LAPORAN FINAL
20 Februari 2013 – 30 September 2013
Pengembangan Demplot Kebun Campuran Menetap Tanpa Bakar
Sebagai Strategi Pencegahan Kebakaran Hutan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau dan Peningkatan Pendapatan Ekonomi di Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti,
Provinsi Kalimantan Tengah
Disusun oleh:
Yayasan Orangutan Indonesia (Yayorin)
Didukung oleh:
Global Environment Facility-Small Grants Programme (UNDP) Yayasan Bina Usaha Lingkungan
JAKARTA
Kerjasama Kegiatan:
Jalan Bhayangkara Km.1 Pangkalan Bun 74112,
Kalimantan Tengah
LAPORAN NARASI
Proposal No.: INS/SGP/OP5/STAR/BD/12/18 Tanggal laporan __________(diisi oleh GEF/SGP) Judul Proyek: Pengembangan Demplot Kebun Campuran Menetap Tanpa Bakar Sebagai Strategi Pencegahan Kebakaran Hutan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau dan Peningkatan Pendapatan Ekonomi di Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti, Provinsi Kalimantan Tengah
Lokasi Proyek: Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti, Kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat, Propinsi Kalimantan Tengah
LATAR BELAKANG ORGANISASI
Nama Organisasi : Yayasan Orangutan Indonesia (Yayorin)
Alamat : Jalan Bhayangkara Km. 1, Pangkalan Bun 74112, Kalimantan Tengah Kelurahan / Desa Pasir Panjang, Kecamatan Arut Selatan,
Kabupaten/Kotamadya
Kotawaringin Barat, Propinsi Kalimantan Tengah Kode Pos 74112
Alamat Surat : PO Box _______________: _______________________Propinsi: Kalimantan Tengah Kode Pos 74112
: Telepon: 0532-29057, Fax: 0532-29081; E-mail : [email protected] Pengurus 1) : Direktur/Ketua : Eddy Santoso
: Pimpinan Proyek : Akhmad Fauzi Jangka Waktu Pelaksanaan Proyek : 2012/2013
Tanggal dimulainya Proyek : 20 Juli 2012; Tanggal dilaporkan proyek : 18 November 2013
Dana GEF/SGP diusulkan : Rp.180.010.000,-
Dana Diterima sampai saat ini : Rp.172.400.000,- (Dana I 50% I = Rp. 94.200.000,- + Dana II 40% = Rp.78.200.000,-) sebesar 50%, Rp. 96.200.000,- (yang diterima Rp. 94.200.000,-)
Dana digunakan sampai saat ini : Rp.141.263.850,-;sisa Rp. 31.136.150,-
Dana yang dimintakan untuk saat ini : dana kegiatan sebesar 10%(setelah laporan akhir kegiatan disampaikan kepada GEF/SGP)
ANALISA MASALAH
Ancaman Ekologis
Suaka Margasatwa Sungai Lamandau (SMSL) adalah kawasan konservasi di provinsi Kalimantan Tengah yang dijadikan tempat pelepasliaran orangutan Borneo (Pongo pygmaeus wurmbii). Kawasan ini juga sebagai tempat pelestarian dan perlindungan terhadap jenis-jenis fauna dan flora yang hidup di dalamnya. Saat ini masih menjadi satu-satunya kawasan konservasi di wilayah barat Kaimantan Tengah yang menjadi wilayah pelepasliaran bagi orangutan.
Selain itu SMSL sebagai satu-satunya kawasan berstatus Suaka Margasatwa yang mempunyai konsep pengelolaan bijak terhadap pemanfaatan hasil hutan non kayu. Pemanfaatan hasil hutan non kayu yang diatur dan diawasi oleh pengelolaan SMSL sangat memberi nilai penting dari kawasan ini, yaitu sebagai kawasan penyedia berbagai sumber matapencaharian untuk kesejahteraan
1
Suaka Margasatwa Sungai Lamandau mempunyai luas ± 56.000 ha
Ini adalah hotspot di wilayah Kalimantan dan yang dilingkari sekitar kawasan SM Sungai Lamandau. Dari atas adalah gambar peta hotspot 23 Agustus 2012; gambar tengah peta hotspot 29 September 2012 dan gambar bawah peta hotspot 1 Oktober 2012
masyarakat sekitar. Adapun kegiatan matapencaharian yang biasa dilakukan, sebagian besar adalah untuk menyadap getah tanaman jelutung rawa (Dyeraconstulata) atau memantung, menjadi nelayan sungai untuk mencari ikan. Selain itu kawasan SMSL dan daerah penyangganya memiliki peranan sebagai penyedia sumber air bersih dan pengairan untuk lahan pertanian dan perkebunan sekitar kawasan saat kemarau panjang.
Keberadaan tempat hidup orangutan juga jenis fauna dan flora serta sumber matapencaharian penting masih sering mendapat ancaman dari kebakaran hutan dan lahan. Hal ini menjadi masalah serius bagi kawasan (SMSL) dan lingkungan sekitarnya. Banyak kerugian dialami akibat permasalahan tersebut, diantaranya berkurangnya luas kawasan hutan sebagai habitat orangutan dan satwa lainnya, juga merugikan tanaman di ladang atau kebun masyarakat yang telah tertanam terbakar.
Masalah ini juga sering menimbulkan kerugian ekonomi, dimana kebun-kebun masyarakat menjadi rusak bahkan hilang akibat dimakan api. Selain itu, bencana kabut asap yang ditimbulkan sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat dan mengganggu berbagai aktivitas lainnya. Beberapa kawasan bergambut diperkirakan banyak melepaskan karbon saat terjadi pembakaran lahan dan hutan, sehingga berkontribusi pada peningkatan konsentrasi Gas Rumah Kaca (Karbondioksida) yang berdampak pada efek pemanasan global dan semakin mempengaruhi perubahan iklim.
Penyebab terjadinya masalah kebakaran hutan dan lahan, adalah faktor aktivitas manusia pada proses awal dalam pembukaan lahan pertanian atau perkebunan. Dimana sebagian masyarakat masih melakukan pembakaran dalam mempersiapkan lahan.
Ancaman lain terhadap kawasan hutan sekitar SMSL, adalah kebiasaan saat membuka lahan yang diikuti kegiatan pengambilan kayu dan berburu. Masih adanya kegiatan perburuan yang dilakukan disela melakukan pembukaan lahan untuk ladang atau perkebunan, diantaranya di Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti.
Sekitar empat bulan terakhir menarik kegiatan penambangan liar yang akan mengancam semakin berkurangnya tegakan pohon di hutan, luasan kawasan hutan sebagai habitat orangutan sekaligus mengancam keberadaan jenis-jenis satwa lainnya. Di sisi lain, kegiatan penambangan liar akan mengurangi unsur kesuburan tanah dan limbahnya dapat mempengaruhi sumber air bagi masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut, ancaman utama yang dihadapi kawasan SMSL dan lingkungan sekitarnya adalah selain kebakaran hutan dan lahan, juga kegiatan penambangan liar. Bahkan sejak 2012-2013, yang terjadi adalah maraknya masyarakat membuka lahan untuk perkebunan sawit dengan cara membakar.
Saat perladangan berpindah tebas bakar menurun/dapat diantisipasi melalui kampanye ladang menentap tanpa bakar, muncul aktivitas pembukaan lahan sawit dengan cara pembakaran lahan. Rata-rata pilihan membakar dilakukan oleh masyarakat di lahannya untuk berkebun sawit dikarenakan dianggap lebih murah. Terjadinya kebakaran lahan yang luas (minimal 2 h atau lebih bahkan sampai lebih dari 10 hektar) kebiasaannya hanya ditangani oleh 4-5 orang, sehingga saatapi
Warga desa Tempayung melakukan rutinitas pertemuan kelompok
menjalar ke lahan lain/hutan tak mampu memadamkan saat api menjalar ke tempat/lahan lain. Selain itu berkebun sawit menjadi sebuah pilihan bagi sebagian masyarakat. Asumsi masyarakat ladang yang beralih memilih berkebun sawit, dikarenakan sawit sebagai jenis tanaman yang lebih bertahan dan menjanjikan hasil dibanding lahan persawahan sebagai lahan ketahanan pangan yang selalu mengalami gagal panen karena kekeringan atau kebanjiran. Ini terjadi oleh sebagian masyarakat di kabupaten Kotawaringin Barat dan Sukamara atau kabupaten lainnya, khususnya yang berada di sekitar SM Sungai Lamandau.
Dampaknya luasan lahan ketahanan pangan menjadi semakin jarang dan sempit yang berakibat hutan menjadi sasaran pembukaan lahan baru untuk pertanian/persawahan. Kebijakan ijin pengelolaan hutan produksi yang tidak diketahui masyarakat juga berkontribusi pada pembukaan lahan oleh masyarakat yang memiliki modal/pengusaha perkebunan untuk membuka lahan hutan.
Guna mengahadapi ancaman pembukaan lahan hutan, kebakaran hutan dan lahan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah telah menerbitkan peraturan yang berkaitan dengan permasalahan tersebut ke semua para pihak (dinas dan badan instansi pemerintah, perusahaan, dan jajaran TNI dan Kepolisian). Di Kabupaten Kotawaringin Barat sendiri telah melakukan Deklarasi Bersama untuk Antisipasi Bahaya Kebakaran Lahan dan Hutan pada tahun 2007 dan melakukan peringatan Siaga Kebakaran tiap tahun untuk mengingatkan kepada masyarakat agar menghindari dan mengendalikan pengolahan lahan dengan cara membakar, begitupula di kabupaten Sukamara.
Kemudian untuk mengantisipasi dampak pembukaan lahan hutan untuk perkebunan masyarakat maupun perusahaan sawit, Pemerintah Daerah, khususnya kabupaten Kotawaringin Barat, awal tahun 2013 mendukung keluarnya moratorium SKT (Surat Keterangan Tanah), dimana ijin penjualan lahan dihentikan sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan. Hal ini untuk mengatisipasi dampak perluasan lahan perkebunan sawit.
Disamping itu masyarakat setelah mendapati berbagai bentuk himbauan yang disampaikan melalui kegiatan Kampanye Bangga SMSL dengan Berladang Menetap Tanpa Bakar sejak tahun 2009-2011, kemudian Kampanye Perubahan Iklim dan REDD+ 2009-2013, lalu dilanjutkan dengan kampanye berladang kebun campuran menetap berbasis karet pada 2012-2013 dengan pendekatan inovasi pada keberagaman hasil di satu lahan.
Untuk dampak kebakaran lahan, dibeberapa desa sudah memberlakukan sanksi atau denda terhadap warga yang melakukan kegiatan pembakaran dan merugikan pihak lain, diantaranya Desa Tempayung, Desa Babual Baboti dan Kelurahan Mendawai Seberang. Untuk mengantisipasi berkurangnya lahan ketahanan pangan menjadi perkebunan, beberapa masyarakat desa sekitar SMSL sudah mencadangkan beberapa area tetap/sebagai lahan persawahan permanen, seperti yang telah direncanakan oleh Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti dimana pemerintah desanya mempunyai rencana pencadangan lahan berawanya sebagai lahan permanen untuk persawahan.
Perkembangan Sosial, Politik dan Ekonomi
Dinamika sosial, politik dan ekonomi yang selalu terjadi sangat berpengaruh terhadap perhatian/fokus masyarakat. Faktor ekonomi memiliki pengaruh paling besar, seperti trend perkebunan sawit telah merubah kebiasaan masyarakat, khususnya di dua desa target kegiatan, dari petani karet mandiri menjadi buruh di perkebunan sawit. Hal lainnya adalah tingginya harga ikan konsumsi, juga menyebabkan kelompok dampingan di Desa Tempayung terdorong melakukan budidaya ikan air tawar yang dikelola secara bersama.
Gaharu juga merupakan salah satu tanaman alami yang banyak tumbuh dan tersebar di Desa Tempayung dan sekitarnya. Sebelumnya masyarakat setempat tidak mengetahui, bahwa tanaman gaharu
memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun setelah mengetahui hal tersebut, beberapa warga desa telah melakukan perlindungan khusus teradap anakan dan pohon gaharu yang tumbuh di lingkungan sekitarnya. Bahkan pertengahan tahun 2013, Yayorin melalui dukungan Program GEF/SGP, juga RARE dan mendapat dukungan dari BPDAS Kahayan melalui Dinas Kehutanan Kotawaringin Barat mendorong masyarakat membuat Kebun Bibit Rakyat dengan bibit yang disemaikan karet dan gaharu.
Fokus masyarakat menjadi terpecah oleh bermacam dinamika yang terjadi. Sebagai contoh adalah sengketa lahan antara masyarakat dengan perusahaan yang terjadi di Desa Tempayung, dimana perusahan sawit akan melakukan pembukaan lahan baru untuk perkebunan dan masyarakat meminta kompensasi atau bagian lahan (kaplingan) untuk kemitraan. Masalah berikutnya tentang batas desa yang belum terselesaikan antara Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti juga menyebabkan sebagian masyarakat memfokuskan pada penyelesaian masalah-masalah tersebut. Bahkan baru-baru ini masalah ketidakjelasan batas desa juga terjadi antara Desa Babual Baboti dan Desa Kartamulia.
Dimasa akhir pelaporan, isu utama yang berkembang dimasyarakat adalah, masalah kebun plasma sawit yang telah habis masa kreditnya. Hampir ditiap sudut desa ramai membicarakan hal tersebut. Salah satu bahasannya mengenai pengelolaan kebun plasma “apakah akan dikelola secara mandiri atau dikelola oleh perusahaan”.
Disamping itu, masyarakat Desa Tempayung membicarakan tentang masa jabatan kepala desa yang sebentar lagi akan berakhir. Salah seorang perangkat desa setempat menuturkan, bahwa sesuai jadwal “pemilihan kepala desa di Desa Tempayung akan dilaksanakan pada pertengahan 2014. Namun hal ini tergantung kondisi, karena bertepatan juga dengan agenda pemilihan umum (Pemilu) 2014”.
Temu usaha pada bulan Juni 2013 yang membahas teknis budidaya dan pemasaran getah karet, berdampak pada pola pikir masyarakat. Beberapa warga Desa Tempayung, khususnya anggota kelompok dampingan telah memberikan perhatian terhadap potensi karet. Mereka membicarakan akses pasar, permodalan dan fluktuasi harga.
Turun naiknya harga getah karet dipengaruhi pasar dunia, tapi tinggi rendahnya harga ditentukan oleh kualitas/mutu karet. Salah seorang warga setempat menyatakan “ getah karet yang baik, adalah getah karet yang kadar airnya rendah dan tidak ada masukan unsur lainnya. Maka semakin rendah kadar airnya harga karet akan tinggi dan si pembeli akan senang”.
Saat ini, kelompok dampingan, yaitu Kelompok Tani Terpadu Suka Maju Desa Tempayung telah membentuk lembaga/unit usaha. Unit ini diharapkan mampu memasarkan sekaligus memperomosikan produk hasil kebun campuran, terutama getah karet di Desa Tempayung dan desa sekitarnya.
Selama berjalannya kegiatan proyek, dukungan masyarakat dan pemerintah desa, juga berpengaruh terhadap perkembangan kegiatan proyek. Kondisi ini terlihat disalah satu desa target, yaitu Desa Tempayung. Masyarakat Tempayung, saat ini sedang antusias mengikuti berbagai kegiatan yang dilaksanakan proyek, mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan.
Sementara, di Desa Babual Baboti, belum mendapatkan dukungan sepenuhnya dari masyarakat, walau diketahui sebelumnya oleh pemerintah desa. Dilema sosial yang pernah terjadi di Desa Babual Baboti yang menyebabkan beberapa wilayah dusun di desa ini merasa tidak diperhatikan, sehingga komunikasi masyarakatnya menjadi kurang harmonis. Hal ini mempengaruhi kegiatan dalam bentuk sosialisasi desa secara menyeluruh sehingga kegiatan belum bisa dilaksanakan seperti di Desa Tempayung.
Permasalahan di Desa Babual Baboti tidak hanya itu, sering kembalinya isu dan konflik yang berkaitan dengan kawasan SMSL dan penyangganya dengan kepentingan lahan untuk perkebunan dan pertambangan. Jika ada yang berminat pada isu proyek, karena dipengaruhi hal-hal tersebut diatas, hanya beberapa orang yang berminat dan sifatnya pendampingan individu/kelompok kecil.
Sebagai upaya penginisasian, pada bulan Desember 2012, kami telah melakukan diskusi dengan pihak Desa Babual Baboti dan beberapa warga setempat. Dari kegiatan tersebut kami sudah
Pengurus kelompok Tani Terpadu Suka Maju Desa Tempayung dari kiri: Pak Gati (berjaket), Pak Ketek (kemeja biru batik), Pak Unat (baju bergaris coklat-putih)
Pengurus Kelompok Tani Terpadu Suka Maju Desa Tempayung sebelum perubahan (dari kiri pak Gati, pak Ketek dan pak Unat)
merencanakan sebuah kegiatan yang akan dilaksanakan pada awal tahun 2013. Namun dilema sosial yang terjadi menyebabkan kegiatan belum bisa dilaksanakan seperti di Desa Tempayung. Kondisi ini mempengaruhi pelaksanaan kegiatan dalam bentuk sosialisasi desa secara menyeluruh.
Perkembangan organisasi
Organisasi/kelompok masyarakat yang menjadi mitra sekaligus dampingan adalah, kelompok tani di Desa Tempayung yang baru diinisiasi pada bulan Juli 2012 dan disahkan pada bulan Oktober 2012. Dari hasil kesepakatan bersama, kelompok ini diberi nama “Kelompok Tani Terpadu Suka Maju”.
Kelompok ini memiliki kegiatan utama di bidang budidaya tanaman karet yang dipadukan dengan keberagaman tanaman pertanian dan kegiatan lainnya. Jumlah anggota yang tercatat saat ini, sebanyak 16 orang dengan susunan pengurus sebagai berikut; Ketua (Bpk. Gati), Sekretaris (Bpk. Ketek) dan Bendahara (Bpk. Unat).
Seiring dinamika yang terjadi, kelompok ini juga mengalami perubahan dalam struktur kepengurusannya. Berdasarkan hasil rapat anggota bulan September 2013, telah dilakukan pergantian terhadap pengurus, yaitu sekretaris lama digantikan oleh sekretaris baru. Dalam waktu yang bersamaan, telah ditunjuk dan disepakati pula adanya tim pengelola usaha dalam kelompok.
Awalnya, perubahan dan penambahan struktur kepengurusan akan dilakukan pada bulan-bulan sebelumnya. Namun guna mendapatkan dukungan dan kesepakatan dari anggota, hal tersebut baru bisa dilaksanakan pada bulan september 2013. Sehingga struktur kepengurusan Kelompok saat ini terdiri dari Ketua (Bpk. Gati), Sekretaris (Bpk. Syachyuni) dan Bendahara (Bpk. Unat) dengan tim pengelola usaha yaitu (Bpk. Matra dan Bpk. Syachyuni).
Sedangkan di Desa Babual Baboti, selama periode kegiatan yang sudah dimulai sejak bulan Juli 2012 sampai Januari 2013 belum terbentuk kelompok/mitra dampingan. Karena saat pelaksanaan proyek, Kepala Desa belum bisa ditemui, walau sebelumnya Kepala Desa mendukung kegiatan pelestarian kawasan SMSL dan pencegahan kebakaran lahan juga pemberdayaan masyarakat desanya. Sampai akhir proyek kegiatan masih didorong melalui individu yang tertarik mengikuti kegiatan proyek.
Contoh Bpk. Edar dari Dusun Baboti, Desa Babual Baboti yang tetap mengelola lahannya tidak berubah untuk sawit, juga Bpk. Aton dari desa Babual Baboti saat terakhir ditemui bulan Desember 2012 dan dikonfirmasi bulan Januari 2013, bersedia mengikuti kegiatan dan akan mengajak beberapa kawan desanya yang bersedia dan di bulan Februari 2013 beberapa orang sudah bisa ditemui, termasuk Kepala Desa Babual Baboti dan berharap kegiatan sosialisasi bisa dilakukan di desa Babual Baboti. Hal ini, untuk lebih mengikut sertakan warga masyarakat setempat dalam berbagai kegiatan.
3. Pencapaian Tujuan dan Sasaran Proyek
Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa di Desa Babual Baboti proyek tidak dapat sepenuhnya dijalankan. Maka selama periode pelaporan bulan Maret–September 2013, kegiatan difokuskan disalah satu desa target, yaitu Desa Tempayung. Hal ini didasari oleh kesiapan kelompok tani berbasis karet, juga dukungan dari masyarakat dan pemerintahan desa setempat dalam pelaksanaan proyek.
Konsep yang diarahkan, mendorong kelompok tani berbasis karet di Desa Tempayung mampu mengadopsi pola ladang dengan bentuk kebun campuran dengan sistim pengelolaan menetap tidak berpindah serta mengurangi pembakaran di lahan. Bentuk implementasi di kebun campuran adalah
Dua warga desa Tempayung anggota kelompok tani terpadu Suka Maju meminta arahan pendamping pertanian hortikultura pada tanaman cabe di antara kebun karetnya
praktek-praktek berladang yang dikelola bersamaan dengan berbagai bentuk usaha meningkatkan produk lahan kebun campuran tersebut.
Karena sebagian besar masyarakat Desa Tempayung, khususnya anggota Kelompok Tani Terpadu Suka Maju masih menggantungkan salah satu hasil hidupnya dari getah karet. Sehingga, dalam meningkatkan pola pengelolaan lahan dan memberi nilai tambah produk hasil lahan kebun selain getah karet, budidaya lainnya seperti hortikultura dan perikanan air tawar turut dilakukan.
Konsep yang diarahkan adalah, masyarakat mampu mengadopsi pola ladang dengan bentuk kebun campuran yang dikelola menetap tidak berpindah serta mengurangi pembakaran di lahan. Bentuk implementasi di kebun campuran adalah praktek-praktek berladang yang dikelola bersamaan dengan berbagai bentuk usaha meningkatkan produk lahan kebun campuran tersebut.
Mengacu dari tujuan khusus proyek, bahwa selama periode bulan Maret - September 2013, telah dicapai dua kegiatan pokok, yaitu :
1. Pada tanggal 27 Mei 2013 terlaksana kegiatan temu usaha yang membahas teknik budidaya dan pemasaran getah karet yang dilaksanakan di Desa Tempayung. Kegiatan ini diikuti para pelaku usaha karet diantaranya PTPN XIII Pangkalan Banteng dan dinas beberapa instansi terkait (Dinas Perkebunan Kotawaringin Barat, Dinas Pertanian dan Peternakan Kotawaringin Barat, Kantor Penyuluh Pertaniandan Ketahanan Pangan Kotawaringin Barat, Balai Penyuluh Pertanian Kotawaringin Lama dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kotawaringin Barat).
2. Pada bulan September 2013 telah terbentuk lembaga/unit usaha kelompok pengumpulan dan penjualan getah karet. Lembaga/unit usaha ini diharapkan mampu memasarkan sekaligus mempromosikan produk hasil kebun campuran terutama getah karet yang ada di Desa Tempayung dan sekitarnya.
Kedua kegiatan ini, adalah upaya mendorong usaha tani berbasis karet masyarakat sebagai potensi lokal yang dimiliki Desa Tempayung. Hal ini dikarenakan sejak dari dulu masyarakat setempat telah mengelola dan memanfaatkan getah karet secara turun temurun. Sehingga dalam temu usaha, bahasan difokuskan pada masalah-masalah perkaretan, terutama pemasaran. Sebelumnya, dalam pertemuan kelompok sering dilakukan diskusi membahas tanaman karet. Pernah juga dilaksanakan satu kali pelatihan teknis budidaya tanaman karet yang diikuti masyarakat Desa Tempayung.
Dari kegiatan ini masyarakat Desa Tempayung dan sekitarnya mengetahui cara memilih biji dan bibit karet yang baik. Serta menentukan pola/ jarak tanam ideal yang bisa dipadukan dengan kegiatan usaha tani lainnya. Disamping itu, masyarakat telah memiliki gambaran alur pemasaran getah karet dan mengetahui mutu kualitas getah karet yang baik.
Selanjutnya dalam masa pelaporan ini, Kelompok Tani Terpadu Suka Maju juga telah membentuk lembaga/unit usaha yang pengelolaannya telah disepakati oleh anggota kelompok. Kegiatan usaha kelompok diarahkan untuk menampung getah karet di Desa Tempayung dan sekitarnya. Dan seterusnya dapat digunakan untuk mendukung kegiatan usaha tani pola kebun campuran lainnya.
Mengacu dari tujuan khusus proyek, bahwa selama periode bulan Juli 2012 sampai September 2013, telah tercapai beberapa hasil sebagai berikut:
1. Telah dilaksanakan satu kali Pelatihan Budidaya dan Perawatan Karet Unggul di desa Tempayung. Kegiatan materi dilakukan di balai desa dan praktek di demplot kebun campuran menetap tanpa bakar serta di kebun salah satu anggota kelompok.
2. Pertemuan mentoring / pendampingan kelompok tani berbasis budidaya karet di Kelompok Tani Terpadu Suka Maju Desa Tempayung dan masyarakat petani karet Desa Babual Baboti tiap bulan sekali.
3. Melaksanakan empat kali monitoring perkembangan pengelolaan demplot dan kegiatan pertanian berbasis karet di desa target yang dilaksanakan per 3 bulan sekali. Empat kali monitoring kegiatan pendampingan kelompok Tani Terpadu Suka Maju Tempayung dan sosialisasi kegiatan ke Desa Babual Baboti. Pada monitoring pertama membantu menyosialisasikan pelaksanaan kegiatan proyek di desa Tempayung. Kemudian pada monitoring yang kedua membantu memastikan dan mendorong Kepala Desa Tempayung untuk membuat ijin pengelolaan demplot agar bisa dikelola kelompok tani Suka Maju. Selain itu di kegiatan monitoring kedua ini juga memastikan beberapa individu tokoh masyarakat Desa Babual
Baboti turut serta dalam pelaksanaan proyek dan mendukung tujuan proyek. Lalu pada tahap monitoring ketiga mendorong untuk perencanaan temu usaha dan pembentukan unit usaha dan pada monitoring akhir (ke-empat) mendampingi serah terima bantuan dana usaha kepada kelompok tani Suka Maju dengan berita acara dan perjanjian melaksanakan bantuan usaha (lihat Gambar Lampiran 17).
4. Pembentukan dan penguatan kelompok tani berbasis budidaya karet di desa Tempayung bernama Kelompok Tani Terpadu Suka Maju, beranggotakan 16 orang dan telah memiliki struktur pengurus kelompok. Kelompok ini mulai diinisiasi bulan Juli 2012 dan Susunan Pengurus Kelompok Tani Terpadu Suka Maju, Desa Tempayung ditetapkan melalui SK Kepala Desa Tempayung Nomor: 474/085/PMD/X/2012 tanggal 1 Oktober 2012 (lihat Gambar Lampiran 1).
5. Dari hasil survei pada tahun 2009 tercatat yang bertani karet khusus adalah 41% dan berkat upaya dorongan proyek pada bulan November 2012 tercatat menjadi 50% (naik 9%) menjadi 100 KK dari 201 KK. Sejak 2009 dilakukan kampanye, masyarakat yang sejak tahun 2000 mengelola sawit plasma mulai tertarik untuk menanam karet dan hanya 5% dari penduduk Desa Tempayung (317 Kepala Keluarga/KK) yang mananam sawit pribadi saat ini.
6. Di Desa Babual Baboti tercatat dari 100 KK yang menanam karet sebanyak 74% masyarakatnya menanam karet saat ini, hanya belum menjadi fokus utama penghasilan, sebab usia karet saat ini di desa tersebut 80% berusia 2-3 tahun dan yang mendekati usia panen lebih kurang 5 tahun hanya 20%. Untuk menunggu ini, masyarakat masih mengalihkan pendapatan dari bekerja sebagai buruh perkebunan sawit dan 30% (30 KK) yang mengelola
sawit pribadi, karena cepat mendapat hasil dan karet tetap ditanam karena mereka percaya prospek jangka panjang dengan hasil tinggi saat usia matang sadap tiba.
7. Sebelumnya tersisa 7 KK dari 201 KK yang masih melakukan perladangan berpindah dengan tebas bakar, November 2012 tercatat hanya tinggal 5 KK yang melakukan pembukaan lahan baru untuk berladang berpindah tebas bakar di Desa Babual Baboti. Informasi yang dihimpun di lapang, terdata sejak Januari 2013, ke-5 KK tersebut sudah tidak melakukan pembukaan lahan baru dan pembakaran lahan kembali.
8. Pembelajaran budidaya dan perawatan tanaman hortikultura di lahan kebun campuran menetap tanpa bakar. Pembelajaran ini dilakukan di lahan-lahan kelompok dan masyarakat yang telah mengadopsi pola kebun campuran.
9. Pengelolaan dan perawatan demplot kebun campuran menetap tanpa bakar oleh desa dan kelompok sebagai tempat/ balai pembelajaran. Sebelumnya dalam pengelolaan ini telah dibuat model konsep dari strategi pengelolaan demplot dan saat ini yang didorong oleh proyek adalah kelompok tani terpadu Suka Maju desa Tempayung mendapatkan ijin pengelolaan demplot oleh Pemerintah Desa. Hasilnya secara lisan Pemerintah Desa menyerahkan perpindahan pengelolaan demplot kebun campuran menentap tanpa bakar oleh kelompok Tani Suka Maju, dengan didukung SK dari Kepala Desa tentang Surat Keterangan Perpindahan Pengelolaan Demplot Nomor: 03/474.89/PMD/II/2013 seluas 3 hektar pada tanggal 18 Februari 2012 (lihat Gambar Lampiran 2). Demplot itu akan direncanakan oleh kelompok sebagai tempat pembelajaran pertanian berbasis karet bagi masyarakat setempat dan sekitarnya.
10. Pembelajaran budidaya ikan kolam air tawar (Nila dan Patin) yang dirancang di lahan kebun karet kelompok.
11. Kegiatan tata boga/pembuatan kue untuk komunitas perempuan, seperti kue ketawa, nastar dan kacang.
12. Mendorong pembuatan Kebun Bibit Rakyat berbasis Karet dan Gaharu di Desa Tempayung, yang dikleola Kelompok Tani terpadu Suka Maju.
Poin 1 - 9 adalah poin capaian utama yang sesuai dengan rencana pelaksanaan proyek. Sedangkan poin 10 - 12 adalah kegiatan untuk menstimulasi masyarakat setempat berkumpul dan tertarik terhadap tujuan kegiatan proyek.
Pencapaian tersebut terlaksana dengan baik, terutama di Desa Tempayung. Hal ini bisa tercapai, karena masyarakat desa Tempayung lebih memiliki sikap terbuka dan sangat tertarik dengan kegiatan pengembangan pertanian karet dengan pola campuran budidaya hortikultura dan ikan. Disamping itu pemerintah desa setempat sangat mendukung terhadap kegiatan.
Disamping itu, dukungan dari pihak terkait lainnya mulai terlihat diantaranya dari Petugas Penyuluh Lapang dan Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kotawaringin Barat. Saat ini, Kelompok Tani Terpadu Suka Maju sedang mengelola program Kebun Bibit Rakyat. Dalam kegiatan ini kelompok telah membuat persemaian dengan target 30.000 bibit, masing-masing dikelola 20.000 bibit karet dan 10.000 bibit gaharu. Bibit karet dan gaharu yang dihasilkan akan dibagikan kepada anggota kelompok khususnya dan masyarakat lainnya berdasarkan keperluan. Jika ini dapat terlaksana sedikitnya lebih 75 hektar lahan di desa akan tertanami kedua tanaman tersebut.
Berbeda dengan kondisi desa target satunya, yaitu desa Babual Baboti, di desa ini masih terkendala kegiatan dan pelaksanaan proyek belum optimal. Sehingga beberapa kegiatan belum dapat dilaksanakan sesuai rencana proyek, salah satunya membuat kelompok target binaan seperti di Desa Tempayung. Kurang optimalnya pencapaian di Desa Babual Baboti disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya sempitnya waktu luang yang dimiliki masyarakat setempat, karena harus bekerja sebagai buruh di perkebunan sawit.
Selain itu adanya isu-isu dan permasalahan yang muncul dan berkembang secara timbul tenggelam, seperti belum adanya kesepahaman mengenai batas kawasan SMSL dengan batas Desa Babual
Tutupan lahan hutan SM Sungai Lamandau September 2012, tercatat sekitar 70% wilayahnya adalah vegetasi hutan rawa sekunder, semak belukar rawa, savana dan vegetasi rawa danau
Baboti yang membuat pemerintah desa dan masyarakat di Desa Babual Baboti kurang terlihat memberikan respon dukungan terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan dan hanya sebagian warga yang memahami.
Melihat kondisi demikian, maka perlu dilakukan beberapa strategi diantaranya melakukan pembuktian keberhasilan kegiatan di kelompok yang sedang didampingi, kemudian perlu terus dilakukan pendekatan secara personal dan memfasilitasi individu-individu yang mulai tertarik terhadap kegiatan. Untuk itu, pada kegiatan tindak lanjut sangat diperlukan pelibatan masyarakat dari desa lainnya, sekaligus mengekspos keberhasilan kelompok.
Kedua strategi ini diharapkan mampu mendorong minat masyarakat di Desa Babual Baboti, sehingga jika ada program serupa atau tindak lanjut dapat dilaksanakan di dua desa target. Upaya yang akan dilakukan pertama akan mengajak beberapa orang yang berminat dari desa tersebut mengikuti beberapa kegiatan di desa Tempayung dan langkah kedua melaksanakan pertemuan dengan beberapa orang yang hadir/berminat dengan kegiatan proyek lalu menstimulasi untuk membuat kelompok melalui pendekatan pemerintah desa (Kepala Desa).
MENGUKUR DAMPAK.: Ekologi, Sosial/Ekonomi dan Kewirausahaan Aspek Ekologi
Sebagian masyarakat di Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti masih melakukan kegiatan pembakaran dalam mempersiapkan lahan, baik untuk pertanian maupun perkebunan. Aktivitas pembakaran paling tinggi, biasanya terjadi pada saat menjelang musim tanam padi darat (padi huma/padi ladang). Kegiatan pembakaran ini dilakukan secara bersama-sama/kelompok.
Seperti saat kunjungan pada bulan September 2013, di lahan milik salah seorang warga, terlihat puluhan orang bergotong royong membuka lahan yang kurang dari satu hektar. Hal ini merupakan tradisi sejak dulu yang dilakukan pada awal musim kemarau dalam tiap tahunnya. Walau demikian, selama beberapa tahun ini di desa dampingan tidak terjadi kasus kebakaran lahan dan hutan.
Hal ini dikarenakan pola pembukaan dan pembakaran lahan dilakukan secara terkontrol/terkendali. Untuk mempersiapkan satu areal lahan pertanian padi darat, biasanya pembakaran dilakukan minimal oleh 10 orang dan paling banyak bisa 20 orang dengan pola ”sekat bakar-tebas-bakar”. Sebelum melakukan pembakaran, terlebih dahulu dibuat sekat bakar dengan jarak dari lahan tebasan dan lahan sekitarnya adalah 0,5-1 meter.
Kemudian menebas kayu-kayu yang ada, lalu dibakar dan dijaga atau diawasi secara bersama. Menurut mereka bahwa masyarakat Desa Tempayung terutama sehabis membuka ladang untuk tanaman padi, lahan tersebut lepas panen akan ditanami karet atapun tanaman buah. Dimana kemudian tanaman padi akan ditanam di tahun berikutnya, jawab mereka akan disiapkan sebuah lahan permanen untuk tanaman padi (pesawahan dari daerah rawa yang mereka jaga) dan tidak merambah membuka hutan untuk berladang baru.
Peta Sebaran Hotspot di sekitar SM Sungai Lamandau bulan Juni-Oktober 2013 (data BKSDA Kalteng-SKW II) tercatat 24 titik hotspot yang berada dalam lingkar
Himbauan dan peran demplot juga telah merubah kondisi perilaku pembakaran lahan. Saat ini kegiatan pembakaran yang dilakukan masyarakat, adalah pembakaran terkendali. Disamping itu kemampuan masyarakat setempat dalam membuka lahan sangat terbatas, maksimal satu hektar setiap KK dan tidak semua KK di Desa Tempayung menanam padi darat. Dan sejak Januari hanya satu titik panas dari kebakaran lahan sekali terjadi di Desa Tempayung dan yang membakar dikenai sanksi oleh masyarakat yang terkena dampak kebakaran. Secara spontan, setiap mendengar informasi adanya kebakaran, masyarakat setempat langsung bergerak bersama-sama menuju lokasi dan bahu membahu memadamkan api.
Hal ini dikarenakan kesigapan masyarakat setempat dalam mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan cukup tinggi agar kebakaran tidak meluas, sehingga dalam kasus kebakaran tersebut tidak menimbulkan ancaman terhadap SMSL dan kerugian di masyarakat.
Saat musim kemarau panjang terjadi Agustus-Oktober 2013, terdeteksi hanya 24 titik panas akibat kebakaran lahan yang terpantau di 12 desa sekitar SMSL, dan tiap desa rata-rata 1-2 titik panas. Dua titik panas berada dalam kawasan bukan karena perladangan, melainkan karena akibat kegiatan perburuan rusa yang masih dipergunakan sebagai siasat untuk memancing rusa. Saat dibakar rumput semak akan tumbuh tunas baru dan ini menarik rusa. Selain itu abu sisa bakaran menarik rusa untuk mandi abu.
Kesempatan ini yang menjadi kebiasaan pemburu di wilayah Sukamara memburu rusa. Hanya sebagian kecil komunitas di dua desa yang masih melakukan hal tersebut, yaitu Desa Natai Sedawak dan Desa Sungai Pasir kabupaten Sukamara.
Selain itu juga karena dampak pengemudi/penumpang transportasi trans kota Sukamara ke pantai (arah Desa Sungai Pasir-Sungai Damar) yang membuang puntung atau para pekerja jalan yang lupa mematikan api unggun mereka. Angka ini sebuah kemajuan disaat terjadi kemarau panjang di desa target hanya satu kali kebakaran lahan dan di 10 desa lainnya sekitar SM Sungai Lamandau hanya puluhan titik panan (hotspot). Kasus kebakaran hutan masih sangat terkendali di saat kemarau panjang, karena tidak sampai berkepanjangan dampaknya. Ini membuktikan masyarakat sudah sadar bahaya kebakaran dan mendukung kelestarian kawasan SMSL selama periode pelaksanaan proyek.
Secara keseluruhan masyarakat di Desa Tempayung sudah tidak lagi melakukan perladangan berpindah, hanya sebagian masyarakat yang masih melakukan pembakaran lahan dalam penyiapan lahan baik untuk pertanian maupun perkebunan. Pembakaran lahan yang dilakukan masyarakat saat ini melihat aspek pengendalian api, sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah tentang pembukaan lahan dan jumlahnya pun semakin menurun, karena masyarakat telah menanami tanaman jangka menengah (karet) dan panjang (gaharu/buah) yang mengarahkan mereka untuk mengolah lahan yang ada, sehingga kebiasaan pertanian menetap tanpa bakar bisa ditingkatkan dan dibiasakan.
Kebun Persemaian KBR yang di kelola Kelompok Tani Terpadu Suka Maju Desa Tempayung
Aspek Sosial, Politik dan Ekonomi
1. Jumlah Penduduk dan Penerima Manfaat Kegiatan Proyek
Desa Tempayung memiliki luas wilayah ± 10.500 ha, terdiri dari tiga wilayah Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk 1000 jiwa. Selama pelaksanaan program di desa Tempayung, telah terbentuk satu kelompok dampingan, yaitu Kelompok Tani Terpadu Suka Maju dengan jumlah anggota saat ini sebanyak 16 orang.
Seiring berjalannya kegiatan kelompok dampingan, sebelumnya jumlah penerima manfaat baik langsung maupun tidak langsung diperkirakan mengalami peningkatan sekitar 15%, yaitu sebanyak 30 orang, terdiri dari 20 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Sedangkan jumlah penerima manfaat tidak langsung mencapai 25% dari total jumlah penduduk desa Tempayung.
Bentuk manfaat yang diterima dalam berupa informasi, karena masyarakat lain yang tidak terlibat dalam kelompok dampingan memilki akses informasi yang berkaitan dengan pengelolaan lahan dengan antisipasi kebakaran, budidaya tanaman karet, budidaya tanaman hortikultura dan pembelajaran budidaya ikan serta kegiatan lainnya. Seperti pada saat pelaksanaan pelatihan, baik budidaya karet maupun pembelajarn ikan, terdapat pula beberapa masyarakat diluar anggota yang tertarik dan mengikuti kegiatan.
Adapaun manfaat yang diterima dalam bentuk fasilitasi kegiatan (bimbingan teknis kegiatan, pelatihan, pengadaan bibit hortikultura, bibit karet, bibit ikan serta bahan pembuatan kue).Dan penerima manfaat program langsung dan tidak langsung sekitar 25% dari jumlah penduduk/Kepala Keluarga (KK) Desa Tempayung.
Selanjutnya dalam periode pelaporan Maret–September 2013, penerima manfaat program langsung dan tidak langsung mencapai 35-40% dari jumlah KK Desa Tempayung. Gambaran ini dapat terlihat dari beberapa kegiatan seperti, hasil panen ikan kelompok yang dipasarkan disekitar Desa Tempayung dengan harga lebih murah. Juga partisipasi/ kehadiran masyarakat setempat dalam acara temu usaha yang membahas dan mendiskusikan pemasaran getah karet. Terbentuknya unit usaha kelompok yang bergerak dibidang pemasaran getah karet telah memberikan nilai manfaat, karena getah karet yang dipasarkan berasal dari masyarakat Desa Tempayung dan sekitarnya.
Selain itu kegiatan Kebun Bibit Rakyat (KBR) bantuan dari BPDAS Kahayan yang disalurkan melalui Dinas Kehutanan kabupaten Kotawaringin Barat, penerimaannya dan pengelolaannya oleh Kelompok Tani Terpadu Suka Maju. Bibit yang disemaikan adalah 20.000 tanaman karet cabutan dan 10.000 tanaman gaharu. Bibit tanaman ini nantinya akan diserah terimakan kepada para penerima manfaat selain anggota kelompok juga masyarakat Desa Tempayung lainnya yang berminat (yang terdata sudah sekitar 40 KK) untuk ditanam di lahannya masing-masing dan masih bisa bertambah lagi. Karet akan
dibagikan kepada yang belum mempunyai kebun tanaman karet dan gaharu akan ditanam warga sebagai tanaman disela karet yang nantinya menjadi menghasilkan keuntungan ganda, selain dari hasil tanaman buah-buahan yang ditanam.
Selain pendampingan utama di kelompok tani, dilakukan juga kegiatan lain untuk kalangan perempuan / ibu-ibu melalui kegiatan tata boga/pembuatan makanan ringan. Hal ini dilakukan untuk menggalang dukungan, sehingga masyarakat setempat tertarik terhadap kegiatan yang dijalankan.
Karet tua titipan turun temurun sebagai sumber utama matapencaharian warga Tempayung hingga saat ini
Untuk Desa Babual Baboti yang memiliki luas wilayah ± 50.000 ha, terdiri dari dua dusun (Babual dan Baboti) dan tiga RT dengan jumlah penduduk ± 959 jiwa. Selama ini belum ada penerima manfaat baik langsung maupun tidak langsung, hal ini dikarenakan masyarakat masih fokus bekerja di perkebunan dan dalam upaya pengembangan usaha sawit, walau beberapa warga sudah ada yang tertarik, hanya terbatasi oleh desa belum berkesempatan secara berkelanjutan memfasilitasi dikarenakan kesibukan Kepala Desa Babual Baboti dan belum bisa ditemui sebelum-sebelumnya.
2. Mata pencaharian utama masyarakat desa target
Sebagian besar masayarakat Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti bekerja sebagai buruh, sekitar 80% masayarakat setempat bekerja di perkebunan kelapa sawit milik perusahaan PT. Sungai Rangit – Sampoerna Agro. Selain itu masyarakat setempat memiliki pendapatan lain dari hasil menyadap getah karet dan beberapa kegiatan ekonomi lainnya. Sebelum perkebunan sawit hadir, menyadap karet titipan turun menurun yang dilakukan sehari-hari.
Bahkan sampai saat ini masih dilakukan dan diyakini bahwa karet masih menjadi bentuk tabungan hari tua mereka. Karena saat tanaman karet berumur delapan tahun lebih memiliki hasil cukup besar. Bpk. Ginjah (Desa Tempayung) menjelaskan dari 200 pohon tanaman karet miliknya yang berumur 17 tahun menghasilkan getah paling sedikit 25 Kg/hari sadap (1,25 ons/batang/hari sadap).
Secara perlahan masyarakat dampingan di dua desa tersebut, telah mengalami perubahan dalam mengelola usaha berbasis sumberdaya. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan, kebijakan pemerintah, pekerjaan dan adanya dorongan proyek-proyek konservasi dan pemberdayaan masyarakat.
Sebagai contoh, saat ini masyarakat setempat untuk mendapatkan ikan konsumsi, harus membeli dari pedagang keliling atau peternak ikan. Hal ini dikarenakan ikan-ikan sungai sudah mulai sulit didapatkan, karena aliran air sungai sudah banyak terputus dan mengering oleh lintasan akses jalur perkebunan.
Selanjutnya, warga Desa Tempayung, sudah tidak lagi mengakses ke dalam kawasan SMSL, hal ini dikarenakan adanya kesepakatan bersama yang dibuat dan kesadaran bersama untuk tidak memasuki kawasan tersebut untuk kepentingan di luar kebijakan yang dibuat dalam pengelolaan sumberdaya dan kawasan SMSL.
Sebagian kecil warga di Desa Babual Baboti, masih mengakses kawasan tersebut untuk kegiatan memantung, berladang/berkebun. Aktivitas pekerjaan ini juga berpengaruh terhadap peluang kegiatan perburuan karena sempitnya waktu luang yang dimiliki masyarakat sehingga menyebabkan menurunnya kegiatan perburuan.
Kegiatan proyek juga telah ikut berperan dalam merubah pola usaha berbasis sumberdaya oleh masyarakat, hal ini bisa digambarkan melalui beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan di Desa Tempayung. Seperti dalam pertemuan rutin kelompok maupun pertemuan lainnya selalu diinformasikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan lahan tanpa bakar, musim kemarau antisipasi kebakaran, perubahan iklim, manfaat kawasan hutan dan konservasi orangutan satwa-satwa dilindungi. Sehingga benturan konflik terhadap kawasan dan satwa liar (khususnya orangutan) selalu bisa terkendali di dua desa target selama setahun ini.
Pak Eson, Kepala Desa Tempayung sejak awal sangat komitmen untuk mendukung kegiatan menurunkan kebakaran lahan dan pertanian ladang menetap tanpa bakar
Kegiatan proyek telah mendorong masyarakat ke arah budidaya, melalui kegiatan pertanian menetap pola kebun campuran berbasis karet yang dipadukan dengan kegiatan budidaya lainnya. Sehingga terbentuk kebun campuran yang terdiri dari tanaman utama jangka panjang (karet, gaharu, kayu), tanaman jangka menengah seperti buah-buahan, serta jangka pendek (sayur-sayuran) dan yang beredekatan dengan aliran/sumber air sangat dimungkinkan juga dengan budidaya ikan kolam air tawar. Hal ini menyebabkan masyarakat lebih fokus mengolah/menggarap di lahannya sendiri, sehinnga kegiatan lain yang mengancam keberadaan SMSL dan satwa lainnya bisa diminimalkan.
Disamping itu dalam periode pelaporan Maret – September 2013, masyarakat Tempayung sudah memiliki gambaran alur pemasaran getah karet. Juga mengetahui getah karet dengan mutu dan kualitas baik. Sehingga dalam periode pelaporan ini Kelompok Tani Terpadu Suka Maju membentuk unit/lembaga usaha kelompok untuk memasarkan getah karet sekitar Desa Tempayung.
3. Gambaran kaitan pengambilan keputusan berhubungan dengan, intensitas pekerjaan dalam pemanfaatan sumberdaya alam
Selama ini pengambilan keputusan di kelompok dapingan dilakukan dengan cara musyawarah mufakat dengan mengedepankan keterbukaan. Sehingga beberapa kegiatan yang sudah direalisasikan dilakukan secara partisipatif mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan. Dipimpin oleh ketua kelompok dan didampingi kepala desa membuat keputusan bersama.
Intensitas pekerjaan sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan sumberdaya alam. Untuk itu kami mendorong masyarakat fokus menggarap usaha di lahan sendiri, sehingga masyarakat disibukkan dengan beberapa kegiatan bersifat produktif, seperti perawatan karet, hortikultura dan tambahan kegiatan lainnya, seperti membibitkan tanaman gaharu dan merawat pemeliharaan ikan.
Dengan demikian kegiatan yang mengancam jenis-jenis hidupan liar di kawasan SMSL dapat dikurangi. Ditambah lagi dengan upaya pemasaran getah karet secara kolektif. Hal ini dilakukan untuk mendistribusikan getah karet dengan harga yang lebih baik, sekaligus membangkitkan kembali masyarakat karet dan modal promosi sumberdaya yang dimiliki masyarakat Desa Tempayung.
4. Kebijakan desa dalam pengelolaan sumberdaya alam
Di Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti belum ada peraturan desa yang membahas masalah pengelolaan sumberdaya hayati secara lestari, begitu pula dengan institusi/lembaga masyarakat yang menangani masalah tersebut. Tetapi di kedua desa tersebut, telah ada sanksi dan denda terhadap pelaku pembakaran yang merugikan pihak lain. Sanksi ini belum menjadi peraturan desa melainkan dijalankan secara kemasyarakatan dan kekeluargaan.
Adapun bentuk sanksi dan denda tergantung dari pihak yang dirugikan, sebagai contoh, di Desa Tempayung pernah terjadi kegiatan pembakaran lahan untuk berladang yang dilakukan oleh salah seorang warga dan mengenai kebun sebelahnya, sehingga pelaku pembakaran dikenakan sanksi untuk menanam kembali dan merawat sejumlah pohon yang mati. Selain itu pernah juga terjadi hal yang sama, namun hanya dikenakan denda berupa uang. Hal ini sangat membantu kegiatan pelaksanaan proyek dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan di sekitar kawasan SMSL.
Pak Aton dan tanaman hortikulturanya yang ditanamn disela bersama karet
Selanjutnya, warga Desa Tempayung telah melakukan perlindungan khusus terhadap pohon dan anakan gaharu yang ada. Sebagai contoh beberapa pohon indukan gaharu telah ditulisi dengan peringatan “jangan tebang pohon gaharu ini”. Contoh lain seperti yang dilakukan keluarga Ibu Dende, mereka memagari keliling pohon indukan gaharu. Sehingga anakan gaharu yang tumbuh dibawahnya tidak bisa diambil orang lain dan dirusak binatang/ternak peliharaan.
Pemerintah Desa Tempayung, telah membuat draft aturan pengelolaan demplot kebun campuran sebagai tempat pembelajaran pertanian berkelanjutan. Selanjutnya, pada bulan Desember 2012, pihak kelompok meminta permohonan penyerahan demplot dari desa kepada Kelompok Tani Terpadu Suka Maju untuk dikelola sesuai dengan aturan yang telah dibuat. Pihak desa yang langsung diwakili Kepala Desa menyatakan siap membuatkan Surat Keterangan Perpindahan Pengelolaan Demplot Kebun Campuran Menetap Tanpa Bakar (lihat Gambar Lampiran 2).
Demplot kebun campuran seluas tiga hektar, merupakan konsep kegiatan pengelolaan lahan pertanian dengan sistem tebas tanpa bakar. Kegiatan pertanian yang ada di dalamnya, terdiri dari perpaduan antara tanaman jangka panjang (karet, kayu), jangka menengah (buah-buahan) dan jangka pendek (hortikultura). Juga memadukan dengan usaha pemeliharaan ikan air tawar.
Awalnya, demplot ini dibangun pada tahun 2009 melalui dukungan proyek Uni Eropa dan RARE sebagai program percontohan. Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat sekitar mampu mengadopsi konsep pertanian terpadu dengan sistem pengolahan lahan pertanian menetap tebas tanpa bakar, sehingga kebakaran hutan dan lahan yang mengancam kawasan SMSL bisa dikurangi.
Dalam menindaklanjuti kegiatan peningkatan perubahan sikap berladang menetap tanpa bakar, maka melalui proyek GEF/SGP (UNDP) ini mampu lebih mendorong penurunan perilaku berladang berpindah tebas bakar, membiasakan mengelola ladang di lahan sendiri dan mulai berladang menetap yang arahnya masyarakat dan desa bisa mengelola demplot kebun campuran menetap tanpa bakar menjadi tempat pembelajaran cara berladang berkelanjutan. Melalui proyek ini untuk upaya peningkatan ekonomi dilakukan upaya peningkatan kemampuan dalam pemeliharaan, budidaya karet serta pemasarannnya.
5. Dampak kegiatan proyek untuk peningkatan hasil ekonomi dan kesejahteraan
Proyek yang dilaksanakan telah berkontribusi positif terhadap perubahan pola pikir yang mengarah pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Walau disadari, untuk saat ini belum bisa menunjukan perubahan ekonomi tapi manfaat secara ekonomi telah nyata. Karena, proyek ini didasari untuk upaya mengoptimalkan kembali usaha tani berbasis karet dengan pola kebun campuran yang dapat memberi manfaat ekonomi dari lahan sendiri, sehingga lebih hemat..
Masyarakat yang melakukan pola kebun campuran lebih banyak menerima manfaat dari hasil produksi lahan. Sebagai contoh Bpk. Edar dan Bpk. Aton (warga desa Babual Baboti); Bpk. Yandi, Bpk. Ketek dan Bpk. Bambang (warga Desa Tempayung) adalah diantara warga desa yang telah melakukan kegiatan usaha tani karet yang dipadukan dengan tanaman sela (gaharu/buah) dan tanaman hortikultura. Bahkan Bpk. Matra, kebun karetnya dipadukan dengan tanaman buah, hortikultura dan kolam ikan dan bahkan akan diselingi tanaman gaharu. Karena Bpk.Matra telah juga menyemai tanaman gaharu.
Jelas saja, hal ini lebih menguntungkan, karena efisien dalam waktu dan fokus pada lahan garapan, sehingga menghasilkan nilai tambah dari lahan/kebun selain getah karet. Kemudian beberapa, masyarakat sudah mulai membandingkan besar kecilnya investasi/modal antara membangun kebun karet dengan sawit. Jelasnya, membangun kebun sawit memerlukan modal cukup besar, sedangkan kebun karet memerlukan modal jauh lebih kecil serta bisa dipadukan dengan tanaman lainnya sebagai nilai tambah.
Dalam periode pelaporan bulan Maret-September 2013, hanya sedikit dampak ekonomi langsung yang bisa dirasakan masyarakat. Namun dampak ekonomi jangka panjang akan timbul dari beberapa kegiatan yang dijalankan oleh kelompok. Seperti, unit usaha yang diharapkan mampu memasarkan getah karet sekaligus mempromosikan potensi yang ada disekitar Desa Tempayung.
Modal utama usaha ini adalah, dana bantuan usaha dari program GEF/SGP (UNDP) yang dijalankan oleh kelompok dengan model usaha menyerupai koperasi. Selanjutnya program yang digulirkan BPDAS Kahayan melalui Dinas Kehutanan Kabupaten Kotawaringin Barat yang dijalankan kelompok, yaitu kegiatan pembibitan tanaman karet dan gaharu yang nantinya sebagai tegakan hijau di desa yang menjaga ekologi desa terutama sumber air tanah dan udara tetap bersih. Hasilnya kelak dapat dirasakan turun temurun.
Sejauh ini, tim pelaksana proyek belum bisa menceritakan pengaruh proyek terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tetapi berladang menetap pola kebun campuran jauh lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan kegiatan ladang berpindah. Ladang berpindah kurang produktif dan lebih boros biaya dan waktu, karena dalam mempersiapkan satu areal pertanian/kebun diperlukan banyak tenaga untuk membuka lahan, ditambah jarak lokasi yang relatif jauh dari rumah. Secara umum masyarakat merasa lebih mudah mendapatkan hasil ladang, hanya di dekat rumah sendiri, baik itu sayuran, cabe, bumbu masak, juga ikan bagi yang beternak ikan.
Saat ini, anggota kelompok telah mampu membandingkan besar kecilnya modal dengan keuntungan yang akan diterima antara berkebun sawit dengan karet. Contoh Bpk. Syachyuni (Desa Tempayung) telah mengurungkan niatnya untuk membangun kebun sawit dan memilih kebun karet, hal ini didasari faktor biaya. Kebun sawit memerlukan modal cukup besar, sedangkan kebun karet memerlukan modal jauh lebih kecil. Disamping itu kebun karet bisa dipadukan dengan tanaman lainnya sebagai nilai tambah.
Salah seorang warga Desa Tempayung telah menghitung-hitung keuntungan dari kolam ikan. Hal yang sama pula telah tergambar di anggota Kelompok Tani Terpadu Suka Maju yang sedang menjalankan usaha kolam ikan di tengah ladang kebun karetnya. Kegiatan kolam ikan ini merupakan inisiasi sekaligus inovasi pada proyek sebagai strategi dalam meraih perhatian dan dukungan dari warga.
Aspek Kewirausahaan
Dalam periode pelaporan ini, proyek telah membentuk unit usaha disalah satu desa target, yaitu di Desa Tempayung. Hal ini didasarkan pada kesiapan kelompok dampingan juga dukungan pemerintah dan masyarakat setempat dalam melaksanakan program. Maka dalam rapat pertemuan kelompok usaha dari Kelompok Tani Terpadu Suka Maju pada bulan September 2013, telah dibentuk unit usaha kelompok yang disepakati oleh anggota.
Usaha kelompok ini, dibangun dengan pola usaha menyerupai koperasi. Modal utama usaha kelompok, berasal dari dana bantuan usaha dari GEF/SGP (UNDP), sebesar Rp. 25.000.000,- ditambah dengan dana swadaya Rp. 250.000,- dari setiap anggota. Rapat kelompok juga telah menyepakati, bahwa usaha ini akan dijalankan oleh dua orang tim pengelola yaitu, Bpk,. Matra dan Bpk.Sachyuni.
Dalam aturan mainnya, tim pengelola setiap bulannya wajib melaporkan kegiatan dan perkembangan usaha dalam pertemuan kelompok. Sehingga kendala dan perkembangan usaha kelompok dapat dikontrol bersama dan dipertanggung jawabkan secara terbuka. Adapun sistem pembagian manfaat dari keuntungan usaha ini adalah sebagai berikut :
• Insentif pengelola : 20% • Penambahan modal usaha : 30% • Kas kelompok : 5% • Dana sosial : 5% • SHU (Sisa Hasil Usaha) : 40%
Konsep bantuan dana usaha dari dana sebesar Rp.25.000.000,- ini diperuntukkan untuk pengadaan tempat/outlet usaha dan papan nama sebesar Rp.5000.000,-, kemudian untuk modal usaha pembelian getah karet yang sebelumnya Rp.15.000.000,- kemudian sepakat menjadi Rp.16.000.000,- karena ada perubahan harga beli getah karet dari Rp.7.500,-menjadi Rp.8.000,-. Operasional usaha yang dimaksud terdiri dari komunikasi, transportasi lokal, pengiriman barang. Lalu dana lainnya dipergunakan untuk khas usaha kelompok sebesar Rp.4.000.000,-. Kesepakatan bersama kelompok akan ada bentuk dana swadaya dari kelompok sebesar 10%-15% dari modal bantuan usaha yang diberikan proyek GEF/SGP sebanyak Rp.2.500.000,-. Jadi total dana untuk usaha menjadi Rp.27.500.000,- (lihat Gambar Lampiran 17).
Sementara ini, usaha kelompok diarahkan untuk membeli dan memasarkan getah karet masyarakat Desa Tempayung dan sekitarnya. Sejak bulan September 2013 sudah dikoordinir untuk tahap awal pembelian/pengumpulan getah karet dengan target awal oleh kelompok sebanyak 2 ton. Dengan perhitungan analisa usahanya sebagai berikut yang di tampilkan pada Tabel 1. Untuk seterusnya dapat digunakan guna mendukung kegiatan usaha-usaha tani pola kebun campuran lainnya.
Tabel 1. Daftar Analisa Jual Beli Getah Karet yang akan dilakukan Kelompok Tani Terpadu Suka Maju
No Uraian Satuan Vol Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
A Operasional Usaha
1 Komunikasi (Voucher 25) Pcs 1 28.000 28.000
2 Transportasi Paket 1 600.000 600.000
3 Pembelian getah karet Kg 2.000 8.000 (karet beli) 16.000.000
Jumlah Modal dalam satu putaran
16.628.000
B Faktor Susut 5% Kg 100
C Hasil penjualan setelah
dikurangi Susut 5% (100 Kg)
Kg 1.900 10.000 (karet jual) 19.000.000
Keuntungan = Hasil Penjualan – Operasional Usaha
Pemasaran hasil produk-produk pertanian masyarakat di desa dampingan, masih sama seperti dalam periode laporan sebelumnya. Mereka menjual hasil pertaniannya ke mess-mess tenaga kerja perkebunan sawit dan pasar terdekat. Sedangkan untuk getah karet dijual kepada pengumpul lokal yang ada di desa. Walau terkadang mereka menjual juga kepada pembeli dari luar desa.
Penjualan getah karet di desa dampingan tidak menentu, tergantung harga dan keperluan masyarakat. Jika harga rendah mereka lebih memilih untuk menimbunnya sampai harga kembali naik. Terkadang ada juga beberapa masyarakat yang merasa terdesak memerlukan dana kemudian menjualnya. Bentuk karet yang dijual masyarakat berupa lempengan balok dengan ukuran bervariasi. Getah karet ditingkat petani mengalami fluktuasi harga tergantung pasar. Saat ini harga karet di petani berkisar antara antara Rp.8000 – 12.000/Kg, jika turun/rendah sekali mencapai angka Rp.6.000,-.
Hasil kegiatan temu usaha sebelumnya, telah merubah pola pikir beberapa masyarakat terutama anggota kelompok dampingan. Mereka bisa menyikapi turun naikknya harga getah karet dan ini
merupakan hal biasa dalam jual beli. Saat harga tinggi kita memperoleh untung lebih banyak, sebaliknya saat harga rendah kita dapat untung agak sedikit. Namun dengan lancarnya putaran penjualan getah kita tetap mendapatkan pemasukan rutin dari usaha karet.
Selanjutnya beberapa warga juga telah berpikir, bagaimana meningkatkan mutu dan kualitas getah karet mereka, agar mendapatkan harga yang lebih baik. Dalam hal ini mereka selalu membicarakan cara pembukaan yang baik dan penyadapan. Bahkan ada juga yang berpikir untuk mengolah karetnya menjadi karet slap angin. Hal ini semua merupakan ide-ide positif untuk mengoptimalkan kembali kagiatan usaha tani berbasis karet di masyarakat.
Saat monitoring pada bulan Desember 2012, tercatat dari Kepala Keluarga di Desa Tempayung yang menanam karet 94 orang dan di kebunnya rata-rata ditanam di luas lahan 1-7 hektar, dengan umur usia tanam 0-2 tahun sebanyak 70%, 3-5 tahun 25% dan lebih dari 4 atau 5 tahun 90%. Sedangkan desa Babual Baboti, warganya yang bertani karet dan usia tanaman karetnya 2-3 tahun ada 80% dan siasanya 20% usia tanaman karet lebih dari 5 tahun dari 100 Kepala Keluarga (Lihat Tabel 2). Diperkirakan dua tahun lagi beberapa warga yang menanam tanaman karet di atas usia 4 tahun sudah bisa panen/menyadap getahnya.
Tabel 2. Data masyarakat desa target yang bertani Karet dan sawit
No Tanggal Monitoring Desa Jumlah Petani Karet Jumlah Pekebun Sawit Keterangan 1. 8 Desember 2012
Tempayung 94 KK 9 KK *) Luas lahan rata-rata karet 1-7 ha;
dan lahan sawit 208 ha
*) Usia tanaman karet 0-2 tahun 70%, 3-5 tahun 25%, 4-5 tahun 90% dan *) Warga yang mempunyai sawit pribadi hanya 5%
*) Sumber keterangan: Kepala Desa Tempayung
2. 9 Desember
2012
Babual Baboti
70 KK 30 KK *) Luas lahan rata-rata 2 ha
*) Usia tanaman karet 2-3 tahun 80%, lebih dari 5 tahun 20%
*) Warga yang mempunyai sawit pribadi 30% (30KK)
*) Sumber keterangan: Tokoh
Masyarakat Petani Desa Babual Baboti
Diketahui yang memiliki kepemilikan lahan pribadi sawit di desa Tempayung hanya 5% (9 KK) dengan luas lahan sawit 2-8 hektar. Sedangkan di Desa Babual Baboti yang memiliki lahan sawit pribadi sebanyak 30% (30 KK) dengan luas rata-rata 1- 2 kapling; 1 kapling = 2 hektar (lihat Tabel 1).
Jumlahnya tidak terlalu banyak dari yang menanam karet dengan pola campuran, dan bisa diprediksi ke depan akan lebih banyak yang akan tertarik dengan usaha menanam karet di ladang/kebunnya dengan pola kebun campuran tanpa bakar.
Pelatihan, Loka Latih dan Replikasi
Selama masa pelaporan, lembaga kami Yayasan Orangutan Indonesia (Yayorin) telah mengikuti satu kali pelatihan yang diselenggarakan oleh GEF/SGP (UNDP) dengan mengirimkan koordinator proyek. Kegiatan tersebut adalah pelatihan penulisan pengalaman terbaik menginspirasi yang dilaksanakan di Hotel Harris Sentul, Jawa Barat pada tanggal 5-8 November 2012 (Tabel 3).
Sementara anggota kelompok dampingan telah dua kali mengikuti kegiatan pelatihan, yaitu Pelatihan Budidaya Ikan Kolam Air Tawar dan Pelatihan Teknik Budidaya Tanaman Karet serta beberapa Diskusi Teknis Budidaya Tanaman Hortikultura yang diselenggarakan oleh proyek. Selain itu sati kali Kegiatan Temu Usaha Budidaya dan Pemasaran Getah Karet di Desa Tempayung yang merangkum diskusi analisa hasil usaha pertanian karet dan promosi pemasaran getah karet. Adapun beberapa pelatihan yang diikuti masyarakat anggota kelompok melalui dukungan GEF/SGP (UNDP) ada pada Tabel 4.
Tabel 3. Data pelatihan yang didukung oleh pelaksanaan kegiatan proyek GEF/SGP (UNDP)
Tanggal Pelatihan/Loka Karya/Kuliah Umum Tempat penyelenggaraan Nama peserta dari KSM/LSM mitra Hasil yang didapatkan/catatan 05-08, Novenber 2012 Penulisan Pengalaman terbaik menginspirasi Hotel Harris, Sentul Jawa Barat
Akhmad Fauzi Metode penulisan yang
bisa langsung
menginspirasi pembaca dan tertarik isi ceritanya
Tabel 4. Kegiatan lembaga/anggota masyarakat memberikan pelatihan/memfasilitasi kegiatan untuk warga di desanya/kelompok sasaran lain
Tanggal Pelatihan/Loka Karya/Kuliah Umum Peserta dan penyelenggara Jumlah peserta (perempuan dan laki-laki) Hasil yang didapatkan/ catatan
Juli 2012 Budidaya ikan air
tawar (nila dan patin)
Anggota kelompok tani terpadu Suka Maju Desa Tempayung dan Yayasan Orangutan Indonesia
20 orang Anggota kelompok
mengenal dan mengetahui cara-cara budidaya ikan air tawar
Juli 2013 Studi Banding
Budidaya Ikan Kolam Air Tawar di
Kelompok Tani Ikan Setia Kawan Desa Tanjung Terantang
Peserta : Anggota kelompok tani terpadu Suka Maju Desa Tempayung; Penyelenggara : Yayasan Orangutan Indonesia dan Kelompok Tani Ikan Setia Kawan Desa Tanjung Terantang
1 orang Pembelajaran
budidaya ikan kolam air tawar
Agustus 2012 Diskusi teknis
budidaya tanaman hortikultura
Anggota kelompok tani terpadu Suka Maju Desa Tempayung dan Yayasan Orangutan Indonesia
20 orang Anggota kelompok
mengetahui tahapan budidaya tanaman hortikultura 29 September 2012 Pelatihan teknis budidaya tanaman karet Anggota kelompok tani terpadu Suka Maju Desa Tempayung dan Yayasan Orangutan Indonesia
20 orang Masyarakat dan
anggota kelompok mengetahui teknis budidaya tanaman karet
27 Juni 2013 Temu usaha
budidaya dan pemasaran getah karet masyarakat
Kelomok Tani Terpadu Suka Maju Desa Tempayung, Pemerintah Desa Tempayung dan Yayasan Orangutan Indonesia 60 orang Masyarakat mengetahui mutu/kualitas karet yang baik dan mengetahui jalur pemasaran getah karet
Yayasan Orangutan Indonesia (Yayorin) telah melakukan kegiatan pembelajaran dan pelatihan yang didukung oleh GEF/SGP (UNDP). Pelatihan tersebut dilaksanakan secara berkala, melalui diskusi kelompok untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan program. Beberapa pelatihan yang diikuti anggota kelompok diantaranya, teknik budidaya tanaman karet, hortikultura dan pembelajaran budidaya ikan kolam air tawar. Juga kegiatan temu usaha dan pembentukan unit usaha kelompok.
Pelatihan teknik budidaya tanaman karet dilaksanakan dengan beberapa sesi kegiatan melalui materi kelas dan peraktik lapangan. Adapun materi yang disajikan dalam kegiatan tersebut meliputi, pengenalan bibit unggul dan lokal, membuat kebun entrys dan teknik membuat entrys. Juga dibahas cara pemeliharaan dan perawatan tanaman karet serta pengenalan dan penanggulangan hama penyakit umum pada karet.
Pembahasan teknik budidaya tanaman hortikultura dilakukan melalui diskusi dalam pertemuan kelompok. Adapun bahasan dalam diskusi tersebut antara lain pengolahan lahan, persemaian dan perawatan tanaman serta penanganan hama dan penyakit tanaman.
Selain itu kegiatan inisiasi, yaitu pembelajaran budidaya ikan kolam air tawar dilakukan guna mendapatkan dukungan dari masyarakat. Pada kegiatan ini dilakukan teknis budidaya ikan mulai dari pembuatan kolam, sistem pengairan, pemeliharaan/perawatan ikan dan kolam dan pemberian pakan ikan. Dampaknya satu orang anggota kelompok ingin melihat ke kelompok dampingan Yayorin yang mempunyai usaha budidaya ikan kolam air tawar yang telah berhasil di Desa Tanjung Terantang.
Kegiatan temu usaha yang membahas budidaya dan pemasaran getah karet masyarakat. Dalam kegiatan ini dipertemukan para pelaku usaha karet yaitu, petani karet, pengepul/ pembeli, distributor karet, pengusaha industri karet (PTPN XIII Semanggang di kecamatan Pangkalan Banteng, kabupaten Kotawaringin Barat), juga Dinas Perkebunan, Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kantor Penyuluh Pertanian dan Ketahanan Pangan (KP2KP) kabupaten Kotawaringin Barat dan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kotawaringin Lama.
Selanjutnya melalui dana bantuan usaha dari program GEF/SGP (UNDP), Kelompok Tani Terpadu Suka Maju berdasarkan kesepakatan anggota telah membentuk unit usaha dan menunjuk tim pengelolanya.
Dari ketiga kegiatan tersebut, masyarakat khususya anggota kelompok mengetahui pola perpaduan dalam pengelolaan lahan yang bisa diaplikasikan di kebun karet. Sehingga akan memberikan nilai tambah dari hasil usaha budidaya tanaman karet itu sendiri.
Disamping itu, kami (Yayorin) juga melakukan kegiatan pendampingan dan penguatan kelembagaan kelompok di luar desa target. Seperti di Desa Tanjung Putri, yaitu Kelompok Hutan Kemasyarakatan/HKm bernama Kelompok HKm Sepakat yang berbasis pada pemanfaatan getah jelutung di alam, kelompok ini memiliki usaha simpan pinjam dan jual beli getah jelutung. Kegiatan usaha ini telah dimulai sejak tahun 2011 hingga sekarang. Saat ini kelompok tersebut berkeinginan membangun koperasi yang didasari modal dari setiap anggota. Kelompok lainnya di Desa Tanjung Putri yang didampingi adalah kelompok tani wanita berbasis pengelolaan sumberdaya air (ikan asin, kerupuk ikan.udang) dan gula nira nipah, yaitu kelompok Wanita Mandiri).
Selain itu pendampingan dilakukan juga di desa Tanjung Terantang (Kelompok Tani Ikan Setia Kawan berbasis budidaya ikan dan Kelompok HKm Mawar Bersemi pada rotan dan perikanan) dan di Kelurahan Mendawai (Kelompok HKm Danau Seluluk Jaya yang berbasis pada usaha pembibitan tanaman keras hutan dan budidaya, Kelompok HKm Sungai Gandis berbasis pada budidaya jelutung, perikanan dan peternakan dan Kelompok Hkm Tani Sejati berbasis pada perikanan dan rotan serta kelompok tani wanita Cabe Rawit pada tanaman hortikultura).
Pendampingan yang dilaksanakan mengarah pada pengembangan usaha kelompok berbasis sumberdaya alam sebagai matapencaharian alternatif berkelanjutan. Kelompok-kelompok saat ini memiliki sebuah forum komunikasi HKm dan salah satu agenda kegiatannya mendorong proses perijinan ditingkat kabupaten.
Selama masa pelaporan tidak ada replikasi yang diterapkan oleh kelompok lain. Namun pola perpaduan pengelolan kebun karet telah diadopsi oleh beberapa masyarakat. Seperti Bpk. Sukimin
dari Desa Tempayung di tengah kebun karetnya telah menanam tanaman jagung dan mentimun. Bpk. Aton dari Desa Babual Baboti juga melakukan kegiatan yang sama, yaitu menanam tanaman cabe, terung dan kacang panjang disekitar kebun karetnya.
Publikasi dan Komunikasi Hasil
Selama masa pelaporan, laporan tahap pertama ini dipublikasikan hanya melalui blok Facebook Yayorin dan blok kampanye bangga SM Sungai Lamandau di RarePlanet. Promosi kegiatan di Desa Tempayung juga sempat tim pelaksana kegiatan ceritakan saat ada kunjungan tim pengembangan Desa Sobat Bumi dari program REDD+ pada bulan Agustus 2012.
Dan publikasi melalui media cetak telah
mengikutsertakan beberapa wartawan dari media surat kabar daerah, seperti Borneo News. Hasilnya berita tertuang di media cetaknya. Untuk media cetak kampanye lainnya adalah mencetak 500 brosur bertema “Kebun Karet Masa Depan Generasi dan Budaya”, berisi informasi tentang manfaat tanaman karet berkelanjutan, keuntungan berladang pola kebun campuran menetap tanpa bakar, info berita Petani Diminta Buka Lahan tanpa Membakar, fakta karet, analisa peluang usaha budidaya tanaman karet, biaya pemeliharaan karet. Kemudian media lain yang dicetak adalah Spanduk bertulisakan Aku Bangga, Ladang Menetapku-Kebun Karet Campuranku yang Tanpa Bakar-Untuk Kelestarian Potensi Sumberdaya Alam Desa dan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau (lihat Tabel 5).
Selain publikasi kegiatan melalui media massa surat kabar, untuk kampanye kegiatan ini saluran media yang dibuat kelalui pembuatan Iklan Layanan
Masyarakat (ILM) di Radio Primadona, salah satu radio yang menjangkau wilayah sekitar SM Sungai Lamandau dan semua khalayak umur. Iklan ini disiarkan 3 kali sehari selama 5 bulan (15 Mei – 14 Oktober 2013) dengan bahasa Dayak Kotawaringin. Durasi siarnya 90 detik disiarkan pagi jam 08:00-09:00 WIB, siang jam 14:00-15:00 WIB dan sore 15:00-16:00 WIB dan tambahan bonus disiarkan jam 22:00 WIB (lihat Tabel 5). Sedangkan T-Shirt tidak dibuat karena saat pelaksanaan kembali belum begitu efektif, sehingga tidak dicetak. T-shirt akan dibuat saat ada kegiatan yang banyak pelibatan orang banyak yang akan dilaksanakan sosialisasi kelompok kepada warga desa Tempayung.
Tabel 5. Daftar laporan kegiatan yang dipublikasi ke media publikasi
No Judul artikel/liputan Jenis Media Nama Media Daerah cakupan
1. Petani Diminta Membuka
Lahan Tanpa Membakar
Media Massa-Cetak
Surat Kabar Borneo News-Suara Rakyat Kalimantan, Minggu 24 Februari 2013 Hampir di semua provinsi di Kalimantan, khususnya kabupaten di Kalimantan Tengah 2. Menciptakan Pertanian
Tanpa Bakar, Membangun Ekonomi Berkelanjutan
Elektronik-Internet
RarePlanet campaign block-http://www.rareplanet.org/en/c ampaign/campaign- sustainable-forest- managementlamandau-river- wildlife-reserve-central-kalimantan-bo Februari 2013
Mitra Kampanye Pride RARE
3 Kebun Campuran Elektronik-Radio
Radio Primadona FM, 15 Mei – 14 Oktober 2013 Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Sukamara, juga di Kabupaten Lamandau dan Kabupaten Seruyan
4 Aku Bangga, Ladang
Menetapku-Kebun Karet Campuranku yang Tanpa Bakar-Untuk Kelestarian Potensi Sumberdaya Alam Desa dan Suaka
Margasatwa Sungai Lamandau
Media Cetak Spanduk, 3 Juni 2013 Untuk masyarakat
petani di Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti dan tambahan di
Kelurahan Mendawai dan Desa Tanjung Terantang
5 Kebun Karet Masa Depan
Generasi dan Budaya
Media cetak Brosur, 11 Juni 2013 Untuk masyarakat
petani di Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti, peserta Temu Usaha Budidaya dan Pemasaran Karet dan petani sekitar SM Sungai Lamandau
6 Yayorin Gelar Temu Usaha
Pengelolaan Karet
Media Massa-Cetak
Surat Kabar Borneo News-Suara Rakyat Kalimantan, Jumat, 28 Juni 2013 Hampir di semua provinsi di Kalimantan, khususnya kabupaten di Kalimantan Tengah 7 75% Petani Karet Tempayung BERALIH PROFESI Media Massa-Cetak
Surat Kabar Borneo News-Suara Rakyat Kalimantan, Sabtu, 29 Juni 2013 Hampir di semua provinsi di Kalimantan, khususnya kabupaten di Kalimantan Tengah 8 Membangkitkan Kembali
Masyarakat Karet Oleh Akhmad Fauzi
Buku Komik Lingkungan
Buku Komik berjudul: Pengalaman Terbaik Menginspirasi Indonesia, Cetakan Pertama 2013 @Global Environment Facility/Small Grants Programme Indonesia Mitra GEF/SGP
9 Dampak Pola Kebun
Campuran Tanpa Bakar untuk Peningkatan Hasil Ekonomi dan Kesejahteraan
Elektronik-Internet/Face book Facebook Yayorin : https://www.facebook.com/pa ges/Yayorin-Yayasan- Orangutan-Indonesia/17589565285?ref= hl
Mitra Yayorin dan Daftar Pertemanan Facebook Yayorin
10 Pengembangan Demplot
Kebun Campuran Menetap Tanpa Bakar Sebagai Strategi Pencegahan Kebakaran Hutan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau dan Peningkatan Pendapatan Ekonomi di Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti, Provinsi Kalimantan Tengah
Elektronik-Internet/block
RarePlanet campaign block-http://www.rareplanet.org/en/c ampaign/campaign- sustainable-forest- managementlamandau-river- wildlife-reserve-central-kalimantan-bo
Mitra Kampanye Pride RARE