.I. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Emuch Hermansoemantri. 1986. Identifikasi Naskah. Bandung: Fakultas Sastra UNPAD
Eni Juniastuti, dkk. 2011. Pengembangan Video Pembelajaran Dodot Pengantin Putri Gaya Solo Basahan. Laporan penelitian. Yogyakarta : Universitas Negri Yogyakarta
Florida, Nancy K. 1996. Javanese Language manuscripts of Surakarta Central Java a Preliminary Descriptive Catalogus Level I and II
______________. 2000. Javanese Literature in Surakarta Manuscripts, volume 1. Manuskripts of the Kasunanan Palace
Girardet. 1983. Discriptive Catalogue of The Javanese Manuscripts and Printed Book in The Main Library of Surakarta and Yogyakarta. Weisbadan : Franz Steiner Verslag GMBH.
H. B. Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Kalinggo Honggopuro. 2002. Batik Sebagai Busana dalam Tatanan dan Tuntunan. Yayasan Peduli Keraton Surakarta Hadiningrat
M. Attar Semi. 1993. Metodelogi Penelitian Sastra. Bandung : Angkasa Marbangun Hardjowiroyo. 1980. Adat Istiadat Jawa. Bandung : Patma
Mooryati Soedibyo. 2003. Busana Keraton Surakarta Hadiningrat. Jakarta: Grasinndo
Padmosusastra. 1984. Serat Tatacara. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Poerwadarminta. 1939. Baoesastra Jawa. Batavia: J.B. Wolters’ Uitgevers Maatschappij.
Proyek penelitian. 1981. Adat Istiadat Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Purwadi. 2007. Busana Jawa. Yogyakarta : Pura Pustaka
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Robson, S.O. 1994. Prinsip-Prisip Filologi Indonesia. Jakarta: RUL.
Rus Hendra W. 2002. Katrangan Bab Kampuhan (Tinjauan Filologi). Skripsi S1. Universitas Sebelas Maret
Siti Baroroh-Baried, dkk. 1977. Kamus Istilah Filologi. Yogyakarta
Siti Baroroh-Baried, dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Siti Chamamah Soeratno. ”Naskah Lama dan Relevansinya dengan Masa Kini” dalam Simposium Tradisi Tulis Indonesia. 1996. Jakarta
DATA SUMBER
Bab Dodotan (manuscript). Sonobudoyo. Yogyakarta.
Informasi Terkait Data http://images.google.com/
http://pakoeboewono.blogspot.co.id/2012/04/seni-dan-budaya-karaton-surakarta.html
Lampiran 1
Glosarium pada teks Bab Dodotan
Berikut ini adalah glosarium kata yang berkaitan dengan teks bab dodotan dan juga arti secara umum:
anggêpok : mengenai atau melukai bagian permukaan kulit ketika memasangkan keris.
balênggi : kain yang pinggirannya disulam benang emas
bangkèkan : pinggang
bango buthak : nama jenis dodot. Kain hitam dengan tengah berwarna putih
bangun tulak pradan : nama jenis dodot. Kain hitam polos yang kemudian diberi gambar alas-alasan dan di prada, sedangkan untuk tengahnya supaya indah tetap warna putih.
bathik : kain lebar yang digambar menggunakan malam
bludru : jenis kain, bahan halus timbul
blumbangan : nama jenis kain dodot yang motifnya berada di pinggir sedangkan untuk bagian tengah dikosongkan dengan warna putih polos.
beburon alas : hewan buruan
byur : polos
cêngkang : ukuran menggunakan jari tangan antara ujung jempol dengan jari kelingking
cêngklakan : pinggang
cindhe : nama kain
congkèng : kain untuk rangkapan
dodot : kain batik panjang dan lebar, kurang lebih 7-9 meter untuk panjangnya
dodotan grêbong kadhêm : jenis cara memakai kain dodot untuk raja èpèk : sabuk besar yang deberi timang (gasper
besar)
estha krun : serupa mahkota gadhung mlathi pradan : jenis dodot
gandar kêris : wadah / tempat keris sebelum diselipkan pada lipatan sabuk
gunung guntur : jenis kain
intên : intan
irêng gilap : hitam silau
jarik : kain batik
jêkonong : tidak beraturan
jêngku : lutut
kacu : lebar pada kain batik dengan ukuran tertentu biasanya satu meter dalam satu kacu. Akan tetapi dalam makna lain kacu bisa menyerupai sapu tangan.
kalèmbrèh : kain dodot yang terurai kebawah atau menjuntai
kampuh : dodot
kêkêncêngên : terlalu kencang kêkêndon : terlalu longgar
kêmpung : bagian depan bawah perut
kêndhêla : capung besar
kêndhitan : tali
kêprabon : nama busana modif
kêpuh : terdapat pada bagian belakang dodot, fungsi untuk membedakan derajat kepangkatan dalam keraton
kêris : senjata tikam golongan belati sebagai pelengkap busana adat jawa
kêsting : rangkapan
kêtalip : tidak terlihat kuluk kanigara : nama jenis kuluk kuluk pramunê : nama jenis kuluk kuluk prêji : nama jenis kuluk
kuluk : tutup kepala yang berbentuk setengah dari semangka terbuat dari bludru
kunca :bagian belakang kampuh yang menjuntai kebawah
latar : halaman atau dasaran
lêmpèng : bagian pinggang
limar : jenis kain
lirang : bagian
litnan kolonèl : pangkat di atas mayor
makutha : penutup kepala menyerupai kuluk mathak : tutup kepala sejenis kuluk
mayor : pangkat menengah
moga : jenis ukup
mori : kain putih polos
ngêndhuruk : bagian yang melengkung mengarah ke bawah
nyamat : hiasan yang dipasang di atas kuluk
nyari : ukuran menggunakan jari
palipid : lipatan
pangantèn têmu : acara pengantin saat bertemu panunggul : jenis nama kuluk
papatih dalêm : prajurit abdi dalem para Sêntana dalêm : abdi dalem keraton
prada : hiasan
prayoga : pantas atau baik putih byar : putih polos
samparan : kain dodot yang terurai ke tanah
sapasar : satu pekan
saruwal : celana
sitinggil srimanganti : tanah yang ditinggikan, di dalam keraton merupakan nama tempat, biasanya untuk menghadap Raja.
sorot : nama jenis kain
suruh : jenis tanaman, nama lain sirih
timang : gasper sabuk
ubêt : dililitkan
ukup moga gubêg : jenis ukup yang digunakan oleh Susuhunan
ukup : sepasang potongan kain di bagian kepuh
ula-ula : tulang punggung
wêdhung : alat atau senjata terbuat dari besi seperti pisau besar
wiron : wiru, lipatan-lipatan kecil pada kain
Daftar Pertanyaan Wawancara
Peneliti : apa yang di maksud dengan dodot?
Narasumber : dodot itu kain batik panjang yang dikenakan hanya saat-saat tertentu, tidak sembarang dipakai.
Peneliti : apakah di Keraton Kasunanan Surakarta masih berlaku pemakaian dodot?
Narasumber : masih, akan tetapi hanya beberapa saja yang memakainya. Beda dengan zaman PB X, pada zaman itu semua abdi harus mengenakan pakaian lengkap dodotan.
Peneliti : pada acara apa saja dodot dikenakan?
Narasumber : biasanya dikenakan pada hari-hari besar. Seperti: Grebeg, Pasowanan, pernikahan
Peneliti : apakah yang memakai dodot harus dibedakan? Narasumber : harus, mbak. Kalau raja itu namanya kampuhan
kalau untuk abdi dalem yang lain ya dodotan saja. Peneliti : apakah dodot memiliki perbedaan di setiap
pemakainya?
Narasumber : ya, tentu. Kalau untuk cara pemakaian dodot di badan semua sama saja. Yang memebedakan hanya pada kunca dan cincingannya saja.
Peneliti : untuk membedakan apa?
Narasumber : kepangkatan. Nah dari cincingan bisa kita lihat, semakin tinggi cincingannya, semakin rendah pangkatnya. Sedangkan semakin panjang cincingannya berarti orang itu berpangkat tinggi. Peneliti : kain dodot yang panjangnya kurang lebih 7-9
meter, apakah harus memerlukan orang lain dalam memakainya? Dan berapa lama durasinya?
Narasumber : iya, biasanya menggunakan lawan yaitu istrinya atau orang yang memang ahli memasangnya. Sekitar 5-7menit kira-kira.
Peneliti : apakah pemakaian dodot memiliki man=kna tersendiri?
Narasumber : ya, tentu. Pada acara pasowanan abdi yang diutus untuk menghadap raja (leluhur) harus mengenakan dodot lenkap dengan kuluk putih tansparan. Setelah berjalan ke barat dan sudah sampai didepan masjid agung, sampiran yang ada di lengan diturunkan dan tidak memakai selop. Hal ini menyimbolkan bahwa ketika menghadap seorang raja dari segala raja, maksudnya hyang widi yang tertinggi harus berserah diri, kuluk transparan yang melambangkan bahwa dia berserah diri dalam keadaan suci.
Peneliti : untuk jenis dodotan apa saja?
Narasumber : ada 3 macam yaitu Bango buthak, Bangun Tulak, dan Gadhung Mlathi
Peneliti : selain kunca, apa saja yang dapat membedakan strata sosial dalam lingkungan kraton?
Narasumber : dari kuluknya, diatas kuluk terdapat nyamat, semakin tinggi nyamat maka semakin rendah pangkatnya dan semakin rendah nyamat iru maka dia berpangkat tinggi.
Lampiran 3
Nama : K.G.P.H Puger, BA
Alamat : Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Selaku PLT Paku Buwana XIII
Menyatakan bahwa mahasiswa yang bernama : Kharisma Pratidina dengan NIM : C0112025, telah benar-benar mewawancarai saya pada tanggal 12 Juli 2016.
Surakarta, Juli 2016
K.G.P.H Puger
DATA INFORMAN
Nama : K.R.A.A Budayaningrat
Alamat : Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Selaku Pengampu Pawiyatan Keraton Kasunanan Surakarta
Menyatakan bahwa mahasiswa yang bernama : Kharisma Pratidina dengan NIM : C0112025, telah benar-benar mewawancarai saya pada tanggal 16 Juli 2016.
Surakarta, Juli 2016
K.R.A.A Budayaningrat
Lampiran 4
naskah Bab Dodotan
Bagian belakang naskah, tulisan penulis
Lampiran 5
Document 1.
Document 2
Document 3
Document 4
Document 1 dan 2 : with K.G.P.H Puger Taken : 12 Juli 2016
lokasi : Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Document 3 dan 4 : with K.R.A.A Budayaningrat Taken : 16 Juli 2016